Penilaian secara tertulis dilakukan dengan tes tertulis. Tes Tertulis merupakan tes dimana
soal dan jawaban yang diberikan kepada peserta didik dalam bentuk tulisan. Penilaian tertulis
(paper and pencil assessment) merupakan penilaian dimana soal dan jawaban yang diberikan
kepada peserta didik dalam bentuk tulisan( Nurlaili, pdf). Dalam menjawab soal peserta didik
tidak selalu merespon dalam bentuk menulis jawaban tetapi dapat juga dalam bentuk yang lain
seperti memberi tanda, mewarnai, menggambar dan lain sebagainya (Handa, 2006). Penilaian
tertulis adalah penilaian yang dilakukan seorang tenaga didik untuk mengetahui bagaimana
respon atau jawaban siswa dalam bahasa tulisannya sendiri, jadi anak dituntut untuk
menuliskan argumennya secara tertulis.
B. Kriteria Penilaian Tertulis.
Penilaian tertulis merupakan penilaian yang dilakukan menggunakan perangkat penilaian
berupa soal dan jawaban dalam bentuk tulisan (pen and paper test).
1. Teknik Penilaian ada dua bentuk soal penilaian tertulis, yaitu:
a. Objektif meliputi:
1) Pilihan ganda,
2) Dua pilihan (”benar”/”salah”, ”ya”/”tidak”),
3) Menjodohkan
4) Jawaban singkat atau pendek
b. Subjektif berupa uraian dalam mengembangkan instrumen butir/soal perlu memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
1) Materi: kesesuaian soal dengan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator
pencapaian pada kurikulum.
2) Konstruksi: rumusan soal atau pertanyaan harus jelas dan tegas. c. bahasa: rumusan soal
tidak menggunakan kata/kalimat yang menimbulkan penafsiran ganda.
3) Pengolahan Data Penilaian Tertulis Data penilaian tertulis adalah skor yang diperoleh
peserta didik dari hasil tes tertulis pada setiap KD dan ulangan komprehensif.
Teknik penilaian tertulis ada dua bentuk soal tes tertulis, yaitu:
1. Soal dengan memilih jawaban
a. Pilihan ganda
1) Karakteristik
Soal pilihan ganda adalah salah satu bentuk soal jenis tes objektif yang luas penggunaanya
untuk berbagai macam keperluan antara lain digunakan pada ulangan umum, ulangan
kenaikan kelas, ujian sekolah dasar, ujian akhir nasional, surve nasional, surve internasional
antara lain Trends in Mathemarics and Service Study (TIMSS) dan Progremmer for
International Student Assessment (PISA), tes bahasa Inggris yang diselenggarakan oleh
lembaga testing diluar negeri seperti TOEFL, IELTS, TOEIC, GRE, dan tes bakat skolastik.
Penggunaan yang luas ini tidak terlepas dari keunggulan soal bentuk pilihan ganda yang
dapat diskor dengan mudah, cepat, serta objektif, dan dapat mencangkup ruang lingkup
bahan/ materi/ PB yang luas dalam suatu tes. Soal pilihan ganda sangat tepat untuk ujian yang
pesertanya sangat banyak dan hasilnya harus segera diumumkan. Dewasa ini penggunaan
optical scanner untuk pemeriksaan soal pilihan ganda bukan hal baru lagi di negara kita.
Untuk ujian nasional maupun ujian sekolah dasar misalnya, hampir di semua propinsi sudah
menggunakan OMR (Optical Mark Reader).
Soal bentuk pilihan ganda adalah soal yang menuntut peserta tes untuk memberikan
jawaban atas pertanyaan atau pernyataan yang tercantum dalam pokok soal atau stem yang
disertai dengan sejumlah kemungkinan jawaban. Kemungkinan jawaban tersebut dapat
berupa kata, frase, nama tempat, nama tokoh, lambang atau kalimat yang sudah pasti. Dilihat
dari segi rumusan kalimatnya, soal pilihan ganda dapat berupa kalimat perintah, kalimat
tanya atau kalimat yang tidak lengkap. Pilihan jawaban terdiri atas jawaban yang benar yang
kunci jawaban serta kemugkinan jawaban salah yang dinamakan pengoceh ( distractor, atau
decoy, atau foils) namun memungkinkan seseorang memilihnya apabila tidak menguasai
materi yang ditanyakan dalam soal.
Di Indonesia biasanya digunakan tiga atau empat alternatif jawaban untuk sekolah
dasar dan lima alternatif jawaban untuk sekolah menengah. Beberapa penulis soal menyukai
lima alternatif jawaban untuk mengurangi faktor menebak (change of guessing) dari para
pengambil tes. Penguranagn faktor menebak akan meningkatkan reliabilitas dan validitas,
sepanjang alternatif jawaban itu bagus (plausible) dan soalnya dibuat dengan baik. Menurut
Gronlund (1981) alternatif jawaban empat kurang baik dibandingkan dengan yang lainnya.
Makin banyak alternatif jawaban, makin kecil kemungkinan peserta didik menerka.
2) Jenis Soal
Bentuk soal pilihan ganda dibedakan menjadi dua macam yaitu bentuk soal dengan pokok
soal (stem) pertanyaan dan bentuk soal dengan pokok soal (stem) pernyataan.
a) Soal dalam bentuk pertanyaan
b) Soal dalam bentuk pernyataan yaitu, pokok soal disajikan dengan tanda tanya. Soal
pilihan ganda semacam ini lebih langsung ke arah permasalahan. Oleh karena itu, soal
semacam ini lebih mudah dipahami oleh peserta didik di kelas pemula. Dalam satu tes bisa
saja terdiri atas soal yang memiliki alternatif jawaban yang bervariasai. Pada soal pilihan
ganda berbentuk pernyataan, pokok soal (stem) disajikan dengan empat buah titik di akhir
kalimat yang terdapat pada stem atau dengan tiga buah titik ( di awal kalimat atau di tengah
kalimat). Soal pilihan ganda semacam ini lebih sulit dibandingkan dengan soal pilihan ganda
dalam bentuk pertanyaan. Soal bentuk ini memerlukan lebih ketrampilan dan kemampuan
berpikir yang tinggi.
3) Penskoran
Penskoran dalam soal pilihan ganda dapat dilakukan setelah soal tersebut digunakan.
Penskoran soal pilihan ganda, sebagaimana telah disebutkan terdahulu, sangat mudah
dilakukan. Skor 1 diberikan apabila jawaban benar, dan skor 0 diberikan apa bila jawaban
salah. Dewasa ini, untuk jumlah soal dan jumlah peserta tes yang sangat besar, penskoran
dapat dilakukan dengan bantuan komputer.
4) Keunggulan dan kelemahan.
Bentuk soal pilihan ganda merupakan salah satu soal yang sangat luas digunakan untuk
mengukur prestasi peserta didik. Soal pilihan ganda merupakan soal yang dapat mengukur
berbagai macam kemampuan, mulai dari yang sederhana sampai dengan kemampuan yang
rumit. Soal pilihan ganda dapat digunakan untuk mengukur kemampuan yang secara umum
tidak dapat diukur oleh bentuk soal lainnya. Kelemahan yang nampak pada soal jawaban
singkat dapat diatasi oleh soal pilihan ganda. Soal jawaban singkat dapat dijawab dengan
berbagai macam cara, sedangkan soal pilihan ganda lhanya dapat dilakukan dengan satu cara.
Beberapa Keunggulan soal pilihan ganda:
a) Jumlah materi yang dapat ditanyakan relatif tak terbatas dibandingkan dengan materi
yang dapat dicakup soal bentuk lainnya. Jumlah soal yang ditanyakan umumnya relatif
banyak.
b) Dapat mengukur berbagai jenjang kognitif mulai dari ingatan sampai dengan evaluasi.
c) Penskorannya mudah, cepat, objektif, dan dapat mencangkup ruang lingkup bahan dan
materi yang luas dalam satu tes untuk suatu kelas atua jenjang.
d) Sangat tepat untuk ujian yang pesertanya snagat banyak sedangkan hasilnya harus segera
seperti ujian akhir nasional maupun ujian sekolah dasar.
e) Reliabilitas soal pilihan ganda relatif lebih tinggi dibandingkan dengan soal uaraian.
Terdapat beberapa kelemahan yaitu
a) Kurang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan verbal.
b) Peserta didik tidak mempunyai kelulusan dalam menulis, mengorganisasikan, dan
mengekspresikan gagasan ynag mereka miliki yang dituangkan kedalam kata atau kalimatnya
sendiri.
c) Tidak digunakan untuk mengukur kemampuan problem solving.
d) Sangat sensitif terhadap menerka. Dengan 4 alternatif jawaban, peserta tes memiliki
kemungkinan menerka sebesar 25% dan dengan 5 alternatif jawaban peserta tes memiliki
kemungkinan menerka sebesar 20%.
e) Penyusunan soal yang baik memerlukan waktu yang relatif lama dibandingkan dengan
bentuk soal lainnya.
f) Sangat sukar menentukan alternatif jawaban yang benar-benar homogen, logis, dan
berfungsi.
b. Dua pilihan (benar-salah, ya-tidak)
1. Karakteristik
Dalam tes yang tradisional, bentuk soal jawaban singkat adalah bentuk soal yang
sangat sederhana yang tediri atas dua kelompok pernyataan. Kelompok pertama ditulis pada
lajur sebelah kiri yang berupa huruf B dan S yang harus dipilih peserta didik atas respon
pernyataan yang disebelah kanan. Kelompok kedua terdiri atas pertanyaan atau pernyataan
yang harus direspon oleh peserta didik. Jika pernyataan atau pertanyaan benar menurut
peserta didik, maka mereka akan melingkari atau mencoret huruf B pada huruf B-S. Jika
pernyataan atau pertanyaan salah menurut peserta didik, maka mereka akan melingkari atau
mencoret huruf S pada huruf B-S. Peserta didik atau peserta tes dapat juga melingkari atau
memberi tanda hitam pada lembar jawaban yang telah disediakan yang terlepas dari lembar
soal.
Jumlah huruf B-S harus sama banyak dengan jumlah pertanyaan atau pernyataan.
Agar soal berfungsi dengan baik, maka hal yangh ditanyakan hendaknya homogen dari segi
isi. Ciri khusus bentuk soal benar salah adalah terbatas mengukur kemampuan
mengidentifikasi informasi berdasarkan hubungan yang sederhana. Kalaupun hendak
digunakan untuk mengukur kemampuan yang lebih tinggi, paling tidak dapat digunakan
untuk kemampuan menghubungkan antara dua hal yang homogen. Bentuk soal benar salah
juga dapat menggunakan gambar, tabel, diagram. Dengan gambar, tabel, dan diagram
tersebut diharapkan siswa dapat menghubungkan antara pernyataan atau pertanyaan dengan
respon benar-salah.
2. Jenis soal
Berbagai macam bentuk soal benar salah terdiri atas benar-salah, benar tidakbenar,
tetap tidaktetap, ya tidak, fakta atau pendapat, atau setuju tidak setuju. Untuk masing-masing
bentuk soal tersebut hanya ada dua kemungkinan jawaban, yaitu benar atau salah. Karena
banyak jawaban benar-salah merupakan bentuk yang paling umum, maka soal ini dinamakan
sebagai bentuk soal betul salah. Berdasarkan jawaban peserta didik dan berdasarkan
penskorannya, soal bentuk benar salah hanya diklasifikasikan menjadi satu macam, yaitu soal
yang menurut peserta didik memilih salah satu jawaban, B untuk menjawab benar dan S
untuk menajawab salah.
3. Penskoran
Penskoran soal benar salah sangat sederhana, yaitu skor 1 diberikan untuk jawaban
benar dan skor 0 untuk jawaban salah. Pskoran semacam ini dinamakan penskoran dikotomi.
4. Keunggulan dan kelemahan
Keunggulan yaitu pertama bentuk soal benar-salah adalah mudahnya membuat soal,
kedua banyaknya pokok bahasan atau kompetensi dasar dan indikator yang dapat dicakup
dalam soal, hal ini terjadi karena peserta didik dapat merespon sejumlah soal dalam waktu
yang relatif singkat.
Kelemahan yaitu pertama berkaitan dengan kemampuan yang hendak diukur, bentuk
soal benar-salah sangat terbatas mengukur kemampuan pengetahuan saja, kedua guru
kesulitan dalam menentukan apakah peserta didik memiliki kemampuan sesuai dengan yang
diukur dalam soal, akibatnya bentuk soal benar-salah memiliki tingkat reliabilitas yang sangat
rendah, kurang dapat digunakan sebagai alat diagnosa kesulitan belajar peserta didik, validasi
soal juga sangat diragukan kebenarannya.
c. Menjodohkan
1. Karakteristik
Dalam bentu tes yang tradisional, soal menjodohkan adalah bentuk soal yang terdiri
dari dua kelomok pernyataan. Kelompok pertama ditulis pada lajur sebelah kiri (bagian atau
kolom A), biasanya merupakan pernyataan soal atau pertanyaan sering juga disebut sebgai
stimulus atau premis yang berupa kalimat atau phrasa. Kelompok kedua biasanya disebut
respon yang ditulis pada lajur sebelah kanan (bagian tau kolom B), biasanya merupakan
pernyataan jawaban atau pernyataan respon berupa kata, bilangan, gambar, atau simbol.
Peserta tes diminta untuk menjodohkan, atau memilih pasangan yang tepat bagi pernyataan
yang ditulis pada stimulasi yang terdapat di lajur sebelah kiri dengan respon yang terdapat di
lajur sebelah kanan. Dalam kebanyakan bentuk soal menjodohkan ini biasanya peserta didik
diminta untuk mencari pasangan yang berhubungan. Premis dapat juga diletakkan di sebelah
atas (bagian A) sementara respon di bawahnya (bagian B).
2. Jenis soal
Bentuk soal menjodohkan hanya ada satu macam yaitu bentuk soal dengan stimulasi
yang diletakkan di sebelah kiri atau atas dan respon yang diletakkan di sebelah kanan atau
bawah.
3. Penskoran
Penskoran dalam soal pilihan ganda dapat dilakukan setelah soal tersebut digunakan.
Penskoran soal pilihan ganda, sebagaimana telah disebutkan terdahulu, sangat mudah
dilakukan. Skor 1 diberikan apabila jawaban benar, dan skor 0 diberikan apabila jawaban
salah.
Kelemahan
1) Jumlah materi yang dapat ditanyakan relatif terbatas dibandingkan dengan materi yang
dapat dicakup soal pilihan ganda. Jumlah soal yang ditanyakan umumnya relatif sedikit.
2) Penskoran soal uarian terutama untuk soal uaraian non objektif lebih lama dan lebih
sukar dibandingkan dengan penskoran soal pilihan ganda. Oleh karena itu, jumlah soal yang
disajikan dalam tes uarian sebaiknya tidak lebih dari 5 soal.
3) Terkadang pemeriksaan soal uaraian cenderung untuk memriksa dengan hati-hati
bebrapa lembar jawaban saja, untuk kemudian cenderung memberikan skor seadanya atau
terpola pada lembar jawaban berikutnya.
4) Relabilitas soal uraian juga relatif lebih rendah dibandingkan dengan soal pilihan ganda.
Hal ini terjadi karena skor total yang diperoleh peserta didik cenderung tidak konsisten dan
penskoran sering dipengaruhi oleh subjektivitas penilai. Selain penskoran yang tidak
konsisten, reliabilitas soal uraian juga dipengaruhi oleh terbatasnya materi yang dapat
diujikan.
C. Contoh Alat dan Penskoran Dalam Penilaian
1. Penilaian Tertulis ( Uraian )
Model penilaian ini dapat dilaksanakan selama proses pembelajaran, ulanagan harian, ulanagan
tengah semester, ulangan akhir semester, atau ulangan kenaikan kelas.
Aspek :
Mendengarkan
Standar Kompetensi :
Memahami siaran atau cerita yang disampaikan secara langsung/ tidak langsung.
Kompetensi dasar :
Menanggapi siaran atau informasi dari media elektronik ( berita dan non berita )
Indikator :
Menuliskan isi siaran radio/televisi dalam beberapa kalimat dengan urutan yang runtut dan
mudah dipahami.
Instruksi :
1. Dengarkan rekaman siaran berita berikut dengan saksama !
2. Tulislah isi siaran berita tersebut dalam beberapa kalimat dengan mempehatikan :
a. Ketepatan Isi
b. Struktur kalimat
c. Koherensi
d. Ejaan dan tanda baca
3. Bacakan hasil pekerjaan didepan kelas
Format Penilaian Tertulis
No. Nama Aspek yang Dinilai Skor Nilai
Ketepatan Struktur Koherensi Ejaan dan
Isi kalimat Tanda baca
1. Ratih 4 3 3 4 14 87,5
2. Erly 4 4 3 4 15 93,75
3. Dst.
Keterangan :
1. Tidak tepat 3. Tepat
2. Kurang tepat 4. Sangat tepat
Skor Perolehan
Skor Maksimal
Nilai Ratih : 14
16 x 100 = 87,5
DAFTAR PUSTAKA
Jihad, Asep dan Abdul Haris.2012. Evaluasi Pembelajaran. Multi Pressindo : Yogyakarta
Sudirman, dkk.1984. Ilmu Pendidikan. Bandung: Rosda Karya,
Surapranata, Sumarna. 2005. Panduan Penulisan Tes Tertulis Implementasi Kurikulum 2004. PT
Remaja Rosdakarya: Bandung
Sukardi. 2011. Evaluasi Pendidikan Prinsip & Operasionalnya. Bumi Aksara: Jakarta
http://hestyborneo.blogspot.com/2012/04/penilaian-hasil-kerja-product.html. diakses tanggal 30
April 2015
http://ndukyati.blogspot.com/2012/08/pembelajaran-dengan
metodepenugasan.html. diakses tanggal 30 April 2015