7469 - Tugas Drg. Ristya Selesai
7469 - Tugas Drg. Ristya Selesai
ARTIKEL ILMIAH
Kelompok 1
Anggota Kelompok:
ABSTRAK
Karies gigi merupakan proses pengikisan lapisan gigi yang tingkat keparahannya dapat dilihat dari lapisan gigi yang terinfeksi.
Penyandang tunagrahita memiliki gangguan fungsi intelektual dan perilaku adaptif. Keadaan tersebut mengakibatkan penyandang
tunagrahita memiliki keterbatasan untuk dapat membersihkan gigi secara optimal, sehingga dapat meningkatan risiko terinfeksi
karies gigi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan karies gigi anak terhadap gigi dan mulut pada anak disabilitas
intelektual. Metode penelitian yaitu survei analitik dan rancangan yang digunakan yaitu cross sectional. Teknik pengambilan
sampel menggunakan total sampling. Populasi dalam penelitian ini yaitu anak tunagrahita di SLB Jember sebanyak 118 orang.
Alat ukur penelitian yaitu menggunakan dua instrumen, yaitu lembar observasi karies gigi dan kuesioner tentang quality of life.
Lembar observasi karies gigi menggunakan indeks DMF-T. Sedangkan kuesioner tentang quality of life diukur menggunakan
WHOQL-BREF.
riset kesehatan dasar pada tahun 2007. rendah dan menengah telah rendah hingga beberapa tahun
terakhir, tetapi sekarang cenderung meningkat (89).
Berdasarkan hasil Survei Nasional Sosial Ekonomi
Sebaliknya, penurunan prevalensi kegilaan anak-anak telah
Nasional (Susenas) yang dilaksanakan oleh Badan
diamati di sebagian besar negara berpenghasilan tinggi
Pusat Statistik (BPS) tahun 2012 penyandang
selama 40 tahun terakhir meskipun prevalensi karies yang
tunagrahita di Indonesia berjumlah sebanyak
tidak diobati masih belum sepenuhnya dipahami. Pada
402,817 jiwa. Tindakan promtif maupun preventif tahun 2010 karies yang tidak diobati pada gigi sulung
bertujuan untuk memberikan informasi kepada terbuang pada 10 kondisi kesehatan paling umum yang
dokter gigi agar dapat menentukan tindakan menulari 621 juta anak. di seluruh dunia (90). Secara
promotif maupun preventif kepada orang tua atau global, mempertimbangkan perawatan gigi pada gigi
wali dari anak tunagrahita. sulung, prevalensi standar usia dan 95% interval
kepercayaan adalah 8,9 (8,6-9,2) pada tahun 1990 dan 8,8
(8,5-9,1) pada tahun 2010. Pada tahun 1990, prevalensi
standar usia dari yang tidak diobati karies bervariasi dari
5,8 (5,1-6,6) di Australia hingga 10,8 (9,8-11,8) di
AsiaPacific berpenghasilan tinggi. Perkiraan yang sesuai waktu tertentu. Bakteri endogen (sebagian besar
pada tahun 2010 adalah 6,5 (6.0-7.0) di Eropa Barat dan Streptococcus mutans [S. mutans dan S.
10.4 (9.6-11.2) di Asia Tenggara (90). Di negara-negara sobrinus] dan Lactobacillus sp) dalam plak
Afrika Sub-Sahara, prevalensi usia karies yang tidak
menghasilkan asam organik lemah sebagai
diobati pada gigi sulung bervariasi dari 7.8 (7.1–8.5) hingga
produk dari metabolisme karbohidrat. S. mutans
7.9 (7.2–8.8) antara tahun 1990 dan 2010. Penurunan
dan Lactobacillus merupakan kuman yang
signifikan dalam pengalaman karies anak-anak adalah yang
kariogenik karena mampu segera membuat asam
tertinggi di negara-negara. dengan perkembangan ekonomi
dari karbohidrat yang dapat diragikan. Asam ini
dan sosial terbesar. Peningkatan yang tidak signifikan telah
terjadi pada pengalaman karies anak-anak di negara-negara menyebabkan nilai pH lokal jatuh di bawah nilai
dengan tingkat perkembangan manusia dan ekonomi yang kritis yang mengakibatkan demineralisasi
rendah (5) (Birungi N.2016). jaringan gigi. Jika difusi kalsium, fosfat, dan
karbonat dari gigi ini dibiarkan berlanjut, kavitasi
pada akhirnya akan terjadi. Demineralisasi dapat
diatasi pada tahap awal melalui penyerapan
kalsium, fosfat, dan fluor. Fluor bertindak
sebagai katalis untuk difusi kalsium dan fosfat
dalam gigi, yang meremineralisasi struktur
kristal dalam lesi. Permukaan kristal dibangun
Table 3 menunjukkan mean dan standar deviasi kembali, terdiri dari hidroksiapatit berfluoride
berbagai derajat tunagrahita di Brazil Selatan. dan fluorapatite, jauh lebih tahan terhadap
Karies gigi merupakan proses pengikisan bakterial juga dapat terlibat dalam perkembangan
lapisan gigi yang tingkat keparahannya dapat karies. Proses karies dimulai dari permukaan gigi
dilihat dari lapisan gigi yang terinfeksi. Lapisan (pit, fissur dan daerah interproksimal) meluas ke
kemudian dentin hingga pulpa. Karies gigi Seorang penyandang cacat telah
diklasifikasikan berdasarkan stadium karies, didefinisikan sebagai siapa saja yang memiliki
yaitu karies superfisial, karies media, dan karies atau telah mengalami gangguan yang
profunda. Sedangkan menurut keparahan atau menyebabkan efek merugikan jangka panjang
kecepatan berkembangnya, dibagi menjadi karies pada kemampuannya untuk melakukan kegiatan
ringan, sedang, dan parah. sehari-hari yang khas untuk tahap perkembangan
Mekanisme proses karies sama untuk dan lingkungan budaya seseorang (Bojan B.
semua jenis karies. Sukrosa atau gula dari sisa Petrovic at all, 2016).
makanan dan bakteri berproses menempel pada Penyandang tunagrahita adalah orang yang
memiliki perkembangan kecerdasan yang observasi karies gigi menggunakan indeks
cenderung lambat atau keterbelakangan mental DMF-T. Sedangkan kuesioner tentang quality
dibawah orang normal. Tunagrahita dibagi of life diukur menggunakan WHOQL- BREF.
menjadi 3, yaitu tunagrahita ringan, tunagrahita HASIL PENELITIAN
sedang, dan tunagrahita berat. Tunagrahita Tabel 1. Distribusi Frekuensi
Statistics
ringan mampu untuk diarahkan atau dididik
dalam bidang akademik, seperti membaca, Jenis Usia karies Quality
Minimum 1 6 0 0
pengawasan. Tunagrahita berat hanya mampu
Maximum 2 32 14 44
dirawat dan membutuhkan perawatan secara
total. Tabel 2. Tabel Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
disabilitas pada kasus karies (Liu et al, 2014). Total 118 100.0 100.0
METODE PENELITIAN
Tabel 3. Tabel Distribusi Frekuensi Usia
Usia
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
Frequ- Percent Valid Cumulative
desain penelitian observasi analitik dengan
ency Percent Percent
pendekatan cross-sectional. Penelitian ini
6 2 1.7 1.7 1.7
ency
19 10 8.5 8.5 86.4
1 1 .8 .8 16.1
21 3 2.5 2.5 95.8
7 1 .8 .8 37.3
34 1 .8 .8 96.6
35 1 .8 .8 97.5
36 1 .8 .8 98.3
43 1 .8 .8 99.2
44 1 .8 .8 100.0
Chi-Square Tests
a. 13 cells (54,2%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is,38.
Berdasarkan table Pearson chi-square test diatas menunjukkan significancy 0,738 (p) > 0.05 sehingga tidak
ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dan karies pada siswa SLB Tunagrahita di Jember
Tabel 7. Tabel Correlation Pearson Test antara usia dan karies gigi pada siswa SLB Tunagrahita di
Jember
Correlations
Usia DMF
N 118 118
N 118 118
Berdasarkan tabel Pearson Correlation Test menunjukkan significancy 0,897 (p) > 0.05 sehingga tidak ada
hubungan yang signifikan antara usia dan karies pada siswa SLB Tunagrahita di Jember
Tabel 8. Tabel Correlation Spearman Test antara usia dan karies gigi pada siswa SLB Tunagrahita di Jember
Correlations
Usia DMF
N 118 118
N 118 118
Berdasarkan tabel Spearman Correlation Test menunjukkan significancy 0,808 (p) > 0.05 sehingga tidak ada
hubungan yang signifikan antara usia dan karies pada siswa SLB Tunagrahita di Jember.
Tabel 9. Tabel Chi Square Test antara jenis kelamin dan quality of life pada siswa SLB Tunagrahita di Jember
Chi-Square Tests
a. 54 cells (93,1%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,38.
Berdasarkan tabel Chi-Square Test menunjukkan significancy 0,527 (p) > 0.05 sehingga tidak ada hubungan
yang signifikan antara jenis kelamin dan quality of life pada siswa SLB Tunagrahita di Jember.
Tabel 10. Tabel Pearson Correlation Test antara usia dan quality of life pada siswa SLB Tunagrahita di Jember
Correlations
Usia QOL
N 118 118
N 118 118
Berdasarkan tabel Pearson Correlation Test menunjukkan significancy 0,284 (p) > 0.05 sehingga tidak ada
hubungan yang signifikan antara usia dan quality of life pada siswa SLB Tunagrahita di Jember.
Tabel 11. Tabel Spearman Correlations Test antara usia dan quality of life pada siswa SLB Tunagrahita
di Jember
Correlations
Usia QOL
N 118 118
N 118 118
Berdasarkan tabel uji Spearman Correlation Test menunjukkan significancy 0,757 (p) > 0.05 sehingga tidak
ada hubungan yang signifikan antara usia dan quality of life pada siswa SLB Tunagrahita di Jember
Tabel 12. Tabel Pearson Correlation Test antara karies dan quality of life pada siswa SLB Tunagrahita di
Jember
Correlations
DMF QOL
N 118 118
N 118 118
Berdasarkan tabel uji Pearson Correlation Test menunjukkan significancy 0,016 (p) > 0.05 sehingga tidak ada
hubungan yang signifikan antara karies dan quality of life pada siswa SLB Tunagrahita di Jember
Tabel 13. Tabel Spearman Correlations Test antara karies dan quality of life pada siswa SLB Tunagrahita di
Jember
Correlations
DMF QOL
N 118 118
N 118 118
Berdasarkan tabel uji Spearman Correlation Test menunjukkan significancy 0,037 (p) < 0.05 sehingga ada
hubungan yang signifikan antara karies dan quality of life pada siswa SLB Tunagrahita di Jember
PEMBAHASAN dapat memiliki minimnya pengetahuan dan
Berdasarkan hasil penelitian pada 118 kesadaran terhadap pentingnya menjaga kesehatan
siswa Tunagrahita di SLB Jember yang telah gigi dan mulut terutama pada anak
didapatkan data (Tabel 2) frekuensi jenis kelamin Selain itu terdapat faktor internal pada anak
laki-laki 61% dan perempuan 39%. (Tabel 3) berkebutuhan khusus yaitu delay eruption. Pada
siswa paling tua berusia 32 tahun dan paling muda anak normal antara perempuan dan laki-laki
berusia 6 tahun. (Tabel 4) menunjukkan skor terdapat perbedaan, yaitu pada perempuan rata-rata
DMF-t yang beragam, dengan skor tertinggi 14 lebih cepat dibandingan dengan laki-laki. Hal ini
dan skor terendah 0, dapat disimpulkan bahwa tidak ditemukan dalam anak tunagrahita, karena
80,51% siswa di SLB Jember menderita karies terdapat gangguan gen autosomal resesif yang
dan sebanyak 19,49% bebas dari karies. (Tabel 5) mengakibatkan gangguan dalam erupsi gigi atau
Pada pemeriksaan WHOQL-BREF juga memiliki delay eruption. Keterlambatan erupsi tesebut
skor yang beragam, dengan skor tertinggi 44 dan mengakibatkan angka kejadian karies pada gigi
skor terendah 0. desidui antara perempuan dan laki-laki, karena
Berdasarkan analisis data menggunakan Chi- email pada gigi desidui lebih rentan terkena karies
Square Test pada Tabel 6 pengaruh jenis kelamin dan waktu pergantiannya terlalu lambat, sehingga
dan karies gigi menunjukan hasil bahwa tidak ada gigi terpapar mikroorganisme lebih lama
hubungan antara jenis kelamin dan karies gigi pada dibandingkan dengan anak normal. Alasan lainnya
anak tunagrahita. Hal ini bisa disebabkan karena yaitu karena dalam pembersihan gigi pada anak
tingkat kesadaran dalam menjaga kesehatan gigi tunagrahita tidak maksimal (Adhi dan Octavia,
jenis kelamin, karena wanita maupun pria tetap Hasil dari analisis data menggunakan
dapat memiliki minimnya pengetahuan dan Correlation Pearson Test dan Correlation
kesadaran terhadap pentingnya menjaga kesehatan Spearman Test menunjukkan bahwa usia dan
gigi dan mulut karies gigi tidak ada hubungan (Tabel 7 dan 8).
Berdasarkan analisis data menggunakan Chi- Hal ini dikarenakan kesehatan gigi dan mulut
Square Test pada Tabel 6 (pengaruh jenis kelamin (terutama karies) dilihat dari kesadaran dan
dan karies gigi) menunjukkan hasil bahwa tidak ada kepedulian seseorang terhadap pentingnya
hubungan antara jenis kelamin dan karies gigi pada menjaga kebersihan dan kesehatan gigi dan mulut,
anak tunagrahita. Hal ini bisa disebabkan karena dan dengan bertambahnya usia tidak selalu
tingkat kesadaran dalam menjaga kesehatan gigi mempengaruhi kepedulian seseorang terhadap
dan mulut seseorang tidak dapat diukur menurut pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut.
jenis kelamin, karena wanita maupun pria tetap
Tunagrahita termasuk kelainan atau bertanggung jawab terhadap aktivitas mereka sendiri
kelemahan jiwa dan intelegensi yang kurang sejak (Situmeang et al, 2016). Hasil penelitian dari
masa perkembangan. Penderita tunagrahita dari pengaruh usia dan quality of life menunjukkan
segala umur mempunyai keterbatasan dan hasil bahwa tidak terdapat hubungan antara usia
keterlambatan dalam semua perkembangan dengan quality of life (Tabel 10 dan 11)
sehingga mereka mengalami kesulitan untuk menggunakan Correlation Pearson Test dan
merawat diri dan cenderung memiliki Correlation Spearman Test . Hal ini dikarenakan
ketergantungan dengan lingkungan. Keberhasilan quality of life dipengaruhi oleh faktor fisik,
perawatan gigi dan mulut serta pencegahan psikologis, sosial, dan lingkungan serta
penyakit mulut pada penderita tunagrahita sangat dipengaruhi oleh tingkat kemandirian, aktifitas
dipengaruhi oleh perilaku orang tua dan dan sosial, dan fungsi keluarga (Salles et al, 2016)
lingkungan. Sehingga usia pada penderita sehingga meskipun usia anak, remaja, dewasa
tunagrahita tidak terlalu mempengaruhi kesehatan maupun lansia tetapi faktor tersebut masih baik
gigi dan mulut terutama karies (Rampi, 2017) maka quality of life pun akan tetap baik.