Anda di halaman 1dari 13

TUGAS MATA KULIAH METODOLOGI PENELITIAN

ARTIKEL ILMIAH

“Hubungan Karies Gigi dengan Quality of Life pada Anak Tunagrahita”

Kelompok 1
Anggota Kelompok:

1. Kiki Rahmi Z 151610101124

2. Rosellina Charisma Ilman 161610101001

3. Lifia Mufida 161610101003

4. Shabrina Widya A 161610101005

5. Reganita Nurmaulawati 161610101029

6. Rafif Naufi Waskitha H 161610101032

7. Safira Zahra Marari 161610101034

8. Nada Ocarina Savitri 161610101037

Dosen Pengajar: Dr. Ristya Widi Endah Yani, drg.,M.Kes.

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS JEMBER
2018
HUBUNGAN KARIES GIGI DENGAN QUALITY OF LIFE PADA ANAK
TUNAGRAHITA
Kiki Rahma, Rosellina Charisma, Lifia Mufida, Shabrina W, Reganita N, Rafif Naufi, Safira Zahra,
dan Nada Ocarina
Ristya Widi Endah Yani
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember
Jalan Kalimantan No.37, Kampus Tegalbroto, Jember, Jawa Timur, 68121, Indonesia

ABSTRAK
Karies gigi merupakan proses pengikisan lapisan gigi yang tingkat keparahannya dapat dilihat dari lapisan gigi yang terinfeksi.
Penyandang tunagrahita memiliki gangguan fungsi intelektual dan perilaku adaptif. Keadaan tersebut mengakibatkan penyandang
tunagrahita memiliki keterbatasan untuk dapat membersihkan gigi secara optimal, sehingga dapat meningkatan risiko terinfeksi
karies gigi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan karies gigi anak terhadap gigi dan mulut pada anak disabilitas
intelektual. Metode penelitian yaitu survei analitik dan rancangan yang digunakan yaitu cross sectional. Teknik pengambilan
sampel menggunakan total sampling. Populasi dalam penelitian ini yaitu anak tunagrahita di SLB Jember sebanyak 118 orang.
Alat ukur penelitian yaitu menggunakan dua instrumen, yaitu lembar observasi karies gigi dan kuesioner tentang quality of life.
Lembar observasi karies gigi menggunakan indeks DMF-T. Sedangkan kuesioner tentang quality of life diukur menggunakan
WHOQL-BREF.

Kata kunci: karies gigi, quality of life, tunagrahita


Timur ialah provinsi yang mempunyai masalah
PENDAHULUAN gigi dan mulu yang cukup tinggi yaitu >30%.
Masalah terbesar yang dihadapi Indonesia Sedangkan menurut Departemen Kesehatan
dalam bidang kesehatan gigi dan mulut ialah Republik Indonesia tahun 2013, prevalensi karies
karies gigi. Kesehatan gigi dan mulut seperti gigi aktif meningkat sebanyak 9,8%.
karies gigi memerlukan penanganan secara Penyandang tunagrahita memiliki
komprehensif, karena dampaknya dapat meliputi gangguan fungsi intelektual dan perilaku adaptif.
beberapa faktor, seperti faktor fisik, mental, Tunagrahita mempunyai indeks IQ kurang dari
maupun sosial bagi individu yang mengalami 70. Rendahnya indeks IQ menyebabkan
karies gigi. Karies gigi disebabkan oleh perkembangan motorik menjadi lambat. Hal ini
demineralisasi email dan dentin yang berkaitan menyebabkan keterbatasan melakukan gerakan
dengan mengkonsumsi makanan bersifat yang membutuhkan keterampilan. Menggosok
kariogenik. gigi merupakan salah satu gerakan yang
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia membutuhkan keterampilan dan cara untuk
(WHO) tahun 2016 menyatakan bahwa angka membuat gigi menjadi bersih dan dapat
kejadian karies pada anak masih besar, yaitu menyegarkan mulut. Menyikat gigi merupakan
sekitar 60-90%. Berdasarkan Laporan Hasil Riset salah satu cara untuk menjaga kebersihan mulut
Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013, sehingga dapat terhindar dari penyakit mulut.
pravalensi nasional masalah gigi dan mulut Ketidakmampuan menjaga kebersihan mulut
sebessr 31,1%, hal ini mengalami peningkatan merupakan salah satu faktor utama yang
dari tahun 2009 sebesar 29,7%. Daerah Jawa
mempengaruhi tingginya prevalensi penyakit gigi
pada anak tunagrahita. Kurangnya kemampuan
anak tunagrahita untuk menyikat gigi
menyebabkan meningkatnya resiko karies serta
penyakit periodontal (Jitender et al, 2014).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan
Diajeng di SLB C kota Semarang Tahun 2016,
83,2% anak mengalami karies dan sebanyak
56,4% mengalami karies dalam kategori tinggi.
Dalam berbagai penelitian telah dilaporkan
bahwa perawatan gigi adalah kebutuhan
kesehatan terbesar yang tidak diperhatikan oleh
orang penyandang tunagrahita. Selain itu, obat-
obatan yang dikonsumsi penyandang tunagrahita,
seperti anti konvulsan dapat menyebabkan karies
gigi (Sri D et al, 2016).
Menurut WHO (2011) sebanyak 15%
populasi penduduk dunia merupakan penyandang
disabilitas. Jumlah penduduk disabilitas di Menurut isport dari World Health Organization (WHO),
Indonesia mengalami peningkatan sebanyak 6% prevalensi pengalaman karies gigi di antara anak-anak
pada tahun 2013 jika dibandingkan dengan hasil sekolah usia 12 tahun di negara-negara berpenghasilan

riset kesehatan dasar pada tahun 2007. rendah dan menengah telah rendah hingga beberapa tahun
terakhir, tetapi sekarang cenderung meningkat (89).
Berdasarkan hasil Survei Nasional Sosial Ekonomi
Sebaliknya, penurunan prevalensi kegilaan anak-anak telah
Nasional (Susenas) yang dilaksanakan oleh Badan
diamati di sebagian besar negara berpenghasilan tinggi
Pusat Statistik (BPS) tahun 2012 penyandang
selama 40 tahun terakhir meskipun prevalensi karies yang
tunagrahita di Indonesia berjumlah sebanyak
tidak diobati masih belum sepenuhnya dipahami. Pada
402,817 jiwa. Tindakan promtif maupun preventif tahun 2010 karies yang tidak diobati pada gigi sulung
bertujuan untuk memberikan informasi kepada terbuang pada 10 kondisi kesehatan paling umum yang
dokter gigi agar dapat menentukan tindakan menulari 621 juta anak. di seluruh dunia (90). Secara
promotif maupun preventif kepada orang tua atau global, mempertimbangkan perawatan gigi pada gigi
wali dari anak tunagrahita. sulung, prevalensi standar usia dan 95% interval
kepercayaan adalah 8,9 (8,6-9,2) pada tahun 1990 dan 8,8
(8,5-9,1) pada tahun 2010. Pada tahun 1990, prevalensi
standar usia dari yang tidak diobati karies bervariasi dari
5,8 (5,1-6,6) di Australia hingga 10,8 (9,8-11,8) di
AsiaPacific berpenghasilan tinggi. Perkiraan yang sesuai waktu tertentu. Bakteri endogen (sebagian besar
pada tahun 2010 adalah 6,5 (6.0-7.0) di Eropa Barat dan Streptococcus mutans [S. mutans dan S.
10.4 (9.6-11.2) di Asia Tenggara (90). Di negara-negara sobrinus] dan Lactobacillus sp) dalam plak
Afrika Sub-Sahara, prevalensi usia karies yang tidak
menghasilkan asam organik lemah sebagai
diobati pada gigi sulung bervariasi dari 7.8 (7.1–8.5) hingga
produk dari metabolisme karbohidrat. S. mutans
7.9 (7.2–8.8) antara tahun 1990 dan 2010. Penurunan
dan Lactobacillus merupakan kuman yang
signifikan dalam pengalaman karies anak-anak adalah yang
kariogenik karena mampu segera membuat asam
tertinggi di negara-negara. dengan perkembangan ekonomi
dari karbohidrat yang dapat diragikan. Asam ini
dan sosial terbesar. Peningkatan yang tidak signifikan telah
terjadi pada pengalaman karies anak-anak di negara-negara menyebabkan nilai pH lokal jatuh di bawah nilai
dengan tingkat perkembangan manusia dan ekonomi yang kritis yang mengakibatkan demineralisasi
rendah (5) (Birungi N.2016). jaringan gigi. Jika difusi kalsium, fosfat, dan
karbonat dari gigi ini dibiarkan berlanjut, kavitasi
pada akhirnya akan terjadi. Demineralisasi dapat
diatasi pada tahap awal melalui penyerapan
kalsium, fosfat, dan fluor. Fluor bertindak
sebagai katalis untuk difusi kalsium dan fosfat
dalam gigi, yang meremineralisasi struktur
kristal dalam lesi. Permukaan kristal dibangun

Table 3 menunjukkan mean dan standar deviasi kembali, terdiri dari hidroksiapatit berfluoride

berbagai derajat tunagrahita di Brazil Selatan. dan fluorapatite, jauh lebih tahan terhadap

Tinjauan Pustaka serangan asam daripada struktur aslinya. Enzim

Karies gigi merupakan proses pengikisan bakterial juga dapat terlibat dalam perkembangan

lapisan gigi yang tingkat keparahannya dapat karies. Proses karies dimulai dari permukaan gigi

dilihat dari lapisan gigi yang terinfeksi. Lapisan (pit, fissur dan daerah interproksimal) meluas ke

ini terdiri dari lapisan terluar yaitu enamel, arah pulpa.

kemudian dentin hingga pulpa. Karies gigi Seorang penyandang cacat telah

diklasifikasikan berdasarkan stadium karies, didefinisikan sebagai siapa saja yang memiliki

yaitu karies superfisial, karies media, dan karies atau telah mengalami gangguan yang

profunda. Sedangkan menurut keparahan atau menyebabkan efek merugikan jangka panjang

kecepatan berkembangnya, dibagi menjadi karies pada kemampuannya untuk melakukan kegiatan

ringan, sedang, dan parah. sehari-hari yang khas untuk tahap perkembangan

Mekanisme proses karies sama untuk dan lingkungan budaya seseorang (Bojan B.

semua jenis karies. Sukrosa atau gula dari sisa Petrovic at all, 2016).

makanan dan bakteri berproses menempel pada Penyandang tunagrahita adalah orang yang
memiliki perkembangan kecerdasan yang observasi karies gigi menggunakan indeks
cenderung lambat atau keterbelakangan mental DMF-T. Sedangkan kuesioner tentang quality
dibawah orang normal. Tunagrahita dibagi of life diukur menggunakan WHOQL- BREF.
menjadi 3, yaitu tunagrahita ringan, tunagrahita HASIL PENELITIAN
sedang, dan tunagrahita berat. Tunagrahita Tabel 1. Distribusi Frekuensi
Statistics
ringan mampu untuk diarahkan atau dididik
dalam bidang akademik, seperti membaca, Jenis Usia karies Quality

Kelamin gigi of Life


menulis, dan berhitung), serta masih memiliki
Valid 118 118 118 118
keahlian sosial. Tunagrahita sedang mengalami N
Missing 0 0 0 0
kesulitan dalam bidang akademik, namun
Mean 1.39 15.50 2.95 11.51
mampu untuk dilatih dalam mengurus dirinya Median 1.00 16.00 3.00 13.00

secara mandiri meskipun harus dalam Mode 1 17 0 14

Minimum 1 6 0 0
pengawasan. Tunagrahita berat hanya mampu
Maximum 2 32 14 44
dirawat dan membutuhkan perawatan secara
total. Tabel 2. Tabel Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin
Jenis Kelamin

Lingkungan yang mendukung dan program Frequ- Percent Valid Cumulative

ency Percent Percent


pendidikan kesehatan mulut yang komprehensif
Laki-
bagi orang tua penting, untuk meningkatkan 72 61.0 61.0 61.0
laki
keterampilan dalam menjaga kesehatan mulut Valid Perem-
46 39.0 39.0 100.0
anak-anak terutama pada penderita intelektual puan

disabilitas pada kasus karies (Liu et al, 2014). Total 118 100.0 100.0

METODE PENELITIAN
Tabel 3. Tabel Distribusi Frekuensi Usia
Usia
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
Frequ- Percent Valid Cumulative
desain penelitian observasi analitik dengan
ency Percent Percent
pendekatan cross-sectional. Penelitian ini
6 2 1.7 1.7 1.7

dilakukan pada bulan agustus 2018 di Sekolah 7 2 1.7 1.7 3.4

Luar Biasa (SLB) Jember. Populasi dari 8 3 2.5 2.5 5.9

penelitian ini adalah anak tunagrahita di SLB 9 4 3.4 3.4 9.3

10 4 3.4 3.4 12.7


Jember dengan jumlah 118 siswa. Sampel yang
Valid 11 3 2.5 2.5 15.3
digunakan yaitu seluruh populasi (118 siswa).
12 10 8.5 8.5 23.7
Variabel penelitian yaitu karies gigi dan quality
13 11 9.3 9.3 33.1
of life. Pengumpulan data menggunakan 2 14 7 5.9 5.9 39.0

instrumen, yaitu lembar observasi karies gigi 15 8 6.8 6.8 45.8

dan kuesioner tentang quality of life. Lembar 16 12 10.2 10.2 55.9


17 17 14.4 14.4 70.3 Freq Percent Valid Cumulative

18 9 7.6 7.6 78.0 u- Percent Percent

ency
19 10 8.5 8.5 86.4

0 18 15.3 15.3 15.3


20 8 6.8 6.8 93.2

1 1 .8 .8 16.1
21 3 2.5 2.5 95.8

2 6 5.1 5.1 21.2


22 2 1.7 1.7 97.5

3 5 4.2 4.2 25.4


26 1 .8 .8 98.3

4 6 5.1 5.1 30.5


31 1 .8 .8 99.2

5 5 4.2 4.2 34.7


32 1 .8 .8 100.0

6 2 1.7 1.7 36.4


Total 118 100.0 100.0

7 1 .8 .8 37.3

8 4 3.4 3.4 40.7


Tabel 4. Tabel Distribusi Frekuensi Karies Gigi
karies gigi
9 1 .8 .8 41.5
Frequ- Percent Valid Cumulativ
10 5 4.2 4.2 45.8
Ency Percent e Percent
12 4 3.4 3.4 49.2
0 23 19.5 19.5 19.5
13 2 1.7 1.7 50.8
1 17 14.4 14.4 33.9
14 31 26.3 26.3 77.1
2 16 13.6 13.6 47.5
15 2 1.7 1.7 78.8
3 19 16.1 16.1 63.6
Valid 16 2 1.7 1.7 80.5
4 17 14.4 14.4 78.0
17 1 .8 .8 81.4
5 13 11.0 11.0 89.0
18 2 1.7 1.7 83.1
Valid 6 1 .8 .8 89.8
19 3 2.5 2.5 85.6
7 4 3.4 3.4 93.2
20 2 1.7 1.7 87.3
8 5 4.2 4.2 97.5
21 2 1.7 1.7 89.0
10 1 .8 .8 98.3
24 1 .8 .8 89.8
11 1 .8 .8 99.2
26 3 2.5 2.5 92.4
14 1 .8 .8 100.0
28 3 2.5 2.5 94.9
Total 118 100.0 100.0
31 1 .8 .8 95.8

34 1 .8 .8 96.6

35 1 .8 .8 97.5

36 1 .8 .8 98.3

43 1 .8 .8 99.2

44 1 .8 .8 100.0

Total 118 100.0 100.0

Tabel 5. Tabel Distribusi Frekuensi Quality of Life


Quality of Life
Tabel 6. Tabel Chi-Square Test antara jenis kelamin dan karies gigi pada siswa SLB Tunagrahita di Jember

Chi-Square Tests

Value Df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 7,725a 11 ,738

Likelihood Ratio 8,981 11 ,624

Linear-by-Linear Association ,562 1 ,454

N of Valid Cases 118

a. 13 cells (54,2%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is,38.
Berdasarkan table Pearson chi-square test diatas menunjukkan significancy 0,738 (p) > 0.05 sehingga tidak
ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dan karies pada siswa SLB Tunagrahita di Jember

Tabel 7. Tabel Correlation Pearson Test antara usia dan karies gigi pada siswa SLB Tunagrahita di
Jember
Correlations

Usia DMF

Usia Pearson Correlation 1 -,012

Sig. (2-tailed) ,897

N 118 118

DMF Pearson Correlation -,012 1

Sig. (2-tailed) ,897

N 118 118

Berdasarkan tabel Pearson Correlation Test menunjukkan significancy 0,897 (p) > 0.05 sehingga tidak ada
hubungan yang signifikan antara usia dan karies pada siswa SLB Tunagrahita di Jember

Tabel 8. Tabel Correlation Spearman Test antara usia dan karies gigi pada siswa SLB Tunagrahita di Jember
Correlations

Usia DMF

Spearman's rho usia Correlation Coefficient 1,000 -,023

Sig. (2-tailed) . ,808

N 118 118

DMF Correlation Coefficient -,023 1,000

Sig. (2-tailed) ,808 .

N 118 118

Berdasarkan tabel Spearman Correlation Test menunjukkan significancy 0,808 (p) > 0.05 sehingga tidak ada
hubungan yang signifikan antara usia dan karies pada siswa SLB Tunagrahita di Jember.
Tabel 9. Tabel Chi Square Test antara jenis kelamin dan quality of life pada siswa SLB Tunagrahita di Jember

Chi-Square Tests

Value Df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 26,847a 28 ,527

Likelihood Ratio 35,134 28 ,166

Linear-by-Linear Association ,601 1 ,438

N of Valid Cases 118

a. 54 cells (93,1%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,38.

Berdasarkan tabel Chi-Square Test menunjukkan significancy 0,527 (p) > 0.05 sehingga tidak ada hubungan
yang signifikan antara jenis kelamin dan quality of life pada siswa SLB Tunagrahita di Jember.

Tabel 10. Tabel Pearson Correlation Test antara usia dan quality of life pada siswa SLB Tunagrahita di Jember

Correlations

Usia QOL

Usia Pearson Correlation 1 ,099

Sig. (2-tailed) ,284

N 118 118

QOL Pearson Correlation ,099 1

Sig. (2-tailed) ,284

N 118 118

Berdasarkan tabel Pearson Correlation Test menunjukkan significancy 0,284 (p) > 0.05 sehingga tidak ada
hubungan yang signifikan antara usia dan quality of life pada siswa SLB Tunagrahita di Jember.

Tabel 11. Tabel Spearman Correlations Test antara usia dan quality of life pada siswa SLB Tunagrahita
di Jember

Correlations

Usia QOL

Spearman's rho usia Correlation Coefficient 1,000 ,029

Sig. (2-tailed) . ,757

N 118 118

QOL Correlation Coefficient ,029 1,000

Sig. (2-tailed) ,757 .

N 118 118

Berdasarkan tabel uji Spearman Correlation Test menunjukkan significancy 0,757 (p) > 0.05 sehingga tidak
ada hubungan yang signifikan antara usia dan quality of life pada siswa SLB Tunagrahita di Jember

Tabel 12. Tabel Pearson Correlation Test antara karies dan quality of life pada siswa SLB Tunagrahita di
Jember

Correlations

DMF QOL

DMF Pearson Correlation 1 -,222*

Sig. (2-tailed) ,016

N 118 118

QOL Pearson Correlation -,222* 1

Sig. (2-tailed) ,016

N 118 118

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Berdasarkan tabel uji Pearson Correlation Test menunjukkan significancy 0,016 (p) > 0.05 sehingga tidak ada
hubungan yang signifikan antara karies dan quality of life pada siswa SLB Tunagrahita di Jember

Tabel 13. Tabel Spearman Correlations Test antara karies dan quality of life pada siswa SLB Tunagrahita di
Jember

Correlations

DMF QOL

Spearman's rho DMF Correlation Coefficient 1,000 -,192*

Sig. (2-tailed) . ,037

N 118 118

QOL Correlation Coefficient -,192* 1,000

Sig. (2-tailed) ,037 .

N 118 118

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Berdasarkan tabel uji Spearman Correlation Test menunjukkan significancy 0,037 (p) < 0.05 sehingga ada
hubungan yang signifikan antara karies dan quality of life pada siswa SLB Tunagrahita di Jember
PEMBAHASAN dapat memiliki minimnya pengetahuan dan

Berdasarkan hasil penelitian pada 118 kesadaran terhadap pentingnya menjaga kesehatan

siswa Tunagrahita di SLB Jember yang telah gigi dan mulut terutama pada anak

dilaksanakan pada bulan Agustus 2018 tunagrahita(Rampi, 2017).

didapatkan data (Tabel 2) frekuensi jenis kelamin Selain itu terdapat faktor internal pada anak
laki-laki 61% dan perempuan 39%. (Tabel 3) berkebutuhan khusus yaitu delay eruption. Pada
siswa paling tua berusia 32 tahun dan paling muda anak normal antara perempuan dan laki-laki
berusia 6 tahun. (Tabel 4) menunjukkan skor terdapat perbedaan, yaitu pada perempuan rata-rata
DMF-t yang beragam, dengan skor tertinggi 14 lebih cepat dibandingan dengan laki-laki. Hal ini
dan skor terendah 0, dapat disimpulkan bahwa tidak ditemukan dalam anak tunagrahita, karena
80,51% siswa di SLB Jember menderita karies terdapat gangguan gen autosomal resesif yang
dan sebanyak 19,49% bebas dari karies. (Tabel 5) mengakibatkan gangguan dalam erupsi gigi atau
Pada pemeriksaan WHOQL-BREF juga memiliki delay eruption. Keterlambatan erupsi tesebut
skor yang beragam, dengan skor tertinggi 44 dan mengakibatkan angka kejadian karies pada gigi
skor terendah 0. desidui antara perempuan dan laki-laki, karena

Berdasarkan analisis data menggunakan Chi- email pada gigi desidui lebih rentan terkena karies

Square Test pada Tabel 6 pengaruh jenis kelamin dan waktu pergantiannya terlalu lambat, sehingga

dan karies gigi menunjukan hasil bahwa tidak ada gigi terpapar mikroorganisme lebih lama

hubungan antara jenis kelamin dan karies gigi pada dibandingkan dengan anak normal. Alasan lainnya

anak tunagrahita. Hal ini bisa disebabkan karena yaitu karena dalam pembersihan gigi pada anak

tingkat kesadaran dalam menjaga kesehatan gigi tunagrahita tidak maksimal (Adhi dan Octavia,

dan mulut seseorang tidak dapat diukur menurut 2013).

jenis kelamin, karena wanita maupun pria tetap Hasil dari analisis data menggunakan
dapat memiliki minimnya pengetahuan dan Correlation Pearson Test dan Correlation
kesadaran terhadap pentingnya menjaga kesehatan Spearman Test menunjukkan bahwa usia dan
gigi dan mulut karies gigi tidak ada hubungan (Tabel 7 dan 8).
Berdasarkan analisis data menggunakan Chi- Hal ini dikarenakan kesehatan gigi dan mulut
Square Test pada Tabel 6 (pengaruh jenis kelamin (terutama karies) dilihat dari kesadaran dan
dan karies gigi) menunjukkan hasil bahwa tidak ada kepedulian seseorang terhadap pentingnya
hubungan antara jenis kelamin dan karies gigi pada menjaga kebersihan dan kesehatan gigi dan mulut,
anak tunagrahita. Hal ini bisa disebabkan karena dan dengan bertambahnya usia tidak selalu
tingkat kesadaran dalam menjaga kesehatan gigi mempengaruhi kepedulian seseorang terhadap
dan mulut seseorang tidak dapat diukur menurut pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut.
jenis kelamin, karena wanita maupun pria tetap
Tunagrahita termasuk kelainan atau bertanggung jawab terhadap aktivitas mereka sendiri
kelemahan jiwa dan intelegensi yang kurang sejak (Situmeang et al, 2016). Hasil penelitian dari

masa perkembangan. Penderita tunagrahita dari pengaruh usia dan quality of life menunjukkan
segala umur mempunyai keterbatasan dan hasil bahwa tidak terdapat hubungan antara usia
keterlambatan dalam semua perkembangan dengan quality of life (Tabel 10 dan 11)
sehingga mereka mengalami kesulitan untuk menggunakan Correlation Pearson Test dan
merawat diri dan cenderung memiliki Correlation Spearman Test . Hal ini dikarenakan
ketergantungan dengan lingkungan. Keberhasilan quality of life dipengaruhi oleh faktor fisik,
perawatan gigi dan mulut serta pencegahan psikologis, sosial, dan lingkungan serta
penyakit mulut pada penderita tunagrahita sangat dipengaruhi oleh tingkat kemandirian, aktifitas
dipengaruhi oleh perilaku orang tua dan dan sosial, dan fungsi keluarga (Salles et al, 2016)
lingkungan. Sehingga usia pada penderita sehingga meskipun usia anak, remaja, dewasa
tunagrahita tidak terlalu mempengaruhi kesehatan maupun lansia tetapi faktor tersebut masih baik
gigi dan mulut terutama karies (Rampi, 2017) maka quality of life pun akan tetap baik.

Pada analisis data menggunakan Chi- Dalam analisis data menggunakan


Square Test (Tabel 9) menunjukkan hasil bahwa Correlation Pearson Test dan Correlation
tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin Spearman Test (Tabel 12 dan 13) dengan nilai
dengan quality of life pada anak tunagrahita. Baik sig. 0,037 (<0,05 sehingga dapat disimpulkan
dan burukya kualitas hidup bisa disebabkan terdapat hubungan antara karies dengan quality of
karena terdapat perbedaan latar belakang dan life. Penyandang tunagrahita memiliki gangguan
budaya dari seseorang bukan dari jenis fungsi intelektual dan perilaku adaptif. Keadaan
kelaminnya. tersebut mengakibatkan penyandang tunagrahita
memiliki keterbatasan untuk dapat membersihkan
Distribusi responden paling banyak pada
gigi secara optimal, sehingga dapat meningkatan
penelitian ini adalah responden dengan jenis kelamin
risiko terinfeksi karies gigi. Begitupun
laki-laki yaitu 61% dengan frekuensi 72 orang,
sedangkan jenis kelamin perempuan yaitu 39% dengan sebaliknya, pada karies yang parah dapat

frekuensi 46 orang. Hasil ini sesuai dengan prevalensi menyebabkan


terbesar penderita tunagrahita di dunia yaitu laki-laki. munculnya gejala dan gangguan seperti sakit saat
Menurut Junge (2005) juga mengatakan anak laki-laki mengunyah terganggu saat tidur, malas bicara
yang mengalami tunagrahita membutuhkan perhatian dan kepercayaan diri menuruh sehingga dapat
lebih banyak, sebaliknya dari anak perempuan. Jenis
menyebabkan quality of life menurun (Sri D et al,
kelamin anak laki-laki jauh lebih memiliki
2016).
kemampuan dalam melakukan kemandirian personal
hygiene dibandingkan anak perempuan karena anak KESIMPULAN
laki-laki jauh lebih dituntut untuk bisa mandiri dan Karies dengan Quality of Life memiliki
hubungan. Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil https://prosiding.stikescendekiautamakudus
penelitian yang menunjukkan bahwa dari hasil .ac.id
analisa statistika terdapat hubungan yang /index.php/pros/article/view/257
signifikan antara variabel DMF-T (Decayed Hidayah M, Imam S, dan Pangadi. 2014. Proses
missing filling teeth) dengan QOL (Quality of Berpikir Siswa TunaGrahita Ringan
life), dengan nilai sig. 0,037 (<0,05). dalam Memecahkan Masalah Matematika
Bentuk Soal Cerita pada Operasi Hitung
DAFTAR PUSTAKA
Campuran. Journal of Mathematics and
Adhi, Yudanto K, dan Octavia, Alif. 2013.
Education,4(1):20-32
Perbedaan Tingkat Kejadian Karies pada
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/jmme
Anak Berkebutuhan Khusus Berdasarkan
/article
Jenis Kelamin di Kelas 1-4 SDLB Widya
/view/10032
Mulya, Pundong, Bantul, DIY. IDJ, Vol.2,
No.2
Jitender Solanki, Sarika Gupta and Astha
Arya, 2014. Dental Caries and
Birungi N. 2016. Early Life Course Factors, Early
Periodontal Status of Mentally
Childhood Caries and Oral Health Related
Handicapped Institutilized Children,
Quality of Life Among Five – Years – Old – a
Prospective and Intergenerational Study Journal of Clinical and Diagnostic
from Eastern Uganda. Dissertation for the Research vol 8 no 7, h.25-2
degree of philosophieae doctor (PhD).
University of Bergen Pratiwi L. 2017. Peran Orang tua Terhadap
Keterampilan Menyikat Gigi dan Mulut
Bojan B, Petrovic, Tamara O. Peric, Dejan L.J, pada Anak Disabilitas Intelektual. Jurnal
Marcovic, Branislav B, Sanja Vujkov. 2016. Teknosains Vol 7, No.1, Hal 40-52
Unmet Oral Health Needs among persons https://jurnal.ugm.ac.id/teknosains/article/d
with Intellectual Disability. Dentistry Clinic ownlo ad/32343/21444
of Vojvodina, Faculty of Medicine,
University of Novi sad, Serbia Rahmah A, Murti B, dan Poncorini E. 2017.
Social Learning Theory on Factors
Harfika M, Wiwiek L, dan Vivi F. 2017. Karies Associated with Dental Caries among
Gigi pada Anak Usia Sekolah (7-8 Tahun) Mentally Disabled School Children in
di Daerah Pesisir dan Daerah Pegunungan. Surakarta, Central Java. Journal of
Kudus, Indonesia: LPPM STIKES Epidemiology and Public Health, 2(3):201-
Cendikia Utama Kudus, ISSN 2581-2270 215
https://media.neliti.com/media/publications/ of Environmental Research and Public
2352 57-social-learning-theory-on-factors- Health. ISSN 1660-46
associ- 4e39905c.pdf
Rampi C. E. N. D, Gunawan Paulina,
Pangemanan D.H.C. 2017. Gambaran
Kebersihan Gigi dan Mulut pada Anak
Penderita Down Syndrome di SLB YPAC
Manado. Jurnal Kedokteran Klinik, Volume
1 No. 3

Salles PS, Tannure PN, Oliveira CA, Souza IP,


Portela MB, Castro GF. Dental needs and
Managment of children with special
healthcare needs according to type of
disability. J Dent Child 2016 ; 79: 165-169

Trentin, et all. 2017. Prevalence of dental caries


in patients with intellectual disabilities from
the Association of Exceptional Children’s
Parents and Friends of Southern Brazil.
RGO, Rev Gaúch Odontol, Porto Alegre,
v.65, n.4, p. http://dx.doi.org/10.1590/1981-
863720170002000103232

Wikananda G. 2017. Hubungan Kualitas Hidup


dan Faktor Resiko pada Usia Lanjut
Wilayah Kerja Puskesmas Tampaksiring I
Kabupaten Gianyar Bali 2015. Intisari Sains
Medis; 8(1):41-49
Zifeng Liu, Dongsheng Yu, Wei Luo, Jing Yang,
Jiaxuan Lu, Shuo Gao, Wenqing Li and
Wei Zhao. 2014. Impact of Oral Health
Behaviors on Dental Caries in Children
with Intellectual Disabilities in
Guangzhou, China. Internasional Journal

Anda mungkin juga menyukai