Anda di halaman 1dari 6

NAMA : NIDA ULI AL-AZMIYA

NIM : 1137060053

KELAS : AGROTEKNOLOGI VI B

BIOTEKNOLOGI MIKROBA UNTUK PERTANIAN ORGANIK

Alasan kesehatan dan kelestarian alam menjadikan pertanian organik sebagai salah satu
alternatif pertanian modern. Pertanian organik mengandalkan bahan-bahan alami dan
menghindari input bahan sintetik, baik berupa pupuk, herbisida, maupun pestisida sintetik.
Namun, petani sering mengeluhkan hasil pertanian organik yang produktivitasnya cenderung
rendah dan lebih rentan terhadap serangan hama dan penyakit. Masalah ini sbenarnya bisa diatasi
dengan memanfaatkan bioteknologi berbasis mikroba yang diambil dari sumber-sumber
kekayaan hayati.

Tanah sangat kaya akan keragaman mikroorganisme, seperti bakteri, aktinomicetes, fungi,
protozoa, alga dan virus. Tanah pertanian yang subur mengandung lebih dari 100 juta mikroba
per gram tanah. Produktivitas dan daya dukung tanah tergantung pada aktivitas mikroba tersebut.
Sebagian besar mikroba tanah memiliki peranan yang menguntungan bagi pertanian, yaitu
berperan dalam menghancurkan limbah organik, re-cycling hara tanaman, fiksasi biologis
nitrogen, pelarutan fosfat, merangsang pertumbuhan, biokontrol patogen dan membantu
penyerapan unsur hara. Bioteknologi berbasis mikroba dikembangkan dengan memanfaatkan
peran-peran penting mikroba tersebut.

 Teknologi Kompos Bioaktif

Salah satu masalah yang sering ditemui ketika menerapkan pertanian organik adalah
kandungan bahan organik dan status hara tanah yang rendah. Petani organik mengatasi masalah
tersebut dengan memberikan pupuk hijau atau pupuk kandang. Kedua jenis pupuk itu adalah
limbah organik yang telah mengalami penghacuran sehingga menjadi tersedia bagi tanaman.
Limbah organik seperti sisa-sisa tanaman dan kotoran binatang ternak tidak bisa langsung
diberikan ke tanaman. Limbah organik harus dihancurkan/dikomposkan terlebih dahulu oleh
mikroba tanah menjadi unsur hara yang dapat diserap oleh tanaman. Proses pengkomposan alami
memakan waktu yang sangat lama, berkisar antara enam bulan hingga setahun sampai bahan
organik tersebut benar-benar tersedia bagi tanaman.

Proses pengomposan dapat dipercepat dengan menggunakan mikroba penghancur


(dekomposer) yang berkemampuan tinggi. Penggunaan mikroba dapat mempersingkat proses
dekomposisi dari beberapa bulan menjadi beberapa minggu saja. Di pasaran saat ini banyak
tersedia produk-produk biodekomposer untuk mempercepat proses pengomposan, misalnya:
SuperDec, OrgaDec, EM4, EM Lestari, Starbio, Degra Simba, Stardec, dan lain-lain.

Kompos bioaktif adalah kompos yang diproduksi dengan bantuan mikroba lignoselulolitik
unggul yang tetap bertahan di dalam kompos dan berperan sebagai agensia hayati pengendali
penyakit tanaman. SuperDec dan OrgaDec, biodekomposer yang dikembangkan oleh Balai
Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia (BPBPI), dikembangkan berdasarkan filosofi
tersebut. Mikroba biodekomposer unggul yang digunakan adalah Trichoderma pseudokoningii ,
Cytopaga sp, dan fungi pelapuk putih. Mikroba tersebut mampu mempercepat proses
pengomposan menjadi sekitar 2-3 minggu. Mikroba akan tetap hidup dan aktif di dalam kompos.
Ketika kompos tersebut diberikan ke tanah, mikroba akan berperan untuk mengendalikan
organisme patogen penyebab penyakit tanaman.

 Biofertilizer

Petani organik sangat menghindari pemakaian pupuk kimia. Untuk memenuhi kebutuhan
hara tanaman, petani organik mengandalkan kompos sebagai sumber utama nutrisi tanaman.
Sayangnya kandungan hara kompos rendah. Kompos matang kandungan haranya kurang lebih :
1.69% N, 0.34% P2O5, dan 2.81% K. Dengan kata lain 100 kg kompos setara dengan 1.69 kg
Urea, 0.34 kg SP 36, dan 2.18 kg KCl. Misalnya untuk memupuk padi yang kebutuhan haranya
200 kg Urea/ha, 75 kg SP 36/ha dan 37.5 kg KCl/ha, maka membutuhkan sebanyak 22 ton
kompos/ha. Jumlah kompos yang demikian besar ini memerlukan banyak tenaga kerja dan
berimplikasi pada naiknya biaya produksi.

Mikroba-mikroba tanah banyak yang berperan di dalam penyediaan maupun penyerapan


unsur hara bagi tanaman. Tiga unsur hara penting tanaman, yaitu Nitrogen (N), fosfat (P), dan
kalium (K) seluruhnya melibatkan aktivitas mikroba. Hara N tersedia melimpah di udara. Kurang
lebih 74% kandungan udara adalah N. Namun, N udara tidak dapat langsung dimanfaatkan
tanaman. N harus ditambat oleh mikroba dan diubah bentuknya menjadi tersedia bagi tanaman.
Mikroba penambat N ada yang bersimbiosis dan ada pula yang hidup bebas. Mikroba penambat
N simbiotik antara lain : Rhizobium sp yang hidup di dalam bintil akar tanaman kacang-
kacangan ( leguminose ). Mikroba penambat N non-simbiotik misalnya: Azospirillum sp dan
Azotobacter sp. Mikroba penambat N simbiotik hanya bisa digunakan untuk tanaman
leguminose saja, sedangkan mikroba penambat N non-simbiotik dapat digunakan untuk semua
jenis tanaman.

Mikroba tanah lain yang berperan di dalam penyediaan unsur hara adalah mikroba pelarut
fosfat (P) dan kalium (K). Tanah pertanian kita umumnya memiliki kandungan P cukup tinggi
(jenuh). Namun, hara P ini sedikit/tidak tersedia bagi tanaman, karena terikat pada mineral liat
tanah. Di sinilah peranan mikroba pelarut P. Mikroba ini akan melepaskan ikatan P dari mineral
liat dan menyediakannya bagi tanaman. Banyak sekali mikroba yang mampu melarutkan P,
antara lain: Aspergillus sp, Penicillium sp, Pseudomonas sp dan Bacillus megatherium. Mikroba
yang berkemampuan tinggi melarutkan P, umumnya juga berkemampuan tinggi dalam
melarutkan K.

Kelompok mikroba lain yang juga berperan dalam penyerapan unsur P adalah Mikoriza yang
bersimbiosis pada akar tanaman. Setidaknya ada dua jenis mikoriza yang sering dipakai untuk
biofertilizer, yaitu: ektomikoriza dan endomikoriza. Mikoriza berperan dalam melarutkan P dan
membantu penyerapan hara P oleh tanaman. Selain itu tanaman yang bermikoriza umumnya juga
lebih tahan terhadap kekeringan. Contoh mikoriza yang sering dimanfaatkan adalah Glomus sp
dan Gigaspora sp.

Beberapa mikroba tanah mampu menghasilkan hormon tanaman yang dapat merangsang
pertumbuhan tanaman. Hormon yang dihasilkan oleh mikroba akan diserap oleh tanaman
sehingga tanaman akan tumbuh lebih cepat atau lebih besar. Kelompok mikroba yang mampu
menghasilkan hormon tanaman, antara lain: Pseudomonas sp dan Azotobacter sp.

Mikroba-mikroba bermanfaat tersebut diformulasikan dalam bahan pembawa khusus dan


digunakan sebagai biofertilizer. Hasil penelitian yang dilakukan oleh BPBPI mendapatkan
bahwa biofertilizer setidaknya dapat mensuplai lebih dari setengah kebutuhan hara tanaman.
Biofertilizer yang tersedia di pasaran antara lain: Emas, Rhiphosant, Kamizae, OST dan
Simbionriza.

 Agen Biokontrol

Hama dan penyakit merupakan salah satu kendala serius dalam budidaya pertanian organik.
Jenis-jenis tanaman yang terbiasa dilindungi oleh pestisida kimia, umumnya sangat rentan
terhadap serangan hama dan penyakit ketika dibudidayakan dengan sistim organik. Alam
sebenarnya telah menyediakan mekanisme perlindungan alami. Di alam terdapat mikroba yang
dapat mengendalikan organisme patogen tersebut. Organisme patogen akan merugikan tanaman
ketika terjadi ketidakseimbangan populasi antara organisme patogen dengan mikroba
pengendalinya, di mana jumlah organisme patogen lebih banyak daripada jumlah mikroba
pengendalinya. Apabila kita dapat menyeimbangakan populasi kedua jenis organisme ini, maka
hama dan penyakit tanaman dapat dihindari.

Mikroba yang dapat mengendalikan hama tanaman antara lain: Bacillus thurigiensis (BT),
Bauveria bassiana , Paecilomyces fumosoroseus, dan Metharizium anisopliae . Mikroba ini
mampu menyerang dan membunuh berbagai serangga hama. Mikroba yang dapat mengendalikan
penyakit tanaman misalnya: Trichoderma sp yang mampu mengendalikan penyakit tanaman
yang disebabkan oleh Gonoderma sp, JAP (jamur akar putih), dan Phytoptora sp. Beberapa
biokontrol yang tersedia di pasaran antara lain: Greemi-G, Bio-Meteor, NirAma, Marfu-P dan
Hamago.

 Aplikasi pada Pertanian Organik

Produk-produk bioteknologi mikroba hampir seluruhnya menggunakan bahan-bahan alami.


Produk ini dapat memenuhi kebutuhan petani organik. Kebutuhan bahan organik dan hara
tanaman dapat dipenuhi dengan kompos bioaktif dan aktivator pengomposan. Aplikasi
biofertilizer pada pertanian organik dapat mensuplai kebutuhan hara tanaman yang selama ini
dipenuhi dari pupuk-pupuk kimia. Serangan hama dan penyakit tanaman dapat dikendalikan
dengan memanfaatkan biokotrol.
Petani Indonesia yang menerapkan sistem pertanian organik umumnya hanya mengandalkan
kompos dan cenderung membiarkan serangan hama dan penyakit tanaman. Dengan tersedianya
bioteknologi berbasis mikroba, petani organik tidak perlu kawatir dengan masalah ketersediaan
bahan organik, unsur hara, dan serangan hama dan penyakit tanaman.

Gambar bakteri yang unggul melarutkan fosfat Gambar Jamur yang unggul melarutkan fosfat

Endomikoriza berperan melarutkan fosfat larva serangga yang mati diserang jamur
kontrol
DAFTAR PUSTAKA

http://www.ipard.com/art_perkebun/feb21-05_isr-I.asp

Diunduh Tanggal 20 Februari 2016

Penulis:

Isroi, S.Si, M.Si

Peneliti Mikroba

Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia

Lembaga Riset Perkebunan Indonesia

Jalan Taman Kencana No. 1 Bogor 16151

Telp. 0251 324048/327449

Fax. 0251 328516

Email: ipardboo@indo.net.id ; isroi@ipard.com

Anda mungkin juga menyukai