Pd hari jum'at yg penuh berkah kemarin, Ali Abdurrahman, putra teh kiki barkiah
berhasil menyelesaikan hafalan qur'annya di pesantren Alhikmah Bogor.
Ali sdh masuk waitinglist di alhikmah Bogor sejak keluarga ini masih tinggal di
Amerika. Waktu itu teh kiki sdh menjalin komunikasi dgn alhikmah. Dan
alhamdulillah, putra dr pakar parenting ini berhasil mengkhatamkan 30 juz dlm waktu
setahun di alhikmah.
Yg istimewa dr acara tasmi kemarin adlh sambutan teh kiki, beliau menyampaikan isi
hatinya utk seluruh santri alhikmah. Jg utk seluruh penghafal qur'an di Indonesia.
Berikut ini saya kutip seluruh pidatonya. Yg beliau sampaikan dg penuh semangat,
meski sambil dikelilingi oleh putra putrinya. Pidato inipun sdh beliau posting di
akun fb nya.
Wahai anakku....
Ketika ummi membaca berita tetang wajah-wajah anak negeri yang begitu memilukan,
hati ummi masih tetap optimis menatap masa depan saat mengingat dan melihat ada
segelintir pemuda yang hari ini sedang menyibukkan diri untuk menghafal Al-Quran.
Ketika ummi membaca tentang bencana pornografi di negeri ini dimana 92 dari 100
anak kelas 4, 5 dan 6 di negeri ini telah terpapar pornografi bahkan sebagian
diantara mereka mengalami kerusakan otak, hati ummi masih tetap optimis menatap
masa depan saat mengingat para penghafal Al-quran yang menyibukkan pandangan mereka
dengan ayat-ayat Allah dan menjaga mata mereka dari kemaksiatan pandangan.
Ketika ummi membaca berita tetang semakin banyaknya pemuda-pemudi yang terjerumus
dalam pergaulan bebas, bahkan anak-anak seusia sd mengalami musibah hamil di luar
nikah, hati ummi masih optimis menatap masa depan karena ada segolongan kecil
pemuda penghafal Al-quran yang sedang menyibukkan diri untuk mempelajari agama
Allah.
Ketika ummi melihat semakin maraknya anak-anak yang menghabiskan waktu senggang
mereka dengan bermain games online, bahkan sebagian diantara mereka membolos dan
duduk di warnet sepanjang hari, hati ummi masih optimis menatap masa depan karena
ada segelintir pemuda penghafal Al-quran yang senantiasa menjaga diri mereka dari
kesia-siaan.
Ketika ummi melihat semakin marak pemuda-pemudi dengan gaya hidup hedonisme yang
bersenang-senang dengan menghamburkan harta orang tua mereka, hati ummi masih
optimis menatap masa depan karena ada segolongan pemuda yang hidup dalam
kesederhanaan tengah menyibukkan diri menghafal Al-Quran demi mempersembahkan jubah
keagungan bagi para orang tua mereka kelak di surga.
Ya.... harapan itu masih ada, sebagaimana Rasulullah SAW menjanjikan bahwa pada
akhirnya dunia ini akan kembali damai dan sejahtera saat islam kelak memimpin
dunia. Harapan itu masih ada karena ada kalian yang hari ini tetap berada dalam
jalan kebaikan meski dunia pada umumnya bergelimpangan kemaksiatan.
Namun anakku.....
Ummi ingin menyampaikan bahwa jumlah kalian sangat sedikit. Kalian adalah orang
asing yang tetap baik di tengah lingkungan yang buruk. Maka kelak akan ada sebuah
generasi yang penuh kerapuhan dan kebobrokan menjadi tanggung jawab yang dipikul
diatas bahu-bahu kalian.
Wahai anakku....
Maka menghafal Al-Quran saja tidak cukup. Ini hanyalah sebuah bekal dasar yang akan
menguatkan kalian berjuang memimpin dunia ini menuju kebaikan.
Wahai anakku para penghafal Al-Quran....
Negeri kita, negeri Indonesia tengah berada dalam kondisi yang sangat buruk.
Kekayaan kita habis dikeruk dan digali tetapi tak banyak memberikan kesejahteraan
bagi para penduduknya. Ketidakmampuan kita untuk mengolah secara mandiri
menyebabkan harta kekayaan kita dikelola oleh campur tangan asing. Namun sayangnya,
kekayaan alam itu lebih banyak mensejahterakan pengelolanya dibanding
mensejahterakan negeri ini secara lebih merata. Gunung emas kita di papua dikeruk,
tetapi hasilnya tak mampu menghilangkan bencana kelaparan di setiap penjuru negeri
ini. Gas bumi di negeri kita mengalir keluar, namun tak sepenuhnya membuat rakyat
semua sejahtera dan mudah membeli sumber energi. Minyak bumi dan sumber energi
lainnya hampir habis, tapi hasilnya tak juga mampu membuat semua anak negeri ini
mengenyam pendidikan yang baik. Laut kita begitu luas namun ikan-ikan di negeri
kita banyak dicuri, bahkan kekayaan ikan kita tak mampu membuat negeri ini terbebas
dari becana gizi buruk.
Wahai anakku..... negeri ini kehilangan banyak generasi peduli. Ghirah mereka mati,
dengan kesibukan sekolah dari pagi hingga sore hari. Kepedulian mereka hilang,
karena asiknya bermain games online perang-perangan. Jangankan mereka sempat
berfikir tentang nasib umat muslim di sebagian belahan bumi, atau rusaknya bangsa
ini karena budaya korupsi. Bahkan untuk peduli tentang kebutuhan diri mereka harus
selalu dinasihati. Lalu kepada siapa lagi kami titipkan masa depan negeri ini?
Sementara jiwa pejuang "merdeka atau mati" yang membuat negeri ini memerdekakan
diri semakin hilang di hati para santri. Kepekaan para santri dalam beberapa dekade
ini dikebiri sebagai bagian dari rencana konspirasi. Mereka begitu takut!!! Mereka
begitu terancam jika jiwa para santri bergelora seperti jaman perang kemerdekaan
dulu. Mereka berencana sedemikian rupa agar santri berada dalam zona aman saja.
Mengajar mengaji, menghafal Al-quran dan mengajar agama saja. Sementara mereka
berjaya dengan penuh kuasa, mengatur ekonomi dengan semena-semena.