Anda di halaman 1dari 9

Limbah rumah tangga adalah limbah yang berasal dari dapur, kamar mandi, cucian, limbah bekas

industri rumah tangga dan kotoran manusia. Limbah merupakan buangan atau bekas yang
berbentuk cair, gas dan padat. Dalam air limbah terdapat bahan kimia sukar untuk dihilangkan dan
berbahaya. Bahan kimia tersebut dapat memberi kehidupan bagi kuman-kuman penyebab penyakit
disentri, tipus, kolera dan berbagai macam penyakit lainnya. Air limbah tersebut harus diolah agar
tidak mencemari dan tidak membahayakan kesehatan lingkungan. Air limbah harus dikelola untuk
mengurangi pencemaran.

Salah satu lembaga yang bergerak di bidang pengolahan air limbah yaitu Instalasi Pengolahan Air
Limbah (IPAL) Suwung. Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang terletak di Suwung,
Denpasar ini merupakan instalasi yang mengolah air buangan rumah tangga yang disalurkan
melalui perpipaan. Instalasi ini untuk mengolah buangan domestik rumah tangga yang berasal dari
area wilayah Denpasar, Sanur, dan Kuta dengan kapasitas 51.000 m3 per hari. IPAL ini dibangun
untuk mengurangi tingkat pencemaran air sungai yang akan bermuara Teluk Benoa. Dengan adanya
proses pengolahan limbah domestik rumah tangga, kualitas air buangan yang dibuang ke Teluk
Benoa tidak terlalu buruk, sehingga dapat menjadi salah satu upaya untuk membantu alam dalam
menyediakan air bersih bagi kehidupan.
Studi lapangan ke Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) bertujuan untuk mengetahui dan
memahami bagaimana cara atau metode pengolahan air limbah terutama limbah domestik dan
melihat metode pengolahan limbah rumah tangga yang dilakukan oleh pihak Denpasar Sewerage
Development Project (DSDP).

Studi kunjungan ke Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Suwung ini diharapkan dapat
memberikan informasi bagaimana cara mengolah air limbah terutama limbah domestik dan dapat
memberikan informasi kepada kita mengenai dampak buruk ai limbah terhadap lingkungan agar kita
dapat selalu menjaga lingkungan sekitar kita. Selain itu diharapkan laporan perjalanan ini dapat
digunakan sebagai bahan informasi dan inovasi pendidikan masyarakat, khususnya mengenai
penyaluran air limbah melalui DSDP dan pengolahannya di IPAL/WWTP, mengingat masyarakat
Kota Denpasar dan kawasan Sanur serta Kuta terkena dampak dari pembangunan proyek DSDP
tersebut.

Sistem pengolahan air limbah DSDP ini menggunakan sistem kolam aerasi dan kolam sedimentasi.
Sistem aerasi digunakan untuk mengurangi kebutuhan luas lahan dan mempercepat proses
pengolahan sekaligus menghilangkan bau yang mungkin timbul akibat proses oksidasi yang tidak
sempurna. IPAL ini nantinya akan menghasilkan keluaran air olahan dengan BOD (Biological
Oxygen Demand) kurang dari 30 mg/lt (standar baku mutu yaitu 50 mg/lt), dan selanjutnya dapat
dimanfaatkan untuk penyiraman taman kota atau dialirkan ke laut. (Sumber : Widyatama Pradipta, I
Putu. 2009. Instalasi Pengolahan Air Limbah – Suwung).

1.1 Latar Belakang

Tahun 2001 menjadi masa yang pahit bagi Bali setelah terjadi aksi terorisme pengeboman
yang dilakukan Amrozi Cs. Banyak wisatawan mancanegara yang menjadi korban ledakan yang
terjadi di 2 tempat di Kuta. Namun berkat kegigihan masyarakat dan pemerintah, kepercayaan
masyarakat internasional kembali pulih. Satu yang perlu diwaspadai adalah ancaman serius akibat
ketidaksadaran masyarakat dalam mengelola sanitasi yang berdampak pada perusakan badan sungai,
termasuk pantai yang selama ini menjadi salah satu daya tarik yang memikat baik wisatawan domestik
maupun wisatawan asing. DSDP hadir untuk menanggulangi kemungkinan dampak pengelolaan
sanitasi yang buruk. Sebagai catatan, pada tahun 1980an, dua turis Jepang terserang diare akibat air
yang tercemar. Sontak Pemerintah Jepang melarang warganya berkunjung ke Bali, padahal negeri
Sakura ini adalah salah satu penyumbang turis manca terbanyak di Bali. Pemerintah Jepang pada 1994
menawarkan bantuan kepada Indonesia untuk menata pengelolaan sanitasi yang lebih baik, yaitu
membangun sistem pengolahan air limbah terpusat.
Kendati pembangunannya memakan waktu yang lama, DSDP saat ini benar-benar siap
dimanfaatkan untuk menjaga kesehatan dan meningkatkan kunjungan wisatawan. Proyek ini sempat
mengalami penundaan saat era reformasi politik berlangsung, di mana kebijakan desentralisasi mulai
digulirkan. Akibatnya proyek ini perlu tambahan waktu 5 tahun 10 bulan dari jadwal yang telah
ditetapkan.
DSDP (Denpasar Sewerage Development Project) adalah proyek sanitasi yang dikerjakan oleh
Pemerintah Kabupaten Badung, Kota Denpasar dan Provinsi Bali dengan bantuan pinjaman lunak dari
Jepan melalui JICA
Menurut Menteri Pekerjaan Umum,Djoko Kirmanto, Sistem Perpipaan Air Limbah Denpasar
(DSDP) adalah proyek pembangunan sistem perpipaan air limbah terpusat yang pada tahap pertama
mencakup kawasan Kota Denpasar dan Kabupaten Badung dan dapat melayani 160.000 jiwa.
Pembangunan DSDP dilatarbelakangi kenyataan akan tingginya pencemaran
Perairan Teluk Benoa, yang kemudian ditindaklanjuti dengan studi masterplan Japan International
Corrporation Association (JICA) yang dilaksanakan pada 1991-1992.
Pelaksanaan proyek yang diresmikan tersebut merupakan tahap pertama dari tiga tahap yang
direncanakan. Kegiatannya meliputi pembangunan jaringan pipa air limbah sepanjang 129 km
meliputi jaringan pipa induk, sekunder, tersier dan lateral, serta pembangunan IPAL di Suwung.
Sementara pembangunan DSDP Tahap II telah ditandatangani perjanjian loan dengan IP-550 pada 28
Maret 2008 di mana konstruksinya akan dilaksanakan pada 2009-2014.
Menurut informasi yang saya dapat dari kunjungan ke DSDP, proyek ini adalah sebagai bagian
dari upaya penyelamatan lingkungan Bali dari kerusakan khususnya penurunan kualitas air. Dalam
hal ini akibat pembuangan air limbah secara sembrono oleh masyarakat dan pengusaha. Bukan rahasia
umum lagi kalau banyak pihak pengusaha hotel membuang limbah langsung ke pantai tanpa melalui
proses pengolahan terlebih dahulu. Diharapkan DSDP akan membantu mengurangi berbagai akibat
pencemaran oleh air limbah tersebut. DSDP diproyeksikan akan melayani daerah Kota Denpasar serta
dua daerah wisata utama yakni Sanur dan Kuta. Tentu hal ini akan meringankan beban para pengusaha
hotel yang selama ini tidak mempunyai IPAL ( Instalasi Pengolahan Air Limbah ).
Salah satu contoh pengolahan limbah terpadu yang baik adalah instalasi pengolahan air limbah
milik BTDC Nusa Dua. Disini semua air limbah hotel hotel dikawasan Nusa Dua di alirkan ke dam
penampungan sementara yang kemudian diolah untuk memenuhi standar mutu yang ramah
lingkungan. Sebagain besar air hasil pengolahan digunakan kembali untuk pengairan di komplek
BTDC Nusa Dua. Jadi dalam hal ini penggunaan air bersih untuk pengairan taman dan kebun hotel
juga bisa dihemat, karena sudah tergantikan oleh air hasil pengolahan limbah.
proyek ini bukan tanpa kendala, sejak proyek DSDP dikerjakan, yang mana sampai saat ini
masih terus berlangsung diberbagai sudut kota Denpasar; pro dan kontra terhadap proyek ini sempat
mengemuka. Berbagai keluhanpun bermunculan di masyarakat terkait terganggunya keyamanan
warga kota dalam melakukan aktifitasnya akibat pengerjaan proyek ini. Selama ini masyarakat
mengeluh karena kemacetan dan terganggunya kenyamanan berlalu-lintas, beberapa galian yang
terbengkalai , buruknya kualitas pengaspalan kembali terhadap galian yang sudah selesai serta
penempatan manhole yang tidak sesuai dengan permukaan aspal yang bisa membahayakan
penggunajalan

1.2 Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dan tujuan dari kunjungan ini adalah:

1) Untuk mengetahui data teknis instalasi pengolahan limbah cair DSDP.


2) Untuk mengetahui cara kerja DSDP

3) Untuk mengetahui keuntungn serta kerugian yang ditimbulkan oleh DSDP.

3.2. Limbah Cair

Limbah cair menurut Kamus Besar bahasa Indonesia memiliki pengertian air yang membawa
sampah (limbah) dari rumah, bisnis & industry. Limbah cair adalah sisa dari suatu hasil usaha atau
kegiatan yang berwujud cair (PP 82 thn 2001).

Jenis-jenis limbah cair

Jenis-jenis limbah cair dapat digolongkan berdasarkan pada :

1. Sifat Fisika dan Sifat Agregat . Keasaman sebagai salah satu contoh sifat limbah
dapat diukur dengan menggunakan metoda Titrimetrik

2. Parameter Logam, contohnya Arsenik (As) dengan metoda SSA

3. Anorganik non Metalik contohnya Amonia (NH3-N) dengan metoda Biru


Indofenol

4. Agregat contohnya Biological Oxygen Demand (BOD Organik)

5. Mikroorganisme contohnya E Coli dengan metoda MPN

6. Sifat Khusus contohnya Asam Borat (H3 BO3) dengan metoda Titrimetrik

7. Air Laut contohnya Tembaga (Cu) dengan metoda SPR-IDA-SSA

3.3. Sumber-sumber Limbah Cair

Setiap kegiatan manusia menghasilkan limbah. Limbah cair biasanya berasal dari tempat-
tempat yang pemakaian airnya tinggi. Air limbah berasal dari dua jenis sumber yaitu air limbah rumah
tangga dan air limbah industri. Secara umum didalam limbah rumah tangga tidak terkandung zat-zat
berbahaya, sedangkan didalam limbah industri harus dibedakan antara limbah yang mengandung zat-
zat yang berbahaya dan yang tidak.

Untuk yang mengandung zat-zat yang berbahaya harus dilakukan penanganan khusus tahap
awal sehingga kandungannya bisa di minimalisasi terlebih dahulu sebelum dialirkan ke sewage plant,
karena zat-zat berbahaya itu bisa memetikan fungsi mikro organisme yang berfungsi menguraikan
senyawa-senyawa di dalam air limbah. Sebagian zat-zat berbahaya
6
bahkan kalau dialirkan ke sawage plant hanya melewatinya tanpa terjadi perubahan yang berarti,
misalnya logam berat.
Penanganan limbah industri tahap awal ini biasanya dilakukan secara kimiawin dengan
menambahkan zat-zat kimia yang bisa mengeliminasi zat-zat yang berbahaya

3.3.1 Limbah cair industri

Industri umumya menghasilkan limbah cair yang mengandung zat-zat kimia berbahaya, logam
berat, serta bahan-bahan organik lainnya. Misalnya pada industri penyamakan kulit, industri ini
menghasian limbah krom, sulfida, ammonia, serta minyak dan lemak.
Setiap industri memiliki limbah cair yang berbeda.Alam memiliki system alamia untuk
menetralisir pencemaran yang terjadi pada perairan. Tetapi jika melampaui kemampuan yang dimiliki
peraran akan tercemar karena itu pengawasan dan pengendalian baku mutu air harus dilksanakan agar
tidak mencemari lingungan, biasanya menyangkut BOD, TSS, dan COD.

3.3.2 Limbah domestik

limbah domestik adalah air yang telah dipergunakan yang berasal dari rumah tangga atau
pemukiman termasuk didalamnya air buangan yang berasal dari WC, kamar mandi, tempat cuci, dan
tempat memasak.

3.4 Efek Buruk Limbah Cair

Sesuai dengan batasan air limbah yang merupakan benda sisa, maka sudah barang tentu bahwa
air limbah merupakan benda yang sudah tidak dipergunakan lagi. Akan tetapi tidak berarti bahwa air
limbah tersebut tidak perlu dilakukan pengelolaan, karena apabila limbah tersebut tidak dikelola
secara baik akan dapat menimbulkan gangguan, baik terhadap lingkungan maupun terhadap
kehidupan yang ada.

3.4.1 Gangguan terhadap kesehatan

Air limbah sangat berbahaya terhadap kesehatan manusia mengingat bahwa banyak penyakit yang
dapat ditularkan melalui air limbah. Air limbah ini ada yang hanya berfungsi sebagai media pembawa
saja seperti penyakit kolera, radang usus, hepatitis infektiosa, serta schitosomiasis.
Tujuan pengolahan limbah cair

Secara umum pengolahan limbah cair memiliki tujuan-tujuan berikut:

1. Menyisihkan material yang tersuspensi & mengapung di dalam air

2. Menyisihkan material organik yang dapat terdegradasi secara biologis

3. Menghilangkan organisme patogen

4. Menyisihkan nitrogen & phosfor

5. Menghilangkan senyawa toxic


3.5.2 Sistem pengolahan limbah cair

1. Sistem terpusat

Sistem terpusat adalah system pengolahan limbah cair dimana limbah cair dikumpulkan dahulu dari
sumber limbah di suatu tempat dimana terdapat fasilitas pengolahan limbah tersebut. misalnya DSDP,
limbah rumah tangga dikumpulkan melalui system sewer kemudian dialirkan ke fasilitas pengolahan
air bersih di Suwung.
2. Sistem setempat

Dimana pengolahan limbah dilakukan ditempat limbah cair itu diproduksi. misalnya suatu pabrik
memiliki fasilitas untuk mengurangi tingkat pencemarannya

3.5.3. Teknologi pengolahan limbah cair

Pada pengolahan limbah konvensional yang lebih banyak menggunakan bakteri aerob yang
memang terdapat di dalam limbah itu sendiri aerasi mutlak diperlakukan agar proses penjernihan lebih
efektif dan efisien. Secara umum, aerasi merupakan proses yang bertujuan untuk meningkatkan
kontak antara udara dengan air. Pada prakteknya, proses aerasi terutama bertujuan untuk
meningkatkan konsentrasi oksigen di dalam air limbah. Peningkatan konsentrasi oksigen di dalam air
ini akan memberikan berbagai manfaat dalam pengolahan limbah. Metode pengolahan air limbah
dilakukan sesuai dengan karakteristik pencemar yang terkandung di dalamnya. Terdapat tiga proses
dasar yang digunakan dalam pengolahan air limbah, yaitu proses fisika, kimia, dan biologi.

Proses Fisika

Proses fisika digunakan untuk menyisihkan polutan yang berupa solid (padatan). Proses ini
melibatkan fenomena fisik seperti pengendapan maupun pengapungan. Penyisihan padatan
memanfaatkan berat jenis padatan. Jika berat jenisnya lebih besar dari air, maka proses

11
penyisihannya dilakukan melalui pengendapan. Sebaliknya, jika berat jenisnya lebih rendah dari air,
proses penyisihan dilakukan melalui proses pengapungan.

Proses Kimia

Dalam proses kimia, pengolahan limbah dilakukan dengan cara menambahkan bahan-bahan
kimia tertentu ke dalam air limbah untuk menggabungkan atau mengikat partikel-partikel sehingga
akhirnya memiliki massa yang lebih besar . Partikel gabungan ini biasa disebut flok. Flok yang
terbentuk kemudian disisihkan dari dalam air limbah melalui proses pengendapan.

Proses Biologi

Pengolahan air limbah dengan proses biologi memanfaatkan mikroorganisme untuk


mengkonsumsi polutan-polutan yang berupa zat organik. Zat-zat organik ini merupakan makanan
bagi mikroorganisme yang diperlukan untuk pertumbuhan. Jenis pengolahan secara biologi dapat
dibedakan berdasarkan cara mikroorganisme tumbuh di dalam unit pengolahan limbah. Cara tumbuh
mikroorganisme dapat secara melekat (attached growth) maupun tersuspensi (suspended growth).
Mikroorganisme yang tumbuh secara melekat akan membutuhkan media sebagai tempat menempel.
Media-media yang ditumbuhi mikroba tersebut nantinya akan berfungsi sebagai filter untuk
menyaring polutan dari dalam air limbah.
Proses aerasi sangat penting terutama pada pengolahan limbah yang proses pengolahan
biologinya memanfaatkan bakteri aerob. Bakteri aerob adalah kelompok bakteri yang mutlak
memerlukan oksigen bebas untuk proses metabolismenya. Dengan tersedianya oksigen yang
mencukupi selama proses biologi, maka bakteri-bakteri tersebut dapat bekerja dengan optimal. Hal
ini akan bermanfaat dalam penurunan konsentrasi zat organik di dalam air limbah. Selain diperlukan
untuk proses metabolisme bakteri aerob, kehadiran oksigen juga bermanfaat untuk proses oksidasi
senyawa-senyawa kimia di dalam air limbah serta untuk menghilangkan bau. Aerasi dapat dilakukan
secara alami, difusi, maupun mekanik.

Aerasi alami merupakan kontak antara air dan udara yang terjadi karena pergerakan air secara
alami. Beberapa metode yang cukup populer digunakan untuk meningkatkan aerasi alami antara lain
menggunakan cascade aerator, waterfalls, maupun cone tray aerator.

Pada aerasi secara difusi, sejumlah udara dialirkan ke dalam air limbah melalui diffuser.
Udara yang masuk ke dalam air limbah nantinya akan berbentuk gelembung-gelembung

12
(bubbles). Gelembung yang terbentuk dapat berupa gelembung halus (fine bubbles) atau kasar (coarse
bubbles). Hal ini tergantung dari jenis diffuser yang digunakan.
Aerasi secara mekanik atau dikenal juga dengan istilah mechanical agitation menggunakan
proses pengadukan dengan suatu alat sehingga memungkinkan terjadinya kontak antara air dengan
udara.

3.6 Perbandingan Antara Pengolahan Limbah Cair Secara Aerob dan Anaerob

Perbedaan utama dari pengolahan secara aerob dan anaerob terletak pada kondisi
lingkungannya. Pada pengolahan secara aerob, kehadiran oksigen mutlak diperlukan untuk
metabolisme bakteri, sementara pada kondisi anaerob sebaliknya. Berikut ini adalah beberapa
perbedaan utama antara pengolahan secara aerob dan anaerob menurut Eckenfelder, et.al (1988) :

 Temperatur

Temperatur mempengaruhi proses aerob maupun anaerob. Pada proses anaerob, diperlukan
temperatur yang lebih tinggi untuk mencapai laju reaksi yang diperlukan. Pada proses anaerob,
penambahan temperatur dapat dilakukan dengan memanfaatkan panas dari gas methane yang
merupakan by-product proses anaerob itu sendiri.

 pH dan Alkalinitas

Proses aerob bekerja paling efektif pada kisaran pH 6,5 – 8,5. Pada reaktor aerob yang dikenal
dengan istilah completely mixed activated sludge (CMAS), terjadi proses netralisasi asam dan basa
sehingga biasanya tidak diperlukan tambahan bahan kimia selama BOD kurang dari 25 mg/L.
Sementara itu proses anaerob yang memanfaatkan bakteri methanogen lebih sensitif pada pH
dan bekerja optimum pada kisaran pH 6,5 – 7,5. Sekurang-kurangnya, pH harus dijaga pada nilai 6,2
dan jika konsentrasi sulfat cukup tinggi maka kisaran pH sebaiknya berada pada pH 7 – 8 untuk
menghindari keracunan H2S. Alkalinitas bikarbonat sebaiknya tersedia pada kisaran 2500 hingga 5000
mg/L untuk mengatasi peningkatan asam-asam volatil dengan menjaga penurunan pH sekecil
mungkin. Biasanya dilakukan penambahan bikarbonat ke dalam reaktor untuk mengontrol pH dan
alkalinitas.

13
 Produksi Lumpur dan Kebutuhan Nutrien

Bagi kebanyakan air limbah, produksi lumpur yang dihasilkan dari pengolahan aerob adalah
sebesar 0,5 kg VSS/ kg COD tersisihkan. Sementara itu, pada pengolahan anaerob, produksi lumpur
adalah sebanyak 0,1 kg VSS/kg COD tersisihkan. Pada pengolahan aerob, konsentrasi nitrogen yang
perlu ditambahkan adalah 8-12 persen dan fosfor sebesar 1,5-2,5 persen. Sebagai “rule of thumb”,
kebutuhan nutrien pada pengolahan anaerob adalah seperlima dari proses aerob.

Tabel berikut menunjukkan perbandingan antara pengolahan secara aerob dan anaerob (sumber :

Eckenfelder, et.al , 1988)

Parameter Aerob Anaerob


Kebutuhan energi Tinggi Rendah
Tingkat pengolahan 60-90% 95%
Produksi lumpur Tinggi Rendah
Stabilitas proses terhadapSedang sampai tinggi Rendah sampai sedang
toksik dan perubahan beban
Kebutuhan nutrien Tinggi untuk beberapaRendah
limbah industri
Bau Tidak terlalu berpotensiBerpotensi menimbulkan bau
menimbulkan bau
Kebutuhan alkalinitas Rendah Tinggi untuk beberapa
limbah industri
Produksi biogas Tidak ada Ada (dapat dimanfaatkan
sebagai sumber energi)
Start-up time 2 – 4 minggu 2 – 4 bulan

Perbandingan antara proses aerob dan anaerob tersebut menjadi dasar pemilihan unit-unit
pengolahan biologi pada secondary treatment. Pemilihan akan tergantung dari karakteristik air

14
limbah yang akan diolah. Bahkan, untuk karakteristik limbah tertentu diperlukan kombinasi dari
kedua proses tersebut.

4.2.1 Kolam aerasi

Kolam aerasi adalah kolam dimana limbah cair diperkaya dengan oksigen dengan bantuan
aerator. Prinsip kerja aerasi adalah penambahan oksigen ke dalam air, sehingga oksigen terlarut di
dalam air akan semakin tinggi. Aerasi termasuk pengolahan secara fisika, karena lebih
mengutamakan unsur mekanisasi dari pada unsur biologi. Prinsip kerjanya adalah membuat kontak
antara air dan oksigen. Tujuannya mengaktifkan proses aerob pemecahan senyawa dan
penjernihan air oleh bakteri yang memang sudah terdapat dalam limbah cair tersebut, misalnya
bakteri Coli. Terdapat 2 kolam aerasi dengan total 11 aerator.

4.2.2 Kolam sedimentasi

Kolam sedimentasi berfungsi untuk mengendapkan partikel partikel yang telah diproses di
kolam aerasi, Untuk selanjutnya dibuang ke laut.

Dari kunjungan dan telaah pustaka yang dilakukan oleh tim penulis maka dapat ditarik
beberapa simpulan antara lain:
1. DSDP merupakan proyek yang berwawasan kedepan, walaupun masih banyak kendala
yang dihadapi seperti masalah pemasangan pipa induk di wilayah Kuta yang
dikhawatirkan akan membuat macet lalu-lintas, meluapnya saluran ketika hujan deras
dan lain-lain adalah masalah yang wajar mengingat DSDP adalah proyek yang
dilaksanakan setelah kota daerah tersebut berkembang. Maka sudah selayaknya proyek
ini dikerjakan sebelum kondisinya tidak lagi memungkinkan untuk dibangun.
2. DSDP menigkatkan pendapatan bali khususnya di bidang pariwisata. Selain itu dapat
mengurangi anggaran biaya kesehatan pemerintah. Karena perbaikan sistem sanitasi
dapat mengurangi kemungkinan terjadinya penyakit seperti muntaber, keracunan
makanan dan lain-lain.
2. DSDP masih dapat dikembangkan menjadi instalasi yang lebih kompleks. Dengan
menambahkan fasilitas pengolahan air bersih serta pembangkit tenaga listrik di
IPLTnya. Sehingga potensi-potensi yang selama oni belum termanfaatkan dapat
digunakan untuk kepentingan yang lebih besar.
3. Sistem pengolahan DSDP masih menggunakan metode konvensional sehingga masih
dapat di kembangkan saat permintaan akan sanitasi meningkat di kemudian hari.

Anda mungkin juga menyukai