Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Ilmu Administrasi Publik 5 (1) (2017): 6-12

Jurnal Administrasi Publik

http://ojs.uma.ac.id/index.php/publikauma

STUDI KASUS PENOLAKAN PUBLIK ATAS KEBIJAKAN PUBLIK


Rosmala Dewi*

Program Studi Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Medan Area, Indonesia

Diterima Februari 2017; Disetujui April 2017; Dipublikasikan Juni 2017

Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui publik dapat menerima kebijakan publik. Berdasarkan
penelitian, beberapa kasus penolakan publik terhadap kebijakan publik antara lain peristiwa MALARI
(Malapetaka Limabelas Januari) tanggal 15 Januari 1974, yang menolak kebijakan Presiden Soeharto yang
dianggap terlalu tergantung kepada modal asing dan mengabaikan nasib rakyat kecil. Peristiwa tahun 1998
yang dipelopori mahasiswa di berbagai daerah, yang menuntut agar Presiden Soeharto turun dari kursi
Presiden RI yang dianggap publik tidak pro rakyat kecil. Selama beberapa tahun usia kemerdekaan RI,
kesejahteraan cenderung milik segelintir golongan masyarakat terutama yang menduduki jabatan strategis
di pemerintahan, atau segelintir masyarakat yang memiliki kolega di pemerintahan. Demikian juga dengan
peradilan, tajam ke bawah tapi tumpul ke atas. Kebijakan pemerintah menyikapi persoalan sosial tersebut
acap kali tidak pro rakyat kecil sehingga rakyat melakukan perlawanan. Keberanian rakyat untuk melakukan
perlawanan terhadap pemerintah semakin lama terkesan semakin anarkis dan brutal.

Kata Kunci : Penolakan, Kebijakan, Publik


This research aims to know the public can accept public policy. Based on the research, several cases of
public rejection of public policy include the MALARI (Malapetaka Fifteen January) January 15, 1974, which
rejected President Suharto's policy of over-reliance on foreign capital and neglected the fate of the common
people. 1998 events pioneered by students in various regions, demanding that President Soeharto step down
from the seat of the President of the Republic of Indonesia which is considered publicly not pro small
people. For several years of Indonesian independence, welfare tended to belong to a handful of people,
especially those who held strategic positions in government, or a handful of people with colleagues in
government. Likewise with the judiciary, sharp down but dulled up. Government policy to address the social
issue is often not pro small people so that people do resistance. The courage of the people to fight against
the government increasingly seemed increasingly anarchic and brutal. The government must respond to the
voice of the small people who promise to be promised during political campaigns during the Presidential and
Pilk Regions. If the government remains indifferent to the various problems facing the public or the people,
it is feared that the people will take a more anarchist fight.

Keywords: Disclaimer, Policy, Public

How to Cite : Dewi, R., (2017). Studi Kasus Penolakan Publik Atas Kebijakan Publik
5 (1): 6-12
*Corresponding author: P-ISSN-2549-9165
E-mail: rosmaladewi@yahoo.com e-ISSN -2580-2011

6
Jurnal Ilmu Administrasi Publik 5 (1) (2017): 6-12

PENDAHULUAN dibedakan. Kebijakan publik yang sesuai dengan


Penolakan publik adalah suatu bentuk keinginan publik tentu saja akan di dukung
perlawanan oleh publik atau rakyat terhadap publik, sebaliknya kebijakan publik yang tidak
aturan-aturan yang ditetapkan pemerintah. sesuai dengan keinginan publik akan ditolak oleh
Sedangkan kebijakan publik secara umum adalah publik, dan apabila penolakan publik terhadap
arah tindakan yang mempunyai maksud yang kebijakan publik terjadi secara berulang-ulang,
ditetapkan oleh seorang aktor atau sejumlah menjadi pertanda bahwa pemerintah
aktor dalam mengatasi suatu masalah atau mengabaikan aspirasi publik atau rakyatnya. Ada
persoalan publik. Aktor-aktor dalam proses beberapa cara yang lazim dilakukan publik untuk
pembuatan kebijakan publik terdiri dari dua menolak kebijakan publik antara lain adalah,
kelompok yaitu, aktor resmi seperti agen-agen melalui aksi demonstrasi, aksi pawai, mengadakan
pemerintah (birokrat), Presiden (eksekutif), DPR mimbar bebas, dan melakukan rapat umum.
(legislatif) dan lembaga peradilan (yudikatif).
Sedangkan aktor tidak resmi meliputi kelompok- PEMBAHASAN
kelompok kepentingan seperti, partai politik dan Banyak para ahli memberikan pengertian
warga negara di negara yang bersangkutan. kebijakan publik dengan beraneka macam
Semakin tinggi kesadaran publik terhadap pernyataan, walaupun pada intinya sama yaitu
hak dan kewajibannya, maka partisipasinya memiliki penekanan pada segala keputusan yang
terhadap kebijakan publik akan semakin besar. dibuat oleh pemerintah terhadap masalah yang
Dalam negara yang menganut azas demokrasi, sedang dihadapi dalam rangka pemenuhan
partisipasi publik terhadap kebijakan publik dapat kebutuhan-kebutuhan masyarakat yang beraneka
dibedakan atas beberapa macam yaitu, 1) ragam dan terus berkembang akibat dari tingkat
Partisipasi dalam pembuatan kebijakan publik. pendidikan yang lebih tinggi yang diperoleh dan
Dalam proses ini, masyarakat berpartisipasi aktif perkembangan teknologi.
maupun pasif dalam pembuatan kebijakan publik. Menurut Thomas R. Dye dalam Budi
Misalnya memberikanmasukan atau pertimbangan Wirano (2002 : 15 ) mengemukakan bahwa,
baik secara lisan atau tertulis kepada pemerintah kebijakan publik adalah apapun yang dipilih oleh
untuk menjadikan bahan pertimbangan dalam pemerintah untuk dilakukan atau tidak
menentukan kebijakan publik sebelum ditetapkan, dilakukan .
2)Partisipasi dalam pelaksanaan. Selanjutnya Robert Eyestone dalam
Dalam hal ini publikturut melaksanakan Wibawa, Samodra, Yuyun Purbokusumo dan Agus
program pemerintah, misalnya menjaga Pramusinto, (1994: 23) merumuskan kebijakan
kebersihan lingkungan dengan tidak membuang publik dapat didefenisikan sebagai hubungan
sampah di sembarang tempat, menegakkan tertib suatu unit pemerintah dengan lingkungannya.
lalu lintas dengan mematuhi aturan lalu lintas, Konsep yang ditawarkan sangat luas dan kurang
dan lain-lain, 3) Partisipasi dalam memanfaatkan pasti karena apa yang dimaksud dengan kebijakan
hasil. Dalam hal ini masyarakat dapat menikmati publik dapat mencakup banyak hal .
hasil pembangunan secara adil dalam arti Dengan demikian jelas bahwa, kebijakan
mendapatkan pembagian sesuai dengan publik pada umumnya dapat ditinjau dari dua
pengorbanan yang diberikan menurut peraturan perspektif yaitu dari perspektif analisis dan
perundang-undangan yang berlaku. Misalnya, evaluasi kebijakan dan dari prespektif proses
hasil pembangunan jalan, pembangunan irigasi kebijakan. Perspektif pertama analisis dan evaluasi
dan lain-lain, 4) Partisipasi dalam evaluasi. Dalam kebijakan itu sendiri mengandung dua hal yaitu
hal ini masyarakat diberi kesempatan untuk analisis kebijakan dan analisis evaluasi. Dalam
menilai hasil yang telah dicapai pemerintah. analisis kebijakan diharapakan akan ditemukannya
Partisipasi masyarakat dalam evaluasi dapat alternatif-alternatif yang tepat dan sesuai,
dilakukan dengan memantau hasil kebijakan sehingga mampu mengatasi permasalahan yang
publik dan pelaksanaannya. sedang dihadapi sehingga tujuan yang diinginkan
Dengan demikian, penolakan publik dan dapat tercapai. Evaluasi kebijakan memberikan
kebijakan publik dapat diibaratkan bagai dua sisi penilaian atas masalah- masalah suatu kebijakan
mata uang. Tidak dapat dipisahkan, hanya dapat yang telah ditetapkan dan dilaksanakan dilihat
7
Jurnal Ilmu Administrasi Publik 5 (1) (2017): 6-12

dari sudut adequateness, affectiveness, pilihan, merumuskan pilihan, penilaian yang


appropriateness dan efficiency. tersedia, dan akhirnya pemilihan alternatif yang
Prespektif kedua yaitu meliputi proses terbaik. Selama merumuskan pilihan – pilihan
kebijakan yang menekankan pada perumusan, yang dilakukan dalam proses ini harus bersifat
pelaksanaan, penilaian dan pengawasan. Edi objektif dan subjektif. Objektif artinya alternatif
Suharto, (2005 : 15), berkesimpulan yang dipilih dapat memberikan dampak yang
penggabungan antara pollicy analysis dan policy positif yang luas, sedangkan subjektif yaitu
proces dapat dikatakan sebagai policy cyclce, yang alternatif yang dipilih menyangkut aspek
kemudian selanjutnya mengarah kepada emosional dari pembuat kebijakan, masyarakat
terbentuknya suatu sistem kebijakan publik. dan akhirnya dapat memberikan keuntungan bagi
Artinya dalam policy cycle itu mengandung semua piihak.
beberapa tindakan ataupun tahap yang perlu Agar dapat membuat rumusan alternatif
ditempuh, yaitu : problem indentification ( yang bersifat objektif dan subjektif, harus
Identifikasi masalah ), legitimation ( Perumusan ), didukung oleh tersedianya kuantitas dan kualitas
implemation ( penerapan ), dan evaluation ( data yang akurat dan benar sehingga menjadikan
evaluasi ). suatu innformasi yang relevan dan aktual sifatnya
Pada tahap pertama yaitu identifikasi yang dapat dipergunakan oleh para pembuat
masalah, pemerintah dituntut untuk melakukan keputusan guna mengatasi masalah – masalah
suatu tindakan berupa pemecahan masalah yang yang dihadapi. Informasi yang faktual, akurat dan
tepat dan sesuai. Adapun pengertian masalah relevan dapat memberikan masukan yang sangat
publik itu sendiri tiada lain adalah kebutuhan berarti bagi para penganbil kebijakan dalam
atau ketidak puasan yang dimiliki oleh masyarakat rangka penyelesaian perumusan. Pada saat
perlu dicari cara – cara penanggulangannya, baik perumusan telah dibuat, maka tahap berikutnya
yang dilakukan oleh mereka yang secara langsung yang perlu dilakukan adalah bagaimana
terkena akibat oleh masalah itu ataupun oleh pelaksanaan kebijakan (policy
orang lain yang mempunyai tanggung jawab implementation ) itu dilakukan dilapangan.
untuk masalah itu. Masalah yang ada dalam Pelaksanaan kebijakan itu merupakan
masyarakat begitu luas oleh sifatnya yang kegiatan praktis dan konseptual seperti yang
heterogen, maka pemerintah tentunya tidak akan ditekankan dalam proses legitimasi. Dalam
mampu untuk mengatasi semua masalah yang menerapkan kebijakan yang telah ditetapkan
sedang dihadapi. diperlukan adanya pengendalian ataupun
Dengan demikian pemerintah harus pengawasan sepanjang waktu. Hal itu
mampu untuk memilah – milah dan kemudian mengingatkan para pelaksana kebijakan pada
menetapkan prioritasnya terutama yang tingkat bawah dalam kenyataannya sering
menyangkut masalah yang memiliki dampak yang mengalami kesulitan terhadap apa-apa yang telah
luas dan sekaligus juga dampak terhadap individu menjadi keputusan yang sifatnya given dari
yang tidak secara langsung terlibat. Dengan tingkat atas, karena kebijakan yang dikeluarkan
demikian maka masalah itu merupakan policy seringkali tidak tepat dengan kondisi
problem, dan selanjutnya menjadi suatu agenda sesungguhnya dilapangan. Atau bisa jadi karena
pemerintah. Arifin Tahir (2014 : 19) kebijakan yang dikeluarkan belum dapat
mengemukakan, agenda pemerintah itu adalah dimengerti benar oleh pelaksana secara
that set of items explicitly up for the active and komprehensip sehingga menjadi suatu problem
serious consideration of outhoritative decision- sehingga mereka bergerak ke arah kepentingan
makers . Artinya adalah serangkaian item -item organisasi, atau bahkan menjurus kepada
yang secara tegas memerlukan pertimbangan kepentingan pribadi.
yang aktif dan serius dari para pembuat Disamping berorientasi pada kepentingan
keputusan yang sah berdasarkan prioritas dan organisasi dan pribadi, dalam implementasinya
tingkatnya. para pelaksana kebijakan akan menjurus kepada
Tahap berikutnya adalah legitimation suatu proses yang rumit dan berbelit- belit dan
process yang didalamnya mengandung berbagai bahkan dianggap permulaan baru daripada
kegiatan pilihan – pilihan, seperti mengidentifikasi seluruh proses kebijakan. Untuk mengatasi

8
Jurnal Ilmu Administrasi Publik 5 (1) (2017): 6-12

keadaan yang demikian itu maka diperlukan Kebijakan publik yang telah diputuskan
adanya komunikasi yang diberikan kepada bukanlah suatu akhir dari proses terhadap
pelaksana kebijakan tentang isi kebijakan yang pemecahan masalah yang ada, akan tetapi
sifatnya jelas, tepat, dan konsisten. Dengan hanyalah bersifat temporer mengigat
tersedianya informasi yang jelas, akurat, dan perkembangan masyarakat yamng begitu cepat
konsisten tentang kebijakan tadi maka diharapak dan dinammis. Dengan demikian proses kebijakan
dapat membantu personil yang memiliki publik tidak akan pernah berakhir tetapi minimal
tanggung jawab tersebut dapat melaksanakan diharapkan mengarah kepada suatu perbaikan
tugas dengan baik. kualitas hidup masyarakat yang lebih baik lagi.
Hal ini baik, bukan saja dilihat dari faktor Hal ini-pun tidak terlepas dari kebijakan
personil, melainkan pula dari efektivitas organisasi publik yang telah dikeluarkan pemerintah tentang
pemerintahan itu sendiri dalam rangka pendidikan dan pelatihan bagi jabatan Eselon III.
melaksanakan kebijakan itu, seperti : bagaimana Mengingat perkembangan Ilmu pengetahuan
pengorganisasiannya, struktur organisasi dewasa ini khususnya tentang kajian
bersangkutan, pengalokasian dana yang tersedia kepemimpinan dan manajemen yang mana
adalah mutlak. Dengan demikian efektivitas merupakan inti daripada kebijakan dimaksud,
organisasi yang telah dipersiapkan itu dalam sudah barang tentu perlu dilakukan evaluasi
rangka pelaksanaan kebijakan yang telah kembali apakah masih relevan atau tidak.
ditetapakn apakah dapat berjalan dengan Sebaliknya re-evaluation perlu dilakukan terhadap
semestinya, maka perlu dipelajari lebih jauh lagi program pendidikan dan pelatihan pada level ini
melalui proses policy evaluation sebagai tindak lanjut dari kebijakan dimaksud.
Pada tahap akhir ini ( policy evaluation ) Untuk itu maka perlu sekali ditinjau secara
adalah sangat diperlukan guna dapat memberikan teoritis baik tentang pemdidikan dan pelatihan
suatu rekomendasi atau bahan kepada para maupun dari aspek kepemimpinan dan
pembuat kebijakan selanjutnya guna manajemen sehingga akan mampu memberikan
penyempurnaan kualitas kebijakan berdasarkan rekomendasi terhadap perbaikan kurikulum
dari aspek positf maupun negatif atas pelaksanaan pendidikan dan pelatihan dan juga terhadap
kebijakan yang telah berlaku. kebijakan publik itu sendiri di masa mendatang.
Dalam proses ini selain bersifat evaluatif, Umumnya kota-kota besar di Indonesia
tetapi juga harus bersifat empiris dan normatif. menghadapi permasalahan pokok terutama dalam
Evaluatif artinya menekankan pada makna atau bidang, tingginya tingkat polusi udara,
nilai dari suatu kebijakan apakah sesuai dengan kriminalitas, membuang sampah sembarangan
etika dan moral, dan dengan demikian jenis dan kemacetan lalu lintas. Warga yang
informasinya adalah evaluative. Normatif yaitu mengendarai kenderaan menuju tempat
merupakan jenis informasi yang sifatnya pekerjaannya dan sebaliknya pulang ke rumah,
mendukung ataupun dapat memberikan petunjuk dihadapkan kepada persoalan kemacetan lalu
( advocative ) yang berorientasi ke masa depan. lintas. Disamping persoalan lalu lintas juga
Dengan demikian diharapkan dapat memberikan dibarengi dengan polusi udara yang berasal dari
rekomendasi bentuk –bentuk tindakan yang knalpot kenderaan pengguna jalan. Persolan
bagaimana yang mungkin mampu memecahkan kemacetan dan polusi udara tentu bukanlah
masalah – masalah publik. peristiwa yang terjadi begitu saja, melainkan
Empirik menggambarkan sebab dan akibat diakibatkan oleh apa yang sering kita sebut
dari kebijakan publik tertentu yang berlaku, dan dengan Kebijakan Publik .
dengan demikian jenis informasi yang dihasilkan Berbagai kebijakan yang dikeluarkan
adalah designative. Ketiga aspek tersebut sangat pemerintah, menekankan pembangunan jalan-
terikat sifatnya sehingga tidak ada salah satupun jalan besar, membantu menekan rendah tingkat
yang dapat berdiri sendiri. Dengan demikian harga Bahan Bakar Minyak (BBM), namun pada
rekomendasi yang dibuat akan bersifat holistic, sisi yang lain juga nampak kurangnya perhatian
dan pada akhirnya mampu memberikan terhadap system pengangkutan umum. Apakah
gambaran yang jelas kepada pembuat kebijakan kebijakan-kebijakan lain telah menghasilkan
dalam rangka pengambilan keputusan yang tepat. system transportasi yang lebih memuaskan masih

9
Jurnal Ilmu Administrasi Publik 5 (1) (2017): 6-12

terbuka untuk diperdebatkan, namun demikian Kebijakan tentunya memiliki pengaruh


yang menjadi persoalan pokoknya adalah langsung terhadap pencapaian penghidupan
kemacetan lalu lintas dan polusi udara di masyarakat, perasaan tidak terpinggirkan dan
beberapa kota besar di Indonesia hingga kini aspek kesejahteraan secara umum. Kebijakan akan
bukanlah yang terjadi secara alamiah, tetapi senantiasa dapat kita saksikan di tengah-tengah
kebijakan publik telah menyebabkan banyak hal masyarakat, mulai dari individu, keluarga,
yang membentuk situasi perkotaan seperti yang masyarakat hingga dunia internasional. Contoh
terjadi sekarang ini. kebijakan yang dapat mempengaruhi penghidupan
Kebijakan sangat besar pengaruhnya bagi masyarakat adalah:Nilai perumahan dipengaruhi
penghidupan manusia, oleh sebab itu perlu dicari oleh keberadaan penyediaan air, listrik,
upaya untuk mendorong perubahan kebijakan dan pembuangan sampah dan pengaturan
hukum yang lebih berpihak kepada masyarakat. pemerintahan terfhadap penyediaan jasa-jasa
Dalam konteks ini terdapat beberapa upaya yang tersebut. Nilai perumahan pada suatu lokasi juga
umum dilakukan yaitu: mungkin dipengaruhi oleh kepercayaan, budaya
1. Penyediaan informasi untuk mendukung atau adat. Nilai lahan dipengaruhi oleh kebijakan
kebijakan dan praktik pembangunan yang dan hukum di bidang pertanian, lingkungan
berpihak kepada masyarakat miskin. hidup, eksport-import, pemasaran dan lain-lain.
Pendalaman dan penguatan hubungan Dengan demikian jelas bahwa, kebijakan
antara kelompok masyarakat miskin memiliki pengaruh yang luas bagi penghidupan
masyarakat, oleh karena itu penting untuk
dengan kelompok elit pembuat kebijakan.
memahami hubungan dan keterkaitan antara
2. Mendukung proses partisipatif dalam kebijakan, individu dan kelompok masyarakat.
perumusan di semua tingkatan. Dalam hal ini, institusi pemerintah dapat
3. Meningkatkan keterbukaan dan tanggung dijadikan sebagai konteks analisa, yang mana dari
jawab dari pengambil keputusan publik sinilah bermula berbagai praktik pembangunan
(salah satu tujuan penting desentralisasi; yang dilakukan pemerintah, kebijakan, aturan,
memisahkan fungsi penyediaan pelayanan, peran dan fungsi organisai-organisasi yang lain
fungsi pengaturan dan fungsi pendanaan). baik pemerintah maupun non pemerintah dalam
4. Membantu perencanaan, penyusunan menyelenggarakan pelayanan bagi seluruh lapisan
peraturan dan pelaksanaan perundang- masyarakat.
Suatu kebijakan dapat memiliki pengaruh
undangan yang penting bagi masyarakat
yang luas bagi kehidupan masyarakat baik secara
miskin.
langsung maupun secara tidak langsung. Untuk
5. Mendorong penerapan kebijakan re- memahami bagaimana suatu proses, termasuk
distribusi dan menyediakan jaring kebijakan mempengaruhi penghidupan
pengaman sosial yang secara langsung masyarakat perlu ditelusuri secara lebih
menguntungkan kelompok masyarakat mendalam, tidak saja mengenai dampak yang
miskin. terjadi akan tetapi termasuk juga bentuk dan sifat
6. Mengembangkan pasar yang adil dan kebijakan itu sendiri.
kompetitif. Bagaimana suatu analisa proses
7. Menyediakan dukungan bagi organisasi dilaksanakan dapat mengacu kepada berbagai
setempat untuk menerapkan proses dan metode analisa kebijakan yang telah ada, atau
tata laksana yang berpihak kepada dapat pula dikembangkan metode yang lebih
sederhana agar memungkinkan masyarakat luas
masyarakat miskin.
turut serta di dalamnya.Analisa kebijakan;
8. Meningkatkan efektivitas proses peraturan dan perundang-undangan yang berlaku
pengambilan keputusan (mengurangi membutuhkan informasi dan telaah terhadap
resiko, mengefektifkan regulasi dan beberapa hal antara lain:
memastikan proses yang adil dan lain- 1. Apa yang dimuat dan diamanatkan dalam
lain). dokumen tertulis ?

10
Jurnal Ilmu Administrasi Publik 5 (1) (2017): 6-12

2. Apa yang diharapkan oleh suatu kebijakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai
dan peraturan-peraturan pendukung yang dengan martabat kemanusiaan . Memaknai isi
berkaitan ? pasal 34 ayat (2) UUD 1945 tersebut, selama
3. Bagaimana kenyataannya dalam praktik ?. beberapa tahun usia kemerdekaan RI,
kesejahteraan hanya milik segelintir golongan
Dengan demikian, sebelum kebijakan masyarakat terutama yang menduduki jabatan
ditetapkan harus terlebih dahulu melalui proses strategis di pemerintahan, atau segelintir
perencanaan yang matang. Demikian juga dengan masyarakat yang memiliki kolega di
kebijakan yang sudah ditetapkan meski konten pemerintahan. Demikian juga dengan peradilan,
atau isinya sudah baik namun apabila tidak hanya tajam ke bawah tapi tumpul ke atas.
dilaksanakan, akan percuma atau sia-sia tanpa Kebijakan pemerintah menyikapi persoalan sosial
memberikan efek positif bagi pemerintah dan tersebut acap kali tidak pro rakyat kecil sehingga
masyarakat. rakyat melakukan perlawanan. Keberanian rakyat
Aksi demonstrasi merupakan cara-cara untuk melakukan perlawanan terhadap
yang paling diminati rakyat untuk meyampaikan pemerintah semakin lama terkesan semakin
pendapat dimuka umum yang dilakukan secara anarkis dan brutal.
demonstratif, atraktifdan menarik. Sedangkan aksi Seiring langsengnya Soeharto dari kursi
pawai merupakan bentuk penolakan kebijakan Presiden RI setelah berkuasa lebih kurang 32
publik yang dilakukan secara bersama-sama oleh tahun, dimulailah babak baru dalam peta politik
beberapa orang dengan cara berpindah tempat Indonesia yang lazim disebut era reformasi. Era
dari satu tempat ke tempat lainnya baik dengan reformasi yang digadang-gadang dapat membawa
berjalan kaki maupun dengan menggunakan perubahan nasib rakyat ke-arah yang lebih baik,
kenderaan secara tertib, sementara cara ternyata hingga 19 tahun usianya belum
penolakan kebijakan publik dengan mimbar bebas membawa angin segar. Justru sebaliknya tingkat
adalah cara penyampaian sikap melalui orasi pada kemiskinan, pengangguran, kejahatan dan
tempat-tempat tertentu atas penolakan mereka beberapa masalah sosial semakin kentara.
terhadap kebijakan publik tersebut, sedangkan Beberapa kebijakan pemerintah yang dianggap
penolakan melalui rapat umum adalah bentuk extrim dan tidak pro rakyat seperti, kenaikan
kegiatan dengan melakukan rapat oleh berbagai harga Bahan Bakar Minyak (BBM), kenaikan Tarif
elemen masyarakat untuk menyampaikan dasar Listrik (TDL), Standar Upah Minimum
keberatan atau penolakan atas kebijakan publik Regional (UMR), fluktuasi nilai rupiah terhadap
yang ditetapkan pemerintah. Dollar dan lain-lain. Kebijakan ini ditentang dan
Beberapa kasus penolakan publik terhadap dikritisi oleh rakyat dengan cara melakukan aksi
kebijakan publik yang sempat menggegerkan demonstrasi. Terkait dengan merosotnya nilai
stabilitas nasional, antara lain adalah peristiwa tukar rupiah terhadap dollar telah menyebabkan
MALARI (Malapetaka limabelas januari) yaitu harga sembako melambung tinggi. Kenaikannya
sebuah aksi demonstrasi mahasiswa dan bisa terjadi 2-3 kali dalam satu bulan, inflasi
kerusuhan sosial tanggal 15 Januari1974, yang semakin tinggi tanpa dapat dikendalikan oleh
menolak kebijakan Presiden Soeharto yang pemerintah yang terlihat pasrah dan berkilah
dianggap terlalu tergantung kepada modal asing mengikuti hukum ekonomi pasar karena ngotot
dan mengabaikan nasib rakyat kecil. Peristiwa ingin menghilangkan subsidi.
yang hampir sama, juga terjadi tahun 1998 yang
dipelopori mahasiswa di berbagai daerah, yang SIMPULAN
menuntut agar Presiden Soeharto turun dari kursi Di sejumlah daerah seperti Solo, Yogjakarta,
Presiden RI yang dianggap publik tidak pro rakyat Bogor, Jakarta, Medan, Bandung, Surabaya dan lain-
kecil. lain sudah muncul reaksi unjuk rasa terhadap
Sikap pemerintah yang mengabaikan nasib ketidakberdayaan pemerintah Jokowi-JK
rakyat kecil tentu sangat bertentangan dengan menstabilkan harga kebutuhan pokok, politik
bunyi Pasal 34 ayat (2) UUD 1945 bahwa, dibuat gonjang-ganjing, hukum diramaikan dengan
Negara mengembangkan sistem jaminan sosial perseteruan dan pengkriminalisasian KPK,
bagi seluruh rakyat dan memberdayakan pemberantasan KKN mati suri. Dari berbagai
11
Jurnal Ilmu Administrasi Publik 5 (1) (2017): 6-12

kegagalan pemerintah menyahuti suara rakyat kecil


yang getol dijanjikan sewaktu kampanye politik
pada saat Pilpres maupun Pileg, Selain itu, rakyat-
pun semakin apatis, tidak merasa memiliki atas
masa depan negeri ini. Apabila, pemerintah tetap
acuh dengan berbagai persoalan yang dihadapi
publik atau rakyat, dikhawatirkan rakyat akan
melakukan perlawanan yang lebih anarkis.
Demikian juga dengan gelora amarah yang
datang secara bersahutan dari berbagai daerah,
tentu saja akan dapat mengancam integritas
bangsa. Oleh karenanya, untuk membangun
pemerintahan yang baik disarankan agar
pemerintah lebih pro aktif mendengar dan
menyahuti keinginan rakyat.

DAFTAR PUSTAKA

Suharto, Edi, 2005, Analisis Kebijakan Publik,


Alfabeta, Jakarta.
Tahir, Arifin, 2014, Kebijakan Publik &
Transparansi Penyelenggaraan Pemerintah
Daerah, Alfabeta, Bandung.
Wibawa, Samodra, Yuyun Purbokusumo dan Agus
Pramusinto, 1994, Evaluasi Kebijakan
Publik, Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Winarno, Budi, 2002, Teori dan Proses Kebijakan
Publik, Media Pressindo, Yogjakarta.

12

Anda mungkin juga menyukai