http://ojs.uma.ac.id/index.php/publikauma
Program Studi Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Medan Area, Indonesia
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui publik dapat menerima kebijakan publik. Berdasarkan
penelitian, beberapa kasus penolakan publik terhadap kebijakan publik antara lain peristiwa MALARI
(Malapetaka Limabelas Januari) tanggal 15 Januari 1974, yang menolak kebijakan Presiden Soeharto yang
dianggap terlalu tergantung kepada modal asing dan mengabaikan nasib rakyat kecil. Peristiwa tahun 1998
yang dipelopori mahasiswa di berbagai daerah, yang menuntut agar Presiden Soeharto turun dari kursi
Presiden RI yang dianggap publik tidak pro rakyat kecil. Selama beberapa tahun usia kemerdekaan RI,
kesejahteraan cenderung milik segelintir golongan masyarakat terutama yang menduduki jabatan strategis
di pemerintahan, atau segelintir masyarakat yang memiliki kolega di pemerintahan. Demikian juga dengan
peradilan, tajam ke bawah tapi tumpul ke atas. Kebijakan pemerintah menyikapi persoalan sosial tersebut
acap kali tidak pro rakyat kecil sehingga rakyat melakukan perlawanan. Keberanian rakyat untuk melakukan
perlawanan terhadap pemerintah semakin lama terkesan semakin anarkis dan brutal.
How to Cite : Dewi, R., (2017). Studi Kasus Penolakan Publik Atas Kebijakan Publik
5 (1): 6-12
*Corresponding author: P-ISSN-2549-9165
E-mail: rosmaladewi@yahoo.com e-ISSN -2580-2011
6
Jurnal Ilmu Administrasi Publik 5 (1) (2017): 6-12
8
Jurnal Ilmu Administrasi Publik 5 (1) (2017): 6-12
keadaan yang demikian itu maka diperlukan Kebijakan publik yang telah diputuskan
adanya komunikasi yang diberikan kepada bukanlah suatu akhir dari proses terhadap
pelaksana kebijakan tentang isi kebijakan yang pemecahan masalah yang ada, akan tetapi
sifatnya jelas, tepat, dan konsisten. Dengan hanyalah bersifat temporer mengigat
tersedianya informasi yang jelas, akurat, dan perkembangan masyarakat yamng begitu cepat
konsisten tentang kebijakan tadi maka diharapak dan dinammis. Dengan demikian proses kebijakan
dapat membantu personil yang memiliki publik tidak akan pernah berakhir tetapi minimal
tanggung jawab tersebut dapat melaksanakan diharapkan mengarah kepada suatu perbaikan
tugas dengan baik. kualitas hidup masyarakat yang lebih baik lagi.
Hal ini baik, bukan saja dilihat dari faktor Hal ini-pun tidak terlepas dari kebijakan
personil, melainkan pula dari efektivitas organisasi publik yang telah dikeluarkan pemerintah tentang
pemerintahan itu sendiri dalam rangka pendidikan dan pelatihan bagi jabatan Eselon III.
melaksanakan kebijakan itu, seperti : bagaimana Mengingat perkembangan Ilmu pengetahuan
pengorganisasiannya, struktur organisasi dewasa ini khususnya tentang kajian
bersangkutan, pengalokasian dana yang tersedia kepemimpinan dan manajemen yang mana
adalah mutlak. Dengan demikian efektivitas merupakan inti daripada kebijakan dimaksud,
organisasi yang telah dipersiapkan itu dalam sudah barang tentu perlu dilakukan evaluasi
rangka pelaksanaan kebijakan yang telah kembali apakah masih relevan atau tidak.
ditetapakn apakah dapat berjalan dengan Sebaliknya re-evaluation perlu dilakukan terhadap
semestinya, maka perlu dipelajari lebih jauh lagi program pendidikan dan pelatihan pada level ini
melalui proses policy evaluation sebagai tindak lanjut dari kebijakan dimaksud.
Pada tahap akhir ini ( policy evaluation ) Untuk itu maka perlu sekali ditinjau secara
adalah sangat diperlukan guna dapat memberikan teoritis baik tentang pemdidikan dan pelatihan
suatu rekomendasi atau bahan kepada para maupun dari aspek kepemimpinan dan
pembuat kebijakan selanjutnya guna manajemen sehingga akan mampu memberikan
penyempurnaan kualitas kebijakan berdasarkan rekomendasi terhadap perbaikan kurikulum
dari aspek positf maupun negatif atas pelaksanaan pendidikan dan pelatihan dan juga terhadap
kebijakan yang telah berlaku. kebijakan publik itu sendiri di masa mendatang.
Dalam proses ini selain bersifat evaluatif, Umumnya kota-kota besar di Indonesia
tetapi juga harus bersifat empiris dan normatif. menghadapi permasalahan pokok terutama dalam
Evaluatif artinya menekankan pada makna atau bidang, tingginya tingkat polusi udara,
nilai dari suatu kebijakan apakah sesuai dengan kriminalitas, membuang sampah sembarangan
etika dan moral, dan dengan demikian jenis dan kemacetan lalu lintas. Warga yang
informasinya adalah evaluative. Normatif yaitu mengendarai kenderaan menuju tempat
merupakan jenis informasi yang sifatnya pekerjaannya dan sebaliknya pulang ke rumah,
mendukung ataupun dapat memberikan petunjuk dihadapkan kepada persoalan kemacetan lalu
( advocative ) yang berorientasi ke masa depan. lintas. Disamping persoalan lalu lintas juga
Dengan demikian diharapkan dapat memberikan dibarengi dengan polusi udara yang berasal dari
rekomendasi bentuk –bentuk tindakan yang knalpot kenderaan pengguna jalan. Persolan
bagaimana yang mungkin mampu memecahkan kemacetan dan polusi udara tentu bukanlah
masalah – masalah publik. peristiwa yang terjadi begitu saja, melainkan
Empirik menggambarkan sebab dan akibat diakibatkan oleh apa yang sering kita sebut
dari kebijakan publik tertentu yang berlaku, dan dengan Kebijakan Publik .
dengan demikian jenis informasi yang dihasilkan Berbagai kebijakan yang dikeluarkan
adalah designative. Ketiga aspek tersebut sangat pemerintah, menekankan pembangunan jalan-
terikat sifatnya sehingga tidak ada salah satupun jalan besar, membantu menekan rendah tingkat
yang dapat berdiri sendiri. Dengan demikian harga Bahan Bakar Minyak (BBM), namun pada
rekomendasi yang dibuat akan bersifat holistic, sisi yang lain juga nampak kurangnya perhatian
dan pada akhirnya mampu memberikan terhadap system pengangkutan umum. Apakah
gambaran yang jelas kepada pembuat kebijakan kebijakan-kebijakan lain telah menghasilkan
dalam rangka pengambilan keputusan yang tepat. system transportasi yang lebih memuaskan masih
9
Jurnal Ilmu Administrasi Publik 5 (1) (2017): 6-12
10
Jurnal Ilmu Administrasi Publik 5 (1) (2017): 6-12
2. Apa yang diharapkan oleh suatu kebijakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai
dan peraturan-peraturan pendukung yang dengan martabat kemanusiaan . Memaknai isi
berkaitan ? pasal 34 ayat (2) UUD 1945 tersebut, selama
3. Bagaimana kenyataannya dalam praktik ?. beberapa tahun usia kemerdekaan RI,
kesejahteraan hanya milik segelintir golongan
Dengan demikian, sebelum kebijakan masyarakat terutama yang menduduki jabatan
ditetapkan harus terlebih dahulu melalui proses strategis di pemerintahan, atau segelintir
perencanaan yang matang. Demikian juga dengan masyarakat yang memiliki kolega di
kebijakan yang sudah ditetapkan meski konten pemerintahan. Demikian juga dengan peradilan,
atau isinya sudah baik namun apabila tidak hanya tajam ke bawah tapi tumpul ke atas.
dilaksanakan, akan percuma atau sia-sia tanpa Kebijakan pemerintah menyikapi persoalan sosial
memberikan efek positif bagi pemerintah dan tersebut acap kali tidak pro rakyat kecil sehingga
masyarakat. rakyat melakukan perlawanan. Keberanian rakyat
Aksi demonstrasi merupakan cara-cara untuk melakukan perlawanan terhadap
yang paling diminati rakyat untuk meyampaikan pemerintah semakin lama terkesan semakin
pendapat dimuka umum yang dilakukan secara anarkis dan brutal.
demonstratif, atraktifdan menarik. Sedangkan aksi Seiring langsengnya Soeharto dari kursi
pawai merupakan bentuk penolakan kebijakan Presiden RI setelah berkuasa lebih kurang 32
publik yang dilakukan secara bersama-sama oleh tahun, dimulailah babak baru dalam peta politik
beberapa orang dengan cara berpindah tempat Indonesia yang lazim disebut era reformasi. Era
dari satu tempat ke tempat lainnya baik dengan reformasi yang digadang-gadang dapat membawa
berjalan kaki maupun dengan menggunakan perubahan nasib rakyat ke-arah yang lebih baik,
kenderaan secara tertib, sementara cara ternyata hingga 19 tahun usianya belum
penolakan kebijakan publik dengan mimbar bebas membawa angin segar. Justru sebaliknya tingkat
adalah cara penyampaian sikap melalui orasi pada kemiskinan, pengangguran, kejahatan dan
tempat-tempat tertentu atas penolakan mereka beberapa masalah sosial semakin kentara.
terhadap kebijakan publik tersebut, sedangkan Beberapa kebijakan pemerintah yang dianggap
penolakan melalui rapat umum adalah bentuk extrim dan tidak pro rakyat seperti, kenaikan
kegiatan dengan melakukan rapat oleh berbagai harga Bahan Bakar Minyak (BBM), kenaikan Tarif
elemen masyarakat untuk menyampaikan dasar Listrik (TDL), Standar Upah Minimum
keberatan atau penolakan atas kebijakan publik Regional (UMR), fluktuasi nilai rupiah terhadap
yang ditetapkan pemerintah. Dollar dan lain-lain. Kebijakan ini ditentang dan
Beberapa kasus penolakan publik terhadap dikritisi oleh rakyat dengan cara melakukan aksi
kebijakan publik yang sempat menggegerkan demonstrasi. Terkait dengan merosotnya nilai
stabilitas nasional, antara lain adalah peristiwa tukar rupiah terhadap dollar telah menyebabkan
MALARI (Malapetaka limabelas januari) yaitu harga sembako melambung tinggi. Kenaikannya
sebuah aksi demonstrasi mahasiswa dan bisa terjadi 2-3 kali dalam satu bulan, inflasi
kerusuhan sosial tanggal 15 Januari1974, yang semakin tinggi tanpa dapat dikendalikan oleh
menolak kebijakan Presiden Soeharto yang pemerintah yang terlihat pasrah dan berkilah
dianggap terlalu tergantung kepada modal asing mengikuti hukum ekonomi pasar karena ngotot
dan mengabaikan nasib rakyat kecil. Peristiwa ingin menghilangkan subsidi.
yang hampir sama, juga terjadi tahun 1998 yang
dipelopori mahasiswa di berbagai daerah, yang SIMPULAN
menuntut agar Presiden Soeharto turun dari kursi Di sejumlah daerah seperti Solo, Yogjakarta,
Presiden RI yang dianggap publik tidak pro rakyat Bogor, Jakarta, Medan, Bandung, Surabaya dan lain-
kecil. lain sudah muncul reaksi unjuk rasa terhadap
Sikap pemerintah yang mengabaikan nasib ketidakberdayaan pemerintah Jokowi-JK
rakyat kecil tentu sangat bertentangan dengan menstabilkan harga kebutuhan pokok, politik
bunyi Pasal 34 ayat (2) UUD 1945 bahwa, dibuat gonjang-ganjing, hukum diramaikan dengan
Negara mengembangkan sistem jaminan sosial perseteruan dan pengkriminalisasian KPK,
bagi seluruh rakyat dan memberdayakan pemberantasan KKN mati suri. Dari berbagai
11
Jurnal Ilmu Administrasi Publik 5 (1) (2017): 6-12
DAFTAR PUSTAKA
12