Anda di halaman 1dari 13

Novita,

LIMNOTEK
et al., / LIMNOTEK
(2014) 212014
(1) :21 – 86
74(1) : 74 – 86

STRUKTUR KOMUNITAS BAKTERI PENGOKSIDASI AMONIA BERDASARKAN


GEN amoA DI SITU SAWANGAN-BOJONGSARI, JAWA BARAT

Lena Novita a,c, Iman Rusmana b, dan Tri Widiyanto c


a
Mahasiswa Pascasarjana IPB
b
Staf Dosen Departemen Biologi –IPB
c
Pusat Penelitian Limnologi-LIPI
E-mail: lena_ipb@yahoo.com
Diterima redaksi : 4 November 2013, disetujui redaksi : 18 Maret 2014

ABSTRAK
Salah satu permasalahan dalam pengelolaan perairan darat adalah penurunan kualitas
air yang disebabkan oleh polusi senyawa nitrogen. Mekanisme transformasi senyawa nitrogen
oleh bakteri indigenous menjadi langkah penting untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Aktivitas antropogenik di sekitar Situ Sawangan-Bojongsari memungkinkan terjadinya polusi
senyawa nitrogen seperti amonia. Penelitian bertujuan untuk mengetahui struktur komunitas
bakteri pengoksidasi amonia serta faktor fisika dan kimia yang mempengaruhinya di Situ
Sawangan-Bojongsari. Kelimpahan dan keragaman bakteri pengoksidasi amonia dipengaruhi
oleh faktor fisika dan kimia perairan. Kelimpahan tertinggi bakteri pengoksidasi amonia
terdapat pada strata 0 cm (270 sel/mL) dan kelimpahan terendah terdapat pada strata 230 cm
(73 sel/mL). Bakteri pengoksidasi amonia tidak ditemukan pada bagian sedimen. Gen amoA
hanya teramplifikasi dari contoh air. Sebanyak 10 pita gen amoA dengan posisi yang berbeda
dapat terdeteksi pada gel DGGE. Sebanyak enam isolat gen amoA memiliki kemiripan sekuen
nukleotida dengan amoA dari uncultured bacterium (86-97%). Sekuen asam amino dari keenam
isolat gen amoA menunjukkan kemiripan dengan protein ammonia monooxygenase (56-93%).
Sebanyak lima isolat gen amoA teridentifikasi sebagai ammonia monooxygenase dari
uncultured bacterium dan satu isolat sebagai ammonia monooxygenase dari Nitrosospira sp.
III7. Berdasarkan analisis filogenetik, keenam isolat gen amoA termasuk ke dalam genus
Nitrosospira.
Kata kunci : amonia monooksigenase, amoA, DGGE

ABSTRACT
COMMUNITY STRUCTURE OF AMMONIA OXIDIZING BACTERIA BASED ON
amoA GENE AT SITU SAWANGAN-BOJONGSARI, WEST JAVA. One of problems in
freshwater management is declining of water quality due to nitrogen compounds pollution.
Mechanisms of nitrogen transformation by indigenous bacteria are an important action to solve
this problem. Antrophogenic activities on Situ Sawangan-Bojongsari may cause nitrogen
pollution like ammonia. The aim of this research is to find out the structure community of
ammonia oxidizing bacteria and the physical and chemical factors that influence the
community. Abundance and community stucture of ammonia oxidizing bacteria at Situ
Sawangan-Bojongsari influenced by physical and chemical factors. The most abundance of
ammonia oxidizing bacteria was found in the depth of 0 cm (270 cell/mL) and the less was
found in the depth of 230 cm (73 cells/mL). There was no ammonia oxidizing bacteria found in
the sediment. Fragment of amoA gene was amplified by PCR from water samples. There was no
fragment amoA gene amplified product from sediment samples. Total of 10 bands amoA genes
with different positions can be detected on the DGGE gel. Total of six isolates of amoA gene
had nucleotide sequence similarity with amoA from uncultured bacterium (86-97 %). Amino
acid sequences of the six isolates of amoA gene showed similarity with protein of ammonia
monooxygenase (56 and 93 %). Total of five isolates of amoA gene was identified as ammonia
monooxygenase from uncultured bacterium and one isolate was as ammonia monooxygenase
from Nitrosospira sp.III7. Based on phylogenetic analysis, the 6 isolates of amoA gene was
belong to the genus Nitrosospira.
Keywords : ammonia monooxygenase, amoA, DGGE

74
Novita, et al., / LIMNOTEK 2014 21 (1) : 74 – 86

PENDAHULUAN NO2 terlebih dahulu pada jaringan tubuh


sehingga toksisitas ion NO3- sangat erat
Permasalahan yang sering dihadapi kaitannya dengan permeabilitas jaringan
ekosistem perairan darat pada umumnya tubuh dari organisme akuatik (Jensen, 1996;
adalah rendahnya kualitas air yang Cheng & Chen, 2002).
disebabkan polusi senyawa nitrogen seperti Efek negatif secara tidak langsung di
amonia. Aktivitas antropogenik sangat antaranya menyebabkan eutrofikasi
berperan dalam pemasukan senyawa (Rabalais et al., 2002). Eutrofikasi dapat
nitrogen pada lingkungan perairan darat. menjadi permasalahan yang besar dalam
Pemasukan senyawa nitrogen ini sebanding upaya konservasi perairan darat. Eutrofikasi
dengan meningkatnya populasi manusia dan merupakan status tropik perairan yaitu
pemanfaatan ekosistem perairan tersebut tingginya konsentrasi unsur hara.
(Carpenter et al., 1998). Aktivitas yang Peningkatan konsentrasi senyawa NH4, NO2
dapat menyebabkan meningkatnya kadar dan NO3 dapat memicu pertumbuhan,
senyawa nitrogen dalam perairan antara lain ketahanan dan proliferasi produsen primer
budidaya perikanan, pembuangan limbah seperti fitoplankton, alga, dan makrofit
industri dan limbah domestik. (Anderson et al., 2002).
Polusi senyawa nitrogen pada Upaya pelestarian dan pengelolaan
lingkungan perairan menimbulkan efek perairan darat terhadap permasalahan
negatif baik secara langsung maupun tidak tersebut dapat dilakukan melalui
langsung. Efek negatif secara langsung di pengendalian faktor luar dan juga perlu
antaranya disebabkan oleh toksisitas memperhatikan kemampuan ekosistem itu
senyawa nitrogen inorganik seperti amonia sendiri. Mekanisme tersebut melalui
(NH3), nitrit (NO2) dan nitrat (NO3) (Alonso transformasi senyawa nitrogen yang terjadi
& Camargo, 2006). Senyawa NH3, NO2 dan pada badan air yaitu proses oksidasi. Reaksi
NO3 merupakan bentuk-bentuk nitrogen oksidasi NH3 pada umumnya diketahui
inorganik terlarut yang pada umumnya sebagai bagian dari proses nitrifikasi dengan
terdapat di sistem perairan. Senyawa melibatkan enzim amonia monooksigenase
tersebut secara alami diperoleh dari deposisi (AMO) yang disandikan oleh gen amo
atmosfer, disolusi dari deposit geologi yang dimana memiliki 3 subunit yaitu amoA,
kaya nitrogen, fiksasi gas nitrogen (N2) oleh amoB, dan amoC (Sayavedra et al., 1998).
mikroorganisme tertentu dan degradasi Gen amoA seringkali digunakan sebagai
senyawa organik secara biologis (Rabalais et marker untuk mengetahui keragaman bakteri
al., 2002). Konsentrasi tertentu senyawa pengoksidasi NH3 (Rotthauwe et al., 1997).
NH3, NO2 dan NO3 dapat menyebabkan Pemahaman yang baik mengenai
kematian pada hewan akuatik (Alonso & mikroba yang berperan dalam proses
Camargo, 2006) dan senyawa NH3 bersifat oksidasi NH3 akan sangat diperlukan untuk
toksik terutama terutama terhadap ikan mengetahui sekaligus memberikan solusi
(Richardson, 1997; Augspurger et al., 2003). dalam menangani permasalahan polusi
Senyawa ini dapat menyebabkan gangguan senyawa NH3 di perairan. Selain itu, dapat
secara fisiologis, neurologist, dan sitologis memberikan informasi dasar dalam studi
sehingga pada akhirnya dapat menyebabkan kelayakan ekosistem tersebut sebagai usaha
berkurangnya aktivitas konsumsi makanan, dalam produksi perikanan yang berkaitan
fekunditas, dan ketahanan tubuh pada dengan peningkatan ketahanan pangan.
organisme akuatik (Richardson, 1997; Situ Sawangan - Bojongsari
Constable et al., 2003). Senyawa NO3 merupakan situ terluas di Kota Depok, Jawa
memiliki aktivitas toksik yang sama dengan Barat. Adanya peralihan fungsi sempadan
NO2 akan tetapi NO3 harus diubah menjadi Situ Sawangan-Bojongsari menjadi lahan

75
Novita, et al., / LIMNOTEK 2014 21 (1) : 74 – 86

pertanian dan lahan terbangun, serta menggunakan botol steril (250 ml). Contoh
pembuangan limbah domestik ke perairan sedimen diambil menggunakan sediment
situ, maka diperkirakan menyebabkan core pada kedalaman 0-10 cm dengan strata
perubahan yang bersifat kurang kedalaman 0-2 cm, 2-5 cm, dan 5-10 cm.
menguntungkan bagi perairan. Purnama Komposit dilakukan terhadap contoh dari
(2008) melaporkan bahwa Situ Sawangan- masing-masing titik sesuai dengan strata
Bojongsari telah mengalami pendangkalan kedalaman.
3-5 m akibat adanya sedimentasi dari limbah
domestik yang meningkat seiring dengan Analisis Parameter Fisika dan Kimia
meningkatnya pemukiman penduduk di Perairan Situ
sekitar situ. Selain itu, hampir setiap tahun Analisis parameter fisika perairan
perairan Situ Sawangan-Bojongsari dilakukan pada saat pengambilan sampel
ditumbuhi eceng gondok (Eichhornia yang meliputi parameter suhu, pH, dan
crassipes), bahkan pertumbuhan Salvinia sp. oksigen (O2) terlarut. Pengukuran dilakukan
dapat menutupi hampir 60% perairan menggunakan Water Quality Checker
(Efendi et al., 1996; Purnama, 2008). (WQC). Selain itu dilakukan pengukuran
Penelitian ini bertujuan untuk kedalaman Secchi menggunakan keping
mengetahui struktur komunitas bakteri yang Secchi.
berperan dalam proses oksidasi NH3 di Situ Analisis kimia air dan air pori
Sawangan-Bojongsari serta untuk sedimen meliputi parameter Total Nitrogen
mengetahui berbagai faktor fisika dan kimia (TN), bahan organik total (TOM, Total
perairan yang mempengaruhinya. Organic Matter), bahan organik terlarut
(DOM, Dissolved Organic Matter), karbon
BAHAN DAN METODE organik total (TOC, Total Organic Carbon),
Waktu dan Tempat N-NH4, N-NO3, dan N-NO2. Kadar TOM
Pengambilan contoh dilakukan pada dan DOM diukur dengan titrametri, TN dan
tanggal 7 Januari 2012 di Situ Sawangan- N-NO3 diukur dengan spektrofotometri-
Bojongsari Kota Depok, Jawa Barat. brucine, N-NH4 diukur dengan
Analisis kimia dan kelimpahan bakteri spektrofotometri-phenate, dan N-NO2 diukur
dilakukan di Laboratorium Mikrobiota, dengan spektrofotometri-sulphanilamide
Pusat Penelitian Limnologi, Lembaga Ilmu (APHA, 1995)
Pengetahuan Indonesia (LIPI). Analisis
keragaman bakteri dilakukan di Analisis Kelimpahan Bakteri
Laboratorium Mikrobiologi, Departemen Pengoksidasi NH3
Biologi, Institut Pertanian Bogor (IPB). Sebanyak 1 ml contoh air atau 1 g
sedimen diencerkan dengan NaCl fisiologis
Pengambilan Contoh (0,85%) melalui beberapa pengenceran
Pengambilan contoh air dan sedimen berseri. Selanjutnya sebanyak 1 ml hasil
dilakukan pada tiga titik (Gambar 1). Titik pengenceran dari tiga pengenceran terakhir
pengambilan contoh pertama merupakan diinokulasikan pada 9 ml medium cair yang
wilayah perairan yang memiliki Karamba terdiri dari (per liter akuades) 0,9 g
Jaring Apung (KJA), titik pengambilan Na2HPO4, 0,2 g KH2PO4, 0,1 g
contoh kedua merupakan wilayah outlet dan MgSO4.7H2O, 0,005 g FeCl3. 6H2O, 0,0184
titik pengambilan contoh ketiga merupakan g CaCl2.6H2O, 0,25 g Yeast Ekstrak, dan 1
wilayah inlet. Contoh air diambil di masing- g NH4Cl. Sebagai sumber karbon digunakan
masing titik pada tiga strata kedalaman yaitu 5 g Na2CO3. Inkubasi dilakukan pada suhu
air permukaan, kedalaman Secchi, dan ruang selama tujuh hari. Kelimpahan bakteri
dasar perairan. Contoh air ditampung dihitung melalui metode Most Probable

76
Novita, et al., / LIMNOTEK 2014 21 (1) : 74 – 86

Number (MPN) (Cappucino & Sherman, template, 5 μL buffer, 5 μL dNTP, 3 µL


1983). Uji positif pengoksidasi NH3 MgSO4, 1 unit primer, 0,5 μL KOD Hot
dinyatakan apabila kultur bakteri Start DNA Polymerase (Novagen) dan
mengandung senyawa NO2 setelah masa akuades steril hingga volume 50 μL.
inkubasi yaitu dengan terdeteksinya warna Amplifikasi gen amoA dilakukan pada
merah muda hingga keunguan setelah diberi kondisi denaturasi awal 94 °C selama 5
pereaksi sulfanilamid 1 % dan NED menit, diikuti 35 siklus pada suhu denaturasi
(Naftalena Etilena Diamina) 0,1 % (APHA, 94 °C selama 1 menit, annealing 58 °C
1995). selama 1 menit, pemanjangan 72 °C selama

Gambar 1. Lokasi pengambilan contoh

Ekstraksi DNA dan Amplifikasi Gen amoA 1 menit, selanjutnya pemanjangan akhir
Sebanyak 250 ml sampel air disaring pada suhu 72 °C selama 5 menit. Hasil
menggunakan membran filter GFF (Ø pori amplifikasi DNA dianalisis menggunakan
0,22 µm). Ekstraksi DNA menggunakan elektroforesis gel agarosa 1,5 % dan
Ultraclean Water DNA Extraction Kit visualisasi dengan UV transluminator.
MOBIO. Sebanyak ± 1 g sedimen
digunakan untuk ekstraksi DNA Denaturing Gradient Gel Electrophoresis
menggunakan Ultraclean Soil DNA (DGGE)
Extraction Kit MOBIO. Kuantitas dan Sebanyak 20 µL DNA hasil
kualitas DNA hasil ekstraksi diukur amplifikasi yang telah dicampurkan dengan
menggunakan Nanodrop. 4 µL loading dye dimigrasikan pada gel
Amplifikasi gen amoA dilakukan poliakrilamid 6% (b/v) dalam buffer TAE 1x
menggunakan primer AmoA-1F dan AmoA- (pH 7, 10 mM sodium asetat, 0,5 mM Na,-
2R serta primer AmoA-1F-GC clamp (Chu EDTA) dengan gel yang dibuat dari 40%
et al., 2007). Reaksi amplifikasi (b/v) larutan stok acrylamide (acrylamide-
menggunakan komposisi : 2 μL DNA N,N'-methylenebisacrylamide, 37:1) dan

77
Novita, et al., / LIMNOTEK 2014 21 (1) : 74 – 86

denaturan yang dibuat antara 35-65% (100% disebabkan oleh berkurangnya intensitas
denaturan : 7 M urea dan 40% (v/v) cahaya matahari yang masuk ke perairan
formamide). Elektroforesis dilakukan pada seiring dengan bertambahnya kedalaman.
suhu 60°C dan 130 Volt selama 4 jam. Cahaya matahari yang masuk ke perairan
Setelah elektroforesis, gel direndam selama akan diubah menjadi energi panas sehingga
15 menit dengan larutan pewarna Ethidium lapisan permukaan air akan memiliki suhu
Bromide (EtBr 0,5 mg/L). Analisis hasil yang lebih tinggi (Vassilis & Soultana,
denaturasi dilakukan menggunakan Gel Doc 2003).
System. Parameter nilai pH juga cenderung
menurun dengan bertambahnya kedalaman
Analisis Urutan Nukleotida dan pada kolom air (Gambar 2), yaitu 6,40-6,98
Filogenetik 9 (strata 0 cm), 4,01-5,20 (strata 110 cm)
Fragmen DNA pada gel dan 6,04-6,14 (strata 230 cm). Adapun
elektroforesis DGGE yang sudah dipotong terjadinya penurunan pH pada kolom air Situ
direndam dengan 40 μL akuades dan Sawangan-Bojongsari diduga berkaitan erat
diinkubasi pada shaker dengan suhu 37 °C dengan konsentrasi O2 terlarut pada kolom
selama 2 jam. Selanjutnya larutan tersebut air yang menurun seiring dengan
diinkubasi pada suhu 4 °C selama 24 jam. bertambahnya kedalaman. Sigee et al.
Larutan digunakan sebagai DNA cetakan (2005) menyatakan bahwa pada kondisi O2
untuk diamplifikasi ulang menggunakan terlarut rendah, konsentrasi karbondioksida
primer tanpa GC-Clamp. Produk amplifikasi (CO2) yang bersifat asam akan meningkat
dianalisis urutan nukleotidanya melalui sehingga perairan akan memiliki nilai pH
proses sekuensing menggunakan jasa yang rendah. Nilai pH pada sistem perairan
perusahaan First Base Malaysia dengan merupakan informasi yang penting
protokol standar DNA sekuenser (ABI dikarenakan dapat mempengaruhi toksisitas
PRISM 3100). Analisis kemiripan sekuen kimia diperairan, salah satunya adalah NH3
dilakukan menggunakan program BLAST yang dapat terionisasi pada nilai pH rendah
(http://www.ncbi.nlm.nih.gov/BLAST/). (Wurst, 2003).
Analisis filogenetik dilakukan menggunakan Begitupun juga dengan konsentrasi
piranti lunak MEGA 5.0 berdasarkan metode O2 terlarut yang cenderung menurun dengan
Neighbour-Joining (NJ) dan nilai bootstrap bertambahnya kedalaman pada kolom air,
1000x. yaitu 5,37-7,90 mg/L (strata 0 cm), 4,01-
5,20 mg/L (strata 110 cm), dan 0,37-0,84
HASIL DAN PEMBAHASAN mg/L (strata 230 cm). Penurunan konsentrasi
Profil Parameter Fisika dan Kimia O2 terlarut disebabkan oleh kadar senyawa
Perairan Situ Sawangan-Bojongsari organik yang memerlukan O2 dalam proses
Kondisi fisik lokasi pengambilan dekomposisinya (Salmin, 2005). Hal ini
contoh pada saat pengukuran masing-masing dapat ditunjukkan dengan adanya penurunan
memiliki kedalaman Secchi yang sama yaitu konsentrasi O2 terlarut seiring dengan
110 cm dan kedalaman dasar rata-rata 230 peningkatan akumulasi senyawa organik
cm. Nilai suhu kolom air Situ Sawangan- pada kolom air Situ Sawangan-Bojongsari.
Bojongsari menurun seiring dengan Selain itu, penurunan O2 terlarut juga seiring
bertambahnya kedalaman (Gambar 2), yaitu dengan peningkatan senyawa NH4 pada
dari 26,1-31,1 °C (strata 0 cm), 24,2-29,1 kolom air. Hal ini diduga akibat adanya
°C (strata 110 cm) hingga nilai yang paling pemanfaatan O2 dalam proses mineralisasi
rendah yaitu 23,4-24,9 °C (strata 230 cm). yang juga berkaitan dengan proses
Stratifikasi suhu yang terjadi pada kolom air dekomposisi dimana menghasilkan senyawa
Situ Sawangan-Bojongsari diduga NH4 (Zaman et al., 1999).

78
Novita, et al., / LIMNOTEK 2014 21 (1) : 74 – 86

Hasil pengukuran kadar senyawa Kadar TN pada sedimen lebih tinggi


organik yang terdapat di kolom air dibandingkan kolom air, akan tetapi kadar
menunjukkan bahwa kadar TOM, DOM, dan senyawa nitrogen inorganik pada masing-
TOC semakin meningkat seiring dengan
masing strata menunjukan nilai yang
bertambahnya kedalaman yaitu kadar TOM
antara 18,11-25,0 mg/L, kadar DOM antara bervariasi. Kadar TN pada sedimen antara
7,42- 12,29 mg/L dan kadar TOC antara 6,791- 10,721 mg/L dan pada kolom air
1,17 -3,51 mg/L (Gambar 3). antara 3,980-4,602 mg/L. Kadar senyawa
Profil kadar senyawa organik pada NO3 cenderung menurun seiring dengan
sedimen menunjukkan bahwa hanya TOM bertambahnya kedalaman dan berkurangnya
yang meningkat seiring dengan konsentrasi O2 terlarut (Gambar 4). Kadar
bertambahnya kedalaman. Kadar TOM
NO3 antara 0,042-0,509 mg/L, kadar NO2
berkisar antara 62-55-96,67% berat kering,
kadar DOM antara 121,85 191,29 mg/L) berkisar antara 0,048- 0,061 mg/L, dan
dan kadar TOC antara 1,96-2,22%. kadar NH4 antara 0,338-6,449 mg/L).

Gambar 2. Profil parameter suhu, pH, dan O2 terlarut pada kolom air Situ Sawangan-
Bojongsari

(a) (b)
Gambar 3. Konsentrasi TOM, DOM, TOC pada kolom air (a) serta konsentrasi DOM pada air
pori sedimen dan persentase TOM dan TOC pada sedimen (b) di Situ Sawangan-
Bojongsari

79
Novita, et al., / LIMNOTEK 2014 21 (1) : 74 – 86

(a) (b)
Gambar 4. Kelimpahan senyawa nitrogen pada kolom air (a) dan air pori sedimen (b) di Situ
Sawangan-Bojongsari.

Kelimpahan Bakteri Pengoksidasi NH3 di Kelimpahan bakteri pengoksidasi


Situ Sawangan-Bojongsari NH3 tidak meningkat seiring dengan
Bakteri pengoksidasi NH3 di Situ bertambahnya konsentrasi NH4 dikolom air
Sawangan-Bojongsari hanya ditemukan (Gambar 4). Meskipun NH4 berperan
pada bagian kolom air dengan kelimpahan sebagai substrat dalam oksidasi NH4 tetapi
yang semakin menurun seiring dengan keterbatasan O2 merupakan faktor
bertambahnya kedalaman (Gambar 5). Hal penghambat dalam proses oksidasi sehingga
ini juga menunjukkan bahwa kelimpahan mempengaruhi pertumbuhan bakteri
bakteri tersebut juga menurun seiring pengoksidasi NH3. Bakteri pengoksidasi
menurunnya suhu, pH dan konsentrasi O2 NH3 memanfaatkan proses oksidasi NH3
terlarut di kolom air Situ Sawangan- untuk mendapatkan energi bagi
Bojongsari. Kelimpahan tertinggi bakteri pertumbuhannya. Avrahami et al. (2003)
pengoksidasi NH3 terdapat pada strata 0 cm menyebutkan bahwa faktor utama yang
(270 sel/mL) dan kelimpahan terendah mempengaruhi oksidasi NH3 adalah
terdapat pada strata 230 cm yaitu 73 sel/mL. ketersediaan NH3 dan O2. Perbedaan
Lapisan air pada strata 0 cm merupakan ketersedian NH3 dan O2 di Situ Sawangan-
lapisan yang memiliki konsentrasi O2 Bojongsari disebabkan oleh perbedaan
terlarut paling tinggi. Bakteri pengoksidasi kondisi fisika, kimia, dan biologi pada
NH3 memerlukan O2 untuk melakukan masing-masing strata.
aktivitasnya (Bothe et al., 2000), sehingga Hasil penelitian ini juga
lingkungan yang kaya akan O2 akan sangat menunjukkan bahwa di kolom air
mendukung kehidupan bakteri tersebut. kelimpahan bakteri pengoksidasi NH3 tidak
Bakteri pengoksidasi NH3 tidak ditemukan terkait dengan senyawa organik (Gambar 3).
pada lapisan sedimen Situ Sawangan- Bakteri pengoksidasi NH3 merupakan
Bojongsari diduga erat kaitannya dengan bakteri autotrofik yang memanfaatkan
adaptasi bakteri tersebut terhadap senyawa CO2 sebagai sumber C dan
keterbatasan O2 terlarut. Meskipun di lain memperoleh energi melalui proses oksidasi
pihak hasil penelitian Qiu et al. (2010) NH3 (Bothe et al. 2000). Meskipun terdapat
menunjukkan bahwa bakteri pengoksidasi bakteri pengoksidasi NH3 yang bersifat
NH3 dapat ditemukan pada sedimen heterotrofik akan tetapi diduga adanya
kedalaman 0-3 cm. penurunan O2 terlarut seiring dengan

80
Novita, et al., / LIMNOTEK 2014 21 (1) : 74 – 86

peningkatan senyawa organik menyebabkan Hal ini menunjukkan bahwa di Situ


bakteri yang bersifat heterotrofik anaerobik Sawangan-Bojongsari terdapat 10
lebih kompetitif. keragaman bakteri pengoksidasi NH3.
Keragaman tertinggi bakteri pengoksidasi
Keragaman Bakteri Pengoksidasi NH3 di NH3 terdapat pada strata 0 cm yaitu
Situ Sawangan-Bojongsari sebanyak tujuh. Pada strata 110 cm dan 230
Gen amoA hanya dapat cm terdapat masing-masing sebanyak tiga
teramplifikasi dari sampel air yaitu dengan keragaman.
terdeteksinya pita DNA berukuran ~490 Kelimpahan tertinggi bakteri
base pair (bp) pada gel elektroforesis pengoksidasi NH3 pada contoh air strata 0
(Gambar 6). Hal ini sejalan dengan hasil cm sejalan dengan hasil DGGE yang
pengukuran kelimpahan bakteri menunjukkan adanya tingkat keragaman
pengoksidasi amonium yang hanya terdapat tertinggi pada strata tersebut. Keragaman
pada contoh air (Gambar 5). Visualisasi jenis bakteri pada strata tersebut pun berbeda
hasil amplifikasi yang menunjukkan pita dengan keragaman jenis pada dua strata
DNA dengan ketebalan pita DNA yang lebih lainnya. Meskipun tingkat keragaman pada
tipis pada contoh air strata 230 sejalan strata 110 dan 230 sama akan tetapi
dengan hasil penghitungan kelimpahan keduanya memiliki keragaman jenis yang
bakteri pengoksidasi NH3 yang berbeda. Terdapat satu keragaman jenis
menunjukkan kelimpahan terendah pada bakteri pengoksidasi NH3 yang konsisten
strata tersebut. Adapun pada contoh sedimen berada pada ketiga strata contoh air (pita
tidak terdeteksi kelimpahan bakteri DNA no.3). Hal ini menunjukkan bahwa
pengoksidasi NH3 maupun gen amoA. bakteri yang membawa gen amoA tersebut
Sebanyak 13 pita DNA terdeteksi dapat beradaptasi baik terhadap perubahan
pada gel DGGE dan 10 pita DNA terletak suhu, pH maupun O2 terlarut.
pada posisi berbeda pada gel (Gambar 7).

Gambar 5. Profil kelimpahan bakteri pengoksidasi NH3 pada kolom air Situ Sawangan-
Bojongsari

81
Novita, et al., / LIMNOTEK 2014 21 (1) : 74 – 86

Gambar 6. Visualisasi hasil amplifikasi gen amoA dari contoh air dan sedimen (b). Lajur M:
Marker, Lajur 1: air kedalaman 0 cm, Lajur 2: air kedalaman 110 cm, Lajur 3: air
kedalaman 230 cm, Lajur 4: sedimen kedalaman 0-2 cm, Lajur 5: sedimen
kedalaman 2-5 cm, Lajur 6: sedimen kedalaman 5-10 cm.

Gambar 7. Profil DGGE gen amoA dari perairan Situ Sawangan-Bojongsari. Lajur 1: air
kedalaman 0 cm, Lajur 2: air kedalaman 110 cm, dan Lajur 3: air kedalaman 230
cm.

Beberapa penelitian menunjukkan menurunnya suhu di kolom air. Hal ini


bahwa dengan penggunaan gen amoA sejalan dengan hasil penelitian Avrahami
sebagai marker dapat mengungkapkan dan Conrad (2003) yang menunjukkan
perubahan komposisi komunitas bakteri bahwa perbedaan suhu dapat menyebabkan
pengoksidasi NH3 sebagai respon terhadap perbedaan komposisi komunitas pada bakteri
perubahan lingkungan seperti konsentrasi pengoksidasi NH3. Penurunan suhu juga
NH3 (Kowalchuk & Stephen, 2001) dan pH dapat mengurangi keragaman komunitas
(De Boer & Kowalchuck, 2001). Perbedaan bakteri pengoksidasi NH3. Urakawa et al.
kedalaman seiring dengan adanya perbedaan (2008) menunjukkan bahwa tingkat
suhu pada kolom air Situ Sawangan- keragaman bakteri pengoksidasi NH3 lebih
Bojongsari. Adanya perbedaan suhu telah rendah pada akuarium dengan biofiltrasi
menunjukkan perbedaan keragaman bakteri suhu rendah (5.5 °C) dibandingkan pada
pengoksidasi NH3 baik pada tingkat akuarium dengan suhu lebih tinggi (19.9
jumlah maupun jenis. Keragaman bakteri °C).
pengoksidasi NH3 menurun seiring dengan

82
Novita, et al., / LIMNOTEK 2014 21 (1) : 74 – 86

Sebanyak 13 pita DNA yang terdapat Adapun hasil analisis kemiripan


pada gel DGGE telah dapat diisolasi. Akan sekuen asam amino dari keenam isolat gen
tetapi hanya sebanyak enam pita DNA yang amoA tersebut menunjukkan kemiripan
dapat diamplifikasi ulang. Sebanyak enam dengan ammonia monooxygenase (56-93%).
isolat gen amoA yaitu pita DNA no. 1,3,4, Sebanyak lima isolat gen amoA yaitu pita
6,7, dan 8 dari gel DGGE yang telah DNA no. 3, 4, 6. 7, dan 8 memiliki
diamplifikasi ulang dianalisis kemiripannya kemiripan tertinggi dengan ammonia
melalui perbandingan dengan sekuen monooxygenase dari uncultured bacterium
nukleotida yang terdapat di GenBank. dan satu isolat gen amoA yaitu pita DNA no.
Hasilnya menunjukkan bahwa sekuen 1 memiliki kemiripan tertinggi dengan
nukleotida keenam gen amoA memiliki ammonia monooxygenase dari bakteri
kemiripan tertinggi dengan uncultured Nitrosospira sp. III7 (Tabel 2).
bacterium (86-97%) (Tabel 1).

Tabel 1. Homologi sekuen nukleotida dari gen amoA hasil DGGE (BlastN)
No. pita Sekuen yang homolog Identitas No. Akses
DNA (%) Di GenBank
3 Uncultured beta proteobacterium clone 93 DQ435827.1
Wekeromm pHN 126 AmoA (amoA) gene,
partial
4 Uncultured ammonia-oxidizing bacterium 93 EU667649.1
isolate DGGE bands BS AOB 4 putative
ammonia monooxygenase subunit A (AmoA)
gene, partial
6 Uncultured ammonia-oxidizing bacterium clone 87 JQ365904.1
E AOB 24 putative ammonia monooxygenase
subunit a(AmoA) gene, partial
7 Uncultured ammonia-oxidizing bacterium 86 EU667649.1
isolate DGGE bands BS AOB 4 putative
ammonia minooxygenase subunit A (amoA)
gene, partial
8 Uncultured beta proteobacterium clone pm- 94 DQ009878.1
amoA-1 AmoA (amoA) gene, partial

Tabel 2. Homologi sekuen asam amino dari gen amoA hasil DGGE (BlastX)
No. pita Sekuen yang homolog Identitas No. Akses
DNA (%) Di GenBank
1 Ammonia monooxygenase (Nitrosospira sp. III7) 93 AAM77413
3 Ammonia monooxygenase (uncultured ammonia 86 AAP88532.1
oxidizing bacterium
4 Ammonia monooxygenase subunit A, partial 83 CBL43085.1
(uncultured ammonia-oxidizing beta
proteobacterium)
6 Ammonia monooxygenase subunit A, partial 79 CBL43085.1
(uncultured ammonia-oxidizing beta
proteobacterium)
7 Ammonium monooxygenase alpha subunit 56 AEU16981.1
(uncultured bacterium)
8 Ammonia monooxygenase subunit A (uncultured 84 BAE93361.1
bacterium)

83
Novita, et al., / LIMNOTEK 2014 21 (1) : 74 – 86

Berdasarkan analisis filogenetik dari isolat gen amoA hasil DGGE teridentifikasi
keenam isolat gen amoA hasil DGGE sebagai uncultured bacterium (86-97%).
menunjukkan bahwa keenam isolat gen Sekuen asam amino dari lima isolat gen
termasuk ke dalam kelompok beta- amoA hasil DGGE teridentifikasi sebagai
proteobacteria dan memiliki kekerabatan ammonia monooxygenase dari uncultured
paling dekat dengan genus Nitrososopira bacterium (56-86%) dan satu isolat gen
(Gambar 8). Hasil analisis ini menunjukkan amoA teridentifikasi sebagai ammonia
bahwa jenis bakteri pengoksidasi NH3 di monooxygenase dari bakteri Nitrosospira
Situ Sawangan-Bojongsari sebesar 60% sp. III7 (93%). Berdasarkan analisis
sudah dapat diketahui termasuk ke dalam filogenetik keenam isolat gen amoA
genus Nitrosospira. termasuk ke dalam genus Nitrosospira.

99 amoA-3
99 amoA-7
55
amoA-4
100 amoA-6
99
amoA-1
68 DQ009878.1 (Uncultured beta proteobacterium)
100 amoA-8
62
EU667649.1 (Uncultured bacterium)
35
JQ365904.1 (Uncultured bacterium)
99
DQ435827.1 (Uncultured betaproteobacterium)
99
AY123829.1 (Nitrosospira sp. III7)
86 AJ298698.1 (Nitrosospira sp. L115)
37 KC477403.1 (Nitrosospira sp. APG3)
94 EU272827.1 (Uncultured Nitrosospira sp.)
40
JX112632.1 (Uncultured Nitrosospira sp.)
EF175100.1 (Nitrosospira sp. EnI299)
JX112642.1 (Uncultured Nitrosospira sp.)
DQ208945.1 (Nitrosospira sp. SJ02)
78
73 EF175099.1 (Nitrosospira sp. Wyke8)
78 DQ208955.1 (Uncultured Nitrosospira sp.)
EU272824.1 (Uncultured Nitrosomonas sp.)

0.05

Gambar 8. Konstruksi pohon filogenetik berdasarkan sekuen nukleotida hasil DGGE (kode :
amoA) dan sekuen-sekuen nukleotida yang terdapat di Genbank.

KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA


Kelimpahan dan keragaman bakteri Alonso, A., & J.A. Camargo, 2003, Short-
pengoksidasi NH3 di Situ Sawangan- Term Toxicity of Ammonia, Nitrite,
Bojongsari dipengaruhi oleh faktor fisika and Nitrate to the Aquatic Snail
dan kimia. Kelimpahan tertinggi bakteri Potamopyrgus antipodarum
pengoksidasi NH3 terdapat pada strata 0 cm (Hydrobiidae, Mollusca), Bull
yaitu 270 sel/ml dan terendah terdapat pada Environ Cont Toxicol, 70:1006–
strata 230 cm yaitu 73 sel/mL. Komposisi 1012.
komunitas bakteri pengoksidasi NH3 di Situ Anderson, D.M., P.M. Glibert, & J.M.
Sawangan-Bojongsari terdiri dari 10 Burkholder, 2002, Harmful Algal
keragaman. Sekuen nukleotida dari enam

84
Novita, et al., / LIMNOTEK 2014 21 (1) : 74 – 86

Alooms and Eutrophication: Nutrient Chu, H., T. Fujii, S. Morimoto, X. Lin, K.


Sources, Composition, and Yagi, J. Hu, & J. Zhang, 2007,
Consequences, Estuaries 25: 704-26. Community Structure of Ammonia-
APHA, 1995, Standard Methods. For Oxidizing Bacteria Under Long-
Examination of Water and Waste Term Application of Mineral
Water, By M.C.Rand: A.E. Fertilizer and Organic Manure in a
Greenberg and M.J. Taras (Eds).9th Sandy Loam Soil, Appl Environ
Edition, APPA-AWWA/WEFW, Microbiol, 73(2): 485-491.
USA, 1193p. Constable, M., M. Charlton, F. Jensen, K.
Avrahami, S., W. Liesack, & R. Conrad, McDonald, G. Craig, & K.W.
2003, Effects of Temperature and Taylor, 2003, An Ecological Risk
Fertilizer on Activity and Assessment of Ammonia in the
Community Structure of Soil Aquatic Environment, Hum Ecol
Ammonia Oxidizers, Environ Risk Assess 9: 527-548.
Microbiol, 5: 691–705. De Boer, W., & G.A. Kowalchuk, 2001,
Avrahami, S., & R. Conrad, 2003, Patterns Nitrification in Acid Soils:
of Community Change among Microrganisms and Mechanisms,
Ammonia Oxidizers in Meadow Soil Biol Biochem, 33: 853-866.
Soils Upon Long-Term Incubation at Efendi H., D.I. Hartoto, & Erwin, 1996,
Different Temperatures, Appl and Telaah Lanjutan Karakteristik
Environ Microbiol, 69(10): 6152- Kualitas Air di Situ Bojongsari,
6164. Bogor, JIPI Vol 6(1): 11-14.
Bothe, H., G. Jost, M. Schloter, B.B. Ward, Jensen, F.B., 1996, Uptake, Elimination and
& K.P. Witzel, 2000, Molecular Effects of Nitrite and Nitrate in
Analysis of Ammonia Oxidation and Freshwater Crayfish (Astacus
Denitrification in Natural astacus), Aquat Toxicol 34: 95-104.
Environments, FEMS Microbiol Kowalchuk, G.A., & J.R. Stephen, 2001,
Rev, 24: 673-690. Ammonia-Oxidizing Bacteria: a
Cappucino, G.J., & N. Sherman, 1983, Model for Molecular Microbial
Microbiology : A Laboratory Ecology, Ann Rev Microbiol, 55:
Manual. Addison-Wesley Publishing 485-529.
Company Inc, California, USA, 31p. Purnama, N.E., 2008, Pendugaan Erosi
Carpenter, S.R., N.F. Caraco, D.L. Correll, dengan Metode USLE (Universal
R.W. Howarth, A.N. Sharpley, & Soil Loss Equation) di Situ
V.H. Smith, 1998, Nonpoint Bojongsari, Depok, Tesis, Institut
Pollution of Surface Waters with Pertanian Bogor.
Phosphorus and Nitrogen, Ecol Appl, Qiu, S., G. Chen, & Y. Zhou, 2010,
8: 559-568. Abundance and Diversity of
Cheng, S.Y., & J.C. Chen, 2002, Study Ammonia-Oxidizing Bacteria in
on the Oxyhemocyanin, Relation to Ammonium in a Chinese
Deoxyhemocyanin, Oxygen Affinity Shallow eutrophic Urban Lake,
and Acid–base Balance of Brazilian J of Microbiol, 41: 218-
Marsupenaeus japonicus Following 226.
Exposure to Combined Elevated Rabalais, N.N., R.E. Turner, & W.J.
Nitrite and Nitrate, Aquatic Toxicol Wiseman Jr, 2002, Gulf of Mexico
61:181-193. Hypoxia, a.k.a. ‘‘The Dead Zone’’,
Ann Rev of Ecol and System,
33:235-263.

85
Novita, et al., / LIMNOTEK 2014 21 (1) : 74 – 86

Richardson, J., 1997, Acute Ammonia Microorganism in The Aquatic


Toxicity for Eight New Zealand Environment, John Wiley & Son,
Indigenous Freshwater Species, NZ England.
J Mar Freshw Res 31: 85-90. Urakawa, H., Y. Tajima, Y. Numata, & S.
Rotthauwe, J.H., K.P. Witzel, & W. Liesack, Tsuneda, 2008, Low Temperature
1997. The Ammonia Decreased the Phylogenetic
Monooxygenase Structural Gene Diversity of Ammonia-Oxidizing
amoA as a Functional Marker: Archaea and Bacteria in Aquarium
Molecular Fine-Scale Analysis of Biofiltration Systems, Appl Environ
Natural Ammonia-Oxidizing Microbiol, 74(3): 894.
Populations, Appl Environ Vasilis, Z.A., & K.G. Soultana, 2003,
Microbiol, 63(12): 4704-4712. Simulation of Water Temperature
Salmin, 2005, Oksigen Terlarut (DO) dan and Dissolved Oxygen Distribution
Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD) in Lake Verogitis, Greece, Ecol
sebagai Salah Satu Indikator untuk Model 160: 39-53.
Menentukan Kualitas Perairan, Wurts, W.A., 2003. Pond pH Cycle and
Oceana 3: 21-26. Ammonia Toxicity, World Aquacult,
Sayavedra-Soto, L.A. et al, 1998, 34(2): 20-21.
Transcription of The amoC, amoA Zaman, M., H.J. Di, & K.C. Cameron, 1999,
and amoB Genes in Nitrosomonas Gross N-mineralization and
europaea and Nitrosospira sp. nitrification rates and their
NpAV, FEMS Microbiol Lett, 167: relationships to enzyme activities and
81-88. soil microbial biomass in soils
Sigee, D.C., 2005, Freshwater treated with dairy shed effluent and
Microbiology; Biodiversity and ammonium fertilizer in the field, Soil
Dinamic Interaction of Use and Management 15: 188-194.

86

Anda mungkin juga menyukai