Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN AKHIR

c. Memperhatikan dan mengharmonisasi rencana pola ruang wilayah kabupaten yang berbatasan
yaitu Bantaeng dan Sinjai.
d. Mengacu pada klasifikasi pola ruang wilayah kabupaten yang terdiri atas kawasan lindung dan
kawasan budidaya sebagai berikut :

B. RENCANA POLA RUANG KAWASAN LINDUNG


Kawasan lindung merupakan kawasan yang dapat melindungi sumberdaya alam dan sumberdaya
A. UMUM
buatan yang ada di wilayahnya. Antara lain mampu memberi perlindungan terhadap tata air sebagai
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16/PRT/M/2009 tentang Pedoman
upaya penyediaan air secara berkelanjutan, mencegah erosi dan banjir dan menjaga kesuburan tanah.
Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten, Rencana pola ruang wilayah kabupaten
Dalam menetapkan kawasan lindung, akan dilakukan deliniasi wilayah yang mengacu pada peraturan
merupakan rencana distribusi peruntukan ruang dalam wilayah kabupaten yang meliputi rencana
dan perundang-undangan yang berlaku.
peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan rencana peruntukan ruang untuk fungsi budidaya.
Rencana pola ruang wilayah kabupaten berfungsi:
Peraturan dan perundang-undangan yang mengatur tentang kawasan lindung antara lain :
a. Sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial ekonomi masyarakat dan kegiatan
a. Keppres No. 32 Tahun 1990, tentang Pengelolaan Kawasan Lindung.
pelestarian lingkungan dalam wilayah kabupaten.
b. Undang-undang No. 26 Tahun 2007, tentang Penataan Ruang.
b. Mengatur keseimbangan dan keserasian peruntukan ruang
c. Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008, tentang RTRW Nasional.
c. Sebagai dasar penyusunan indikasi program utama jangka menengah lima tahunan untuk dua
d. Perda Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 9 tahun 2009 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
puluh tahun
Provinsi Sulawesi Selatan.
d. Sebagai dasar dalam pemberian izin pemanfaatan ruang pada wilayah kabupaten.
e. Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 434 tahun 2009 tentang Peta Kawasan Hutan dan
Perairan Provinsi Sulawesi Selatan.
Rencana pola ruang wilayah kebupaten dirumuskan berdasarkan:
f. Pada masing-masing wilayah tertentu diberikan SK Penunjukan baik dari Pemerintah Daerah
a. Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah kabupaten
setempat maupun Pemerintah Pusat tentang Kawasan Lindung.
b. Daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup wilayah kabupaten
c. Kabupaten ruang untuk pengembangan kegiatan sosial ekonomi dan lingkungan dan
Menyadari pentingnya keberadaan dan fungsi kawasan lindung bagi kehidupan manusia di satu
d. Ketentuan peraturan perundang-undangan terkait
sisi, dan melihat besarnya ancaman pengrusakan oleh penduduk karena desakan ekonomi dan
kebutuhan ruang hunian di sisi lain, perlu dibangun suatu sistem pengelolaan kawasan lindung yang
Rencana pola ruang wilayah Kabupaten Bulukumba dirumuskan dengan kriteria:
lebih rasional. Paradigmanya perlu diubah dari penekanan pada aspek legal dan lingkungan semata-
a. Merujuk rencana pola ruang yang ditetapkan dalam PP nomor 26 tahun 2008 tentang RTRWN
mata ke aspek keterpaduan antara legal-lingkungan dan sosial-ekonomi-budaya. Masyarakat tidak
yang menetapkan Kabupaten Bulukumba dan sekitarnya sebagai Pusat Kegiatan Wilayah
hanya dilihat sebagai ancaman, tetapi juga sebagai potensi yang bermanfaat sebagai pengendali dan
(PKW) dan sebagai kawasan andalan Bulukumba – Watampone.
pemelihara kawasan lindung secara aktif. Dalam pendekatan ini, kawasan lindung, misalnya dalam
b. Merujuk pada rencana pola ruang yang ditetapkan dalam Perda Provinsi Sulawesi Selatan
wilayah DAS, dilindungi oleh penduduk karena memberikan keuntungan ekonomi secara langsung.
nomor 9 tahun 2009 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sulawesi Selatan

Paket Bantuan Teknis Penyusunan RTRW Kabupaten Bulukumba IV - 1


LAPORAN AKHIR

Programnya perlu dirancang secara cermat, dirancang sesuai dengan kondisi dan permasalahan DAS Tabel 4.1
Nama Kompleks Hutan, Lokasi dan Luas Kawasannya
masing-masing. Pendekatan seperti ini menjadi sangat penting karena potensi degradasi lingkungan di
Dirinci menurut Kecamatan di Kabupaten Bulukumba
Kabupaten Bulukumba yang besar dengan indikasi proses erosi, longsor, dan banjir, sementara
tekanan penduduk terhadap lingkungan akibat penggunaan lahan bertambah dengan cepat. Program
pengembangan dan pengelolaan kawasan lindung hendaknya diintegrasikan dan disinergikan dengan
pengembangan DAS.
Perhatian khusus perlu diberikan pada pengelolaan dan perlindungan terhadap kawasan lindung di
sekitar pusat-pusat pertumbuhan. Ini menjadi penting, karena Kabupaten Bulukumba akan semakin
tumbuh berkembang sehingga tekanan terhadap ruang darat maupun perairan danau dan laut pada
umumnya akan meningkat dengan cepat. Disekitar pusat-pusat pertumbuhan, konversi kawasan
lindung ke kawasan budidaya pertanian, permukiman serta kawasan perkotaan lainnya seperti industry
akan lebih intensif.

Berdasarkan ketentuan tersebut, maka kawasan yang berfungsi lindung akan merupakan kawasan :
1. Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya, yaitu :
Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya meliputi kawasan hutan lindung Dalam kawasan hutan tersebut terdapat lahan kritis seluas 6.750 Ha atau sebesar 79,85%, lahan
dan kawasan resapan air. kritis dalam kawasan hutan yang terbesar ada di Kecamatan Bontobahari yakni 3.350 Ha.
a. Kawasan Hutan Lindung Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini:
Kawasan hutan lindung adalah kawasan hutan yang karena keadaan dan sifat fisik wilayahnya
Tabel 4.2.
perlu dibina dan dipertahankan sebagai hutan dengan penutupan vegetasi secara tetap guna Luas Penyebaran Lahan Kritis dalam Kawasan Hutan Di Kabupaten Bulukumba
kepentingan hidro-orologi, yaitu mengatur tata air, mencegah bencana banjir dan erosi serta
LUAS LAHAN KRITIS
memelihara keawetan dan kesuburan tanah, baik dalam kawasan hutan yang bersangkutan No Kecamatan Lokasi
TAHUN
maupun kawasan yang dipengaruhi di sekitarnya. Tutupan lahan pada kawasan yang 1 GANTARANG BukitHarapan 75
memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya satuan wilayah pengelolaan DAS Darubia 1.850
2 BONTOBAHARI Bira 1.000
Bialo – Kamalmisu 12,755 ha tutupan lahan hutan dan 14,592 ha tutupan non hutan. Tanah Lemo 500
Luas kawasan hutan di kabupaten Bulukumba mencapai 8.453,25 Ha yang tersebar di 6 (enam) Tanah Toa 30
3 KAJANG
Pattiroang 45
kecamatan. Kawasan hutan terluas terdapat di Kecamatan Bontobahari yaitu 3.475 Ha 4 BULUKUMBA Balang Pesoang 400
sedangkan yang terkecil terdapat di Kecamatan Gantarang yaitu 256,25 Ha. Untuk lebih Anrang 250
5 RILAU ALE
Bontomanai 100
jelasnya dapat dilihat pada tabel 4. 1 berikut ini: Lompo Battang 2.000
6 KINDANG
Bijawang/Pattoengan 500
BULUKUMBA 6.750

Paket Bantuan Teknis Penyusunan RTRW Kabupaten Bulukumba IV - 2


LAPORAN AKHIR

Selain kayu yang menjadi potensi utama hasil hutan, juga terdapat hasil hutan lainnya yang  Berdasarkan fakta di lapangan, bahwa teknik penanaman tidak mengikuti kaidah
mempunyai peluang investasi yang cukup besar, seperti: rotan, lebah madu dan bambu. Rotan konservasi tanah, misalnya : penanaman dilakukan secara tegak lurus kontur, tidak sejajar
banyak terdapat di dalam kawasan hutan di Kecamatan Kindang dan Kajang sedangkan bambu kontur. Hal ini dapat menyebabkan tingkat erosi yang tinggi, oleh karena itu perlu
banyak terdapat di dalam kawasan hutan di Kecamatan Gantarang, Kindang, Ujung Loe , perbaikan teknik konservasi tanah dan air dengan pembuatan teras secara fisik dan atau
Bontotiro, Bulukumpa, Rilau Ale dan Kajang. Produksi Lebah Madu 442 m³/liter, madu vegetatif.
banyak terdapat di dalam kawasan hutan di Kecamatan Kindang, Ujung Loe, Gantarang dan  Pengendalian meluasnya perkebunan rakyat di kawasasan hutan lindung dengan penegakan
Bulukumpa. Hutan di Kabupaten Bulukumba termasuk salah satu potensi daerah yang dapat hukum.
membuka lapangan kerja tambahan bagi sebagian masyarakat. Industri pengolahan hasil hutan  Pemanfaatan hutan lindung diarahkan pada pemanfaatan jasa lingkungan berupa kegiatan
berupa penggergajian kayu (sawmill) mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. wisata alam, mengingat potensi alam yang unik dan menarik. Disamping itu pula, perlu
Hutan lindung yang ada sebagian telah mengalami perubahan menjadi kebun kakao dan dikembangkan produk bukan kayu seperti rotan dan madu yang pengelolaannya dilakukan
cengkeh rakyat. Vegetasi asli telah mengalami banyak penurunan. Dampak perubahan ini telah bersama masyarakat.
seringkali dirasakan pada saat musim hujan, yaitu terjadi banjir yang membawa lumpur,
bahkan beberapa kali terjadi longsor. Sungai-sungai di beberapa kecamatan telah mengalami b. Kawasan Resapan Air
pendangkalan. Hal ini menjadi dilema yang cukup pelik. Kawasan resapan air merupakan kawasan yang diharapkan mampu mencegah timbulnya
Di satu sisi, kakao dan cengkeh merupakan komoditi andalan sebagai pemacu roda kerusakan fungsi lingkungan hidup dan melestarikan fungsi lindung kawasan yang
perekonomian masyarakat, tetapi di sisi lain bahwa keberadaan kebun di kawasan hutan memberikan perlindungan kawasan bawahnya (kawasan resapan air). Adapun kriteria
lindung sesuai ketentuan yang berlaku tidak dibenarkan, ditambah lagi permasalahan penetapan dilakukan dengan mengidentifikasi kawasan yang bercurah hujan tinggi, bertekstur
lingkungan yang telah muncul. Berdasarkan kondisi di atas, maka arahan pengelolaan kawasan tanah yang mudah meresapkan air dan mempunyai geomorfologi yang mampu meresapkan air
hutan lindung adalah mengembalikan fungsinya sebagai pengatur tata air, tetapi dengan tidak hujan secara besar-besaran. Pada beberapa kawasan di Kabupaten Bulukumba terdapat
mengorbankan keberadaan kebun rakyat yang sudah ada. Untuk itu, maka perlu ditempuh hal- kawasan yang berfungsi untuk resapan air.
hal seperti berikut : Kawasan tersebut akan merupakan Kawasan hutan dengan faktor-faktor lereng lapangan, jenis
 Pelaksanaan rehabilitasi hutan lindung dengan jenis pohon asli setempat. Penanaman tanah, curah hujan yang melebihi nilai skor 175 dan atau kawasan hutan yang mempunyai
dilakukan di sela-sela tanaman kakao dan cengkeh. Jenis pohon yang ditanam merupakan lereng lapangan 40% atau lebih dan atau kawasan hutan yang mempunyai dengan ketinggian di
tanaman yang mempunyai tajuk rimbun dan perakaran dalam serta sebagai penghasil atas permukaan air laut 2000 m atau lebih.
produk non kayu. Penggunaan jenis pohon yang diambil kayunya, dikhawatirkan apabila
pada saat panen, akan ditebang sehingga menyebabkan fungsi hutan lindung yang 2. Kawasan Perlindungan Setempat, yaitu kawasan ;
diharapkan tidak tercapai. Kegiatan rehabilitasi ini diharapkan dapat dilaksanakan secara a. Kawasan Sempadan Pantai
berkesinambungan sampai kondisi vegetasi pohon dominan jumlahnya. Disamping itu Perlindungan terhadap sempadan pantai dilakukan untuk melindungi wilayah pantai dari
pemerintah kabupaten harus berupaya keras untuk menumbuhkan sektor-sektor andalan kegiatan yang mengganggu kelestarian fungsi pantai. Kriteria sempadan pantai adalah daratan
lainnya, yang secara perlahan-lahan dapat menggeser ketergantungan masyarakat terhadap sepanjang tepian yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik pantai minimal
kakao dan cengkeh di hutan lindung; 100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat.

Paket Bantuan Teknis Penyusunan RTRW Kabupaten Bulukumba IV - 3


LAPORAN AKHIR

Fungsi sempadan laut adalah sebagai pendukung pengatur iklim, sumber plasma nutfah dan penahan ombak dan dampak abrasi pantai. Dalam hal ini, apabila kemungkinan penggunaan
benteng wilayah daratan dari pengaruh dinamika laut dan sebaliknya. Khusus kawasan pantai teknologi dalam menahan ombak dan pencegahan abrasi maupun pencemaran air lebih
berhutan mangrove berfungsi sebagai sumber bahan organik, habitat berbagai hewan aquatik memungkinkan dibangun maka fungsi sempadan pantai permukiman perkotaan sebagai ruang
bernilai ekonomis tinggi, pelindung abrasi dan penahan intrusi air laut. Rencana kawasan publik lebih diutamakan untuk menentukan ukuran sempadan pantai. Kawasan yang berada di
lindung sempadan laut terutama mempertimbangkan polusi yang berdampak pada pencemaran kawasan sempadan pantai yang berada di wilayah perkotaan antara lain :
air laut maupun air tanah dangkal di pantai, terutama yang secara intensif dihasilkan oleh Wilayah bagian pesisir dan laut Kabupaten Bulukumba dengan panjang pantai ± 132,5 km,
kegiatan perkotaan, seperti limbah domestik dan limbah industri. termasuk perairan pantai sampai batas kearah laut sejauh 4 mil laut dari garis pantai (UU No.
Pengembangan sempadan pantai lebih diutamakan di kawasan perkotaan untuk menciptakan 22 Tahun 1999), membutuhkan konsep arahan pengelolaan yang serasi dan optimal sesuai
zona penyangga (buffer zone) antara kegiatan perkotaan dengan wilayah laut. Hal sangat terkait dengan daya dukung dan kemampuan wilayahnya.
dengan kerawanan bencana tsunami yang terdapat di Kabupaten Bulukumba. Melalui Guna penataan ruang pesisir dan laut perlu dilakukan secara partisipasi (keterlibatan pemangku
sempadan pantai sebagai zona penyangga diharapkan dapat mengurangi energi gelombang kepentingan) meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat pesisir (nelayan), berorientasi pada
yang datang apabila tsunami terjadi. Pengembangan sempadan pantai yang direncanakan lingkungan serta memacu untuk pertumbuhan ekonomi untuk memberikan nilai tambah
adalah selebar 100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat. Sebaran lokasi terhadap peningkatan pendapatan masyarakat pesisir. Kondisi fisik wilayah pesisir dan laut
pengembangan sempadan pantai adalah di Kecamatan Bontobahari sepanjang pantai Teluk Kabupaten Bulukumba mulai dari wilayah administrasi Kecamatan Gantarang, Kecamatan
Bone di ibukota Kecamatan Bulukumpa. Ujung Bulu, Kecamatan Bonto Bahari, Kecamatan Bonto Tiro, Kecamatan Herlang,
Kawasan sempadan pantai terbagi atas kawasan yang berada di wilayah perkotaan dan di luar Kecamatan Kajang dan Kecamatan Ujung Loe. Luas wilayah dan panjang garis pantai dan laut
kawasan perkotaan, keduanya diatur berdasarkan aturan yang ada. Pemanfaatan sempadan Kabupaten Bulukumba dapat dilihat pada Tabel 4.3.
permukiman perkotaan diarahkan untuk menjadi ruang transisi dan interkoneksi antara ruang
darat dengan ruang laut. Ruang sempadan pantai menjadi ruang publik yang memberi peluang
bagi publik untuk memanfaatkannya sebagai tempat rekreasi, olehraga dan kegiatan lainnya
yang ramah lingkungan. Diarahkan pembangunan jalan sejajar pantai sebagai pembatas antara
ruang publik yang sekaligus menjadi sempadan pantai dengan ruang pribadi halaman rumah-
rumah. Orientasi kegiatan penghuni permukiman pantai diarahkan juga ke perairan pantai agar
terwujud pola pikir dan perilaku pentingnya hubungan simbiosis mutualistis antara darat dan
perairan serta pentingnya menjaga kesehatan dan kebersihan perairan. Bila memungkinkan
dibangun kanal yang berfungsi ganda sebagai pengendali banjir dan sekaligus prasarana
transportasi perairan. Air limbah sama sekali tidak dapat langsung dibuang ke saluran drainase
atau ke kanal atau ke sungai atau ke laut. Harus dibangun jaringan asinering sebagai saluran
limbah cair yang harus dinetralisir dulu di waste water treatment plants sebelum disalurkan ke
lautSelain dari pada itu dinamika ombak dan fluktuasi permukaan air laut harus diantisipasi
dengan kemungkinan desain rumah panggung dan atau pembangunan tanggul atau konstruksi

Paket Bantuan Teknis Penyusunan RTRW Kabupaten Bulukumba IV - 4


LAPORAN AKHIR

TABEL 4.3. Tabel 4.4


LUAS WILAYAH DAN PANJANG GARIS PANTAI WILAYAH PESISIR DAN LAUT NAMA SUNGAI UNTUK PENGAIRAN DI KABUPATEN BULUKUMBA
KABUPATEN BULUKUMBA
LUAS
Panjang Garis LAHAN
Luas Wilayah PANJANG DEBIT HULU
No Wilayah Kecamatan Pantai No NAMA SUNGAI YANG
(Km2) (km) (m3/det) SUMBER
(Km) DIAIRI
1. Gantarang 25,93 10,0 (Ha)
1 2 3 4 5 6
2. Bonto Bahari 91,60 48,2 1 Sungai Maesa 10,30 150 0,230 Maesa
3. Ujung Loe 53,37 11,5 2 Sungai Bialo 54,50 6.251 14,154 Br. Rappoa
3 Sungai Biangkeke 19,20 411 1,296 Biangkeke
4. Bonto Tiro 10,55 10,6 4 Sungai Katimbang 21,00 555 0,920 Mattirowalie
5. Herlang 25,21 16,0 5 Sungai Kirasa 30,40 346 1,667 Bangkeng BK
6 Sungai Bintanaja 9,00 293 0,606 Bintanaja
6. Kajang 21,50 20,2 7 Sungai Palioi 11,00 705 0,885 Palioi
7. Ujung Bulu 9,71 11,5 8 Sungai Borongloe 11,50 60 0,096 Borongloe
9 Sungai Katangka 14,90 122 1,024 Katangka
Pesisir dan Laut Kab. 237,87 128,0 10 Sungai Bijawang 49,20 1.282 7,527 Batu Arah
Bulukumba 11 Sungai Bilang Perusu 12,00 35 0,157 Bilang Peroso
Sumber : Bulukumba dalam angka. Tahun 2008 12 Sungai Hisang 12,90 439 0,790 Hisang
13 Sungai Balngtieng 56,00 4.628 13,336 Kindang
14 Sungai Topanda 17,80 375 0,719 Ganjenge
b. Kawasan Sempadan Sungai 15 Sungai Illi 6,50 150 0,264 Cilallang
Sungai di Kabupaten Bulukumba merupakan sungai-sungai kecil dengan volume air yang 16 Sungai Anyorang 56,00 2.339 6,478 Balantaroang
17 Sungai Boddie 9,00 625 0,784 Balantaroang
fluktuatif setiap tahunnya. Pada musim hujan, sungai umumnya digenangi oleh air, sedangkan 18 Sungai Solo Dua 5,00 295 0,434 Solo Duo
pada musim kemarau sungai pada umumnya menjadi kering. Oleh karena itu, pengembangan 19 Sungai Sangkala 65,30 940 5,011 Balantaroang
20 Sungai Pakombong 20,30 525 1,014 Pakombong
sempadan sungai di Kabupaten Bulukumba lebih diutamakan di sungai-sungai yang relatif
21 Sungai Balangtikeke 10,00 275 0,869 Ta’gentung
besar dan yang berada di kawasan perkotaan. 22 Sungai Bobo 12,50 40 0,152 Balangriri
23 Sungai Lolisang 34,30 369 0,376 Pakombong
.Kawasan tersebut dapat merupakan kawasan daratan sepanjang tepian yang lebarnya
24 Sungai Bilang Rea 15,50 275 0,349 Bilang Rea
proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik minimal 100 meter dari titik pasang tertinggi ke 25 Sungai Oro * 145 0,560 Balantaroang
arah darat. Sekurang-kurangnya 100 m di kiri kanan sungai besar dan 50 meter di kiri kanan 26 Sungai Oddungan 6,90 80 0,080 Oddungan
27 Sungai Kambuno * 315 0,304 Kambuno
anak sungai yang berada di luar pemukiman. Bagi sungai yang berada di kawasan pemukiman 28 Sungai Balang Bassi 25,00 1.061 2,931 Balang Bassi
berupa sempadan sungai yang diperkirakan. 29 Sungai Biroro 1,50 90 0,144 Biroro
30 Sungai Katala * 75 0,120 Katala
Perlindungan terhadap sempadan sungai dilakukan untuk melindungi sungai dari kegiatan 31 Sungai Jepang * 80 1,144 Jepang
manusia yang dapat mengganggu dan merusak kualitas air sungai, kondisi fisik pinggir dan 32 Sungai Bocca 6,00 30 0,072 Bocca
JUMLAH 603,50 23,365
dasar sungai serta mengamankan aliran sungai. Kriteria sempadan sungai adalah kawasan
Sumber : Bulukumba dalam angka. Tahun 2008
sepanjang di kiri kanan sungai yang berjarak 50-100 m dari pinggir sungai untuk kawasan
diluar pemukiman dan 10-15 m dari pinggir sungai untuk sungai dikawasan pemukiman.

Paket Bantuan Teknis Penyusunan RTRW Kabupaten Bulukumba IV - 5


LAPORAN AKHIR

Sungai di kabupaten Bulukumba ada 32 aliran, yang terdiri dari sungai besar dan sungai kecil. kawasan “Kajang Dalam” ini masih benar-benar mengikuti ajaran dan adat tradisi
Sungai-sungai ini mencapai panjang 603,50 km dan yang terpanjang yaitu sungai Sangkala leluhurnya sehingga masih terjaga keasliannya, dalam kawasan “Kajang Dalam” ini sangat
yakni 65,30 km sedangkan yang terpendek adalah sungai Biroro yakni 1,50 km. Sungai-sungai tabu tentang segala hal-hal yang berbau modernisme, sehingga kawasan adat Tana Toa ini
ini mampu mengairi lahan sawah seluas 23.365 Ha. Rencana pengembangan sempadan sungai sangat tradisional sekali. Sedangkan kawasan “Kajang Luar” diperuntukkan bagi
adalah dengan lebar sekitar 50-100 meter, dan apabila berada di kawasan permukiman, lebar masyarakat kajang yang sudah tersentuh sendi-sendi kehidupan modernisme, meskupun
sempadan sungai adalah 3 – 10 meter. Terkait hal tersebut, pengembangan sempadan sungai di demikan dalam beberapa hal masyarakat “Kajang Luar” tetap mematuhi ketentuan-
Kabupaten Bulukumba adalah seluas 725 Ha. ketentuan adat yang berlaku seperti di kawasan adat “Kajang Dalam”. Dalam kawasan adat
Tana Toa terdapat suatu kawasan inti yang berada di sekitar rumah Ammatoa dan para
c. Kawasan Sekitar Mata Air pemangku adat. Kawasan inti ini terlihat dari letak atau pola pemukiman yang menghadap
Perlindungan terhadap kawasan sekitar mata air dilakukan untuk melindungi mata air dari ke arah Barat atau arah kiblat, yang masih menyesuaikan dengan adat dan tradisi mereka.
kegiatan budi daya yang dapat merusak kualitas air dan kondisi fisik kawasan sekitarnya. Letaknya berada di Dusun Benteng. Tana Toa lahir karena ketidakteraturan yang terjadi di
Kriteria kawasan sekitar mata air adalah sekurang-kurangnya dengan jari-jari 200 meter sekitar masa lampau. Seluruh kehidupan di dunia termasuk manusia pada waktu itu masih dalam
mata air. keadaan liar. Keadaan ini mendorong sejumlah orang untuk membentuk sebuah komunitas
berikut segala aturan yang ada didalamnya yang sampai saat ini masih bertahan dan tetap
d. Kawasan Lindung Spritual dan Kearifan Lokal dilestarikan oleh masyarakat adat. Bahasa yang digunakan oleh orang Kajang seharihari
1) Kawasan Adat Amma Toa Kajang. adalah Konjo. Bahasa konjo merupakan salah satu rumpun bahasa Makassar yang
Berkunjung ke Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba, belum lengkap tanpa memasuki berkembang tersendiri dalam suatu komunitas masyarakat.
kawasan adat Ammatoa, mengunjungi peninggalan megalitik milik masyarakat kajang dan Dalam kawasan adat Tana Toa terdapat hutan adat yang disebut juga hutan pusaka seluas
mempelajari kearifan local masyarakatnya dalam melestarikan budaya dan adat istiadatnya 317,4 Ha. Hutan ini sama sekali tidak boleh diganggu gugat, sehingga tidak diperbolehkan
yang telah bertahan ratusan bahkan ribuan tahun. Memasuki daerah ini akan dicirikan kegiatan apapun yang dapat merusak kelestarian hutan. Kegiatan yang dimaksud antara lain
dengan berbagai macam seragam (pakaian, sarung dan penutup kepala) khas kajang yang penebangan kayu, perburuan hewan dan membakar hutan. Setiap pelanggaran yang
serba hitam. dilakukan dalam kawasan adat Tana Toa akan mendapatkan sanksi berupa hokum adat.
Kawasan adat masyarakat Kajang berada dalam wilayah administrasi desa Tana Toa, Selain hutan adat terdapat juga hutan kemasyarakatan seluas 144 Ha. Hutan ini boleh
berjarak 56 km dari kota Bulukumba. Karena letaknya yang berada di desa Tana Toa maka digarap atau ditebang pohonnya, tetapi dengan syarat harus menanam terlebih dahulu bibit
kawasan adat ini juga dikenal sebagai kawasan adat Tana Toa. pohon yang jenisnya sama dengan pohon yang akan ditebang, bibit pohon ini harus
Masyarakat di kawasan Tana Toa adalah salah satu suku di Insonesia yang sangat teguh ditanam disebelah pohon yang akan ditebang. Selain ini ada pula yang disebut hutan rakyat
memegang dan mempertahankan adat istiadat. Untuk memasuki kawasan adat Tana Toa, seluas 98 Ha. Hutan rakyat digarap secara bersama-sama oleh masyarakat dan hasilnya
kita harus melalui pintu masuk dengan terlebih dahulu menggunakan pakaian adat Kajang dinikmati bersama-sama. Bagi masyarakat Tana Toa, bumi merupakan warisan nenek
berwarna khas hitam. Kawasan inti pemukiman masyarakat Kajang berada 800 m dari moyang yang sangat berkualitas dan seimbang.
pintu gerbang yang ditempuh dengan berjalan kaki. Kawasan adat Tana Toa ini sangat
tertutup dan daerahnya disebut kawasan “Kajang Dalam”, masyarakat yang berada di

Paket Bantuan Teknis Penyusunan RTRW Kabupaten Bulukumba IV - 6


LAPORAN AKHIR

bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya,


pariwisata dan rekreasi.
Adapun kriteria penunjukkan dan penetaan sebagai kawasan taman hutan raya :
1. Merupakan kawasan dengan ciri khas baik asli maupun buatan baik pada kawasan yang
ekosistemnya masih utuh ataupun kawasan yang ekosistemnya sudah berubah;
2. Memiliki keindahan alam dan atau gejala alam; dan
3. Mempunyai luas yang cukup yang memungkinkan untuk pembangunan koleksi tumbuhan
dan atau satwa baik jenis asli dan atau bukan asli.

Kawasan taman hutan raya dikelola oleh pemerintah dan dikelola dengan upaya pengawetan
keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya. Suatu kawasan taman
wisata alam dikelola berdasarkan satu rencana pengelolaan yang disusun berdasarkan kajian
Gambar : Rumah Adat Masyarakat Suku Kajang di Kabupaten Bulukumba aspek-aspek ekologi, teknis, ekonomis dan sosial budaya.
; Insert : Masyarakat Kajang yang sederhana.
Sumber Foto :Situs budaya Melayu, “Hidup selaras dengan alam sebagai Rencana pengelolaan taman hutan raya sekurang-kurangnya memuat tujuan pengelolaan, dan
kosmologi Suku Kajang, Bulukumba, Sulsel garis besar kegiatan yang menunjang upaya perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan
kawasan.
Upaya pengawetan kawasan taman hutan raya dilaksanakan dalam bentuk kegiatan :
Kawasan perlindungan setempat keberadaannya seringkali terabaikan oleh berbagai pemanfaatan.
1. perlindungan dan pengamanan
Pengabaian keberadaan kawasan ini seringkali terjadi di kawasan budidaya, karena berbagai
2. inventarisasi potensi kawasan
kepentingan yang lebih bersifat mengejar keuntungan ekonomi. Oleh karena itu perlu ditempuh
3. penelitian dan pengembangan yang menunjang pengelolaan
upaya-upaya, antara lain berupa :
4. pembinaan dan pengembangan tumbuhan dan atau satwa. Pembinaan dan pengembangan
 pembatasan meluasnya pemanfaatan kawasan perlindungan setempat dengan kegiatan yang
bertujuan untuk koleksi.
tidak sesuai dengan fungsi kawasan lindung itu sendiri;
 penetapan batas yang tegas, diikuti dengan pemanfaatan yang ramah lingkungan, misalnya :
Sesuai dengan fungsinya, taman hutan raya dapat dimanfaatkan untuk :
pengembangan jalur hijau di sepanjang sungai yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan
1. penelitian dan pengembangan (kegiatan penelitian meliputi penelitian dasar dan
rekreasi.
penelitian untuk menunjang pengelolaan kawasan tersebut).
2. ilmu pengetahuan
3. Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam dan Cagar Budaya, terdiri dari ;
3. pendidikan
a. Kawasan Taman Hutan Raya
4. kegiatan penunjang budidaya
Kawasan Taman Hutan Raya adalah kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan
5. pariwisata alam dan rekreasi
dan atau satwa yang alami atau bukan alami, jenis asli dan atau bukan asli, yang dimanfaatkan
6. pelestarian budaya.

Paket Bantuan Teknis Penyusunan RTRW Kabupaten Bulukumba IV - 7


LAPORAN AKHIR

Kawasan konservasi didefinisikan sebagai satuan wilayah yang memiliki keragaman 2. mempunyai luas yang cukup untuk menjamin kelestarian fungsi potensi dan daya atarik
hayati yang unik atau langka yang perlu dicegah kepunahannya dengan memberikan untuk dimanfaatkan bagi pariwisata dan rekreasi alam;
perlindungan khusus. Yang termasuk dalam kawasan ini di Kabupaten Bulukumba ialah 3. kondisi lingkungan di sekitarnya mendukung upaya pengembangan pariwisata alam.
Taman Hutan Raya Bontobahari.
Kawasan taman wisata alam dikelola oleh pemerintah dan dikelola dengan upaya pengawetan
Berdasarkan Keputusan menteri Kehutanan Nomor. SK. 358/Menhut-II/2004, tanggal 1
keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya. Suatu kawasan taman wisata
Oktober 2004 tentang Perubahan fungsi kawasan Suaka Margasatwa pada kelompok hutan
alam dikelola berdasarkan satu rencana pengelolaan yang disusun berdasarkan kajian aspek-
Bontobahari di Kabupaten Bulukumba, Provinsi Sulawesi Selatan seluas ± 3.475 hektar
aspek ekologi, teknis, ekonomis dan sosial budaya.
menjadi kawasan Pelestarian Alam dengan fungsi Taman Hutan Raya. Populasi satwa
Rencana pengelolaan taman wisata alam sekurang-kurangnya memuat tujuan pengelolaan, dan
endemik di Taman Hutan Raya Bontobahari antara lain : Rusa timor (Cervus timorensis
garis besar kegiatan yang menunjang upaya perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan
macassaricus), Kera (Macaca maura), dan Babi hutan (Sus sp.)
kawasan. Yang termasuk dalam kawasan ini di Kabupaten Bulukumba ialah :
Ekosistem hutan kawasan Suaka Margasatwa Bontobahari telah mengalami degradasi
Danau Buhung Tujuh Kahayya.
cukup berat sebagai akibat semakin meluasnya perambahan kawasan, pembakaran hutan,
Danau Kahaya terletak di Desa Kindang Kecamatan Kindang yang berjarak 30 km dari kota
pengkavlingan lahan hutan, perburuan liar dan keberadaan sarana jalan.
Bulukumba. Perjalanan menuju ke danau Kahaya menyajikan keindahan pemandangan
pegunungan dengan vegetasi didominasi tanaman kopi dan tembakau.
b. Kawasan Suaka Alam Laut
Perlindungan terhadap kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya dilakukan untuk
melindungi keanekaragaman biota, tipe ekosistem, gejala dan keunikan alam bagi kepentingan
plasma nutfah, keperluan pariwisata dan ilmu pengetahuan. Kriteria kawasan suaka alam laut
dan perairan lainnya adalah kawasan berupa perairan laut, perairan darat, wilayah pesisir,
muara sungai, gugusan karang dan atol yang mempunyai ciri khas berupan keragaman dan/atau
keunikan ekosistem. Kawasan suaka alam laut yang direncanakan di Kabupaten Bulukumba
adalah seluruh pulau-pulau kecil dan terumbu karang yang tersebar di perairan laut, dengan
luas 524,53 Ha.

c. Kawasan Taman wisata alam


Kawasan taman wisata alam adalah kawasan pelestarian alam dengan tujuan utama untuk Gambar : Danau Kahayya, Lokasi Desa Kindang, Kec.
Kindang, Kabupaten Bulukumba
dimanfaatkan bagi kepentingan pariwisata dan rekreasi alam.
Adapun kriteria untuk penunjukkan dan penetapan sebagai kawasan taman wisata alam:
Sesuai dengan fungsinya, taman wisata alam dapat dimanfaatkan untuk :
1. mempunyai daya tarik alam berupa tumbuhan, satwa atau ekosistem gejala alam serta
1. pariwisata alam dan rekreasi
formasi geologi yang menarik;

Paket Bantuan Teknis Penyusunan RTRW Kabupaten Bulukumba IV - 8


LAPORAN AKHIR

2. penelitian dan pengembangan (kegiatan pendidikan dapat berupa karya wisata, widya gempa disepanjang garis sesar gempa yang membujur dari Kabupaten Selayar, Kabupaten
wisata, dan pemanfaatan hasil-hasil penelitian serta peragaan dokumentasi tentang potensi Bulukumba, Kabupaten Soppeng, Kabupaten Sidrap, Kabupaten Enrekang dan Kabupaten Tana
kawasan wisata alam tersebut). Toraja. Untuk itu, perlu penelitian lebih lanjut dan kewaspadaan bagi kawasan-kawasan yang
3. pendidikan sangat rawan terhadap kedua hal tersebut. Kawasan rawan banjir yaitu wilayah Gangking,
4. kegiatan penunjang budaya. Ujung Bulu dan Ujung Loe.
Bencana alam dari proses bahaya geologi terhadap lingkungan di Kabupaten Bulukumba adalah;
d. Kawasan Pantai Hutan Bakau
gerakan tanah/longsor, erosi, sedimentasi dan kegempaan; bahaya bencana tersebut, sedangkan
Kawasan pantai hutan bakau di Kabupaten Bulukumba terkonsentrasi pada daerah muara
bencana alam di luar proses geologi adalah banjir, uraiannya sebagai berikut;
sungai dan daerah pantai yang bersubstrat dasar lempung pasir berlumpur dan lumpur.
a. Gerakan Tanah
Perlindungan terhadap kawasan pantai hutan bakau dilakukan untuk melestarikan hutan bakau
Gerakan tanah terdiri dari; longsoran translasi dan longsoran rotasi. Umumnya terjadi pada
sebagai pembentuk ekosistem hutan bakau dan tempat berkembangnya berbagai biota laut,
musim hujan dengan tingkat curah hujan di atas normal pada daerah lereng yang merupakan
disamping sebagai pelindung pantai dan pengikisan air laut serta pelindung usaha budi daya
gerakan tanah lama maupun gerakan tanah baru, batuannya terkekarkan dengan tanah
dibelakangnya. Oleh karena itu, seluruh kawasan hutan bakau ini hendaknya dijadikan
pelapukan cukup tebal dan di beberapa tempat dipacu dengan adanya usaha pertanian oleh
kawasan lindung. Luas kawasan hutan bakau di Kabupaten Bulukumba adalah sekitar 254,72
penduduk setempat. Longsoran translasi, dijumpai di daerah Kahaya Kecamatan Kindang,
Ha, yang mana lokasinya berada di Kelurahan Terang-terang Kecamatan Ujung Bulu dan Desa
kemiringan lereng 30-70%, batuan penyusunnya terdiri dari bahan rombakan endapan lahar
Manjalling Kecamatan Ujung Loe.
beserta tanah pelapukannya. Longsoran rotasi dijumpai di daerah Erelebu Kecamatan
Bontotiro, kemiringan lereng 30-45%, batuan penyusunnya terdiri dari napal dan bahan
4. Kawasan Rawan Bencana
rombakan batuan gamping.
Adalah kawasan yang sering atau berpotensi tinggi mengalami bencana alam, seperti letusan
b. Erosi
gunung berapi, gempa bumi, tanah longsor dan gelombang pasang dan kawasan rawan banjir.
Erosi adalah proses alam yang wajar, disebabkan oleh air atau angin, percepatan erosi bisa pula
Bencana adalah peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan
disebabkan oleh alam atau ulah manusia. Erosi di daerah Kabupaten Bulukumba adalah berupa
masyarakat, baik oleh faktor alam atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga
: Erosi sangat kecil sebarannya setempat-setempat di daerah Kecamatan Ujungbulu, Bontotiro,
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda,
Bontobahari dan bagian selatan Kecamatan Kindang dengan tipe erosi lembar. Erosi kecil
dan dampak psikologis.
sebaran di bagian tengah daerah Kecamatan Kindang, Ujungbulu, dan bagian selatan
Perlindungan terhadap kawasan rawan bencana alam dilakukan untuk melindungi manusia
Kecamatan Bulukumpa dengan tipe erosi lembar dan erosi alur. Erosi sedang sebarannya
dan kegiatannya dari bencana yang disebabkan oleh alam maupun secara tidak langsung oleh
sebagian daerah Kecamatan Bulukumba, Herlang, dan Kajang, dengan tipe erosi alur dan erosi
perbuatan manusia.
ke hulu. Erosi tinggi titik lokasi sebarannya di bagian utara daerah Kecamatan Kindang dan di
Kriteria kawasan rawan bencana alam adalah kawasan yang diidentifikasi sering
bagian Timur Bulukumba, setempat-setempat di daerah pantai Kecamatan Kajang dan Herlang,
berpotensi tinggi mengalami bencana alam seperti letusan gunung berapi, gempa bumi, tanah
tipe erosi alur dan ke hulu, serta abrasi pantai. Erosi sangat tinggi titik lokasi seberannya
longsor, gempa dan tsunami. Kabupaten Bulukumba mempunyai potensi terhadap gempa yang
setempat-setempat di sepanjang aliran Salo Bijawang, Balantiyeng, Anyorang, Bialo serta di
disertai tsumani selain bencana longsor dan banjir, karena wilayahnya berada pada daerah jalur
sepanjang pantai Bontotiro dan Bontobahari dengan tipe erosi sungai dan abrasi pantai.

Paket Bantuan Teknis Penyusunan RTRW Kabupaten Bulukumba IV - 9


LAPORAN AKHIR

c. Sedimentasi
Sedimentasi dijumpai di daerah aliran sungai dan dataran banjir serta setempat-setempat di C. KRITERIA FUNGSI KAWASAN LINDUNG
sepanjang pantai dan di daerah lambah tekuk lereng. Sedimentasi dapat berupa sedimen “point 1. Kriteria Fungsi Kawasan yang memberikan perlindungan bagi kawasan bawahannya.
bar”, “alluvial pan”, “channel bar”, dan endapan pantai. Sedimentasi yang agak tebal terutama a. Kriteria kawasan hutan berfungsi lindung meliputi:
dijumpai di daerah “meander” sungai bagian dalam dan sedimen pantai. 1) Hutan konservasi
d. Kegempaan 2) Hutan lindung dan atau kawasan hutan lainnya dengan nilai skor > 125 (kelas lereng,
Berdasarkan kondisi alam Indonesia yang berada pada Sabuk/Jalur Orogenesa dari jenis tanah, intensitas hujan); dan atau
Pegunungan Alpen – Himalaya – Sumatera – Jawa – Bali – Nusa Tenggara Barat – Nusa 3) Lereng lapangan > 40% dan pada daerah yang tanahnya peka terhadap erosi dengan
Tenggara Timur – Sulawesi Selatan – Sulawesi Tengah – Gorontalo – Sulawesi Utara – kelerengan lapangan lebih dari 25%; dan atau,
Maluku – Maluku Utara; ditambah lagi dengan pergerakan transformasi Kerak Samudera 4) Kawasan hutan yang mempunyai ketinggian 2000 meter atau lebih di atas permukaan
Pasifik Papua kearah Maluku-Maluku Utara–Sulawesi–Kalimantan; semuanya merupakan laut.
zona gempa, gunungapi, dan sesar serta tsunami. Daerah Kabupaten Bulukumba berdasarkan b. Kriteria kawasan resapan air
peta kegempaan yang disusun oleh Sutadi (1982) termasuk dalam intensitas gempa III - V 1) Kawasan dengan curah hujan rata-rata lebih dari 1000 mm/tahun;
Skala Ferrel dengan percepatan maksimum 0,01-0,03 g dan koefisien gempa 0,56. Peta 2) Lapisan tanahnya berupa pasir halus berukuran minimal 1/16 mm;
Seismotektonik Indonesia yang disusun oleh Enkong Kertapati, dkk (1991) menunjukkan 3) Mempunyai kemampuan meluluskan air dengan kecepatan lebih dari 1 m/hari;
bahwa di daerah Kabupaten Bulukumba pernah memiliki sejarah pusat gempa tektonik masa 4) Kedalaman muka air tanah lebih dari 10 m terhadap permukaan tahan setempat;
lalu (1828) pusat-pusat gempa terdapat di Selat Makassar, Selat Selayar atau Laut Flores. 5) Kelerengan kurang dari 15%;
e. Banjir 6) Kedudukan muka air tanah dangkal lebih tinggi dari kedudukan muka air tanah dalam
Banjir di daerah Kabupaten Bulukumba sering terjadi di daerah aliran Salo Bialo, S.
Balantiyeng, S. Anyorang, dan S. Bijawang, terutama di daerah muara dan alirannya pada 2. Kriteria Fungsi Kawasan Suaka Alam
daerah Palatte, Bampang, dan Lembang. Banjir disebabkan tingginya curah hujan di sekitar a. Kriteria Kawasan cagar alam meliputi:
bagian hulu, daerah pengalirannya cukup sempit. Batuan penyusun adalah batuan gunungapi 1) Kawasan sarat dan atau perairan yang ditunjuk mempunyai luas tertentu yang
yang permeabilitas dan porositasnya rendah, adanya penggunaan tanah untuk budidaya menunjang pengelolaan yang efektif dengan daerah penyangga cukup luas serta
pertanian di daerah lereng yang tidak sesuai dengan topografi dan kondisi geologi. Banjir mempunyai kekhasan jenis tumbuhan, satwa atau ekosistemnya;
bandang yang terjadi pada tanggal 20 Juni 2006 menerjang Dusun Batukaropa, Desa Bululohe, 2) Kondisi alam baik biota maupun fisiknya masih asli dan tidak atau belum diganggu
Kecamatan Rilau Ale, sebagai akibat perubahan fungsi lahan, penggundulan hutan di kawasan manusia.
lindung (Kecamatan Kindang) menyebabkan kemampuan tanah untuk meresapkan air hujan b. Kriteria Kawasan Suaka Margasatwa meliputi:
menurun. 1) Kawasan yang ditunjuk merupakan tempat hidup dan perkembangan dari suatu jenis
f. Menurut Perda Nomor 9 Tahun 2009 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sulawesi satwa yang perlu dilakukan upaya konservasi;
Selatan, Bulukumba termasuk dalam Kawasan Rawan Bencana Gunung Bawakaraeng 2) Memiliki keanekaragaman dan keunikan satwa;
(Kabupaten Gowa, Takalar, Jeneponto, Bantaeng, Bulukumba, Sinjai, Bone) 3) Mempunyai luas yang cukup sebagai habitat jenis satwa yang bersangkutan.

Paket Bantuan Teknis Penyusunan RTRW Kabupaten Bulukumba IV - 10


LAPORAN AKHIR

c. Kriteria Kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya meliputi Kawasan berupa perairan b. Lokasi yang mengandung atau diduga mengandung benda cagar budaya.
laut, perairan darat, wilayah pesisir, muara sungai, gugusan karang dan atau yang
mempunyai ciri khas berupa keragaman dan/atau keunikan ekosistem.
d. Kriteria Kawasan pantai berhutan bakau adalah memiliki jarak minimal 130 kali nilai rata- 5. Kriteria Fungsi Kawasan Rawan Bencana Alam
rata perbedaan air pasang tetinggi dan terendah tahunan diukur dari garis air surut terendah a. Kriteria Kawasan rawan bencana gunung berapi, meliputi:
ke arah darat. 1) Kawasan dengan jarak atau radius tertentu dari pusat letusan yang terpengaruh
langsung dan tidak langsung, dengan tingkat kerawanan yang berbeda;
3 Kriteria Fungsi Kawasan Pelestarian Alam 2) Kawasan berupa lembah yang akan menjadi daerah aliran lahar dan lava.
a. Kriteria Taman Nasional, meliputi: b. Kriteria kawasan rawan gempa bumi, meliputi:
1) Kawasan darat dan atau perairan yang ditunjuk relatif luas, tumbuhan dan atau 1) Daerah yang mempunyai sejarah kegempaan yang merusak;
satwanya memiliki sifat spesifik dan endemik serta berfungsi sebagai perlindungan 2) Daerah yang dilalui oleh patahan aktif;
sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa 3) Daerah yang mempunyai catatan kegempaan dengan kekuatan (magnitudo) lebih besar
serta pemanfaatan secara lestari sumberdaya hayati dan ekosistemnya; dari 5 pada skala richter;
2) Dikelola dengan sistem zonasi yang terdiri atas zona inti, zona pemanfaatan dan zona 4) Daerah dengan batuan dasar berupa endapan lepas seperti endapan sungai, endapan
lain sesuai dengan keperluan. pantai dan batuan lapuk;
b. Kriteria Taman Hutan Raya (Tahura), meliputi; 5) Kawasan lembah bertebing curam yang disusun batuan mudah longsor.
1) kawasan yang ditunjuk mempunyai luasan tertentu, yang dapat merupakan hutan dan c. Kriteria Kawasan rawan gerakan tanah meliputi daerah dengan kerentanan tinggi untuk
atau bukan kawasan hutan; terkena gerakan tanah, terutama jika kegiatan manusia menimbulkan gangguan pada lereng
2) memiliki arsitektur bentang alam dan akses yang baik untuk kepentingan pariwisata. di kawasan ini.
c. Kriteria Taman Wisata Alam d. Kriteria Kawasan rawan banjir meliputi daerah yang diidentifikasi sering dan berpotensi
1) Kawasan darat dan atau perairan yang ditunjuk mempunyai luas yang cukup dan tinggi mengalami bencana banjir.
lapangannya tidak membahayakan serta memiliki keadaan yang menarik dan indah,
baik secara alamiah maupun buatan; 6. Kriteria Fungsi Kawasan Perlindungan Setempat
2) Memenuhi kebutuhan rekreasi dan atau olah raga serta mudah dijangkau. a. Kriteria Sempadan Pantai meliputi daratan sepanjang tepian pantai yang lebarnya
3) proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik pantai sekurang-kurangnya 100 m dari titik
4. Kriteria Fungsi Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan pasang tertinggi ke arah darat.
Kriteria fungsi cagar budaya dan ilmu pengetahuan meliputi: b. Kriteria sempadan Sungai, meliputi:
a. Benda buatan manusia, bergerak atau tidak bergerak yang berupa kesatuan atau kelompok, 1) Sekurang-kurangnya 5 m di sebelah luar sepanjang kaki tanggul di luar kawasan
atau bagian-bagiannya atau sisa-sisanya, yang berumur sekurang-kurangnya 50 tahun atau perkotaan dan 3 m di sebelah luar sepanjang kaki tanggul di dalam kawasan perkotaan;
mewakili masa gaya yang khas dan sekurang-kurangnya 50 tahun serta dianggap 2) Sekurang-kurangnya 100 m di kanan kiri sungai besar dan 50 meter di kanan-kiri
mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan; sungai kecil yang tidak bertanggul diluar kawasan perkotaan;

Paket Bantuan Teknis Penyusunan RTRW Kabupaten Bulukumba IV - 11


LAPORAN AKHIR

3) Sekurang-kurangnya 10 m dari tepi sungai untuk yang mempunyai kedalaman tidak yang meliputi (SK Mentan No. 683/Kpts/Um/8/1981 dan 837/Kpts/Um/11/1980) terdiri atas :
lebih dari 3 m;
4) Sekurang-kurangnya 15 m dari tepi sungai untuk sungai yang mempunyai kedalaman a. Kawasan Hutan Produksi Terbatas,
lebih dari 3 m sampai dengan 20 m; Yaitu hutan yang dapat dieksloitasi dengan metode tebang pilih dan tanam
5) Sekurang-kurangnya 30 m dari tepi sungai untuk sungai yang mempunyai kedalaman Penetapannya dengan mempertimbangkan faktor-faktor lereng lapangan, jenis tanah, curah
lebih dari 20 m; hujan, hutan suaka alam, hutan wisata, dan hutan konservasi lain;
6) Sekurang-kurangnya 100 m dari tepi sungai untuk sungai yang terpengaruh oleh pasang Dominasi utama hutan produksi terbatas terdapat di Kecamatan Gantarang, Kecamatan
surut air laut, dan berfungsi sebagai jalur hijau. Bontobahari, Kecamatan Bontotiro dan Kecamatan Ujungbulu dengan luas sekitar 7275,24
c. Kriteria Kawasan sekitar waduk dan situ meliputi daratan sepanjang tepian waduk dan situ Ha. Selanjutnya, hutan produksi terbatas dominan di Pulau Mangole dengan luas sekitar
yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik waduk dan situ sekurang- 14997,76 Ha, yang tersebar di Kecamatan Ujungloe, Kecamatan Herlang, Kecamatan
kurangnya 50 m dari titik pasang tertinggi ke arah darat. Kajang, Kecamatan Bulukumpa dan Kecamatan Kindang.
d. Kriteria Kawasan sekitar mata air meliputi kawasan dengan radius sekurang-kurangnya b. Kawasan Hutan Produksi Tetap
200m di sekitar mata air Yaitu kawasan yang diperuntukan bagi hutan produksi tetap dimana eksploitasi dapat
e. Kriteria Kawasan perlindungan plasma nutfah eks-situ merupakan areal tempat dengan tebang habis dan tanam
pengembangan plasma nutfah tertentu dan tidak membahayakan Penetapannya dengan mempertimbangkan faktor-faktor lereng lapangan, jenis tanah, curah
f. Kriteria Taman Buru meliputi: hujan yang mempunyai nilai skor 124 atau kurang di luar hutan suaka alam, hutan wisata,
1) Areal yang ditunjuk mempunyai luas yang cukup dan lapangannya tidak dan hutan konservasi lain;
membahayakan; dan atau Hutan produksi tetap yang akan direncanakan terletak di Kecamatan Rilau Ale dengan luas
2) Kawasan yang terdapat satwa buru yang dikembangbiakan sehingga memungkinkan sekitar 7275,24 Ha atau sekitar 32,66 % dari total luas daratan Kabupaten Bulukumba.
perburuan secara teratur dengan mengutamakan segi rekreasi, olahraga, dan kelestarian Sebaran hutan produksi tetap adalah di seluruh kecamatan Bontobahari, Kecamatan
satwa. Bontotiro dan Kecamatan Ujungbulu.
c. Kawasan Hutan Produksi Konversi
D. RENCANA POLA RUANG KAWASAN BUDIDAYA Yaitu kawasan hutan yang bilamana perlu dapat dialihgunakan
Kawasan budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan penetapannya dengan mempertimbangkan faktor-faktor lereng lapangan, jenis tanah, curah
atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan. hujan di luar hutan suaka alam, hutan wisata, dan hutan konservasi lain. Kawasan hutan
Dalam Keppres No. 57 Tahun 1989 dan Keppres No. 32 Tahun 1990, kawasan budidaya terbagi yang secara ruang dicadangkan untuk digunakan bagi pengembangan transportasi,
atas enam wilayah, yaitu : transmigrasi, permukiman, pertanian, perkebunan, industri, dan lain-lain.
1. Kawasan Pengembangan Budidaya Non Pertanian Hutan produksi yang dapat dikonversi yang direncanakan adalah seluas sekitar 14997,76
Kawasan budidaya untuk sektor kehutanan terdapat pada kawasan hutan produksi dan kawasan Ha. Sebaran hutan produksi yang dapat di konversi terdapat di Kecamatan Kindang,
hutan rakyat, yang berdasarkan UU Nomor 41 Tahun 1999, hutan rakyat adalah hutan hak Kecamatan Herlang, Kecamatan Kajang, Kecamatan Bulukumpa dan Kecamatan Rilau Ale
yang berada pada tanah yang dibebani hak milik. Untuk kawasan budidaya non pertanian ini dan Kecamatan Ujungloe.

Paket Bantuan Teknis Penyusunan RTRW Kabupaten Bulukumba IV - 12


LAPORAN AKHIR

pertanian.. Arahannya rencana pengembangan kawasan hutan rakyat perlu dituangkan secara
Kriteria penetapan kawasan peruntukan hutan produksi meliputi: rinci dalam rencana dan manajemen khusus kawasan hutan rakyat.
1) Kawasan hutan yang memiliki skor ≤124 (kelas lereng, jenis tanah, intensitas hujan) diluar Kabupaten Bulukumba memiliki potensi hutan rakyat yang cukup besar yaitu seluas 22.273 ha
hutan suaka alam dan hutan pelestarian alam. yang tersebar hampir pada semua kecamatan di Kabupaten Bulukumba. Penyebaran hutan
2) Secara ruang jika digunakan untuk budidaya akan memberikan manfaat berupa: rakyat tersaji pada tabel berikut :
 meningkatkan perkembangan pembangunan lintas sektor dan subsektor serta kegiatan
TABEL 4.4.
ekonomi sekitarnya;
PENYEBARAN HUTAN RAKYAT DI KABUPATEN BULUKUMBA
 meningkatkan fungsi lindung;
NO KECAMATAN LUAS (HA) KET
 meningkatkan upaya pelestarian kemampuan sumber daya hutan
1 Gantarang 1.338,42
 meningkatkan pendapatan masyarakat terutama di daerah setempat;
2 Ujung bulu 286,12
 meningkatkan pendapatan daerah dan nasional;
3 Ujung loe 1.132,00
 meningkatkan kesempatan kerja terutama masyarakat setempat;
4 Bontobahari 4.076,62
 meningkatkan ekspor;
5 Bontotiro 1.574,08
 mendorong perkembangan usaha dan peran serta masyarakat terutama di daerah
setempat. 6 Herlang 1.013,36

Rencana kawasan hutan produksi di Kabupaten Bukumba adalah sebesar 286 ha dan Rencana 7 Kajang 4.370,01

kawasan hutan rakyat seluas 1.193 ha. Untuk meningkatkan mutu dan produktivitas hutan, 8 Bulukumpa 3.285,54
maka pada lahan yang berupa areal kosong, semak belukar, padang alang-alang perlu 9 Rilau Ale 2.708,05
dipertimbangkan sebagai areal hutan tanaman multikultur yang dikelola dengan sistem 10 Kindang 2.488,80
agroforestry dan memperhatikan kaidah konservasi tanah. Selain hal tersebut, pemerintah juga JUMLAH 22.273,00
harus mengendalikan degradasi hutan dengan mencegah meluasnya perambahan hutan dan Sumber : Dinas Kehutanan Kabupaten Bulukumba Tahun 2008
terjadinya illegal logging.
d. Hutan rakyat; Perkembangan Luas Hutan rakyat di Kabupaten Bulukumba dari tahun ke tahun semakin
Kawasan hutan rakyat merupakan kawasan hutan yang diusahakan oleh penduduk, yang meningkat, baik yang dilaksanakan melalui kegiatan Dinas Kehutanan maupun swadaya
melakukan usaha kehutanan diharapkan dalam usaha mencari nafkah mendapatkan arahan dan masyarakat sendiri.
pengkondisian agar mereka berlaku arif bijaksana dengan melakukan usahanya dengan sistem Luas kawasan hutan di kabupaten Bulukumba mencapai 8.453,25 Ha yang tersebar di 6 (enam)
kehutanan yang terpadu dalam proses yang berkelanjutan mulai dari pembibitan, penanaman, kecamatan. Kawasan hutan terluas terdapat di Kecamatan Bontobahari yaitu 3.475 Ha
penebangan, pengolahan kayu dengan waktu dan lokasi yang tepat, serta melakukan usaha sedangkan yang terkecil terdapat di Kecamatan Gantarang yaitu 256,25 Ha. Untuk lebih
sampingan seperti pemeliharaan madu lebah, rotan dan usaha musiman lainnya yang selaras, jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut ini:
terpadu dan tidak merusak ekosistem kawasan hutan rakyat. Kawasan hutan rakyat diarahkan
lokasinya kurang lebih sampai satu kilometer jauhnya dari kawasan perkebunan dan atau

Paket Bantuan Teknis Penyusunan RTRW Kabupaten Bulukumba IV - 13


LAPORAN AKHIR

Tabel 4.5 Tabel 4.6


Nama Kompleks Hutan, Lokasi dan Luas Kawasannya Luas Penyebaran Lahan Kritis Dalam Kawasan Hutan
Dirinci Menurut Kecamatan di Kabupaten Bulukumba di Kabupaten Bulukumba

NAMA LUAS
NO KACAMATAN LOKASI LUAS LAHAN
KOMPLEKS (HA) NO KECAMATAN LOKASI
1 2 3 4 5 KRITIS
1 GANTARANG Bangkeng Bukit Bukit Tinggi 256,25
1 2 3 6
Lingkasannya, Darubia, Ara,
2 BONTOBAHARI Karangpuang Bira, Tn.Lemo 3.475,00 1 GANTARANG Bukit Harapan 75
Purangkese Darubia 1.850
Pattiroang, 2 BONTOBAHARI Bira 1.000
3 KAJANG Tanah Toa 331,17 Tanah Lemo 500
Tanah Toa
4 BULUKUMBA Balang Pesoang Barugae, Tnah Toa 30
648,88
Blg.Pesoang 3 KAJANG Pattiroang 45
Bt.Bangunan,
Bulo 4 BULUKUMBA Balang Pesoang 400
5 RILAU ALE Anrang 675,00
Lohe,Bt.Mete’ne, Anrang 250
Bonto Manai 5 RILAU ALE Bontomanai 100
Kindang Lompo Battang 2.000
366,17
Bijawang Tamaona 6 KINDANG Bijawang/Pattoengan 500
6 KINDANG 177,83
Lompo Battang Kindang,
2.522,95 BULUKUMBA 6.750
Brg.Rappoa
BULUKUMBA 8.453,25 Sumber : Dinas Kehutanan Kabupaten Bulukumba Tahun 2008
Sumber : Dinas Kehutanan Kabupaten Bulukumba Tahun 2008

Selain kayu yang menjadi potensi utama hasil hutan, juga terdapat hasil hutan lainnya yang
Dalam kawasan hutan tersebut terdapat lahan kritis seluas 6.750 Ha atau sebesar 79,85%, lahan
mempunyai peluang investasi yang cukup besar, seperti: rotan, madu dan bambu. Rotan
kritis dalam kawasan hutan yang terbesar ada di Kecamatan Bontobahari yakni 3.350 Ha.
banyak terdapat di dalam kawasan hutan di Kecamatan Kindang dan Kajang sedangkan bambu
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut ini:
banyak terdapat di dalam kawasan hutan di Kecamatan Gantarang, Kindang, Ujung Loe,
Bontotiro, Bulukumpa, Rilau Ale dan Kajang.
Produksi Lebah Madu 442 m³/liter, madu banyak terdapat di dalam kawasan hutan di
Kecamatan Kindang, Ujung Loe, Gantarang dan Bulukumpa. Hutan di Kabupaten Bulukumba
termasuk salah satu potensi daerah yang dapat membuka lapangan kerja tambahan bagi
sebagian masyarakat. Industri pengolahan hasil hutan berupa penggergajian kayu (sawmill)
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Pemanfaatan kawasan dilaksanakan untuk memanfaatkan ruang tumbuh sehingga diperoleh
manfaat lingkungan, manfaat sosial dan menfaat ekonomi yang optimal. Pemanfaatan jasa
lingkungan dilakukan dalam bentuk usaha yang memanfaatkan potensi jasa lingkungan dengan

Paket Bantuan Teknis Penyusunan RTRW Kabupaten Bulukumba IV - 14


LAPORAN AKHIR

tidak merusak lingkungan dan tidak mengurangi fungsi pokoknya. Pemanfaatan hasil hutan Jenis pembatas atau macam perbaikan yang harus dijalankan ditunjukan dengan huruf kecil,
dilakukan dalam bentuk usaha pemanfataan hutan alam dan hutan tanaman. Usaha misalnya d (drainase), x (salinitasi), t (topografi), dan m (ketersediaan air).
pemanfaatan hutan tanaman diutamakan dilaksanakan pada hutan yang tidak produktif dalam
rangka mempertahankan hutan alam. Kegiatan pemungutan hasil hutan meliputi pemanenan, a. Kawasan Tanaman Lahan Basah yaitu kawasan yang diperuntukan untuk tanaman lahan
penyedaran, pengangkutan, pengolahan dan pemasaran yang diberikan untu jangka waktu basah, dengan pengairan dapat diperoleh secara alamiah, maupun teknis.
tertentu. Potensi Sumberdaya lahan pertanian sangat luas utamanya untuk lahan pertanian
tanaman pangan. Potensi lahan sawah seluas 24.072 Ha yang tersebar di 10 kecamatan
2. Kawasan Budidaya Pertanian dan diantara 10 kecamatan tersebut Kecamatan Gantarang mempunyai lahan yang terluas
Metoda analisis kesesuaian lahan pertanian menggunakan kerangka sistim Food and yaitu 8.624 Ha atau 35,83% sedangkan Kecamatan Bontobahari mempunyai lahan
Agriculture Organization (FAO, 1976) yang dikembangkan oleh Lembaga Penelitian Tanah yang terkecil yaitu 80 Ha atau 0,33% dari total lahan sawah yang ada. Untuk lebih
(LPT, 1982). Parameter yang dinilai meliputi kedalaman efektif tanah, tekstur tanah, jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut:
permeabilitas, kesuburan, reaksi tanah, kemiringan lahan (slope), relief mikro, drainase,
ketersidian air, erosi dan banjir. Pengumpulan data parameter tersebut diperoleh dari data Tabel 4.7. Luas Lahan Sawah Dirinci Perkecamatan
Di Kabupaten Bulukumba (Ha)
sekunder yang sudah dikompilasi pada saat penyusunan Sistem Informasi Tata Ruang.
Dari data yang terhimpun dikelompokkan sesuai dengan klasifikasi dalam Kriteria Kesesuaian LAHAN BUKAN SAWAH
S LADANG/
Lahan Pertanian, kemudian ditumpangtindihkan (superimpose) antara klasifikasi parameter HUMAN/ PERKE HUTAN LAIN- TOTAL
u
tersebut. Hasil akhir diperoleh Unit Kesesuaian Lahan dan dinilai secara kualitatif. Untuk NO KECAMATAN TEGAL/ - RAKYAT NYA
m KEBUN/ BUNAN
memudahkan digunakan notasi huruf dan angka sebagai berikut: KOLAM/
b
 S1 (sangat sesuai) : lahan tidak mempunyai pembatas yang serius untuk menerapkan TAMBAK
1e 2 3 4 5 6 7
pengelolaan yang diberikan, atau hanya mempunyai pembatas yang tidak berarti.
1r GANTARANG 3.514 3.759 62 399 7.734
 S2 (cukup sesuai) : lahan mempunyai pembatas-pembatas agak serius untuk 2 UJUNGBULU 134 - - 174 308
mempertahankan tingkat pengelolaan yang harus diterapkan. Pembatas ini akan 3 UJUNGLOE 7.223 1.902 138 651 9.914
:
4 BONTOBAHARI 3.961 1.175 400 92 5.628
mengurangi produksi dan keuntungan dan meningkatkan masukan yang diperlukan.
5 BONTOTIRO 4.707 2.060 275 180 7.222
 S3 (sesuai marginal) : lahan mempunyai pembatas-pembatas serius untuk mempertahankan 6 HERLANG 3.623 2.214 - 241 6.078
tingkat pengelolaan yang harus diterapkan. Pembatas ini akan mengurangi produksi dan 7 KAJANG 5.843 3.130 83 308 9.394
keuntungan atau lebih meningkatkan masukan yang diperlukan. 8 BULUKUMPA 993 11.037 150 563 12.743
9 RILAU ALE 5.643 247 1.457 459 7.806
 N1 (tidak sesuai pada saat ini) : lahan mempunyai pembatas yang lebih serius, tetapi masih
10 KINDANG 1.932 6.465 1.020 764 10.181
mempunyai kemungkinan untuk diatasi hanya tidak dapat diperbaiki dengan tingkat 37.573 31.989 3.585 3.831 76.978
pengelolaan dengan modal normal.
 N2 ( tidak sesuai permanen ) : lahan mempunyai pembatas permanen sehingga mencegah
segala kemungkinan penggunaan berkelangsungan pada lahan tersebut.

Paket Bantuan Teknis Penyusunan RTRW Kabupaten Bulukumba IV - 15


LAPORAN AKHIR

Dari luas lahan sawah tersebut di atas dapat dirinci menurut jenis irigasi atau lahan bukan sawah yang ada di kabupaten Bulukumba. Untuk lebih jelasnya dapat
pengairannya, terdiri dari: Lahan sawah berpengairan ½ teknis seluas 6.375 Ha atau dilihat pada tabel 4.9 berikut:
26,48%, lahan sawah berpengairan sederhana seluas 8.077 Ha atau 33,55%, Lahan Tabel 4.9
Luas Lahan Bukan Sawah yang diusahakan untuk pertanian
sawah berpengairan Desa/Non PU seluas 6.978 Ha atau 28,99% dan lahan sawah tadah
Dirinci perkecamatan di kabupaten Bulukumba
hujan seluas 2.642 Ha atau sekitar 10,98%. sehingga lahan sawah di kabupaten Bulukumba
mayoritas mampu berproduksi 2 kali dalam setahun. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
NO KECAMATAN JENIS IRIGASI
pada tabel 4.8 berikut. IRIGASI IRIGASI IRIGASI TANDAH
1/2 SEDERHANA DESA/ HUJAN/PASA
Tabel 4.8.
NON PU NG SURUT
Luas Lahan yang Sawah yang produktif dan non produktif
Dirinci Perkecamatan di Kabupaten Bulukumba (Ha) 1 GANTARANG 4.128 3.197 - 1.299
2 UJUNGBULU - - 292 -
3 UJUNGLOE - 1.442 1.328 185
DIUSAHAKAN SEMENTARA 4 BONTOBAHARI - - 72 8
NO KECAMATAN UNTUK TIDAK JUMLAH 5 BONTOTIRO - - 21 159
6 HERLANG - - - 338
PERTANIAN DIUSAHAKAN
7 KAJANG 1.004 - 455 470
1 GANTARANG 8.624 - 8.624 8 BULUKUMPA 582 1.470 1.980 -
2 UJUNGBULU 282 10 292 9 RILAU ALE 661 1.968 238 -
10 KINDANG - - 2.592 183
3 UJUNGLOE 2.955 - 2.955
BULUKUMBA 6.375 8.007 6.978 2.642
4 BONTOBAHARI 60 20 80
5 BONTOTIRO 180 - 180
6 HERLANG 338 - 338
Tanaman pangan yang sangat potensial adalah tanaman padi dan merupakan bahan
7 KAJANG 1.929 - 1.929
pangan utama masyarakat. Selain tanaman padi juga terdapat tanaman bahan pangan
8 BULUKUMPA 4.032 - 4.032
lainnya seperti Jagung, Ubi Kayu, Ubi Jalar, Kacang Tanah, Kacang Ijo dan
9 RILAU ALE 2.867 - 2.867
Kedelai, yang merupakan tanaman sela atau tanaman antara yang ditanam oleh petani
10 KINDANG 2.775 - 2.775
setelah sekali/dua kali panen tanaman padi, khususnya di lokasi lahan persawahan
BULUKUMBA 24.042 30 24.072
sedangkan pada lokasi lahan non persawahan tanaman tersebut diantaranya merupakan
Sumber : Bulukumba dalam angka 2008 tanaman utama.
1) Padi
Potensi lahan bukan sawah yang diusahakan untuk pertanian seluas 76.978 Ha yang Apabila dilihat dari luas panen dan jumlah produksi maka Kecamatan Gantarang
tersebar di 10 kecamatan dan diantara 10 kecamatan tersebut Kecamatan Bulukumpa mempunyai produksi padi yang terbesar yaitu 73.015 ton GKG dari luas panen
mempunyai lahan yang terluas yaitu 12.743 Ha atau sekitar 16,55% sedangkan Kecamatan 14.036 Ha. Sedangkan Kecamatan Bontobahari mempunyai produksi padi yang
Ujungbulu mempunyai lahan yang terkecil yaitu 308 Ha atau sekitar 0,40% dari total terendah yaitu 359 ton GKG dari luas panen 88 Ha. Dilihat dari rata-rata produksi

Paket Bantuan Teknis Penyusunan RTRW Kabupaten Bulukumba IV - 16


LAPORAN AKHIR

maka Kecamatan Ujung Loe yang tertinggi yaitu 53,04 kw/ha sedangkan yang Tabel 4.11.
Luas Panen dan Produksi Jagung (pipilan kering) Dirinci perkecamatan
terendah adalah Kecamatan Bontobahari yaitu 40,80 kw/ha. Untuk lebih jelasnya
di Kabupaten Bulukumba
dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut :
RATA-RATA
LUAS PANEN PRODUKSI
NO KECAMATAN PRODUKSI
(Ha) (Ton)
Tabel 4.10 (Kw/Ha)
Luas Panen dan Produksi Padi Sawah (GKG) Dirinci menurut 1 2 3 4 5
Kecamatan di Kabupaten Bulukumba 1 GANTARANG 856 3,344 39,07
LUAS PANEN PRODUKSI RATA-RATA 2 UJUNGBULU - - -
NO KECAMATAN (Ha) (Ton) PRODUKSI 3 UJUNG LOE 3,532 9,981 28,26
(Kw/Ha) 4 BONTOBAHARI 2,933 7,533 25,68
1 2 3 4 5 5 BONTOTIRO 7,400 21,490 29,04
1 GANTARANG 14.036 73.015 52.02 6 HERLANG 4,426 21,962 49,62
2 UJUNGBULU 333 1.733 52.04 7 KAJANG 11,071 40,675 36,74
3 UJUNG LOE 5.823 30.885 53.04 8 BULUKUMPA 1,050 2,606 24,82
4 BONTOBAHARI 88 359 40.80 9 RILAU ALE 1,507 5,134 34,07
5 BONTOTIRO 180 775 43.06 10 KINDANG 1,052 3,291 31,28
6 HERLANG 398 1.692 42.51 Jumlah 33,827 116,016 34,30
7 KAJANG 3.083 15.150 49.14
8 BULUKUMPA 7.533 38.931 51.68
3) Ubi Kayu
9 RILAU ALE 6.839 36.144 52.85
10 KINDANG 4.600 22.126 48.10 Produksi Ubi Kayu tahun 2007 adalah 12,453 ton. produksinya mengalami
42.913 220.810 51.46 penurunan 49,93% jika dibandingkan tahun 2006. Apabila dilihat dari luas panen dan
jumlah produksi maka Kecamatan Ujung Loe mempunyai produksi Ubi Kayu yang
terbesar yaitu 5.560 ton dari luas panen 504 Ha. Sedangkan Kecamatan Kajang
2) Jagung mempunyai produksi Ubi Kayu yang terendah yaitu 70 ton dari luas panen 5 Ha,
Kecamatan Kajang mempunyai produksi Jagung yang terbesar yaitu 40.675 ton sementara Kecamatan Ujungbulu, dan Rilau Ale tidak menghasilkan Ubi Kayu.
dari luas panen 11.071 Ha. Sedangkan Kecamatan Bulukumpa mempunyai produksi Dilihat dari rata-rata produksi maka Kecamatan Kindang yang tertinggi yaitu
Jagung yang terendah yaitu 2.606 ton dari luas panen 1.050 Ha, sementara Kecamatan 157,50 kw/ha sedangkan yang terendah adalah Kecamatan Bontotiro yaitu 83,00
Ujungbulu tidak menghasilkan Jagung. Dilihat dari rata-rata produksi maka kw/ha.
Kecamatan Herlang yang tertinggi yaitu 49,62 kw/ha sedangkan yang terendah 4) Ubi Jalar
adalah Kecamatan Bulukumpa yaitu 24,82 kw/ha. Untuk lebih jelasnya dapat Apabila dilihat dari luas panen dan jumlah produksi maka Kecamatan Ujung Loe
dilihat pada tabel 4.11 berikut ini: mempunyai produksi Ubi Jalar yang terbesar yaitu 853 ton dari luas panen 65
Ha. Sedangkan Kecamatan Herlang mempunyai produksi Ubi Jalar yang terendah
yaitu 102 ton dari luas panen 8 Ha, sementara Kecamatan Ujungbulu, Bontotiro,dan
Rilau Ale tidak menghasilkan Ubi Jalar. Dilihat dari rata-rata produksi maka

Paket Bantuan Teknis Penyusunan RTRW Kabupaten Bulukumba IV - 17


LAPORAN AKHIR

Kecamatan Kajang yang tertinggi yaitu 137,14 kw/ha sedangkan yang terendah adalah adalah yang mempunyai nilai kesesuaian lahan dari sangat sesuai sampai marginal untuk
Kecamatan Herlang yaitu 127,50 kw/ha. tanaman tahunan. Dalam penetapan pilihan komoditi tanaman tahunan selain pertimbangan
5) Kacang Tanah kesesuaian lahan, konservasi tanah dan air, juga perlu mempertimbangkan aspek sosial
Untuk kacang tanah dapat dilihat dari luas panen dan jumlah produksi maka ekonomi.
Kecamatan Bontotiro mempunyai produksi yang terbesar yaitu 3.050 ton dari luas Kriteria kesesuaian lahan bagi pengembangan tanaman keras/tahunan/perkebunan sangat
panen 1.729 Ha. Sedangkan Kecamatan Kajang mempunyai produksi Kacang beragam sesuai dengan jenis komoditinya. Pada dasarnya berbagai jenis tanaman keras dapat
Tanah yang terendah yaitu 4 ton dari luas panen 4 Ha, sementara Kecamatan tumbuh dengan baik pada ketinggian 0 – 2.500 m di atas permukaan laut.
Ujungbulu, Ujung Loe, dan Rilau Ale tidak menghasilkan Kacang Tanah. Dilihat dari Kriteria kawasan peruntukan perkebunan meliputi:
rata-rata produksi maka Kecamatan Bulukumpa yang tertinggi yaitu 18,09 kw/ha 1. Kawasan perkebunan ( skor <125 ) / yang berada di luar kawasan lindung
sedangkan yang terendah adalah Kecamatan Kindang yaitu 9,55 kw/ha. 2. Kawasan yang secara teknis dapat digunakan untuk kegiatan perkebunan
6) Kacang Ijo 3. Secara ruang apabila digunakan untuk kegiatan perkebunan mampu memberikan
Apabila dilihat dari luas panen dan jumlah produksi maka Kecamatan Ujung Loe manfaat :
mempunyai produksi Kacang Ijo yang terbesar yaitu 1.928 ton dari luas panen a. Meningkatkan produksi pangan dan pendayagunaan investasi;
1.265 Ha. Sedangkan Kecamatan Kindang mempunyai produksi Kacang Ijo b. Meningkatkan perkembangan pembangunan lintas sektor dan sub sektor serta
yang terendah yaitu 4 ton dari luas panen 4 Ha, sementara Kecamatan Ujungbulu, kegiatan ekonomi sekitarnya;
Bontotiro, Herlang, Bulukumpa dan Rilau Ale tidak menghasilkan Kacang Ijo. c. Meningkatkan fungsi lindung;
Dilihat dari rata-rata produksi maka Kecamatan Ujung Loe yang tertinggi yaitu d. Meningkatkan upaya pelestarian kemampuan sumber daya alam untuk pertanian
15,24 kw/ha sedangkan yang terendah adalah Kecamatan Gantarang yaitu 5,38 pangan;
kw/ha. e. Meningkatkan pendapatan masyarakat;
7) Kedelai f. meningkatkan pendapatan daerah dan nasional;
Produksi Kedelai tahun 2007 adalah 34,98 ton. produksinya mengalami peningkatan g. menciptakan kesempatan kerja;
2,88% jika dibandingkan tahun 2006. dari 10 kecamatan, hanya 1 (satu) h. meningkatkan ekspor;
kecamatan yang menghasilkan Kedelai yaitu Kecamatan Bontobahari. i. meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

b. Kawasan Tanaman Pangan Lahan Kering Kawasan ini merupakan kawasan yang diperuntukan untuk tanaman pangan lahan kering,
Berdasarkan SK Menteri Pertanian No. 638/KPTS/Um/8/1981 kriteria fisik wilayah untuk untuk tanaman palawija, hortikultura atau tanaman pangan.
penentuan lokasi tanaman tahunan adalah lokasi yang mempunyai skor/nilai untuk faktor Selain tanaman pangan, terdapat pula tanaman Hortikultura yang mempunyai potensi besar
kelerengan, jenis tanah, dan curah hujan adalah 125 sampai 175. dalam mengangkat pendapatan dan kesejahteraan petani. Tanaman hortikultura yang
Kriteria kesesuaian lahan adalah, bahwa suatu wilayah pada kawasan penyangga dinyatakan utama seperti: durian, rambutan, duku, langsat, mangga, manggis, petai, pisang, nangka,
memenuhi syarat untuk ditetapkan sebagai areal tanaman tahunan jika memenuhi syarat alpukat, nenas, salak, papaya, sukun, jambu biji, jambu air, jeruk siam, cabai,
kesesuaian lahan untuk tanaman tahun yang bersangkutan. Syarat kesesuaian yang dimaksud Lombok, tomat, terong, ketimun, kacang panjang dan lain sebagainya. Tanaman

Paket Bantuan Teknis Penyusunan RTRW Kabupaten Bulukumba IV - 18


LAPORAN AKHIR

hortikultura yang paling potensial adalah tanaman pisang, jeruk siam, mangga, dan nenas c. Kawasan Tanaman Tahunan / Perkebunan, yaitu kawasan yang diperuntukan untuk tanaman
yang jumlah produksi masing-masing 18.642,61 ton, 5.545,50 ton, 2.064,38 ton, dan tahunan/perkebunan yang menghasilkan bahan pangan maupun bahan baku industri. Potensi
1.455,37 ton. Untuk lebih jelas tentang penyebaran tanaman hortikultura, Luas areal tanaman perkebunan juga termasuk potensi unggulan seperti: Kelapa Dalam &
dan produksinya dapat dilihat pada tabel berikut ini: Hibrida, Kopi Robusta & Arabika, Kakao, Cengkeh, Jambu Mete, Karet, Kapas, lada dan
Tabel 4.12 vanili.
Luas dan Produksi Tanaman Holtikultura Di Kabupaten Bulukumba 1) Kelapa Dalam
Luas areal perkebunan terbesar terdapat di Kecamatan Kajang yaitu 2.509
PANEN PRODUKSI KECAMATAN PENGHASIL Ha, sedangkan produksi komoditi terbesar terdapat di Kecamatan Kajang yaitu
NO JENIS KOMODITI
(PERHARI) (TON) TERBESAR
1.661 ton atau 30,27% dari total produksi kelapa dalam Kabupaten Bulukumba.
1 Alpukat 4.115 518,88 Kindang Jumlah Petani pengusaha komoditi Kelapa Dalam tahun 2007 adalah 11.422 KK.
2 Duku/Langsat 5.946 178,38 Kindang 2) Kelapa Hibrida
3 Mangga 62.557 2.064,38 Rilau Ale
Luas areal perkebunan Kelapa Hibrida terbesar terdapat di Kecamatan Herlang
4 Nenas 38.299 1.455,37 Rilau Ale
dan Kajang yaitu 1.630 Ha, sedangkan produksi komoditi terbesar terdapat di
5 Salak 6.578 269,70 Kindang
6 Durian 10.075 974.15 Rilau Ale Kecamatan Ujung Loe yaitu 2.011 ton atau 36,43% dari total produksi Kelapa
7 Pepaya 19.046 342,86 Bontobahari Hibrida Kabupaten Bulukumba.
8 Pisang 199.637 18.642,61 Bontotiro 3) Kopi Robusta
9 Rambutan 39.364 473,37 Bulukumpa Luas areal perkebunan Kopi Robusta terbesar terdapat di Kecamatan Kindang
10 Manggis 3.802 79,21 Bulukumpa
yaitu 1.817,19 Ha, sedangkan produksi komoditi terbesar terdapat di Kecamatan
11 Jambu Biji 1.172 18,72 Bulukumpa
Gantarang yaitu 1.367 ton atau 37,99% dari total produksi Kopi Robusta
12 Petai 15.464 463,92 Rilau Ale
13 Jeruk Siam 110.910 5.545,50 Bontotiro
Kabupaten Bulukumba.
14 Sukun 703 119,51 Kajang 4) Kopi Arabika
15 Nangka 14.422 558,43 Kajang Luas areal perkebunan Kopi Arabika terbesar terdapat di Kecamatan Kindang yaitu
16 Jambu Air 344 6,88 Kajang 289,01 Ha, sedangkan produksi komoditi terbesar terdapat di Kecamatan
17 Petai / Sawi 37 37,30 Gantarang Kindang yaitu 109 ton atau 60,56% dari total produksi Kopi Arabika
18 Cabai / Lombok 59 106,20 Gantarang / Rilau Ale
Kabupaten Bulukumba.
19 Tomat 30 26,64 Bontotiro
5) Cengkeh
20 Terong 72 123,77 Bontotiro
21 Ketimun 36 34,41 Ujung Loe Luas areal perkebunan Cengkeh terbesar terdapat di Kecamatan Kindang yaitu
22 Kacang Panjang 102 269,69 Bulukumpa 1.417,90 Ha, sedangkan produksi komoditi terbesar terdapat di Kecamatan
Sumber : Dinas Pertanian dan Perkebunan Kab. Bulukumba, 2008 Kindang yaitu 1.750 ton atau 49,99% dari total produksi Cengkeh Kabupaten
Bulukumba.

Paket Bantuan Teknis Penyusunan RTRW Kabupaten Bulukumba IV - 19


LAPORAN AKHIR

6) Kakao 13) Kapas


Luas areal perkebunan Kakao terbesar terdapat di Kecamatan Kindang yaitu Luas areal perkebunan Kapas terbesar terdapat di Kecamatan Herlang yaitu 819,50
1.008 Ha, sedangkan produksi komoditi terbesar terdapat di Kecamatan Kindang Ha, sedangkan produksi komoditi terbesar terdapat di Kecamatan Kajang yaitu 267,75
yaitu 873 ton atau 21,93% dari total produksi Kakao Kabupaten Bulukumba. ton atau 44,16% dari total produksi Kapas Kabupaten Bulukumba.
7) Jambu Mete 14) Karet
Luas areal perkebunan Jambu Mete terbesar terdapat di Kecamatan Kajang yaitu 1.149 Tanaman Karet di Kabupaten Bulukumba saat ini ditangani perusahaan besar yaitu
Ha, sedangkan produksi komoditi terbesar terdapat di Kecamatan Kajang yaitu 621 ton PT. LONDON SUMATERA Tbk, yang didalamnya turut melibatkan
atau 32,59% dari total produksi Jambu Mete Kabupaten Bulukumba. masyarakat setempat mulai dari proses penanaman sampai pada proses produksi.
8) Pala Disamping itu dilakukan juga kemitraan dengan masyarakat setempat dalam
Luas areal perkebunan Pala terbesar terdapat di Kecamatan Bulukumpa yaitu 64 Ha, bentuk petani plasma, dimana lahan yang digunakan adalah lahan masyarakat dan
sedangkan produksi komoditi terbesar terdapat di Kecamatan Bulukumpa yaitu hasilnya dibeli perusahaan.. Areal perkebunan Karet terdapat di Kecamatan Ujung
29 ton atau 77,33% dari total produksi Pala Kabupaten Bulukumba. Loe, Kajang, dan Bulukumpa, Luas areal perkebunan Karet terbesar terdapat
9) Lada di Kecamatan Ujung Loe yaitu 2.525,33 Ha, sedangkan produksi komoditi terbesar
Luas areal perkebunan Lada terbesar terdapat di Kecamatan Rilau Ale yaitu 860 terdapat di Kecamatan Ujung Loe yaitu 2.831 ton atau 54,99% dari total
Ha, sedangkan produksi komoditi terbesar terdapat di Kecamatan Rilau Ale produksi Karet Kabupaten Bulukumba.
yaitu 571 ton atau 43,63% dari total produksi Lada Kabupaten Bulukumba.
10) Kemiri d. Kawasan Peternakan, yaitu kawasan yang sesuai untuk peternakan/ penggembalaan hewan
Luas areal perkebunan Kemiri terbesar terdapat di Kecamatan Kajang yaitu 161 besar dan padang penggembalaan ternak
Ha, sedangkan produksi komoditi terbesar terdapat di Kecamatan Kajang yaitu 27 Potensi peternakan yang dimiliki meliputi: ternak besar seperti sapi, kerbau dan
ton atau 33,80% dari total produksi Kemiri Kabupaten Bulukumba. kuda; ternak kecil seperti kambing dan domba; ternak unggas seperti ayam dan itik.
11) Kapuk Adapun kriteria kawasan peruntukan peternakan meliputi:
Luas areal perkebunan Kapuk terbesar terdapat di Kecamatan Bontotiro yaitu 145 Ha, 1. Kawasan yang secara teknis dapat digunakan untuk peternakan.
sedangkan produksi komoditi terbesar terdapat di Kecamatan Kajang yaitu 19 ton 2. Secara ruang apabila digunakan untuk kegiatan peternakan kering mampu memberikan
atau 32,48% dari total produksi Kapuk Kabupaten Bulukumba. manfaat :
12) Vanili a. Meningkatkan produksi pangan dan pendayagunaan investasi;
Luas areal perkebunan Vanili terbesar terdapat di Kecamatan Bulukumpa yaitu 319 b. Meningkatkan perkembangan pembangunan lintas sektor dan sub sektor serta
Ha, sedangkan produksi komoditi terbesar terdapat di Kecamatan Bulukumpa kegiatan ekonomi sekitarnya;
yaitu 13 ton atau 53,61% dari total produksi Vanili Kabupaten Bulukumba. c. Meningkatkan fungsi lindung;
d. Meningkatkan upaya pelestarian kemampuan sumber daya alam;
e. Meningkatkan pendapatan masyarakat;
f. meningkatkan pendapatan daerah dan nasional;

Paket Bantuan Teknis Penyusunan RTRW Kabupaten Bulukumba IV - 20


LAPORAN AKHIR

g. menciptakan kesempatan kerja; Tabel 4.13.


h. meningkatkan ekspor; Populasi & Pemotongan Ternak Besar Jenis Kuda Menurut Kecamatan
i. meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Di Kabupaten Bulukumba

Berdasarkan jenis-jenis ternak tersebut di atas dapat diuraikan sebagai berikut:


NO KECAMATAN POPULASI TERNAK KECIL
1) Ternak Besar
1 2 3
Populasi ternak besar di Kabupaten Bulukumba pada tahun 2007 adalah 95.931 ekor,
1 GANTARANG 5
populasinya mengalami peningkatan 0,09% jika dibandingkan populasi tahun 2006
yakni 95.846 ekor. Selanjutnya dapat diuraikan sebagai berikut: 2 UJUNGBULU 142
 Sapi
BULUKUMBA 147
Populasi sapi terbesar terdapat di Kecamatan Kajang yaitu 15.107 ekor dan
Sumber : Dinas Perternakan Kab. Bulukumba, 2008
populasi sapi terkecil terdapat di kecamatan Ujungbulu yaitu 569 ekor. Tingkat
komsumsi daging sapi dapat dilihat dari besarnya jumlah pemotongan sapi di
Kabupaten Bulukumba yakni 4.153 ekor, tingkat komsumsi daging sapi
2) Ternak Kecil
mengalami peningkatan 0,10% jika dibandingkan dengan komsumsi daging sapi
Populasi ternak kecil di Kabupaten Bulukumba pada tahun 2007 adalah 28.909
tahun 2006.
ekor, populasinya mengalami peningkatan 2,01% jika dibandingkan populasi tahun
 Kerbau
2006 yakni 28.338 ekor. Selanjutnya dapat diuraikan sebagai berikut:
Populasi kerbau terbesar terdapat di Kecamatan Kajang yaitu 3.504 ekor
 Kambing
dan populasi sapi terkecil terdapat di kecamatan Bontobahari yaitu 6 ekor.
Populasi kambing terbesar terdapat di Kecamatan Bontotiro yaitu 7.665
Tingkat komsumsi daging kerbau dapat dilihat dari besarnya jumlah pemotongan
ekor dan populasi kambing terkecil terdapat di Kecamatan Kindang yaitu 475
kerbau di Kabupaten Bulukumba yakni 170 ekor, tingkat komsumsi daging
ekor. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.14 berikut ini:
kerbau tetap stabil tidak mengalami peningkatan dan penurunan.
 Kuda
Populasi kuda terbesar terdapat di Kecamatan Gantarang yaitu 7.208 ekor dan
populasi kuda terkecil terdapat di Kecamatan Ujungbulu yaitu 335 ekor.Tingkat
komsumsi daging kuda dapat dilihat dari besarnya jumlah pemotongan kuda di
Kabupaten Bulukumba yakni 589 ekor, tingkat komsumsi daging kuda mengalami
peningkatan 0,17% jika dibandingkan dengan komsumsi daging kuda tahun 2006.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.13 berikut ini.

Paket Bantuan Teknis Penyusunan RTRW Kabupaten Bulukumba IV - 21


LAPORAN AKHIR

Tabel 4.14. Tabel 4.15.


Populasi Ternak Kecil Jenis Kambing Menurut Kecamatan Populasi Ternak Kecil Jenis Domba Menurut Kecamatan
di Kabupaten Bulukumba di Kabupaten Bulukumba

POPULASI TERNAK
NO KECAMATAN POPULASI PEMOTONGAN
KECIL NO Kecamatan
1 2 5 TERNAK BESAR TERNAK
1 GANTARANG 4.033 1 2 3 4
1 GANTARANG 7.209 353
2 UJUNGBULU 1.164
2 UJUNGBULU 335 4
3 UJUNG LOE 1.889 3 UJUNG LOE 3.482 47
4 BONTOBAHARI 3.881 4 BONTOBAHARI 994 15

5 BONTOTIRO 7.665 5 BONTOTIRO 3.023 44
6 HERLANG 4.202 6 HERLANG 2.571 11
7 KAJANG 2.589 7 KAJANG 3.279 34
8 BULUKUMPA 2.111 8 BULUKUMPA 1.251 40
9 RILAU ALE 2.067 15
9 RILAU ALE 1.199
 10 KINDANG 1.150 26
10 KINDANG 475 BULUKUMBA 25.260 589
 Sumber
BULUKUMBA : Bulukumba dalam angka : 2008
29.767
Sumber : Dinas Perternakan Kab. Bulukumba, 2008 Sumber : Dinas Perternakan Kab. Bulukumba, 2008

3). Ternak Unggas


 Domba Ternak unggas di Kabupaten Bulukumba terdiri dari Ayam Ras Layer, Ayam Ras
Populasi domba tahun 2007 adalah 142 ekor jika dibandingkan tahun Broiler, Ayam Buras, dan Itik. Selanjutnya dapat diuraikan sebagai berikut:
2006 yaitu 135 ekor, berarti mengalami peningkatan 5,19%. Ternak domba  Ayam Broiler (Pedaging)
hanya terdapat di Kecamatan Gantarang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Populasi terbesar terdapat di Kecamatan Gantarang yaitu 50.000 ekor dan populasi
tabel 4.15 berikut: terkecil terdapat di Kecamatan Bontotiro yaitu 7.250 ekor.

 Ayam Layer (Petelur)


Populasi terbesar terdapat di Kecamatan Ujungbulu yaitu 38.000 ekor dan
populasi terkecil terdapat di Kecamatan Ujungloe, Bulukumpa dan Rilau Ale
yaitu masing-masing 3.000 ekor.

 Ayam Buras (Native Chicken)

Paket Bantuan Teknis Penyusunan RTRW Kabupaten Bulukumba IV - 22


LAPORAN AKHIR

Populasi terbesar terdapat di Kecamatan Kajang yaitu 119.233 ekor dan a. Meningkatkan produksi pangan dan pendayagunaan investasi;
populasi terkecil terdapat di Kecamatan Bontobahari yaitu 28.812 ekor. b. Meningkatkan perkembangan pembangunan lintas sektor dan sub sektor serta
 Itik kegiatan ekonomi sekitarnya;
Populasi itik terbesar terdapat di Kecamatan Gantarang yaitu 24.441 ekor dan c. Meningkatkan fungsi lindung;
populasi terkecil terdapat di Kecamatan Bontotiro yaitu 619 ekor. d. Meningkatkan upaya pelestarian kemampuan sumber daya alam;
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini: e. Meningkatkan pendapatan masyarakat;
f. meningkatkan pendapatan daerah dan nasional;
Tabel. 4.16. g. menciptakan kesempatan kerja;
Populasi Ternak Unggas Menurut kecamatan
h. meningkatkan ekspor;
Di Kabupaten Bulukumba
i. meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
NO KECAMATAN AYAM AYAM TELUR ITIK
BROILLER ( PETELUR )
1 GANTARANG 24.441 13.000 50.000 Salah satu sumber daya alam yang cukup professional dikelola dan di kembangkan
2 UJUNGBULU 2.959 33.000 25.000 di Kabupaten Bulukumba adalah sub sektor perikanan dan kelautan. Produksi ikan laut
3 UJUNGLOE 7.527 3.000 . Kabupaten Bulukumba mencapai 28.339,2 ton berdasarkan laporan statistik akhir 2006.
4 BONTOBAHARI 1.752 . 27.500 Sementara itu, untuk potensi perikanan budidaya pantai lainnya adalah rumput laut
5 BONTOTIRO 619 . 7.250 Kabupaten Bulukumba yang mencapai 15,307 ton, terdapat 4.200 ton yang berasal dari
6 HERLANG 2.616 . - hasil budidaya di laut (Eucheuma sp., 2.800 ton) dan tambak (Gracilia sp., 1.400 ton). Di
7 KAJANG 2.916 10.500 - samping itu, perairan Kabupaten Bulukumba merupakan daerah penangkapan yang baik
8 BULUKUMPA 4.920 3.000 12.500 untuk jenis ikan Pelagis seperti Kembung, Layang, Tembang, Teri, Lamuru, Cakalang, dan
9 RILAU ALE 3.947 3.000 12.500 Balanak. Daerah penangkapan utama nelayan umumnya masih di perairan Kabupaten
10 KINDANG 1.916 . - Bulukumba.
BULUKUMBA 53.613 70.500 134.750 Pengelolaan sumberdaya pesisir di daerah ini masih berorientasi pada perikanan
pantai dengan penggunaan alat tangkap skala kecil seperti pancing, panambe, pukat udang,
Sumber : Dinas Perternakan Kab. Bulukumba, 2008
jaring insang, jaring lingkar dan perangkap (bubu). Alat tangkap tersebut dioperasikan oleh
para nelayan pada jarak +/- 15 mil laut dari pinggir pantai. Selain jenis alat tangkap
tersebut juga terdapat alat tangkap patorani yang telah beroperasi pada jarak 100 mil laut
e. Kawasan Perikanan, yaitu kawasan yang diperuntukan bagi perikanan, pertambakan/kolam
dari pinggir pantai.
dan perairan darat lainnya.
Potensi perikanan di Kabupaten Bulukumba terdiri dari perikanan laut dan
Adapun kriteria kawasan peruntukan perikanan meliputi:
darat. Dari 10 kecamatan, 7 diantaranya mempunyai potensi kelautan yaitu di
1. Kawasan yang secara teknis dapat digunakan untuk perikanan
Kecamatan Gantarang, Ujung Bulu, Ujung Loe, Bonto Bahari, Bonto Tiro, Herlang, dan
2. Secara ruang apabila digunakan untuk kegiatan perikanan mampu memberikan
Kajang. Sedangkan potensi perikanan darat terdapat di semua kecamatan.
manfaat :

Paket Bantuan Teknis Penyusunan RTRW Kabupaten Bulukumba IV - 23


LAPORAN AKHIR

Untuk jenis ikan laut yang dihasilkan, maka sebagian besar ikan laut budidaya kolam sebesar 130,1 ton atau 1,08%, budidaya sawah sebesar 4,9 ton atau 0,04%
diperairan Kabupaten Bulukumba berpotensi ekspor, seperti: cakalang, tuna, tongkol, dan selebihnya dari budidaya laut (rumput laut) sebesar 6.702,8 ton atau 55,89%.:
layang, kembung, tambang, lamuru, kerapu dan beberapa ikan laut lainnya. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.17 berikut: Kawasan Perikanan dirinci meliputi kawasan:
a) Peruntukan perikanan tangkap;
Tabel 4.17.
Produksi perikanan tangkap yang didaratkan didaratkan di beberapa pusat
Produksi Subsektor perikanan menurut jenis ikan
Di Kabupaten bulukumba pendaratan ikan (PPI) dan lokasi pendaratan tradisional yang tersebar di beberapa
wilayah di Kabupaten Bulukumba adalah sebesar 28.339,2 ton. Produksi perikanan
NO JENIS IKAN JUMLAH
tangkap kurun waktu tahun 2004-2009 mengalami kenaikan sangat kecil yaitu 1,71%.
1 2 3
Membaiknya nilai produksi disebabkan semakin banyaknya masyarakat yang
1 TUNA 100,1
2 CALAKANG 1.207,9 mengkonsumsi ikan akibat dari isu yang berkembang saat ini yaitu pada penyakit hewani.
3 TONGKOL 9.001,3 Budidaya laut wilayah pesisir di Kabupaten Bulukumba dapat diklasifikasikan menjadi
4 LAYANG 9.123,1 empat bagian, yaitu; budidaya tambak, budidaya laut (rumput laut), budidaya kolam dan
5 KEMBUNG 439,8
budidaya sawah.
6 TEMBANG 1.993,2
7 LAYURU 1.319,7 Adapun beberapa spesies budidaya tambak seperti udang windu mengalami
8 KERAPU 645,5 penurunan produksi yaitu 434,6 ton menjadi 271,6 ton. Begitu juga dengan jenis udang
9 TERI . lainnya seperti udang api-api dan udang putih, sedangkan produksi ikan Bandeng
10 PEPEREK 419,20
mengalami penurunan drastis dari 2.368,5 ton menjadi 759,6 ton pada tahun 2006. Pada
11 KAKAP 729,9
12 LAINNYA 7.329,7 sub sektor budidaya laut masyarakat pesisir memulai menghasilkan produksi rumput laut
JUMLAH 32.599,0 yaitu 5.956,3 ton. Keanekaragaman sea weed (rumput laut) cukup tinggi tetapi pada saat
Sumber : Dinas Perternakan Kab. Bulukumba, 2008
ini baru dikenal lima jenis yang bernilai ekspor tinggi yaitu gelidium, gelidia, hypnea,
eucheuma dan gracilaria. Dua jenis terakhir sudah dibudidayakan di Kabupaten
Selain perikanan laut, perikanan budidaya seperti tambak, laut, kolam, mina
Bulukumba.. Jenis rumput laut secara ekonomi menjadi penting karena mengandung
padi juga merupakan potensi yang dapat dikembangkan. Komoditas budidaya
senyawa polisakarida. Rumput laut penghasil agar (agarofit) termasuk kelas alga merah
tambak mayoritas adalah Ikan Bandeng, Udang Windu, Udang Api-api dan mulai tahun
(rhodophyceae) dan penghasil alginat (alginofit) termasuk kelas algae coklat
2006 telah dikembangkan budidaya rumput laut ditambak. Komoditas budidaya kolam
(phaeophyceae). Pengembangan budidaya kolam dan budidaya sawah, jenis ikan yang
mayoritas adalah ikan mas dan ikan mujair. Komoditas budidaya sawah (mina padi)
dibudidayakan hampir sama yaitu ikan mas, ikan mujahir, ikan nila, lele. Namun
mayoritas adalah ikan mas, mujair dan lele. Selain usaha perikanan tersebut di atas
budidaya ini juga mengalami penurunan nilai produksi yaitu 104,2 ton pada tahun 2002
juga terdapat komoditi rumput laut disepanjang pesisir pantai.
menjadi 90,1 ton pada tahun 2006 sebesar 6 % menjadi 1.024,00 ton (1.866,528 ton
Produksi perikanan budidaya dari tahun ke tahun mengalami peningkatan . produksi
termasuk rumput laut) dari tahun 2005 sebesar 970,79 ton (1.963,656 ton termasuk
tersebut dihasilkan dari budidaya tambak sebesar 5.154,7 ton atau 42,98%,
rumput laut).

Paket Bantuan Teknis Penyusunan RTRW Kabupaten Bulukumba IV - 24


LAPORAN AKHIR

Produksi terbesar adalah sumber daya laut berupa cumi-cumi yaitu sebesar 208,33 5. UDANG PUTIH 706,4
ton, sedangkan jenis produksi ikan yang terbesar lainnya adalah ikan pelagis besar; 6. IKAN MUJAIR 1.031,9
Cakalang dan Tuna. Ikan Pelagis kecil berupa Teri, Layang dan Julung-julung Selar. 7. IKAN KAKAP 0,8
Perkembangan selengkapnya dari produksi perikanan dan kelautan Kabupaten 8. IKAN LAINNYA 1.455,7
Bulukumba dapat dilihat pada Tabel 4.18 berikut ini.

BUDIDAYA LAUT 6.553,0


Tabel 4.18 Perkembangan dan rencana Produksi Perikanan Dan Sumberdaya Laut 1. RUMPUT LAUT 6.553,0
budidaya tambak, budidaya laut (rumput laut), budidaya kolam dan
budidaya sawah kab. bulukumba
BUDIDAYA KOLAM 217,7
JENIS IKAN JUMLAH
1. IKAN MAS 45,9
1 2
2. IKAN MUJAIR 105,8
SUMBERDAYA LAUT 30.158,1
3. IKAN NILA 39,5
1. TUNA 98,0
4. LELE 26,5
2. CAKALANG 1.180,0
5. IKAN LAINNYA -
3. TONGKOL 8.728,0
4. LAYANG 8.195,0
MINA PADI 16,7
5. KEMBUNG 440,0
1. IKAN MAS 9,4
6. TEMBANG 1.737,0
2. IKAN MUJAIR -
7. LAMURU 1.235,0
3. IKAN NILA 7,3
8. KERAPU 661,0
4. IKAN LAINNYA -
9. TERI -
JUMLAH 43.712,5
10. PAREPEK 436,0
Sumber :Dinas Kelautan dan Perikanan Bulukumba,2008
11. KAKAP 618,0
12. IKAN LAINNYA 6.830,1

BUDIDAYA TAMBAK 6.767,0


1. UDANG WINDU 424,0
2. IKAN BANDENG 2.632,0
3. RUMPUT LAUT 257,6
4. UDANG API-API 258,6

Paket Bantuan Teknis Penyusunan RTRW Kabupaten Bulukumba IV - 25


LAPORAN AKHIR

Tabel 4.23. JENIS IKAN JUMLAH


Jumlah Produksi Kelautan dan Perikanan menurut
Kecamatan di Kabupaten Bulukumba (TON)
C. KOLAM 217,7
JENIS IKAN JUMLAH
010 GANTARANG 20,70
021 UJUNG LOE 11,90
I. PENANGKAPAN DI LAUT 30.742,6 070 BULUKUMPA 94,50
010 GANTARANG 5.345,4 080 RILAU ALE 54,50
020 UJUNG BULU 2.661,5 090 KINDANG 36,10
031 UJUNG LOE 4.579,1
030 BONTO BAHARI 7.559,6 D. SAWAH 16,7
040 BONTO TIRO 1.200,0 070 BULUKUMPA 8,10
050 HERLANG 3.853,0 080 RILAU ALE 5,40
060 KAJANG 5.544,0 090 KINDANG 3,20

II. BUDIDAYA 12.479,6 JUMLAH 43.712,5


A. AIR PAYAU (TAMBAK) 6.667,1
Sumber : Hasil Analisis 2009
010 GANTARANG 1.485,60
020 UJUNG BULU 498,10
Produksi perikanan tangkap yang didaratkan didaratkan di beberapa pusat pendaratan ikan
021 UJUNG LOE 1.297,70
(PPI) dan lokasi pendaratan tradisional yang tersebar di beberapa wilayah di Kabupaten
030 BONTOBAHARI 430,70
Bulukumba pada tahun 2009 sebesar 28.339,2 ton. Membaiknya nilai produksi disebabkan
040 BONTOTIRO 222,90
semakin banyaknya masyarakat yang mengkonsumsi ikan akibat dari isu yang berkembang
050 HERLANG 1.302,00
saat ini yaitu pada penyakit hewani.
060 KAJANG 1.430,10

3. Kawasan Pertambangan,
B. BUDIDAYA LAUT 5.578,1 Yaitu kawasan yang diperuntukan bagi pertambangan baik kawasan sedang maupun akan
010 GANTARANG 1.680,40
segera dilakukan kegiatannya, sesuai dengan Ketetapan Departemen Energi dan Sumber Daya
020 UJUNG BULU 498,10
Mineral.
021 UJUNG LOE 1.654,80
Potensi Pertambangan yang dikelola dan dimanfaatkan oleh pemerintah daerah dan
030 BONTOBAHARI 1.744,80
masyarakat hanyalah bahan tambang galian golongan C seperti: Batu Gamping yang banyak
terdapat di Kecamatan Bontotiro, Bontobahari, Herlang dan Kajang; Tanah Liat yang terdapat
di Bialo (Kecamatan Ujungbulu), Kasuara (Kecamatan Ujungbulu) dan sungai Bijawang

Paket Bantuan Teknis Penyusunan RTRW Kabupaten Bulukumba IV - 26


LAPORAN AKHIR

(Kecamatan Ujung Loe), bahan ini dimanfaatkan untuk pembuatan batu bata; Pasir dan Batu Industri di Kabupaten Bulukumba pada tahun 2007 meliputi industri besar, sedang, kecil, dan
Kali yang banyak terdapat di sungai Bialo, Sungai Bijawang, sungai Balangtieng dan sungai industri rumah tangga. Berdasarkan jenis industri tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
Anyorang.
Sedangkan bahan galian yang ada di Kabupaten Bulukumba menurut penelitian yang ada a) Peruntukan industri besar;
dan belum dikelola secara maksimal, seperti: Bahan tambang galian B yaitu Batuan lava Ada 3 (tiga) jenis industri besar yang mempunyai produksi berbeda meliputi: industri
andesit yang mengandung bijih logam dasar dan logam mulia dan bahan tambang galian C pengolahan kapas, pengolahan karet dan
yaitu Kaolin, Batuan Beku, Tras dan Belerang. Bahan tambang berupa lava andesit yang pengolahan kayu.
mengandung bijih logam dasar dan logam mulia dalam bentuk cebakan primer (disseminated)  Industri Pengolahan Kapas PT Seko Fajar Cotton
yang ditemukan di Bontobulaeng Kecamatan Bulukumpa. Kenampakan logam tidak begitu  Industri Pengolahan Karet PT London Sumatera Tbk.
jelas namun dengan menggunakan loupe akan terlihat bintik-bintik mengkilap metalik sebagai  Industri Pengolahan Veneer PT Palopo Alam Lestari.
indikator bahwa lava tersebut mengandung bijih logam. Kaolin banyak dijumpai di Desa b) Peruntukan industri sedang
Sangkala dan sapiri Kecamatan Kajang. Jumlah industri sedang yang ada sebanyak 6 (enam) buah yang terdiri dari: 3 (tiga) industri
Batuan Beku banyak dijumpai di daerah Bangkengbukit dan umumnya dimanfaatkan pembuatan Perahu/Kapal yang berlokasi di Kecamatan Bontobahari yakni Desa Ara, Desa
sebagai bahan bangunan. Tras banyak ditemukan di Kelurahan Tanete Kecamatan Bulukumpa, Bira dan
bahan galian ini dapat dimanfaatkan untuk bahan dasar pembuatan semen puzolan dan Kelurahan Tanah Lemo sedangkan 3 (tiga) industri Pembuatan Batu Bata berlokasi di
pembuatan batako. Endapan belerang banyak ditemukan di sungai Ta’gentung dusun Kecamatan Ujungbulu, Kecamatan Ujungloe dan Kecamatan Gantarang.
AssipettungE dan Desa Kambuna di Kecamatan Bulukumpa dan dalam dunia industri belerang
dapat digunakan untuk pembuatan asam sulfat, dan batuan yang terindikasi mengand ung c) Peruntukan industri rumah tangga.
Belerang di AssipettungE dan Desa Kambuno lebih sesuai dimanfaatkan untuk industri Selain industri tersebut di atas terdapat pula industri Kecil dan Rumah Tangga
pembuatan cat dan tinta cetak. Penambangan Batu, Pasir dan Kerikil ini umumnya dilakukan meskipun jumlahnya berfluktuasi. Jumlah perusahaan yang termasuk industri kecil dan
oleh masyarakat secara kecil-kecilan (skala kecil) di sungai-sungai maupun di beberapa lokasi rumah tangga pada tahun 2007 adalah 3.111 perusahaan atau mengalami peningkatan 0,71%
bahan galian golongan C milik masyarakat. Kegiatan penambangan ini dilakukan dengan dibandingkan tahun 2006 yakni 3.089 perusahaan. Jumlah tenaga kerja tahun 2007 sebanyak
menggunakan peralatan yang sederhana, diantaranya sekop, cangkul, linggis dan sebagainya. 10.546 orang atau mengalami peningkatan 1,26% dibandingkan tahun 2006 yang hanya
4. Kawasan Perindustrian, 10.415 orang.
Yaitu kawasan yang diperuntukan bagi kegiatan industri, berupa tempat pemusatan kegiatan Jenis industri yang dominan umumnya bergerak dalam industri makanan, industri
industri, yang penetapannya memenuhi persyaratan lokasi industri, tersedia sumber air baku tekstil (termasuk industri pembuatan kain dan sarung tenun khas Bira dan Khas Kajang),
yang cukup, adanya sistem pembuangan air limbah, tidak menimbulkan dampak sosial negatif pakaian jadi, industri kayu dan logam.
yang berat, dan tidak terletak di kawasan tanaman pangan lahan basah yang beririgasi atau Industri kecil dan rumah tangga yang menjadi andalan di Kab. Bulukumba meliputi:
berpotensi untuk pengembangan irigasi, kawasan berfungsi lindung dan atau kawasan hutan Indsutri pengolahan jagung marning, industri pembuatan kain tenun Gambara khas Bira,
produksi. industri pembuatan kain tenun khas kajang, industri pengolahan gula kelapa, industri
pembuatan miniatur perahu phinisi dan lainnya.

Paket Bantuan Teknis Penyusunan RTRW Kabupaten Bulukumba IV - 27


LAPORAN AKHIR

5. Kawasan Pariwisata  Gua Passohara


Yaitu kawasan yang diperuntukan bagi kegiatan pariwisata, yang mempertimbangkan Terletak 1,3 km dari Kantor Desa Ara sebelah Arah Timur Laut. Gua tersebut dapat

keindahan alam dan panorama, dapat merupakan wilayah dimana kebudayaan masyarakatnya dijadikan sebagai tempat permandian dengan sumber air yang sangat jernih dimana di

bernilai tinggi dan diminati oleh wisatawan, dapat merupakan bangunan peninggalan budaya dalam gua tersebut orang dapat berenang sampai 30 orang bersamaan. Jaman dahulu gua

dan atau mempunyai nilai sejarah yang tinggi. ini merupakan tempat singgah dari para pelaut-pelaut yang melewati pantai Mandala Ria

Salah satu daerah tujuan wisata di Sulawesi Selatan setelah Kabupaten Tana Toraja adalah yang dijadikan sebagai tempat pengambilan bekal air minum dalam pelayaran

Kabupaten Bulukumba. Wilayah yang terletak di wilayah Selatan Sulawesi Selatan ini  Makam Samparaja Daeng Malaja (Karaeng Sapo Batu)

mempunyai potensi obyek wisata yang bisa dijadikan unggulan di Sulawesi Selatan. Lokasi makam Karaeng Sapo Batu (rumah batu) terletak di pantai Samboang Desa Tri Tiro

Yang dirinci meliputi kawasan: Kecamatan Bontotiro yang berjarak 44 km dari kota Bulukumba. Makam ini terletak

a) Peruntukan pariwisata budaya; ditengah-tengah pulau batu karang di tengah laut, pada saat air laut surut dapat ditempuh

 Kawasan Adat Amma Toa Kajang. dengan berjalan kaki dari pantai Samboang menuju bukit karang tetapi bila air laut mulai

Berkunjung ke Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba, belum lengkap tanpa pasang maka untuk kesana kita harus menggunakan perahu dengan jarak 200 m dari pantai

memasuki kawasan adat Ammatoa, mengunjungi peninggalan megalitik milik Samboang. Karaeng Sapo Batu adalah gelar yang dipakai oleh raja Tiro pertama yang

masyarakat kajang dan mempelajari kearifan lokal masyarakatnya dalam bernama Karaeng Samparaja Daeng Malaja. Diberi gelar Karaeng Sapo Batu karena

melestarikan budaya dan adat istiadatnya yang telah bertahan ratusan bahkan Karaeng Samparaja Daeng Malaja dimakamkan di tengah-tengah sebuah batu karang yang

ribuan tahun. Memasuki daerah ini akan dicirikan dengan berbagai macam seragam membentuk bukit karang kecil yang terpisah dengan induknya di tengah-tengah pantai

(pakaian, sarung dan penutup kepala) khas kajang yang serba hitam. Samboang yang tingginya 15 m.

Kawasan adat masyarakat Kajang berada dalam wilayah administrasi desa Tana  Situs Pua Janggo

Toa, berjarak 56 km dari kota Bulukumba. Karena letaknya yang berada di desa Tana Situs Pua Janggo terdapat di puncak bukit desa Bira berjarak 2 km dari obyek wisata pantai

Toa maka kawasan adat ini juga dikenal sebagai kawasan adat Tana Toa. Tanjung Bira. Keindahan panorama dari puncak Pua Janggo ini sangat istimewa, karena
kita dapat melihat lepas ke arah laut dengan latar Dermaga Bira dan Tanjung Bira yang
dikelilingi oleh bukit karang yang sangat indah. Keberadaan situs Pua Janggo tidak dapat
dipisahkan dari cerita masyarakat setempat, bermula ketika Bira yang sebagian besar
penduduknya bermata pencaharian sebagai nelayan, kedatangan seorang tokoh penyebar
agama Islam yang kemudian oleh masyarakat setempat lebih dikenal dengan sebutan Pua
Janggo. Nama asli Pua Janggo menurut beberapa sumber masih berbeda, ada yang
mengatakan bahwa nama sebenarnya adalah Abdul Halis bin Abdullah dan ada juga
sebagian orang yang mengatakan bahwa nama aslinya sebenarnya adalah Abdul Basir bin
Abdul Jalil. Bekas tempat bersemedi Pua Janggo yang terdapat di puncak Bira hanya
menyisakan pondasi bangunan yang beukuran 4 x 4 m, di areal tersebut hingga saat ini
hanya terdapat sebongkah batu andesit berbentuk silinder yang mirip dengan batu nisan

Paket Bantuan Teknis Penyusunan RTRW Kabupaten Bulukumba IV - 28


LAPORAN AKHIR

tipe gada dengan tinggi 75 cm dan diameter 20 cm. (Sumber : Spektrum Sejarah Budaya  Makam Launru Daeng Biasa (Karaeng Ambibia)
dan Tradisi Bulukumba; 2005) Makam Karaeng ambibia terletak di Kelurahan Eka Tiro Kecamatan Bontotiro yang
 Situs Karaeng Puang berjarak 44 km dari kota Bulukumba. Makam ini dikelilingi oleh batu-batu karang
Situs karampuang terletak di puncak bukit karampuang, yakni suatu bukit yang terletak di sepanjang 3 meter dengan nisan yang sangat sederhana berbentuk batu karang yang
Desa Barugae Kecamatan Bulukumpa yang berjarak 45 km dari kota Bulukumba. Di meruncing. Di lokasi makam karaeng Ambibia ini juga terdapat setumpuk batu yang
puncak bukit karampuang terdapat bangunan sederhana terbuat dari konstruksi kayu yang menurut keterangan warga sekitar bahwa batu tersebut merupakan tempat pelantikan raja-
dimitoskan oleh masyarakat sebagai makam Syekh Abdullahi. Konon, Syekh Abdullahi ini raja atau karaeng di Tiro. Sebelum pelantikan terlebih dahulu dimandikan atau disucikan di
merupakan murid sekaligus teman Dato Tiro, yang kemudian menjadi salah seorang tokoh sebuah tempat yang tidak jauh dari tempat pelantikan yang bernama “Ere Lebu”. Jalan
penyebar agama Islam di Bulukumpa. Di dalam bangunan sederhana tersebut terdapat menuju ke areal makam ini oleh pemerintah dan warga masyarakat diabadikan dengan
sebuah monolit yang dipercayai masyarakat setempat sebagai nisan Syekh Abdullahi. nama jalan palantikan.
(Sumber : Spektrum Sejarah Budaya dan Tradisi Bulukumba; 2005) Launru Daeng Biasa adalah Raja Tiro yang pertama kali memeluk agama Islam. Launru
 Makam Al Maulana Khatib Bungsu (Dato Tiro) Daeng Biasa atau Karaeng Tiro ini lebih dikenal oleh masyarakat Bulukumba (khususnya
Makam Al Maulana Khatib Bungsu terletak di Kelurahan Eka Tiro, Kecamatan Bontotiro, Bontotiro) sebagai Karaeng Ambibia. Ambibia merupakan bahasa Makassar dialeg konjo
Kabupaten Bulukumba. Makam ini berjarak 44 km dari kota Bulukumba, setiap hari yang artinya “gemetar” (seperti orang yang kedinginan). Gelaran ini diberikan oleh
makam ini banyak dikunjungi oleh para peziarah dari berbagai daerah di Sulawesi Selatan masyarakat karena konon riwayatnya bahwa saat pertama kali Launru Daeng Biasa
bahkan ada yang dari luar pulau seperti dari Sumatera dan Jawa. Dalam sejarah menerima ajaran Islam dari Al Maulana Khatib Bungsu (Dato Tiro) maka pada saat itu
penyebaran agama Islam di Sulawesi Selatan, nama Dato Tiro tidak bisa lepas dari seluruh tubuh Launru Daeng Biasa gemetaran seperti orang yang kedinginan.
perannya sebagai salah seorang penyebar agama Islam. Dato Tiro yang mempunyai nama
asli Al Maulana Khatib Bungsu datang ke Sulawesi Selatan bersama dua orang sahabatnya b) Peruntukan pariwisata alam;
yaitu: Khatib Makmur yang lebih dikenal dengan nama Dato ri Bandang dan Khatib  Pantai Pasir Putih Bira (Tanjung Bira)
Sulaiman yang lebih dikenal dengan Dato Patimang. Pada tahun 1604 M, Al Maulana Pantai pasir putih Bira adalah merupakan tempat wisata bahari, yang terletak di Desa Bira
Khatib Bungsu menyiarkan agama Islam di Tiro (Bulukumba) dan sekitarnya. Adapun raja Kecamatan Bontobahari berjarak 42 km dari Kota Bulukumba. Pantai ini terkenal dengan
yang pertama diislamkan dalam kerajaan Tiro adalah Launru Daeng Biasa yang bergelar pasir putihnya yang eksotik dan dikelilingi bukit karang yang agak menjorok ke pantai
Karaeng Ambibia. Launru Daeng Biasa adalah cucu ke empat dari Karaeng Samparaja membentuk tanjung dengan panorama pulau Liukang Loe. Pantai pasir putih Bira ini
Daeng Malaja yang bergelar Karaeng Sapo Batu yang merupakan raja pertama di Tiro. tergolong obyek wisata yang cukup ramai dikunjungi oleh wisatawan lokal, regional
Tidak ada informasi yang jelas kapan Dato Tiro wafat dan dimana tempatnya, namun yang maupun mancanegara. Pantai ini memiliki panorama laut dan bawah laut yang sangat indah
pasti di Dusun Hila-hila Kelurahan Eka Tiro Kecamatan Bontotiro ada sebuah makam yang sehingga banyak wisatawan yang berkunjung untuk melakukan aktifitas menyelam (Diving
dipercaya masyarakat sebagai makam Dato Tiro penyebar agama Islam pertama di & Surfing) untuk melihat keindahan alam bawah laut tersebut.
Kabupaten Bulukumba. (Sumber : Spektrum Sejarah Budaya dan Tradisi Bulukumba;
2005)

Paket Bantuan Teknis Penyusunan RTRW Kabupaten Bulukumba IV - 29


LAPORAN AKHIR

dimana dipantai Mandala Ria itulah dibangun 20 (dua puluh) buah perahu / kapal pendarat
di Irian Barat yang diberi nama ”Armada Semut” (1962). Pembangunan Kapal-kapal
tersebut dikerjakan oleh masyarakat Ara dibawah pimpinan Alm. Padudungi sebagai
Kepala Distrik Ara melalui Bupati Bulukumba A. Patarai yang diselesaikan dalam waktu
singkat selama 20 (dua puluh) hari. Peluncuran kapal-kapal itu dihadiri oleh Bapak Kol.
Ahmad Tahir (Mantan Menparpostel) yang pada waktu itu sebagai Kepala Staf Mandala
mewakili Bapak Brigjen TNI Soeharto. Konon kabarnya kapal pendarat tersebut berhasil
mendarat di Irian Barat. (Sumber: H. Mustari, Alm; 5 Mei 1991).
 Pantai Samboang
Pantai Samboang terletak di Kecamatan Bontotiro berjarak 45 km dari Kota Bulukumba,
memiliki pemandangan laut yang Indah dengan hamparan pasir putihnya. Di ujung pantai
tersebut atau yang lebih dikenal orang dengan nama Samboang Ujung, terdapat bongkahan
batu karang yang cukup besar yang terpisah dengan karang yang menjadi daratan (induk).
Gambar : Pantai Tanjung Bira di Kecamatan Bonto Bahari
Untuk menyambung karang ini terdapat jembatan kayu yang lebih menyerupai gazebo
dengan panjang 20 m menambah keindahan panorama tempat ini.
 Pantai Pasir Putih Lemo-Lemo
 Pulau Liukang Loe
Pantai Lemo-lemo terletak di Kecamatan Bontobahari berjarak 42 km dari Kota
Pulau Liukang Loe bisa terlihat dari Tanjung Bira, pulau ini merupakan pulau berpenghuni
Bulukumba, memiliki pemandangan laut yang indah dengan hamparan pasir putihnya yang
yang dapat ditempuh dengan perahu motor dari tanjung Bira kurang lebih selama 10 menit.
eksotis.
Pulau ini mempunyai pemandangan pantai dan dunia bawah laut yang sangat memikat.
 Pantai Mandala Ria
Banyak wisatawan lokal dan mancanegara yang melakukan aktifitas menyelam di pulau
Pantai Mandala Ria terletak di Kecamatan Bontotiro berjarak 45 km dari Kota Bulukumba
ini.
atau sekitar 2 km arah timur dari Kantor Desa Ara, pantai ini memiliki pasir putih
 Pulau Kambing
sepanjang 1,5 km dengan kawasan pantai seluas 15 Ha. Dalam wilayah pantai terdapat pula
Pulau Kambing bisa terlihat dari Tanjung Bira, pulau ini merupakan pulau tak berpenghuni
sebuah sumur yang dibawahnya terdapat gua yang dinamakan Gua Passohara. Pantai
yang dapat ditempuh dengan perahu motor dari Tanjung Bira kurang lebih selama 10 - 15
Mandala Ria dahulunya bernama ”Turungan Ara”, namun mandala ria diberi nama oleh
menit. Pulau ini mempunyai pemandangan dunia bawah laut yang sangat memikat. Banyak
Kepala Desa Ara yang pada waktu itu dijabat oleh H. Mustari (alm) yang diputuskan oleh
wisatawan lokal dan mancanegara yang melakukan aktifitas menyelam di pulau ini
Lembaga Masyarakat Desa (LMD) dan kemudian diresmikan oleh Bapak Bupati
 Permandian Alam Limbua.
Bulukumba yaitu Drs. H.M. Thamrin dalam suatu acara yang turut disaksikan oleh anggota
Permandian Limbua terletak di Kelurahan Eka Tiro Kecamatan Bontotiro tepatnya di tepi
Muspida Bulukumba pada tanggal 26 Maret 1990 di Pantai Mandala Ria – Ara.
pantai Limbua, yang berjarak 44 km dari kota Bulukumba. Di tempat ini terdapat sebuah
Adapun pemberian nama Mandala Ria adalah untuk mengenang fungsi dan peranan
mata air membentuk genangan air dalam bentuk telaga. Meskipun jarak mata air ini dekat
masyarakat Ara dalam memperjuangkan pembebasan Irian Barat dari penjajah Belanda
dengan garis pantai namun air yang memancar tidak terasa asin.
dibawah komando panglima mandala yang waktu itu dijabat oleh Brigjen TNI Soeharto,

Paket Bantuan Teknis Penyusunan RTRW Kabupaten Bulukumba IV - 30


LAPORAN AKHIR

 Permandian Sumur Panjang Hila-hila. Upacarapenebangan pohon dilakukan oleh seorang kepala tukang yang kemudian
Permandian alam Hila-hila ini terletak di Dusun Hilahila Kelurahan Eka Tiro Kecamatan diteruskan oleh Sahi (pekerja yang melaksanakan perintah dari punggawa).
Bontotiro berjarak 44 km dari kota Bulukumba. Permandian alam ini berbentuk sungai Sewaktu pengerjaan kalabiseang atau lunas perahu, lunas harus menghadap ke arah
yang mengalir. Permandian alam ini ramai dikunjungi wisatawan lokal. Dikisahkan pada timur laut, kepala tukang memotong kalabiseang dengan pahat, dan potongan
tahun 1604 M, yang mana pada saat itu terjadi musim kemarau panjang melanda kerajaan kayu tadi disimpan oleh kepala tukang selama proses pembuatan perahu
Tiro dan sekitarnya sehingga menyebabkan semua sumur dan mata air mengalami berlangsung dan baru akan diberikan kepada pemilik perahu setelah perahu telah selesai
kekeringan.. Masyarakat Tiro memberi nama air ini dengan air “zam-zam”nya Dato Tiro. dibuat. Perbuatan ini merupakan simbolisasi dari metaphor perahu sebagai anak dan
Lokasi aliran Air tersebut kemudian diberi nama Hilahila yang konon nama Hila-hila ini tukang sebagai Ibu, jika tukang tidak menyerahkan potongan kalabiseang kepada
berawal dari ucapan pertama yang disampaikan oleh Dato Tiro pada saat menyebarkan pemiliknya dianggap bahwa sang Ibu belum merelakan kelahiran anaknya.Tahap
agama Islam mengucapkan lafadz .......... “Lailahaillallah” yang artinya tidak ada tuhan selanjutnya setelah bahan baku pembuatan perahu lainnya telah dikumpulkan adalah
selain Allah, namun bagi masyarakat setempat waktu itu dianggap sebagai suatu lafadz membawa semua bahan baku (appaturung) tersebut ke galangan kapal (bantilan).
yang asing, maka kemudian yang dapat ditangkap oleh telinga mereka hanya kata “Hila- Proses selanjutnya adalah pembuatan lambung perahu yang disusun dari papan pangepe’,
hila”, sejak saat itulah nama kampung tersebut diberi nama Hilahila. (Sumber : Spektrum papan pangepe kemudian dirapatkan dengan singkolo dan dilapisi dengan lapisan anti
Sejarah Budaya dan Tradisi Bulukumba; 2005). air yang diambil dari bahan-bahan alami yang disebut baruk. Selanjutnya adalah
 Permandian Alam Bravo. pemasangan papan pertama (urusangkara), setelah urusangkara selesai selanjutnya
Lokasi permandian alam ini terletak di Desa Kindang Kecamatan Kindang yang berjarak adalah pembuatan sotting dan kanjai. Sotting, yaitu bentuk yang melengkung pada
22 km dari kota Bulukumba. Permandian alam ini dinamakan permandian Bravo atau biasa bagian haluan dan buritan perahu, sedangkan kanjai, yaitu papan sambunganyang
disebut permandian empat lima. Permandian alam ini menyuguhkan pemandangan air menempel pada sotting yang berfungsi untuk menguatkan konstruksi sotting. Tahap
terjun dari ketinggian 10 m. selajutnya adalah pemasangan papan terasa, yaitu dinding perahu bagian bawah yang
terdiri atas bilah-bilah papan lamma, yaitu papan yang berfungsi mengikat papan
c) Peruntukan pariwisata Buatan terasa. Papan inilah yang selanjutnya membentuk badan perahu, orang Ara percaya
 Pembuatan Perahu Phinisi. bahwa jumlah susunan lajur papan selalu ganjil sedangkan jumlah kepingan papan harus
Kabupaten Bulukumba terkenal sebagai daerah pembuat perahu phinisi genap. Setelah badan perahu selesai dibuat, kemudian kalabiseang yang akan
sehingga digelari “Bumi Panrita Lopi”, yang artinya Tempat bermukimnya ahli dijadikan sebagai lunas perahu kemudian diberi tari-taripang, yaitu ruas-ruas pada
pembuat perahu. Tempat pembuatan perahu phinisi di Kabupaten Bulukumba kalabiseang. Disinilah keunikan embuatan perahu phinisi, sebab rangka perahu
terdapat di Kecamatan Bontobahari tepatnya di Kelurahan Tanah Beru yang berjarak (soloro, kelu dan penyambung) baru dipasang setelah badan perahu selesai dibuat.
24 km dari kota Bulukumba. Di tempat inilah Perahu Phinisi Nusantara Teknologi pembuatan pada perahu modern, justru rangkalah yang lebih dahulu
dibuat, kemudian dilayarkan dan berhasil mengarungi Samudera Fasifik sampai ke dibuat sebelum badan perahu dipasang. Setelah proses pengerjaan rangka perahu
Vancauver Canada. selesai, selanjutnya adalah pemasangan kelengkapan kapal yang terdiri atas
Proses pembuatan perahu dimulai ketika seorang kepala tukang hendak proses pembuatan dan pemasangan tempat meletakkan kemudi (sangkilang),
menebang pohon yang digunakan untuk membuat lunas perahu atau kalabiseang. selanjutnya pembuatan tumpuan tiang agung (bangkeng selara), pembuatan dek, palka

Paket Bantuan Teknis Penyusunan RTRW Kabupaten Bulukumba IV - 31


LAPORAN AKHIR

dan kamar-kamar serta pemasngan layer dan tali-temali. Selanjutnya kapal Phinisi anak ikan, yang saat ini sangat kritis akibat ketidakarifan penangkap ikan yang menggunakan
siap untuk diarung ke laut dan berlayar memecah ombak ke Samudera Pasifik. Inilah jaring ukuran kecil, racun maupun bom. Pengembangan sektor pariwisata ini sangat strategis
salah satu obyek wisata yang memadukan antara wisata budaya dan wisata karena menghasilkan multi dampak baik positif maupun negatif. Sifat budaya yang dialektis
bahari yang ada di kabupaten Bulukumba. Pembuatan perahu jenis phinisi dan berpeluang terjadinya proses pelunturan atau pudarnya jati diri budaya lokal karena
kemampuan serta kekuatannya dalam mengarungi lautan sudah dibuktikan oleh masuknya budaya-budaya luar baik melalui para wisatawan maupun teknologi informatika
seniman-seniman pembuat perahu secara tradisional dengan teknologi maha dan komunikasi. Selain dari pada itu peningkatan aksesibilitas ke kawasan-kawasan
tinggi yang diturunkan secara turun temurun di masyarakat Ara, Bira, dan Tanah preservasi baik di darat maupun di laut juga dapat menurunkan kualitas lingkungan dan
Beru Kec. Bontobahari Kab. Bulukumba. Berawal dari proses pembuatan terganggunya habitat berbagai flora dan fauna langka mempunyai resiko semakin punahnya
Perahu Phinisi menjadi cikal bakal lahirnya seni tari oleh masyarakat Ara ragam hayati. Tentu saja berbagai dampak positif akan terwujud apabila sektor pariwisata ini
yang disebut ”Tari Panrita Lopi” atau Tari Pembuat Perahu, dan Tari Salonreng. ini dikembangkan secara aktif, diantaranya tumbuh berkembangnya lapangan kerja seperti
(Sumber : Spektrum Sejarah Budaya dan Tradisi Bulukumba; 2005). pemandu wisata, jasa transportasi, perhotelan, restauran, informasi, komunikasi, cindera
mata, kesenian, serta perdagangan jasa maupun produk lainnya yang bermuara ke
peningkatan ragam sumber dan volume pendapatan masyarakat lokal.
Kriteria kawasan pariwisata meliputi:
1. Kawasan yang secara teknis dapat digunakan kegiatan pariwisata serta tidak mengganggu
kelestarian budaya, keindahan alam, dan lingkungan.
2. Secara ruang apabila digunakan untuk kegiatan pariwisata mampu memberikan manfaat:
a. Meningkatkan devisa dan mendayagunakan investasi;
b. Meningkatkan perkembangan pembangunan lintas sektor dan sub sektor serta
kegiatan ekonomi sekitarnya;
c. Tidak mengganggu fungsi lindung;
d. Tidak mengganggu upaya pelestarian kemampuan sumber daya alam;
e. Meningkatkan pendapatan masyarakat;
f. Meningkatkan pendapatan nasional dan daerah;
g. Meningkatkan kesempatan kerja;
Beragam tujuan maupun obyek wisata dalam berbagai aspek seperti daya tarik keindahan h. Melestarikan budaya;
alam darat maupun laut, tersebar di kawasan perdesaan maupun perkotaan wilayah i. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Bulukumba. Secara umum obyek wisata alam Tanjung Bira merupakan ikon pariwisata
Kabupaten Bulukumba yang sudah dikenal secara mendunia. Kawasan ini sangat potensiil
dikembangkan menjadi ikon wisata bahari dengan keharusan usaha keras untuk
mengembangkan faktor aksesibilitas, akomodasi dan perlindungan terumbu karang dan anak-

Paket Bantuan Teknis Penyusunan RTRW Kabupaten Bulukumba IV - 32


LAPORAN AKHIR

6. Kawasan Permukiman, Fasilitas Pendidikan


Yaitu kawasan yang diperuntukan bagi permukiman yang mempunyai ketersediaan air, lokasi Pendidikan merupakan salah satu masalah penting yang menjadi perhatian pemerintah. Hal
terkait dengan kawasan hunian yang telah ada/berkembang, tidak terletak di kawasan ini dikarenakan tingkat pendidikan masyarakat dapat dijadikan sebagai salah satu indikator
pertanian. yang menunjukkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada pada suatu bangsa.
Yang dirinci meliputi kawasan: Apabila tingkat pendidikan semakin tinggi maka kualitas SDM yang ada juga akan semakin
 Peruntukan permukiman perkotaan bagus. Fasilitas pendidikan di Kabupaten Bulukumba telah tersedia untuk semua jenjang
Kawasan permukiman perkotaan pada umumnya mengikuti jaringan jalan yang telah ada, pendidikan dan tersebar hampir di setiap kecamatan, baik pendidikan dasar, menengah dan
hal ini mengingat aksessibilitas menjadi lebih tinggi. Sebagai akibatnya, kawasan atas, bahkan pendidikan. tinggi. Untuk tingkat pendidikan SD dan SLTP lokasinya relatif
permukiman perkotaan membentuk sistem linier yang memanjang sepanjang jalan, dan sudah tersebar di seluruh kecamatan, sedangkan untuk fasilitas SLTA masih terbatas di
mengingat jalan yang ada berada di sepanjang pantai di Kabupaten Bulukumba, maka beberapa kecamatan saja. Untuk itu perlunya perbaikan pada fisik bangunan Sekolah Dasar,
permukiman yang terbentuk adalah secara linier. Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Umum khususnya sekolah-sekolah yang
Oleh karena itu, untuk membatasinya maka pada pusat-pusat permukiman yang besar berada di daerah perdesaan di setiap kecamatan agar kegiatan belajar dan mengajarnya
seperti ibukota kabupaten dan ibukota kecamatan, pola permukiman dapat dibentuk berjalan dengan baik.
mengikuti konsep konsentrik, sebagai upaya efisiensi perjalanan dan antisipasi
pengembangan. Bagi kota yang semakin besar dapat direncanakan sebagai kota dengan
Fasilitas Peribadatan
mengikuti konsep banyak pusat atau multiple nuclei concept. Di Kabupaten Bulukumba terdapat beberapa jenis fasilitas peribadatan, yaitu Masjid, Gereja
Pengelolaan kawasan permukiman perkotaan diusahakan agar hanya memanfaatkan lahan- Protestan, Gereja Katolik. Hal ini menunjukkan bahwa kabupaten tersebut mempunyai
lahan yang kurang produktif, dapat melayani kebutuhan penduduknya, kerapatan dan keragaman dalam beragama. Adapun dilihat dari jumlahnya ditemukenali bahwa mayoritas
ketinggian bangunan yang sesuai, dan penyesuaian dengan sistem prasarana dan sarana penduduk Kabupaten Bulukumba beragama Islam. Sebaran mesjid dan surau tersebar hampir
dasar yang tersedia. di seluruh wilayah kecamatan yang ada, begitu juga dengan gereja Protestan, tetapi dengan
Berdasarkan hasil analisis, wilayah kecamatan dengan kepadatan penduduk tertinggi adalah jumlah yang sedikit, sedangkan gereja Katolik hanya terdapat di beberapa kecamatan saja..
2
Kecamatan Gantarang 68.835 jiwa/km , berikutnya adalah Kecamatan Bulukumpa 55.362 Pemeluk agama Hindu dan agama Budha tidak mempunyai tempat ibadah. Pemeluk agama
2 2
jiwa/km dan Kecamatan Kajang 45.473 jiwa/km . Budha berjumlah 181 orang yang mayoritas penduduk pendatang. Pemerintah daerah dan
pemeluk agama Budha dianjurkan bekerjasama dalam upaya pembuatan tempat ibadah.
PENGEMBANGAN FASILITAS UMUM KAWASAN PERKOTAAN Sehingga berdasarkan hasil perhitungan, sarana peribadatan untuk umat agama Islam sudah
Yang termasuk di dalam hierarkhi sarana dan prasarana yaitu sarana dan prasarana yang tercukupi. Untuk kebutuhan sarana peribadatan lainnya jumlahnya disesuaikan dengan
menjadi fasilitas penunjang permukiman seperti fasilitas kesehatan, fasilitas peribadatan, kebutuhan pemeluk agama tersebut, dimana jumlah pemeluk agama terus bertambahhingga
fasilitas pendidikan, dan perniagaan berdasarkan tingkatan pelayanan (skala pelayanan). akhir tahun rencana.

Paket Bantuan Teknis Penyusunan RTRW Kabupaten Bulukumba IV - 33


LAPORAN AKHIR

Fasilitas Kesehatan Fasilitas Perumahan


Pembangunan kesehatan menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia. Apabila Berdasarkan analisis sistem pusat permukiman di atas, ditemukenali sistem pusat-pusat
pembangunan kesehatan berhasil dengan baik, maka kesejahteraan rakyat juga akan permukiman eksisting di Kabupaten Bulukumba. Namun apabila dikaitkan dengan kebijakan
meningkat secara langsung. Selain itu, pembangunan kesehatan juga memuat mutu dan penataan ruang di atasnya, seperti RTRWN dan RTRW Provinsi, maka terdapat beberapa
upaya kesehatan yang sangat dipengaruhi oleh ketersediaan fasilitas kesehatan. Hal ini dapat sistem perkotaan yang harus diikuti. Seperti yang tercantum di dalam RTRWN, ibukota
diwujudkan dengan menciptakan akses pelayanan kesehatan dasar yang didukung oleh Kabupaten Bulukumba, ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) di lingkup wilayah
sumber daya yang memadai seperti rumah sakit, puskesmas, tenaga kesehatan, dan Provinsi Sulawesi Selatan. Lebih lanjut, seperti halnya RTRWN, di dalam RTRW Provinsi
ketersediaan dokter. Berdasarkan Kabupaten Bulukumba Dalam Angka Tahun 2008, tercatat Sulawesi Selatan 2009 – 2029. Bulukumpa merupakan PKW dan dilengkapi dengan hirarki
baru 1 (satu) rumah sakit yang ada di kabupaten tersebut, dan hanya berada di kota dibawahnya yaitu :
kecamatan. a. Bontobahari sebagai Pusat Pelayanan Kawasan (PPK )
Apabila dikaitkan dengan karakteristik wilayahnya yang merupakan kepulauan, maka b. Gantarang, Ujung Bulu, Ujung Loe, Bontotiro, Herlang, Kajang, Rilau Ale dan
keberadaan rumah sakit tersebut dirasakan belum memadai, apalagi bila dikaitkan dengan Kindang sebagai Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL)
tenaga medis dan peralatan rumah sakit. Untuk melayani penduduk di luar ibukota
kecamatan, fasilitas kesehatan yang ada umumnya adalah puskesmas dan puskesmas Selain hal tersebut, arah kecenderungan struktur tata ruang juga akan mengikuti perkembangan
pembantu serta posyandu. ekonomi, sosial budaya yang berkembang di setiap ibukota kecamatan di Kabupaten
Untuk itu adaya penambahan fasilitas pondok bersalin, apotek, dan sarana penunjang Bulukumba.
kesehatan seperti dokter, bidan, perawat yang didistribusikan secara merata di setiap Potensi perkebunan, perikanan dan pertambangan merupakan salah satu pemicu arah
kecamatan. kecenderungan yang akan membawa perkembangan bagi ibukota kecamatan di kabupaten
tersebut. Atas dasar tersebut, maka hirarki pusat permukiman di Kabupaten Bulukumba akan
Fasilitas Perekonomian mengalami perubahan dari hasil analisis skalogram dan indeks centralitas yang telah diperoleh.
 Dilihat dari lokasinya Kabupaten Bulukumba masih mempunyai kekurangan dalam Dengan mengacu kepada kedua pertimbangan di atas, maka sistem pusat permukiman di
aksesibilitas ke wilayah lain. Kendala alam, seperti laut dapat menjadi halangan dalam Kabupaten Bulukumba dirumuskan berdasarkan hal berikut:
pendistribusian barang dan orang antara kabupaten tersebut dengan wilayah lainnya a. Penetapan sistem pusat permukiman yang diarahkan oleh RTWN, yaitu Bulukumpa
terutama pulau-pulau sekitar. Kabupaten ini memiliki posisi yang strategis, diantara sebagai PKW dan RTRW Provinsi, yaitu Bontobahari sebagai PPK dan Gantarang, Ujung
Kabupaten Bantaeng, Sinjai dan Bone jalan poros pantai timur Sulawesi Selatan dan jalan Bulu, Ujung Loe, Bonto Tiro, Herlang, Kajang, Rilau Ale dan Kindang sebagai PPL);
timur barat yaitu poros Takalar, Jeneponto, Bantaeng, Bulukumba.Oleh karena itu Kegiatan b. Penetapan beberapa pusat permukiman sebagai pusat pelayanan wilayah sekitarnya dan
perdagangan dan jasa akan dipusatkan pada seluruh ibukota kecamatan dan jalur sesuai sebagai pusat pengumpul dan distribusi pengolahan sumber daya alam, seperti perkebunan,
dengan kondisi saat ini dengan skala pelayanan kota dan wilayah. perikanan dan pertambangan. Sistem pusat permukiman yang dibentuk adalah Pusat
 Pusat perdagangan dan jasa baru dikembangkan di sub pusat-sub pusat baru sesuai dengan Pelayanan Kawasan (PPK) dan Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) di bawah tingkatan
rencana struktur tata ruang yang telah disusun. PKW yang dibentuk oleh RTRW Provinsi Sulawesi Selatan.

Paket Bantuan Teknis Penyusunan RTRW Kabupaten Bulukumba IV - 34


LAPORAN AKHIR

 Persiapan rencana distribusi penduduk dan pengembangan perumahan dengan cara pengembangan pesisir dan kelautan yang besar sekaligus potensi kerusakan lingkungan.
peningkatan sarana dan prasarana di Kabupaten Bulukumba . Berbagai jenis kegiatan yang berkembang di wilayah pesisir dan kelautan Kabupaten
 Untuk menurunkan tingkat kepadatan pada ibukota kecamatan, dan beberapa Bulukumba meliputi kegiatan perikanan laut, pariwisata, perhubungan, industri,
kecamatan yang padat, untuk 20 tahun mendatang kepadatan penduduk diarahkan permukiman nelayan,serta pertahanan dan keamanan.
pada dan Klakah serta beberapa bagian di SSWP Jatiroto. Untuk menciptakan pengelolaan yang serasi antara pemanfaatan sumberdaya laut dan pesisir
 Pemerataan perkembangan infrastruktur penduduk dan infrastruktur penunjang dengan lingkungan, maka arahan bagi pengembangan kawasan pesisir dan kelautan
permukiman yang terencana. Kabupaten Bulukumba adalah sebagai berikut:

 Pemantauan perkembangan pembangunan perumahan tiap tahun. 1. Pengembangan perikanan tangkap (laut) di Kawasan Peraian pantai Kabupaten

 Penyusunan data informasi perumahan yang akurat melalui suatu sistem informasi. Bulukumba, yang meliputi Kecamatan Gantarang, Ujung Bulu, Ujung Loe, Bonto Bahari,
Bonto Tiro, Herlang, dan Kajang

 Peruntukan permukiman perdesaan. 2. Pengembangan kegiatan pertambakan udang di pantai Kabupaten Bulukumba yaitu

Kawasan permukiman perdesaan berada di seluruh wilayah kecamatan, terkonsentrasi pada Kecamatan Gantarang, Ujung Bulu, Ujung Loe dan Bonto Bahari.

wilayah-wilayah tertentu. Pada umumnya terletak di sekitar wilayah pertanian, utamanya 3. Pengembangan kawasan wisata bahari di Pantai Tanjung Bira dan wisata Pembuatan

perkebunan cengkeh dan kelapa. Jumlah kepala keluarga yang ada relatif sedikit, sehingga perahu Phinisi di Kecamatan Bonto Bahari.

prasarana dan sarana yang tersedia sangat terbatas, seperti fasilitas pendidikan hanya 5. Pengembangan pelabuhan, meliputi:

setingkat sekolah dasar. Pelabuhan Lappa’e, yang melayani ruas Bulukumba - Selayar
Pelabuhan Bira, yang melayani ruas Bira – Pamatata (Selayar), dan Bira – Bojo (NTT)

7. Kawasan Pesisir dan Kelautan 6. Pengembangan industri pengelolaan hasil perikanan laut dan darat di sentra-sentra

A. Tujuan Pengembangan perikanan.

1. Meningkatkan pemanfaatan sumberdaya pesisir dan kelautan bagi peningkatan 7. Upaya pelestarian lingkungan dengan penanaman kembali hutan – hutan mangrove dan

pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bulukumba. pelestarian terumbu karang terutama pada kawasan – kawasan yang rentan terhadap

2. Meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat, khususnya masyarakat nelayan. bahaya tsunami.

3. Menciptakan pengelolaan ruang yang terpadu bagi pemanfaatan sumberdaya laut dan
pesisir dengan kegiatan pelestarian lingkungan. C. Program Pencapaian Tujuan

B. Arahan Pengembangan Untuk mencapai tujuan pengembangan kawasan pesisir dan kelautan Kabupaten

Data sementara Kabupaten Bulukumba memiliki luas lautan kurang lebih 921,6 Km2 dan Bulukumba, program pengembangan yang dilakukan adalah:

panjang pantai perairan laut Kabupaten Bulukumba lebih kurang 132,5 Km2, termasuk 1 Mengembangkan prasarana dan sarana bagi peningkatan kegiatan perikanan, meliputi

perairan pantai sampai batas kearah laut sejauh 4 mil laut dari garis pantai. Kondisi fisik pelabuhan perikanan, prasarana transportasi dari lokasi sumberdaya laut ke lokasi koleksi

wilayah pesisir dan laut Kabupaten Bulukumba mulai dari wilayah administrasi Kecamatan dan distribusi, sarana transportasi laut, pengelolaan pembibitan ikan terpadu dan tempat

Gantarang, Kecamatan Ujung Bulu, Kecamatan Bonto Bahari, Kecamatan Bonto Tiro, pelelangan ikan.

Kecamatan Herlang, Kecamatan Kajang dan Kecamatan Ujung Loe memiliki potensi

Paket Bantuan Teknis Penyusunan RTRW Kabupaten Bulukumba IV - 35


LAPORAN AKHIR

2. Meningkatkan kualitas dan produksi tangkapan ikan melalui pengembangan teknologi


penangkapan ikan dan pengelolaan hasil tangkapan ikan yang lebih baik.
3. Meningkatkan prasarana dan sarana bagi permukiman nelayan
4. Mengembangkan kegiatan perikanan laut dan pertambakan rakyat
5. Meningkatkan produksi penangkapan ikan di zona ekonomi eksklusif
6. Mengembangkan prasarana dan sarana bagi pengembangan wisata bahari termasuk
pengembangan promosi pariwisata.
7. Meningkatkan penyediaan prasarana dan sarana pelabuhan sesuai dengan standar
pelayanan pelabuhan.
8. Pemberdayaan masyarakat pesisir dalam mengelola dan memelihara kelestarian
mangroove dan terumbu karang.

E. KAWASAN ANDALAN
Kawasan andalan adalah bagian dari kawasan budidaya, baik di ruang darat maupun ruang laut
yang yang pengembangannya diarahkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi bagi
kawasan tersebut dan kawasan di sekitarnya.
Berdasarkan PP 26 Tahun 2008 tentang RTRWN, kawasan andalan di wilayah Provinsi
Sulawesi Selatan salah satunya adalah Kawasan andalan Bulukumba-Watampone dan
sekitarnya dengan sektor unggulan pertanian, perkebunan, agroindustri, pariwisata, perikanan
dan perdagangan.
Kriteria Kawasan Andalan
Kawasan andalan minimal memenuhi fungsinya sebagai: (i) tempat aglomerasi pusat-pusat
permukiman perkotaan; (ii) pusat kegiatan produksi dan atau pusat pengumpulan/ pengolahan
komoditas wilayahnya dan wilayah sekitarnya; (iii) kawasan yang memiliki sektor-sektor
unggulan berdasarkan potensi sumber daya alam kawasan.

Paket Bantuan Teknis Penyusunan RTRW Kabupaten Bulukumba IV - 36

Anda mungkin juga menyukai