Anda di halaman 1dari 15

BAB I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia terdapat lebih dari 4.000 jenis ikan yang meliputi ikan laut, ikan payau,dan
air tawar. Sebagianbesar di antaranya dapat dikonsumsi secara aman. Ikan yaitu
makhluk vertebrata yang berdarah dingin, bernapas dengan insang dan bergerak
dengan sirip, yang hidup diperairan. Dari semua spesies, ikan memiliki bentuk tubuh
bagian luar yang berbeda-beda sehingga ikan dapat digolongkan dalam beberapa
bagian. Meskipun ikan memiliki bentuk tubuh yang bervariasi namun ikan
mempunyai bentuk dasar yang sama, yaitu caput, truncus dan cauda (Raharjo, 2000).
Ikan merupakan organisme akuatik yang memiliki organ yang kompleks.
Ikan adalah hewan berdarah dingin (poikiloterm) yang hidup di air, bertulang
belakang, bergerak menggunakan sirip, bernafas dengan insang dan memiliki linea
lateralis (gurat sisi) sebagai organ keseimbangan (Radiopoetro, 1991).
Tubuh ikan terdiri atas caput, truncus, dan cauda. Diantaranya tidak ada
pembatas yang nyata sebagai batas caput, truncus dan cauda. Sebagai batas antara
caput dan truncus yaitu tepi operculum dan batas antara truncus dan cauda yaitu
anus (Marshall, 1980).
Ikan nila bukan merupakan ikan asli indonesia, ikan predator yang bersifat
omnivora ini berasal dari Sungai Nil di Afrika Utara dan masih berkerabat dekat
dengan ikan mujair sehingga mempunyai sifat yang hampir sama (Sugiarto, 1988).
Sedangkan penyebaran ikan nila berasal dari perairan tawar di Afrika. Perkembangan
selanjutnya, ikan nila meluas dan dibudidayakan di berbagai negara, antara lain
Taiwan, Thailand, Vietnam, Bangladesh, dan Indonesia. Di kawasan Asia, daerah
penyebaran ikan nila pada mulanya terpusat di beberapa negara, seperti Philipina dan
Cina (Rukmana, 1997).
Ikan nila menjadi salah satu komuditas budidaya favorit dan konsumsi dan
tidak kalah dengan ikan lokal. Hal ini disebabkan karena Ikan nila (Oreochromis
niloticus) merupakan salah satu komoditas perikanan yang digemari masyarakat
dalam memenuhi kebutuhan protein hewani karena memiliki daging yang tebal serta
rasa yang enak. Ikan nila juga merupakan ikan yang potensial untuk dibudidayakan

1
karena mampu beradaptasi pada kondisi lingkungan dengan kisaran salinitas yang
luas. Selain itu, Ikan nila (Oreochromis niloticus) terkenal sebagai ikan yang tahan
terhadap perubahan lingkungan hidup. Ikan nila dapat hidup di lingkungan air tawar,
air payau, dan air asin (Suyanto, 2005).
Ikan nila adalah memiliki bentuk yang pipih kearah vertical (kompres),
bertulang belakang(vertebrata). Habitatnya perairan, bernafas dengan insang dan
mejaga keseimbangan tubuh menggunakan sirip. Sirip-sirip tersebut bersifat
poikilotermal. Oreochromis niloticus memiliki gelembung renang yaitu kantong
udara yang dapat digunakan untuk mengubah daya apung dan sebagai alat bantu
dalam bernafas. Selain memiliki endoskeleton, di bagian luar tubuh O. niloticus
dilindungi oleh eksoskeleton yang berupa sisik (squama) (Zander, 2009).
Oreochromis niloticus adalah hewan yang cukup banyak memiliki peranan penting
dalam kehidupan manusia, baik sebagai kebutuhan pangan maupun sebagai ikan
hias. Sehingga ikan nila merupakan hewan yang patut untuk di ketahui struktur
anatomi dan morfologinya.
Anatomi berasal dari bahasa yunani yang tersusun dari kata “ana” yang
berarti “susunan” dan “tome” yang berarti “memotong”, sehingga anatomi
merupakan salah satu cabang ilmu biologi yang mempelajari dan berhubungan
dengan struktur dan organisasi dari makhluk hidup (Brotowidjoyo, 1990).
Karena latar belakang tersebut maka dilakukan praktikum anatomi pisces
yang berfungsi untuk meningkatkan pengetahuan dibidang anatomi dan morfologi
ikan nila yang mana hal tersebut berguna untuk meningkatkan pengetahuan
/mengenai ikan nila bagi individu maupun kelompok. Sedangkan Manfaat yang
diperoleh setelah melakukan praktikum ini adalah mahasiswa biologi dapat
mengetahui struktur anatomi ikan nila serta jenis-jenis caudal dan sisik serta dapat
menjadi rujukan saat melakukan tugas akhir dan penelitian, metode yang digunakan
dalam praktikum ini adalah dilakukan dengan beberapa tahap agar mendapatkan
hasil yang relevan.

1.2 Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui dan memahami morfologi,
anatomi dan sistem yang bekerja pada tubuh Pisces.

2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Ikan (pisces) adalah anggota vertebrata yang berdarah dingin (poikiloterm) yang
hidup diair dan bernafas dengan insang. Ikan selalu berpindah-pindah hidupnya dri
air tawar ke laut atau sebaliknya disebut diadromous (Sukiya, 2005). Pada umumnya
tubuh ikan terbagi atas tiga bagian yaitu Caput (kepala), Truncus (badan), Cauda
(ekor) (Anjasari, 2010).
Bentuk dan letak mulut merupakan penyesuaian terhadap makan yang
menjadi kesukaannya, sehingga dapat digunakan untuk pendugaan food and feeding
behavior ikan. Menurut Lagler et.al (1997), mulut ikan dibagi menjadi 4 tipe yaitu
terminal (mulut terletak di ujung depan kepala), subterminal (mulut terletak di dekat
ujung kepala), superior (mulut terletak di bagian batas kepala) dan inferior (mulut
terletak di bagian bawah kepala).
Menurut Raharjo (2011), sisik merupakan rangka dermis karena sisik
dibentuk pada lapisan dermis. Fungsi dari sisik adalah sebagai pelindung tubuh dari
lingkungan yang membahayakan. Sisik pada umumnya keras seperti keping tulang
yang tipis. Berdasarkan bentuk dan bahan yang dikandung didalamnya sisik dapat
dibagi menjadi 5 jenis yaitu sisik ganoid (tersusun dari garan ganoid, bentuknya
sperti ketupat), sisik cosmoid (terdapat pada ikan fosil dan primitif), sisik placoid
(hampir berbentuk bunga mawar dengan dasar bulat atau bujur), sisik cycloid
(berbentuk bulat tranparan dan bagian belakang bersegi), dan sisik ctenoid (hampir
sama dengan sisik cycloid tetapi dilengkapi semacam gerigi).
Letak sirip perut terhadap sisip dada ikan terbagi menjadi 4 yaitu abdominal
(sirip perut terletak jauh dibelakang sirip dada), sub abdominal (sirip perut terletak
sedikit dibelakang sirip dada), toracic (sirip perut sejajar sisip dada) dan yogular
(sirip perut sedikit didepan sirip dada).
Kent (1954) membagi bentuk ekor ikan atas empat macam. Pembagian ini
berdasarkan perkembangan arah ujung belakang notochord atau vertebrae, yaitu
Protocercal (ujung belakang notochord atau vertebrae berakhir lurus), pada ujung
ekor, umumnya ditemukan pada ikan-ikan yang masih embrio dan ikan Cyclostomat
Heterocercal, ujung belakang notochord pada bagian ekor agak membelok ke arah
dorsal sehingga cauda terbagi secara tidak simetris, misalnya pada ikan cucut,

3
Homocercal, ujung notochord pada bagian ekor juga agak membelok ke arah dorsal
sehingga cauda terbagi secara tidak simetris bila dilihat dari dalam tetapi terbagi
secara simetris bila dilihat dari arah luar, terdapat pada Teleostei. Diphycercal, ujung
notochord lurus ke arah cauda sehingga sirip ekor terbagi secara simetris baik dari
arah dalam maupun dari arah luar,terdapat pada ikan Dipnoi dan Latimeria
menadoensis Pouyaud.
Menurut Saanin (1984), ikan nila Oreochromis niloticus mempunyai klasifikasi
sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Osteichtyes
Ordo : Permocophi
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesis : Oreochromis niloticus L.
Vernname : Nila
Ikan nila merupakan jenis ikan air tawar yang mempunyai nilai konsumsi
cukup tinggi. Bentuk tubuh memanjang dan pipih ke samping dan warna putih
kehitaman atau kemerahan. Sekarang ikan ini telah tersebar ke negara-negara di lima
benua yang beriklim tropis dan subtropis. Di wilayah yang beriklim dingin, ikan nila
tidak dapat hidup dengan baik (Sugiarto,1988).
Menurut Saanin (1968), ikan nila (Oreochromis niloticus) mempunyai ciri-
ciri bentuk tubuh bulat pipih, punggung lebih tinggi, pada badan dan sirip ekor
(caudal fin) ditemukan garis lurus (vertikal). Ikan nila dapat hidup di perairan tawar
dan menggunakan ekor untuk bergerak, sirip perut, sirip dada dan penutup insang
yang keras untuk mendukung badannya. Nila memiliki lima buah sirip, yaitu sirip
punggung (dorsal fin), sirip dada (pectoral fin), sirip perut (ventral fin), sirip anal
(anal fin), dan sirip ekor (caudal fin). Sirip punggungnya memanjang dari bagian atas
penutup insang sampai bagian atas sirip ekor. Terdapat juga sepasang sirip dada dan
sirip perut yang berukuran kecil san sirip anus yang hanya satu buah berbentuk agak
panjang. Sementara itu, jumlah sirip ekornya hanya satu buah dengan bentuk bulat.

4
Ikan nila merupakan ikan konsumsi yang hidup di perairan tawar, terkadang
ikan nila juga ditemukan hidup di perairan yang agak asin (payau). Ikan nila dikenal
sebagai ikan yang bersifat euryhaline (dapat hidup pada kisaran salinitas yang lebar).
Ikan nila mendiami berbagai habitat air tawar, termasuk saluran air yang dangkal,
kolam, sungai dan danau. Ikan nila dapat menjadi masalah sebagai spesies invasif
pada habitat perairan hangat, tetapi sebaliknya pada daerah beriklim sedang karena
ketidakmampuan ikan nila untuk bertahan hidup di perairan dingin, yang umumnya
bersuhu di bawah 21o C (Harrysu, 2012). Menurut Mudjiman (2004), ikan nila
(Oreochromis niloticus) adalah termasuk ikan pemakan campuran (omnivora).
Ikan nila mempunyai kemampuan tubuh secara normal pada kisaran suhu 14-
38oC dengan suhu optimum bagi pertumbuhan dan perkembangannya yaitu 25-30oC.
Pada suhu 14oC atau pada suhu tinggi 38oC pertumbuhan ikan nila akan terganggu.
Pada suhu 6oC atau 42oC ikan nila akan mengalami kematian. Kandungan oksigen
yang baik bagi pertumbuhan ikan nila minimal 4mg/L, kandungan karbondiosida
kurang dari 5mg/L dengan derajat keasaman (pH) berkisaran 5-9 (Amri, 2003).
Menurut Santoso (1996), pH optimum bagi pertumbuhan ikan nila yaitu antara 7-8
dan warna di sekujut tubuh ikan di pengaruhi lingkungan hidupnya. Bila dibudi-
dayakan di kolam (perairan dangkal).
Pada perairan alam dan dalam sistem pemeliharaan ikan, konsentrasi
karbondioksida diperlukan untuk proses fotosintesis ileh tanaman air. Nilai CO2
ditentukan antara lain oleh pH dan suhu. Jumlah CO2 di dalam perairan yang
bertambah akan menekan aktivitas pernapasan ikan dan menghambat pengikatan
oksigen oleh hemoglobin sehingga dapat membuat ikan menjadi stress. Kandungan
CO2 dalam air untuk kegiatan pembesaran ikan nila sebaiknya kurang dari 15mg/L
(Sucipto dan Prihartono, 2005).
Ikan nila tergolong ikan pemakan segala atau omnivora, karena ikan ini
sangat mudah dibudidayakan. Ketika masih benih, makanan ikan nila adalah
zooplankton (plankton hewan), seperti Rotifera sp. Monia sp. atau Daphnia sp.
Selain itu, juga memakan alga atau lumut yang menempel pada benda-benda di
habitat hidupnya. Ikan dewasa atau induk pada umumnya mencari makanan di
tempat yang dalam. Jenis makanan yang disukai ikan dewasa adalah fitoplankton,
seperti alga berfilamen atau organisme renik dalam air (Rukmana, 1997).

5
BAB III. PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum Struktur Hewan tentang Anatomi Pisces dilaksanakan pada hari Kamis, 6
September 2018 pada pukul 13.30-16.00 WIB,bertempat di Laboratorium Teaching
II, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Andalas.

3.2 Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan untuk praktikum anatomi pisces ini antara lain tissu
gulung, masker sarung tangan, cutter, gunting bedah, pinset, bak bedah, jarum
pentul, plastik, dan alat tulis. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu sepasang
Oreochromis niloticus.

3.3 Cara Kerja

Oreochromis niloticus dimatikan dengan cara dipukul bagian kepala atau bagian
Lateral Line. Kemudian diletakkan di atas bak bedah dan diamati morfologi ikan
tersebut. Lalu dibedah bagian abdomennya dan dikeluarkan seluruh organ yang
terdapat pada abdomen ikan dengan hati-hati dan direntangkan diatas kertas.
Pisahkan masing-masing organ berdasarkan sistemnya. Kemudian diamati otot dan
tulang ikan untuk diamati. Organ-organ yang ada pada ikan beserta bagian otot dan
tulang diamati. Catat dan gambarkan beserta keterangan semua bagian-bagian tubuh
ikan yang diamati pada buku kerja dan buku gambar.

6
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Morfologi Ikan Oreochromis niloticus


c f
g
a
b h
i
d
j
e
Gambar 1. Morfologi Ikan a. Bulbus oceli, b. Oral, c. Operculum, d. Pectoralis fin, e.
Abdominalis fin, f. Lateral line, g. Dorsal fin, h. Caudalis fin,
i. Analis fin dan j. Kloaka
Dari praktikum anatomi pisces didapati hasil bagian tubuh ikan secara umum
terdiri dari tiga bagian yaitu caput (kepala), truncus (badan), dan cauda (ekor).
Bagian caput terdapat bulbus oceli (bola mata), operculum (tutup insang), fovea
nasalis (cekung hidung), oral (mulut), rima oris (celah mulut), cavum oris (rongga
mulut) dan sungut. Bagian truncus terdapat linea lateralis (gurat sisi), p. dorsalis
(sirip punggung), p. pectolaris (sirip dada), p. abdominalis (sirip perut), dan p. analis
(dubur). Bagian cauda terdapat Pin caudalis (sirip ekor) yang berfungsi sebagai alat
gerak.
Menurut Lagler et.al (1997), bentuk dan letak mulut ikan dibagi menjadi 4
tipe yaitu terminal (mulut terletak di ujung depan kepala), subterminal (mulut
terletak di dekat ujung kepala), superior (mulut terletak di bagian batas kepala) dan
inferior (mulut terletak di bagian bawah kepala). Bedasarkan literatur tersebut maka
tipe mulut ikan nila adalah tipe terminal, karena mulut ikan nila terdapat diujung
hidung.
Kent (1954) membagi bentuk ekor ikan atas empat macam yaitu Protocercal
(ujung belakang notochord atau vertebrae berakhir lurus), Heterocercal, ujung
belakang notochord pada bagian ekor agak membelok ke arah dorsal sehingga cauda
terbagi secara tidak simetris, Homocercal, ujung notochord pada bagian ekor juga
agak membelok ke arah dorsal sehingga cauda terbagi secara tidak simetris.
Diphycercal, ujung notochord lurus ke arah cauda sehingga sirip ekor terbagi secara
simetris. Berdasarkan literatur tersebut maka ikan nila memiliki tipe ekor
Homocercal karena ekor ikan terlihat simetri.

7
4.2 Anatomi Ikan Oreochromis niloticus
4.2.1 Sistem Pencernaan Ikan Oreochromis niloticus
c
a
d
b
e

Gambar 2. Sistem pencernaan, a. Ventriculus, b. Vesica velea, c. Pancreas, d. Hepar,


e. Intestinum tenue, f. Intestinum crassum, g. kloaka
Dari praktikum dan pengamatan yang telah dilaksanakan didapati hasil
sistem pencernaan dari Orochromis niloticus terdiri atas organ-organ penting yaitu
Ventriculus (lambung), Vesica velea (empedu), hepar (hati), pancreas, intestinum
tenue (usus halus), Intestinum crassum (usus besar) dan kloaka.
Pencernaan adalah suatu proses penyederhanaan makanan melalui
mekanisme fisik dan kimiawi sehingga menjadi bahan yang mudah diserap dan
disebarkan ke seluruh tubuh melalui sistem perdaran darah. Bila diurut secara
berurutan dari awal makanan masuk ke mulut sampai ke proses pencernaan dan
selanjutnya sisa makanan yang tidak dicerna dibuang dalam bentuk feses melalui
kloaka, maka organ yang termasuk saluran pencernaan pada ikan terdiri atas mulut,
rongga mulut, tekak, kerongkongan, lambung, pylorus, usus, dan anus (Rahardjo,
2000).
Struktur saluran pencernaan ikan terdiri dari atas mulut, rongga mulut, faring,
esofagus, lambung, pilorus, usus, rektum, kloaka dan anus. Sementara struktur
kelenjar pencernaan meliputi hati, kantung empedu, dan pankreas. Pada proses
pencernaan terjadi proses penyederhaaan makan melalui bahn yang sedrhana dan
melarut yang dengan mudah dapat diserap dan diedarkan ke seluruh tubuh memlalui
sistem peredaran darah. Pencernaan terjadi secara fisik (mekanik), kimiawi, dan
biologi. Kombinasi inilah yang menyebabkan perubahan makanan dari yang asalnya
bersifat kompleks menjadi senyawa yang sederhana (Affandi, et.al., 2009)

8
4.2.2 Sistem Pernapasan ikan Oreochromis niloticus

b
a
c
d

Gambar 3. Sistem Pernapasan ikan a. Cor, b. Gill Rakers,

c. Gill Arch dan d. Gill Filaments


Dari praktikum yang dilakukan ikan bernapas dengan insang. Udara masuk
melalui mulut dan disaring oleh insang. Ikan mengambil oksigen yang terlarut dalam
air. Insang pada ikan memiliki bagian-bagian yaitu gill rakers (untuk menyaring air),
gill arch (penghubung gill rakers dan gill fimalen), dan gill filamen yang terdiri dari
beberapa lapisan.
Proses pernapasan pada ikan menggunakan insang. Sebagian besar insang
pada ikan dikelilingi oleh operculum (tutup insang) yang dapat menyaring air yang
masuk melalui mulut sehingga zat-zat yang berbahaya dapat dihindarkan. Ikan
mengambil oksigen terlarut dalam air dengan cara menyaring air yang masuk melalui
mulut dan mengambil oksigen yang terlarut dalam air menggunakan insang (Pough,
2005).
Insang hanya dimiliki oleh jenis ikan (pisces). Insang berbentuk lembaran-
lembaran tipis berwarna merah muda dan selalu lembab. Bagian terluar dari insang
berhubungan dengan air, sedangkan bagian dalam berhubungan erat dengan kapiler-
kapiler darah. Tiap lembaran insang terdiri dari filamen, dan tiap filamen
mengandung lapisan tipis (lamela) (Fujaya, 2008).
Insang merupakan organ respirasi pada ikan. Selain fungsinya dalam
pertukaran gas, insang juga berfungsi sebagai pengatur garam dan iar, pengeluaran
limbah-limbah yang mengandung nitrogen. Insang terletak di luar dan berhubungan
lansung dengan air sebagai media hidup ikan, maka organ inilah yang pertama kali
mendapat pengaruh apabila lingkungan air tercamar baik oleh pencemaran terlarut
maupun yang tersuspensi.

9
4.2.3 Sistem Urogenital ikan Oreochromis niloticus

Gambar 4. Sistem reproduksi a. Testis, dan b. Sistem urogenital (ginjal)


Dari praktikum yang dilakukan sistem reproduksi antara ikan nila jantan dan
betina berbeda yaitu ikan nila jantan memiliki testis yang berbentuk sperti huruf Y
dan sistem reproduksi ikan nila betina memiliki ovarium. Reproduksi adalah
kemampuan individu untuk menghasilkan keturunannya sebagai upaya untuk
melestarikan jenisnya atau kelompoknya. Kegiatan reproduksi pada setiap jenis
hewan air berbeda-beda, tergantung kondisi lingkungannya. Ikan termasuk hewan
heteroseksual, artinya antara ikan jantan dan betina dapat diketahui dengan jelas,
denga cara memijat bagian atas porus urogenital jantan, maka akan mengeluarkan
cairan putih susu, sedangkan ikan betina akan mengeluarkan cairan kekuning-
kuningan.
Gonad adalah bagian dari organ reproduksi pada ikan yang menghasilkan
telur pada ikan betina dan sperma pada ikan jantan. Ikan pada umumnya mempunyai
sepasang gonad dan jenis kelamin umumnya terpisah (Sukiya, 2005). Ikan memiliki
ukuran dan jumlah telur yang berbeda, tergantung habitat dan tingkah lakunya.
Sebagian ikan memiliki jumlah telur yang banyak namun dengan ukuran kecil
sebagai konsekuensi dari kelansungan hidupnyang rendah. Sebaliknya, ikan yang
memiliki jumlah telur yang sedikit dengan ukuran yang lebih besar kadang-kadang
memerlukan perawatan dari induknya (Fujaya, 2004).
Dasar yang dipakai untuk menentukan tingkat kematangan gonad dengan cara
morfologi ialah bentuk, ukuran panjang dan berat, waktu dan perkembangan isi
gonad yang dapat dilihat. Perkembangan gonad ikan betina lebih banyak
diperhatikan dari pada ikan jantan perkembangan diameter telur yang terdapat dalam
gonad lebih mudah dilihat daripada sperma yangter dapat di dalam testis (Moch.
Ichsan Effendie, 1997).

10
4.2.4 Sistem Otot Ikan Oreochromis niloticus

c
a d
e
f

b
g

Gambar 5. Sistem otot ikan a. Epaxial, b. Hepaxial, c. Supracarinalis,


d. Myoseptum, e. Red lateral muscle, f. Vertebrae, dan g. Infracarinalis
Dari praktikum yang dilakukan sistem otot pada ikan nila terbagi dua daerah
yaitu bagian dorsal (epaxial) dan bagian ventral (hepaxial). Berdasarkan prinsipnya
ikan mempunyai tiga macam otot berdasarkan struktur dan fungsinya yaitu otot
polos, otot lurik dan otot jantung. Secara umum dinding tubuh dan ekor ikan terdiri
dari myomere yang dibatasi oleh myosepta. Myomare dibagi atas epaxial dan
hepaxial yang dibatasi oleh septum horizontal. Serabut miring terletak superficial
terhadap masa hepaxial dengan arah ventrolateral .
Sistem otot merupakan bagian terluar ikan sebagai sistem pembalut tubuh
yang terdiri dari kulit, dan derivat-derivatnya (Yusnaini, dkk. 2013). Kulit sebagai
pembungkus pada ikan terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan luar epidermis dan
lapisan dalam dermis atau corium. Lapisan dalam dari epidermis merupakan
pertumbuhan sel yang aktif. Lapisan dermis berisi saluran darah, urat, saraf, organ
peraba dan jaringan penghubung lainnya. Lapisan dermis berperan dalam
pembentukan sisik dan erat kaitannya dalam pembentukan struktur integumen
(Manda, et.al, 2005)
Otot sangat penting bagi kehidupan ikan terutama dalam pergerakkan tubuh,
peredaran darah dan aktivitas tubuh, kegiatan utama tubuh ikan, disebabkan karena
keaktifan otot yang lebih sederhana jika dibandingkan jenis vertebrata lainnya.
Walaupun sususannya lebih sederhana ikan juga didapatkan jenis otot polos (licin),
otot bergaris atau otot jantung. Otot nampak merupakan suatu kesatuan, tetapi
sebenarnya tersusun dari blok utau daging (Buchar, 1991).

11
4.2.5 Sisten Rangka Ikan Oreachromis niloticus

b
a

c
Gambar 6. Sistem rangka ikan, a. Cranium, b. Vertebrate, c. Rusuk.
Dari praktiukum yang dilakukan sistem rangka pada ikan memberikan bentuk
serta menyokong berdirinya tubuh ikan dan melindungi bagian dalam tubuh ikan
seperti jantung dan usus ikan. Pada sepanjang tulang vertebrate tubuh tulang kerah
dorsal dan ventral. Tulang rusuk pada ikan berfungsi untuk melindungi organ dalam
ikan seperti usus, jantung dan lainnya.
Rangka pada ikan sama dengan vertebrata lainnya fungsinya yaitu untuk
menegakan tubuh, menunjang dan menegakkan tubuh. Pada beberapa ikan tulang
penyokong sirip termodifikasi menjadi penyalur sperma ke dalam reproduksi betina.
Menurut Cambell (2005), sistem rangka merupakan suatu sistem yang dibangun oleh
struktur-struktur keras dari tubuh yang sifatnya menyokong dan melindungi. Sistem
ini melindungi eksoskeleton dan endoskeleton. Berdasrkan fungsinya rangka ikan
dapat dibedakan menjadi rangka axial (yang mencakup tulsng tengkorak, tulang
punggung dan tulang rusuk), rangka visceral (yang meliputi semua bgian tulang
melengkung insang), dan rangka appendicular (yang meliputi sirip dengan pelekat-
pelekatnya).
Rangka terdiri dari tulang- tulang dan rawan-rawan yang menempel pada
tendon (jaringan penghubung seperti serat-serat putih yang menghubungkan urat
daging yang berisi struktur yang dapat digerkkan seperti tulang) dan ligamen
(jaringan serat kuat yang menghubungkan dua atau lebih tulang atau rawan yang
dapat digerakkan). Tulang-tulang penyusun rangka terbagi menjadi tiga bagian yaitu
rangka axial yang terdiri dari tulang tengkorak, tulang punggung dan tulang rusuk.
Kemudian rangka visceral terdiri dari seluruh tulang melengkung pada ikan. Serta
rangka appendicular terdiri dari sirip dan perekat-perekatnya Manda, et.al, 2005

12
BAB V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang di dapat dari praktikum yang di lakukan yaitu:


1. Karakter morfologi utama pada ikan Oreochromis niloticus terdiri dari caput
(kepala), truncus (badan), dan cauda (ekor). Secara spesifik morfologi dari
Oreochromis niloticus adalah Bagian caput ikan terdapat bulbus oceli (mata),
oral (mulut), fovea nasalis (hidung), serta operculum (tutup insang). Bagian
truncus terdapat linea lateralis (gurat sisi), squama (sisik) bertipe, pinna
dorsalis (sirip punggung), pinna pectoralis (sirip dada), pinna abdominalis (sirip
perut), pinna analis (sirip dubur), dan anus. Bagian cauda terdapat pinna
caudalis (sirip ekor) yang bertipe homocercal.
2. Anatomi ikan nila terdiri dari branchia (insang), cor (jantung), mesoneprhos
(ginjal), hepar (hati), Ventriculus (lambung), Vesica velea (empedu), hepar
(hati), pancreas, intestinum tenue (usus halus), Intestinum crassum (usus besar)
dan kloaka. Sistem organ dalam dari Oreochromis niloticus akan membentuk
suatu sistem seperti sistem Reproduksi, organ reproduksi terdiri dari ovarium
pada betina dan testis pada ikan jantan serta terdapat pula saluran genital. Pada
sistem respirasi organ-organnya terdiri dari Insang yang berbentuk lembaran-
lembaran, setiap lembaran insang terdiri dari filamen.

5.2 Saran

Sebaiknya praktikan lebih memahami lagi proses pembedahan ikan agar saat
pembadahan tidak ada organ yang rusak dan hati-hati dalam menggunakan benda-
benda tajam.

13
DAFTAR PUSTAKA

Affandi, R., Sjfei, DS, Raharjo, MF, Sutisno. 2009. Fisiologi Ikan: Pencernaan dan
Penyerapan makanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut
Pertnanian Bogor.

Anjasari, B. 2010. Pangan Hewani Fisiologi Pasca Mortem dan Teknologi. Graha
Ilmu: Yogyakarta

Amri K, Kharuman. 2003. Anatomi Ikan Nila. Agromedia Pustaka: Jakarta

Buchar, R. 1991. Ikhtiologi. Fakultas Perikanan. IPB: Bogor.

Brotowidjoyo, M. 1990. Zoologi Dasar . Erlangga: Jakarta

Cambell, Mitchel. 2005. Biologi Umum Edisi Kelima. Erlangga: Jakarta.

Fujaya, Y. 2004 . Fisiologi Ikan Dasar Pengembangan Teknologi Perikanan. Rineka


Cipta: Jakarta

Fujaya, Y. 2008. Fisiologi Ikan. PT Rineka Cipta: Jakarta

Harrysu. 2012. Budidaya Ikan Nila.: Kasinius: Yogyakarta

Kent, G.G. 1954. Comparative Anatomy of the Vertebrates. McGraw Hill Book
Company, inc: Newyork.
Lagler, et.at. 1997. Icthiology. John Wiley and Sons Inc: London.

Manda, et.al. 2005. Ichthyology. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas
Riau: Pekanbaru.

Marshall, dkk. 1980. Coral and Fish Cummunity Structure of Sommero Island,
Batangas, Philippines.

Moch. Ichsan Effendie. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Puskata Nusatama:


Yogyakarta.

Mudjiman, A. 2004. Makanan Ikan. Penebar Swadaya: Jakarta.

Pough, F., Harvey, C. M., Jans, J. B., Heiser. 2005. Vertebrare Life Seventh Edition.
Person Education Inc: USA.

14
Radiopoetro, dkk. 1991. Zoology. Erlangga: Jakarta

Rahardjo, 2000. Ichtyhologi. Institut Pertanian Bogor: Bogor. 97 hlm.

Rahardjo, M.F dkk, 2011. Ikhtiology. Lubuk Agung: Jakarta

Rukmana, H.R. 1997. Ikan Nila Budi Daya dan Prospek Agribisnis. Kanisius:
Yogyakarta.

Saanin, H. 1968. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan Jilid I. Binatjipta: Bandung.

Santoso, H. 1996. Budidaya Ikan Patin. Penebar Swadaya: Jakarta.

Sucipto, A dan Prihartono. 2005. Pembesaran Nila Merah Bangkok. Penebar


Swadaya: Jakarta.

Sugiarto. 1988. Teknik Pembenihan Ikan Mujair dan Nila, Edisi I. C.V. Simplex:
Jakarta. 1-7 ; 15-19.

Sukiya. 2005. Biologi Vertebrata. Universitas Negeri Malang: Malang.

Suyanto, S.R. 2005. Nila. Penerbit Swadaya: Bogor

Yusnaini, Wellem, Nadia, L. A. R. 2013. Ikhtiologi. Universitar Halu Oleo.

Zander. 2009. Morfologi dan Anatomi Ikan. PT.Rineka Cipta: Jakarta.

15

Anda mungkin juga menyukai