Anda di halaman 1dari 3

Pencederaan Demokrasi Indonesia

Karya: Ridwan Said Bone

Dikala senja menyapa dan kakiku terus


melangkah menghampiri sang lelaki yang
saat ini sudah tidak muda lagi yang
sedang duduk termenung diruang senja
keluarga. Lelaki itu ialah Ayahku. seperti
anak yang merindukan sentuhan lembut
motivasi yang ia dapatkan sejak aku kecil
hinga dewasa, menjadikan diskusi
sebagai wadah komunikasi yang ringan
namun bermanfaat tentunya, senja itu aku
bukan hanya sekedar duduk, melainkan
menyapa “Sedang apa ayahku ?” dengan
jeda yang cukup lama Ayahku hanya
menjawab dengan sebuah senyuman,
yang mengigatkanku akan kasih tulusnya
orangtuaku.

Ayahku balik menyapaku dengan sebuah


pertanyaan “Apakah kau tahu nak, apa
yang sedang terjadi di negeri ini ?”,
“Rupiah yang semakin melemah,
kenaikan harga BBM, HAM, Korupsi dan
lain sebagainya” jawabku. “Kau benar
nak, namun kurang tepat, Negara kita
ialah negara yang menganut paham
demokrasi, tetapi demokrasi itu seakan
hanya sebuah kata yang hampir tak
pernah di rasakan oleh rakyat kalangan
menengah kebawah , sehingga para
penguasa secara sadar telah menjalankan
sebuah sistem yang berujung pada
tercederainya arti kata demokrasi itu
sendiri. Akupun mulai bertanya tanya apa
maksud dari diskusi yang cukup rumit ini,
aku perlahan mulai memainkan peran
sebagai audiens dan mengajukan sebuah
pertanyaan, apa yang ayah maksud
dengan para penguasa yang telah
mencedarai arti demokrasi itu.
Ayah pun menjawab , ayah pernah
membaca sebuah buku yang menjelaskan
tentang letak dasar demokrasi yang
tertuang dalam visi bangsawan romawi
dan di kenal dengan “SOLON”. Yaitu
tujuan demokrasi atau letak dasar
demokrasi ialah untuk menetapkan aturan
aturan dasar untuk menanggulangi secara
sah tindakan tindakan para penguasa
yang melampaui kewewenangan mereka
. akupun mulai tertarik dengan isi diskusi
ini , dan mulai membeikan pendapatku.
Berarti para pemimpin yang menjalankan
sisitem demokrasi ini telah menjadikan
kuasa mereka untuk kepentingan pribadi
mereka sendiri.
Ya, benar sekali nampaknya kamu telah
paham dengan maksud ayah nak, para
pemimpin yang sedang menduduki tahta
tertinggi terus mengikis keadilan dan
menjadikan demokrasi itu seakan
menjadi sebuah dasar hukum yang seakan
akan sangat mudah disalahgunakan oleh
para penguasa negri ini. Jadi, hal kuat
yang mendasari permasalahan ini
merupakan cikal bakal dari tercederainya
demokrasi, “jawabku”. Adindaku engkau
telah mengetahui inti dari hancurnya
demokrasi di negri ini. Namun, ayah
berharap seatu hari nanti engkau dapat
menjadi penerang dan penunjuk jalan,
sehingga engkau dapat menjadi orang
yang kembali meletakkan dasar dasar
demokrasi di negri ini.

Memang kita perlu persatuan bangsa ini,


namun jangan lupa adinda satu pemuda
yang berniat membawa negri ini di
puncak kejayaan niscaya tuhan akan
selalu berada sangat dekat dengan
pemuda itu. Akupun terdiam dan air
mata ku pun mulai turun. Mengapa
seorang yang tak muda lagi mampu
memikirkan hal yang tak pernah kita
pikirkan sebelumnya , apakah yang salah,
kemana para generasi emas indonesia
apakah mereka sibuk dengan pendidikan
mereka ,padahal ini merupakan
pendidikan yang ia harus tuntaskan ,
atau para generasi sibuk dengan menata
masa depan mereka, padahal ini
merupakan bagian kecil dari masa depan
mereka juga. Apakah mereka lupa siapa
yang mampu menjaga utuh NKRI selain
mereka. Marilah sahabat
seperjuanganku kita kenang kembali
sumpah pemuda 28 oktober 1928 yang
menjadi pembakar semangat setiap titik
darah para pemuda indonesia .

Anda mungkin juga menyukai