melangkah menghampiri sang lelaki yang saat ini sudah tidak muda lagi yang sedang duduk termenung diruang senja keluarga. Lelaki itu ialah Ayahku. seperti anak yang merindukan sentuhan lembut motivasi yang ia dapatkan sejak aku kecil hinga dewasa, menjadikan diskusi sebagai wadah komunikasi yang ringan namun bermanfaat tentunya, senja itu aku bukan hanya sekedar duduk, melainkan menyapa “Sedang apa ayahku ?” dengan jeda yang cukup lama Ayahku hanya menjawab dengan sebuah senyuman, yang mengigatkanku akan kasih tulusnya orangtuaku.
Ayahku balik menyapaku dengan sebuah
pertanyaan “Apakah kau tahu nak, apa yang sedang terjadi di negeri ini ?”, “Rupiah yang semakin melemah, kenaikan harga BBM, HAM, Korupsi dan lain sebagainya” jawabku. “Kau benar nak, namun kurang tepat, Negara kita ialah negara yang menganut paham demokrasi, tetapi demokrasi itu seakan hanya sebuah kata yang hampir tak pernah di rasakan oleh rakyat kalangan menengah kebawah , sehingga para penguasa secara sadar telah menjalankan sebuah sistem yang berujung pada tercederainya arti kata demokrasi itu sendiri. Akupun mulai bertanya tanya apa maksud dari diskusi yang cukup rumit ini, aku perlahan mulai memainkan peran sebagai audiens dan mengajukan sebuah pertanyaan, apa yang ayah maksud dengan para penguasa yang telah mencedarai arti demokrasi itu. Ayah pun menjawab , ayah pernah membaca sebuah buku yang menjelaskan tentang letak dasar demokrasi yang tertuang dalam visi bangsawan romawi dan di kenal dengan “SOLON”. Yaitu tujuan demokrasi atau letak dasar demokrasi ialah untuk menetapkan aturan aturan dasar untuk menanggulangi secara sah tindakan tindakan para penguasa yang melampaui kewewenangan mereka . akupun mulai tertarik dengan isi diskusi ini , dan mulai membeikan pendapatku. Berarti para pemimpin yang menjalankan sisitem demokrasi ini telah menjadikan kuasa mereka untuk kepentingan pribadi mereka sendiri. Ya, benar sekali nampaknya kamu telah paham dengan maksud ayah nak, para pemimpin yang sedang menduduki tahta tertinggi terus mengikis keadilan dan menjadikan demokrasi itu seakan menjadi sebuah dasar hukum yang seakan akan sangat mudah disalahgunakan oleh para penguasa negri ini. Jadi, hal kuat yang mendasari permasalahan ini merupakan cikal bakal dari tercederainya demokrasi, “jawabku”. Adindaku engkau telah mengetahui inti dari hancurnya demokrasi di negri ini. Namun, ayah berharap seatu hari nanti engkau dapat menjadi penerang dan penunjuk jalan, sehingga engkau dapat menjadi orang yang kembali meletakkan dasar dasar demokrasi di negri ini.
Memang kita perlu persatuan bangsa ini,
namun jangan lupa adinda satu pemuda yang berniat membawa negri ini di puncak kejayaan niscaya tuhan akan selalu berada sangat dekat dengan pemuda itu. Akupun terdiam dan air mata ku pun mulai turun. Mengapa seorang yang tak muda lagi mampu memikirkan hal yang tak pernah kita pikirkan sebelumnya , apakah yang salah, kemana para generasi emas indonesia apakah mereka sibuk dengan pendidikan mereka ,padahal ini merupakan pendidikan yang ia harus tuntaskan , atau para generasi sibuk dengan menata masa depan mereka, padahal ini merupakan bagian kecil dari masa depan mereka juga. Apakah mereka lupa siapa yang mampu menjaga utuh NKRI selain mereka. Marilah sahabat seperjuanganku kita kenang kembali sumpah pemuda 28 oktober 1928 yang menjadi pembakar semangat setiap titik darah para pemuda indonesia .