Anda di halaman 1dari 30

LABORATORIUM PILOT PLANT

SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2016/2017

PRAKTIKUM HEAT EXCHANGER


MODUL : Shell and Tube Heat Exchanger dan Double Pipe Heat Exchanger
PEMBIMBING : Ir. Emma Hermawati, MT

Praktikum : 29 Oktober 2016

Penyerahan Laporan : 06 Oktober 2016

Oleh:
Kelompok : V dan VI
Nama : 1. Ghifaris Vasha Irhamsyah 141424013
2. Ghina Fauziyyah 141424014
3. Gian Mardhiansyah 141424015
4. Hasna Amatullah Hanifa 141424016
5. Ilham Dwi Shaputra 141424017
Kelas : 3A

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV TEKNIK KIMIA PRODUKSI BERSIH


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2016
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Alat penukar panas (Heat Exchanger) merupakan suatu alat yang sangat
penting dalam proses pertukaran panas. Alat tersebut berfungsi untuk memindahkan
panas antara dua fluida yang berbeda temperatur dan dipisahkan oleh suatu sekat
pemisah.
Alat penukar panas ada berbagai tipe dan model. Secara garis besar terbagi
menjadi tiga macam, yaitu plate heat exchanger, shell and tube heat exchanger, dan
double pipe heat exchanger. Masing-masing jenis digunakan berdasarkan keperluan
dan pertimbangan teknis dan ekonominya, begitupula dengan ukuran kapasitasnya.
Jenis shell and tube merupakan jenis yang paling banyak digunakan dalam
industri perminyakan. Alat ini terdiri dari sebuah shell (tabung/slinder besar) dimana
didalamnya terdapat suatu bandle (berkas) pipa dengan diameter yang relative kecil.
Jenis double pipe adalah yang paling sederhana, sehingga efektif digunakan
untuk laju alir massa yang tidak terlalu besar. Kelebihan lain adalah mudah
dioperasikan dan konstruksinya yang sederhana memudahkan dalam pembuatannya,
juga murah harganya. Model alirannya yang sekali lewat membuat pressure drop yang
rendah.

1.2 Tujuan
a. Shell and Tube Heat Exchanger
1) Memahami cara kerja peralatan shell and tube heat exchanger
2) Menghitung koefisien perpindahan panas keseluruhan (U) dengan cara
neraca energi
3) Mengetahui pengaruh laju alir fluida terhadap koefisien pindah panas
keseluruhan
4) Menghitung efisiensi pindah panas dari kalor yang dilepas dan kalor yang
diterima fluida.
b. Double Pipe Heat Exchanger
1) Dapat mengoperasikan peralatan dan menguasai cara kerja double pipe heat
exchanger
2) Menghitung efisiensi kalor yang dilepas fluida panas terhadap kalor yang
diterima fluida dingin
3) Mengetahui pengaruh laju alir fluida terhadap koefisien pindah panas
keseluruhan (U)

II. DASAR TEORI

2.1 Heat Exchanger


Alat penukar panas atau Heat Exchanger (HE) adalah alat yang digunakan
untuk memindahkan panas dari sistem ke sistem lain tanpa perpindahan massa dan
bisa berfungsi sebagai pemanas maupun sebagai pendingin. Biasanya, medium
pemanas dipakai adalah air yang dipanaskan sebagai fluida panas dan air biasa
sebagai air pendingin (cooling water). Penukar panas dirancang sebisa mungkin
agar perpindahan panas antar fluida dapat berlangsung secara efisien. Pertukaran
panas terjadi karena adanya kontak, baik antara fluida terdapat dinding yang
memisahkannya maupun keduanya bercampur langsung (direct contact). Penukar
panas sangat luas dipakai dalam industri seperti kilang minyak, pabrik kimia
maupun petrokimia, industri gas alam, refrigerasi, pembangkit listrik. Salah satu
contoh sederhana dari alat penukar panas adalah radiator mobil di mana cairan
pendingin memindahkan panas mesin ke udara sekitar.

2.2 Tipe Aliran pada Alat Penukar Panas


Tipe aliran di dalam alat penukar panas ini ada 4 macam aliran yaitu :

1. Counter current flow (aliran berlawanan arah)


2. Paralel flow/co current flow (aliran searah)
3. Cross flow (aliran silang)
4. Cross counter flow (aliran silang berlawanan)

2.3 Jenis-jenis Penukar Panas


Jenis-jenis penukar panas antara lain:
1. Plate and Frame Heat Exchanger
2. Shell and Tube Heat Exchanger
3. Double Pipe Heat Exchanger
4. Adiabatic wheel heat exchanger
5. Pillow plate heat exchanger
6. Dynamic scraped surface heat exchanger
7. Phase – change heat exchanger

2.4 Prinsip Kerja Heat Exchanger

2.4.1 Prinsip dan Teori Dasar Perpindahan Panas


Panas adalah salah satu bentuk energi yang dapat dipindahkan dari suatu
tempat ke tempat lain, tetapi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan sama
sekali. Dalam suatu proses, panas dapat mengakibatkan terjadinya
kenaikan suhu suatu zat dan atau perubahan tekanan, reaksi kimia dan
kelistrikan.
Proses terjadinya perpindahan panas dapat dilakukan secara langsung,
yaitu fluida yang panas akan bercampur secara langsung dengan fluida dingin
tanpa adanya pemisah dan secara tidak langsung, yaitu bila diantara fluida panas
dan fluida dingin tidak berhubungan langsung tetapi dipisahkan oleh sekat-sekat
pemisah.

2.4.2. Perpindahan Panas Secara Konduksi


Merupakan perpindahan panas antara molekul-molekul yang saling
berdekatan antar yang satu dengan yang lainnya dan tidak diikuti oleh
perpindahan molekul-molekul tersebut secara fisik. Molekul-molekul benda
yang panas bergetar lebih cepat dibandingkan molekul-molekul benda yang
berada dalam keadaan dingin. Getaran-getaran yang cepat ini, tenaganya
dilimpahkan kepada molekul di sekelilingnya sehingga menyebabkan getaran
yang lebih cepat maka akan memberikan panas.

2.4.3. Perpindahan Panas Secara Konveksi


Perpindahan panas dari suatu zat ke zat yang lain disertai dengan
gerakan partikel atau zat tersebut secara fisik.

2.4.4. Perpindahan Panas Secara Radiasi


Perpindahan panas tanpa melalui media (tanpa melalui molekul). Suatu
energi dapat dihantarkan dari suatu tempat ke tempat lainnya (dari benda panas
ke benda yang dingin) dengan pancaran gelombang elektromagnetik dimana
tenaga elektromagnetik ini akan berubah menjadi panas jika terserap oleh benda
yang lain.

Gambar 1. Perpindahan Kalor pada Heat Exchanger

Pada dasarnya prinsip kerja dari alat penukar kalor yaitu memindahkan panas dari
dua fluida padatemperatur berbeda di mana transfer panas dapat dilakukan secara
langsung ataupun tidak langsung.
a. Secara kontak langsung
Panas yang dipindahkan antara fluida panas dan dinginmelalui permukaan kontak
langsung berarti tidak ada dinding antara kedua fluida.Transfer panas yang terjadi
yaitu melalui interfase / penghubung antara kedua fluida.Contoh: aliran steam pada
kontak langsung yaitu 2 zat cair yang immiscible (tidak dapat bercampur), gas-
liquid, dan partikel padat-kombinasi fluida.
b. Secara kontak tak langsung
Perpindahan panas terjadi antara fluida panas dandingin melalui dinding pemisah.
Dalam sistem ini, kedua fluida akan mengalir.

2.5 Penukar Panas Cangkang dan Buluh (Shell and Tube Heat Exchanger)
Alat penukar panas cangkang dan buluh terdiri atas suatu bundel pipa yang
dihubungkan secara parallel dan ditempatkan dalam sebuah pipa mantel (cangkang).
Fluida yang satu mengalir di dalam bundel pipa, sedangkan fluida yang lain mengalir
di luar pipa pada arah yang sama, berlawanan, atau bersilangan. Kedua ujung pipa
tersebut dilas pada penunjang pipa yang menempel pada mantel. Untuk
meningkatkan effisiensi pertukaran panas, biasanya pada alat penukar panas
cangkang dan buluh dipasang sekat (baffle). Ini bertujuan untuk membuat turbulensi
aliran fluida dan menambah waktu tinggal (residence time), namun pemasangan
sekat akan memperbesar pressure drop operasi dan menambah beban kerja pompa,
sehingga laju alir fluida yang dipertukarkan panasnya harus diatur.

Gambar 2. Shell and Tube Heat Exchanger

Jenis penukar panas shell and tube yang digunakan adalah 1 shell pass dan 2 tube
pass (1-2 Exchanger) seperti gambar dibawah ini.

Gambar 3. Skema Shell and Tube Heat Exchanger


Alat yang digunakan dalam praktikum mempunyai ukuran:
 Panjang pipa dan shell : 1200 mm
 Diameter shell : 375 mm
 Diameter pipa luar : 32 mm
 Diameter pipa dalam : 27,8 mm
 Jumlah sekat 13

Susunan pipa dalam shell dapat berbentuk in-line (a) dan staggered (b)

Gambar 4. Susunan Pipa dalam Shell

Sedangkan susunan pipa yang ada didalam alat yang digunakan adalah in-line
(a) dan ratio antara Sn/D = Sp/D = 1.25. Gambar profil temperatur dari penukar
panas ini adalah:

Gambar 5. Profil Temperatur dari Shell and Tube Heat Exchanger


2.6 Double Pipe Heat Exchanger
Penukar panas jenis ini adalah penukar panas yang tersusun dari pipa
ganda. Penukar panas jenis ini dapat dioperasikan dengan aliran co-current
maupun counter-current, baik fluida panas di anulus maupun dalam pipa yang
lebih kecil.

Gambar 6. Double Pipe Heat Exchanger

Mekanisme perpindahan kalor double pipe terjadi secara tidak langsung


(indirect contact type), karena terdapat dinding pemisah antara kedua fluida
sehingga kedua fluida tidak bercampur.

Gambar 7. Mekanisme Double Pipe Heat Exchanger


Gambar 8. Profil Temperatur dari Double Pipe Heat Exchanger

2.7 Menghitung Koefisien Pindah Panas Keseluruhan (U)


a. Menggunakan Neraca Energi
Q = 𝑈. 𝐴.△ 𝑇𝑚
𝑄
𝑈=
𝐴.△ 𝑇𝑚
△Tm = FT.△Tlm
Efisiensi kalor yang dipertukarkan:
𝑄2 (M. Cp.△ T)2
𝜂= = 𝑥 100 %
𝑄1 (M. Cp.△ T)1
Q2 = Kalor yang diberikan fluida panas (watt)
Q1 = Kalor yang diterima fluida dingin (watt)
A = Luas Permukaan (m2)
U = Koefisien Pindah panas Keseluruhan (W/m2.K)
△Tlm = Perbedaan Suhu logaritmik (K)
△ 𝑇1 −△ 𝑇2
△ 𝑇𝑙𝑚 =
△ 𝑇1
𝑙𝑛
△ 𝑇2
Untuk Aliran Counter-current
△T1 = Thi – Tco
△T2 = Tho – Tci

Untuk Aliran Co-current


△T1 = Tho – Tco
△T2 = Thi – Tci
Harga FT dapat diperoleh dari kurva dibawah :

Gambar 9. Grafik Hubungan Y terhadap FT

b. Menghitung (U) Menggunakan Persamaan Empiris


Untuk pipa sepanjang L:
𝑈= 1
1⁄ + △ 𝑋⁄ + 1⁄
ℎ𝑖. 𝐴𝑖 𝐾. 𝐴
𝑟 ℎ𝑜𝐴𝑜

1
𝑈= 𝑟𝑜
ln( 𝑟𝑖 )⁄
1⁄ + + 1⁄
ℎ𝑖. 2𝜋. 𝑟𝑖. 𝐿 𝐾. 2𝜋. 𝐿 ℎ𝑜. 2𝜋. 𝑟𝑜. 𝐿

hi = Koefisien pindah panas konveksi inside (W/m2.K)


ho = Koefisien pindah panas konveksi outside (W/m2.K)
K = Koefisien Konduksi (W/m.K)

Harga (ri,ro) dan L dapat diukur dari alat, harga K bahan SS-204 dapat
diperoleh dari buku referensi dan hi dan ho dihitung dari persamaan empiris.

Persamaan untuk menghitung hi


Untuk aliran laminer Nre < 2100
𝐷 1/3 𝑏 0,14
𝑁 = ℎ𝑖. 𝐷 [ ]
𝑁𝑈 = 1,86 [𝑁𝑅𝑒. 𝑁𝑃𝑟. ]
𝐾 𝐿 𝜇𝑤

Untuk aliran turbulen Nre> 6000 dan L/D > 60


1⁄ 𝑏
𝑁 = ℎ𝑖. 𝐷 = 0,027[𝑁 ] 0,8 3[ ] 0,14
𝑁𝑈
𝐾 𝑅𝑒 [𝑁𝑃𝑟]
𝜇𝑤

Koreksi harga hi apabila L/D < 60 ;


2 < (L/D) < 20
ℎ𝑖′ = 1 + 𝐷]0,7
[
ℎ𝑖 𝐿
20 < (L/D) < 60
ℎ𝑖′ 𝐷
= 1 + 6[ ]
ℎ𝑖 𝐿
Untuk Aliran transisi

Gambar 10. Grafik Aliran Transisi

Persamaan Untuk Menghitung ho

𝑁𝑁𝑢 = 𝐶. (𝑁𝑟𝑒)𝑚. (𝑁𝑃𝑟)1/3

a. Shell and Tube


Harga m dan C dapat diperoleh dari tabel dibawah:
Tabel 1. Harga m dan C pada Susunan Pipa di Shell and Tube
Harga D untuk menghitung Nre diperoleh dengan pendekatan :

4. 𝐴𝑒
𝐷=√
𝜋

Ae Adalah luas efektif yang dilewati fluida diantara pipa dalam anulus, yaitu
luas permukaan penempang shell dikurangi jumlah luas penampang semua
pipa.

b. Double Pipe
Tabel 2. Harga m dan C pada Susunan Pipa di Double Pipe

Nre m C
1-4 0,330 0,989
4 – 40 0,385 0,911
40 – 4.103 0,466 0,683
4.103 – 4.104 0,618 0,193
4.104 – 2,5. 105 0,805 0,0266

Untuk menghitung harga Nre diperlukan harga D efektif, yang bisa dihitung
dengan rumus :

4. 𝐴𝑛
𝐷=√
𝜋

Dengan An adalah luas anulus, yaitu luas penampang yang dialiri fluida diantara
dua pipa yang digunakan.
Alat penukar panas yang digunakan terdiri dari 2 pasangan ukuran pipa, yaitu:
a. Pasangan 1 terdiri dari pipa 2,5 in dan 1,5 1n Sch 40 dan panjang 1,5 m
b. Pasangan 2 terdiri dari pipa 2 in dan 1 in Sch 40 dan panjang 1,5 m
III. PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
a. Shell and Tube
1. Seperangkat alat shell and tube
2. Sumber steam
3. Fluida (air)
b. Double Pipe
1. Seperangkat alat DPHE
2. Gelas ukur, Ember plastik
3. Steam
4. Aliran air
3.2 Prosedur Kerja
a. Shell and Tube

Atur laju air dingin, lalu atur laju air


panas dengan menggunakan steam

Pastikan semua kerangka sudah siap

lakukan percobaan untuk variasi


aliran panas tetap dan aliran dingin
tetap. lakukan pengamatan setiap 5
menit sekali

b. Double Pipe
Mengatur kerangan disesuaikan dengan
pola alirannya, yaitu co-current atau
counter-current

Mengutamakan laju alir dingin dahulu


sebelum pengaturan air panas menggunakan
steam

lakukan percobaan untuk variasi aliran


panas tetap dan aliran dingin tetap. lakukan
pengamatan setiap 5 menit sekali
IV. PENGOLAHAN DATA
A. Shell and Tube

A.1 Laju Alir Fluida Panas Tetap

Laju Fluida Panas = 3 liter/jam


 Perhitungan △T1 dan △T2 Untuk Aliran Counter-current

Laju
Fluida Suhu (0C) △T1 = △T2 =
Dingin Thi – Tco Tho – Tci
(L/h) Thi Tho Tci Tco
2 66 34 22 30 11 10
3 66 33 22 36 12 9
4 60 33 24 38 14 7
5 60 32 24 38 15 6

 Perhitungan △ 𝑇𝑙𝑚
Laju Fluida △ 𝑻𝟏 △ 𝑻𝟏 −△ 𝑻𝟐
△ 𝑻𝟏 −△ 𝑻𝟐 𝒍𝒏 △ 𝑻𝒍𝒎 =
△ 𝑻𝟐 △ 𝑻𝟏
Dingin (L/h) 𝒍𝒏 △ 𝑻
𝟐
2 1 0.10 10.49
3 3 0.29 10.43
4 7 0.69 10.10
5 9 0.92 9.82

 Mencari Harga FT dapat diperoleh dari kurva dibawah :


Laju Fluida
𝐓𝐜𝐨−𝐓𝐜𝐢 𝐓𝐡𝐢−𝐓𝐡𝐨
Dingin Tco-Tci Thi-Tci Y= Thi-Tho Z= FT
𝐓𝐡𝐢−𝐓𝐜𝐢 𝐓𝐜𝐨−𝐓𝐜𝐢
(L/h)
2 12 23 0.52 13 1.08 0.87
3 12 24 0.50 15 1.25 0.70
4 9 23 0.39 16 1.78 0.67
5 9 24 0.38 18 2.00 0.63

 Perhitungan △Tm

Laju △ 𝑻𝟏 −△ 𝑻𝟐
△ 𝑻𝒍𝒎 =
Fluida FT △ 𝑻𝟏 △ 𝑻𝒎 = FT . △Tlm
Dingin 𝒍𝒏 △ 𝑻
𝟐
(L/menit)
2 0.87 10.49 9.1263
3 0.70 10.43 7.301
4 0.67 10.10 6.767
5 0.63 9.82 6.1866

 Perhitungan 𝑈
 Luas Permukaan
Panjang pipa dan shell (L) : 1200 mm
Diameter shell (D) : 375 mm
Luas Permukaan (A) = 𝜋DL
= (0.375𝑚)(1.2𝑚)
= 1.413 m2
 Perhitungan Q
m = .𝐹
Q = m.Cp. △T

Laju
Fluida ρ1 ρ2 m1 m2 Cp 1 Cp 2
△T1 △T2
Dingin (kg/m3) (kg/m3) (kg/h) (kg/h) (kJ/kg C) (kJ/kg 0C)
o

(m3/h)
0.002 11 10 999.68 999.68 2.00 2.00 4.191 4.192
0.003 12 9 999.58 999.85 3.00 3.00 4.189 4.194
0.004 14 7 999.33 999.96 4.00 4.00 4.187 4.198
0.005 15 6 999.19 999.99 5.00 5.00 4.186 4.2
Laju Fluida Qdingin Qpanas
η (%)
Dingin (L/h) (J) (J)
2 83813.2 92172.5 90.9308
3 113221 150741 75.1098
4 117539 234315 50.163
5 125999 313696 40.1659

Laju 𝑸
Fluida Qrata-rata U=
A (m2) △Tm 𝑨.△𝑻𝒎
Dingin (J) (J/m2 0C)
(L/h)
2 1.413 9.1263 88.021 6.82573
3 1.413 7.301 132.021 12.7973
4 1.413 6.767 176.008 18.4075
5 1.413 6.1866 219.975 25.164

A.2 Laju Alir Fluida Dingin Tetap

a. Laju Fluida Dingin Tetap = 3 liter/jam


 Perhitungan △T1 dan △T2 Untuk Aliran Counter-current

Laju
Fluida Suhu (0C) △T1 = △T2 =
Panas Thi – Tco Tho – Tci
(L/h) Thi Tho Tci Tco
2 47 38 24 36 36 8
3 48 38 24 36 30 16
4 49 38 26 35 22 16
5 50 36 26 35 22 18

 Perhitungan △ 𝑇𝑙𝑚
Laju Fluida △ 𝑻𝟏 △ 𝑻𝟏 −△ 𝑻𝟐
△ 𝑻𝟏 −△ 𝑻𝟐 𝒍𝒏 △ 𝑻𝒍𝒎 =
△ 𝑻𝟐 △ 𝑻𝟏
Panas (L/h) 𝒍𝒏 △ 𝑻
𝟐
2 28 1.50 18.62
3 14 0.63 22.27
4 6 0.32 18.84
5 4 0.20 19.93

 Mencari Harga FT dapat diperoleh dari kurva dibawah :


Laju Fluida Thi- Z=
𝐓𝐜𝐨−𝐓𝐜𝐢
Tco-Tci Thi-Tci Y= 𝐓𝐡𝐢−𝐓𝐡𝐨 FT
Panas (L/h) 𝐓𝐡𝐢−𝐓𝐜𝐢 Tho 𝐓𝐜𝐨−𝐓𝐜𝐢
2 8 44 0.18 36 4.50 0.66
3 14 44 0.32 28 2.00 0.82
4 14 36 0.39 20 1.43 0.85
5 14 32 0.44 14 1.00 0.88

 Perhitungan △Tm
Laju △ 𝑻𝟏 −△ 𝑻𝟐
Fluida △ 𝑻𝒍𝒎 =
FT △ 𝑻𝟏 △ 𝑻𝒎 = FT . △Tlm
Panas 𝒍𝒏
△ 𝑻𝟐
(L/menit)
2 0.66 18.62 12.29
3 0.82 22.27 18.26
4 0.85 18.84 16.01
5 0.88 19.93 17.54

 Perhitungan 𝑈
 Luas Permukaan
Panjang pipa dan shell (L) : 1200 mm
Diameter shell (D) : 375 mm
Luas Permukaan (A) = 𝜋DL
= (0.375𝑚)(1.2𝑚)
= 1.413 m2
 Perhitungan Q
m=.𝐹
Q = m.Cp. △T

Laju
Cp 1 Cp 2
Fluida △T1 △T2 ρ1 ρ2 m1 m2
(kJ/kg (kJ/kg
Panas (0C) (0C) (kg/m ) (kg/m3)
3
(kg/h) (kg/h) 0C) oC)
(m3/h)
0.002 36 8 993.73 999.91 1.98746 1.99982 4.178 4.213
0.003 30 16 995.71 999.03 2.98713 2.99709 4.178 4.185
0.004 22 16 997.86 999.03 3.99144 3.99612 4.181 4.185
0.005 19 18 998.49 998.68 4.99245 4.9934 4.182 4.183

Laju Fluida
Qdingin (J) Qpanas (J) η (%)
Panas (L/h)
2 67401.93 298929.9 22.54774
3 200685.1 374406.9 53.60082
4 267580.2 367140.6 72.88221
5 375973.1 396690.1 94.77753

Laju 𝑸
Fluida Qrata-rata U=
A (m2) △Tm 𝑨.△𝑻𝒎
Panas (J) (J/m2 0C)
(L/h)
2 1.413 12.29 183166 10550.4
3 1.413 18.26 287546 11143
4 1.413 16.01 317360 14024.5
5 1.413 17.54 386332 15586.9
Grafik 4.1.1 Hubungan Koefisien Pindah Panas Keseluruhan terhadap Laju Alir Fluida
Panas Tetap

30

25

20
U (J/m2K)

15

10

0
0 1 2 3 4 5 6
Laju Alir (L/h)

Grafik 4.1.2 Hubungan Koefisien Pindah Panas Keseluruhan terhadap Laju Alir Fluida
Dingin Tetap

18000

16000

14000

12000
U (J/m2K)

10000

8000

6000

4000

2000

0
0 1 2 3 4 5 6
Laju Alir (L/h)
Grafik 4.1.3 Hubungan Efisiensi terhadap Laju Alir Fluida Panas Tetap

100
90
80
70
Efisiensi (%)

60
50
40
30
20
10
0
0 1 2 3 4 5 6
Laju Alir (L/h)

Grafik 4.1.4 Hubungan Efisiensi terhadap Laju Alir Fluida Dingin Tetap

100
90
80
70
Efisiensi (%)

60
50
40
30
20
10
0
0 1 2 3 4 5 6
Laju Alir (L/h)
B. Double Pipe
B.1 Data luas permukaan perpindahan panas

L (m) 1.4
d1 (m) 0.044
d2 (m) 0.116
Phi 3.14
A (m2) 0.193424
Deq (m) 0.072

B.2 Laju Fluida Panas Tetap


Laju fluida panas : 0.686 L/s
laju Nre Nre panas
aliran Thi Tho Tci Tco
dingin
1 71 35 24 32
2 74 34 24 32
1.006 4700.401
3 72 32 23 32
4 62 36 26 34 2159.631
5 60 36 25 34 4634.576
0.811
6 61 37 26 34

 Beda suhu
laju
Δt1 rata- Δt2 rata-
no aliran Δt1 Δt2 ΔTlm
rata rata
dingin
1 36 8
2 40 8
1.005882 39.75 8.5 46.64749
3 40 9
4 43 9
5 26 8
6 24 9
0.811429 24 8.25 33.96173
7 24 8
8 22 8
 Energi, effisiensi, & koefisien perpindahan panas
Laju
No Aliran Q1 Q2 Q η U
Dingin
1
2
1.005882 114.48 35.91 75.2 0.313679 8.33
3
4
5
6
0.811429 69.12 34.85382 51.99 0.504251 7.91
7
8

B.2 Laju fluida dingin tetap


Laju fluida dingin : 0.811

laju aliran Nre dingin Nre


No Thi Tho Tci Tco
panas panas
1 62 36 26 34
2 60 36 25 34 2309.122
0.686
3 61 37 26 34
4 58 36 26 34 3738.636
5 52 39 26 34
6 52 38 26 34 2403.104
0.606
7 53 38 26 35
8 55 37 27 35

 Beda suhu

laju aliran Δt1 rata- Δt2 rata-


no Δt1 Δt2 ΔTlm
panas rata rata
1 26 8
2 24 9
0.68571429 24 8.25 33.96173
3 24 8
4 22 8
5 13 8
6 14 8
0.60606061 15 8.25 25.9978
7 15 9
8 18 8
 Energi, effisiensi, & koefisien perpindahan panas

Laju Aliran
No Q1 Q2 Q η U
Panas
1
2
0.68571429 81.792 23.76 52.776 0.290493 8.03
3
4
5
6
0.60606061 51.12 23.76 37.36 0.464789 7.44
7
8
V. PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

5.1. Pembahasan
A. Shell and Tube
Alat penukar panas (heat exchanger) merupakan alat yang bisa
digunakan untuk memindahkan panas dari sistem ke sistem lain tanpa
perpindahan massa. Jenis alat yang dipakai adalah penukar panas jenis Sheel
and Tube Heat Exchanger dengan bagian 1 shell dan 2 tube pass (1-2
exchanger). Efisiensi penukar panas dapat ditingkatkan dengan dipasangkan
sekat (buffle) yang bertujuan untuk membuat aliran menjadi turbulen, sehingga
meningkatkan waktu tinggal aliran (residence time). Pada praktikum ini jenis
aliran yang digunakan adalah counter current, dimana aliran yang dialirkan
memiliki temperatur awal yang berbeda dan pada kondisi masukan dan keluaran
yang berlawan. Fluida panas mengalir di shell dan fluida dingin disepanjang
tube.
Dalam praktikum yang dikerjakan, dilakukan variasi laju alir panas
dengan variasi 2, 3, 4, & 5 L/menit serta laju alir fluida dingin tetap pada 3
L/menit serta variasi laju alir air dingin 2,3,4, & 5 L/menit dengan laju alir fluida
panas tetap 3L/menit. Data yang diamati yaitu suhu aliran panas masuk (Thi),
suhu panas aliran keluar (Tho), suhu aliran dingin masuk (Tci), dan suhu aliran
dingin keluar (Tco). Semua data tersebut diukur pada setiap variasi aliran, baik
variasi aliran dingin maupaun variasi aliran panas.
Berikut merupakan data efisiensi dan U (koefisien perpindahan panas)
dari variasi laju alir panas.

Laju Fluida
Qdingin (J) Qpanas (J) η (%)
Panas (L/h)

2 67401.93 298929.9 22.54774


3 200685.1 374406.9 53.60082
4 267580.2 367140.6 72.88221
5 375973.1 396690.1 94.77753
Laju 𝑸
Fluida Qrata-rata U=
A (m2) △Tm 𝑨.△𝑻𝒎
Panas (J) (J/m2 0C)
(L/h)
2 1.413 12.29 183166 10550.4
3 1.413 18.26 287546 11143
4 1.413 16.01 317360 14024.5
5 1.413 17.54 386332 15586.9

Berdasarkan data diatas dilakukan perhitungan effisiensi menggunakan


neraca energi. Menurut teori semakin besar laju alir dingin semakin besar
efiensi. Teori tersebut terbukti dengan meningkatnya laju alir panas maka
efisiensi pindah panas dari kalor yang dilepas dan kalor yang diterima fuida
semakin besar. Terlihat juga dalam grafik efisiensi terhadap laju alir berikut.

100

80
Efisiensi (%)

60

40

20

0
0 1 2 3 4 5 6
Laju Alir (L/h)

Pada variasi yang sama, kurva antara laju alir air panas dan koefisien
perpindahan panas keseluruhan menunjukkan bahwa semakin besar laju alir air
panas, semakin besar pula koefisien perpindahan panas. Artinya panas yang
diberikan semakin banyak. Dengan laju alir air dingin yang tetap 3 L/menit
dapat diketahui semakin besar laju alir air panas semakin besar pula
efisiensinya. Artinya panas yang diserap fluida dingin akan semakin banyak
dengan bertambahnya laju alir air panas. Hal ini sesuai dengan teori (Geankoplis
Fourth Edition, 2003). Terlihat dari grafik U terhadap laju alir berikut.
18000
16000
14000
12000

U (J/m2K)
10000
8000
6000
4000
2000
0
0 1 2 3 4 5 6
Laju alir (L/h)

Dalam percobaan dengan variasi laju alir air dingin serta laju alir air panas
tetap didapat data seperti berikut :

Laju Fluida Dingin


Qdingin (J) Qpanas (J) η (%)
(L/h)
2 83813.2 92172.5 90.9308
3 113221 150741 75.1098
4 117539 234315 50.163
5 125999 313696 40.1659

Laju 𝑸
Fluida Qrata-rata U=
A (m2) △Tm 𝑨.△𝑻𝒎
Dingin (J) (J/m2 0C)
(L/h)
2 1.413 9.1263 88.021 6.82573
3 1.413 7.301 132.021 12.7973
4 1.413 6.767 176.008 18.4075
5 1.413 6.1866 219.975 25.164

Nilai efisiensi pada percobaan variasi laju alir air dingin ini terlihat
menurun. Hal tersebut berbanding terbalik dengan nilai efisiensi pada variasi
laju alir air panas, artinya panas yang diserap oleh fluida dingin semakin
berkurang karena meningkatnya laju alir air dingin sementara laju alir air panas
tetap. Berikut merupakan grafik dari nilai efisiensi tersebut.
100

80

Efisiensi (%)
60

40

20

0
0 1 2 3 4 5 6
Laju Alir (L/h)

Sementara itu, nilai U (koefisien perpindahan panas) yang diperoleh


semakin meningkat berbanding lurus dengan laju alir yang divariasikan. Dari
data yang diperoleh menunjukkan bahwa semakin tinggi laju alir panas, panas
yang diberikan/dilepas fluida panas dan panas yang diterima/diserap fluida
dingin semakin tinggi juga, namun panas yang dilepas selalu lebih besar
dibandingkan dengan panas yang diserap, atau dengan kata lain ada energi yang
hilang, sedangkan menurut teorinya atau idealnya energi yang diberikan dalam
perpindahan panas harus sama dengan energi yang diterima. Hal ini dapat
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu diprediksi adanya kerak atau karat dalam
alat shell and tube sehingga menghalangi perpindahan panas. Selain itu juga
suhu steam yang diberikan tidak stabil dan sulit untuk dijaga pada kondisi suhu
tetap.

B. Double Pipe
Pada praktikum perpindahan panas menggunakan double pipe heat
exchanger. Dimana percobaan dilakukan dengan variasi laju alir fluida dingin
dan juga laju alir fluida panas. Pada percobaan ini, fluida dingin berupa air
bersuhu ruang, sedangkan aliran fluida panas berupa air panas yang berasal dari
air biasa yang dipanaskan dengan steam pada sebuah pemanas.
Pada rangkaian alat yang tersedia, sebenarnya terdapat dua buah double
pipe yang masing – masing ditujukan untuk melakukan percobaan dengan 2
jenis aliran yang berbeda, yaitu co-current serta counter current. Akan tetapi
diakibatkan pada rangkaian double pipe heat exchanger untuk aliran counter
current memiliki kekurangan, yaitu tidak terdapatnya saluran untuk
mengkalibrasi laju aliran fluida dingin, karena untuk kalibrasi aliran fluida
panas untuk kedua double pipe ini satu sumber yang dicabangkan, maka laju
alir fluida panas untuk perangkat dengan aliran counter current masih dapat
dikalibrasi, dengan mengatur valve yang dialiri oleh fluida panas. Maka dari itu,
percobaan ini hanya menggunakan pola aliran co-current.
Pada perangkat double pipe heat exchanger yang digunakan, memiliki
dimensi panjang 140 cm, diameter pipa bagian dalam 4.4 cm, dan diameter pipa
bagian luar 11.6 cm. Dengan dimensi yang ada, diameter efektif dari pipa bagian
luar sebesar 7.2 cm yang akan digunakan untuk menghitung nilai bilangan
reynold pada aliran fluida dingin. Sedangkan luas area pertukaran panas sebesar
0.193 m2. Serta nilai L/D untuk pipa luar sebesar 12.1 sedangkan L/D untuk
pipa dalam sebesar 31.82.
Pada variasi laju alir fluida dingin, dilakukan dengan laju alir fluida
panas sebesar 0.686 L/s dengan suhu rata – rata sebesar 73.25OC. Pada variasi
pertama, dengan laju alir fluida dingin sebesar 1.006 L/s, besarnya nilai
bilangan reynold sebesar 4700.4 dimana rezim alirannya pada posisi transisi;
dengan L/D di pipa luar sebesar 12.1, sedangkan pada referensi untuk aliran
transisi, grafik yang tersedia mulai pada L/D=60. Maka, perhitungan untuk
mendapatkan nilai perpindahan kalor, effisiensi, serta koefisien perpindahan
panasnya hanya menggunakan perhitungan neraca energi. Begitu pula pada
variasi kedua dengan laju alir fluida dingin 0.811 L/s. Dengan nilai
Nre=4634.58. begitu pula pada aliran fluida panas yang lajunya tetap pun, nilai
Nre-nya sebesar 2159.63. Alirannya pun pada rezim transisi. Dengan
perhitungan dengan menggunakan neraca energi, pada variasi pertama nilai
effisiensinya hanya 31.37% sedangkan untuk nilai koefisien perpindahan panas
keseluruhannya sebesar 8.33 W/m2.K. Pada variasi kedua, nilai effisiensi-nya
50.42% dengan nilai koefisien perpindahan panas keseluruhannya sebesar 7.91
W/m2.K.
Pada variasi laju alir fluida panas, dengan laju alir fluida dingin tetap,
laju fluida dingin sebesar 0.811 L/s dengan suhu 26OC, dengan nilai
Nre=3738.64. Pada variasi pertama, dengan laju aliran panas 0.686 L/s pada
suhu rata – rata 60.25OC dengan nilai Nre= 2309.12; dengan rezim aliran pada
posisi transisi, seperti saat variasi laju alir fluida dingin. Maka nilai effisiensi
perpindahan panas sebesar 29.05% dengan nilai koefisien perpindahan panas
keseluruhan sebesar 8.03 W/m2.K. pada variasi kedua, dengan laju alir 0.606
L/s dengan suhu rata-rata 53oC, dengan nilai Nre=2403.104; laju aliran bersifat
transisi, maka tetap hanya digunakan perhitungan dengan neraca energi, dengan
hasil perhitungan effisiensi sebesar 46.48% dengan koefisien pertukaran 7.44
W/m2.K.
Dengan hasil yang didapat, bahwa saat laju alir fluida panas tetap,
semakin besar laju alir fluida dingin makin besar, maka nilai koefisien
perpindahan panas keseluruhan akan semakin tinggi. Sedangkan nilai effiseinsi
akan semakin besar bila laju alir fluida dingin makin kecil. Pada variasi laju alir
fluida panas pun hasil yang ditujukan sama, nilai koefisien perpindahan panas
keseluruhan makin besar saat laju alir fluida panas semakin besar, dan effisiensi
pun makin besar saat laju alir fluida panas makin kecil.

5.2. Kesimpulan
1. Prinsip kerja dari shell and tube ini adalah air panas mengalir melewati tube
sedangkan air dingin melewati shell. Aliran dibuat menjadi aliran turbulen
dengan adanya buffle serta jenis alirannya yaitu counter-current
2. Prinsip kerja dari double pipe heat exchanger terjadi secara tidak langsung
(indirect contact type), karena terdapat dinding pemisah antara kedua fluida
sehingga kedua fluida tidak bercampur.
3. Dengan meningkatnya laju alir panas maka efisiensi pindah panas dari kalor
yang dilepas dan kalor yang diterima fuida semakin besar. Sedangkan
dengan meningkatnya laju alir dingin dan laju alir panas tetap nilai efisiensi
menurun.
4. Semakin besar laju alir air panas, semakin besar pula koefisien perpindahan
panas.
5. Semakin tinggi laju alir panas, panas yang diberikan/dilepas fluida panas dan
panas yang diterima/diserap fluida dingin semakin tinggi juga, namun panas
yang dilepas selalu lebih besar dibandingkan dengan panas yang diserap, atau
dengan kata lain ada energi yang hilang.
DAFTAR PUSTAKA

Artono Koestoer, Raldi . 2002. ”Perpindahan Kalor”. Salemba Teknika.: Jakarta

Djauhari, Agus. 2012. “Modul Praktikum Perpindahan Panas Double Pipe Heat
Exchanger”. Politeknik Negeri Bandung: Bandung

Holman, JP. Alih bahasa E.Jasifi. 1995. “Perpindahan Kalor”. Penerbit Erlangga:
Jakarta

Kern, DQ, “Process Heat Transfer”, Mc.Graw-Hill, New York, 1965

MC. Cabe, W.L, Smith, JC, Harriot, P, “ Unit Operation of Chemical Enginering”, 4th
ed, Mc.Graw-Hill, New York, 1985, Chapter 11, 12, 15.

Moehady, Bintang Iwhan. 2015. Bahan Ajar ”Teknik Perawatan Heat Exchanger”.
Politeknik Negeri Bandung: Bandung

Anda mungkin juga menyukai