Oleh:
Kelompok : V dan VI
Nama : 1. Ghifaris Vasha Irhamsyah 141424013
2. Ghina Fauziyyah 141424014
3. Gian Mardhiansyah 141424015
4. Hasna Amatullah Hanifa 141424016
5. Ilham Dwi Shaputra 141424017
Kelas : 3A
1.2 Tujuan
a. Shell and Tube Heat Exchanger
1) Memahami cara kerja peralatan shell and tube heat exchanger
2) Menghitung koefisien perpindahan panas keseluruhan (U) dengan cara
neraca energi
3) Mengetahui pengaruh laju alir fluida terhadap koefisien pindah panas
keseluruhan
4) Menghitung efisiensi pindah panas dari kalor yang dilepas dan kalor yang
diterima fluida.
b. Double Pipe Heat Exchanger
1) Dapat mengoperasikan peralatan dan menguasai cara kerja double pipe heat
exchanger
2) Menghitung efisiensi kalor yang dilepas fluida panas terhadap kalor yang
diterima fluida dingin
3) Mengetahui pengaruh laju alir fluida terhadap koefisien pindah panas
keseluruhan (U)
Pada dasarnya prinsip kerja dari alat penukar kalor yaitu memindahkan panas dari
dua fluida padatemperatur berbeda di mana transfer panas dapat dilakukan secara
langsung ataupun tidak langsung.
a. Secara kontak langsung
Panas yang dipindahkan antara fluida panas dan dinginmelalui permukaan kontak
langsung berarti tidak ada dinding antara kedua fluida.Transfer panas yang terjadi
yaitu melalui interfase / penghubung antara kedua fluida.Contoh: aliran steam pada
kontak langsung yaitu 2 zat cair yang immiscible (tidak dapat bercampur), gas-
liquid, dan partikel padat-kombinasi fluida.
b. Secara kontak tak langsung
Perpindahan panas terjadi antara fluida panas dandingin melalui dinding pemisah.
Dalam sistem ini, kedua fluida akan mengalir.
2.5 Penukar Panas Cangkang dan Buluh (Shell and Tube Heat Exchanger)
Alat penukar panas cangkang dan buluh terdiri atas suatu bundel pipa yang
dihubungkan secara parallel dan ditempatkan dalam sebuah pipa mantel (cangkang).
Fluida yang satu mengalir di dalam bundel pipa, sedangkan fluida yang lain mengalir
di luar pipa pada arah yang sama, berlawanan, atau bersilangan. Kedua ujung pipa
tersebut dilas pada penunjang pipa yang menempel pada mantel. Untuk
meningkatkan effisiensi pertukaran panas, biasanya pada alat penukar panas
cangkang dan buluh dipasang sekat (baffle). Ini bertujuan untuk membuat turbulensi
aliran fluida dan menambah waktu tinggal (residence time), namun pemasangan
sekat akan memperbesar pressure drop operasi dan menambah beban kerja pompa,
sehingga laju alir fluida yang dipertukarkan panasnya harus diatur.
Jenis penukar panas shell and tube yang digunakan adalah 1 shell pass dan 2 tube
pass (1-2 Exchanger) seperti gambar dibawah ini.
Susunan pipa dalam shell dapat berbentuk in-line (a) dan staggered (b)
Sedangkan susunan pipa yang ada didalam alat yang digunakan adalah in-line
(a) dan ratio antara Sn/D = Sp/D = 1.25. Gambar profil temperatur dari penukar
panas ini adalah:
1
𝑈= 𝑟𝑜
ln( 𝑟𝑖 )⁄
1⁄ + + 1⁄
ℎ𝑖. 2𝜋. 𝑟𝑖. 𝐿 𝐾. 2𝜋. 𝐿 ℎ𝑜. 2𝜋. 𝑟𝑜. 𝐿
Harga (ri,ro) dan L dapat diukur dari alat, harga K bahan SS-204 dapat
diperoleh dari buku referensi dan hi dan ho dihitung dari persamaan empiris.
4. 𝐴𝑒
𝐷=√
𝜋
Ae Adalah luas efektif yang dilewati fluida diantara pipa dalam anulus, yaitu
luas permukaan penempang shell dikurangi jumlah luas penampang semua
pipa.
b. Double Pipe
Tabel 2. Harga m dan C pada Susunan Pipa di Double Pipe
Nre m C
1-4 0,330 0,989
4 – 40 0,385 0,911
40 – 4.103 0,466 0,683
4.103 – 4.104 0,618 0,193
4.104 – 2,5. 105 0,805 0,0266
Untuk menghitung harga Nre diperlukan harga D efektif, yang bisa dihitung
dengan rumus :
4. 𝐴𝑛
𝐷=√
𝜋
Dengan An adalah luas anulus, yaitu luas penampang yang dialiri fluida diantara
dua pipa yang digunakan.
Alat penukar panas yang digunakan terdiri dari 2 pasangan ukuran pipa, yaitu:
a. Pasangan 1 terdiri dari pipa 2,5 in dan 1,5 1n Sch 40 dan panjang 1,5 m
b. Pasangan 2 terdiri dari pipa 2 in dan 1 in Sch 40 dan panjang 1,5 m
III. PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
a. Shell and Tube
1. Seperangkat alat shell and tube
2. Sumber steam
3. Fluida (air)
b. Double Pipe
1. Seperangkat alat DPHE
2. Gelas ukur, Ember plastik
3. Steam
4. Aliran air
3.2 Prosedur Kerja
a. Shell and Tube
b. Double Pipe
Mengatur kerangan disesuaikan dengan
pola alirannya, yaitu co-current atau
counter-current
Laju
Fluida Suhu (0C) △T1 = △T2 =
Dingin Thi – Tco Tho – Tci
(L/h) Thi Tho Tci Tco
2 66 34 22 30 11 10
3 66 33 22 36 12 9
4 60 33 24 38 14 7
5 60 32 24 38 15 6
Perhitungan △ 𝑇𝑙𝑚
Laju Fluida △ 𝑻𝟏 △ 𝑻𝟏 −△ 𝑻𝟐
△ 𝑻𝟏 −△ 𝑻𝟐 𝒍𝒏 △ 𝑻𝒍𝒎 =
△ 𝑻𝟐 △ 𝑻𝟏
Dingin (L/h) 𝒍𝒏 △ 𝑻
𝟐
2 1 0.10 10.49
3 3 0.29 10.43
4 7 0.69 10.10
5 9 0.92 9.82
Perhitungan △Tm
Laju △ 𝑻𝟏 −△ 𝑻𝟐
△ 𝑻𝒍𝒎 =
Fluida FT △ 𝑻𝟏 △ 𝑻𝒎 = FT . △Tlm
Dingin 𝒍𝒏 △ 𝑻
𝟐
(L/menit)
2 0.87 10.49 9.1263
3 0.70 10.43 7.301
4 0.67 10.10 6.767
5 0.63 9.82 6.1866
Perhitungan 𝑈
Luas Permukaan
Panjang pipa dan shell (L) : 1200 mm
Diameter shell (D) : 375 mm
Luas Permukaan (A) = 𝜋DL
= (0.375𝑚)(1.2𝑚)
= 1.413 m2
Perhitungan Q
m = .𝐹
Q = m.Cp. △T
Laju
Fluida ρ1 ρ2 m1 m2 Cp 1 Cp 2
△T1 △T2
Dingin (kg/m3) (kg/m3) (kg/h) (kg/h) (kJ/kg C) (kJ/kg 0C)
o
(m3/h)
0.002 11 10 999.68 999.68 2.00 2.00 4.191 4.192
0.003 12 9 999.58 999.85 3.00 3.00 4.189 4.194
0.004 14 7 999.33 999.96 4.00 4.00 4.187 4.198
0.005 15 6 999.19 999.99 5.00 5.00 4.186 4.2
Laju Fluida Qdingin Qpanas
η (%)
Dingin (L/h) (J) (J)
2 83813.2 92172.5 90.9308
3 113221 150741 75.1098
4 117539 234315 50.163
5 125999 313696 40.1659
Laju 𝑸
Fluida Qrata-rata U=
A (m2) △Tm 𝑨.△𝑻𝒎
Dingin (J) (J/m2 0C)
(L/h)
2 1.413 9.1263 88.021 6.82573
3 1.413 7.301 132.021 12.7973
4 1.413 6.767 176.008 18.4075
5 1.413 6.1866 219.975 25.164
Laju
Fluida Suhu (0C) △T1 = △T2 =
Panas Thi – Tco Tho – Tci
(L/h) Thi Tho Tci Tco
2 47 38 24 36 36 8
3 48 38 24 36 30 16
4 49 38 26 35 22 16
5 50 36 26 35 22 18
Perhitungan △ 𝑇𝑙𝑚
Laju Fluida △ 𝑻𝟏 △ 𝑻𝟏 −△ 𝑻𝟐
△ 𝑻𝟏 −△ 𝑻𝟐 𝒍𝒏 △ 𝑻𝒍𝒎 =
△ 𝑻𝟐 △ 𝑻𝟏
Panas (L/h) 𝒍𝒏 △ 𝑻
𝟐
2 28 1.50 18.62
3 14 0.63 22.27
4 6 0.32 18.84
5 4 0.20 19.93
Perhitungan △Tm
Laju △ 𝑻𝟏 −△ 𝑻𝟐
Fluida △ 𝑻𝒍𝒎 =
FT △ 𝑻𝟏 △ 𝑻𝒎 = FT . △Tlm
Panas 𝒍𝒏
△ 𝑻𝟐
(L/menit)
2 0.66 18.62 12.29
3 0.82 22.27 18.26
4 0.85 18.84 16.01
5 0.88 19.93 17.54
Perhitungan 𝑈
Luas Permukaan
Panjang pipa dan shell (L) : 1200 mm
Diameter shell (D) : 375 mm
Luas Permukaan (A) = 𝜋DL
= (0.375𝑚)(1.2𝑚)
= 1.413 m2
Perhitungan Q
m=.𝐹
Q = m.Cp. △T
Laju
Cp 1 Cp 2
Fluida △T1 △T2 ρ1 ρ2 m1 m2
(kJ/kg (kJ/kg
Panas (0C) (0C) (kg/m ) (kg/m3)
3
(kg/h) (kg/h) 0C) oC)
(m3/h)
0.002 36 8 993.73 999.91 1.98746 1.99982 4.178 4.213
0.003 30 16 995.71 999.03 2.98713 2.99709 4.178 4.185
0.004 22 16 997.86 999.03 3.99144 3.99612 4.181 4.185
0.005 19 18 998.49 998.68 4.99245 4.9934 4.182 4.183
Laju Fluida
Qdingin (J) Qpanas (J) η (%)
Panas (L/h)
2 67401.93 298929.9 22.54774
3 200685.1 374406.9 53.60082
4 267580.2 367140.6 72.88221
5 375973.1 396690.1 94.77753
Laju 𝑸
Fluida Qrata-rata U=
A (m2) △Tm 𝑨.△𝑻𝒎
Panas (J) (J/m2 0C)
(L/h)
2 1.413 12.29 183166 10550.4
3 1.413 18.26 287546 11143
4 1.413 16.01 317360 14024.5
5 1.413 17.54 386332 15586.9
Grafik 4.1.1 Hubungan Koefisien Pindah Panas Keseluruhan terhadap Laju Alir Fluida
Panas Tetap
30
25
20
U (J/m2K)
15
10
0
0 1 2 3 4 5 6
Laju Alir (L/h)
Grafik 4.1.2 Hubungan Koefisien Pindah Panas Keseluruhan terhadap Laju Alir Fluida
Dingin Tetap
18000
16000
14000
12000
U (J/m2K)
10000
8000
6000
4000
2000
0
0 1 2 3 4 5 6
Laju Alir (L/h)
Grafik 4.1.3 Hubungan Efisiensi terhadap Laju Alir Fluida Panas Tetap
100
90
80
70
Efisiensi (%)
60
50
40
30
20
10
0
0 1 2 3 4 5 6
Laju Alir (L/h)
Grafik 4.1.4 Hubungan Efisiensi terhadap Laju Alir Fluida Dingin Tetap
100
90
80
70
Efisiensi (%)
60
50
40
30
20
10
0
0 1 2 3 4 5 6
Laju Alir (L/h)
B. Double Pipe
B.1 Data luas permukaan perpindahan panas
L (m) 1.4
d1 (m) 0.044
d2 (m) 0.116
Phi 3.14
A (m2) 0.193424
Deq (m) 0.072
Beda suhu
laju
Δt1 rata- Δt2 rata-
no aliran Δt1 Δt2 ΔTlm
rata rata
dingin
1 36 8
2 40 8
1.005882 39.75 8.5 46.64749
3 40 9
4 43 9
5 26 8
6 24 9
0.811429 24 8.25 33.96173
7 24 8
8 22 8
Energi, effisiensi, & koefisien perpindahan panas
Laju
No Aliran Q1 Q2 Q η U
Dingin
1
2
1.005882 114.48 35.91 75.2 0.313679 8.33
3
4
5
6
0.811429 69.12 34.85382 51.99 0.504251 7.91
7
8
Beda suhu
Laju Aliran
No Q1 Q2 Q η U
Panas
1
2
0.68571429 81.792 23.76 52.776 0.290493 8.03
3
4
5
6
0.60606061 51.12 23.76 37.36 0.464789 7.44
7
8
V. PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN
5.1. Pembahasan
A. Shell and Tube
Alat penukar panas (heat exchanger) merupakan alat yang bisa
digunakan untuk memindahkan panas dari sistem ke sistem lain tanpa
perpindahan massa. Jenis alat yang dipakai adalah penukar panas jenis Sheel
and Tube Heat Exchanger dengan bagian 1 shell dan 2 tube pass (1-2
exchanger). Efisiensi penukar panas dapat ditingkatkan dengan dipasangkan
sekat (buffle) yang bertujuan untuk membuat aliran menjadi turbulen, sehingga
meningkatkan waktu tinggal aliran (residence time). Pada praktikum ini jenis
aliran yang digunakan adalah counter current, dimana aliran yang dialirkan
memiliki temperatur awal yang berbeda dan pada kondisi masukan dan keluaran
yang berlawan. Fluida panas mengalir di shell dan fluida dingin disepanjang
tube.
Dalam praktikum yang dikerjakan, dilakukan variasi laju alir panas
dengan variasi 2, 3, 4, & 5 L/menit serta laju alir fluida dingin tetap pada 3
L/menit serta variasi laju alir air dingin 2,3,4, & 5 L/menit dengan laju alir fluida
panas tetap 3L/menit. Data yang diamati yaitu suhu aliran panas masuk (Thi),
suhu panas aliran keluar (Tho), suhu aliran dingin masuk (Tci), dan suhu aliran
dingin keluar (Tco). Semua data tersebut diukur pada setiap variasi aliran, baik
variasi aliran dingin maupaun variasi aliran panas.
Berikut merupakan data efisiensi dan U (koefisien perpindahan panas)
dari variasi laju alir panas.
Laju Fluida
Qdingin (J) Qpanas (J) η (%)
Panas (L/h)
100
80
Efisiensi (%)
60
40
20
0
0 1 2 3 4 5 6
Laju Alir (L/h)
Pada variasi yang sama, kurva antara laju alir air panas dan koefisien
perpindahan panas keseluruhan menunjukkan bahwa semakin besar laju alir air
panas, semakin besar pula koefisien perpindahan panas. Artinya panas yang
diberikan semakin banyak. Dengan laju alir air dingin yang tetap 3 L/menit
dapat diketahui semakin besar laju alir air panas semakin besar pula
efisiensinya. Artinya panas yang diserap fluida dingin akan semakin banyak
dengan bertambahnya laju alir air panas. Hal ini sesuai dengan teori (Geankoplis
Fourth Edition, 2003). Terlihat dari grafik U terhadap laju alir berikut.
18000
16000
14000
12000
U (J/m2K)
10000
8000
6000
4000
2000
0
0 1 2 3 4 5 6
Laju alir (L/h)
Dalam percobaan dengan variasi laju alir air dingin serta laju alir air panas
tetap didapat data seperti berikut :
Laju 𝑸
Fluida Qrata-rata U=
A (m2) △Tm 𝑨.△𝑻𝒎
Dingin (J) (J/m2 0C)
(L/h)
2 1.413 9.1263 88.021 6.82573
3 1.413 7.301 132.021 12.7973
4 1.413 6.767 176.008 18.4075
5 1.413 6.1866 219.975 25.164
Nilai efisiensi pada percobaan variasi laju alir air dingin ini terlihat
menurun. Hal tersebut berbanding terbalik dengan nilai efisiensi pada variasi
laju alir air panas, artinya panas yang diserap oleh fluida dingin semakin
berkurang karena meningkatnya laju alir air dingin sementara laju alir air panas
tetap. Berikut merupakan grafik dari nilai efisiensi tersebut.
100
80
Efisiensi (%)
60
40
20
0
0 1 2 3 4 5 6
Laju Alir (L/h)
B. Double Pipe
Pada praktikum perpindahan panas menggunakan double pipe heat
exchanger. Dimana percobaan dilakukan dengan variasi laju alir fluida dingin
dan juga laju alir fluida panas. Pada percobaan ini, fluida dingin berupa air
bersuhu ruang, sedangkan aliran fluida panas berupa air panas yang berasal dari
air biasa yang dipanaskan dengan steam pada sebuah pemanas.
Pada rangkaian alat yang tersedia, sebenarnya terdapat dua buah double
pipe yang masing – masing ditujukan untuk melakukan percobaan dengan 2
jenis aliran yang berbeda, yaitu co-current serta counter current. Akan tetapi
diakibatkan pada rangkaian double pipe heat exchanger untuk aliran counter
current memiliki kekurangan, yaitu tidak terdapatnya saluran untuk
mengkalibrasi laju aliran fluida dingin, karena untuk kalibrasi aliran fluida
panas untuk kedua double pipe ini satu sumber yang dicabangkan, maka laju
alir fluida panas untuk perangkat dengan aliran counter current masih dapat
dikalibrasi, dengan mengatur valve yang dialiri oleh fluida panas. Maka dari itu,
percobaan ini hanya menggunakan pola aliran co-current.
Pada perangkat double pipe heat exchanger yang digunakan, memiliki
dimensi panjang 140 cm, diameter pipa bagian dalam 4.4 cm, dan diameter pipa
bagian luar 11.6 cm. Dengan dimensi yang ada, diameter efektif dari pipa bagian
luar sebesar 7.2 cm yang akan digunakan untuk menghitung nilai bilangan
reynold pada aliran fluida dingin. Sedangkan luas area pertukaran panas sebesar
0.193 m2. Serta nilai L/D untuk pipa luar sebesar 12.1 sedangkan L/D untuk
pipa dalam sebesar 31.82.
Pada variasi laju alir fluida dingin, dilakukan dengan laju alir fluida
panas sebesar 0.686 L/s dengan suhu rata – rata sebesar 73.25OC. Pada variasi
pertama, dengan laju alir fluida dingin sebesar 1.006 L/s, besarnya nilai
bilangan reynold sebesar 4700.4 dimana rezim alirannya pada posisi transisi;
dengan L/D di pipa luar sebesar 12.1, sedangkan pada referensi untuk aliran
transisi, grafik yang tersedia mulai pada L/D=60. Maka, perhitungan untuk
mendapatkan nilai perpindahan kalor, effisiensi, serta koefisien perpindahan
panasnya hanya menggunakan perhitungan neraca energi. Begitu pula pada
variasi kedua dengan laju alir fluida dingin 0.811 L/s. Dengan nilai
Nre=4634.58. begitu pula pada aliran fluida panas yang lajunya tetap pun, nilai
Nre-nya sebesar 2159.63. Alirannya pun pada rezim transisi. Dengan
perhitungan dengan menggunakan neraca energi, pada variasi pertama nilai
effisiensinya hanya 31.37% sedangkan untuk nilai koefisien perpindahan panas
keseluruhannya sebesar 8.33 W/m2.K. Pada variasi kedua, nilai effisiensi-nya
50.42% dengan nilai koefisien perpindahan panas keseluruhannya sebesar 7.91
W/m2.K.
Pada variasi laju alir fluida panas, dengan laju alir fluida dingin tetap,
laju fluida dingin sebesar 0.811 L/s dengan suhu 26OC, dengan nilai
Nre=3738.64. Pada variasi pertama, dengan laju aliran panas 0.686 L/s pada
suhu rata – rata 60.25OC dengan nilai Nre= 2309.12; dengan rezim aliran pada
posisi transisi, seperti saat variasi laju alir fluida dingin. Maka nilai effisiensi
perpindahan panas sebesar 29.05% dengan nilai koefisien perpindahan panas
keseluruhan sebesar 8.03 W/m2.K. pada variasi kedua, dengan laju alir 0.606
L/s dengan suhu rata-rata 53oC, dengan nilai Nre=2403.104; laju aliran bersifat
transisi, maka tetap hanya digunakan perhitungan dengan neraca energi, dengan
hasil perhitungan effisiensi sebesar 46.48% dengan koefisien pertukaran 7.44
W/m2.K.
Dengan hasil yang didapat, bahwa saat laju alir fluida panas tetap,
semakin besar laju alir fluida dingin makin besar, maka nilai koefisien
perpindahan panas keseluruhan akan semakin tinggi. Sedangkan nilai effiseinsi
akan semakin besar bila laju alir fluida dingin makin kecil. Pada variasi laju alir
fluida panas pun hasil yang ditujukan sama, nilai koefisien perpindahan panas
keseluruhan makin besar saat laju alir fluida panas semakin besar, dan effisiensi
pun makin besar saat laju alir fluida panas makin kecil.
5.2. Kesimpulan
1. Prinsip kerja dari shell and tube ini adalah air panas mengalir melewati tube
sedangkan air dingin melewati shell. Aliran dibuat menjadi aliran turbulen
dengan adanya buffle serta jenis alirannya yaitu counter-current
2. Prinsip kerja dari double pipe heat exchanger terjadi secara tidak langsung
(indirect contact type), karena terdapat dinding pemisah antara kedua fluida
sehingga kedua fluida tidak bercampur.
3. Dengan meningkatnya laju alir panas maka efisiensi pindah panas dari kalor
yang dilepas dan kalor yang diterima fuida semakin besar. Sedangkan
dengan meningkatnya laju alir dingin dan laju alir panas tetap nilai efisiensi
menurun.
4. Semakin besar laju alir air panas, semakin besar pula koefisien perpindahan
panas.
5. Semakin tinggi laju alir panas, panas yang diberikan/dilepas fluida panas dan
panas yang diterima/diserap fluida dingin semakin tinggi juga, namun panas
yang dilepas selalu lebih besar dibandingkan dengan panas yang diserap, atau
dengan kata lain ada energi yang hilang.
DAFTAR PUSTAKA
Djauhari, Agus. 2012. “Modul Praktikum Perpindahan Panas Double Pipe Heat
Exchanger”. Politeknik Negeri Bandung: Bandung
Holman, JP. Alih bahasa E.Jasifi. 1995. “Perpindahan Kalor”. Penerbit Erlangga:
Jakarta
MC. Cabe, W.L, Smith, JC, Harriot, P, “ Unit Operation of Chemical Enginering”, 4th
ed, Mc.Graw-Hill, New York, 1985, Chapter 11, 12, 15.
Moehady, Bintang Iwhan. 2015. Bahan Ajar ”Teknik Perawatan Heat Exchanger”.
Politeknik Negeri Bandung: Bandung