Anda di halaman 1dari 36

KULIAH 4

KEDARURATAN TRAUMA

OBJEKTIF:
1. Mengetahui Biomekanika Trauma
2. Menyebutkan definisi infeksi
3. Menyebutkan 2 cara penularan penyakit infeksi dan contoh penyakitnya
4. Menyebutkan 8 tanda dan gejala penyakit infeksi
5. Menyebutkan 3 cara pelaksanaan Body Substance Isolation sebagai
pencegahan infeksi
6. Menyebutkan 7 langkah perawatan luka terbuka
7. Menyebutkan 4 langkah perawatan luka tertutup
8. Menyebutkan prinsip penutupan luka
9. Menguraikan patah tulang terbuka dan tertutup, dan menyebutkan lima gejala
dan tanda patah tulang.
10. Menyebutkan tiga komplikasi patah tulang.
11. Menggambarkan dislokasi, sprain dan strain, dan menyebutkan tiga gejala dan
tandanya.
12. Menyebutkan empat tujuan utama pembidaian.
13. Mempraktekkan perawatan pra RS untuk patah tulang anggota gerak dan
pelvis.
14. Menyebutkan lima gejala dan tanda patah tulang tengkorak.
15. Menyebutkan lima gejala dan tanda cedera spinal.
16. Mempraktekkan perawatan pra RS untuk patah tulang tengkorak dan cedera
spinal.

BIOmekanika Trauma

Untuk menentukan mekanisme kejadian, pemahaman tentang Biomekanika Trauma


sangat dibutuhkan Biomekanika trauma adalah ilmu yang mepelajari kejadian cedera
pada suatu jenis kecelakaan tertentu. Keterangan yang jelas mengenai kecelakaan yang
terjadi membuat kita dapat menemukan jenis perlukaan yang terjadi.

1. Biomekanika trauma pada kecelakaan mobil


Trauma pada kecelakaan mobil dapat disebabkan karena :
a. Benturan antara penderita dengan kendaraan, atau benturan antara
penderita dengan benda lain di luar kendaraan jika terlempar keluar.
b. Benturan antara organ dalam tubuh penderita

1.1 Benturan pengemudi/penumpang


Tabrakan mobil dapat terjadi dengan cara :
 Dari muka (frontal)
 Dari samping
 Dari belakang
 Terbalik
Pada suatu benturan dari muka dengan penderita tanpa sabuk pengaman akan ada
beberapa fase :
a. Fase 1 : Bagian bawah penderita tergeser ke depan. Biasanya lutut akan
menghantam dashboard.
b. Fase 2 : Bagian atas penderita turut bergeser ke depan. Dapat terjadi
perlukaan pada daerah dada dan perut karena benturan dengan setir.
c. Fase 3 : Tubuh penderita akan naik lalu kepala akan membentur jendela
atau tepi jendela. Hati - hati kemungkinan adanya patah leher.
d. Fase 4 : Penderita akan kembali duduk. Hati – hati kemungkinan adanya
patah leher terutama pada kursi yang tidak memiliki senderan kepala.
Kemungkinan yang lebih buruk ialah jika penderita terlempar keluar.
Pada benturan dari samping kemungkinan cedera yang terjadi hampir sama
dengan benturan yang terjadi dari arah muka. Pada benturan dari arah belakang
dapat terjadi cedera pecut (whiplash injury) pada leher terutama pada kursi yang
tidak ada sandaran kepala. Pada mobil yang terbalik dapat terjadi berbagai macam
cedera. Cedera yang terjadi lebih hebat jika penderita tidak menggunakan sabuk
pengaman.

1.2 Benturan antara organ dalam.


Perlukaan organ dalam dapat terjadi melalui mekanisme :
a. Trauma Kompresi
Trauma kompresi terjadi jika bagian muka dari badan berhenti bergerak ke
depan sedangkan bagian dalam tubuh tetap bergerak ke depan. Organ – organ
dalam tubuh terjepit dari belakang oleh bagian belakang tubuh dam di depan
oleh struktur tubuh yang terjepit. Contoh dari trauma kompresi ialah
perdarahan jaringan otak, robekan jaringan otak, robekan paru, robekan hati.
b. Trauma Deselerasi
Trauma deselerasi terjadi bila organ dalam tetap melaju ke depan dan robek
dari ikatan yang mengikatnya pada tubuh bagian belakang. Contoh trauma
deselerasi ialah gumpalan darah dalam kepala, patah tulang leher.

Alat pelindung pada mobil :


a. Sabuk pengaman.
Sabuk pengaman sudah terbukti dapat menghindari penumpang mobil dari
cedera atau kematian. Sebagai contoh jika kita mengendarai mobil dengan
kecepatan agak tinggi (60km/jam) dan mengalami bentuan dari muka, maka
jika kita tidak menggunakan sabuk pengaman, kita akan menghantam kaca
depan dengan kecepatan yang setara dengan jatuh dari lantai 3 sebuah gedung
bertingkat.
Walaupun dengan sabuk pengaman kita dapat mencegah kematian, dalam
kecepatan yang tinggi (>60km/jam) dan mengalami benturan dari muka maka
masih dapat terjadi patah tulang (selangka, iga)
Pemakaian sabuk pengaman harus secara benar, karena pemakaian yang
tidak benar dapat menyebabkan cedera, terutama pada kecepatan tinggi.
Sabuk pengaman yang umum dipakai ialah tipe 3 titik yaitu bahu 1 titik,
kedua perut bagian bawah 2 titik. Pemakaian sabuk pengaman yang tepat ialah
melewati di bagian perut paling bawah.
b. Senderan kepala
Pemakaian senderan kepala sangat baik untuk mencegah cedera karena
tabrakan dari belakang maupun pada fase terakhir benturan dari muka.
Pemakaian yang tepat ialah di belakang kepala.
c. Airbag.
Airbag merupakan suatu alat yang berupa kantung udara yang ditempatkan
pada pusat kemudi, dan akan mengembang apabila ada benturan dari muka.
Airbag yang terkembang dapat juga mengakibatkan perlukaan seperti patah
lengan bawah, perlukaan mata karena kaca mata.

2. Biomekanika trauma pada pejalan kaki


Trauma pada pejalan kaki yang ditabrak oleh mobil terbagi atas 3 fase, yaitu :
 Fase 1 : Benturan dengan bemper. Pada fase ini biasanya akan terjadi
benturan dengan tungkai dan pelvis. Trauma lutut sering terjadi pada fase
pertama ini.
 Fase 2 : Benturan kaca depan mobil dan tutup mesin. Trauma pada dada
dan kepala dapat terjadi karena penderita terangkat ke atas mobil.
 Fase 3 : Benturan dengan tanah. Trauma kepala dan tulang belakang
dapat terjadi. Jangan lupa dapat pula terjadi trauma pada bagian dalam tubuh.

3. Biomekanika trauma pada pengendara motor


Ada 3 cara yang sering terjadi pada kecelakaan motor.
a. Benturan dari depan. Pengemudi akan terbentur ke depan. Kedua tungkai
akan mengenai setang kemudi yang dapat menyebabkan patah tulang paha
atau tulang tungkai bawah. Setelah itu pengemudi akan terlempar ke tanah
dengan cedera yang beragam.
b. Benturan dari samping. Cedera yang pertama terjadi ialah kaki, setelah itu
pengemudi akan terpental dan menyebabkan cedera yang beragam.
c. Sliding down the bike / bergeser. Pada saat benturan akan terjadi,
pengemudi ddengan sengaja atau tidak sengaja menekan motornya ke bawah,
sehingga motornya akan melesat dan pengemudinya di bagian belakang.
Cedera yang terjadi dapat ringan namun pada jaringan lunak dapat terjadi
cedera yang lebih parah.

TINDAKAN PENCEGAHAN INFEKSI

Setiap tahun, di seluruh dunia jutaan manusia mengalami sakit, cacat sampai kematian
karena penyakit infeksi yang mengenai segala rentang usia mulai dari bayi baru lahir,
anak-anak sampai orang usia lanjut. Dari sisi ekonomi, begitu besar pendapatan baik
pribadi, institusi dan negara yang harus dikeluarkan untuk mengobati dan memberantas
penyakit infeksi di seluruh penjuru dunia, belum lagi kerugian akibat produktivitas yang
hilang karena hilangnya hari kerja. Kerugian-kerugian di atas seharusnya bisa
diminimalisasi dengan adanya suatu tindakan yang mudah dan murah untuk dilakukan,
yaitu tindakan pencegahan infeksi.

Beberapa kelompok masyarakat lebih rentan terkena penyakit infeksi bila dibandingkan
kelompok masyarakat yang lain. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti umur,
pekerjaan, kebiasaan, pola hidup, lingkungan, status imunisasi, keadaan kesehatan dan
lain-lain. Sebagai contoh, seorang bayi dan orang yang berumur 60 tahun akan memiliki
resiko lebih tinggi terkena penyakit infeksi bila dibandingkan dengan remaja berusia 15
tahun. Begitu juga dengan pekerjaan, seorang tenaga kesehatan yang berinteraksi dengan
orang sakit akan memiliki resiko lebih besar untuk tertular penyakit infeksi dibandingkan
pegawai kantoran.

Sehingga, sebagai seorang penolong pertama, pengetahuan mengenai pencegahan infeksi


mutlak untuk dimiliki karena sangat berkaitan dengan prinsip menjaga keamanan dan
keselamatan diri sendiri sebelum menolong orang lain, serta tidak memperparah keadaan
orang tersebut dengan menularkan suatu penyakit infeksi. Infeksi selain dapat menular
dan ditularkan melalui pasien, juga sangat mungkin terjadi di antara sesama penolong
pertama. Dengan mengetahui, memahami dan melaksanakan tindakan pencegahan
infeksi, rantai penularan infeksi telah diputuskan. Pemutusan rantai penularan adalah
suatu cara yang sangat mudah dan murah untuk mencegah terjadinya infeksi bila
dibandingkan dengan penatalaksanaannya.

Penyakit Infeksi

Penyakit infeksi adalah suatu keadaan masuknya mikroorganisme berbahaya (patogen)


seperti bakteri, virus atau parasit yang dapat menular ke dalam tubuh.
Mikroorganisme adalah makhluk hidup tak kasat mata (ukuran yang sangat kecil) yang
terdapat di alam secara bebas atau hidup pada tempat dan makhluk hidup tertentu.
Mikroorganisme tersebut dapat masuk ke dalam tubuh dan menular melalui berbagai
cara. Keberadaannya di alam di satu sisi menguntungkan karena berperan besar dalam
menjaga keseimbangan ekosistem dan kesehatan manusia sendiri, namun di sisi lain,
terdapat mikroorganisme yang bila berinteraksi dengan tumbuhan, hewan atau manusia,
dapat menyebabkan penyakit. Masing-masing memiliki karakteristik sendiri seperti
tempat hidup (habitat), mekanisme pertahanan hidup, sistem reproduksi
(berkembangbiak), lama hidup dan keadaan-keadaan yang menunjang kehidupan dan
menyebabkan kematiannya. Contoh, virus penyebab influenza menular lewat udara
pernapasan saat bicara, batuk atau bersin. Sehingga pengetahuan tentang masing-masing
mikroorganisme tersebut sangat membantu dalam mencegah infeksi yang disebabkannya.

Cara penularan infeksi

Tubuh tidak mudah terkena infeksi. Karena tubuh secara alami memiliki sistem
pertahanan yang sangat kompleks dalam mengeliminasi keadaan-keadaan atau
mikroorganisme yang akan membahayakan tubuh. Namun, bila mekanisme pertahanan
ini mengalami kerusakan walaupun hanya pada beberapa bagian saja, infeksi sangat
mungkin dapat terjadi. Tetapi, sekali lagi, berkat penciptaan Yang Maha Kuasa, infeksi
belum tentu bermanifestasi menjadi penyakit.

Berikut 2 cara penularan infeksi pada manusia:

 Kontak langsung, terjadi bila terdapat kontak dengan cairan tubuh (darah, ludah,
ASI), luka terbuka atau jaringan lunak yang terbuka, mukosa mulut, mata atau
hidung.
Penyakit yang dapat menular melalui kontak langsung:
Infeksi HIV, hepatitis, penyakit menular seksual seperti herpes simpleks,

 Kontak tidak langsung, terjadi bila terdapat kontak dengan mikroorganisme patogen
yang ada di udara, yang dikeluarkan dari tubuh melalui partikel kecil saat bernapas,
batuk dan bersin, atau kontak dengan benda yang terkontaminasi seperti jarum, atau
melalui vektor (hewan pembawa mikroorganisme patogen).
Penyakit yang dapat menular malalui kontak tidak langsung:
Infeksi saluran napas atas, tuberkulosis, campak, cacar, diare, demam berdarah,
malaria, demam tifoid, hepatitis

Penyakit-penyakit yang harus diperhatikan

Sebagai penolong pertama, anda dapat terpapar oleh berbagai jenis penyakit menular
ketika melakukan penilaian atau perawatan pada penderita. Namun, hanya tiga yang
menjadi perhatian karena dapat mengancam nyawa. Yaitu:
 Hepatitis (A, B, C, D, E, F). Menyebabkan peradangan hati, menular melalui darah
atau cairan tubuh lainnya, tidak bisa diobati (sampai saat ini, masih dalam penelitian),
mematikan dan dapat hidup di darah kering berhari-hari. Bisa dicegah dengan
vaksinasi. Di Indonesia, jenis yang paling sering ditemukan adalah jenis B dan C
 Tuberkulosis (TB). Hampir sepertiga masyarakat Indonesia telah terinfeksi TB.
Namun hanya 10% yang bermanifestasi menjadi penyakit. Infeksi yang ditemukan
terbanyak di paru ini, juga dapat menyerang jaringan lain , sangat menular, menular
melalui udara. Dapat hidup di udara yang lembab dan tidak terkena sinar matahari
secara langsung dalam waktu lama. Pengobatan dapat berhasil dengan baik, namun
harus dijalani dalam waktu yang cukup lama (minimal 6 bulan).
 Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). AIDS merupakan kumpulan gejala
yang timbul akibat infeksi virus (Human Immunodeficinecy Virus-HIV) yang
menyerang sistem imun tubuh. Sehingga sistem imun tidak bisa berfungsi
sebagaimana mestinya dan tubuh tidak mampu mengatasi efek yang ditimbulkan oleh
virus ini. Selain itu, penderita akan mudah terkena infeksi mikroorganisme lain.
Risiko penularan lebih kecil daripada hepatitis dan TB karena virus HIV tidak dapat
hidup lama di luar tubuh manusia. Penularan terjadi melalui kontak dengan darah dan
cairan tubuh lain penderita yang terinfeksi HIV. Waktu yang dibutuhkan mulai dari
infeksi sampai menimbulkan keluhan-keluhan (fase AIDS) memakan waktu bertahun-
tahun, tergantung dari sistem imun penderita. Sedangkan penularan sudah dapat
berlangsung saat penderita sendiri belum mengetahui dirinya terinfeksi HIV.
Tanda dan Gejala

Pasien dengan penyakit infeksi bisa menunjukkan tanda dan gejala yang khas dan
sebagian lagi tidak memperlihatkannya. Hal ini berhubungan dengan adanya mekanisme
pertahanan tubuh tehadap penyakit infeksi dan sifat mikroorganisme serta perjalanan
penyakit itu sendiri.
Sumber terbesar penularan infeksi adalah carrier (pembawa penyakit) yang kronik,
seseorang yang dapat membawa infeksi bertahun-tahun tanpa tanda dan gejala. Penyakit
yang dibawa oleh carrier antara lain: demam tifoid, hepatitis dan HIV. Untuk mengetahui
apakah seseorang merupakan carrier penyakit tertentu, dapat dilakukan melalui
pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan laboratorium darah. Karena sulit
mengetahuinya, melakukan tindakan pencegahan infeksi adalah cara yang paling ampuh
untuk menghindari tertular penyakit infeksi.
Penolong pertama tidak diharapkan dapat menegakkan diagnosis suatu penyakit
berdasarkan tanda dan gejala yang ditemukannya. Tetapi penting baginya untuk
mengetahui seseorang yang ditolongnya mengalami penyakit infeksi atau bukan.
Beberapa tanda dan gejala penyakit infeksi ialah:
 Demam
 Batuk atau sesak
 Diare
 Kulit dan bagian putih mata berwarna kekuningan
 Pusing
 Nyeri dada
 Nyeri perut
 Kelelahan
 Keringat berlebihan
 Berat badan turun

Mekanisme pertahanan tubuh

Pada manusia cara pertahanan tubuh terhadap agen penyebab infeksi terdiri dari 3
komponen, yaitu mekanis, biologis dan kimiawi.
Pertahanan tubuh mekanis: mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh baik
dengan cara menahan masuknya, menghancurkan ataupun mengeluarkan mikroorganisme
yang masuk melalui lubang tertentu. Merupakan pertahanan pertama tubuh terhadap
invasi dari luar. Terdiri dari kulit sebagai garis pertama pertahanan mekanis, reaksi tubuh
seperti batuk, bersin, keringat, pengelupasan kulit, mengeluarkan air mata, air seni dan
tinja.
Pertahanan tubuh biologis: mekanisme untuk mengisolasi, melumpuhkan, atau
menghancurkan mikroorganisme yang masuk dan mencapai tubuh.
Pertahanan tubuh kimiawi: bahan-bahan kimiawi baik endogen maupun eksogen yang
membantu tubuh mengatasi infeksi. Contoh: asam lambung yang mampu menghancurkan
kuman patogen yang terbawa dalam makanan maupun dahak yang tertelan, enzim-enzim
penghancur bakteri serta bahan kimia eksogen seperti obat-obatan antibiotika dan
imunisasi.
Body Substance Isolation (BSI)

Pengertian: Protokol pengendalian infeksi untuk mengontrol infeksi berdasarkan asumsi


bahwa darah dan cairan tubuh lainnya dalam keadaan terinfeksi.
BSI adalah gabungan alat dan prosedur yang melindungi penolong dari darah dan cairan
tubuh lain dari penderita. Dengan BSI ini dimungkinkan untuk merawat penderita dengan
aman, termasuk penderita dengan penyakit infeksi. BSI dapat dilakukan dengan tiga cara,
yaitu:

1. Mencuci tangan. Satu hal yang paling penting yang dapat dilakukan untuk
mencegah penyebaran infeksi (Lakukan ini walaupun anda menggunakan
sarung tangan). Dilakukan sebelum dan sesudah melakukan kontak dengan
pasien dan alat-alat yang berhubungan dengannya. Cuci tangan dengan
menggunakan sabun dan dibasuh dengan air mengalir.
2. Menggunakan perlengkapan proteksi diri (PPD)
Penolong harus selalu menggunakan PPD untuk mencegah infeksi karena akan
melindungi diri dari kontak terhadap darah dan cairan tubuh lainnya. PPD
terdiri dari pelindung mata, sarung tangan, baju pelindung dan masker
3. Membersihkan peralatan. Membersihkan, mendesinfeksi, dan sterilisasi
adalah istilah yang saling berhubungan.
Membersihkan adalah mencuci benda dengan sabun dan air.
Desinfeksi adalah membersihkan dengan penambahan bahan kimia seperti
alkohol atau pemutih untuk membunuh kuman patogen (desinfektan).
Sterilisasi adalah proses yang bertujuan membunuh mikroorganisme pada alat
dengan menggunakan bahan kimia atau proses lain (pemanasan, tekanan tinggi).
Semua cairan tubuh dianggap terinfeksi dan tindakan pencegahan harus dilakukan pada
setiap pasien setiap saat.

Imunisasi

Adalah tindakan untuk memperkuat sistem pertahanan (imun) tubuh dengan memberikan
kuman yang telah dilemahkan (antigen) untuk merangsang tubuh mengeluarkan zat-zat
yang dibutuhkan untuk mengatasi infeksi tertentu. Selain itu juga dengan memberikan
zat-zat tersebut (antibodi) secara langsung sehingga meningkatkan sistem imun dalam
waktu singkat.

Imunisasi berikut di Indonesia direkomendasikan pada semua penolong pertama :


 Profilaksis tetanus-TT (setiap 10 tahun)
 Vaksinasi Hepatitis B dan A
 Vaksinasi Influenza (setiap tahun)
 Vaksinasi MMR
 Vaksinasi meningokok
 Campak
 Vaksinasi tifoid
Walaupun sampat saat ini belum ada imunisasi untuk tuberculosis, penolong sebaiknya
memeriksakan diri secara teratur setiap tahun.
Jadwal vaksinasi bagi dewasa
VAKSIN 19-49 TAHUN 50-64 TAHUN 65 TAHUN ke atas
tetanus, difteri 1 dosis booster tiap tahun
influenza 1 dosis tiap tahun 1 dosis tiap tahun
pneumokokus 1 dosis 1 dosis
hepatitis B 3 dosis (0, 1-2 bulan, 4-6 bulan)
hepatitis A 2 dosis ( o, 6-12 bulan)
MMR (Measles, 1 dosis bila tidak
Mumps, Rubella) ada riwayat
vaksinasi, 2 dosis
untuk pekerja
kesehatan
Varicella 2 dosis (0, 4-8 minggu) bagi orang yang terindikasi
Meningokokus 1 dosis

Pelaporan

Laporkan setiap pajanan terhadap darah atau cairan tubuh yang dicurigai terinfeksi
secepatnya kepada pelayanan kesehatan rujukan terdekat. Sertakan dalam laporan:
tanggal dan jam paparan, jenis dan jumlah cairan tubuh yang mengenai penolong, serta
rincian kejadian. Semua pusat pelayanan kesehatan harus memiliki kebijakan tertulis
tentang penanganan paparan dengan cairan tubuh yang terinfeksi.
TUBUH MANUSIA

Ilmu yang mempelajari tentang tubuh manusia disebut juga anatomi dan ilmu yang
mempelajari fungsi dari tubuh manusia disebut fisiologi. Kedua ilmu tersebut penting
untuk diketahui karena berguna dalam mengenali tempat-tempat dan fungsi-fungsi
tertentu di tubuh, baik untuk tujuan penegakan suatu penyakit maupun dalam pengobatan.
Untuk memahami tubuh manusia secara sistematis perlu diketahui bentuk, posisi, letak
dari organ-organ dan fungsi organ yang membentuk tubuh. Dalam suatu kecelakaan lalu
lintas misalnya, ada pejalan kaki yang ditabrak mobil dari arah depan tepat mengenai
perut korban. Kita dapat menduga organ apa yang mungkin cidera dan fungsi sistem
tubuh yang terganggu.
Kita mengenal berbagai posisi tubuh, misalnya: tengkurap, terlentang, berdiri, dan lain-
lain. Namun sebagai patokan dalam menentukan letak tubuh kita harus megetahui posisi
anatomis. Posisi anatomi tubuh adalah posisi badan berdiri tegak, kedua mata melihat ke
muka ke bidang horizontal dengan lengan di samping badan dan telapak tangan
menghadap ke depan. Pada posisi anatomi kiri dan kanan berarti kiri dan kanan penderita.
Posisi seseorang atau penderita tidur terlentang dengan wajah menghadap ke atas disebut
letak terletang (supinasi). Sedangkan posisi seseorang atau penderita berbaring
tertelungkup dengan wajah menghadap ke lantai disebut letak tertelungkup (pronasi).
Apabila seseorang atau penderita berbaring miring dengan sisi kiri berada di bawah
disebut juga letak miring ke kiri (lateral kiri). Letak miring ke kanan (lateral kanan) yaitu
penderita berbaring miring dengan sisi kanan berada di bawah. Posisi penderita miring
pada satu sisi juga dapat disebut posisi pulih, sebaiknya penderita miring ke sisi kiri.

Bidang Khayal

Tubuh manusia terbagi-bagi oleh 3 bidang khayal. Umumnya dipakai pusar (umbilikus)
sebagai titik pangkal (point of reference). Bidang khayal tersebut adalah bidang
mendatar (horizontal), bidang memanjang menghadap ke samping (sagital) dan
bidang memanjang menghadap ke depan (frontal).
Dengan patokan bidang-bidang ini kita dapat menetapkan arah sesuatu. Pada bidang
mendatar dikenal istilah superior, berarti lebih kearah kepala; contoh superior dari
hidung berarti ke arah dahi atau lebih atas ke arah kepala dari hidung sedangkan inferior
lebih mengarah kaki. Bidang sagital biasanya membagi tubuh menjadi bagian kiri dan
kanan, bidang medial, lebih ke arah garis tengah yang melalui umbilikus; dan lateral,
menjauh dari garis tengah. Pada bidang frontal istilah anterior disebut mengarah ke
sebelah / bagian depan; sedangkan posterior ke sebelah / bagian belakang.
Selain itu ada beberapa istilah lain:
 proksimal, lebih dekat ke pusat tubuh, biasanya dipakai untuk anggota badan
 distal, jauh dari pusat tubuh, juga biasa dipakai untuk anggota badan
 superfisial, lebih ke arah permukaan tubuh
 profunda, lebih ke dalam tubuh, contohnya: tulang terletak lebih profunda
dibandingkan otot.
Pembagian Tubuh

Secara sederhana tubuh manusia dapat dibagi yaitu kepala, leher, batang tubuh dan
anggota gerak. Batang tubuh terdiri dari dada (toraks) dan perut (abdomen). Sedangkan
anggota gerak terbagi menjadi anggota gerak atas yang terdiri dari lengan atas, bawah,
pergelangan tangan dan tangan; dan anggota gerak bawah yang terdiri dari tungkai atas,
tungkai bawah, pergelangan kaki dan kaki.
Tubuh manusia penuh dengan rongga kecil maupun besar. Terdapat 5 rongga yang cukup
besar yaitu:
 Rongga kepala berisi otak.
 Rongga tulang belakang berisi sumsum tulang belakang.
 Rongga dada berisi sistem pernapasan dan sirkulasi.
 Rongga perut berisi sistem pencernaan, saluran kemih atas dan pada belakang rongga
perut (retroperitoneum) terdapat ginjal.
 Rongga panggul (pelvis) berisi saluran kemih bagian ujung, kandung kemih dan
sistem kelamin.

Sistem Tubuh

Tubuh manusia dapat dibagi berdasarkan sistem (susunan), yaitu: sistem pernapasan,
pencernaan, saluran kemih, reproduksi, saraf, endokrin, otot, sirkulasi, rangka dan kulit.

Kulit
Manusia tidak akan dapat hidup tanpa adanya kulit. Kulit berfungsi untuk mengatur kadar
air dalam tubuh sehingga tidak kering karena penguapan, melindungi tubuh dari bahaya
luar temasuk mencegah masuknya kuman, serta berfungsi sebagai indera perasa.
Kulit terdiri dari lapisan epidermis (kulit ari) dan dermis yang tebal seperti kertas
karton.

Tulang
Tulang berfungsi sebagai penopang tubuh manusia dengan ditunjang oleh otot, pembuluh
darah dan saraf. Fungsi lain tulang yang tak kalah pentingnya adalah sebagai pelindung
organ-organ tertentu. Otot juga memerlukan tulang untuk melekat agar dapat bergerak.
Tulang bukan zat mati, melainkan terdiri dari sel-sel hidup yang berada dalam lingkungan
mineral terutama kalsium. Ada sekitar 206 ruas tulang yang berada dalam bagian-bagian
besar, yaitu tulang kepala (kranium), tulang belakang (vertebra), tulang-tulang iga, tulang
dada dan tulang ekstemitas.
Tempat pertemuan dua buah tulang disebut sendi. Dikenal dua jenis sendi; yang dapat
bergerak dan yang tidak dapat bergerak. Sendi yang dapat bergerak memungkinkan
pergerakan dari dua tulang yang berdekatan, ada tiga jenis: sendi geser, sendi peluru dan
sendi engsel. Sendi yang tidak dapat bergerak terjadi karena tidak ada celah di antara
ujung-ujung dari kedua tulang atau karena tulang-tulang tersebut menyatu, contohnya
tengkorak.
 Tulang kepala (tulang kranium) dan tulang-tulang wajah
Kranium merupakan kumpulan tulang-tulang pipih yang membentuk sebuah
rongga berisi otak. Adanya perdarahan dalam rongga kranium akan
mengakibatkan pendorongan ke jaringan otak sehingga dapat menyebabkan
kematian. Tulang-tulang wajah membentuk muka manusia contohnya tulang
rahang atas dan bawah.
 Tulang belakang.
Terdiri dari 32 atau 33 ruas tulang belakang yang terbagi dalam 5 bagian besar:
o Ruas-ruas tulang leher (servikal) berjumlah 7 ruas.
o Ruas-ruas tulang punggung (torakal) berjumlah 12 ruas sesuai jumlah
iga.
o Ruas-ruas tulang pinggang (lumbal) berjumlah 5 ruas.
o Tulang sakrum, terdiri dari 5 ruas tulang yang menyatu.
o Tulang koksigeal, 3 atau 4 tulang kecil.

Dalam tulang belakang terdapat rongga yang berisi sumsum tulang belakang
(medulla spinalis) merupakan saraf utama yang akan becabang membentuk saraf
tepi
 Iga dan tulang dada
Ada 12 pasang tulang iga, yang di posterior (belakang) melekat pada ruas-ruas
vertebra torakalis dan kemudian berjalan kearah anterior melekat pada tepi tulang
dada (sternum) pada iga 1-7, melekat pada iga diatasnya (iga 8-10) atau
melayang bebas (iga 11-12).
 Tulang ekstremitas
Tulang anggota gerak atas melekat pada batang tubuh melalui tulang selangka
(klavikula) dan tulang belikat (scapula). Tulang anggota gerak atas terdiri dari 1
tulang lengan atas (humerus), tulang lengan bawah terdiri dari 2 yaitu tulang
pengumpil (radius), tulang hasta (ulna) dan tulang-tulang jari tangan. Tulang
anggota gerak bawah melekat pada batang tubuh melalui tulang panggul. Tulang
tungkai atas terdiri dari 1 tulang paha (femur), 2 tulang tungkai bawah yaitu
tulang kering (tibia) dan tulang betis (fibula), serta tulang-tulang jari kaki yang
terbentuk dari puluhan tulang-tulang kecil.

Otot
Otot terbagi menjadi 3 jenis yaitu:
 Otot lurik (serat lintang), yang bekerja di bawah kemauan / kesadaran manusia.
Contohnya otot rangka.
 Otot polos, yang bekerja di luar kesadaran manusia. Contohnya otot saluran
cerna.
 Otot jantung, yang bekerja di luar kesadaran manusia namun memiliki struktur
seperti otot lurik. Otot jantung membentuk sebagian besar jantung.

Pernapasan
Saat orang dewasa bernapas udara akan masuk melalui hidung dan mulut. Bayi hanya
bernapas melalui hidung saja sehingga jika bayi terserang pilek akan terlihat sesak. Untuk
melakukan pernapasan, manusia membutuhkan alat-alat pernapasan berfungsi untuk
pertukaran gas, yaitu: untuk mengambil oksigen dari udara dan mengeluarkan
karbondioksida dari dalam tubuh. Alat-alat pernapasan terdiri dari: rongga hidung, faring,
pangkal tenggorok (laring), batang tenggorok(trakea), dan paru-paru.
Udara Udara yang Udara di Udara yang
pernapasan dihirup alveoli dikeluarkan
Oksigen 20,8% 13,1% 15,3%
karbondioksida 0,04% 5,2% 4,3 %

Dari hidung, udara akan masuk ke rongga faring. Rongga faring ini dapat terlihat pada
saat kita membuka mulut. Setelah itu udara akan sampai pada percabangan saluran
pernapasan dan pencernaan di laring. Pada tempat ini terdapat refleks batuk dimana kita
akan terbatuk-batuk pada saat makan kalau makanan masuk ke saluran napas. Saluran
napas (tenggorokan) terletak di sebelah anterior dari saluran cerna (kerongkongan). Jakun
(tulang rawan tiroidea) adalah bagian dari laring. Suara akan terbentuk apabila udara
melewati pita suara yang terletak di laring.
Setelah melewati laring, udara akan melewati trakea, yang terdapat pada leher bagian
bawah dan kemudian memasuki rongga torak. Trakea tersusun atas tulang-tulang rawan
yang berbentuk cincin. Dalam rongga torak trakea bercabang menjadi 2 bronkus masing-
masing ke paru kiri dan kanan, bronkus akan bercabang-cabang lagi sampai satuan
terkecil yang dikenal dengan nama alveolus di dalam paru-paru.
Proses bernapas dibantu oleh otot-otot napas (otot antar iga) dan diafragma.
 Diafragma (otot sekat rongga dada)
Diafragma adalah sekat berbentuk kubah yang memisahkan rongga dada dan
perut. Pada saat menarik napas (inspirasi) diafragma akan turun, rongga dada
akan berkembang sehingga paru akan ikut berkembang dan udara akan terhisap
masuk ke dalam paru-paru. Demikian pula saat menghembuskan napas (ekspirasi)
diafragma akan terangkat, rongga dada meyempit, paru meguncup dan udara akan
keluar. Pergerakan diafragma yang naik turun ditandai oleh perut yang naik dan
turun. Hal ini disebut pernapasan abdominal.
 Otot-otot antar iga
Bila otot-otot antar iga dan otot-otot dada berkontraksi, dinding dada akan naik,
rongga dada akan membesar dan terjadilah inspirasi. Hal ini disebut sebagai
pernapasan torakal.

Pencernaan
Makanan dan minuman yang kita makan harus dicerna terlebih dahulu agar dapat diserap
oleh tubuh. Zat makanan tersebut harus dipecah menjadi molekul kecil yang dapat larut.
Proses pemecahan makanan menjadi bentuk yang dapat diserap disebut pencernaan.
Sistem pencernaan makanan manusia terdiri dari alat pencernaan dan enzim-enzim
tetentu.
Saluran pecernaan secara berurutan adalah sebagai berikut :
 Mulut.
 Kerongkongan (esofagus).
 Lambung (gaster).
 Usus halus: usus 12 jari (duodenum), usus tengah (jejunum), usus penyerapan
(ileum).
 Usus besar : colon, rectum.
 Anus
Setelah makanan diserap, zat-zat makanan tersebut akan masuk ke peredaran darah untuk
diolah di hati (proses metabolisme).
Selain itu untuk dapat dicerna makanan memerlukan enzim yang dihasilkan oleh kelenjar.
Contohnya kelenjar usus 12 jari yaitu kelenjar pankreas yang menghasilkan enzim untuk
metabolisme lemak, karbohidrat dan protein.

Jantung dan pembuluh darah


Jantung terletak di rongga dada sebelah kiri yang berfungsi sebagai alat pemompa darah.
Untuk menjalani tugasnya yang tidak pernah istirahat itu, jantung mempunyai otot yang
kuat. Jantung memiliki 4 ruangan terdiri dari 2 serambi (atrium) dan 2 bilik (ventrikel)
masing-masing kiri dan kanan. Denyut jantung terjadi jika otot-otot jantung berkontraksi
(menguncup). Denyutnya dapat kita rasakan pada pembuluh nadi dekat permukaan kulit,
seperti di pergelangan tangan atau dileher. Selain jantung, alat sirkulasi lainnya yaitu
pembuluh darah yang terdiri dari pembuluh nadi (arteri), pembuluh balik (vena), dan
kapiler-kapiler darah.

Peredaran darah :
Darah setelah dari seluruh tubuh akan berkumpul dalam pembuluh darah balik (vena).
Sebelum memasuki jatung darah akan melewati 2 vena besar yaitu vena kava inferior
(yang membawa darah dari bagian bawah tubuh) dan vena kava superior (yang
membawa darah dari bagian kepala dan leher). Kedua vena ini akan bermuara di atrium
kanan, lalu masuk ke ventrikel kanan. Setelah itu akan dipompakan ke dalam pembuluh
nadi (arteri) yang pergi ke paru-paru. Di paru-paru darah akan menyerap oksigen (O2)
dan mengeluarkan karbondioksida (CO2). Dari sini darah akan kembali ke jantung dan
masuk ke atrium kiri selajutnya ke ventrikel kiri. Darah kemudian dipompakan kembali
ke seluruh tubuh melalui pembuluh nadi (arteri). Darah keluar pertama kali dari jantung
melalui nadi utama yang disebut sebagai aorta.

Otak dan sistem saraf


Susunan saraf terbagi menjadi susunan saraf pusat (otak dan medula spinalis) dan
susunan saraf tepi. Ada 3 komponen dalam sistem saraf :
 Sistem motorik
Sistem ini adalah yang menggerakkan segala sesuatu dalam tubuh. Bila kita ingin
menggerakkan jari misalnya, maka rangsangan dimulai dari pusat motorik dalam
otak disalurkan terus melewati saraf menuju ke arah otot yang mempersarafi jari.
Otot jari kemudian berkontraksi sehingga jari bergerak.
 Sistem sensorik
Sistem ini digunakan untuk merabarasakan sesuatu. Arah rangsangan dari perifer
ke pusat atau otak. Bila telapak tangan kita terkena benda tajam, maka ujung
saraf pada kulit akan merasakannya, kemudian rangsangan ini disalurkan melalui
saraf dan akhirnya ke pusat sensorik di otak. Kita akan menyadari bahwa sesuatu
yang menyakitkan telah mengenai telapak kita.
 Sistem otonom
Sistem ini bekerja di luar kendali kesadaran manusia. Sistem ini mengatur
pernapasan, pembuluh darah, jantung, pencenaan dan sistem saluran kemih.
Setelah dari otak rangsangan diteruskan melalui batang otak lalu ke sumsum tulang
belakang (medulla spinalis). Dari medulla spinalis rangsangan akan disalurkan melalui
saraf ke organ yang dituju. Untuk rangsangan yang kembali ke arah otak (sensorik) selalu
akan melewati saluran yang sama seperti rangsangan yang pergi dari otak ke organ
tertentu (motorik).
Putusnya saraf besar akan mengakibatkan kelumpuhan (paralisis) sekaligus ganguan
sensorik.
Paralisis yang paling parah akan ditemukan bila putusnya sistem saraf ini terjadi pada
medulla spinalis. Misalnya jika terjadi setinggi vertebra servikalis 1 atau 2, akan terjadi
gangguan pernapasan karena otot pernapasan lumpuh. Juga akan terjadi kelumpuhan
keempat anggota badan dan keempat anggota badan tidak akan merasakan rangsangan
nyeri. Selain itu juga akan terjadi gangguan saraf otonom seperti ganguan buang air kecil
atau gangguan ereksi.

Saluran kemih
Darah akan dibersihkan di ginjal sehingga zat-zat beracun tidak meningkat kadarnya
dalam darah. Zat yang tercuci dari ginjal akan disalurkan ke dalam saluran kemih
bercampur dengan air dan dikeluarkan sebagai air kencing (urin) melalui ureter ke
kandung kencing. Pada saat yang cocok atau kandung kemih penuh air kencing
dikeluarkan dari kandung kemih melalui uretra.
Bila karena suatu hal ginjal tidak berfungsi, maka untuk menghindari kematian akibat
penumpukan racun penderita harus menjalani cuci darah.

Endokrin
Sistem ini terdiri dari kelenjar-kelenjar yang menghasilkan zat yang dikenal sebagai
hormon. Ada banyak kelenjar endokrin, yang terpenting adalah pankreas, gondok
(tiroid), dan kelenjar genitalia.
Kelenjar tiroid terletak di dalam leher, beberapa sentimeter di bawah jakun. Kelenjar ini
mengeluarkan hormon yang berfungsi untuk metabolisme. Kelenjar testis dan ovarium
mengeluarkan hormon laki-laki (testis) dan hormon perempuan (ovarium).

Reproduksi
Sistem reproduksi merupakan sistem yang memproduksi sperma pada laki-laki dan ovum
pada perempuan. Kedua zat tersebut merupakan benih yang apabila bertemu pada
pembuahan akan menjadi berkembang menjadi janin di dalam rahim perempuan.
 Saluran reproduksi laki-laki, terdiri dari testis (buah zakar) dan penis. Pada penis
terdapat lubang kencing yang berfungsi ganda untuk mengeluarkan urine dan air
mani. Sel sprema diproduksi oleh kelenjar testis. Kelenjar penting pada laki-laki
adalah kelenjar prostat apabila terjadi pembesaran pada kelenjar ini akan
mengalami gagguan kencing, biasanya pada usia tua.
 Saluran reproduksi perempuan, yang tidak begitu jelas bila dilihat dari luar. Pada
bagian luar dapat dilihat vulva yang terdiri dari labia (menyerupai bibir) besar
(labia mayora) dan kecil (labia minora) serta klitoris. Pada vulva terdapat 2
lubang yaitu lubang kencing dan lubang senggama (vagina). Saluran reproduksi
dalam perempuan terdiri dari rahim (uterus) dan kedua indung telur (ovarium).
CEDERA JARINGAN LUNAK

Cedera jaringan lunak atau biasa disebut perlukaan jaringan lunak adalah luka pada kulit,
otot, saraf atau pembuluh darah. Perdarahan yang terjadi pada luka jaringan lunak sering
membuat orang panik atau malah takut mendekati korban.
Kadang-kadang perdarahan yang terjadi sering mengalihkan penolong dari mengatasi
keadaan lain yang lebih mengancam nyawa. Misalnya saja, saat melakukan pertolongan,
penolong terpaku pada usaha penanganan luka sementara jalan napas dan pernapasan
korban tidak diperhatikan. Seharusnya, bagaimanapun luka atau cedera yang terjadi,
masalah jalan napas dan pernapasan tetap menjadi hal yang harus ditangani
terlebih dahulu, (Ingat prinsip ABC, dimana Airway dan Breathing didahulukan dari
Circulation).
Setelah jalan napas dan pernapasan ditangani, usaha pertolongan dilanjutkan pada usaha
mengehentikan perdarahan dari luka, karena perdarahan yang banyak dan tidak
dihentikan dapat berakibat fatal yang berakhir dengan kematian. Selain perdarahan yang
banyak, perdarahan yang sedikit namun merembes terus menerus juga dapat
menyebabkan kematian.
Berdasarkan keutuhan kulit, luka dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok besar,
yaitu luka terbuka dan luka tertutup.

Luka terbuka

Luka terbuka adalah cedera pada kulit yang menyebabkan paparan jaringan dibawahnya
terhadap dunia luar. Luka terbuka mempunyai resiko terkontaminasi kuman dari luar
tubuh yang pada akhirnya menyebabkan infeksi. Jenis-jenis luka terbuka antara lain luka
serut, luka tusuk dan sayat, luka compang camping, luka tembus, avulsi, amputasi, luka
remuk dan luka tembak.
Dalam menangani luka terbuka, seorang penolong harus waspada terhadap kemungkinan
penularan penyakit akibat kontak dengan darah yang keluar dari luka. Oleh karena itu,
perlengkapan perlindungan diri harus digunakan terlebih dahulu setiap akan melakukan
pertolongan.

Luka serut
Luka serut adalah luka terbuka yang disebabkan oleh kikisan, gesekan atau terkelupasnya
bagian terluar kulit (abrasio). Luka seperti ini dapat terasa sangat sakit karena pada
lapisan luar kulit inilah terdapat banyak ujung saraf yang menyalurkan rasa nyeri.
Perdarahan yang terjadi umumnya ringan dan tidak mengancam nyawa.

Laserasi
Laserasi adalah luka terbuka yang cukup dalam, biasanya disebabkan pukulan benda
tumpul. Pinggir dari luka tidak teratur yang menyebabkan penyembuhannya lama.
Luka sayat
Luka terbuka cukup dalam yang disebabkan benda tajam. Tepi luka rata sehingga apabila
kedua tepi direkatkan dengan cukup erat, penyembuhan dapat dicapai dalam waktu yang
lebih singkat dengan hasil yang cukup baik.

Luka tusuk dan luka tembus


Luka jenis ini biasanya disebabkan oleh benda tajam atau tembakan. Tergantung dari
kekuatan yang menyebabkan, luka yang terjadi dapat memiliki kedalaman yang berbeda,
mulai dari luka yang dangkal sampai luka yang tembus (terdapat 2 luka, satu di tempat
benda tersebutr masuk dan satu lagi di tempat benda tersebut keluar).
Jenis perlukaan seperti ini mungkin dalam, menyebabkan kerusakan dan menyebabkan
perdarahan dalam yang berat.
Khusus untuk luka tembus, luka keluarnya dapat berukuran sama dengan luka masuk,
tapi juga dapat berukuran sangat besar, hal yang terakhir terjadi pada luka yang
disebabkan oleh benda dengan kecepatan tinggi, misalnya tembakan senapan.
Beratnya cedera pada luka tembus tergantung pada:
 Lokasi dari luka, luka di batang tubuh lebih berbahaya dari luka di ekstremitas.
 Ukuran dari benda yang menembus, semakin besar benda yang menembus, semakin
berbahaya luka yang terjadi.
 Kecepatan, semakin cepat benda yang mengakibatkan luka, semakin berat cedera
yang terjadi.

Perawatan pra rumah sakit pada luka terbuka

1. Perhatikan jalan napas dan keadaan pernapasan korban, lakukan RJP jika perlu.
2. Lihat keadaan umum korban, perdarahan yang banyak dapat menyebabkan syok.
Atasi syok jika terjadi.
3. Cari luka yang ada dengan teliti. Jangan puas apabila telah menemukan satu luka,
karena luka lain mungkin saja terdapat, misalnya luka keluar pada kejadian luka
tembus.
4. Lepaskan pakaian dengan cara menggunting pakaian korban bila perlu. Bersihkan
daerah luka sebersih mungkin dengan kassa steril atau benda bersih yang tersedia.
Jangan mencoba untuk membersihkan kotoran yang melekat pada luka.
5. Kontrol perdarahan dengan penekanan langsung dan meninggikan bagian yang
terluka. Jika luka masih berdarah gunakan penekanan pada titik nadi (point
pressure). Gunakan turniket hanya dalam keadaan terpaksa.
6. Jika ada benda yang tertancap, jangan pernah mencoba untuk mencabut benda
tersebut! Kecuali apabila benda tersebut mengganggu jalan napas dan pernapasan
korban.
7. Bungkus dan balut luka untuk mencegah kontaminasi lebih lanjut. Pasang kasa
steril yang kering, lalu balut. Periksalah nadi distal sebelum dan sesudah
membalut.

Luka tertutup
Luka tertutup adalah cedera pada jaringan lunak di bawah kulit tanpa disertai kerusakan
kulit sehingga risiko paparan terhadap kuman pada luka jenis ini lebih kecil daripada luka
terbuka.
Luka tertutup dapat ringan berupa kerusakan kecil di bawah permukaan kulit atau dapat
sangat parah dengan adanya kerusakan organ dalam. Adanya tumpukan darah yang
menumpuk di bawah kulit sehingga kulit terlihat membengkak disebut hematoma.
Dikenal juga istilah kontusio, yang dalam bahasa sehari-hari kita kenal sebagai memar.
Luka tertutup yang kecil umumnya tidak membutuhkan perawatan khusus, tetapi suatu
hematoma atau memar yang cukup luas dapat menandakan cedera yang lebih serius yang
dapat menjadi fatal terutama bila terjadi di kepala ataupun batang tubuh.

Perawatan pra rumah sakit pada luka tertutup

Walaupun luka tertutup tidak terdapat kerusakan kulit namun selalu berhati-hati terhadap
kemungkinan penyakit menular. Bila memar cukup besar maka berikan kompres dingin
untuk membantu menghilangkan rasa sakit dan pembengkakan.
Bila ada cincin yang menjepit, pemakaian pelicin seperti sabun dapat membantu. Jika
tidak bisa, bawalah ke rumah sakit sambil memberikan kompres dingin untuk
mengurangi pembengkakan. Karena sirkulasi ke bagian tubuh kemungkinan berkurang,
jangan mendinginkan lebih lama dari 15 sampai 30 menit. Naikkan bagian yang luka
kira-kira sejajar dengan jantung.
Perubahan warna pada daerah yang luas dari kulit dapat menunjukkan perdarahan yang
serius. Memar seukuran kepalan tangan dapat menunjukkan adanya kehilangan darah
sebesar 10 % volume tubuh.
Jika menemukan memar yang besar pada kepala, dada atau perut anggaplah bahwa ada
perdarahan di dalam.
Jika memar pada anggota gerak, berhati-hatilah akan adanya kemungkinkan patah tulang.

Luka khusus

Beberapa luka terbuka memerlukan perhatian khusus seperti keadaan sebagai berikut:

Cedera dada
Jantung, paru-paru dan pembuluh-pembuluh darah besar terletak dirongga dada. Dengan
demikian luka tembus pada dada dapat mengakibatkan kerusakan yang berat pada organ-
organ tadi dan perut bagian atas. Gangguan pada paru-paru dapat terjadi melalui dua cara:
secara langsung, dimana benda yang menyebabkan luka secara langsung mencederai
paru-paru; secara tidak langsung, apabila terjadi robekan pada pleura (selaput
pembungkus paru-paru) sehingga terjadi tekanan pada paru-paru akibat udara luar yang
masuk ke dalam ruang di antara pleura dengan paru-paru sehingga paru-paru dapat
menguncup (kolaps). Kedua hal ini dapat menyebabkan gangguan pernapasan. Bila
keadaan ini ditemukan, maka seharusnya luka ditutup dengan cepat untuk mencegah
masuknya udara luar ke rongga pleura agar korban terhindar dari kesulitan bernapas yang
berat.
Menutup luka pada dada dapat dilakukan dengan berbagai cara:
 Tutuplah dengan tangan anda (setelah memakai sarung tangan). Hal ini hanya
sementara.
 Tutuplah degan kassa yang kedap udara. Hal ini hanya dapat dicapai dengan
pemakaian kassa yang khusus (kasa oklusif yang sulit didapat) ataupun dengan
meletakkan kassa yang sudah diberikan salep.
 Kassa 3 sisi. Sama seperti no. 2, namun dibiarkan terbuka pada satu sisinya agar
udara dapat keluar. Ini akan dapat membantu untuk mencegah kondisi yang
disebut peumotorak, yaitu pengumpulan udara luar dalam rongga dada yang akan
menekan paru-paru dan jantung.
 biarkan korban mecari posisi yang nyaman, jika tidak ada kecurigaan cedera
spinal. Umumnya korban lebih menyukai posisi dimana dada dapat berkembang
leluasa.

Benda Tertancap
Benda tertancap adalah sebuah benda yang tertanam pada luka terbuka. Prinsip utama
adalah tidak mengangkat benda-benda yang tertancap kecuali benda itu melewati pipi
korban atau menganggu airway atau tindakan resusitasi yang dilakukan. Hal ini karena
usaha mencabut benda yang tertancap tersebut dapat mengakibatkan luka baru yang
malah memperparah keadaan korban.
Tindakan pada benda yang tertancap:
 Amankan benda tertancap tersebut secara manual untuk mencegah pergerakan.
Pergerakan dapat menyebabkan kerusakan lebih lanjut dan perdarahan.
 Buka daerah luka. Singkirkan pakaian sekitarnya, tapi ingat untuk tidak
menggerakkan benda.
 Kontrol perdarahan. Lakukan tekanan langsung ke tepi luka. Hindari melakukan
tekanan langsung ke benda yang tertancap.
 Gunakan pembalut besar untuk membantu menstabilkan benda. Tutup seluruh
luka dengan pembalut dan plester dengan baik.
Ketika sebuah benda tertancap di pipi pederita, perdarahan dapat mengganggu
pernapasan. Jika ini yang terjadi cabutlah benda dengan aman dengan cara:
 Sambil pertahankan jalan napas terbuka, cari bagian dari bagian benda di dalam
mulut korban dengan jari yang telah memakai sarung tangan.
 Cabutlah benda itu sesuai dengan jalan masuknya.
 Kontrol perdarahan dari luar pipi. Lalu balut luka itu.
 Monitor jalan napas, bila perlu hisap darah yang berlebihan dengan alat
penghisap.
Penolong mungkin mendapat perlawanan pada saat mencoba menolong mengangkat
benda di pipi, jangan paksakan mengangkat benda, pertahankan jalan napas tetap terbuka
sebaik mungkin dan hisap darah dengan alat penghisap jika diperlukan. Stabilkan benda
untuk sementara sambil membawa korban ke rumah sakit. Bila tidak ada cedera spinal,
pederita boleh diletakkan miring untuk membantu mengalirkan darah keluar dari mulut.

Luka Leher Besar Terbuka


Perdarahan banyak dari luka yang mengenai pembuluh darah besar di leher adalah
keadaan gawat darurat karena:
 Perdarahan akan terus terjadi.
 Ada resiko udara yang tersedot ke dalam vena leher dan terbawa ke jantung
(disebut sebagai emboli). Hal ini dapat megakibatkan kematian.
 Kemungkinan cedera spinal sangat besar.
Untuk mengontrol perdarahan dan mencegah emboli udara dapat dilakukan :
 Secepatnya letakkan sarung tangan di atas luka untuk mengontrol perdarahan.
 Letakkan kassa pada luka. Yakinkan menutupi luka pada semua sisi untuk
mencegah udara tersedot ke dalam. Plesterlah kassa pada keempat sisinya.
 Beri cukup tekanan pada kassa untuk mengontrol perdarahan.
 Apabila perdarahan terkontrol, tekanan dapat dikurangi. Jangan beri balutan yang
mengelilingi leher, tindakan seperti ini justru dapat mencekik korban.

Eviserasi

Eviserasi adalah keluarnya organ dalam dari luka terbuka dan biasanya terjadi pada luka
perut. Jangan mencoba untuk memasukkan kembali organ yang keluar dan jangan
disentuh karena mungkin akan terjadi kerusakan lebih lanjut atau terkontaminasi.
Tutupi organ yang keluar dengan pembalut steril yang tebal dan basahilah dengan cairan
steril (cairan infus)
Jangan gunakan benda yang mudah terserap, mudah robek dan melekat ke organ seperti
kapas, kertas tissue atau kertas handuk.
Pertahankan temperatur daerah luka dengan menutup balutan tadi dengan selembar atau
lebih pembalut besar seperti selimut bebas butiran atau handuk. Balutan kemungkinan
dapat diikat longgar ditempatnya dengan perban atau sprei bersih.

Amputasi
Cedera akibat kekuatan yang besar dapat menyebabkan terjadinya amputasi, yaitu
telepasnya anggota tubuh atau sebagian anggota tubuh dari badan. Amputasi sering
terjadi pada kecelakaan industri atau kecelakaan lalu lintas. Perdarahan besar biasanya
terjadi namun cukup sering perdarahan akan berkurang karena kemampuan kontraksi
pembuluh darah.
Perawatan untuk amputasi sama dengan merawat luka, dengan tambahan bahwa turniket
dapat dipasang. Pertama berikan perawatan darurat pada korban. Jangan habiskan waktu
untuk mencari bagian yang terpotong. Jika ada bantuan, minta orang tersebut untuk
mencarinya.
Untuk bagian tubuh yang terpotong lakukan hal-hal berikut:
 Bungkus dengan plastik bagian tubuh yang terpotong, jangan merendam langsung
bagian tubuh dalam air.
 Jaga bagian yang terpotong tetap dingin dengan cara meletakkan katong plastik
tadi ke dalam kantong plastik yang lebih besar yang terisi es batu.
 Beri label yang berisi nama korban, tanggal dan jam saat kejadian.

Avulsi
Avulsi adalah mengelupasnya kulit atau kulit dengan jaringan. Penyembuhan biasanya
lama dan bekas luka mungkin luas.
Avulsi biasanya disebabkan oleh kecelakaan industri atau kendaraan bermotor. Biasanya
terjadi pada jari tangan, jari kaki, lengan, tungkai, telinga dan hidung. Keseriusan dari
luka tergantung pada seberapa banyak darah masih dapat mengalir ke kulit yang teravulsi.
Perawatannya sama dengan perawatan pada luka.

Gigitan
Walaupun tampak kecil, luka bekas gigitan terancam infeksi. Luka gigitan paling kotor
adalah gigitan manusia. Perawatan sama seperti perawatan pada luka. Jangan
membunuh hewan yang menggigit kecuali dalam keadaan terpaksa. Bila binatangnya
tidak ada carilah keterangan mengenai jenis binatangnya.

Pembalutan luka

Tujuan pembalutan luka adalah :


 Mengontrol perdarahan.
 Mencegah kontaminasi lebih lanjut.
 Mencegah kerusakan lebih lanjut pada luka.
 Menjaga luka tetap kering.
 Mencegah pergerakan pada luka.
 Perawatan luka yang baik dapat mempercepat penyembuhan.
 Untuk kenyamanan korban.

Penutup Luka

Adalah benda yang digunakan untuk menutup luka dan membantu mengontrol
perdarahan serta mencegah kontaminasi tambahan. Contohnya : kain kassa.
 Kassa, biasanya dibungkus secara tersendiri untuk mencegah kontaminasi dan
dijual di apotek. Kassa sebaiknya yang menyerap dan cukup untuk melindungi
seluruh luka dari kontaminasi. Dalam keadaan terdesak dapat juga digunakan
sapu tangan bersih, handuk, spreii ataupun pakaian bersih. Jangan gunakan kertas
toilet, tissue atau benda lain yang dapat robek atau melekat pada luka.
 Pembalut trauma, memiliki ukuran lebih lebar dan mudah menyerap. Biasanya
digunakan pada luka yang lebih besar dan luka yang membutuhkan penyerapan
maksimal.
 Pembalut biasa, dikenal dengan nama perban. Perban biasanya tidak steril
sehingga diperlukan kasa steril untuk menutup luka dibawahnya.
 Pembalut elastis, sifatnya yang elastis ini merupakan kelebihan tersendiri
sehingga dapat dipakai untuk menghentikan perdarahan.
 Pembalut oklusif, terbuat dari bahan plastik, alumunium foil atau lainnya.
Pembalut ini digunakan untuk membentuk ruang kedap udara, tahan lembab di
atas luka. Pembalut ini jarang dijumpai di Indonesia.
Jika pembalut komersil tidak tersedia kita harus mencari alteratif lain misalnya dengan
memakai kain bersih.

Saat membalut, ikatan jangan terlalu longgar atau ketat. Selalu periksa PMS sebelum dan
setelah melakukan pembalutan (akan diterangkan lebih lanjut pada saat pembahasan
cedera anggota gerak). Sebelum membalut lepaskan perhiasan pederita karena dapat
terjadi pembengkakan dan megganggu sirkulasi.
Longgarkan balutan jika kulit disekitarnya menjadi :
 Pucat atau kebiruan.
 Nyeri bertambah.
 Kulit di bagian distal dingin.
 Ada kesemutan atau mati rasa.

Jenis-jenis balutan:
 Mitela, berbentuk segitiga yang digunakan untuk menahan anggota badan yang
terluka, menahan kassa steril, membetuk turniket dan membalut dahi atau tulang
tengkorak.
 Kravat, adalah mitela yang dilipat-lipat dan dapat digunakan untuk membebat.
 Perban gulung biasa ataupun elastis sering digunakan.

Prinsip pada penutupan luka

Aturan umum dalam menutup luka:


 Selalu hindari kontaminasi termasuk menyentuh luka dengan tangan yang kotor
atau benda-benda yang tidak steril.
 Bahan yang digunakan untuk membalut harus steril. Jika tidak ada dapat gunakan
kain yang bersih.
 Balutan harus menutupi semua luka.
 Jangan ada ujung balutan yang bebas melayang.
 Ikatan balutan jangan terlalu longgar atau kencang.
 Pada pembalutan daerah ekstremitas, mulailah membalut daerah lebih proksimal.
Hal ini berguna agar tekanan yang terbentuk lebih merata.
 Plester ujung balutan ditempatnya atau ikat dengan simpul.
 Sedapat mungkin ujung jari tidak ikut terbalut agar dapat diperiksa peredaran
darahnya.
CEDERA ANGGOTA GERAK

Patah tulang

Bila tulang terputus pada satu tempat akan timbul patah tulang (fraktur). Patahnya ini
dapat disebabkan cedera langsung (misalnya terhantam kayu), atau secara tidak langsung
(misalnya jatuh dari ketinggian, dan tulangnya membengkok lalu patah).
Suatu patah tulang disebut patah tulang tertutup apabila patah tulang tidak disertai
dengan kerusakan kulit dan disebut patah tulang terbuka apabila terjadi sebaliknya.
Bahkan pada patah tulang terbuka dapat saja terlihat bagian tulang yang keluar dari kulit
yang terbuka tersebut. Patah tulang terbuka lebih berbahaya daripada patah tulang
tertututp, karena kemungkinan terjadi infeksi pada tulang cukup besar.

Gejala dan tanda patah tulang

 Nyeri
Pada saat tulang patah, tidak dirasakan nyeri oleh penderita, namun beberapa saat
kemudian akan ada nyeri yang hebat. Nyeri yang hebat ini selain disebabkan oleh
patahnya sendiri, juga disebabkan kontraksi otot yang terjadi (biasanya akan
terjadi pemendekan).
Setiap pergerakan akan menyebabkan rasa nyeri bertambah, ini salah satu sebab
mengapa setiap patah tulang harus dibidai.
 Pembengkakan
Pembengkakan yang terjadi disebabkan karena perdarahan yang timbul, baik dari
ujung tulang yang patah, maupun dari otot yang tertusuk ujung tulang.
 Kemerahan dan lebih hangat
Ini disebabkan pembuluh darah di daerah patah akan lebih melebar, pada
penilaiannya harus dibandingkan dengan daerah sekitar, atau tungkai yang tidak
patah.
 Memar
Disebabkan karena perdarahan di bawah kulit.
 Nyeri tekan
Daerah patah saat dipegang akan terasa nyeri. Ini tentu saja tidak khas untuk patah
tulang, karena peradangan biasa juga akan nyeri tekan.
 Krepitasi
Saat dipegang dan diangkat, kedua ujung tulang yang patah akan saling bergerak
dan menimbulkan suara berderak. Suara berderak ini sendiri tidak apa-apa, namun
akan menimbulkan nyeri hebat, yang dapat menyebabkan penderita pingsan.
Jangan mencoba mencari tanda krepitasi ini.
 Kelainan bentuk
Tungkai atau lengan yang patah akan tampak lebih bengkok, lebih pendek, lebih
terputar. Gejala dan tanda patah tulang terkadang sangat jelas, namun kadang-
kadang sangat tidak jelas
 Perdarahan
Kadang-kadang patah tulang dapat diikuti dengan perdarahan hebat. Ini terjadi
bukan saja pada patah terbuka, namun juga dapat terjadi pada patah tulang
tertutup. Patahnya tulang paha dapat diikuti perdarahan sebanyak satu liter,
walaupun darahnya tidak keluar dan hanya nampak pahanya bengkak.

Apabila terdapat keragu-raguan, lebih baik dianggap patah saja.

Komplikasi patah tulang

Komplikasi tersering yang terjadi pada patah tulang adalah gangguan saraf dan pembuluh
darah, penilaian yang dilakukan sesuai dengan uraian di bawah:
 P: pulsasi (denyutan) pembuluh darah. Patah tulang dapat menyebabkan
terputusnya atau tersumbatnya pembuluh darah, sehingga bagian yang lebih jauh
(distal) dari pembuluh darah tersebut tidak mendapatkan pasokan (suplai) darah.
Gejalanya adalah :
o Nyeri yang sangat hebat (agak sulit, karena patah tulang sendiri sudah
sangat nyeri)
o Denyut nadi distal tidak teraba
o Bagian yang tidak mendapatkan darah menjadi pucat
o Bagian distal menjadi dingin
 M: motorik. Adanya gangguan pergerakan. Agak sulit dikenali, karena pada
patah tulang setiap pergerakan akan menyebabkan rasa nyeri, namun dengan
menggerakkan jari-jari, kita masih dapat tahu apakah pergerakan terganggu atau
tidak
 S: sensorik. Adanya gangguan perasaan (baal), distal dari patah tulang.

Tindakan pada patah tulang

Prinsip-prinsip dalam penanganan patah tulang adalah sebagai berikut :


1. Proteksi diri dan lingkungan.
2. Selalu perhatikan ABC terlebih dahulu.
3. Bila ada perdarahan, lakukan penghentian perdarahan dengan tekanan langsung.
4. Bila penderita dalam keadaan stabil (ABC baik), lakukan pemeriksaan, terutama
mengenai patah tulangnya, dan juga mengenai komplikasi (PMS).
5. Lakukan imobilisasi anggota gerak yang patah dengan pembidaian (spalk:
belanda, splint: inggris ) atau dengan cara lain.

Pembidaian

Pembidaian adalah salah satu cara yang mengusahakan agar anggota badan dalam
keadaan tidak bergerak (imobilisasi).
Tujuan utama dari pembidaian adalah:
 Mencegah pergerakan lebih lanjut.
 Mengurangi rasa nyeri.
 Mengurangi cedera lebih lanjut (akibat pergerakan).
 Mengurangi perdarahan.
Prinsip-prinsip dalam melakukan pembidaian :

 Pastikan terlebih dahulu bahwa permasalahan ABC telah ditangani. Bila ada
perdarahan, lakukan kontrol perdarahan terlebih dahulu.
 Pada penderita sadar, katakan terlebih dahulu apa yang akan dilakukan (membidai
dapat menimbulkan rasa nyeri).
 Buka daerah yang cedera dan akan dilakukan pembidaian. Bila ada perhiasan
yang mengganggu pembidaian, buka.
 Bila ada luka patah terbuka, tutupi terlebih dahulu luka denga kasa steril.
 Lakukan penarikan ringan pada ujung tungkai (kaki) atau ujung lengan (tangan).
Apabila teraba krepitasi jangan teruskan tarikan.
 Periksalah PMS.
 Lakukan pembidaian dengan:
 Selalu melewati satu sendi sebelum patah, dan satu sendi setelah patah
(satu sendi proksimal, satu sendi distal).
 Pemasangan alat yang kaku (papan dsb), minimal pada 2 sisi, walaupun
bila terpaksa satu sisi juga boleh.
 Pada bagian yang berlekuk, lakukan penyanggahan dengan sesuatu yang
lunak (bantal kecil, gulungan kassa, dsb).
 Bila tidak ada alat yang kaku, dapat dilakukan imobilisasi ke tubuh,
misalnya dengan membalut lengan ke tubuh, atau membalut tungkai ke
tungkai yang sehat.
 Periksa kembali PMS setelah selesai membidai.
 Bila ada tulang yang menonjol, jangan paksakan untuk masuk
kembali. Bila karena tarikan kita, tulang masuk kembali, laporkan pada petugas
yang mengambil alih.

Jenis-jenis bidai

Banyak cara dan alat untuk membidai, dalam keadaan terpaksa gagang sapupun dapat
dipakai untuk membidai.
 Bidai keras. Terbuat dari papan atau tripleks. Sebaiknya sebelum dipakai, papan
telah dilakukan pembalutan supaya lebih lunak (empuk).
 Bidai siap pakai. Sudah dijual dalam bentuk siap pakai.
Contohnya adalah :
 Bidai udara (pneumatic/air splint), harus ditiup/dipompa terlebih dahulu
 Bidai vakum, udara dipompa keluar dahulu
 Sling dan bebat (sling and swathe): anggota tubuh diikat dan digantung ke batang
badan.
 Bidai tarik (traction splint): alat khusus untuk patah tulang paha, dipakai untuk
membidai sekaligus melakukan penarikan (traksi) pada kaki.

Penangangan Patah Tulang pada Masing-masing Tulang


Patah tulang selangka
Patah tulang selangka (klavikula) jarang sekali berbahaya (komplikasi jarang). Dapat
timbul karena benturan langsung, ataupun karena jatuh dengan lengan dan tangan
terkedang (tangan dan lengan lurus, jadi tumpuan pada saat jatuh).
Gejala: Lengan nyeri kalau digerakkan, biasanya penderita menyanggah lengannya yang
sakit. Bisa ada pembengkakan pada daerah tulang selangka. Jarang tulang menonjol
keluar.
Tindakan: Gunakan kain mitela atau segitiga. Berikan bantalan antara tubuh dan lengan.

Tulang lengan atas (humerus)


Gejala: Lengan atas nyeri dan tidak dapat digerakkan. Mungkin terlihat lengan atas
bengkok.
Tindakan: Gunakan bidai yang keras untuk bagian luar dari lengan atas dan pasang
bantalan antara tubuh dan lengan atas, kemudian gunakan kain mitela (kain segi tiga).

Patah pada tulang sekitar siku


Gejala: Lengan dalam keadaan tertekuk, atau lurus. Nyeri hebat dan biasanya akan
terlihat pembengkakan dan kelainan bentuk.
Tindakan: Pasang bidai pada keadaan lengan yang ditemukan, jangan coba-coba untuk
meluruskan atau menekuk lengan bawah.
Pasang bidai dari ketiak sampai siku (bila lengan bawah tertekuk) atau sampai tangan
(bila lengan bawah lurus). Pasang bidai keras pada kedua sisi lengan.

Patah tulang lengan bawah


Gejala: Nyeri, sulit digerakkan, pembengkakan dan kelainan bentuk pada lengan bawah.
Aliran darah ke arah distal masih dapat diperiksa dengan pemeriksaan pengisian kembali
kapiler (capillary refill).
Tindakan: Bidai pada kedua sisi lengan bawah, lalu gantung dengan mitela.

Patah tulang jari


Gejala: Nyeri, sulit digerakkan, pembengkakan dan kelainan bentuk pada jari yang
terkena.
Tindakan: Pasang bidai pada salah satu sisi jari. Dapat dipakai sudip (spatula) lidah (alat
untuk menekan lidah ke bawah).
Patah tulang panggul (pelvis)
Ini dapat merupakan suatu keadaan yang mengancam nyawa, karena perdarahan bisa
hebat sekali sehingga penderita bisa masuk dalam syok.
Gejala:
 Gejala syok.
 Nyeri pada daerah panggul yang terkena.
 Penderita tidak mungkin bisa berjalan.
 Nyeri saat menggerakkan tungkai pada sisi panggul yang terkena.
 Patahan tulang panggul mungkin mengenai alat dalaman, yang sulit dikenali.
Tindakan:
 Bila penderita dalam keadaan syok, lakukan penanganan syok. Dapat dilakukan
pemasangan gurita sekitar panggul (bukan sekitar perut!) untuk mengurangi
perdarahan dalam.
 Pasang bantal antara kedua tungkai penderita.
 Letakkan dan fiksasi penderita pada LSB.

Patah tulang paha


Gejala: Sangat nyeri. Nyeri ini kadang-kadang menutupi cedera yang lebih parah, seperti
cedera tulang belakang, atau cedera perut.
Biasanya ada kelainan bentuk, pembengkakan, dan ketidakmampuan untuk
menggerakkan tungkai.
Kadang-kadang patah tulang paha dapat menimbulkan perdarahan dalam (sekitar patahan
tulang) yang hebat sehingga terjadi syok.
Tindakan: Jelas ini memerlukan imobilisasi. Jika anda menemukan tungkai dalam posisi
lurus, gunakan dua papan, satu papan disepanjang bagian dalam paha dari lipat paha
sampai kaki, yang lainnya di bagian luar paha dari ketiak sampai kaki.
Cukup sering terjadi gangguan PMS, jangan lupa untuk memeriksanya.

Patah tulang pangkal paha


Seringkali ditemukan pada perempuan usia lanjut, karena osteoporosis (pengeroposan
tulang). Kadang-kadang hanya tergelincir saja sudah dapat patah.
Gejala: Nyeri yang terjadi cukup berat dan penderita tidak dapat menggerakkan
tungkainya. Kalau jeli, akan terlihat bahwa kaki dari tungkai yang terkena memutar
keluar, lebih dari kaki yang sehat. Biasanya tidak ada gangguan PMS.
Tindakan: Pembidaian seperti patah tulang paha.

Patah tulang sekitar sendi lutut


Gejala: Nyeri, kelainan bentuk, pembengkakan, dan tidak dapat digerakkan. Cukup sering
ada gangguan PMS.
Tindakan: Lutut mungkin dalam keadaan lurus atau tertekuk, dan harus dilakukan
pembidaian dalam keadaan yang ditemukan.
Pada posisi lutut lurus: Seperti patah tulang paha.
Pada posisi lutut tertekuk: Dengan dua papan agak pendek pada kedua sisi lutut, lutut
yang bengkok dilakukan fiksasi dengan kravat.
Patah tulang tungkai bawah
Gejala: Nyeri, kelainan bentuk, pembengkakan, dan tidak dapat digerakkan. Cukup sering
ada gangguan PMS.
Tindakan :Dilakukan pembidaian.
Posisi lurus :Gunakan dua bantalan long boards, pertama dibagian dalam paha dari lipat
paha sampai kaki. Letakkan yang kedua dari paha bagian luar, dari panggul sampai kaki,
lalu dibidai memakai kravat.

Patah tulang sekitar pergelangan kaki


Gejala: Nyeri, kelainan bentuk, pembengkakan, dan tidak dapat digerakkan. Jarang sekali
ada gangguan PMS.
Tindakan: Pembidaian dilakukan mulai dari lutut sampai melewati mata kaki. Dapat juga
dengan menjepit kaki antara 2 bantal dan kemudian melakukan fiksasi pada ke 2 bantal
tersebut.
Sepatu selalu dilepaskan karena akan mengganggu proses pembidaian.

Terkilir

Terkilir atau keseleo adalah keadaan dimana bonggol sendi keluar dari mangkoknya.
Kadang-kadang bonggol sendi masuk kembali, sehingga tidak akan dijumpai kelainan
bentuk, kadang-kadang tetap di luar mangkok sendi sehingga ada kelainan bentuk sendi.

Gejala pada terkilir mirip dengan patah tulang, bahkan terkilir dapat ditemukan
bersamaan dengan adanya patah tulang.
 Nyeri : dapat sangat hebat, dan terutama disebabkan pemendekan otot yang secara
terus menerus berkontraksi. Menarik anggota badan tersebut akan mengurangi
rasa nyeri, namun tindakan ini tidak diperbolehkan, karena mungkin ada patah
tulang juga, sehingga penarikan anggota badan akan menyebabkan kerusakan
lebih lanjut.
 Pembengkakan: terutama sekitar sendi.
 Gangguan pergerakan: anggota badan tidak dapat digerakkan, terutama karena
nyeri.
 Kelainan posisi: anggota badan dalam keadaan terfiksir, tidak dapat digerakkan.
Pada terkilirnya sendi bahu misalnya, lengan atas dalam keadaan agak keluar.
Pada terkilirnya sendi paha, tungkai atas akan menyilang kedalam. Jangan coba-
coba untuk mengembalikan kekeadaan normal.
Tindakan : dilakukan pembidaian, tergantung pada sendi yang terkena. Prinsipnya
adalah bahwa sendi tersebut dibuat tidak bergerak, sehingga umumnya pembidaian
dilakukan pada 2 tulang, yaitu tulang yang di atas dan tulang yang di bawahnya.
Pada patah tulang, pembidaian dilakukan melewati 2 sendi, pada terkilir dilakukan
pembidaian melalui 2 tulang.
Komplikasi: Seperti pada patah tulang yaitu kelainan PMS.
Perdarahan umumnya tidak terjadi pada keadaan terkilir.
Sprain

Keadaan dimana terjadi kerusakan pada jaringan pengikat sekitar sendi. Keadaan ini
dapat disertai terkilir maupun tidak.
Gejala mirip seperti patah tulang, bahkan tidak dapat dibedakan, kecuali bahwa tidak
akan ditemukan kelainan bentuk.
Tindakan adalah dengan melakukan imobilisasi pada sendi yang bersangkutan.

Strain

Keadaan dimana otot mengalami peregangan dan perdarahan dalam otot itu sendiri.
Gejala: nyeri pada otot yang bersangkutan. Semua gerakan akan mengakibatkan nyeri,
sehingga lebih baik anggota badan tersebut diistirahatkan.
CEDERA KEPALA, WAJAH DAN LEHER

Cedera kepala seringkali merupakan cedera ringan, seperti misalnya orang yang
ditempeleng atau kepalanya dilempar batu. Namun apabila cederanya lebih serius, maka
cedera kepala dapat mengancam nyawa. Pada korban dengan cedera ganda (multi trauma)
maka cedera kepala akan ditemukan pada 50 % korban.
Peranan anda sebagai penolong pertama sangat berarti dalam menjaga airway, breathing
maupun circulation. Kegagalan dalam menjaga ke 3 hal ini akan menyebabkan gangguan
oksigenasi ke otak sehingga harapan hidup korban jelas akan berkurang.
Satu hal yang sangat penting adalah bahwa pada setiap cedera kepala, betapapun
ringannya, harus dipertimbangkan kemungkinan cedera servikal (cedera pada tulang
leher).

Cedera Kepala

Cedera pada kepala bisa dengan adanya luka maupun tidak ada luka. Walaupun tanpa
luka, tetapi cedera pada otak yang cukup serius dapat saja terjadi.
Cedera kepala dapat juga terbuka dan tertutup. Cedera kepala terbuka adalah keadaan
dimana ada luka terbuka sampai otak.
Di dalam tengkorak terdapat jaringan otak, darah serta cairan otak (cairan serebrospinal),
semuanya lunak ataupun cairan.
Daya tampung rongga tengkorak terbatas oleh karena tulang tengkorak yang kaku dan
keras, sehingga jika terjadi perdarahan dalam rongga tengkorak, atau terjadi
pembengkakan otak, maka jaringan otak akan tertekan. Ini juga menyebabkan peninggian
tekanan dalam rongga tengkorak. Penekanan otak karena peninggian tekanan dalam
rongga tengkorak ini akan menyebabkan terjadinya kerusakan jaringan otak dan sudah
tentu memperburuk keadaan korban dan memperkecil harapan hidupnya.

Gejala dan tanda umum dari cedera kepala

 Sakit kepala yang berlebihan


 Mual, muntah
 Kejang-kejang
 Kesadaran: Bila korban masih dalam keadaan sadar, mungkin ini cedera kepala ringan
(walaupun kadang-kadang bisa cedera berat!). Pada cedera kepala yang lebih berat
mungkin akan ditemukan penurunan kesadaran mulai dari adanya mengigau sampai
tidak adanya respon sama sekali. Apabila mekanika trauma menunjukkan
kemungkinan cedera berat, jangan percaya penuh apabila korban masih dapat
berbicara ataupun berjalan-jalan. Kesadaran dapat saja sewaktu-waktu menurun.
 Mungkin terlihat adanya luka terbuka atau luka memar pada wajah atau ditemukan
luka terbuka atau luka tusuk pada kulit kepala. Luka terbuka pada daerah kepala
biasanya berdarah hebat, karena pembuluh darahnya yang banyak (vaskularisasinya
baik).
 Adanya cairan darah atau cairan otak yang keluar melalui hidung atau telinga
 Adanya luka memar disekeliling mata (raccoon eyes) atau adanya luka memar di
belakang telinga (battle sign)
 Ukuran pupil tidak sama.
Bila ada cedera kepala, harus selalu dicurigai adanya cedera tulang belakang (spinal,
terutama tulang leher/servikal), dan semakin berat cedera kepala semakin besar
kemungkinan cedera servikal. Dengan demikian apabila ragu-ragu akan adanya cedera
servikal, lebih baik dianggap cedera servikal saja dan lakukan imobilisasi. Jangan
menunggu sampai jelas bahwa ada cedera servikal, karena kemungkinan akan terjadi
kelumpuhan ataupun gangguan pernapasan!
Selama anda memeriksa fisik korban, lihat adanya luka terbuka yang berdarah pada
kepala. Bisa saja ada luka tetapi tertutup sehingga menyebabkan terjadinya
pembengkakan pada kepala. Juga periksa akan adanya darah yang keluar dari lubang-
lubang di kepala seperti perdarahan dari mulut, hidung ataupun telinga. Perdarahan dari
mulut atau hidung dapat mengganggu jalan napas!
Selama anda melakukan penilaian, lakukan observasi untuk perubahan tingkat
kesadarannya. Ingat bahwa kesadaran dapat saja tiba-tiba turun.

Petunjuk Umum untuk Perawatan Gawat Darurat


Jika anda menduga adanya cedera kepala, pastikan untuk mengaktifkan SPGDT, terutama
bila ada penurunan kesadaran.
Langkah-langkah selanjutnya adalah :
1. Lakukan imobilisasi kepala dan leher korban.
Peganglah kepala dengan kedua tangan di kedua sisi kepala sehingga kepala korban
tidak dapat bergoyang lagi. Jika anda menangani sendiri korban cedera, anda boleh
menaruh sesuatu yang kaku dan keras pada setiap sisi kepala korban yang berfungsi
untuk mencegah pergerakan kepala.
Imobilisasi ini harus tetap dilakukan sampai korban terpasang kolar leher, dan sudah
terfiksasi di atas Long Spine Board (LSB).
2. Airway dan breathing adalah prioritas utama karena kekurangan oksigen akan
menyebabkan kematian sel-sel otak.
Karena itu awasi jalan napas dan pernapasan secara ketat. Berikan oksigen dalam
konsentrasi tinggi (4 liter/menit). Apabila ventilasi dibutuhkan maka gunakan oksigen
100 % dengan frekuensi ventilasi 22 sampai 25 x/menit.
Cek sirkulasi dengan melakukan palpasi pada arteri. Lakukan RJP jika diperlukan.
3. Kontrol perdarahan: bila ada luka terbuka lakukan tekanan langsung, atau/dan
balut tekan. Luka kepala dapat mengakibatkan perdarahan yang banyak, namun
umumnya dengan mudah dapat dikontrol dengan tekanan langsung. Jangan lakukan
tekanan langsung bila ada patah tulang tengkorak ! (anda mungkin mendorong
patahan tulang ke arah jaringan otak).
Jangan mencoba menghentikan cairan otak, jika cairan mengalir dari telinga atau luka
di kepala. Tutup saja telinga atau luka kepala dengan kassa steril. Jika ada benda yang
tertancap jangan mencoba untuk mencabutnya. Stabilkan benda dengan
pembalut/perban ukuran besar.
4. Monitor tanda-tanda vital.
5. Tenangkan dan yakinkan korban jika masih sadar.
6. Evakuasi korban secepat mungkin.
Cedera kepala khusus

Cedera kepala khusus yang dapat dikenali seorang penolong pertama adalah gegar otak,
patah (fraktur) tulang tengkorak dan cedera otak yang lebih serius.

Gegar Otak

Adalah hilangnya kemampuan dan fungsi otak untuk sementara. Tidak ada kerusakan
pada otak. Gegar otak terbagi menurut jenisnya adalah ringan atau berat, tergantung dari
lamanya pingsan. Pingsan ini akan timbul segera setelah terjadinya benturan. Setelah
siuman kembali dari pingsannya, kemungkinan ada gejala yang timbul kemudian, yakni :
 Korban lupa akan apa yang terjadi tepat sebelum terjadinya benturan (misalnya
korban akan mengatakan “mengapa saya tidur disini ?”).
 Kebingungan sesaat sesudah kejadian
 Sakit kepala
 Gelisah
 Ketidakmampuan menjawab pertanyaan atau mematuhi perintah
 Muntah terus menerus
Gegar otak ini biasanya tidak serius, namun memerlukan pemeriksaan di rumah sakit.
Ingat bahwa walaupun kesadaran sudah pulih, tetapi bila ada cedera kepala lain yang
lebih serius (misalnya perdarahan dalam tengkorak), maka dapat saja kesadaran kembali
turun.

Patah Tulang Tengkorak

Fungsi utama dari tulang tengkorak yaitu melindungi otak dari cedera yang lebih berat.
Ini berarti bila tulang tengkorak patah, cukup besar kemungkinan terjadi pula cedera pada
otak.
Gejala dan tanda meliputi :
 Nyeri, bengkak pada sekitar daerah luka
 Perubahan bentuk pada tulang tengkorak atau tulang wajah
 Kerusakan pada tulang tengkorak yang dapat dilihat melalui luka di kulit kepala
 Tampak darah atau cairan berwarna kemerahan menetes keluar dari hidung atau
telinga.
 Tampak luka memar agak ungu di bawah atau sekeliling mata sehingga berbentuk
kaca mata (raccoon eyes).
 Tampak luka memar agak ungu di belakang telinga (battle sign)

Cedera otak yang lebih serius

Pada cedera otak, dapat terjadi berbagai keadaan serius, seperti perdarahan dalam otak
ataupun kerusakan otak yang berat.
Gejala dan tanda meliputi :
 Korban yang tadinya pingsan, siuman, lalu pingsan kembali. Ini selalu merupakan
pertanda yang sangat berbahaya yang secara medis dikenal sebagai lucid interval.
 Perubahan pada kesadaran, mulai dari berbicara mengacau, bergerak dengan gelisah
sampai tidak adanya respons sama sekali.
 Gangguan pernapasan sering ditemukan.
 Tekanan darah yang tinggi dengan nadi yang lambat.
 Besar pupil yang tidak sama (tidak simetris) juga merupakan pertanda bahaya!
 Adanya kelumpuhan. Ini biasanya sulit dikenali.
 Gerakan muka tidak sama (mulut yang mencong).
 Gangguan penglihatan atau pendengaran.

Cedera wajah dan leher

Cedera wajah mungkin menakutkan, namun ingatlah bahwa prioritas adalah airway,
breathing dan circulation. Juga jangan lupa bahwa pada setiap cedera di kepala selalu ada
kemungkinan cedera servikal, sehingga imobilisasi kepala menjadi sangat penting.
Selalu monitor jalan napas dan pernapasan secara teratur dan lakukan suction sesering
mungkin. Ingatlah bahwa mungkin korban akan sangat khawatir tentang adanya
kemungkinan cacat. Tenangkan korban.

Cedera wajah

Saat menemukan luka yang serius pada wajah, ingatlah akan kemungkinan adanya cedera
dalam yang lebih serius ataupun patah tulang wajah. Patah tulang wajah akan dapat
menyebabkan perdarahan yang berat dalam rongga mulut dan hidung, sehingga dapat
menyebabkan gangguan jalan napas.
Gejala dan tanda meliputi:
 Melihat ganda karena retaknya tulang sekitar mata.
 Adanya luka daerah wajah.
 Perubahan bentuk wajah karena memar atau bengkak.
 Keluar darah dari hidung dan mulut.
 Kekakuan pada rahang.
 Letak gigi berubah/hilang/rontok.

Cedera rahang

Korban yang mengalami cedera wajah kemungkinan juga mengalami kerusakan pada
rahang. Luka seperti ini dapat menyebabkan gangguan pada pernapasan/jalan napas.
Gejala dan tanda cedera pada rahang meliputi:
 Rasa nyeri daerah rahang atas atau bawah.
 Rasa sakit di pangkal telinga.
 Kesulitan atau sakit untuk berbicara.
 Mulut tidak bisa dibuka atau ditutup.
 Susah menelan.
 Keluar air ludah bercampur darah.
 Gigi hilang/copot.
 Letak gigi yang tidak normal.
Kendalikan perdarahan di gusi dengan menggunakan kassa.
Jika salah satu dari giginya hilang cobalah dicari, jangan dibuang, karena gigi yang
tanggal dapat ditanam kembali di rumah sakit!
Jika anda menemukan gigi yang hilang peganglah bagian atasnya, jangan akarnya.
Kemudian bersihkan memakai air dan simpanlah dalam selembar kasa yang telah
dilembabkan.
Jika terdapat gigi palsu jangan dibuka, biarkan tetap di posisinya. Jika gigi palsunya
patah, lepaskan dan kirimkan bersama dengan korban ke RS.
Patah tulang rahang dapat dilakukan pembidaian.

Cedera hidung

Ingatlah bahwa bayi tidak dapat bernapas dari mulut, sehingga patah tulang hidung
mungkin akan menyebabkan si bayi kelihatan sesak.
Rawatlah luka jaringan lunak pada hidung sama dengan merawat luka lainnya.
Usahakanlah agar jalan napas tetap terbuka. Aturlah posisi korban untuk mencegah darah
mengalir ke kerongkongan, tetapi ingat selalu akan kemungkinan bahaya cedera servikal.
Tulang hidung merupakan bagian yang paling sering patah pada wajah. Apabila tulang
hidung patah maka akan membengkak dan berubah bentuknya. Pertolongan tertama
adalah dengan pemberian kompres dingin untuk mengurangi pembengkakan. Benda asing
di dalam hidung sering kali ditemukan pada anak kecil. Tenangkan anak dan orang
tuanya dan kirim ke rumah sakit.

Cedera telinga

Luka pada telinga sering ditemukan. Perawatan luka sama seperti luka lainnya. Ingatlah,
ketika anda membalut luka pada telinga, agar menempatkan kassa di belakang daun
telinga untuk mengganjalnya.
Pada anak-anak sering ditemukan benda asing di telinga, seperti misalnya kacang-
kacangan. Jangan mencoba mengeluarkan, melainkan bawa korban ke rumah sakit.

Cedera Leher

Pada luka daerah leher selalu berhati-hati bahwa ada kemungkinan kena pembuluh darah
besar yang berjalan dari/ke daerah kepala.
Cedera ini mungkin menyebabkan gelembung udara masuk ke leher, yang dapat
menyebabkan penyumbatan pada pembuluh darah di otak. Segera tutup luka yang di
leher dengan tekanan langsung dengan tangan (bersarung tangan) atau dengan kassa
yang tidak meresap (kassa oklusif).
TRAUMA SPINAL

Tulang belakang terdiri dari ruas-ruas seperti batang bambu dengan setiap ruas dapat
bergerak terhadap ruas yang di atas maupun di bawahnya.
Di dalam ruas-ruas tulang belakang ini ada lubang besar yang bersama-sama membentuk
sebuah saluran, dimana di dalamnya ada saraf utama yang memberikan persarafan pada
seluruh tubuh (kecuali kepala).
Patahnya tulang belakang mungkin menyebabkan terputusnya saraf utama (medula
spinalis) ini.
Putusnya medula spinalis dapat terjadi pada semua tempat:
 Pada tulang leher: pernapasan terganggu, kelumpuhan keempat anggota gerak,
gangguan buang air kecil / besar, gangguan ereksi pada laki-laki.
 Pada ruas-ruas di bawah tulang leher: pernapasan tidak terganggu, kelumpuhan kedua
tungkai, gangguan buang air kecil/ besar dan ereksi.
Tidak selalu patahnya tulang belakang akan mengakibatkan kelumpuhan/gangguan saraf.
Bila kelumpuhan belum ada, cara mengangkat penderita yang sembarangan mungkin
akan menyebabkan kelumpuhan yang permanen!
Hati-hati mengangkat penderita trauma!

Trauma Spinal

Trauma spinal adalah cedera pada sumsum tulang belakang (medula spinalis), dengan
atau tanpa kerusakan tulang belakang.
Kerusakan medula spinalis dapat menggangu fungsi pergerakan (motorik), perasaan
(sensorik) dan fungsi alat dalam (otonom).
Trauma spinal dapat disebabkan kecelakaan lalu lintas (KLL), jatuh dari ketinggian,
olehraga (terutama menyelam dalam air dangkal), kecelakaan industri, luka tembak, dan
lain-lain.
Cedera ringan dapat menyebabkan kelumpuhan apabila tulang belakang sudah terkena
penyakit sebelumnya seperti misalnya osteopotosis (rapuhnya tulang pada orang tua) atau
osteoarthritis (radang tulang dan sendi, semacam rematik).
Kerusakan langsung pada medula spinalis dapat disebabkan luka tusuk, atau luka tembak.
Pada medula spinalis sendiri dapat terjadi perdarahan atau edema yang menekan medula
spinalis dan kemudian dapat menimbulkan gejala.
Cedera yang lebih ringan seperti misalnya edema pada medula spinalis akan dapat
sembuh, bila edema berkurang. Cedera yang lebih berat seperti misalnya putusnya
medula spinalis (transeksi) akibat patah tulang atau dislokasi biasanya akan bersifat
menetap.
Cedera spinal terjadi cukup sering, kebanyakan diantaranya akan lumpuh menetap.
Kebanyakan korban adalah dewasa muda yang sebelumnya masih sehat. Yang paling
sering terkena adalah laki-laki berusia 15-35 tahun. Dari semua cedera spinal, hanya 5 %
ditemukan pada anak-anak, tetapi pada kelompok usia ini sering lebih mematikan.
Kerusakan dapat sebagian (parsial) atau total (lumpuh total). Kerusakan parsial cukup
sering dapat pulih kembali, kerusakan total jarang pulih.
Gejala kerusakan parsial ditemukan apabila masih ada sisa fungsi. Misalnya pada
kerusakan spinal bagian lumbal, akan timbul kelumpuhan kedua tungkai. Apabila
penderita ini masih dapat menggerakkan sebagian otot tungkai, maka ini adalah
kerusakan parsial.
Gejala dapat segera, misalnya seluruh medula spinalis putus atau berlangsung perlahan
karena pembengkakan (edema) pada medula spinalis.
Kadang-kadang terjadi kelumpuhan sementara dan pulih dalam hitungan jam sampai 24
jam. Ini dikenal sebagai spinal shock (bukan syok dalam arti gangguan sirkulasi).

Gejala dan tanda

Gejala dan tanda cedera spinal tergantung lokasi cedera :


 Nyeri; bila penderita sadar, pasti ada nyeri pada
bagian tulang belakang yang terkena. Masalahnya adalah bahwa cukup sering ada
cedera kepala (penderita tidak sadar), atau ada cedera yang lain seperti misalnya
patah tulang paha, yang jauh lebih nyeri dibandingkan nyeri pada tulang belakangnya.
Lalai untuk memeriksa dengan teliti, mungkin mengakibatkan kita tidak tahu bahwa
penderita lumpuh!
 Kesemutan; dapat terjadi pada lengan ataupun
tungkai, tergantung tingginya cedera spinal.
 Kelumpuhan; telah diterangkan sebelumnya.
 Penderita mengompol atau tidak dapat kencing sama
sekali. Biasanya yang timbul adalah bahwa penderita tidak dapat buang air kecil,
namun ini tidak dirasakan penderita karena gangguan perasaan (sensorik).
 Penderita tidak dapat menahan buang air besar.
 Penderita ereksi terus menerus (priapismus).
 Adanya pembengkakan atau kelainan bentuk pada
leher atau bahu.
 Mungkin kedua lengan tersilang depan dada.
 Gangguan pernapasan: timbul pada cedera spinal
daerah servikal. Kadang-kadang terjadi bahwa penderita masih dapat bernapas
dengan perut, namun tidak lagi dapat bernapas dengan dada.
Selalu berhati-hati pada penderita tidak sadar yang hanya bernapas dengan perut.
 Syok: kerusakan pada medula spinalis mungkin menyebabkan pembuluh darah tidak
lagi dapat menyempit namun melebar terus. Dengan demikian darah akan pergi ke
tungkai dan jantung serta otak akan kekurangan darah. Akan timbul syok yang dikenal
sebagai neurogenic shock. Untuk jenis syok ini, tidak banyak yang dapat dilakukan
penolong pertama.

Penanganan Cedera Spinal

 Proteksi diri dan lingkungan, selalu utamakan ABC.


 Sedapat mungkin tentukan penyebab cedera (tabrakan mobil frontal tanpa sabuk
pengaman, misalnya).
 Lakukan stabilisasi dengan tangan untuk menjaga kesegarisan tulang belakang: kepala
dijaga agar tetap netral (tidak tertekuk ataupun mendongak), kepala dijaga agar tetap
segaris (tidak menengok ke kiri atau kanan). Posisi netral segaris ini harus selalu dan
tetap dipertahankan, walaupun belum yakin bahwa ini cedera spinal. Anggap saja ada
cedera spinal (daripada penderita menjadi lumpuh!).
 Pasang kolar servikal dan penderita diletakkan di atas Long Spine Board.
 Periksa akan adanya kemungkinan cedera spinal.
 Monitor tanda vital.
 Evakuasi secepatnya.

Anda mungkin juga menyukai