Anda di halaman 1dari 6

etelah mengikuti perkuliahan ini mahasiswa diharapkan mampu

1. Memahami hubungan standar praktek kebidanan dengan hukum /perundang -undangan


dalam praktek bidan dengan benar sesuai hand out
2. Menjelaskan dan memahami aplikasi etika dalam praktek kebidanan dengan benar sesuai
hand out

REFERENSI
1. PP IBI. 1999. Etika dan Kode aEtik Kebidanan. PP IBI. Jakarta.
2. Amir, Amri. 2000. Etika dan Hukum Kedokteran. EGC. Jakarta.
3. Depkes. 1999. Himpunan Peraturan Perundang-undangan di Bidang Kesehatan. Depkes.
Jakarta.

URAIAN MATERI

1. Hubungan Standar Praktek Kebidanan Dengan Hukum /Perundang -


Undangan Dalam Praktek Bidan
Bidan merupakan suatu profesi yang selalu mempunyai ukuran atau standar profesi.Standar
profesi bidan yang terbaru adalah diatur dalam PERMENKES RI
No.HK.02.02/MENKES/149/2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktik bidan.
1. Lingkup Praktek Kebidanan
Lingkup prakek kebidanan yang digunakan meliputi asuhan mandiri/ otonomi pada anak-
anak perem, remaja putri dan wanita desa sebelum, selama kehamilan dan selanjutnya.Hal ini
berarti bidan membeirkan pengawasan yang diperlukan asuhan sertanasehat bagi wanita
selama masa hamil, bersalin dan nifas.
2. Standar Praktek Kebidanan
 Standar I : Metode asuhan. Metode asuhan meliputi : pengumpulan data, penentuan diagnosa
perencanan pelaksanaan, evaluasi dan dokumentasi.
 Standar II : Pengkajian Pengumpulan data tentang status kesehatan klien dilakukan secara
sistematis dan berkesinambungan.
 Standar III : Diagnosa KebidananDiagnosa kebidanan dirumuskan berdasarkan analisis data
yang telah dikumpulkan.
 Standar IV : Rencana Asuhan Rencana asuhan kebidanan dibuat berdasarkan diagnosa
kebidanan.
 Standar V : Tindakan-Tindakan kebidanan dilaksanakan berdasarkan rencana dan
perkembangan keadaan klien.
 Standar VI : Partisipasi Klien Tindakan kebidanan dilaksanakan bersama-sama/ partisipasi
klien dan keluarga dalam rangka peningkatan pemeliharaan dan pemulihan kesehatan.
 Standar VII : Pengawasan Monitor/pengawasan terhadap klien dilaksanakan secara terus
menerus dengan tujuan untuk mengetahui perkembangan klien.
 Standar VIII : Evaluas-evaluasi asuhan kebidanan dilaksanakan terus menerus seiring
dengan tindakan kebidanan yang dilaksanakan dan evaluasi dari rencana yang tidak
dirumuskan.
 Standar IX : Dokumentasi Asuhan kebidanan didokumentasikan sesuai dengan standar
dokumentasi asuhan kebidanan yang diberikan.
3. Landasan Hukum Dalam Praktek Kebidanan
Adapun keterkaitan antara standar praktik kebidanan dengan hukum dan undang-undang bagi
bidan dalam melaksanakan praktik, tugas ataupun pelayanannya yaitu Landasan hukum
dalam praktik bidan :
 UU RI No. 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan
Dalam Undang-undang ini diatur tentang :
1. Asas dan tujuan yang menjadi landasan dan pemberi arah pembangunan kesehatan yang
dilaksanakan melalui upaya kesehatan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi orang sehingga terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
optimal tanpa membedakan status sosialnya;
2. Hak dan kewajiban setiap orang untuk memperoleh derajat kesejahteraan yang optimal serta
wajib untuk ikut serta di dalam memelihara dan meningkatkan derajatkesehatan;
3. Tugas dan tanggung jawab Pemerintah pada dasarnya adalah mengatur, membina dan
mengawasi penyelenggaraan upaya kesehatan serta menggerakkan peran serta masyarakat;
4. Upaya kesehatan dilaksanankan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan melalui
pendekatan peningkaan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhanpenyakit, dan
pemulihan kesehatan;
5. Sumber daya kesehatan sebagai pendukung penyelenggaraan upaya kesehatan harus tetap
melaksanakan fungsi dan tanggung jawab sosialnya dengan pengertianbahwa sarana
pelayanan kesehatan harus tetap memperhatkan golongan masyarakat yang kurang mampu
dan tidak semata-mata mencari keuntungan;
6. Ketentuan pidana untuk melindungi pemberi dan penerima jasa pelayanan kesehatan bila
terjadi pelanggaran terhadap Undang-undang ini.Undang-undang ini hanya mengatur hal-hal
yang bersifat pokok, sedangkan yang bersifat teknis dan operasional diatur dalam Peraturan
Pemerintah dan peraturan pelaksanaannya.
 PP No. 32 Tahun 1996 Tentang Tenaga Kesehatan
“BAB V standar profesi dan perlindungan hukum”
 KepMenKes No. 900 Tahun 2002 Tentang Registrasi dan Praktek Bidan
 Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Negara No. 6 Tahun 2004 Tentang Tunjangan
Jabatan Fungsional Bidan
 PERMENKESRI NOMOR HK. 02.02/MENKES/149/2010 tentang izin dan
penyelenggaraan praktik bidan.
2. Aplikasi Etika Dalam Praktek Kebidanan
A. Kode Etik Profesi Bidan
Kode etik suatu profesi adalah berupa norma-norma yang harus diindahkan oleh setiap
anggota profesi yang bersangkutan didalam melaksanakan tugas profesinya dan dalam
hidupnya di masyarakat.
Kode etik profesi merupakan suatu pernyataan komprehensif dari profesi yang memberikan
tuntunan bagi anggotanya untuk melaksanakan praktik dalam bidang profesinya baik
yang berhubungan dengan klien/pasien, keluarga, masyarakat, teman sejawat, profesi
dan dirinya sendiri.
B. Tujuan Kode Etik
Pada dasarnya tujuan menciptakan atau merumuskan kode etik suatu profesi adalah
untuk kepentingan anggota dan kepentingan organisasi.
Secara umum tujuan menciptakan kode etik adalah sebagai berikut:
1) Untuk menjunjung tinggi martabat dan citra profesi
Dalam hal ini yang dijaga adalah image dari pihak luar atau masyarakat,mencegah orang luar
memandang rendah atau remeh suatu profesi. Oleh karena itu, setiap kode etik suatu profesi
akan melarang berbagai bentuk tindak tanduk atau kelakuan anggota profesi yang dapat
mencemarkan nama baik profesi di dunia luar. Dari segi ini kode etik juga disebut kode
kehormatan.
2) Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota
Yang dimaksud kesejahteraan ialah kesejahteraan material dan spiritual atau mental.Dalam hal
kesejahteraan materil anggota profesi kode etik umumnya menerapkan larangan-larangan bagi
anggotanya untuk melakukan perbuatan yang merugikan kesejahteraan.Kode etik juga
menciptakan peraturan-peraturan yang ditujukan kepada pembahasan tingkah laku yang tidak
pantas atau tidak jujur para anggota profesi dalam interaksinya dengan sesama anggota
profesi.
3) Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi
Dalam hal ini kode etik juga berisi tujuan pengabdian profesi tertentu, sehingga para anggota
profesi dapat dengan mudah mengetahui tugas dan tanggung jawab pengabdian
profesinya.Oleh karena itu, kode etik merumuskan ketentuan-ketentuan yang perlu dilakukan
oleh para anggota profesi dalam menjalankan tugasnya.
4) Untuk meningkatkan mutu profesi
Kode etik juga memuat tentang norma-norma serta anjuran agar profesi selalu berusaha untuk
meningkatkan mutu profesi sesuai dengan bidang pengabdiannya. Selain itu kode etik juga
mengatur bagaimana cara memelihara dan meningkatkan mutu organisasi profesi.
Dimensi Kode Etik :
1. Anggota profesi dan Klien/ Pasien.
2. Anggota profesi dan sistem kesehatan.
3. Anggota profesi dan profesi kesehatan
4. Anggota profesi dan sesama anggota profesi.
Prinsip Kode Etik :
1. Menghargai otonomi
2. Melakukan tindakan yang benar
3. Mencegah tindakan yang dapat merugikan.
4. Memberlakukan manisia dengan adil.
5. Menjelaskan dengan benar.
6. Menepati janji yang telah disepakati.
7. Menjaga kerahasiaan

Penetapan Kode Etik


Kode etik hanya dapat ditetapkan oleh organisasi untuk para anggotanya.Penetapan kode
etik IBI harus dilakukan dalam kongres IBI.

C. Kode Etik Bidan


Kode etik bidan di Indonesia pertama kali disusun pada tahun 1986 dan disyahkan dalam
kongres nasional IBI X tahun 1988, sedang petunjuk pelaksanaanya disyahkan dalam rapat
kerja nasional (RAKERNAS) IBI tahun 1991, kemudian disempurnakan dan disyahkan pada
kongres nasional IBI XII tahun 1998. Sebagai pedoman dalam berperilaku, kode etik
bidan Indonesia mengandung beberapa kekuatan yang semuanya tertuang dalam
mukadimah, tujuan dan bab.

Secara Umum Kode Etik Tersebut Berisi 7 Bab Yaitu:


1. Kewajiban bidan terhadap klien dan masyarakat (6 butir)
1) Setiap bidan senantiasa menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah
jabatannya dalam melaksanakan tugas pengabdiannya.
2) Setiap bidan dalam menjalankan tugas profesinya menjunjung tinggi harkat
dan martabat kemanusiaan yang utuh dan memelihara citra bidan.
3) Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa berpedoman pada peran, tugas
dan tanggungjawab sesuai dengan kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat.
4) Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya mendahulukan kepentingan
klien, menghormati hak klien dan menghormati nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.
5) Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa mendahulukan kepentingan klien,
keluarga dan masyarakat dengan identitas yang sama sesuai dengan kebutuhan
berdasarkan kemampuan yang dimilikinya.
6) Setiap bidan senantiasa menciptakan suasana yang serasi dalam
hubungan pelaksanaan - tugasnya, dengan mendorong partisipasi masyarakat
untuk meningkatkan derajat kesehatannya secara optimal.

2. Kewajiban bidan terhadap tugasnya (3 butir)


1) Setiap bidan senantiasa memberikan pelayanan paripurna terhadap klien, keluarga dan
masyarakat sesuai dengan kemampuan profesi yang dimilikinya berdasarkan kebutuhan klien,
keluarga dan masyarakat.
2) Setiap bidan berhak memberikan pertolongan dan mempunyai kewenangan dalam
mengambil keputusan dalam tugasnya termasuk keputusan mengadakan konsultasi dan atau
rujukan.
3) Setiap bidan harus menjamin kerahasiaan keterangan yang dapat dan
atau dipercayakan kepadanya, kecuali bila diminta oleh pengad ilan atau
dipedukan sehubungan kepentingan klien.

3. Kewajiban bidan terhadap sejawat dan tenaga kesehatan lainnya (2 butir)


1) Setiap bidan harus menjalin hubungan dengan teman sejawatnya untuk menciptakan suasana
kerja yang serasi.
2) Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya harus saling menghormati baik terhadap
sejawatnya maupun tenaga kesehatan lainnya.

4. Kewajiban bidan terhadap profesinya (3 butir)


1) Setiap bidan harus menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra profesinya dengan
menampilkan kepribadian yang tinggi dan memberikan pelayanan yang bermutu kepada
masyarakat.
2) Setiap bidan harus senantiasa mengembangkan did dan meningkatkan kemampuan
profesinya seuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
3) Setiap bidan senantiasa berperan serta dalam kegiatan penelitian dan kegiatan sejenis
yang dapat meningkatkan mute dan citra profesinya.

5. Kewajiban bidan terhadap diri sendiri (2 butir)


1) Setiap bidan harus memelihara kesehatannya agar dapat melaksanakan
tugas profesinya dengan baik.
2) Setiap bidan harus berusaha secara terus menerus untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.

6. Kewajiban bidan terhadap pemerintah, bangsa dan tanah air (2 butir)


1) Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, senantiasa melaksanakan ketentuanketentuan
pemerintah dalam bidang kesehatan, khususnya dalam pelayanan KIA/KB dan kesehatan
keluarga dan masyarakat.
2) Setiap bidan melalui profesinya berpartisipasi dan menyumbangkan pemikirannya kepada
pemerintah untuk- meningkatkan mutu jangakauan pelayanan kesehatan terutama pelayanan
KIA/KB dan kesehatan keluarga.

7. Penutup (1 butir)
Setiap bidan dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari senantiasa menghayati dan
mengamalkan Kode Etik BidanIndonesia.

EVALUASI

1. Sebutkan Standar Pelayanan Kebidanan


2. Sebutkan landasan hokum pelayanan kebidnanan
3. Jelakan kode etik dalam pelayanan kebidanan

Anda mungkin juga menyukai