Anda di halaman 1dari 2

GIO SANDI

1806204285
S1 REGULER KESEHATAN MASYARAKAT 2018
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
KOMUNIKASI KESEHATAN

Hambatan atau Barier dalam Komunikasi


Komunikasi kesehatan adalah bidang yang berkembang dan semakin menonjol baik
di sektor kesehatan publik maupun non-komersial dan sektor komersial. Oleh karena itu,
banyak penulis dan organisasi telah berusaha untuk mendefinisikan atau mendefinisikan
ulang dari waktu ke waktu. Karena sifat multidisiplin dari komunikasi kesehatan, banyak
definisi mungkin tampak agak berbeda satu sama lain. Namun demikian, ketika mereka
dianalisis, sebagian besar mengarah pada peran yang dapat dimainkan oleh komunikasi
kesehatan dalam memengaruhi dan mendukung individu, masyarakat, profesional perawatan
kesehatan, pembuat kebijakan, atau kelompok khusus untuk mengadopsi dan
mempertahankan praktik perilaku atau perubahan sosial atau kebijakan yang pada akhirnya
akan meningkatkan hasil kesehatan. Memahami arti sebenarnya dari komunikasi kesehatan
dan menetapkan konteks yang tepat untuk pelaksanaannya dapat membantu manajer
komunikasi dan profesional perawatan kesehatan lainnya mengidentifikasi sejak awal
kebutuhan pelatihan staf dan orang lain yang terlibat dalam proses komunikasi. Ini juga akan
membantu menciptakan pola pikir dan kemampuan organisasi yang tepat yang seharusnya
mengarah pada penggunaan pendekatan komunikasi yang berhasil untuk mencapai sasaran
spesifik audiens.
Komunikasi kesehatan adalah tentang meningkatkan hasil kesehatan dengan
mendorong modifikasi perilaku dan perubahan social. Hal ini semakin dianggap sebagai
bagian integral dari sebagian besar intervensi kesehatan masyarakat[1]. Hal ini semakin
dianggap sebagai bagian integral dari sebagian besar intervensi kesehatan masyarakat. Ini
adalah pendekatan komprehensif yang bergantung pada pemahaman penuh dan keterlibatan
audiens targetnya.
Akibatnya, ada peningkatan pemahaman bahwa tingkat kompetensi teknis praktisi
komunikasi dapat mempengaruhi hasil. Pendekatan terstruktur untuk perencanaan
komunikasi kesehatan, pelaksanaan program yang tanpa noda dan proses evaluasi yang ketat
adalah hasil dari pelatihan yang memadai. Dalam komunikasi kesehatan, proses pembelajaran
adalah upaya seumur hidup dan harus difasilitasi oleh pengembangan inisiatif dan alat
pelatihan baru yang berkelanjutan[2].
Namun ada kalanya terdapat beberapa hambatan dalam komunikasi kesehatan yang
berasal baik itu dari tenaga kesehatan maupun dari pasien. Hambatan dalam komunikasi
kesehatan secara umum antara lain hambatan fisik, teknis, psikologis, sosiologis dan
antropologis, serta bahasa[3]. Hambatan tersebut dapat terjadi karena perspektif pasien adalah
pendidikan, tingkat pengetahuan kesehatan, bahasa, budaya dan etnik, umur, keterbatasan
kognitif, ketidakpahaman terhadap istilah medis dan ilmiah, stress terkait penyakit,
ketidaksetaraan antara pasien dan tenaga kesehatan[4]. Hambatan lainnya dalam komunikasi
kesehatan yaitu karena kesenjangan atau kurangnya pengetahuan medis oleh tenaga
kesehatan maupun klien, kurangnya keterampilan khusus tenaga medis dalam menangani
kliennya. Lalu, kendala waktu juga bisa menjadi sebuah hambatan dalam komunikasi
kesehatan. Selain itu, prioritas yang bertentangan, informasi yang berlebihan, bahkan fasilitas
serta peralatan medis yang tidak memadai bisa menghambat jalannya komunikasi kesehatan.
Masalah keuangan pun menjadi faktor dalam terhambatnya komunikasi kesehatan, seperti
kurangnya insentif keuangan, pemotongan biaya subsidi dan pembatasan perawatan yang
dikelola (Grimshaw, Eccles, Walker, dan Thomas; Spickard dan lainnya dalam Schiavo,
2014).
Dapat kita lihat bahwa beberapa hambatan dapa terjadi akibat kominukator yaitu
antara pengirim dan penerima informasi. Selain hal tersebut ada beberapa hal lain yang
menjadi hambatan dalam komunikasi kesehatan antara lain kurangnya percaya diri, kurang
terampil, penyajian yang kurang menarik, serta bahasa yang terlalu canggih sehingga banyak
orang awam yang kurang paham mengenai apa yang dimaksud oleh tenaga kesehatan, serta
komunikasi yang cendrung satu arah.
Selain itu hambatan dalam pesan dapat terjadi antara lain dikarenakan isi yang
berlebihan, terlalu kompleks dimana masyrakat menjadi bingung atau bahkan tidak mengerti
maksud yang disampaikan oleh pemberi informasi. Kemudian cara memberikan informasi
yang dikemas kurang menarik sehingga masyrakat menjadi bosan. Yang terakhir yaitu
pemberi informasi yang menyampaikannya seolah-olah seperti menggurui sehingga
memungkinkan membuat masyarakat tersinggung.
Kemudian terdapat hambatan yang berasal dari segi media, yaitu salah satunya tidak
sesuai media, serta waktu tayang yang tidak sesuai sehingga akan mengganggu kegiatan
penerima informasi. Lalu materi yang tidak pernah diuji coba juga merupakan hal yang dapat
menjadi hambatan dalam komunikasi kesehatan karena jika materi tersebut tidak pernah diuji
coba darimana kita mengetahui apakah materi tersebut cocok ataupun relevan dengan target
dari materi tersebut.
Hambatan yang terakhir yaitu dalam segi penerimaan pesan. Mulai dari tidak
sesuainya norma, psikologis yang tidak siap, tidak mengerti tulisan, serta kurangnya wawasan
atau pengetahuan mengenai informasi yang diberikan.
Kesimpulan yang dapat kita ambil melalui hal-hal yang telah dijabarkan diatas yaitu
hambatan dalam komunikasi khususnya komunikasi kesehatan dapat terjadi melalui berbagai
macam cara. Hambatan-hambatan tersebut terjadi baik secara umum maupun melalui
perspektif pasien. Selain itu hambatan dalam komunikasi kesehatan dapat terjadi baik melalui
komunikator, pesan, media, dan juga penerima pesan.

REFERENSI
1. U.S. Department of Health and Human Services. Office of Disease Prevention and
Health Promotion. Healthy People 2010. Volumes 1 and 2.
http://www.healthypeople.gov/document/HTML/Voume1/11 HealthCom.htm. 2005.
Bernhardt, J. M. “Communication at the Core of Effective Public Health.” American
Journal of Public Health, 2004, 94(12), 2051–2053.
2. Schiavo, R. “Why Invest in Health Communication?” The Communication Initiative.
http://forums.comminit.com/viewtopic.php?t=60061andpostdays=0andpostorder=asca
ndandstart=60andstyle=1. Retrieved Mar. 2006.
3. Liliweri, A. (2007). Dasar-Dasar Komunikasi Kesehatan. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
4. Schiavo, R. (2014). Health Communication From Theory to Practice. San Francisco:
John Wiley & Sons, Inc.

5. Schiavo, R. (2007). Health communication. San Francisco: Jossey-Bass.

Anda mungkin juga menyukai