PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Kebakaran merupakan bencana yang disebabkan oleh api yang tidak
dikehendaki yang dapat menimbulkan kerugian yang besar baik berupa harta benda
maupun jiwa manusia. Saat ini kebakaran sudah menjadi masalah nasional, karena
bukan saja merugikan pribadi secara individual, melainkan meliputi instalasi atau
sarana vital yang menguasai hajat hidup orang banyak seperti pabrik, pembangkit
tenaga listrik, pelabuhan, dan instalasi-instalasi lain yang vital dan sangat mahal
harganya.
Dalam era perkembangan teknologi sekarang ini akan mempengaruhi kemajuan
dibidang bangunan gedung. Salah satu aspek penting dalam penyelenggaraan
bangunan termasuk rumah dan gedung adalah pengamanan terhadap bahaya
kebakaran. Realisasi tindakan pengamanan ini umumnya diwujudkan dalam upaya
pencegahan dan penanggulangan kebakaran. Tindakan pengamanan ini dilakukan
dengan penyediaan atau pemasangan sarana pemadam kebakaran seperti alat
pemadam api ringan (APAR), Hidran, Springkler, detektor, Integrated System dan
lain sebagainya.
Sesuai dengan ketentuan pokok yang berkaitan dengan K3 penanggulangan
kebakaran adalah sebagaimana yang ditetapkan oleh Undang-Undang 1 tahun
1970 yang tersirat pada konsideran UU 1/70 yaitu tentang tujuan umum K3 yang
termasuk penanggulangan kebakaran yang bertujuan untuk melindungi tenaga
kerja dan orang lain, aset perusahaan dan lingkungan masyarakat. Dan yang tertera
pada ketentuan pasal 3 ayat (1) huruf b,d,q bahwa penanggulangan kebakaran
meliputi pencegahan, pengurangan dan pemadaman kebakaran, memberikan
kesempatan jalan untuk menyelamatkan diri pada waktu kebakaran serta
pengendalian penyebaran panas, asap dan gas. Selain itu pada Kepmenaker
186/Men/1999 yang menjelaskan bahwa perusahaan wajib mencegah, mengurangi
dan memadamkan kebakaran di tempat kerja.
Meskipun tingkat kesadaran akan pentingnya sistem proteksi kebakaran
semakin meningkat, namun masih banyak dijumpai bangunan-bangunan yang tidak
dilindungi dengan sarana proteksi kebakaran, atau sarana yang terpasang tidak
memenuhi persyaratan atau sarana yang terpasang tidak memenuhi persyaratan.
Dari pengamatan kasus-kasus kebakaran selama ini, Diketahui bahwa dari 1121
kasus kebakaran, 76,1 % terjadi di tempat kerja, dari sejumlah kasus tersebut
diketahui bahwa api terbuka penyebab paling banyak pertama dengan jumlah kasus
415 kasus, penyebab paling banyak kedua yaitu listrik dengan jumlah 297 kasus
(Laboratorium Forensik Mabes Polri tahun 2005 sampai 2010). Selain itu,
diketahui bahwa listrik menjadi penyebab paling banyak kedua setelah api terbuka
dengan perbandingan 31 % berbanding 34 % (Disnaker Propinsi Jawa Timur).
Salah satu kasus kebakaran yang telah terjadi yakni kebakaran di Hotel
Paragon, jalan Gajah Mada-Jakarta Barat yang terjadi pada hari Senin, 2 Januari
2017 lalu. Setidaknya pada kebakaran tersebut ada 25 mobil pemadam kebakaran
diturunkan untuk menjinakkan si jago merah. Pada insiden tersebut, menyebabkan
dua orang tewas yang tak lain merupakan pegawai hotel itu sendiri. Kebakaran
disebabkan karena hubungan arus pendek dari sound system yang terjadi di ruang
karaoke. Pada saat kejadian, menurut saksi tidak terdengar tanda bahaya kebakaran
atau sirine yang menyala. Namun, para karyawan hotel cukup tanggap dengan
mengetuk dan memberitahu pengunjung di setiap kamar untuk menyelamatkan diri
dari kebakaran
Dari data kasus kebakaran di atas terdapat beberapa hal yang harus
diperhatikan, antara lain adalah bahwa sistem proteksi kebakaran tidaklah cukup
hanya dengan penyediaan alat pemadam api ringan (APAR) atau hidran saja yang
disebut sebagai sistem proteksi aktif. Diperlukan sarana proteksi lainnya yakni
seperti detektor dan alarm sebagai deteksi dini yang mendukung mobilitas APAR
dan hidran sebagai sistem proteksi aktif. Oleh karena itu berbagai langkah dan
upaya penanggulangan bahaya kebakaran merupakan hal yang penting diterapkan
dan dilaksanakan guna mencegah terjadinya bahaya kebakaran di suatu gedung.
Pada umumnya terjadinya kebakaran diawali dengan api yang kecil. Bila sejak dini
dapat diatasi/dipadamkan, maka kebakaran yang dapat menimbulkan berbagai
macam kerugian dapat dihindarkan salah satunya yaitu dengan pemasangan
detektor dan alarm pada gedung apartemen Atlas Victoria.
1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tentang perancangan sistem detektor dan alarm di
atas, maka rumusan masalah pada tugas pencegahan dan penanggulangan
kebakaran ini adalah :
1. Bagaimana merencanakan detektor dan alarm yang sesuai dengan SNI 03-
3985-2000 sebagai pencegahan kebakaran pada bangunan apartemen Atlas
Victoria?
2. Bagaimana teori tentang sistem perancangan detektor dan alarm serta tata cara
pemasangannya?
1.3.Tujuan
Maksud dan tujuan pada makalah ini adalah :
1. Mampu merencanakan sistem detektor dan alarm yang sesuai dengan SNI 03-
3985-2000 sebagai pencegahan kebakaran pada bangunan apartemen Atlas
Victoria.
2. Dapat memahami teori tentang sistem perancangan detektor dan alarm serta tata
cara kerja alat tersebut pada gedung apartemen Atlas Victoria.
1.4.Manfaat
Adapun manfaat dari dibuatnya makalah Sistem Pencegahan dan
Penanggulangan Kebakaran tentang detektor adalah :
A. Bagi Mahasiswa :
1. Untuk mengembangkan ilmu mengenai kebakaran khususnya merancang
sistem pemadam otomatis.
2. Dapat mengembangkan teori dengan langsung membuat sistem
penanggulangan dan penanggulangan kebakaran.
3. Dapat mengetahui dan mempraktekkan dasar hukum mengenai sistem
pencegahan dan penanggulangan kebakaran.
4. Hasil dari pengerjaan tugas ini dapat digunakan sebagai alat bantu dalam
proses belajar-mengajar, khususnya mengenai kebakaran.
DASAR TEORI
Penjelasan :
1. Tidak diketahui kapan dan dimana awal terjadinya api/kebakaran, tetapi
yang pasti ada sumber awal pencetusnya (source energy), yaitu adanya
potensi energi yang tidak terkendali.
2. Apabila energi yang tidak terkendali kontak dengan zat yang dapat terbakar,
maka akan terjadi penyalaan tahap awal (initiation) bermula dari sumber
api/nyala yang relatif kecil.
3. Apabila pada periode awal kebakaran tidak terdeteksi, maka nyala api akan
berkembang lebih besar (growth) sehingga api akan menjalar bila ada media
disekelilingnya.
4. Intensitas nyala api meningkat dan akan menyebarkan panas ke semuaarah
secara konduksi, konveksi, dan radiasi, hingga pada suatu saat kurang lebih
3 – 10 menit atau setelah temperatur mencapai 300°C akan terjadi
penyalaan api serentak yang disebut Flashover, yang biasanya ditandai
pecahnya kaca.
5. Setelah flashover, nyala api akan membara yang disebut periode kebakaran
mantap (steady / full development fire). Temperatur pada saat kebakaran
penuh (full fire) dapat mencapai 600 – 1000°C. Bangunan dengan struktur
konstruksi baja akan runtuh pada temperatur 700°C. Bangunan dengan
konstruksi beton bertulang setelah terbakar lebih dari 7 jam dianggap tidak
layak lagi untuk digunakan.
6. Setelah melampaui puncak pembakaran, intensitas nyala akan
berkurang/surut dan berangsur – angsur akan padam, yang disebut periode
surut (decay).
2.1.3.Klasifikasi Kebakaran
Yang dimaksud klasifikasi kebakaran adalah penggolongan atau pembagian
kebakaran berdasarkan atas jenis bahan bakarnya (Wahyudi,1991). Klasifikasi
jenis kebakaran terdapat dua versi standard yang sedikit agak berbeda. Klasifikasi
jenis kebakaran menurut Standard Inggris yaitu LPC (Loss Prevention
Committee) yang sebelumnya adalah FOC (Fire Office Committee) menetapkan
klasifikasi kebakaran dibagi Klas A, B, C, D, dan E sedangkan Standard Amerika
yaitu NFPA (National Fire Preventio Assosiation), menetapkan klasifikasi
kebakaran menjadi klas A, B, C, dan D. Pengklasifikasian jenis kebakaran yang
didasarkan menurut jenis material yang terbakar seperti dalam daftar tabel
dibawah ini.
Tabel 2.1 Klasifikasi Kebakaran
Standard Amerika (NFPA) Standard Inggris (LPC)
Klas Jenis Kebakaran Klas Jenis Kebakaran
Bahan padat kecuali Bahan padat kecuali
logam, seperti kayu, arang, logam,
A kertas, tekstil, plastik, dan A seperti kayu, arang
sejenisnya.
kertas tekstil, plastik dan
sejenisnya
Bahan cair dan gas, seperti Bahan cair seperti
bensin, solar, minyak bensin,
B tanah, aspal, gemuk, B
solar, minyak tanah, dan
alkohol, gas alam, gas
sejenisnya.
LPG dan sejenisnya.
Peralatan listrik yg Bahan gas, seperti gas
C C
bertegangan. alam, gas LPG.
Bahan logam, seperti Bahan logam, seperti
D magnesium, alumunium, D magnesium, alumunium,
kalium, dan lain-lain. kalium, dan lain-lain.
Peralatan listrik yg
E - E
bertegangan.
(Sumber: Depnakertrans R.I., 2010)
Light
sources Gambar 2.8 Light Scatter Detector
(Sumber: Study Lapangan, 2010)
2. Detector dan Obscuration Detector
Sedang pada saat terjadi kebakaran, maka partikel-partikel asap
kebakaran akan masuk keruangan tersebut, sehingga cahaya dari
sumber akan membelok dan mengarah ke photo-electric cell sebagai
akibat dari terkena asap kebakaran. Dengan membeloknya cahaya
ke photo electric cell maka dapt mengatifkan aliran listrik dalam
circuit detector yang ditangkap oleh amplifier untuk menggerakkan
relay alarm.
(Sumber: http://lctech-engineering.com/v2/wp-
content/uploads/2012/11/sierramonitor-IR3.jpg)