Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Law is a system of standardized norms regulating human conduct, deliberalely

established for the purpose of social control. Law are interpreted and enforced by formal

public (political) authority, rather than by custom. (see also: cicil law, class law, criminal

law).
Jika kita terjun ke dalam kenyataan kehidupan sehari-hari maka kita akan dapat

benar-benar menyaksikan hal-hal yang diuraikan pada bagian terdahulu,yaitu yang

membicarakan tentang hukum sebagai suatu institusi sosial. Di situ kita melihat, bahwa

bekerjanya hukum itu memang tidak dapat dilepaskan dari pelayanan yang di berikanya

kepada masyarakat (di sekelilingnya). Singkat kata, hukum itu tidak bekerja menurut

ukuran dan pertimbanganya sendiri, melainkan dengan memikirkan dan

mempertimbangkan apa yang baik untuk di lakukannya bagi masyarakat.

Untuk menjalankan pekerjaan seperti itu, hukum membutuhkan suatu kekuatan

pendorong.ia membutuhkan kekuatan pendorong. Ia membutuhkan kekuatan kepadanya

untuk menjalankan fungsi hukum, seperti misalnya sebagai kekuatan pengintegrasi atau

pengkoordinasi proses-proses dalam masyarakat. Kita bisa mengatakan,bahwa hukum

tanpa kekuasaan akan tinggal sebagai keinginan-keinginan atau ide-ide belaka.

Secara singkat dapat dikatakan bahwa “Hukum tanpa kekuasaan adalah angan-

angan, kekuasaan tanpa hukum adalah kelaliman”.[1] Kekuasaan itu tidak tidak selalu

menyertai kekuatan dan sebaliknya. Ini disebabkan karena kekuasaan tidak selalu, bahkan

sering tidak bersumber pada kekuatan fisik. kekuasaan merupakan suatu unsur yang

mutlak dalam suatu masyarakat hukum dalam arti masyarakat yang diatur oleh dan

berdasarkan hukum.

B. Rumusan Masalah

1
Berdasrakan rumusan masalah di atas, adapun masalah yang akan dibahas dalam

makalah ini antara lain sebagai berikut:


1. Apakah yang dimaksud dengan hukum?
2. Apakah yang dimaksud dengan kekuasaan?
3. Bagaimanakah hubungan antara hukum dengan kekuasaan?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari makalah ini adalah sebagai

berikut:
1. Untuk mengetahui tentang hukum.
2. Untuk mengetahui tentang kekuasaan.
3. Untuk mengetahui hubungan antara hukum dengan kekuasaan.

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian filsafat

Filsafat berasal dari bahasa Yunani ,yaitu Philosophia .Philo atau philein

berarti cinta ,sementara Sophia berarti kebijaksanaan.Sehingga gabungan kedua

2
kata tersebut adalah cinta kebijaksanaan.Dalam bahasa Arab disebut Failasuf

,yang kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi menjadi Failasuf atau Filsuf.

Sementara itu sejarah filsafat juga tidak dapat dipisahkan dari filsafat itu

sendiri karena sejarah tersebut merupakan filsafah tersebut.Ketika satu demi satu

ilmu pengetahuan memisahkan diri dari falsafah sebagai induknya ,akhirnya sisa

dua falsafah yang tetap melekat pada filsafat itu,yakni “apakah yang dapat aku

ketahui dan apakah yang harus aku kerjakan”.Kedua pernyataan itu merupakan ini

dari falsafah,yang pembahasanya meliputi tiga realitas masalah ,yaitu (1) Tuhan ,

(2) manusia dan (3) alam.

Socrates seorang ahli piker Yunani (470 – 399) adalah orang yang pertama

menyebut dirinya sebagi filusuf.Sebutan tersebut digunakan sebagi protes

terhadap orang – orang terpelajar yang dengan pongah menamakan dirinya kaum

“shopis” atau orang bijaksana serta menjajakan ilmu yang dimilikinya.

Definisi filsafat menurut beberapa ahli adalah sebagi berikut :

 Plato

Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang asli

 Aristoteles

Filsafat adaah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran yang terkandung

didalamnya ilmu – ilmu matimatika ,logika ,retrorika,etika,ekonomi,politik dan

estetika

 Al Farabi

3
Filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam maujud bagaimana hakikat yang

sebenarnya

 Descrates

Filsafat adalah kumpulan segala pengetahuan dimana Tuhan ,alam dan manusia

menjadi pokok penyelidikan.

 Imanuel Kant

Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menjadi pokok dan pangkal dari segala

pengetahuan yang tercakup didalamnya 4 persoalan yakni :

1.Apakah yang dapat kita ketahui

2.Apakah yang seharusnya kita kerjakan

3.Sampai dimanakah harapan kita

4.Apakah yang dinamakan manusia

 Dr.Soeyanto Poespowardoyo (ketua Jurusan Filsafat Fakultas Sastra

Universitas Indonesia)

Filsafat adalah refleksi krites manusia tentang segala sesuatu yang dialami untuk

memperoleh makna yang radikal dan integral.

 Prof.Dr.H.Lili Rasjidi,SH,S.Sos,LL.M

Filsafat merupakan karya manusia tentang hakikat sesuatu.

Filsafat adalah suatu ilmu pengetahuan yang sangat diperlukan dalam

kehidupan manusai mengapa dikatan demikian karena filsafat melihat persoalan

sampai pada akar – akarnya sehingga suatu konflik atau permasalahn tersebut

dapat dilihat dengan sudut pandan yang benar.Terdapat beberapa manfaat bila kita

mempelajari filsafat hukum yakni diantaranya adalah dapat menjelaskan secara

4
praktis peran hukum dalam pembangunan,bermanfaat untuk pengembangan

wawasan pengetahuan dan pemahaman hukum ,serta untuk menempatkan hukum

dalam tempat dan perspektif yang tepat sebagai bagian dari uasaha manusia

menjadikan dunia ini suatu tempat yang lebih pantas untuk didiaminya.

Beberapa ahli menyebutkan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan

,namun sebenarnya terdapat perbedaan antara filsafat dengan ilmu.Filsafat dengan

ilmu berbeda mengenai objek formalnya ,yakni dalam kedalaman penyeledikan

,sedang menurut objek materialnya terdapat kesamaan.Ilmu hanya menyelidiki

bentuk luar yang nampak dan bisa dirasakan ,sedangkan filsafat mempelajari

hakikat yang ada dalam objek filsafat.Sehingga filsafat berbeda dengan ilmu .Ilmu

bersifat empiris ,sehingga kebenaran dan atau kekeliruanya dapat dibuktikan

dengan pengalaman;sedangkan filsafat bersifat praduga bagi hal – hal yang belum

dapat dibuktikan dan bersifat spekulatif bagi hal – hal yang tidak dapat mungkin

dapat dibuktukan.

Filsafat hukum digunakan juga untuk mengetahui apa sebenarnya tujuan

hukum.Menurut Van Apeldoorn tujuanya adalah untuk mengatur tata terbit

masyarakat secara adil dan damai ; Arsitoteles untuk mewujudkan keadilan ,van

Kan untuk menjamin kepastian dalam pergaulan manusia ,Jeremy Bentham

hukum untuk memberikan kebahgian yang sebsar – besarnya dan Roscoe Pound

untuk hukum alat untuk membangun masyarakat.Intinya bahwa tujuan hukum

adalah untuk menjaga ketertiban dan keadilan agae\r terjadi kebahgian atau

kemafaatan bagi masyarakat pada umumnya.Sementara bila harus memilih mana

yang lebih penting antara keadilan dan ketertiban maka menurut Ahmad

5
Roestandi dalam bukunya Responsisi Filsafat Hukum ,dikatakan bahwa

ketertiban lebih penting disbanding keadilan karena setiap hukum mengandung

unsure ketertiban sebaliknya tidak semua unsure hukum mengandung keadilan

dan apabila terjadi bentrokan antara keadilan dan ketertiban maka keadilan harus

dikesampingkan disbanding dengan ketertiban dan keadilan.

 Filsafat merupakan ilmu pengetahuan

 Filsafat adalah pemikiran mengenai suatu hal sampai pada akaar

permasalahanya

 Filsafat hukum adalah filsafat yang objeknya adalah hukum ,yakni filsafat

yang mencoba mencari tau hakikat dari hukum

 Manafaat mempelajari filsafat hukum adalah dapat menejlaskan secara praktis

peran hukum dalam pembangunan

 Ruang Lingkup Filsafat Hukum

6
BAB III

PEMBAHASAN

A. HUKUM
Hukum merupakan peraturan-peraturan yang bersifat memaksa yang

menentukan tingkah laku manusia dalam lingkungan masyarakat, yand dibuat

oleh badan-badan resmi pemerintah, dan pelanggaran terhadap peraturan tadi

berakibat diambilnya tindakan, berdasarkan penafsiran dari JCT. Simorangkir,

S.H.
Hukum adalah sistem yang terpenting dalam pelaksanaan atas rangkaian

kekuasaan kelembagaan. Dari bentuk penyalahgunaan kekuasaan dalam bidang

politik, ekonomi dan masyarakat dalam berbagai cara dan bertindak, sebagai

perantara utama dalam hubungan sosial antar masyarakat terhadap kriminalisasi

dalam hukum pidana, hukum pidana yang berupayakan cara negara dapat

menuntut pelaku dalam konstitusi hukum menyediakan kerangka kerja bagi

penciptaan hukum, perlindungan hak asasi manusia dan memperluas kekuasaan

politik serta cara perwakilan di mana mereka yang akan dipilih.


Pandangan tentang hukum memiliki perbedaan di antara para ahli. Meskipun

ada perbedaan pandangan, namun pengertian itu dapat diklasifikasikan dalam tiga

kelompok, yaitu:
Pertama, hukum diartikan sebagai nilai-nilai. Misalnya Viktor Hugo yang

mengartikan hukum sebagai kebenaran dan keadilan. Grotiusmengemukakan

bahwa hukum adalah suatu aturan moral tindakan yang wajib yang merupakan

sesuatu yang benar. Pembahasan hukum dalam konteks nilai-nilai berarti

memahami hukum secara filosofi karena nilai -nilai merupakan abstraksi tertinggi

dari kaidah-kaidah hukum.

7
Kedua, hukum diartikan sebagai asas-asas fundamental dalam kehidupan

masyarakat definisi hukum dalam perspektif ini terlihat dalam pandangan

Salmond yang mengatakan “hukum merupakan kumpulan asas-asas yang diakui

dan diterapkan oleh negara di dalam peradilan”


Ketiga, hukum diartikan sebagai kaidah atau aturan tingkah laku dalam

kehidupan masyarakat. Vinogradoff mengartikan hukum sebagai seperangkat

aturan yang diadakan dan dilaksanakan oleh suatu masyarakat dengan

menghormati kebijakan dan pelaksanaan kekuasaan atas setiap manusia dan

barang. Pengertian yang sama dikemukakan oleh Kantorowich, yang berpendapat

bahwa hukum adalah suatu kumpulan aturan sosial yang mengatur perilaku lahir

dan berdasarkan pertimbangan.


Menurut Prof. Subekti, SH., hukum itu mengabdi pada tujuan negara yaitu

mencapai kemakmuran dan kesejahteraan rakyatnya dengan cara

menyelenggarakan keadilan. Keadilan itu menuntut bahwa dalam keadaan yang

sama tiap orang mendapat bagian yang sama pula.


Unsur-unsur hukum meliputi :
a) Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam bermasyarakat
b) Peraturan tersebut dibuat oleh badan yang berwenang
c) Peraturan itu secara umum bersifat memaksa
d) Sanksi dapat dikenakan bila melanggarnya sesuai dengan ketentuan atau

perundang undangan yang berlaku.


Adapun ciri-ciri hukum antara lain :
a) terdapat perintah ataupun larangan dan
b) perintah atau larangan tersebut harus dipatuhi oleh setiap orang
Hukum secara umum dibedakan menjadi dua, yaitu:
a) Hukum kebiasaan
Hukum kebiasaan disebut dengan adat, norma dan nilai yang ada di

masyarakat. Atau hukum yang hidup di dalam masyarakat. Yang mengatur

tingkah laku masyarakat, untuk mewujudkan cita-cita dalam masyrakat,

8
merupakan hasil karya masyarakat, dan merupakan bentuk awal dari hukum

tentang praktek.
b) Hukum positif
Hukum formal yang dibuat dan diberlakukan pemerintah yang merupakan

peraturan baku yang mengatur kehidupan rakyat, yang mencakup nilai, norma

kebaikan yang diterima dan diberlakukan pada masyarakat.


B. KEKUASAAN

Kekuasaan adalah kemampuan untuk menggunakan pengaruh pada orang

lain; artinya kemampuan untuk mengubah sikap atau tingkah laku individu atau

kelompok. Kekuasaan juga berarti kemampuan untuk mempengaruhi individu,

kelompok, keputusan, atau kejadian. Kekuasaan tidak sama dengan wewenang,

wewenang tanpa kekuasaan atau kekuasaan tanpa wewenang akan menyebabkan

konflik dalam organisasi. Secara umum ada dua bentuk kekuasaan:

a. Kekuasaan pribadi, kekuasaan yang didapat dari para pengikut dan

didasarkan pada seberapa besar pengikut mengagumi, respek dan terikat pada

pemimpin.
b. Kekuasaan posisi, kekuasaan yang didapat dari wewenang formal organisasi.
Kekuasaan berkaitan erat dengan pengaruh (influence) yaitu tindakan atau

contoh tingkah laku yang menyebabkan perubahan sikap atau tingkah laku

orang lain atau kelompok.

Kekuasaan tidak begitu saja diperoleh individu, ada 5 sumber kekuasaan

menurut John Brench dan Bertram Raven, yaitu :

a) Kekuasaan menghargai (reward power)

Kekuasaan yang didasarkan pada kemampuan seseorang pemberi

pengaruh untuk memberi penghargaan pada orang lain yang dipengaruhi

untuk melaksanakan perintah. (bonus sampai senioritas atau persahabatan)

9
b) Kekuasaan memaksa (coercive power)

Kekuasaan berdasarkan pada kemampuan orang untuk menghukum

orang yang dipengaruhi kalau tidak memenuhi perintah atau persyaratan.

(teguran sampai hukuman).

c) Kekuasaan sah (legitimate power)

Kekuasaan formal yang diperoleh berdasarkan hukum atau aturan yang

timbul dari pengakuan seseorang yang dipengaruhi bahwa pemberi pengaruh

berhak menggunakan pengaruh sampai pada batas tertentu.

d) Kekuasaan keahlian (expert power)

Kekuasaan yang didasarkan pada persepsi atau keyakinan bahwa pemberi

pengaruh mempunyai keahlian relevan atau pengetahuan khusus yang tidak

dimiliki oleh orang yang dipengaruhi. (professional atau tenaga ahli).

e) Kekuasaan rujukan (referent power)

Kekuasaan yang dimiliki oleh seseorang atau kelompok yang didasarkan

pada indentifikasi pemberi pengaruh yang menjadi contoh atau panutan bagi

yang dipengaruhi. (karisma, keberanian, simpatik dan lain-lain).

Arti Kunci Kekuasaan (Rosabeth Moss Kanter) :


a) Aktivitas luar biasa, membuat perubahan, menempati suatu posisi atau

berhasil mengambil resiko yang besar akan mendorong kepemilikan

kekuasaan.
b) Visibilitas, menjadi dikenal atau memperoleh kesempatan diperkenalkan

dengan pemegang kekuasaan akan mendorong kesuksesan menggunakan

kekuasaan yang dimiliki.


c) Relevansi, memiliki kekuasaan yang berhasil berarti mampu meyelesaikan

masalah organisasi yang otentik atau akurat.

10
d) Sponsor, mempunyai sponsor atau mentor- seseorang memberi nasehat

kepada anda mengenai cara agar behasil dalam organisasi- dapat menjadi

sumber kekuasan informal, terutama bila sponsor menikmati kekuasaan yang

cukup besar Kekuasaan adalah fakta penting dari kehidupan organisasi.

C. HUBUNGAN HUKUM DENGAN KEKUASAAN

Hukum dan kekuasaan merupakan dua hal yang berbeda namun saling

mempengaruhi satu sama lain. Hukum adalah suatu sistem aturan-aturan tentang

perilaku manusia. Sehingga hukum tidak merujuk pada satu aturan tunggal, tapi

bisa disebut sebagai kesatuan aturan yang membentuk sebuah sistem. Sedangkan

kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau suatu kelompok untuk

mempengaruhi perilaku seseorang atau kelompok lain, sesuai dengan keinginan

perilaku. Bisa dibayangkan dampak apabila hukum dan kekuasaan saling

berpengaruh. Di satu sisi kekuasaan tanpa ada sistem aturan maka akan terjadi

kompetisi seperti halnya yang terjadi di alam.

Siapa yang kuat, maka dialah yang menang dan berhak melakukan apapun

kepada siapa saja. Sedangkan hukum tanpa ada kekuasaan di belakangnya, maka

hukum tersebut akan “mandul” dan tidak bisa diterima dengan baik oleh

masyarakat. Hal ini karena masyarakat tidak memiliki ikatan kewajiban dengan si

pengeluar kebijakan. Sehingga masyarakat berhak melakukan hal-hal yang di luar

hukum yang telah dibuat dan di sisi lain pihak yang mengeluarkan hukum tidak

bisa melakukan paksaan ke masyarakat untuk mematuhi hukum.

11
Jadi, dapat dikatakan bahwa, kekuasaan perlu sebuah “kemasan” yang bisa

memperebutkan dan mempertahankan kekuasaan yaitu politik. Yang menjadi

permasalahan adalah mana yang menjadi hal yang mempengaruhi atau yang

dipengaruhi. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa tidak bisa satu hal

saja yang mempengaruhi hal yang dipengaruhi. Antara hukum dan kekuasaan

saling berpengaruh satu sama lain atau bisa disebut saling melengkapi. Sehingga

di satu sisi hukum yang dipengaruhi oleh kekuasaan begitu sebaliknya.

Namun tetap tidak dapat dipungkiri bahwa proporsi dari kekuasaan dalam

mempengaruhi hukum lebih berperan atau menyentuh ke ranah substansial dalam

artian hukum dijadikan “kendaraan” untuk melegalkan kebijakan-kebiajakn dari

yang berkuasa. Sedangkan hukum dalam mempengaruhi kekuasaan hanya

menyentuh ke ranah-ranah formil yang berarti hanya mengatur bagaimana cara

membagai dan menyelenggarakan kekuasaan seperti yang ada dalam konstitusi.

1) Hukum dalam Mempengaruhi Kekuasaan

Kekuasaan tanpa suatu aturan maka akan mengkondisikan keadaan seperti hal nya

hutan rimba yang hanya berpihak kepada yang kuat dalam dimensi sosial.

Disnilah hukum berperan dalam membentuk rambu-rambu cara bermain pihak-

pihak yang berada di lingkaran kekuasan. Hal tersebut bisa ditemui di konstitusi

dimana konstitusi secara garis besar berisi tentang bagaimana mengatur,

membatasi dan menyelenggarakan kekuasaan dan mengatur tentang Hak Asasi

Manusia. Peran hukum dalam mengatur kekuasaan berada dalam lingkup formil.

Kekuasaan yang diatur hukum merupakan untuk kepentingan masyarakat luas

agar masyarakat yang merupakan objek dari kekuasaan tidak menjadi korban dari

12
kekuasaan. Selain sebagai kepentingan masyarakat, hukum dalam mempengaruhi

kekuasaan juga berguna sebagai aturan bermain pihak-pihak yang ingin berkuasa

atau merebut kekuasaan. Aturan tersebut berguna sebagai cara main

yang fair yang bisa mngkoordinir semua pihak yang terlibat dalam kekuasaan.

Hukum dalam hal ini tidsak hanya mengatur masyarakat tetapi juga mengatur

pihak-pihak yang memiliki kekuasaan.

2) Kekuasaan dalam Mempengaruhi Hukum

Eksistensi hukum tanpa ada kekuasaan yang melatarbelakanginya

membuat hukum menjadi mandul. Oleh karena itu perlunya suatu kekuasaan yang

melatarbelakangi hukum. Muncul pertanyaan bagaimana kekuasaan yang hanya

dipegang oleh segelintir orang bisa dipercaya untuk mempengaruhi hukum yang

bertujuan untuk mengatur masyarakat. Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka

bisa didekati dengan metode konseptual bukan empiris karena secara empiris

kebanyakan hukum hanya digunakan untuk melegalkan kepentingan penguasa

saja.

Kekuasaan diperlukan oleh karena hukum bersifat memaksa. Tanpa

adanya kekuasaan, pelaksanaan hukum di masyarakat akan mengalami hambatan-

hambatan. Semakin tertib dan teratur suatu masyarakat, makin berkurang

diperlukan dukungan kekuasaan. Hukum itu sendiri sebenarnya juga adalah

kekuasaan. Hukum merupakan salah satu sumber kekuasaan. Selain itu hukum

pun merupakan pembatas bagi kekuasaan, oleh karena kekuasaan itu mempunyai

sifat yang buruk, yaitu selalu merangsang pemegangnya untuk ingin memiliki

kekuasaan yang di miliki oleh kelebihanya.

13
Pola hubungan hukum dan kekuasaan ada dua macam:

 Pertama, hukum adalah kekuasaan itu sendiri Menurut Lessalle. Dari sudut

kekuasaan, aturan-aturan hukum yang tertuang dalam konstitusi suatu negara

merupakan deskripsi struktur kekuasaan yang terdapat dalam negara dan

hubungan-hubungan kekuasaan di antara lembaga-lembaga negara. Hakekat

hukum dalam konteks kekuasaan menurut Karl Olivercona antara lain

daripada “kekuatan yang terorganisasi”, dimana hukum adalah “seperangkat

aturan mengenai penggunaan kekuatan”.

 Kedua ,bentuk kekuasaan itu memiliki esensi dan ciri-ciri yang berbeda satu

sama lain dan bersifat hirarkis, kekuasaan tertinggi adalah kedaulatan, yaitu

kekuasaan negara secara definitif untuk memastikan aturan-aturan kelakuan

dalam wilayahnya, dan tidak ada pihak, baik di dalam maupun di luar negeri,

yang harus dimintai ijin untuk menetapkan atau melakukan sesuatu.

Kedaulatan adalah hak kekuasaan mutlak, tertinggi, tak terbatas, tak

tergantung, dan tak terkecuali. Hak dapat pula diartikan sebagai kekuasaan

yang dipunyai seseorang untuk menuntut pemenuhan kepentingannya yang

dilindungi oleh hukum dari orang lain, baik dengan sukarela maupun dengan

paksaan.
Hukum ada karena kuasa yang sah dan sebaliknya perbuatan penguasa diatur

oleh hukum yang dibuatnya. Namun apabila terjadi pertentangan maka energi

hukum sering kalah kuat dengan energi kekuasaan. Akibatnya model hukum akan

melahirkan hukum yang bersifat konservatif dan ortodok. Sebaliknya dalam

kekuasaan yang demokratifakan melahirkan hukum yang bersifat responsif dan

populis. Adapun yang dapat dijadikan catatan, yaitu:

14
a) Hukum yang bersifat imperatif tetapi realitasnya tidak semua taat sehingga

membutuhkan dukungan kekuasaan, besarya kekuasaan tergantung pada

tingkat kesadaran hukum masyarakat.

15
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Hukum dan kekuasaan adalah bahwa kekuasaan merupakan suatu unsur

yang mutlak dalam suatu masyarakat hukum dalam arti masyarakat yang

diatur oleh dan berdasarkan hukum.


2. Kekuasaan adalah fenomena yang beraneka ragam bentuknya dan banyak

macam sumbernya.
3. Hubungan hukum dan kekuasan dalam masyarakat dengan demikian dapat

kita simpulkan bahwa hukum memerlukan kekuasaan bagi

pelaksanaannya, sebaliknya kekuasaan itu sendiri ditentukan batas-

batasnya oleh hukum. Secara teoritis hubungan antara hukum dan

kekuasaan memang sangat erat kaitannya, di mana hubungan antara

hukum dan kekuasaan yaitu sebagai das sollen hukum determinan atas

kekuasaan karena setiap kekuasaan harus tunduk pada aturan-aturan

hukum:
 Hukum merupakan produk kekuasaan, karena hukum merupakan

resultante-resulatante penguasa yang dibentuk tidak lain sebagai

kristalisasi dari kehendak penguasa;


 Hukum dan kekuasaan dalam konteks penegakan hukum di mana jelas

bahwa hukum dan kekuasaan berhubungan secara interdeterminan,

karena kekuasaan tanpa hukum merupakan kezaliman sedangkan

hukum tanpa kekuasaan akan lumpuh.


 Kekuasaan sering bersumber pada wewenang formal yang

memberikan wewenang atau kekuasaan kepada seseorang atau suatu

pihak dalam suatu bidang tertentu. Kekuasaan itu juga bersumber pada

16
hukum yaitu ketentuan-ketentuan hukum yang mengatur pemberian

wewenang tadi.
B. Saran
Adapun saran kami, antara lain sebagai berikut:
1. Semoga semakin banyak literatur yang membahas tentang hukum serta

kekuasaan demi kelancaran penyusunan tugas berikutnya.


2. Semoga masyarakat dapat menggunakan kekuasaan yang mereka miliki

dengan tepat serta menaati hukum yang berlaku di Indonesia.

17
DAFTAR PUSTAKA

B.F. Pasaribu, Rowland. Hukum dan Kekuasaan. (pdf)


Soemanto. 2008. Hukum dan Sosiologi Hukum Pemikiran, Teori, dan Masalah.

Surakarta: LPP UNS dan UNS Press.

18

Anda mungkin juga menyukai