Anda di halaman 1dari 3

Nama : Safitri Purnama sari

NIM : 16040284045
Kelas : 2016 A
Matkul : Sejarah Intelektual

• Pericles (495-429 SM)


Yunani
Kuno • Socrates (469-399 SM)
• Plato (429-347 SM)

Abad • John Locke (1632-1704)


Pencerahan • Montesqueiu (1689-1755)

Abad • Juan J. Linz (1926-2013)


Modern • Alfred Stepan (1936-2017)

Yunani Kuno : Demokrasi sebagai suatu konsep dan pemikiran pada dasarnya dimulai dengan lahir dan berkembang
di Yunani Kuno, yaitu dengan pencetusan gagasan (idea) pada tahun 431 SM oleh seorang filosof besarnya Pericles.
Gagasan ini kemudian dikembangkan oleh Socrates dalam konsep demokrasi, hukum dan kenegaraan. Hingga
kemudian muridnya, Plato, kemudian mengembangkan konsep pemerintahan yang menyatakan bahwa jika undang-
undang belum dimiliki, maka bentuk pemerintahan yang paling baik bagi negara tersebut adalah demokrasi.
Sayangnya, konsep demokrasi sendiri diannggap kurang populer dalam sistem perpolitikan pada masa itu.
Abad Pencerahan : Baru ketika memasuki abad pencerahan dimana banyak bermunculan pemikir-pemikir handal,
sistem demokrasi mulai dilirik lagi. Tokoh seperti John Locke dan kemudian Montesqueiu muncul dalam
mengembangkan konsep demokrasi. John Locke mengemukakan bahwa untuk mendelegasikan kepentingan rakyat,
dapat diciptakan lembaga atau organ politik yang bertugas dan berfungsi secara berbeda-beda. Locke menggagas
adanya unsur legislatif (pembuatan undang-undang dan pelaksanaan hukum) dan yudikatif (pelaksanaan undang-
undang dan hukum). Menurut pemikir Inggris ini, pemerintahan yang baik adalah pemerintahan yang dipegang oleh
seorang raja yang mempunyai kekuasaan eksekutif serta didampingi sebuah parlemen yang mempunyai kekuasaan
atau wewenang untuk membuat hukum dan undang-undang. Gagasan John Locke itu kemudian dikembangkan oleh
Montesqueiu dengan pemisahan tiga komponen kekuasaan, yakni eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Pemisahan yang
dilakukan oleh Montesqueiu masyhur dengan sebutan trias politica. Dengan terpisahnya tiga kewenangan di tiga
lembaga yang berbeda tersebut, diharapkan jalannya pemerintahan negara tidak timpang, terhindar dari korupsi
pemerintahan oleh satu lembaga, dan akan memunculkan mekanisme check and balances (saling koreksi, saling
mengimbangi). Dasar dari kedua konsep tersebut sesuai dengan apa yang dicetuskan oleh Plato mengenai konsep
demokrasi yang pemerintahannya tidak hanya memiliki penguasa yang kompeten tetapi juga harus ada undang-
undang yang mengatur batasan-batasan dari penguasa agar tidak menjadi sistem yang oligarki.
Abad Modern : Perkembangan konsep demokrasi semakin meningkat terutama setelah memasuki abad modern,
berbagai Negara mulai menganut sistem demokrasi. Merunut dari pemikiran Locke dan Montesueiu mengenai
pembagian kekuasan dalam sistem pemerintahan, ternyata banyak Negara yang masih mengalami ketimpangan
pembagian kekuasaan dan masih banyak praktik oligarki. Inilah yang kemudian mengiilhami munculnya tokoh
akademisi di bidang politik untuk turut menyempurnakan konsep demokrasi. Tokoh tersebut yakni Juan J. Linz dan
Alfred Stepan yang dalam jurnal ilmiahnya mengemukakan 5 poin penting terkait demokrasi. Di dalam jurnal
ilmiahnya yang berjudul Toward Consolidated Democracies, dijelaskan setidaknya terdapat lima prasyarat yang harus
dipenuhi oleh suatu negara untuk mencapai konsolidasi demokrasi. Prasyarat tersebut terdiri atas: (1) masyarakat
sipil yang bebas dan hidup; (2) masyarakat politik yang relatif otonom; (3) pemerintah dan aparat negara secara
efektif melindungi kebebasan individu dan kehidupan asosiasi; (4) birokrasi yang dapat digunakan oleh pemerintah
demokratis yang baru; (5) masyarakat ekonomi yang dilembagakan.
Kesimpulan : Dalam mencari kebenaran pada hakikatnya membutuhkan waktu yang lama dan proses yang panjang,
meskipun dalam penjelasannya kebenaran itu masih bersifat abstrak dan relative. Perkembangan pemikiran
mengenai konsep demokrasi dari masa ke masa menjadi salah satu contoh dalam mencari suatu kebenaran.

Anda mungkin juga menyukai