Anda di halaman 1dari 11

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/310443344

SINTESIS DAN KARAKTERISASI POLIMER SUPERABSORBAN DARI


AKRILAMIDA

Article · January 2012

CITATIONS READS

0 1,163

4 authors, including:

Akhmad Zainal Abidin Tiara Puspasari


Bandung Institute of Technology King Abdullah University of Science and Technology
10 PUBLICATIONS   109 CITATIONS    26 PUBLICATIONS   115 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Cellulose thin film composite membrane for organic solvent nanofiltration View project

PhD Projects View project

All content following this page was uploaded by Tiara Puspasari on 17 November 2016.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


SINTESIS DAN KARAKTERISASI
POLIMER SUPERABSORBAN DARI AKRILAMIDA
A. Zainal Abidin*, G. Susanto dan T. Puspasari
Kelompok Keahlian Perancangan dan Pengembangan Produk Teknik Kimia

Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Bandung
Jl. Ganesa 10 Bandung 40132, Telp/Fax : (022) 2501438
zainal@che.itb.ac.id

Abstrak

Superabsorbent Polymer (SAP) merupakan polimer yang dapat menyerap air dalam
jumlah yang sangat banyak. Dalam penelitian ini, polimer itu telah disintesis dari
monomer akrilamida (Am) dengan menggunakan crosslinker N,N-metilene
bisakrilamide (MBA) dan inisiator amonium persulfat (APS). Pengaruh crosslinker dan
inisiator terhadap karakteristik SAP dipelajari dengan melakukan variasi komposisi
amonium persulfat (APS) dan N,N-metilene bisakrilamide (MBA) masing-masing
sebesar 0,1%-b, 0,2%-b, 0,6%-b, dan 1%-b. Karakteristik produk SAP dipelajari
dengan FTIR untuk menganalisa gugus fungsi yang terbentuk untuk menunjukkan
bahwa polimerisasi betul terjadi dan produknya berupa SAP. Pengukuran kemampuan
absorpsi SAP terhadap air destilasi menunjukkan bahwa kapasitas absorpsi terbesar
yang dihasilkan oleh superabsorbent polymer dari penelitian ini sebesar 14,5 gr air
dalam 1 gr produk SAP yang dibuat. Kapasitas terbesar ini dimiliki oleh SAP dengan
0,2%-b APS dan 0,6%-b MBA. Studi lebih lanjut dengan SEM menunjukkan bahwa SAP
yang memiliki kapasitas absorpsi tertinggi itu mempunyai morfologi permukaan yang
berombak dan jumlah pori yang tertinggi sehingga luas permukaan kontak antara SAP
dan air juga tertinggi.

Kata kunci: akrilamida, kapasitas absorpsi, superabsorbent polymer

Abstract

Superabsorbent polymer (SAP) is a material that can absorb water in a large amount in
a short time. In this research, the polymer has been synthesized from acrylamide
monomer (Am) using N,N methylene bisacrylamide (MBA) as a cross-linker and
ammonium persulphate (APS) as an initiator. Effects of MBA and APS on the SAP
characteristic were studied by varying composition of MBA and APS each of 0.1%,
0.2%, 0.6% and 1.0% by weight. SAP was characterized by measuring its absorption
capacity to distilled water. Based on the experiment, the highest absorption capacity for
1 gr SAP is 14.5 gr water. The highest absorption is owned by SAP with APS 0.2%-w
and MBA 0.6%-w. Further studies by using SEM showed that SAP which had high
absorption capacity contained a lot of pores with the waving surface. Therefore, the
surface contact area between SAP and water is high.

Key words: acrylamide, absorption capacity, superabsorbent polymer


1. Pendahuluan disebabkan oleh ikatan kovalen
crosslinking (Elliot, 1997).
Superabsorbent polymer adalah
bahan hidrogel yang mampu menyerap air
dalam jumlah yang sangat banyak dalam
waktu yang singkat dan menjaga air
terikat di dalamnya. Kemampuan hidrogel
dalam menyerap air (swelling)
dipengaruhi adanya gugus-gugus fungsi
bebas dalam jaringan struktur molekulnya
yang dapat mengikat air. Beberapa jenis
gugus fungsi yang berpengaruh pada sifat
swelling adalah gugus –OH, -NH2, - Gambar 1. Ikatan hidrofilik dan crosslink
COOH, -CONH dan –SO3H. pada SAP (Elliot, 1997)

Kemampuan penyerapan air


ditentukan dengan menghitung selisih Pada Gambar 1 di atas
massa SAP yang sudah menyerap air pada ditunjukkan bagian dari jaringan polimer.
massa yang relatif konstan dengan massa Rantai polimer pada SAP adalah
polimer kering dibagi dengan massa hidrofilik, karena terdiri dari grup
polimer kering. Jika nilai selisih tersebut akrilamida –CONH. Ketika air masuk ke
makin besar, maka polimer tersebut SAP terjadi interaksi antara polimer dan
memiliki kemampuan penyerapan air yang pelarut, yaitu hidrasi dan pembentukan
baik (Chang, 1999). ikatan hidrogen (Elliot. 1997). Mekanisme
dari proses penggembungan yang
Superabsorbent polymer berkontribusi pada kapasitas absorpsi
merupakan hydrogel, yaitu polimer yang akhir dari SAP dapat diilustrasikan
mempunyai karakteristik hidrofilik (suka sebagai berikut:
dengan air) dan tidak larut dalam air. Sifat
hidrofilik disebabkan kehadiran dari a. Hidrasi
gugus fungsi yang water-solubilizing,
seperti –CONH yang dimiliki akrilamida.
Ketika SAP dimasukkan ke dalam air atau
pelarut akan terjadi interaksi antara
polimer dengan molekul air.
Penggembungan pada polimer terjadi dari
keseimbangan antara gaya disperse yang
terjadi pada rantai hidrasi dan gaya kohesi Gambar 2. Interaksi antara COO- dan
yang menyebabkan SAP lebih rapat molekul air pada proses hidrasi SAP
sehingga mengurangi penetrasi air ke
dalam jaringan. Gaya kohesi ini (Swantomo, 2008)
Gambar 2 di atas adalah interaksi maupun kovalen. Pada polimer
dari grup akrilamida (–CONH) dengan superabsorban, ikatan hydrogen akan
molekul pelarut, dimana ion COO- terbentuk melalui interaksi antara atom
berinteraksi dengan molekul air yang hidrogen dari air dengan atom oksigen
polar. dari polimer. Hal inilah yang menjadi
salah satu faktor yang membantu
mekanisme penyerapan air pada polimer
superabsorban.

Mekanisme penggembungan pada


SAP terjadi karena air akan terdifusi oleh
tekanan osmotik SAP lalu berinteraksi
Ikatan    
dengan gugus hidrofilik. Setelah mencapai
hidrogen    
terhadap     tahap kesetimbangan, air yang terserap
molekul     akan terikat dengan gugus akrilamida
air membentuk ikatan hidrogen. Pada
akhirnya air yang terserap ini akan tetap
tertahan pada SAP sehingga polimer
mengalami penggembungan.

Driving force untuk SAP


menggembung adalah perbedaan antara
tekanan osmotik di dalam dan di luar gel.
Air dapat diserap oleh SAP karena
tekanan osmotik air lebih rendah dari
Gambar 3. Pembentukan ikatan hidrogen tekanan osmotik SAP. Sehingga, air akan
masuk ke dalam SAP, karena zat akan
berpindah dari tekanan osmotik yang
b. Ikatan hidrogen
rendah ke tekanan osmotik yang tinggi.
Ikatan hidrogen (Gambar 3) Penetralan rantai polimer akan
merupakan interaksi yang kuat antara meningkatkan tekanan osmosis dari SAP
atom hidrogen dengan atom lain yang dan meningkatkan kapasitas
sangat elektronegatif yaitu atom F, O dan penggembungan. Tetapi kapasitas
N. Ketiga atom ini memiliki penggembungan ini dibatasi oleh derajat
keelektronegatifan paling tinggi diantara crosslink, maka hasil akhir dari kapasitas
semua atom dengan nilai masing-masing penggembungan adalah keseimbangan
secara berurutan yaitu 4, 3.5 dan 3. Ikatan dari keduanya.
yang terbentuk merupakan jenis ikatan
antar molekul dengan energi ikatan Hal utama yang diangkat dalam
sebesar 5-30 kJ/mol, yang jauh lebih besar penelitian ini adalah mempelajari cara
daripada energi ikatan Van Der Walls, sintesis SAP dari akrilamida serta
namun lebih lemah daripada ikatan ionik karakterisasi keunikannya dalam
menyerap air yang didukung oleh analisa Sepuluh gram akrilamida
kimia dan morfologi bahan tersebut. SAP dimasukkan ke dalam pelarut 75 ml aqua
disintesis dengan cara polimerisasi radikal dm di labu bundar. Campuran diaduk
dengan menambahkan amonium persulfat hingga homogen dengan memvariasikan
(APS) sebagai inisiator dan N,N- jumlah MBA dan APS. Waktu reaksi
metiletilen-bisakrilamide (MBA) sebagai berlangsung selama 3 jam dengan
crosslinker ke dalam reaktor agar bereaksi pemanasan perlahan-lahan hingga
dengan monomer akrilamida (Abidin-1, termperatur 70OC. Untuk membuat
2011). Metoda ini lebih sederhana dan komposit, selulosa ditambahkan ke dalam
lebih mudah dibanding metoda lain, labu bundar.
seperti teknik emulsi, yang pernah
dilakukan oleh peneliti lain (Wan, 2008). Pengujian Kapasitas Absorbansi
Beberapa peneliti juga menggunakan Superabsorbent Polymer
gelombang radiasi untuk proses inisiasi
dan pembentukan crosslinking pada Kapasitas penyerapan merupakan
polimerisasi SAP seperti Deni Swantomo, ukuran atau parameter yang digunakan
dkk (Swantomo, 2008). untuk mengetahui seberapa banyak air
yang dapat diserap oleh polimer. Besarnya
nilai kapasitas penyerapan SAP dapat
2. METODOLOGI dinyatakan dalam bentuk persentase
dengan persamaan (1):
Bahan
!! !!!
%𝑘𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 = !!
×100% (1)
Bahan-bahan untuk pembuatan
Keterangan :
SAP ini diperoleh dari distributor bahan mt : massa polimer setelah t waktu penyerapan
dan langsung dapat digunakan di dalam [gram]
eksperimen. Adapun rincian bahan adalah mo : massa awal polimer saat kering [gram]
akrilamida (Am), N,N-metilene-
bisakrilamide (MBA) dan amonium Kenaikan nilai persentase ini akan
persulfat (APS). Semuanya merupakan menandakan kemampuan penyerapan
padatan murni dari Merck, Jerman. polimer yang makin besar.

Alat Karakterisasi Superabsorbent Polymer

Labu bundar berleher 4, oven, Karakterisasi SAP dilakukan


magnetic stirer, kondesor, pemanas listrik, dengan FTIR dan SEM (scanning electron
pompa dan termometer. micrograph). SEM bertujuan untuk
mengetahui bentuk permukaan dan pori
Sintesis Superabosrbent Polymer dari dari polimer yang akan mempengaruhi
Akrilamida sifat absorpsi dari SAP.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN

FTIR Superabsorbent Polymer

Gambar 4. Hasil FTIR dari Superabsorbent Polymer (4000-500 cm-1)

Produk polimer dari hasil Gugus-gugus yang teramati


percobaan ini dianalisa dengan FTIR dalam tabel di atas merupakan gugus
untuk melihat apakah polimerisasi yang biasa ada di dalam poliakrilamida
betul terjadi atau tidak dengan melihat yang bersifat hidrofilik (suka terhadap
gugus-gugus fungsi yang muncul pada air). Gugus-gugus itu ada yang berasal
produk polimer tersebut. Hasil analisa dari monomer akrilamida, yaitu -
FTIR di Gambar 4. menunjukkan NH2, -CH and -C=O, dan ada yang
bahwa SAP memiliki puncak-puncak berasal dari crosslinker MBA, yaitu -
yang merepresentasikan gugus fungsi NH group. Kehadiran gugus –NH dari
sebagai berikut: crosslinker MBA menandakan bahwa
ikatan silang pada polimer berhasil
Tabel 1. Puncak grafik FTIR dan terbentuk. Grafik FTIR produk ini
Gugus fungsi SAP (Silverstein, 1981) menunjukkan bahwa polimerisasi betul
terjadi dan hasilnya berupa SAP.
Puncak teramati Gugus fungsi
(cm-1) terepresentasi
3632, 3404, –OH Stretching Kapasitas Absorpsi
3192 –NH Stretching
2938 –CH Stretching Kapasitas absorpsi SAP sebagai
1667, 1571 –C=O Stretching fungsi dari MBA dan APS
1454,1408, 1120 –NH Bending diperlihatkan pada Gambar 5.
1182 –NH2 Bending
16  

14  

12  
Kapasitas  Absorbansi  

10  

8  
Ket.  :  
6  
Kons.  APS  (%-­‐b):
4   0.2  
0.6  
2  
0.8  
0   1  
0.2   0.6   0.8   1  
MBA  (%-­‐b)  

Gambar 5. Kapasitas Absorbansi SAP pada Variasi APS dan MBA

Berdasarkan Gambar 5 diatas, struktur polimer menjadi rapat, ukuran


kapasitas penyerapan tertinggi dimiliki pori mengecil dan jumlahnya
oleh polimer yang menggunakan APS berkurang. Pengurangan pori ini akan
sebesar 0,2 % dan MBA 0,6% dengan menyebabkan pengurangan luas
nilai 14,5 gram air/gram SAP. permukaan kontak SAP dengan air
Walaupun tidak semuanya terlihat pada sehingga kapasitas absorpsi dari SAP
Gambar 5, profil kurva absorbansi makin kecil.
secara umum dapat dijelaskan sebagai
berikut. Pada konsentrasi MBA Hubungan antara kapasitas
rendah, kapasitas absorpsi SAP juga absoprsi atau derajat penggembungan
rendah. Hal ini disebabkan oleh Q dengan struktur jaringan polimer
rendahnya jumlah crosslink yang ʋe/Vo (crosslink density) dapat dianalisa
terbentuk di dalam SAP. Polimer yang dengan menggunakan persamaan (2)
tidak ter-crosslink akan larut dalam air (Flory-1, 1953).
sehingga tidak terhitung dalam angka
kapasitas absorpsi. Ketika konsentrasi (2)
MBA naik, kapasitas absorpsi juga naik
karena semakin banyaknya crosslink
yang terbentuk sehingga polimer tidak Keterangan :
ikut larut terbawa air dan kapasitas Q : derajat penggembungan
absorpsi naik. Tetapi bila konsentrasi i/ʋu : konsentrasi dari jaringan yang tidak
MBA semakin tinggi, kapasitas menggembung
absobpsi akan turun. Puncak tertinggi S* : konsentrasi ionik larutan
ini terjadi pada konsentrasi MBA yang V1 : konsentrasi molar air
beda-beda tergantung pada konsentrasi
APS-nya. Penurunan kapasitas ʋe/Vo : densitas crosslink
absorbsi ini mungkin disebabkan oleh Pada persamaan di atas,
terlalu banyaknya crosslink yang crosslink density (ʋe/Vo) merupakan
terbentuk di dalam SAP sehingga elemen penting yang mengontrol
kapasitas penggembungan SAP. bebas ini menurunkan jumlah rantai
Terlalu banyak crosslink yang polimer dan crosslink yang terbentuk.
terbentuk akan membuat terlalu
sedikitnya area kosong pada polimer. Berdasarkan pengamatan
Pengurangan area kosong tersebut akan langsung, SAP dari akrilamida ini
menurunkan jumlah tempat pengikatan memiliki kekenyalan yang relatif tinggi
air di dalam jaringan polimer. Namun dan tidak mudah putus walaupun pada
bila crosslinker yang digunakan terlalu kondisi menyerap air yang maksimum.
kecil, maka akan membuat polimer Hal ini mengindikasikan bahwa SAP
lepas satu sama lain dan larut dalam poliakrilamida memiliki struktur yang
air. kuat sebagai akibat dari adanya
crosslink di dalamnya.
Hubungan antara kapasitas
absorbsi dengan jumlah inisiator dapat
dijelaskan dengan persamaan (3) Karakterisasi Polimer dengan SEM
[Flory-2, 1953]:
Karakterisasi polimer dengan
!! /!(!!! !! )!/! !
𝑣= (3) SEM bertujuan untuk melihat struktur
! !/!
fisik dari polimer. Hal penting yang
Di mana: perlu diamati adalah bentuk permukaan
v : panjang rantai kinetik
polimer serta jumlah dan besar
mikropori yang ada di polimer.
M : konsentrasi monomer
Mikropori ini merupakan tempat
I : jumlah inisiator permeasi air dan tempat berinteraksi
kp, kt, kd : konstanta reaksi propagasi, terminasi antara air dengan gugus hidrofilik dari
dan disproporsionasi SAP (Flory-1, 1953). Mikropori inilah
yang banyak mempengaruhi kapasitas
f : faktor efisiensi
absorpsi dari SAP. Ada berbagai
macam microphotograph dari hasil
Dari persamaan (3) terlihat SEM yang memperlihatkan struktur
bahwa peningkatan jumlah inisiator [I] fisik dari SAP antara lain struktur
akan mengakibatkan berat molekul berombak, berpori, membentuk
polimer rata-rata turun atau rantai agregat, tidak beraturan dan
polimer (v) jadi pendek. Ini juga sebagainya. Namun berdasarkan
berarti akan menambah jumlah rantai penelitian sebelumnya (Gao, 2008),
polimer yang tidak membentuk struktur mikroporilah yang banyak
jaringan polimer dan ikatan silang. berpengaruh terhadap kapasitas
Rantai polimer seperti ini tidak absorpsi polimer karena banyak
berkontribusi pada kapasitas absorpsi. meningkatkan luas permukaan kontak
Maka dari itu kapasitas absorpsi akan polimer dengan air. Luas permukaan
menurun dengan peningkatan jumlah kontak yang besar mengakibatkan
inisiator. Akan tetapi bila jumlah tempat interaksi antara gugus hidrofilik
inisiator terlalu sedikit, kapasitas (–OH, -NH2, -COOH, -CONH) dengan
absorpsi juga akan menurun. Hal ini air menjadi besar, dan tempat permeasi
dikarenakan berkurangnya jumlah air meningkatkan.
radikal bebas yang dihasilkan oleh
inisiator dan kecilnya jumlah radikal Gambar 6 menunjukkan hasil
SEM dari SAP dengan APS 0,6%-b
dan MBA 1,0%-b. yang memiliki permukaan bergelombang maupun
permukaan yang lebih rata dan halus, jumlah dan ukuran pori. Hal ini dapat
mungkin tidak memiliki banyak dilakukan baik secara perlakukan fisik
mikropori sehingga kapasitas maupun secara perlakuan kimia
absorpsinya rendah, yaitu 5,3 gr air/gr terhadap material ini. Topik ini akan
SAP. Gambar 7 menunjukkan SAP menjadi pembahasan dalam penelitian
dengan APS 0,2%-b dan MBA 0,6%-b, berikutnya yang akan disajikan dalam
dengan struktur yang berombak dan tulisan setelah ini (Abidin-2, 2011).
mungkin memiliki lebih banyak
mikropori yang membuat kemampuan
absorbsinya lebih tinggi, yaitu 14,5 gr
air /gr SAP, tiga kali lebih besar dari
pada SAP sebelumnya. Di dalam SEM
ini, mikropori itu digambarkan dengan
titik hitam. Karena Gambar 7 tampak
lebih hitam dari pada Gambar 6, maka
besar kemungkinan SAP yang terakhir
ini memiliki lebih banyak mikropori
dibandingkan SAP yang sebelumnya.
Hal ini didukung juga oleh Gao (2008)
yang menyatakan bahwa kapasitas Gambar 7. Hasil SEM dari SAP
absorpsi dipengaruhi oleh dua faktor dengan komposisi APS 0,2% dan MBA
yaitu bulk density dan porositas. Makin 0,6% pada pembesaran 5000x
besar bulk density maka kapasitas
absorpsi makin kecil. Makin besar
porositas maka kapasitas absorpsi 4. KESIMPULAN
makin besar.
Superabsorbent polymer dapat
dibuat dari akrilamida dengan prinsip
polimerisasi radikal melalui
polimerisasi larutan. Analisa FTIR
mengkonfirmasi hasil polimerisasi ini
dengan memperlihatkan gugus-gugus
hidrofilik yang biasa muncul pada
spektra SAP poliakrilamida, termasuk
pembentukan cross-linking oleh MBA.
Kapasitas absorbsi SAP terbesar dari
penelitian ini adalah 14,5 g/g yang
dimiliki oleh polimer dengan
Gambar 6. Hasil SEM dari SAP komposisi APS 0,2% dan MBA 0,6%.
dengan komposisi APS 0,6% dan MBA Pengamatan morfologi dengan SEM
1,0% pada pembesaran 5000x terhadap SAP ini memperlihatkan
bahwa struktur permukaan SAP ini
Secara umum, hasil eksperimen berombak dan jumlah mikroporinya
menunjukkan bahwa material ini masih lebih besar dari SAP dari komposisi
memiliki potensi untuk dinaikkan yang lain. Ini berarti bahwa kapasitas
kapasitas absorpsinya dengan absorpsi SAP sangat dipengaruhi oleh
memperbesar luas kontak baik melalui
struktur polimer dan jumlah pori yang and Functional Polymers 68 (9),
terbentuk di dalamnya. page 1377–1383, 2008.
Jamaludin, S.; Hashim, S., Study on
Swelling Behaviors and
Characterization of Oil Palm
Daftar Pustaka Empty Fruit Bunch-Graft-
Poly(Acrylamide)
Abidin-1, A.Z.; Noezar, I.; Ridhawati., Superabsorbent Polymer
Indonesian Journal of Material Composites, Malaysia Polymer
Science, 12 (2), p. 114-119, International Conference, page
2011. 251-260, 2009.
Abidin-2, A. Z.; Sastra, N. M. T. P.; Li, A.; Wang, A., Synthesis and
Susanto, G., Improving properties of clay-based
Absorption Capacity of Superabsorbent Composite,
Superabsorbent Polyacrylamide European Polymer Journal 41,
By Acrylic Acid page 1630-1637, 2005.
Copolymerization, Int. Conf. on Mohammad, M.J.; Kourosh, K.,
Innovation in Polym. Sci. and Superabsorbent Polymer
Tech., Bali, Indonesia, 2011. Materials: A Review, Iranian
Chang, S.C.; Yoo, J.S., Measurement Polymer Journal 17 (6), page
and Calculation of Swelling 451-477, 2008.
Equilibria for Water/Poly Silverstein, R.M.; Bassler, G.C.;
(Acrylamide- Morrill, T.C., Spectrometric
Sodiummallysufonate) Systems, Identification of Organic
Korean Journals Chemical Compound, Fourth edition,
Engineering 16, page 581-584, John Wiley and Sons, page 248-
1999. 283, 1981.
Coates, J., Interpretation of Infrared Swantomo, D.; Megasari, K.; Sataaji,
Spectra, A Practical Approach. R., Pembuatan Komposit
Encyclopedia of Analytical Polimer Superabsorben dengan
Chemistry, R.A. Meyers (Ed.), mesin Berkas Elektron, Seminar
page 10815-10837, 2000. Nasional IV SDM Teknologi
Elliot, M., Superabsorbent Polymers, Nuklir Yogyakarta 25-26
BASF Product Development Agustus 2008 ISSN 1978-0176
Scientist, 1997. 215, Sekolah Tinggi Teknologi
Flory-1, P.J., Principle of Polymer Nuklir – BATAN, 2008.
Chemistry, NY: Cornell Wan, T.; Wang, L.; Yao, Lie., Saline
University Press, Ithaca, New Solution Absorbency and
York, page 576-594, 1953. Structure Study of Poly (AA-
Flory-2, P.J., Principle of Polymer AM) Water Superabsorbent by
Chemistry, NY: Cornell Inverse Microemulsion
University Press, Ithaca, New Polymerization, Polymer
York, page 132-148, 1953. Bulletin 60, page 431-440,
Gao, J.; Wang, A., Synthesis and 2008.
characterization of
superabsorbent composite by
using glow discharge DAFTAR SIMBOL
electrolysis plasma, Reactive
mt : massa polimer setelah t waktu
penyerapan [gram]
mo : massa awal polimer saat
kering [gram]
Q : derajat penggembungan
i/vu : konsentrasi dari jaringan yang
tidak menggembung
S* : konsentrasi ionik larutan
V1 : konsentrasi molar air
ve/Vo : densitas crosslink
v : panjang rantai kinetik
M : kosentrasi awal monomer
I : kosentrasi awal inisiator

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai