Anda di halaman 1dari 168

Gusrina

BUDIDAYA IKAN
JILID 2

SMK

H
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
Departemen Pendidikan Nasional
Hak Cipta pada Departemen Pendidikan Nasional
Dilindungi Undang-undang

BUDIDAYA IKAN
JILID 2
Untuk SMK

Penulis : Gusrina
Perancang Kulit : Tim

Ukuran Buku : 17,6 x 25 cm

GUS GUSRINA
b Budi Daya Ikan Jilid 1 untuk SMK /oleh Gusrina —— Jakarta
: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat
Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen
Pendidikan Nasional, 2008.
vi. 162 hlm
Daftar Pustaka : 377–384
Glosarium : 385–394
ISBN :978-602-8320-19-1
ISBN : 978-602-8320-21-4

Diperbanyak oleh:
PT. MACANAN JAYA CEMERLANG
Jalan Ki Hajar Dewantoro Klaten Utara,
Klaten 57438, PO Box 181
Telp. (0272) 322440, Fax. (0272) 322603
E-mail: macanan@ygy.centrin.net.id

Diterbitkan oleh
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
Departemen Pendidikan Nasional
Tahun 2008
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia
Nya, Pemerintah, dalam hal ini, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah
Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
Departemen Pendidikan Nasional, telah melaksanakan kegiatan penulisan buku
kejuruan sebagai bentuk dari kegiatan pembelian hak cipta buku teks pelajaran
kejuruan bagi siswa SMK. Karena buku-buku pelajaran kejuruan sangat sulit
didapatkan di pasaran.

Buku teks pelajaran ini telah melalui proses penilaian oleh Badan Standar
Nasional Pendidikan sebagai buku teks pelajaran untuk SMK dan telah dinyatakan
memenuhi syarat kelayakan untuk digunakan dalam proses pembelajaran melalui
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 45 Tahun 2008 tanggal 15 Agustus
2008.

Kami menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada seluruh


penulis yang telah berkenan mengalihkan hak cipta karyanya kepada Departemen
Pendidikan Nasional untuk digunakan secara luas oleh para pendidik dan peserta
didik SMK.

Buku teks pelajaran yang telah dialihkan hak ciptanya kepada Departemen
Pendidikan Nasional ini, dapat diunduh (download), digandakan, dicetak,
dialihmediakan, atau difotokopi oleh masyarakat. Namun untuk penggandaan yang
bersifat komersial harga penjualannya harus memenuhi ketentuan yang ditetapkan
oleh Pemerintah. Dengan ditayangkan soft copy ini diharapkan akan lebih
memudahkan bagi masyarakat khususnya para pendidik dan peserta didik SMK
di seluruh Indonesia maupun sekolah Indonesia yang berada di luar negeri untuk
mengakses dan memanfaatkannya sebagai sumber belajar.

Kami berharap, semua pihak dapat mendukung kebijakan ini. Kepada para
peserta didik kami ucapkan selamat belajar dan semoga dapat memanfaatkan
buku ini sebaik-baiknya. Kami menyadari bahwa buku ini masih perlu ditingkatkan
mutunya. Oleh karena itu, saran dan kritik sangat kami harapkan.

Jakarta, 17 Agustus 2008


Direktur Pembinaan SMK

iii
KATA PENGANTAR

Buku Budi Daya Ikan merupakan salah satu judul buku teks kejuruan yang
akan digunakan oleh para pendidik dan peserta didik SMK dan lembaga
pendidikan dan pelatihan lainnya. Buku teks kejuruan dalam bidang budi daya
ikan saat ini belum banyak dibuat, yang beredar saat ini kebanyakan buku-buku
praktis tentang beberapa komoditas budi daya ikan. Buku Budi Daya Ikan secara
menyeluruh yang beredar di masyarakat saat ini belum memenuhi kebutuhan
sebagai bahan ajar bagi siswa SMK yang mengacu pada Standar Kompetensi
Kerja Nasional Indonesia (SKKNI), Standar Isi (SI), Standar Kompetensi Lulusan
(SKL) dan Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SMK.

Untuk memudahkan pembaca dalam mempelajari isi buku, maka buku Budi
Daya Ikan ini kami susun menjadi 3 (tiga) jilid.

Dengan melakukan budi daya ikan maka keberadaan ikan sebagai bahan
pangan bagi masyarakat akan berkesinambungan dan tidak akan punah. Pada
buku ini akan dibahas beberapa bab yang dapat digunakan sebagai dasar dalam
melakukan budi daya ikan. Bab pertama berisi tentang wadah budi daya ikan,
bab kedua berisi tentang media budi daya ikan, bab ketiga berisi tentang hama
dan penyakit ikan, bab keempat berisi tentang nutrisi ikan, bab kelima berisi tentang
teknologi pakan buatan, bab keenam berisi tentang teknologi pakan alami, bab
ketujuh berisi tentang pengembangbiakan ikan, dan bab kedelapan berisi tentang
hama dan penyakit ikan. Sedangkan materi penunjang seperti pemasaran, analisa
usaha budi daya ikan dan kesehatan dan keselamatan kerja terdapat pada bab
terakhir.

Agar dapat membudidayakan ikan yang berasal dari perairan tawar, payau
maupun laut ada beberapa hal yang harus dipahami antara lain adalah memahami
jenis-jenis wadah dan media budi daya ikan, pengetahuan tentang nutrisi ikan
dan jenis-jenis pakan alami yang meliputi tentang morfologi, biologi, dan kebiasaan
hidup. Selain itu pengetahuan teknis lainnya yang harus dipahami adalah tentang
pengembangbiakan ikan mulai dari seleksi induk, teknik pemijahan ikan, proses
pemeliharaannya sampai pemanenen ikan.

v
Akhir kata penulis mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkah
dan rahmat-Nya sehingga dapat menyelesaikan penulisan buku ini di hadapan
pembaca. Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada suami dan anak-
anak atas dukungan dan orang tua tercinta serta teman-teman yang telah
membantu. Selain itu kepada Direktorat Pembinaan SMK Direktorat Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menegah yang menyediakan anggaran untuk menyediakan
sumber belajar buku teks kejuruan yang sesuai dengan Standar Isi dan Standar
Kompetensi Kelulusan SMK. Semoga buku ini bermanfaat bagi yang
membacanya dan menambah pengetahuan serta wawasan. Kami mohon saran
dan masukan yang membangun karena keterbatasan yang dimiliki oleh penyusun.

Penyusun

vi
DAFTAR ISI

KATA SAMBUTAN iii

KATA PENGANTAR iv

DAFTAR ISI vi

BAB V NUTRISI IKAN 233


5.1 Energi 233
5.2 Protein 237
5.3 Karbohidrat 250
5.4 Lipid 257
5.5 Vitamin 265
5.6 Mineral 294

BAB VI TEKNOLOGI PAKAN BUATAN 303


6.1 Jenis-Jenis Bahan Baku 306
6.2 Penyusunan Formulasi Pakan 315
6.3 Prosedur Pembuatan Pakan 334
6.4 Uji Coba Pakan Ikan 343
6.5 Manajemen Pemberian Pakan 361
6.6 Pakan dan Kualitas Air 369

LAMPIRAN A DAFTAR PUSTAKA 375

LAMPIRAN B GLOSARIUM 383

vi i
BAB V
NUTRISI IKAN

Dalam Bab ini akan didiskusikan tentang yaitu: energi, protein dan asam amino, lipid
dan asam lemak, karbohidrat, vitamin, dan
berbagai macam bahan gizi pakan ikan/ mineral. Dalam materi ini akan dipelajari
makanan yang sangat penting bagi secara spesifik objektivitas untuk masing-
kebutuhan ikan. Ikan merupakan salah masing bagian tersebut.
satu jenis organisme air sumber pangan
bagi manusia yang banyak mengandung 5.1 Energi
protein. Agar dapat dibudidayakan dalam
waktu yang relatif tidak terlalu lama maka Dalam kehidupan manusia setiap hari
dalam proses pembudidayaannya selain sering mendengar istilah energi. Energi
menggunakan pakan alami juga memberi- berasal dari kata Yunani, yaitu En yang
kan pakan buatan. Pakan buatan yang berarti in dan Ergar yang berarti work. Dari
diberikan pada ikan harus mengandung arti kata asalnya energi dapat didefenisi-
zat gizi yang sesuai dengan kebutuhan kan sebagai kapasitas atau sesuatu yang
ikan tersebut. Saat ini dengan semakin dapat diolah ke dalam bentuk kerja atau
meningkatnya ilmu pengetahuan tentang kemampuan untuk bekerja. Bentuk energi
nutrisi ikan maka pabrik pakan buatan ikan dalam kehidupan manusia dapat di-
menyusun formulasi pakan sesuai dengan kelompokkan berdasarkan sumbernya
kebutuhan gizi setiap jenis ikan yang akan yaitu energi mekanik, energi panas, energi
dibudidayakan. Oleh karena itu, dalam bab listrik dan energi molekuler. Energi akan
ini akan dibahas beberapa subbab yang ada dan hadir dalam setiap bentuk yang
sangat mendukung dalam proses pem- berbeda dan disesuaikan dengan
buatan pakan ikan yaitu pengetahuan pekerjaan berbeda. Pada ikan 167 sebagai
tentang energi dan kandungan nutrien organisme yang berhubungan dengan air
yang harus terdapat pada pakan ikan yaitu membutuhkan makanan untuk menyedia-
protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan kan energi yang mereka perlukan. Energi
mineral. Pengetahuan tentang zat gizi ini bagi makhluk hidup berasal dari makanan.
meliputi penggolongan nutrien dan tipe, Makanan ini akan diubah menjadi energi
struktur kimia, fungsi umum, dan arti kimia dan disimpan dalam tubuh dalam
penting di dalam ilmu gizi hewan air. bentuk Adenosin Tri Phosphat (ATP).
Nutrien atau kandungan zat gizi dalam Dengan adanya energi ini dapat meng-
bahan pakan di bagi menjadi enam bagian

233
ubah energi kinetik dari suatu reaksi (kkal) atau kilojoule (kJ). Satu kilokalori
metabolisme yang menimbulkan kerja dan adalah jumlah panas yang diperlukan
panas. untuk menaikkan temperatur satu gram air
Pada ikan sumber energi diperoleh dari 14,5° C menjadi 15,5° C (dalam air 1°
dari pakan, di mana pada pakan ikan ini C). Joule adalah satuan tenaga listrik
mengandung zat gizi/nutrien yang berasal dalam sistem metrik dan satu kkal sama
dari karbohidrat, lemak dan protein dan dengan 4.184 kJ. Sebagai contoh, 70 kkal
dapat terukur secara langsung atas per- sama dengan 293.02 kJ atau dapat juga
tolongan bom kalorimeter. Energi diperlu- menggunakan satuan British Thermal Unit
kan untuk melakukan pekerjaan mekanis (BTU) di mana 1 BTU = 252 kalori.
(aktivitas otot), pekerjaan kimia (proses Setelah mempelajari bagian ini,
kimia yang berlangsung dalam tubuh), pembaca harus bisa membedakan bentuk
kerja elektrik (aktivitas saraf), dan pekerja- energi dan pengukurannya. Memahami
an osmotik (memelihara badan untuk men- metabolisme energi berkenaan dengan
jaga keseimbangan satu sama lain dan makanan, persamaan energi dalam
dengan medium air tawar, payau, atau air keseimbangan dan faktor-faktor yang
laut di mana organisme air itu hidup). berpengaruh pada energi yang menyebab-
Energi yang diperoleh oleh makhluk hidup kan kebutuhan ikan akan energi disesuai-
ini dapat menimbulkan panas di mana kan dengan cara pemberian pakan dalam
menurut ilmuwan Lavoiser dan La Place budi daya ikan dan memahami arti
(1780). Panas dari tubuh hewan berasal protein energi ratio yang merupakan per-
dari oksidasi zat-zat organik dan makanan bandingan antara protein optimal dengan
yang diberikan digunakan sebagai sumber energi yang terdapat dalam pakan ikan.
energi. Oleh karena itu, nilai energi suatu
bahan makanan dapat dipakai sebagai Pemanfaatan Energi
dasar dalam menentukan nilai gizi dari Energi yang diperoleh dari pakan
bahan makanan tersebut. digunakan sebagai sumber energi utama
Energi bebas adalah energi yang yang dalam pembagian energi disebut
tersedia untuk aktifitas biologi dan dengan Gross Energi atau energi kotor.
pertumbuhan setelah kebutuhan energi Gross Energi (GE) nilai makanan ini dapat
terpenuhi. Kuantitas dan energi yang didefenisikan sebagai total energi yang
tersedia untuk pertumbuhan merupakan terdapat dalam makanan. Semua energi
jenis energi yang paling utama dari segi yang diperoleh dari asupan pakan yang
pandangan akuakultur. Kebutuhan energi dikonsumsi oleh ikan, tidak semuanya
hewan air berbeda-beda kuantitasnya, hal dipergunakan untuk keperluan pertumbuh-
ini dapat dibedakan berdasarkan jenis ikan an dan perkembangan ikan karena energi
yang dibudidayakan, kebiasaan makan, tersebut akan dibagi menjadi Digestible
ukuran ikan, lingkungan, dan status energy (DE) yaitu energi yang dapat
reproduksi. Energi yang disediakan oleh dicerna dan Fecal energy (FE) yaitu energi
makanan adalah salah satu pertimbangan yang digunakan untuk kegiatan pem-
yang penting di dalam menentukan nilai buangan hasil eksresi pada ikan berupa
gizinya. Energi dinyatakan dalam kilokalori feses. Dari Digestible Energy ini yang

234
selanjutnya akan dipergunakan oleh ikan Gross Energy(GE)/Intake Energy
untuk kegiatan proses metabolisme dan

proses hasil buangan metabolisme yang
terbagi menjadi Metabolizable Energy Fecal Energy (FE)
(ME) yaitu energi yang dapat diperguna-
Digestible Energy (DE)
kan untuk kegiatan metabolisme dan
Metabolic Excretion yaitu energi yang ▲
dikeluarkan oleh ikan untuk proses pem-
Metabolic Excretion
buangan urin (Urine Excretion) dan Gill
Excretion (GE). Energi yang dipergunakan Metabolizable Energy
untuk kegiatan metabolisme di dalam ▲
tubuh ikan ini dibagi lagi menjadi dua yang
akan dipergunakan untuk kegiatan dalam Heat Increment (HiE)
media pemeliharaan yang biasa disebut Net Energy (NE)
dengan Heat Increment (HiE) atau dengan
kata lain dalam proses fisiologis ikan yang ▲
disebut dengan Specific Dynamic Action Maintenance (HEm)
yaitu energi yang diperlukan oleh ikan
untuk aktivitas hidup harian ikan. Energi Recovered Energy (RE)
yang tersisa dari proses kegiatan Sumber Watanabe (1988)
metabolisme adalah energi bersih yang
disebut dengan Net Energy (NE) yang Energi Metabolisme
akan dipergunakan maintenance atau
Tingkat kebutuhan energi pada ikan
perawatan ikan seperti metabolisme basal,
biasanya dikaitkan dengan tingkat
aktivitas ikan, aktivitas renang, adaptasi
kebutuhan protein optimal dalam pakan.
terhadap suhu, dan sisanya baru akan
Dalam dunia akuakultur biasa disebut
dipergunakan untuk pertumbuhan. Jadi
dengan protein energi ratio (P/e). Nilai
energi yang akan dipergunakan untuk
protein energi ratio pada ikan konsumsi
pertumbuhan adalah energi yang tertinggal
sebaiknya berkisar antara 8–10. Nilai ini
setelah kebutuhan untuk metabolisme basal
diperoleh dari hasil perhitungan antara
ikan terpenuhi dan jika masih ada yang
kadar protein dalam pakan dengan jumlah
tersisa energi tersebut akan dipergunakan
energi yang diperoleh dalam formulasi
untuk kegiatan reproduksi. Jadi per-
pakan tersebut pada level energi yang
tumbuhan dapat terjadi jika semua proses
dapat dicerna (DE). Nilai energi yang
metabolisme ikan terpenuhi dan setelah
diperhitungkan tersebut biasa disebut
pertumbuhan somatik terpenuhi baru akan
dengan energi metabolisme. Energi
dilanjutkan dengan pertumbuhan gonadik.
metabolisme ini diperoleh setelah nutrien
Untuk memudahkan dalam memahami
utama karbohidrat, lemak, dan protein
pembagian energi yang diperoleh dari
mengalami beberapa proses kimia seperti
pakan oleh ikan dapat dilihat pada diagram
katabolisme dan oksidasi di dalam tubuh
berikut.
hewan. Energi bebas digunakan untuk
pemeliharaan pada proses kehidupan
seperti metabolisme sel, pertumbuhan,

235
reproduksi, dan aktifitas fisik. Keseimbang- perhitungan nilai energi yang dapat
an antara energi dan protein sangat dicerna dibagi dengan kadar protein pakan
penting dalam meningkatkan laju ikan. Nilai energi dari setiap kandungan
pertumbuhan ikan budi daya. Apabila nutrisi pada ikan sangat berbeda, seperti
kandungan energi dalam pakan berkurang berdasarkan hasil penelitian dari satu
maka protein dalam tubuh ikan akan gram protein akan memberikan nilai energi
dipecah dan dipergunakan sebagai kotor (GE) sebesar 5,6 kkal/g, sedangkan
sumber energi. Seperti kita ketahui pada untuk satu gram lemak 9,4 kkal/g dan
ikan protein sangat berperan dalam untuk satu gram karbohidrat 4,1 kkal/g.
pembentukan sel baru, jika protein dipakai Nilai energi ini merupakan nilai energi yang
sebagai sumber energi maka akan diperoleh apabila zat makanan secara
menyebabkan pertumbuhan ikan ter- sempurna dibakar menjadi hasil-hasil
hambat. Oleh karena itu, jumlah energi oksidasi melalui CO 2 , H 2 O dan gas
yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan lainnya. Menurut Buwono (2004) distribusi
pemeliharaan ikan budi daya sangat energi pada ikan budi daya dapat di-
dipengaruhi oleh jenis ikan, umur ikan, kelompokkan sebagai berikut.
komposisi pakan, tingkat reproduksi, dan • Gross Energy adalah 100%
tingkat metabolisme standar. • Digestible Energy adalah 85%
Energi di dalam tubuh organisme • Fecal Energy untuk ikan herbivora
biasanya akan diubah menjadi energi adalah 15% sedangkan untuk ikan
kimia yang biasa disebut dengan Adenosin karnivora adalah 20%
Triphosphat atau ATP. ATP ini sangat
• Metabolizable Energy adalah 80%
dibutuhkan oleh tubuh untuk berbagai
aktivitas misalnya proses kehidupan • Metabolic Excretion berkisar antara 3–
biokimia seperti anabolisme atau sintesa, 5%
daya mekanis, tenaga elektris, kerja • Net Energy adalah 52,5 %
osmotik dan proses metabolisme lainnya. • Heat Increment Energy adalah 27,5%
ATP adalah suatu energi yang kaya akan Jika pakan yang dikonsumsi oleh ikan
molekul karena unit triphosphatnya berisi masuk kedalam tubuh ikan sebagai energi
dua ikatan phosphoanhydride. Adenosin kotor yang secara distribusi energi adalah
triphosphat (ATP) adalah daya penggerak 100% maka konversi energi untuk satu
penting karena merupakan energi yang gram protein pada DE adalah 80% dikali
yang dibutuhkan dalam proses biokimia 5,6 kkal/g yaitu 4,48 atau 4,5 kkal/g,
pada kehidupan. sedangkan untuk karbohidrat adalah 80%
Ikan merupakan organisme air yang dikali 4,1 kkal/g yaitu 3,8 kkal/g, untuk satu
menggunakan protein sebagi sumber gram lemak adalah 80% dikali 9,4 kkal/g
energi utama berbeda dengan manusia yaitu 7,52 kkal/g. Tetapi nilai konversi
yang menggunakan karbohidrat sebagai energi ini dari hasil penelitian sangat
sumber energi utama. Oleh karena itu, berbeda untuk setiap jenis ikan yang
dalam menyusun pakan ikan ada suatu dibudidayakan seperti terlihat pada Tabel
parameter yang disebut dengan ke- 5.1 dan Tabel 5.2.
simbangan energi yang diperoleh dari

236
Tabel 5.1 Kebutuhan Energi untuk Ikan Salmon

Nutrient Gross Energy Digestibility Available


(kkal/g) (persent) (kkal/g)

Protein 5,6 70 3,9


Lemak 9,4 85 8,0
Karbohidrat 4,1 40 1,6

Tabel 5.2 Kebutuhan Energi untuk Catfish

Nutrient Gross Energy Digestibility Available


(kkal/g) (persent) (kkal/g)

Protein 5,6 80 4,5


Lemak 9,4 90 8,5
Karbohidrat 4,1 70 29

Berdasarkan data dari tabel tersebut makanan untuk pertumbuhan dan


di atas maka dapat diambil suatu perbaikan jaringan yang rusak. Protein
kesimpulan bahwa setiap jenis ikan mengandung karbon sebanyak 50–55%,
mempunyai daya cerna yang berbeda hidrogen 5–7%, dan oksigen 20–25%
pada nutrisi yang dikonsumsinya. Pada yang bersamaan dengan lemak dan
ikan salmon merupakan salah satu jenis karbohidrat, juga mengandung nitrogen
ikan karnivora mempunyai kecernaan sebanyak 15–18%, rata-rata adalah 16%
yang rendah terhadap karbohidrat dan sebagian lagi merupakan unsur
sehingga energi yang diperoleh dari sulfur dan sedikit mengandung fosfat dan
karbohidrat hanya dapat dicerna sebanyak besi. Oleh karena itu, beberapa literatur
40%, sedangkan ikan catfish merupakan mengatakan bahwa protein adalah makro
salah satu jenis ikan omnivora mempunyai molekul yang terdiri dari karbon, hidrogen,
kemampuan mencerna karbohidrat lebih oksigen, nitrogen, dan boleh juga berisi
tinggi dibandingkan dengan ikan karnivora sulfur. Kadar nitrogen pada protein dapat
yaitu 70%. dibedakan dari lemak dan karbohidrat
serta komponen bahan organik lainnya.
5.2 Protein Protein berasal dari bahasa Yunani
yaitu Proteos yang berarti pertama atau
Protein merupakan nutrisi utama yang
utama. Hal ini dikarenakan protein
mengandung nitrogen dan merupakan
merupakan makromolekul yang paling
unsur utama dari jaringan dan organ tubuh
berlimpah di dalam sel hidup dan merupa-
hewan dan juga senyawa nitrogen lainnya
kan 50% atau lebih berat kering sel.
seperti asam nukleat, enzim, hormon,
Protein dalam setiap sel makhluk hidup
vitamin, dan lain-lain. Protein dibutuhkan
tersimpan dalam jaringan organ dan
sebagai sumber energi utama karena
sebagai komponen utama jaringan tubuh
protein ini terus-menerus diperlukan dalam
ikan. Nutrient ini diperlukan untuk per-

237
tumbuhan dan perbaikan serta perawatan cara menentukan kebutuhan protein
jaringan dan organ. Tidak ada bahan gizi beberapa jenis ikan budi daya.
lain yang dapat menggantikan peran
utamanya dalam membangun dan Penggolongan Protein
memperbaiki sel dan jaringan yang rusak. Sampai saat ini protein dapat di-
Sebagai tambahan protein juga berperan klasifikasikan penggolongannnya ber-
untuk kontraksi otot dan komponen enzim, dasarkan bentuk, struktur tiga dimensi,
hormon, dan antibodi. Protein dalam serta penggolongan lainnya. Berdasarkan
bentuk kompleks sebagai heme, bentuk protein dibagi menjadi dua golong-
karbohidrat, lipid, atau asam nukleat. an yaitu protein globular dan protein
Hewan air harus mengkonsumsi protein serabut.
untuk menggantikan jaringan tubuh yang • Protein globular adalah protein yang
aus/rusak (perbaikan) dan untuk men- rantai-rantai polipeptidanya berlipat
sintesis jaringan baru (pertumbuhan dan rapat-rapat menjadi bentuk globular
reproduksi). atau bulat yang padat atau berbentuk
Selain itu protein mempunyai peranan bola. Jenis protein ini biasanya larut
biologis karena merupakan instrumen dalam sistem larutan (air) dan segera
molekuler yang mengekspresikan berdifusi dan mempunyai fungsi gerak
informasi genetik. Semua protein pada atau dinamik. Beberapa contoh dari
makhluk hidup dibangun oleh susunan protein globular antara lain enzim,
yang sama yaitu 20 macam asam amino protein transport pada darah, hormon
baku, yang molekulnya sendiri tidak protein, protein pecahan serum darah,
mempunyai aktivitas biologi. Dari 20 antibodi, dan protein penyimpan
macam asam amino ini dibagi menjadi dua nutrien.
kelompok yaitu asam amino essensial • Protein serabut adalah protein yang
sebanyak 10 macam merupakan asam tidak larut dalam air dan merupakan
amino yang sangat dibutuhkan oleh tubuh molekul serabut panjang dengan
tetapi tubuh ikan tidak dapat mensintesis- rantai polipeptida yang memanjang
nya, dan asam amino nonessensial pada satu sumbu dan tidak berlipat
sebanyak 10 macam yaitu asam amino menjadi globular. Protein globular ini
yang dibutuhkan oleh tubuh dan dapat terdiri dari suatu rantai panjang
disintesis dalam tubuh ikan itu sendiri. polypeptide. Protein ini biasanya
Dalam bab ini akan dipelajari tentang memberikan peranan struktural atau
sepuluh asam amino yang penting yang pelindung. Beberapa contoh protein
diperlukan oleh ikan dan struktur bahan serabut antara lain collagen, yang
kimia, membedakan antara asam amino ditemukan dalam tulang rawan atau
essensial dan asam amino nonessensial; tulang lembut, pembuluh darah,
asam amino yang diserap ikan; efek acuan/matriks tulang, urat daging,
defisiensi dan kelebihan dari asam amino sirip dan kulit; elastins. Hal tersebut
berkenaan dengan aturan makan ikan; adalah suatu komponen nadi/jalan
prosedur bagaimana cara menentukan utama dan ikatan sendi; dan keratins,
kebutuhan asam amino secara kwantitatif di mana protein jenis ini bersifat me-
dan kwalitatif pada ikan; metoda meng- lindungi seperti kulit dan timbangan.
evaluasi mutu protein; dan bagaimana

238
Pengelompokkan protein lainnya Phosphoprotein adalah gabungan
adalah diklasifikasikan berdasarkan molekul protein dengan zat yang
pada sifat fisis atau disebut juga ke mengandung phosphor selain dari
dalam protein yang digolongkan ber- asam nukleat atau lecithin misalnya
dasarkan penggolongan lain. Protein kasein. Hemoglobin adalah gabungan
jenis ini dapat dikelompokkan ke molekul protein dengan hematin atau
dalam protein sederhana, protein zat-zat yang sejenis. Lecithoprotein
gabungan, dan protein asal. adalah gabungan molekul protein
• Protein sederhana adalah protein dengan lecithin misalnya jaringan
yang pada saat dihidrolisis hanya fibrinogen.
menghasilkan asam amino-asam • Protein asal adalah protein yang
amino atau derivat-derivatnya. Protein berasal dari protein bermolekul tinggi
jenis ini antara lain albumin (zat putih yang mengalami degradasi karena
telur), zat serum dari darah, lactoalbumin pengaruh panas, enzim, atau zat-zat
dari susu, leucosin dari gandum; kimia. Protein yang termasuk ke
albuminoids (keratin dari rambut, kuku dalam golongan ini terdiri dari protein
jari tangan, bulu, wol, sutera fibroin, primer misalnya protean dan protein
elastin dari jaringan/tisu menghubung- sekunder misalnya protease, pepton,
kan collagen dari tulang rawan dan dan peptida.
tulang); globulins (edestin dari biji-
Pengelompokkan protein yang ketiga
rami, serum globulin dari darah, lacto-
adalah pengelompokkan protein ber-
globulin dari susu, legumin dari kacang
dasarkan struktur protein. Seperti
polong); histones (globin dari hemo-
diketahui bahwa semua protein adalah
globin, scombrone dari spermatozoa
polipetida dengan berat molekul yang
sejenis ikan air tawar); dan protamins
besar. Suatu peptida yang mengandung
(salmine dari ikan salem, scombrine
lebih dari 10 asam amino dinamakan
dari sejenis ikan air tawar). Kelompok
dengan polipeptida. Peptida ini mem-
ini dibedakan oleh daya larut dalam
punyai satu gugus α-asam amino bebas
berbagai bahan pelarut seperti air,
dan satu gugus α-karboksi bebas. Ber-
larutan garam, alkohol, dan oleh
dasarkan strukturnya protein dikelompok-
karakteristik lain.
kan menjadi struktur primer, struktur
• Protein gabungan adalah protein sekunder, struktur tersier, dan struktur
sederhana bergabung dengan radikal kwarterner.
nonprotein. Protein jenis ini antara lain
• Struktur Primer merupakan struktur
adalah nukleoprotein, glykoprotein,
rangkaian asam amino yang me-
phosphoprotein, hemoglobins, dan
manjang pada suatu rantai polypeptida.
lecithoproteins. Nukleoproteins adalah
Sebagai contoh, peptide Leu-Gly-Thr-
gabungan dari satu atau lebih molekul
His-Arg-Asp-Val mempunyai suatu
protein dengan asam nukleat yang
struktur yang utama berbeda dari
disajikan dalam semua nucleus sel.
peptide Val-Asp-His-Leu-Gly-Arg-Thr.
Glykoprotein adalah gabungan dari
molekul protein dan unsur yang berisi • Struktur sekunder merupakan asam
suatu karbohidrat selain dari asam amino dalam rangkaian polipeptida
nukleat atau lesitin misalnya mucin. yang membentuk suatu lilitan misal-

239
nya dalam bentuk α heliks atau globin rantai di dalam hemoglobin
lembaran berlipat β. Struktur sekunder terikat untuk suatu kelompoknya, yang
α heliks kerangka peptida secara ketat berfungsi mengangkut oksigen ke
mengelilingi sumbu panjang molekul jaringan badan. Protein kwarterner
dan gugus R residu asam amino mudah dirusak oleh berbagai
dibiarkan mengarah keluar dari heliks manipulasi dengan akibat kehilangan
dan kaya akan residu sistein yang aktivitas biologi. Kehilangan aktivitas
dapat memberikan jembatan disulfida. ini disebut denaturasi yang secara fisik
Konformasi yang stabil α heliks dari denaturasi ini dapat dipandang
rantai polipeptida karena adanya sebagai suatu mempengaruhi struktur
ikatan peptida yang berada pada primernya.
bidang datar, tidak berotasi, dan
pembentukan banyak ikatan. Struktur Asam Amino
sekunder lembaran berlipat β mem- Dalam menyusun komposisi pakan
bentuk zig-zag dan tidak ada ikatan ikan saat ini para peneliti sudah melakukan
hidrogen dalam rantai polypeptida penyusunan komposisi pakan ber-
yang berdekatan. Gugus R mengarah dasarkan kebutuhan asam amino setiap
keluar dari struktur zig-zag. Pada jenis ikan. Hal ini dikarenakan komposisi
struktur ini tidak dijumpai jembatan kebutuhan asam amino setiap jenis ikan
disulfida di antara rantai bersisihan sangat berbeda dan sangat menentukan
dan rantai polipeptida yang berdekat- laju pertumbuhan dari ikan yang
an biasanya mempunyai arah yang dibudidayakan. Asam amino merupakan
berlawanan atau bersifat antipararel. bahan dasar yang dihasilkan dari proses
• Struktur tersier merupakan bentuk pemecahan atau hidrolisis dari protein.
tiga dimensi dari semua atom di dalam Asam amino ini membangun blok protein.
molekul protein. Interaksi antara Istilah amino datang dari –NH2 atau suatu
residu asam amino yang jauh pada kelompok amino yang merupakan bahan
suatu rantai polypeptide memimpin ke dasar alami dan asam datang dari per-
arah lipatan dan suatu penyesuaian bandingan –COOH atau suatu kelompok
yang berbentuk rantai polypeptide karboxyl, oleh karena itu disebutlah asam
bulat yang mengumpamakan tiga amino. Dalam molekul protein asam amino
satuan bentuk dimensional, sebagai membentuk ikatan peptida (ikatan antara
contoh, myoglobin. amino dan kelompok karboxyl) di dalam
rantai yang panjang disebut rantai
• Struktur kwarterner merupakan polipeptida. Ada banyak asam amino di
bentuk protein yang terdiri dari dua alam tetapi hanya dua puluh yang terjadi
atau lebih rantai polypeptide menjadi secara alami. Asam amino sangat
bagian dari molekul protein tunggal. dibutuhkan oleh ikan untuk tumbuh dan
Yang biasanya terjadi seperti dimers, berkembang. Dalam pengelompokannya
trimers, tetramers, terdiri dari dua, tiga, dibagi menjadi dua yaitu asam amino
dan empat rantai polypeptide. Poly- essensial dan nonessensial. Asam amino
peptide menjaga kesatuan oleh ikatan secara umum ditulis dengan satu atau tiga
kimia lemah, sebagai contoh, hemo- huruf yang dapat dilihat pada Tabel 5.3.
globin molekul terdiri dari dua rantai α
dan dua rantai β. Masing-masing

240
Tabel 5.3 Nama dan Singkatan Asam Amino (Millamena, 2002)

Asam Amino Singkatan Tiga Huruf Singkatan Satu Huruf

Asam Amino Essensial


Arginin Arg R
Histidin His H
Isoleucin Ile I
Leucin Leu L
Lysin Lys K
Methionin Met M
Phenylalanin Phe F
Threonin Thr T
Tryptophan Trp W
Valin Val V
Asam Amino Nonessensial
Alanin
Ala A
Asparagin
Asn N
Asam Aspartad
Asp D
Cystein
Cys C
Asam Glutamat
Glu E
Glutamin
Gln Q
Glycin
Gly G
Prolin
Pro P
Serin
Ser S
Tyrosin
Tyr Y

Asam amino digolongkan menjadi Asam amino dapat juga digolongkan


asam amino essensial dan asam amino berdasarkan komposisi kimia menurut
nonessensial. Asam amino essensial Millamena (2002) sebagai berikut.
adalah asam amino yang tidak bisa dibuat
1. Asam amino alifatik
atau disintesis oleh organisme mendukung
pertumbuhan maksimum dan dapat men- • Basic terdiri dari: arginine dan
jadi penyuplai dari asam amino. lysin.
• Acidic terdiri dari: asam aspartic
Kapasitas dari pakan ikan memiliki
dan asam glutamic.
kandungan asam amino yang dibutuhkan
ikan berbeda-beda. Esensialitas dari suatu • Netral terdiri dari: leocin, isoleu-
asam amino akan tergantung pada ikan cine, valine, alanine, glycine,
yang diberi pakan. Sebagai contoh, methionine, chysteine, threonine,
glycine diperlukan oleh ayam tetapi dan serine.
bukanlah penting bagi ikan. Asam amino 2. Asam amino aromatic terdiri dari:
nonesensial yaitu asam amino yang dapat phenylalanine dan tyrosine.
dibentuk atau disintesis dalam jaringan 3. Asam amino heterocyclic terdiri dari
dan tidak perlu ditambahkan dalam histidine, tryptophan dan proline.
komposisi pakan.
241
Asam Amino Esensial kan medium asam yang dapat meng-
Ada sepuluh asam amino esensial aktivasi pepsin dan renin untuk membantu
(EAA) yang diperlukan oleh pertumbuhan mencerna protein. Pepsin memecah
ikan yaitu: arginin, histidin, isoleucin, protein dalam gugus yang lebih sederhana
leucin, methionin, phenylalanin, threonin, yaitu protease dan pepton dan akhirnya
tryptophan, dan valin. Kesepuluh asam akan dipecah menjadi asam amino.
amino ini merupakan senyawa yang Protein kemudian diserap ke dalam usus
membangun protein dan ada beberapa dalam bentuk asam amino.
asam amino merupakan bahan dasar dari Metabolisme asam amino umumnya
struktur atau unsur lain. Methionin adalah dapat terjadi dalam tiga lintasan, yaitu 2
prekursor dari cyestein dan cystin. lintasan proses katabolisme asam amino
Methionin juga sebagai penyalur metil yang merupakan proes degradasi dan
(CH3). Beberapa kelompoknya terdiri dari glukoneogenesis, serta satu lintasan
creatin, cholin, dan banyak unsur lain. Jika proses anabolisme asam amino yang
suatu basa hydrogen (OH) ditambahkan merupakan proses sintesa protein. Ada 20
ke phenylalanin, maka tyrosin dibentuk. asam amino dalam protein. Bila selama
Tyrosin diperlukan untuk hormon thyroxin, sintesis protein, satu dari asam amino
epinephrin, norepinephrin, dan melanin hilang, maka sintesis protein terhenti.
pigmen. Arginin menghasilkan ornithin Karena sintesis dan degradasi terus-
ketika urea dibentuk dalam siklus urea. menerus dari protein adalah khas untuk
Perpindahan suatu karboksil (COOH) semua bentuk kehidupan. Sintesis protein
digolongkan dalam bentuk histamin. dikode oleh DNA (kode genetik) yang
Tryptophan adalah prekursor dari sero- terdapat di inti mitokondria. Tersedianya
tonin atau suatu vitamin, asam nikotinik. asam amino harus mencerminkan
Semua ikan bersirip membutuhkan ke distribusinya dalam protein. Bila tidak,
sepuluh asam amino esensial. sintesis protein dibatasi oleh nutrien.
Asam-asam amino terutama diperlu-
Asam Amino Nonessensial
kan dalam sintesis protein tubuh dan
Asam amino nonesensial yang di- senyawa-senyawa lain yang secara
butuhkan untuk ikan adalah: alanine, fisiologis penting bagi metabolisme,
asparagirie, asam aspartad, cyestin, asam misalnya hormon-hormon dan neurotrans-
glutamat, glutamin, glycin, prolin, serin, miter. Pada umumnya kelebihan asam
dan tyrosin. Asam amino nonesensial amino akan segera dikeluarkan oleh
asam amino yang dapat secara parsial deaminasi oksidatif dan rangka karbonnya
menggantikan atau memberikan asam diubah menjadi asetil atau aseto-asetil Ko
amino yang sangat dibutuhkan atau harus A, piruvat, atau salah satu dari zat antara
ada dalam komposisi pakan. siklus asam trikarboksilat yang kemudian
Metabolisme Asam dioksidasi menjadi energi. Namun dalam
beberapa kasus tertentu akan diubah
Amino Metabolisme asam amino
menjadi glukosa dan lemak. Ikan meng-
meliputi sintesis dan pemecahan protein.
ekskresikan amonia bebas dan disebut
Protein dalam pakan pertama kali dicerna
sebagai amonetilik.
didalam lambung dan asam klorida yang
terdapat dalam lambung akan memberi-

242
Amonia adalah toksik terhadap sistem umumnya menya- lurkan gugus α amino
syaraf pusat oleh mekanisme yang belum dari berbagai asam amino kepada
seluruhnya dimengerti tetapi tampaknya α–ketoglutarat untuk diubah menjadi NH4
melibatkan pembalikan jalan glutamat (ion amonium). Ion amonium dibentuk dari
dehidrogenase dan akibatnya kekurangan glutamat dengan deaminasi oksidatif.
ketoglutarat, zat antara yang diperlukan Reaksi dikatalisis oleh enzim glutamat
dalam siklus asam trikarboksilat. Asam dehidrogenase yang tidak biasa karena
sitrat dan garam-garamnya bersifat sangat dapat menggunakan NAD+ maupun
tidak larut serta mengendap dalam NADP+. Aktivitas glutamat dehidrogenase
jaringan dan cairan bila konsentrasinya diatur secara alosterik. Guanosin trifosfat
melampaui beberapa miligram per 100 ml. (GTP) dan Adenosin Trifosfat (ATP)
Karena itu tidak ada produk akhir dari adalah inhibitor alosterik, sedangkan
metabolisme nitrogen yang dapat ditolelir Guanosin Difosfat (GDP) dan Adenosin
dengan baik oleh organisme tingkat tinggi. Difosfat (ADP) adalah aktivator alosterik.
Asam amino yang berlebihan dari Jadi penurunan muatan energi akan mem-
yang diperlukan untuk sintesis protein dan percepat oksidasi asam amino.
biomolekul lainnya tidak dapat disimpan Dalam proses katabolisme protein
dalam tubuh maupun diekskresikan keluar maka akan dihasilkan amonia sebagai
tubuh. Kelebihan asam amino cenderung hasil deaminasi oksidatif, zat ini merupa-
digunakan untuk bahan bakar. Sebelum kan bahan yang bersifat racun dan harus
memasuki siklus asam trikarboksilat untuk dikeluarkan dari tubuh. Pada makhluk
menghasilkan energi asam amino harus hidup sebagian besar dikeluarkan melalui
didegradasi terlebih dahulu. Degradasi dua jalan kecil dalam tubuhnya yaitu:
asam amino terjadi dalam dua tahap • Amonia dengan asam glutamat dalam
utama. Tahap pertama adalah deaminasi hati, untuk membentuk glutamin
oksidatif, merupakan tahap pengubahan membutuhkan ATP, ditranspot ke
asam amino menjadi zat antara yang ginjal dan kemudian dipisahkan
dapat memasuki siklus asam trikar- kembali menjadi glutamat dan amonia.
boksilat, dan gugus amino. Tahap kedua Akhirnya dieksresikan ke urin sebagai
adalah tahap oksidasi zat dalam siklus
garam amonium ( NH+4 ).
asam trikarboksilat menjadi CO2 dan H2O.
Tempatnya pemecahan asam amino • Amonia dengan karbon dioksida untuk
adalah hati. Gugus α amino dari banyak membentuk carbamil, yang kemudian
asam amino mula-mula akan dipindahkan difosforilasi menjadi karbokmoil fosfat,
ke α keto glutarat untuk membentuk asam sebuah reaksi yang membutuhkan
glutamat yang kemudian mengalami dua ATP. Karbamoil fosfat kemudian
masuk ke dalam siklus ornithin urea.
deaminasi oksidatif membentuk ion NH4+ .
Ikan-ikan yang memiliki paru-paru
Enzim aminotransferase mengkatalisis (lungfish), pada musim kering menjadi
pemindahan suatu gugus α amino dari ikan darat dan mengeksresikan urea
suatu asam amino α kepada keto. Enzim- untuk menghemat air.
enzim ini disebut juga transaminase,

243
Kebutuhan Asam Amino Essensial harus memperoleh asam amino dari
dalam Pakan Ikan protein makanannya secara terus-
Pakan ikan sangat dibutuhkan bagi menerus yang sangat diperlukan bagi
ikan yang dibudidayakan dalam suatu pertumbuhan sel dan pembentukan
wadah budi daya. Fungsi utama pakan ini jaringan tubuhnya. Melalui sistem
sebagai penyedia energi bagi aktivitas sel- peredaran darah, asam amino ini diserap
sel tubuh. Dalam tubuh ikan energi yang oleh seluruh jaringan tubuh yang
berasal dari pakan dipergunakan untuk memerlukannya. Pertumbuhan somatik,
proses hidupnya yaitu tumbuh, ber- pertumbuhan kelanjar reproduksi, per-
kembang, dan bereproduksi. Dalam tubuh kembangan dan pembangunan jaringan
ikan berisi sekitar 65–75% protein pada baru ataupun perbaikan jaringan yang
suatu basis berat kering. Protein sangat rusak selalu membutuhkan protein secara
menentukan dalam menyusun formulasi optimal yang terutama diperoleh dari
pakan ikan. Asam amino yang berasal dari asam-asam amino essensial yang ber-
protein ini sangat diperlukan oleh berbagai sumber dari pakan ikan yang dikonsumsi.
sel untuk membangun dan memperbaiki Ikan tidak mempunyai kebutuhan
jaringan rusak. Kelebihan Asam amino protein yang mutlak namun untuk me-
digunakan sebagai sumber energi atau nunjang pertumbuhannya ikan membutuh-
dikonversi ke lemak. Informasi tentang kan suatu campuran yang seimbang
kebutuhan protein kotor ikan menjadi nilai antara asam-asam aminoesensial dan
yang menentukan dan data tentang nonesensial. Protein yang dibutuhkan ikan
kebutuhan asam amino untuk setiap ikan dipengaruhi faktor-faktor yang bervariasi
penting karena mutu protein sangat seperti ukuran ikan, temperatur air,
bergantung kepada komposisi asam kecepatan pemberian pakan, ketersediaan
aminonya dan penyerapannya. Penentuan dan kualitas pakan alami, kandungan
tentang kebutuhan asam amino sangat energi keseluruhan yang dapat dihasilkan
penting karena akan sangat membantu dari pakan, dan kualitas protein.
dalam melakukan perancangan diet uji Kualitas pakan dikatakan rendah
amino yang digunakan untuk menentukan apabila kadar asam-asam amino esensial
kebutuhan asam amino yang diperlukan dalam proteinnya juga rendah. Pemilihan
bagi ikan. bahan dan komposisi bahan-bahan yang
Protein dalam pakan ikan akan saling digunakan dalam pembuatan pakan akan
keterkaitan dengan zat nutrien lainnya, sangat menentukan kelengkapan dan
misalnya protein bersama dengan mineral keseimbangan antara asam-asam amino
dan air merupakan bahan baku utama esensial dan tak esensial. Ikan dapat
dalam pembentukan sel-sel dan jaringan tumbuh normal apabila komposisi asam
tubuh. Protein bersama dengan vitamin amino esensial dalam pakan tak jauh
dan mineral ini berfungsi juga dalam berbeda (mirip) dengan asam amino
pengaturan suhu tubuh, pengaturan dalam tubuhnya. Oleh karena itu, adanya
keseimbangan asam basa, pengaturan variasi keseimbangan antara asam amino
tekanan osmotik cairan tubuh, serta esensial dan nonesensial dalam pakan
pengaturan metabolisme dalam tubuh. diharapkan dapat memacu pertumbuhan
Oleh karena itu, ikan yang dibudidayakan ikan.

244
Cepat tidaknya pertumbuhan ikan dipeptida dapat masuk ke dalam aliran
ditentukan oleh banyaknya protein yang darah dengan cara transpot aktif.
dapat diserap dan dimanfaatkan oleh Kualitas protein berbeda-beda ter-
tubuh sebagai zat pembangun. Oleh gantung pada jenis dan jumlah asam
karena itu, agar ikan dapat tumbuh secara amino penyusunannya. Penentuan
normal, pakan harus memiliki kandungan kualitas protein dapat dilakukan dengan
energi yang cukup untuk memenuhi membandingkan komposisi asam amino
kebutuhan energi metabolisme sehari-hari esensial yang dikandung bahan makanan
dan memiliki kandungan protein yang dengan standar kebutuhan asam amino
cukup tinggi untuk memenuhi kebutuhan esensial pada hewan uji.
pembangunan sel-sel tubuh yang baru. Persentase terendah dari kandung-
Keseimbangan antara energi dan an asam amino esensial pada makanan
kadar protein sangat penting dalam laju terhadap pola standar tersebut dinamakan
pertumbuhan, karena apabila kebutuhan sebagai skore asam amino. Adapun yang
energi kurang, maka protein akan dipecah dimaksud dengan asam amino esensial
dan digunakan sebagai sumber energi. pembatas adalah asam amino esensial
Pemakaian sebagian protein sebagai yang mempunyai presentase terendah
sumber energi ini akan menghambat yang terkandung dalam suatu protein
pertumbuhan ikan, mengingat protein bahan makanan.
sangat berperan dalam pembentukan sel Dalam penyusunan komposisi bahan-
baru. bahan pembuat pakan ikan, harus di-
Pemberian pakan yang tepat dengan perhitungkan terlebih dahulu kelengkapan
kisaran nilai kalori/energi yang memenuhi asam amino esensial pada bahan dan
persyaratan bagi pertumbuhan ikan dan kebutuhan tiap jenis ikan terhadap asam
dengan kandungan gizi yang lengkap akan amino esensial dan nonesensial. Kebutuh-
dapat meningkatkan nilai retensi protein. an setiap jenis ikan terhadap asam amino
Retensi protein merupakan gambaran dari esensial dan nonesensial berbeda-beda,
banyaknya protein yang diberikan, yang sehingga perlu dipertimbangkan adanya
dapat diserap dan dimanfaatkan untuk keseimbangan antara asam-asam amino
membangun ataupun memperbaiki sel-sel esensial dan nonesensial yang terkandung
tubuh yang rusak, serta dimanfaatkan bagi pada protein bahan dasar pembuat pakan
metabolisme sehari-hari. ikan tersebut. Tidak semua bahan makanan
Dalam proses pencernaan, protein yang merupakan sumber protein hewani
akan dipecah menjadi bentuk-bentuk yang maupun nabati mengalami defisiensi asam
lebih sederhana yaitu asam amino dan amino yang sama. Oleh karena itu,
dipeptida. Ada dua jenis enzim yang defisiensi pada salah satu asam amino
terlibat dalam proses pencernaan protein, pada suatu bahan dapat disubstitusi
yaitu enzim endopeptidase yang berfungsi dengan asam amino yang sama dari
memutuskan ikatan peptida pada rantai bahan yang berbeda.
polipeptida dan enzim eksopeptidase yang Arginin merupakan asam amino yang
berfungsi memutuskan gugus fungsional sangat diperlukan bagi pertumbuhan
karboksil (–COOH) dan amina (–NH 2 ) optimal ikan muda. Di samping berperan
yang dimiliki protein. Asam amino dan dalam sintesia protein, arginin juga ber-
peran dalam biosintesis urea.

245
Histidin merupakan asam amino menggantikan. Fenil alanin dan tirosin
esensial bagi pertumbuhan larva dan diklasifikasikan sebagai asam amnino
anak-anak ikan. Histidin diperlukan untuk aromatik. Keduanya diperlukan dalam
menjaga keseimbangan nitrogen dalam jumlah yang cukup untuk mendorong
tubuh. sintesis protein dan fungsi-fungsi fisiologis
Perubahan-perubahan konsentrasi lain pada ikan. Ikan mampu dengan
isoleisin, leusin, dan valin dalam serum segera mengubah fenil alanin menjadi
dipengaruhi oleh peningkatan kadar pro- tirosin atau menggunakan tirosin untuk
tein pakan. Peningkatan konsentrasi dari melakukan metabolisme yang diperlukan
salah satu asam amino berantai cabang bagi asam amino fenil alanin tersebut.
ini, misalnya leusin, akan memberikan Oleh karena itu, untuk menentukan
pengaruh pada konsentrasi isoleisin dan kebutuhan asam amino aromatik khusus-
valin dalam serum. Pengamatan ini nya fenil alanin, dalam pengujian haruslah
memberikan indikasi leisin mungkin digunakan bahan pangan tanpa tirosin
mampu mempermudah jaringan tubuh atau berkadar tirosin rendah.
dalam menyerap asam-asam amino Triptofan merupakan asam amino
berantai cabang. pembatas dalam bahan makanan sumber
Lisin merupakan asam amino protein nabati. Defisiensi triptofan pada
esensial pembatas dalam protein nabati. ikan salmon menyebabkan lordosis dan
Defisiensi lisin dalam pakan ikan dapat skoliosis sedangkan pada ikan rainbow
menyebabkan kerusakan pada sirip ekor trout menyebabkan nekrosis pada sirip
(nekrosis), yang apabila berkelanjutan ekor, kerusakan pada operculum insang,
dapat menyebabkan terganggunya per- dan katarak pada mata. Selain me-
tumbuhan. Tingkat penggunaan lisin nyebabkan penyakit pada mata, defisiensi
dipengaruhi oleh kadar arginin, urea, dan triptopan juga akan meningkatkan kadar
amonia. Ketika terjadi degradasi arginin, kalsium, magnesium, sodium, dan
maka penggunaan lisin akan meningkat. potasium dalam ginjal dan hati ikan.
Metionin (essensial) dan sistein Kebutuhan asam amino essensial dan
(nonessensial) merupakan asam amino nonessensial pada ikan sangat ditentukan
yang mengandung sulfur. Sistein mampu oleh jenis bahan baku pembuatan pakan.
mereduksi sejumlah metionin yang Hal ini dapat mengakibatkan kekurangan
diperlukan bagi pertumbuhan optimal. asam amino esensial yang disebabkan
Kebutuhan metionin pada ikan biasanya oleh penggunaan komposisi pakan yang
berkaitan dengan kadar metionin dalam kandungan proteinnya sedikit atau tidak
serum dan kadar makanan yang dicerna. mencukupi kebutuhan asam amino
Metionin juga merupakan asam amino esensial. Dapat juga disebabkan adanya
pembatas dalam beberapa bahan makan- bahan kimia yang dapat mempengaruhi
an sumber protein nabati. Defisiensi komposisi pakan, pemanasan yang ber-
metionin dapat mengakibatkan penyakit lebih saat pembuatan pakan, dan peng-
katarak pada rainbow trout. Fenil alanin uapan dari pakan tersebut. Ketidak-
(essensial) dan tirosin (nonessensial) seimbangan asam amino kaitannya
keduanya mempunyai struktur kimia yang dengan asam amino yang saling ber-
mirip sehingga keduanya bisa saling tentangan atau asam amino yang ber-

246
bahaya yang dapat menyebabkan per- sumber asam amino dapat dilengkapi
tumbuhan pada ikan tidak optimal. dengan sumber lain yang melimpah
Pertentangan asam amino terjadi ketika dengan kandungan asam amino yang
asam amino yang diberikan melebihi sama sehingga menjadi suatu pakan yang
jumlah yang dibutuhkan. Hal ini dapat lebih baik. Cara lain untuk mengetahui
meningkatkan kebutuhan asam amino lain kebutuhan asam amino esensial dari suatu
yang serupa. Contohnya pertentangan organisme adalah dengan penambahan
leucin dengan isoleucin dan arginin pada komposisi pakan dengan asam
dengan lisin yang diamati pada beberapa amino L kristal. Pelarutan nutrisinya dapat
jenis ikan. Asam amino bersifat racun diperkecil dengan penggunaan pakan
apabila diberikan dengan jumlah yang yang mengandung air stabil sehingga
berlebih. Efek negatif yang ditimbulkan dapat menghemat penggunaan pengikat
tidak dapat diperbaiki dengan penambah- atau memanfaatkannya dalam praktek
an asam amino ke dalam komposisi pemberian pakan. Sejauh ini kebutuhan
pakan. asam amino essensial dalam makanan
Di dalam perumusan komposisi yang dibutuhkan oleh ikan dan jumlah
pakan, komposisi pakan yang di- yang dibutuhkan pada ikan budi daya telah
rekomendasikan tentang asam amino ditetapkan pada beberapa jenis ikan
esensial harus dengan hati-hati dalam berdasarkan hasil penelitian. Kebutuhan
memilih dan mengkombinasikan dua atau asam amino essensial pada beberapa
lebih sumber protein. Keterbatasan jenis ikan dapat dilihat pada Tabel 5.4.
kandungan asam amino dalam salah satu

Tabel 5.4 Kebutuhan Asam Amino Essensial pada Beberapa Jenis Ikan dalam %
Protein Pakan (Akiyama et al, 1997)
Jenis Ikan Arg His Leu Lys Met + Phe + Thr Trp Val Ile
Cys Tyr

Chum Salmon 6,5 1,6 3,8 5,0 3,0 6,3 3,0 0,7 3,0 2,4
Chinook Salmon 6,0 1,8 3,9 5,0 4,0 5,1 2,2 0,5 3,2 2,2
Coho Salmon 3,2 0,9 3,4 3,8 2,7 4,5 2,0 0,5 2,2 1,2
Channel Catfish 4,3 1,5 3,5 5,1 2,3 5,0 2,2 0,5 3,0 2,6
Common carp 4,3 2,1 3,3 5,7 3,1 6,5 3,9 0,8 3,6 2,5
Catle 4,8 2,5 3,7 6,2 3,4 6,2 5,0 1,0 3,6 2,4
Nile Tilapia 4,2 1,7 3,4 5,1 3,2 5,5 3,8 1,0 2,8 3,1
Milk Fish 5,3 2,0 5,1 4,0 3,3 5,2 4,5 0,6 3,6 4,0
Japanese eel 4,5 2,1 5,3 5,3 3,2 5,8 4,0 1,1 4,0 4,0
Rainbow trout 3,5 1,6 4,4 5,3 2,7 5,2 3,4 0,5 3,1 2,4
Yellow tail 3,9 2,6 4,7 5,3 2,4 4,5 2,9 0,7 3,0 2,6
White surgeon 4,8 2,3 4,3 5,4 2,2 5,3 3,3 0,3 3,3 3,0
Red drum 3,7 1,7 4,7 5,7 2,9 4,5 2,8 0,8 3,1 2,9

Kebutuhan asam amino pada ikan amino tersebut termasuk dalam kelompok
seperti tabel di atas diperoleh dengan cara asam amino essensial dan nonessensial
melakukan penelitian. Menurut Millamena yaitu:
(2002) ada dua metode yang digunakan • Metode pertumbuhan
untuk menentukan apakah suatu asam • Metode radio isotop

247
Metode pertumbuhan digunakan oleh ikan budi daya atau protein dikatakan
Halver (1957) untuk mengetahui peng- mutunya tinggi apabila komposisi asam
gunaan satu rangkaian asam amino diet amino yang terkandung di dalamnya
uji yang berisi kristal L-amino sebagai menyerupai bentuk asam amino yang
sumber nitrogen. Pakan dirumuskan ber- dibutuhkan oleh ikan dan tingkat ke-
dasarkan pada pola asam amino seperti cernaannya tinggi. Mutu protein biasanya
protein telor ayam utuh, protein telor ikan dievaluasi dengan metode biologi dan
Chinook, atau kantung kuning telur ikan kimia. Metode kimia menentukan kuantitas
Chinook. Untuk sepuluh amino, percobaan atau jumlah protein/asam amino pada
dilakukan dengan melakukan pemberian bahan pakan sedangkan metode biologi
pakan dengan menggunakan pakan dasar dengan cara menentukan reaksi ikan
yang berisi semua asam amino dan pakan terhadap protein dalam kaitannya dengan
uji yang tidak mengandung asam amino. pertumbuhan dan pertahanan. Dalam
Ikan uji dilakukan penimbangan berat metode biologi, berat tubuh dan nitrogen
badan setiap dua kali untuk mengukur per- digunakan sebagai ukuran untuk mutu
tumbuhan dan mengetahui pengaruh protein di mana metode biologi lebih akurat
pakan uji tersebut. Selain itu sampel ikan dibanding metode kimia. Menurut Millamena
uji juga diberi pakan yang kekurangan (2002) perhitungan Protein Effisiensi ratio
asam amino untuk melihat pertumbuhan (PER), nilai biologi (BV) dan kebutuhan
yang terjadi dan dibandingkan dengan ikan protein bersih (NPU) sebagai berikut.
yang diberi pakan dengan asam amino
yang lengkap, setelah itu penyelidik meng- Perbandingan Efisiensi Protein (PER)
gunakan suatu diet test serupa untuk Penambahan bobot (gram)
menentukan asam amino esensial yang PER =
lain pada ikan. Kandungan protein dalam pakan (gram)
Nilai Biologi (BV)
Pada Metoda rasio isotop yang di-
Nitrogen yang digunakan
gunakan oleh Cowey et al. (1970), ikan uji BV = Nitrogen yang diserap
disuntik secara intraperitoneal dengan
menggunakan radio aktif yang diberi Di mana:
label 14C glukosa dan dibiarkan hidup R = Nitrogen yang digunakan
dengan mengkonsumsi pakan alami A = Nitrogen yang diserap
selama 7 hari. Ikan uji kemudian dimatikan
dan dibuat larutan yang homogen dan Dan:
melakukan isolasi protein. Dari hasil isolasi A = I – (F – Fo)
tersebut kemudian protein tersebut R = A – (U – Uo)
dilakukan hidrolisasi dan asam amino yangDi mana:
diperoleh dipisahkan dengan mengguna- I = Nitrogen yang diambil
kan peralatan chromatografi dan meng- F = Nitrogen dalam feses
hitung radio aktivitas. Fo = Metabolisme nitrogen dalam
feses
Evaluasi Kualitas Protein
U = Nitrogen yang keluar bersama
Protein yang terdapat dalam suatu urine
bahan pakan dapat dikatakan bermutu jika Uo = Endogeneus nitrogen
memberikan pertumbuhan positif pada

248
R I − (F − Fo) − (U − Uo) Penggunaan Protein Bersih
BV = x 100 I − (F − Fo) x 100 Nitrogen yang digunakan
A
NPU = x 100
Nitrogen yang diambil
Tidak cukup data dalam nilai biologi
yang diperoleh untuk pengaturan pakan Di mana:
ikan dan sulit dalam penentuan metabolisme NPU ditentukan dengan rumus sebagai
feses dan endogeneus nitrogen secara berikut.
terpisah.

Penambahan nitrogen pada pakan ikan + Pengurangan nitrogen pada pakan ikan
NPU = Nitrogen yang diambil dari pengujian protein

Kebutuhan Protein pada Ikan Jumlah kebutuhan protein maksimum


Protein di dalam tubuh sangat di- merupakan tingkat kualitas protein yang
butuhkan untuk pemeliharaan, pem- tinggi dalam kandungan pakan yang
bentukan jaringan, penggantian jaringan- diperlukan untuk pertumbuhan maksimum.
jaringan tubuh yang rusak, dan penambah- Untuk menentukan kebutuhan protein
an protein tubuh dalam proses per- suatu jenis ikan dapat dilakukan dengan
tumbuhan. Kebutuhan protein dalam melakukan percobaan pemberian pakan
pakan secara langsung dipengaruhi oleh yang akan membantu dalam penggunaan
jumlah dan jenis-jenis asam amino uji kandungan protein dari sumber yang
essensial, kandungan protein yang nilai biologinya tinggi. Respon yang akan
dibutuhkan, kandungan energi pakan, dan memberikan keuntungan dan daya tahan
faktor fisiologis ikan (Lovel, 1989). Protein paling tinggi biasanya diperoleh dari
dapat juga digunakan sebagai sumber komposisi pakan ikan terbaik. Protein yang
energi jika kebutuhan energi dari lemak terdapat dalam jaringan tubuh ikan dapat
dan karbohidrat tidak mencukupi dan juga digunakan sebagai ukuran untuk
sebagai penyusun utama enzim, hormon menentukan kebutuhan protein. Cara ini
dan antibodi. Oleh karena itu, pemberian dilakukan dengan menganalisis kandung-
protein pada pakan ikan harus pada batas an nitrogen dalam jaringan dengan inter-
tertentu agar dapat memberikan per- val dua minggu sampai tidak ada penurun-
tumbuhan yang optimal bagi ikan dan an nitrogen yang tertahan pada jaringan.
efisiensi pakan yang tinggi. Selain itu Jumlah kandungan protein yang mini-
protein sangat penting bagi kehidupan mal dari suatu pakan untuk menghasilkan
karena merupakan protoplasma aktif pertumbuhan maksimum sangat ber-
dalam semua sel hidup dan berperan gantung pada jenis ikan yang dibudidaya-
sebagai instrumen molekuler yang meng- kan. Berdasarkan penelitian beberapa
ekspresikan informasi genetik, unsur spesies ikan kebutuhan kandungan
struktural di dalam sel dan jaringan. protein pada ikan budi daya berkisar dari
Protein yang dibutuhkan ikan bersumber 27% sampai 60%. Untuk lebih jelasnya
dari berbagai macam bahan di mana dapat dilihat pada Tabel 5.5.
kualitas protein bahan bergantung pada
komposisi asam amino.

249
Tabel 5.5 Tingkat Kebutuhan Protein Optimal (% Berat Kering Pakan) pada Beberapa
Jenis Ikan Budi Daya (Millamena, 2002) Jenis Ikan

Jenis Ikan Sumber Protein Kadar Protein Optimal

Asian sea bass Fish meal, soybean meal 43


Common carp Fish meal, casein 31–38
Grouper Tuna, muscle meal 40–50
Fish meal, meat meal, shrimp meal 43
Japanese eel Casein dan asam amino 44
Kuruma shrimp Squid meal 60
Casein + egg albumin ¾ 55
Milk Fish Fish meal, casein xt0
Red sea bream Casein, gelatin 30–40
Snake head Fish meal, soybean dan cassava meal 24
Red snapper Casein 55
Tiger shrimp Fish meal 52
Fish meal, soybean, squid meal 44
Casein 40
Fish meal, soybean, shrimp meal 40
Fish meal, casein 30
Nile Tilapia Fish meal 28
Fish meal, mussel meal, collagen 34–42
White shrimp Squid meal 28–32
Yellow tail Fish meal, casein 55
Abalone Soybean meal, rice bran 27
Fish meal, squid meal

Sumber protein tinggi untuk ikandarat. Pada ikan, tingkat pemanfaatan


dapat diperoleh pada beberapa bahan karbohidrat dalam pakan umumnya
baku antara laintelor utuh, kasein, rendah pada khususnya hewan karnivora,
karena pada ikan sumber energi utama
kombinasi kasein, dan agar-agar. Beberapa
faktor yang mempengaruhi kebutuhan adalah protein. Ikan karnivora lebih sedikit
protein untuk pertumbuhan ikan yang mengkonsumsi karbohidrat dibandingkan
dengan omnivora dan herbivora. Selain itu,
maksimum antara lain jenis, ukuran ikan
ikan yang hidup di perairan tropis dan air
atau umur, temperatur air, protein yang
tawar biasanya lebih mampu memanfaat-
berkualitas seperti yang telah dikemuka-
kan sebelumnya dengan mengetahui kan karbohidrat daripada ikan yang hidup
komposisi asam amino. Ikan yang ber- di perairan dingin dan air laut. Ikan laut
biasanya lebih menggunakan protein dan
ukuran lebih kecil mempunyai kebutuhan
lemak sebagai sumber energi daripada
protein lebih tinggi dibanding ikan yang
karbohidrat, tetapi peranan karbohidrat
lebih tua pada jenis ikan yang sama itu.
dalam pakan ikan sangat penting bagi
5.3 Karbohidrat kehidupan dan pertumbuhan ikan. Ber-
dasarkan hasil penelitian memperlihatkan
Karbohidrat merupakan salah
bahwa ikan yang diberi pakan dengan
satumakro nutrien dan menjadi sumber
kandungan protein tinggi tanpa karbohidrat
energi utama pada manusia dan hewan
dapat menyebabkan penurunan laju

250
pertumbuhan dan retensi protein tubuh. dipengaruhi oleh aktivitas enzim dan
Selain itu, pakan yang mengandung hormon. Enzim dan hormon ini penting
karbohidrat terlalu sedikit akan menyebab- untuk proses metabolisme karbohidrat
kan terjadinya tingkat katabolisme protein dalam tubuh seperti glikolisis, siklus asam
dan lemak yang tinggi untuk mensuplai trikarboksilat, jalur pentosa fosfat,
kebutuhan energi ikan dan menyediakan glukoneogenesis, dan glikogenesis. Selain
metabolisme lanjutan (intermedier) untuk itu, dalam aplikasi pembuatan pakan
sintesis senyawa biologi penting lainnya, karbohidrat seperti kanji, zat tepung, agar-
sehingga pemanfaatan protein untuk agar, alga, dan getah dapat juga diguna-
pertumbuhan berkurang. Oleh karena itu, kan sebagai pengikat makanan (binder)
pada komposisi pakan ikan harus ada untuk meningkatkan kestabilan pakan
keseimbangan antara karbohidrat, protein dalam air pada pakan ikan dan udang.
dan lemak, di mana ketiga nutrien tersebut
merupakan sumber energi bagi ikan untuk Klasifikasi Karbohidrat
tumbuh dan berkembang. Karbohidrat diklasifikasikan kedalam
Karbohidrat merupakan senyawa tiga kelompok yaitu monosakarida,
organik yang tersusun dari atom karbon disakarida, dan polisakarida. Pembagian
(C), hidrogen (H) dan oksigen (O) dalam karbohidrat ini berdasarkan pada jumlah
suatu perbandingan tertentu. Karbohidrat molekul pembentuknya, satu, dua, atau
berdasarkan analisa proksimat terdiri dari beberapa unit gula sederhana. Disakarida
serat kasar dan bahan ekstrak tanpa dan polisakarida merupakan turunan
nitrogen. Karbohidrat biasanya terdapat (derivat) dari monosakarida. Mono-
pada tumbuhan termasuk pada gula sakarida tidak dapat dihidrolisa lagi
sederhana, kanji, selulosa, karet, dan menjadi bentuk yang lebih sederhana.
jaringan yang berhubungan dan mengandung Disakarida dapat dihidrolisa menjadi dua
unsur C,H,O dengan rasio antara hidrogen molekul monosakarida, sedangkan
dan oksigen 2 : 1 yang hampir serupa polisakarida (termasuk) oligosakarida
dengan H2O dan kemudian dinamakan akan membentuk lebih dari tiga molekul
”karbohidrat”. Formula umum karbohidrat monosakarida. Selain itu, karbohidrat
adalah Cn (H2O)2. dapat juga diklasifikasikan berdasarkan
Karbohidrat adalah sumber energi pada tingkat kecernaan, yaitu karbohidrat
yang murah dan dapat menggantikan yang dapat dicerna, karbohidrat yang
protein yang mahal sebagai sumber dapat dicerna sebagian dan karbohidrat
energi. Selain itu karbohidrat merupakan yang tidak dapat dicerna. Gula, kanji,
protein sparing effect yang artinya dextrin, dan glikogen adalah karbohidrat
karbohidrat dapat digunakan sebagai yang dapat dicerna, selulosa, serat kasar
sumber energi pengganti bagi protein di dan hemisellulosa adalah karbohidrat yang
mana dengan menggunakan karbohidrat tidak dapat dicerna. Galaktogen, mannosan,
dan lemak sebagai sumber bahan baku inulin dan pentosa adalah termasuk
maka hal ini dapat mengurangi harga karbohidrat yang dapat dicerna sebagian.
pakan. Pemanfaatan karbohidrat sebagai Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
sumber energi dalam tubuh dapat juga Tabel 5.6.

251
Tabel 5.6 Klasifikasi Karbohidrat (Millamena, 2002)

Kelompok Karbohidrat Contoh

Monosakarida (satu unit glikosa) Pentosa, Arabinosa, Ribosa, Xylosa, Xylulosa,


Hexosa, Glucosa, Fruktosa dan Mannosa

Sukrosa, Maltosa, Laktosa


Disakarida (dua unit glikosa)
Raffinosa, Stachyosa, Verbascosa
Oligosakarida (2–10 unit glikosa)
Starch/kanji, dextrin, glycogen, cellulosa,
Polisakarida (Glycan, > 10 unit glikosa) hemicellulosa, lignin, chitin, pectin, gums and
mucilages, alginat, agar, karageenan

Monosakarida metabolisme ikan serta merupakan gula


Monosakarida adalah bentuk darah pada semua hewan. Glukosa dapat
karbohidrat yang tidak dapat dihidrolisis disimpan di dalam hati dan otot dalam
menjadi bentuk yang sederhana lagi. bentuk glikogen. Fruktosa dapat diubah
Umumnya monosakarida diperoleh dari menjadi glukosa dalam hati, sedangkan
hasil hidrolisis senyawa tanaman yang galaktosa selain dapat diubah menjadi
lebih kompleks, larut dalam air, dan glukosa dalam hati juga dapat dimetabolisir.
rasanya manis. Monosakrida utama yang Mannosa merupakan unsur pembentuk
terdapat dalam bentuk bebas dalam senyawa glikoprotein.
makanan adalah glukosa dan fruktosa. Kebanyakan monosakarida diperoleh
Glukosa, galaktosa, fruktosa, dan dengan hidrolisis unsur yang lebih
mannosa merupakan bentukheksosa yang kompleks. Hidrolisis adalah suatu reaksi
mempunyai makna fisiologis paling kimia yang mana suatu unsur yang
penting. Glukosa merupakan zat gula kompleks dipecah menjadi unsur yang
dalam tubuh yang dibawa oleh darah dan lebih kecil dengan penambahan suatu
merupakan bentuk paling utama dalam katalisator. Monosakarida sering dikatakan
jaringan. Hal ini dikarenakan glukosa sebagai bentuk dari suatu gula sederhana.
merupakan sumber energi yang paling Dua rangkaian gula sederhana secara
cepat diserap di dalam sel dan masuk ke komersil penting pentosa atau lima gula
dalam darah dan akan dikatabolisme atom karbon dan hexoses atau enam gula
dalam proses glikolisis. Rumus empiris atom karbon. Ribosa dan Dioxyribosa
glukosa C6H12O6. Glukosa banyak ter- merupakan struktur RNA dan DNA.
dapat dalam buah-buahan, jagung manis, Pentosa mempunyai rumus yang umum
dan madu dalam bentuk D-Glukosa. C5H10O5. dan mempunyai komersial yang
D-Glukosa ini telah dihasilkan secara penting dalam bentuk aldopentosa silosa
komersial dengan hidrolisis pati jagung dan arabinosa. Silosa dibentuk dengan
yang menghasilkan sirop jagung dan hidrolisis pada pentosa. Jumlah yang
kristal dekstrosa. D-Glukosa ini mem- pantas pada xilosa dibentuk dalam
punyai peran penting dalam pakan dan pembuatan bubur pada makanan melalui

252
hidrolisis pada hemiselulosa. Arabino terjadi secara alami dalam benih zat
dihasilkan pada getah arabic dan dedak tepung yang diproduksi tumbuhan.
gandum. Hexosa mempunyai rumus Maltosa dibentuk dari hidrolisis zat tepung
umum C6H12O6. Gula heksosa biasanya dengan enzim α-amilase. Maltosa akan
dalam bentuk: galactosa dan glukoseal- dihidrolisis lebih lanjut oleh enzim
doses. Fruktosa adalah ketohexose alami α-glucosidase menjadi dua molekul
penting dan karbohidrat paling manis. glukosa.
Rotan atau gula umbi manis (sukrosa)
dihidrolisis, satu molekul dibentuk pada Polisakarida
fruktosa dan satu molekul pada glukosa Polisakarida merupakan bentuk
yang dibentuk. Laktosa tidak terjadi secara karbohidrat yang kalau dihidrolisis akan
bebas di alam. Hidrolisis lactose atau gula menghasilkan lebih dari sepuluh molekul
susu menghasilkan galactose dan monosakarida. Polisakarida biasanya
glukosa. Glukosa, Fructose, dan galactose dibentuk oleh kombinasi hexosa atau
mempunyai rumusan molekular yang monosakarida lain dan biasanya merupa-
sama tetapi susunan rumus mereka kan senyawa dengan molekular tinggi dan
berbeda pengaturan di dalam suatu kebanyakan tidak dapat larut dalam air dan
molekul. dipertimbangkan yang paling utama bahan
gizi tumbuhan asli. Ketika hidrolisis dengan
Disakarida asam atau enzim, mereka dipecah ke
Disakarida merupakan bentuk dalam berbagai produk intermediate dan
karbohidrat yang kalau dihidrolisis akan yang akhirnya ke dalam gula sederhana,
menghasilkan dua molekul monosakarida. polisakarida mempunyai formulasi umum
Rumus molekul disakrida adalah (C6H10O5)n. Tiga bentuk polisakarida yang
C12H22O11, dari rumus bangun ini mem- banyak terdapat dalam bahan baku pakan
perlihatkan bahwa satu molekul air telah antara lain pati, dextrin, dan glikogen.
dipindahkan sebagai dua monosakarida Pati/starch merupakan bentuk
yang telah dikombinasikan. Dengan polisakarida yang banyak terdapat pada
hidrolisis mengakibatkan perpecahan tumbuhan dan diperoleh di dalam akar
molekul dan pembentukan hexoses. Ada umbi (kentang), rhizomes, dan biji-bijian.
tiga bentuk disakarida penting yaitu Bentuk ini merupakan sumber bahan
sukrosa, laktosa, dan maltosa. Sukrosa, makanan yang termurah dan merupakan
bentuk gula yang biasanya disebut juga sumber energi bagi manusia dan hewan.
dengan gula meja, terdiri dari satu molekul Glikogen dihasilkan dari mamalia dan
glukosa dan satu molekul fruktosa yang hewan lain dari glukosa di dalam darah
dinamakan dengan gula invert. dan diperoleh di dalam jaringan otot dan
Sumber utama sukrosa sebagian hati. Glikogen merupakan bentuk pe-
besar dari tebu dan gula bit. Laktosa atau nyimpanan pada karbohidrat pada hewan
gula susu, banyak diperoleh pada semua dan merupakan zat tepung di dalam
susu mamalia. Hasil hidrolisis laktosa akan tumbuhan. Sedangkan dekstrin merupa-
menghasilkan sebuah molekul glukosa kan hasil dari proses pemecahan hidrolisis
dan sebuah molekul galaktosa. Maltosa pati menjadi maltosa. Dekstrin terdiri dari

253
serangkaian senyawa dengan bobot terdiri atas N-acetil D-glukosamin. Chitin
molekul yang lebih rendah. Pada hewan mempunyai peran struktural dan suatu
dekstrin merupakan hasil pemisahan jumlah dari kekuatan mekanis yang dapat
glukosa dari amilopektin yang meninggal- menghentikan ikatan hidrogen. Peptin
kan residu percabangan yang disebut ditemukan terutama antara dinding sel
α-limit dekstrin, tersusun dari 8–10 tumbuhan dan mungkin juga sebagai
glukosa. Di dalam pakan, dekstrin merupa- penyusun dinding sel itu sendiri. Peptinase
kan substrat kesukaan organisme tidak dapat dihidrolisis dengan enzim
acidophilik dalam saluran pencernaan dan pectinase mamalian tetapi dicerna oleh
bila pakan mengandung dekstrin maka aksi mikrobial. Tindakan itu disadap
sintesis vitamin B dalam usus akan dengan air panas atau air dingin dan
meningkat. membentuk suatu ”gel” (agar-agar).
Selulosa adalah komponen struktur Alginates, agar dan caragenan merupakan
utama dalam tumbuhan pada dinding sel hasil ekstraksi dari rumput laut seperti
tumbuhan dan unsur yang paling berlimpah- Glacillaria sp dan Kappaphycus sp.
limpah pada tumbuhan. Selulosa adalah
Pemanfaatan Karbohidrat Pakan oleh
unsur penting yang tidak dapat larut dan
Ikan
dapat didegradasi oleh enzim menjadi
beberapa unit glukosa dan bisa dihidrolisis Karbohidrat pakan umumnya ber-
dengan asam kuat. Hemiselulosa merupa- bentuk senyawa polisakarida, disakarida,
kan polisakarida yang terdiri atas suatu dan monosakarida. Karbohidrat tersebut
campuran unit hexosa dan pentosa. Jika berasal dari tumbuhan (zat tepung, serat,
dihidrolisis hemiselulosa menghasilkan sellulosa, dan fruktosa) dan dari hewan
glukosa dan sebuah pentosa, biasanya (mangsa) berbentuk glikogen. Ikan tidak
silosa yang merupakan komponen utama memiliki kelenjar air liur (salivary gland)
pada dinding sel tumbuhan. Tidak seperti sehingga proses pencernaan karbohidrat
selulosa, hemiselulosa lebih sedikit pada ikan dimulai di bagian lambung.
bersifat resisten terhadap degradasi kimia Pencernaan karbohidrat secara intensif
dan dapat dihidrolisis dengan cairan asam. terjadi di segmen usus yaitu dengan
Lignin ditemukan dalam tongkol jagung adanya enzim amilase pankreatik. Pada
dan porsi akar yang berserat. Lignin segmen usus, amilum (zat tepung) dan
merupakan struktur kompleks yang terdiri glikogen akan dihidrolisis oleh enzim
dari karbon-karbon yang saling berikatan amilase menjadi maltosa dan dekstrin,
dengan eter yang mana bersifat resisten Kemudian maltosa dan dekstrin ini akan
terhadap alkali dan asam. Chitin merupa- dihidrolisa oleh enzim laktase atau sukrose
kan komponen struktur utama menyangkut menghasilkan galaktosa, glukosa dan
eksoskeleton kaku pada hewan tak fruktosa. Pada dinding usus, galaktosa,
bertulang punggung seperti serangga, dan fruktosa akan diubah menjadi glukosa.
binatang berkulit keras dan juga terjadi Dalam bentuk glukosa itulah karbohidrat
dalam sel ganggang, ragi dan jamur dapat diserap oleh dinding sel (enterosit)
adalah polysoccoharida dengan atom zat lalu masuk ke dalam pembuluh darah.
hidrogen seperti halnya C, H, dan O yang

254
Ikan tidak memiliki enzim pencerna berstruktur sederhana. Perbedaan sumber
karbohidrat yang memadai di dalam pati juga dapat menyebabkan perbedaan
saluran pencernaannya, sehingga nilai nilai kecernaan karbohidrat dan
kecernaan karbohidrat pakan umumnya bergantung juga pada rasio amilosa/
rendah. Aktivitas enzim amilase dalam amilopektin. Di mana semakin tinggi rasio
menghidrolisa pati pada ikan omnivora amilosa/amilopektin maka kecernaan
seperti ikan tilapia dan ikan mas lebih tinggi karbohidrat semakin tinggi. Beberapa
daripada ikan karnivora seperti ikan perlakuan yang biasa dilakukan pada saat
rainbowtrout dan yellowtail. Nilai kecerna- membuat pakan ikan adalah dengan
an karbohidrat ini sangat dipengaruhi oleh melakukan pengukusan pati di mana
sumber dan kadar karbohidrat dalam dengan melakukan pengukusan maka
pakan serta jenis dan ukuran ikan. Nilai akan dapat meningkatkan nilai kecernaan
kecernaan beberapa sumber karbohidrat dari karbohidrat tersebut. Hal ini dikarena-
oleh beberapa ikan budi daya dapat dilihat kan pengukusan dapat menyebabkan sel-
pada Tabel 5.7 Karbohidrat yang ber- sel pati menjadi lunak dan pecah sehingga
struktur kompleks memiliki nilai kecernaan lebih mudah dicerna.
yang rendah daripada karbohidrat yang

Tabel 5.7 Nilai Kecernaan Karbohidrat Berdasarkan Kadar dan Sumbernya oleh
Beberapa Ikan Budi Daya (Wilson, 1994)

Jenis Ikan Sumber Kadar Karbohidrat Nilai Kecernaan (%)


Pakan (%)

Rainbow Trout Dekstrin 20 77,2


60 45,5
Tepung ubi kukus 20 69,2
60 26,1
Tepung dikukus 11,5 90,0
40,2 48,2
Glukosa 20–60 99–100
Sukrosa 20–60 99–100
Laktosa 20–60 94–97
Channel catfish Tepung jagung tidak 12,5 72,8
dikukus 25 60,9
50 55,1
Tepung jagung dikukus 12,5 83,1
Mas 25 78,3
Tepung ubi tidak kukus 50 66,5
Tepung ubi dikukus ? 55,0
? 85,0

Karbohidrat berserat dalam wujud bahan dalam tubuh ikan diperlukan secara khas
kimia sangat sukar dicerna oleh beberapa dan terbatas kurang dari 7%. Ketersediaan
jenis ikan dan tidak membuat suatu berbagai formulasi karbohidrat pada
kontribusi yang baik kepada kebutuhan komposisi nilai yang gizi belum jelas,
gizi ikan. Tingkatan kebutuhan serat kasar karbohidrat yang dapat dicerna (karbo-

255
hidrat dengan bobot molekul kecil dan yang diberi pakan dengan kandungan
panjang rantai lebih pendek seperti protein rendah dan karbohidrat tinggi
glukosa). Pada ikan mas dan ikan air tawar didapatkan laju glukoneogenesis yang
lainnya dapat memanfaatkan karbohidrat rendah (Cowey et al, 1977). Kebutuhan
lebih efektif dibandingkan dengan ikan air karbohidrat untuk setiap jenis dan ukuran
laut. Ikan air laut lebih efektif mengguna- ikan juga dipengaruhi oleh kandungan
kan glukosa dan dekstrin sebagai sumber lemak dan protein pakan. Pakan yang
zat tepungnya. Udang windu mengguna- mengandung karbohidrat dan lemak yang
kan zat tepung lebih baik dengan glukosa tepat dapat mengurangi penggunaan
dan dextrin. protein sebagai sumber energi yang
dikenal dengan Protein Sparring Effect.
Kebutuhan Optimum Karbohidrat Pakan Terjadinya Protein Sparring Effect oleh
Pertumbuhan ikan budi daya secara karbohidrat dapat menurunkan biaya
maksimal dapat tercapai jika kondisi produksi pakan dan mengurangi pengeluar-
lingkungan pemeliharaan dan makanan an limbah nitrogen ke lingkungan.
terjamin secara optimum. Fungsi utama Kebutuhan karbohidrat pakan bagi
karbohidrat sebagi sumber energi di dalam pertumbuhan ikan budi daya bervariasi
pakan harus berada dalam kondisi yang menurut spesies, sumber karbohidrat, dan
seimbang antara ketiga makro nutrien kondisi lingkungannya (Tabel 5.8.). Pada
(protein, lemak, dan karbohidrat). Pakan tabel tersebut jelas terlihat bahwa ikan
yang mengandung karbohidrat terlalu karnivora umumnya mempunyai ke-
tinggi dapat menyebabkan menurunnya mampuan yang lebih rendah dalam
pertumbuhan ikan budi daya. Beberapa memanfaatkan karbohidrat pakan di-
penelitian telah menunjukkan pertumbuh- bandingkan dengan ikan omnivora atau
an ikan dan tingkat efisiensi pakan yang herbivora. Penyebab rendahnya ke-
rendah bila kandungan karbohidrat dalam mampuan ikan dalam memanfaatkan
pakannya tinggi. karbohidrat pakan tersebut antara lain
Ikan sebagai organisme air kurang disebabkan oleh nilai kecernaan sumber
mampu memanfaatkan karbohidrat karbohidrat, aktivitas enzim karboksilase
sebagai sumber energi utama dalam ikan, kemampuan penyerapan glukosa,
pakannya dibandingkan dengan hewan serta kemampuan sel memanfaatkan
darat dan manusia, namun dari hasil glukosa dalam darah. Secara umum
beberapa penelitian hewan air seperti ikan kandungan karbohidrat pakan yang dapat
masih sangat membutuhkan karbohidrat dimanfaatkan secara optimal oleh ikan
dalam komposisi pakannya. Pada ikan karnivora berkisar antara 10–20%, ikan
rainbowtrout yang diberi pakan dengan omnivora dapat memanfaatkan karbohidrat
kandungan protein tinggi, terjadi laju pakan secara optimal pada tingkat 30–40%
glukoneogenesis yang tinggi, sedangkan dalam pakannya.

256
Tabel 5.8 Kebutuhan Optimum Karbohidrat dalam Pakan untuk Pertumbuhan
Beberapa Ikan Budi Daya

Jenis Ikan Karbohidrat Sumber Reference


Pakan (%) Karbohidrat

Ekor kuning 10 Dekstrin Shimeno et al (1996)


Seabream merah 20 Dekstrin De Silva dan anderson (1995)
Rainbow trout 10 Dekstrin De Silva dan anderson (1995)
Kakap putih 20 Tepung terigu Catacuta dan Coloso (1997)
Kerapu 9 Tepung terigu Shiau dan Lan (1996)
Channel catfish 30 Dekstrin Wilson (1994)
Mas 40 Dekstrin Wilson(1994), Shimeno et al (1996)
Tilapia 40 Dekstrin Wilson (1994), Shimeno et al (1996)

5.4 Lipid lemak essensial yang tidak bisa disentesa


oleh ikan. Sebagai sumber energi, lipid
Lipid adalah senyawa organik yang
telah ditunjukan untuk memberikan
tidak dapat larut dalam air tetapi dapat
beberapa protein untuk pertumbuhan.
diekstraksi dengan pelarut nonpolar
Lipid juga sumber penting sterol,
seperti kloroform, eter, dan benzena.
phospolipid, dan vitamin lemak yang dapat
Senyawa organik ini terdapat didalam sel
larut. Asam lemak dari lipid mungkin juga
dan berfungsi sebagai sumber energi
bertindak sebagai pendahuluan pada
metabolisme dan sebagai sumber asam
steroid hormon dan prostaglandin.
lemak esensial yang mempunyai fungsi
specifik dalam tubuh seperti untuk struktur Klasifikasi Lipid
sel dan pemeliharaan integritas membran- Berdasarkan struktur molekulnya lipid
membran yang hidup. Fungsi lain dari lipid dapat diklasifikasikan ke dalam tiga
antara lain sebagai komponen utama kelompok yaitu:
struktur sel, penyimpan bahan bakar
metabolik, untuk mengangkut bahan • Lipid sederhana, kelompok ini disebut
bakar, sebagai pelindung dinding sel, dan juga dengan nama homolopida yaitu
juga sebagai komponen pelindung kulit suatu bentuk ester yang mengandung
vertebrata. Lipid terdiri dari lemak, minyak, karbon, hidrogen, dan oksigen, jika
malam, dan senyawa-senyawa lain yang dihidrolisis. Lipid yang termasuk ke
ada hubungannya. dalam kelompok ini hanya meng-
hasilkan asam lemak dan alkohol.
Lipid merupakan komponen penting Lipid sederhana ini dapat dibagi
dalam pakan ikan karena lipid dapat menjadi dua golongan yaitu:
dijadikan sebagai sumber energi bagi ikan – Lemak: senyawa ester lemak
selain protein dan karbohidrat. Lipid dengan gliserol. Lemak dalam
berbeda dengan lemak. Perbedaan antara keadaan cair disebut minyak.
lemak dan minyak adalah pada titik – Lilin/malam/waks: senyawa ester
cairnya, lemak cenderung lebih tinggi titik asam lemak dengan alkohol
cairnya, molekulnya lebih berat dan rantai monohidrat yang berbobot
molekulnya lebih panjang. Oleh karena itu, molekul tinggi.
lipid merupakan salah satu sumber asam

257
• Lipid kompleks, kelompok ini berupa • Phospholipids adalah ester pada
ester asam lemak dengan alkohol asam lemak dan asam phosphor
yang mengandung gugus lain. Lipid (H3PO4) dan basa nitrogen. Senyawa
kompleks dibagi menjadi tiga golong- campuran tersebut biasa asam
an yaitu: phosphatidic. Beberapa Phospholipids
– Fosfolipid: kelompok lipid yang yang penting adalah phosphatidyl
selain asam lemak dan alkohol, choline (lecithin), phosphatidyl ethano-
juga mengandung residu asam lamine (cephalin), phosphatidyl serine,
fosfat. Lemak ini sering mem- dan phosphatidyl inositol. Mereka
punyai basa yang mengandung adalah komponen utama membran
nitrogen dan substituen lain, biologi.
seperti gugus alkohol berupa • Waxes adalah ester pada rantai
gliserol dalam gliserofosfolipid panjang asam lemak dengan berat
dan gugus alkohol yang berupa molekul tinggi alkohol monohydric.
sfingosin dalam sfingofosfolipid. Seperti trigly-cerides, waxes merupa-
– Ikolipid (Glikosfingolipid): kelompok kan sumber nergi yang disimpan
lipid yang mengandung asam dalam tumbuhan dan bintang dan
lemak, sfingosin, dan karbohidrat. bertindak melindungi mantel. Waxes
– Bentuk lipid kompleks lainnya: padat pada temperatur lingkungan.
sulfolipid aminolipid, dan lipo- Beberapa ester pada rantai alcohol
protein. yang panjang R 1 –CH 2 OH dan rantai
• Prekursor dan derivat lipid: asam lemak, panjang asam lemak, R2–COOH
gliserol, steroid, senyawa alkohol di O
samping gliserol serta sterol, aldehid ||
lemak, badan keton, dan berbagai Contoh: R2–CO–CH2 –R1
hormon. Karena tidak bermuatan
Beberapa ester, R2-CH2 –O -CH2 –R1
asilgliserol (gliserida), kolesterol, dan
ester kolesterol dinamakan lemak netral • Steroids adalah rantai panjang alkohol
(Meyes, 1999). yang biasa pada polycylic. Merupakan
tanda pada jenis kelamin atau hormon
Klasifikasi Lipid menurut Millamena lain pada ikan dan udang dan secara
et al (2002) dapat dikelompokkan menjadi: biologi sangat penting dalam proses
• Triglycerides atau lemak yang di- reproduktif. Streroid mempunyai
bentuk oleh reaksi glicerol dengan beberapa struktur umum yang terdiri
dari sistem fused-ring. Kolesterol
molekul asam lemak sehingga disebut
secara fisiologi adalah sterol penting
glycerides. Dengan begitu ketika
dan tersebar luas dalam membran
suatu triglyceride dihidrolisis, 3
biologi, terutama dalam binatang.
molekul asam lemak dan 1 molekul
glicerol dibentuk. Triglycerides tidak • Sphingomyelins tidak berisi glycerol,
tetapi zat asam yang mengandung
menjadi komponen pada bio membran
gemuk ester membutuhkan rantai
tetapi mereka terakumulasi pada adi-
amino alcohol sphingosine. Lipid ini
pose atau jaringan lemak. Triglyceride
merupakan lipid komponen otak dan
merupakan bentuk utama pada
jaringan syarat pertumbuhan pada
binatang yang menyimpan energi.
binatang.

258
Fungsi Umum dari Lipid kadang-kadang ditulis dengan huruf ω
Fungsi umum sebagai berikut. (omega) di mana, A adalah banyaknya
• Sumber energi berkenaan dengan atom carbon dan banyaknya ikatan ganda,
metabolisme, adenosine triphosphate n–3, n–6, n–9 adalah posisi ikatan ganda
(ATP). Kandungan energi lipid berisi dari metil berakhir pada asam lemak.
kira-kira dua kali lebih dari energi Sebagai contoh tujuan kuatitatif untuk
protein dan karbohidrat. palmitoleic atau asam hexadecenoic
adalah 16 : l n–7 yang ini berarti bahwa
• Sumber dari asam lemak esensial
asam palmitoleic mempunyai 16 karbon
(EFA) yang penting untuk pertumbuh-
dan berisi pada ikatan rangkap terdapat
an dan kelangsungan hidup ikan. EFA
pada posisi karbon ketujuh karbon.
tidak bisa disintesis oleh organisme air
Berdasarkan jumlah ikatan rangkap pada
dan akan disintesis jika jumlahnya
asam lemak maka asam lemak dapat
tidak cukup untuk pertumbuhan dan
dikelompokkan menjadi dua yaitu asam
harus disediakan pada pakan ikan,
lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh.
misalnya: asam arachidonik (ARA),
Asam lemak jenuh adalah asam lemak
asam eicosapentaenoie (EPA), dan
yang tidak mengandung ikatan rangkap.
asam decosahexaenoic (DHA) adalah
Sedangkan asam lemak tidak jenuh
asam lemak esensial yang sangat
adalah asam lemak yang mengandung
penting di dalam pakan ikan dan
satu atau lebih ikatan rangkap. Asam
krustasea.
lemak jenuh terdiri dari unsur Carbon dari
• Komponen sellular yang penting dan 1–24 yaitu format (1), asetat (2), propionat
selaput subsellular, misalnya: phos- (3), butirat (4), valerat (5), kaproat (6),
pholipid dan asam lemak polyunsurated kaprilat/oktanoat (8), kaprat/dekanoat (10),
(PUFA). laurat (12), miristat (14), palmitat (16),
• Sumber steroid yang melaksanakan stearat (18), arakidat (20), behenat (22),
fungsi penting seperti pemeliharaan lignoserat (24). Angka yang terdapat di
sistem selaput, transportasi lipid, dan dalam kurung merupakan jumlah atom
prekursor dari hormon steroid. Carbon yang terdapat pada unsur asal
lemak. Pada asam lemak tidak jenuh
Asam Lemak
dapat dikelompokkan ke dalam enam
Salah satu unsur penting dari lipid
kelompok berdasarkan jumlah ikatan
adalah asam lemak. Asam lemak ini ada
rangkapnya yaitu:
juga yang menyebutkan sebagai lipid
dengan makna fisiologis. Berdasarkan • Satu ikatan rangkap disebut dengan
kandungan unsurnya asam lemak mem- monoeat, antara lain palmitat/ω 7
(16 : 1;9), oleat/ω9 (18 : 1;9), elaidat/
punyai rumusan yang umum yaitu CH3
(CH2)n COOH, di mana: n variasi dari 0 ω9 (18 : 1;9), erusat/ω9 (22 : 1;9),
sampai ke 24 dan pada umumnya suatu nervonat/ω9 (24 : 1;13).
bilangan genap. Asam lemak diberi suatu • Dua ikatan rangkap disebut asam
nama umum di samping formulasi bahan dienoat, yaitu linoleat/ω6 (18 : 2;9.12).
kimianya dan singkatan stenografi. Di • Tiga ikatan rangkap disebut dengan
dalam tata nama asam lemak, sebuah asam trienoat antara lain g. Linolenat/
asam lemak diindentifikasi dengan ω6 (18 : 3; 6.9.12) dan a. Linolenat/ω3
formula: A : B n–3, A : B n–6, A : B n–9, (18 : 3;9.12.15).

259
• Empat ikatan rangkap disebut asam sedangkan pada urutan terakhir letak/
tetranoat, antara lain arakidonat/ω6 lokasi ikatan rangkap terdapat pada rantai
(20 : 4;5.8.11.14). Carbon ke berapa, misalnya asam lemak
• Lima ikatan rangkap disebut asam Arakidonat/ω6 (20 : 4; 5.8.11.14), rumus
pentanoat, antara lain Timnodonat/ω3 bangun asam lemak tersebut terdiri dari
(20 : 5 ; 5.8.11.14.17) dan Klupano- Carbon sebanyak 20 buah, jumlah ikatan
donat/ω3 (22 : 5; 7.10.13.16.19). rangkapnya 4 buah, letak ikatan rangkap
• Enam ikatan rangkap disebut dengan tersebut terdapat pada Carbon ke 5, 8, 11,
asam Heksanoat antara lain Servoat/ dan 14.
ω3 (22 : 6; 4.7.10.13.16.19) Berdasarkan Millemena (2002)
Dari pengklasifikasian asam lemak pengelompokan asam lemak dapat dibagi
tersebut di atas dapat dilihat dari penulisan menjadi empat berdasarkan kejenuhannya
angka-angka di belakang koma, urutan yaitu Saturated, Unsaturated, Polyunsatu-
pertama menyatakan banyaknya jumlah rated, dan Higly Unsaturated. Untuk lebih
atom Carbon, urutan kedua banyaknya jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5.9 dan
ikatan rangkap pada unsur asam lemak, Tabel 5.10.

Tabel 5.9 Nama Umum Asam Lemak

Nama Umum Nama Kimia Notasi Singkat

Saturated
Fomat 1:0
Asetat 2:0
Propionat 3:0
Butirat Asam butanoat 4:0
Valerat Asam pentanoat 6:0
Caproat Asam keksanoat 8:0
Caprilat Asam oktanoat 10 : 0
Caprat Asam dekanoat 12 : 0
Laurat Asam dodekanoat 14 : 0
Miristat Asam tetradekanoat 16 : 0
Palmitat Asam heksadekanoat 18 : 0
Stearat Asam oktadekanoat 20 : 0
Arachidat 22 : 0
Behenat 24 : 0
Lignoserat
Unsaturated Asam
Palmitoleat Asam Asam heksadesenoat 16 :1 n–7
oleat Asam oktadesenoat 18 : 1 n–9
Polyunsaturated
Asam Linoleat Asam oktadekadienoat 18 : 2 n–6
Asam Linolenat Asam oktadekatrinoat 18 : 3 n–3
Highly Unsaturated
Asam arakidonat Asam eikosatetraenoat 20 : 4 n–6
Asam eikosapentanoat 20 : 5 n–3
Asam dokosaheksanoat 22 : 6 n–3

260
Tabel 5.10 Kelompok Asam Lemak Unsaturated/Tidak Jenuh (Millemena, 2002) Klas
Keluarga Notasi Singkat Rumus Bangun

Klas Keluarga Notasi Singkat Rumus Bangun

n–9 Oleat 18 : 1 n–9 CH3–(CH2)7–CH=CH–(CH2)7–COOH


20 : 1 n–9

n–6 Linoleat 18 : 2 n–6 CH3–(CH2)4–CH=CH–CH2–CH=CH–


18 : 3 n–6 (CH2)7–COOH
20 : 3 n–6
20 : 4 n–6
22 : 4 n–6

n–3 Linolenat 18 : 3 n–3 CH 3 –CH 2 –CH=CH–CH 2 –CH=CH–


20 : 5 n–3 CH2–CH=CH–(CH2)7–COOH
22 : 5 n–3

Kebutuhan Asam Lemak pada Ikan diperlukan ikan terdiri dari asam lemak
Asam lemak yang dibutuhkan untuk linoleat, asam lemak linolenat, asam lemak
pertumbuhan dan perkembangan ikan Eicosapentanoat (EPA), dan asam lemak
budi daya adalah asam lemak essensial Dokosaheksanoat (DHA).
yaitu asam lemak yang sangat diperlukan Komposisi asam lemak di dalam ikan
untuk menunjang pertumbuhan namun cenderung dipengaruhi oleh faktor seperti
tubuh (hati) kurang mampu mensin- kadar garam, suhu, dan makanan. Selain
tesisinya oleh karena itu, harus disuplai itu, kebutuhan asam lemak essensial
dari pakan. Sedangkan asam lemak untuk setiap jenis ikan berbeda antar-
essensial yaitu asam lemak yang dapat spesies terutama antara ikan air tawar dan
disintesa oleh tubuh. Asam lemak essesial air laut. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
(Essensial Fatty Acid/EFA) yang sangat pada Tabel 5.11.

261
Tabel 5.11 Kebutuhan Asam Lemak Essensial pada Ikan (Watanabe, 1988)

Jenis Ikan Jenis Asam Lemak Kebutuhan (%)

Rainbow Trout 8 : 3 ω3 1
18 : 3 ω3 0,8
18 : 3 ω3 20 % dari lipid
ω3 HUFA 10% dari lipid
Carp 18 : 2 ω6 dan 18 : 3 ω3 1
Sidat 18 : 2 ω6 dan 18 : 3 ω3 0,5
Chum Salmon 18 : 2 ω6 dan 18 : 3 ω3 1
ω3 HUFA 0,5
Coho Salmom Tri18 : 3 ω3 1–2,5
Ikan ayu 18 : 3 ω3 atau 20 : 5 ω3 1
Tilapia zilli 18 : 2 ω6 atau 20 : 4 ω6 1
Tilapia nilotica 18 : 3 ω6 0,5
Seabream merah ω3 HUFA atau 20 : 5 ω3 0,5
Turbot ω3 HUFA 0,8
Yellow tail ω3 HUFA 2
Yamame 18 : 3 ω3 1
Coregonus 18 : 3 ω3 0,5

Komposisi lemak tubuh sangat minyak ikan mengandung berbagai


dipengaruhi oleh pakan ikan yang macam asam lemak unsaturated pada
mengandung lemak, walaupun pe- rantai karbon panjang (20 atau 22
nambahan lemak pada pakan sebaiknya panjangnya rantai karbon), kebanyakan
tidak lebih 18%. Tetapi dalam lemak pakan dari sumber hewani memiliki asam lemak
harus diperhatikan apakah terdapat dari kelompok n–3. Rantai panjang n–3
komposisi asam lemak essensialnya. asam lemak biasanya menyusun 1/4 –1/3
Sumber lemak bagi ikan dapat berasal dari semua asam lemak di dalam minyak ikan,
berbagai bahan pakan yaitu minyak sedangkan, rantai panjang asam lemak di
hewani atau minyak nabati, keduanya dalam kebanyakan minyak nabati jarang
telah ditemukan dan bisa digunakan dalam melebihi 5% dan sering kurang dari 1%.
makanan ikan. Komposisi asam lemak dari Kebutuhan lipid berkenaan dengan aturan
berbagai bahan baku pakan ikan dapat makan ikan dapat diperoleh dari profil
dilihat pada Tabel. Jika dibandingkan asam lemak.
dengan minyak nabati lain atau lemak

262
Tabel 5.12 Komposisi Asam Lemak Essensial pada Berbagai Sumber Lipid (g/100g
Asam Lemak) (Millamena, 2002)

Sumber Lipid 18 : 2 n6 18 : 3 n3 20 : 5 n3 22 : 6 n3

Sumber Tanaman
Minyak jagung 58 1 0 0
Minyak kelapa 2 0 0 0
Minyak bijikapas 53 1 0 0
Minyak bijilin 17 56 0 0
Minyak palm 10 1 0 0
Minyak palm kernel 2 0 0 0
Minyak Rapeseed 15 8 0 0
Minyai kacang 30 0 0 0
Minyak kedele 50 10 0 0
Minyak bungamatahari 70 1 0 0

Sumber Hewan Laut


Minyak capelin 5 0 7 5
Minyak hati cod 5 1 16 14
Minyak hati cuttlefish 1 2 12 18
Minyak herring 1 1 8 5
Minyak hati pollack 2 0 12 7
Minyak salmon 3 0 10 10
Minyak Sardin 3 1 13 10
Minyak shortnect 1 1 19 14
Minyak Skipjack 5 3 7 12
Minyak hati cumi 3 3 12 10

Ikan memerlukan asam lemak dari memerlukan sekitar 1% 18 : 3 n–3 dalam


kelompok n–3 dan n–6 dalam komposisii pakannya kombinasi 18 : 3n –3 dan 18 : 2
pakannya. Jenis asam lemak yang sangat n–6 dalam berbagai proporsi tidak
diperlukan bagi ikan budi daya adalah meningkatkan laju pertumbuhan atau
asam linolenat (18 : 3 n–3), asam linoleat konversi pakan ikan laut. Pada ikan karper
(18 : 2 n–6), asam eocosapentaenoat (Cyprinus carpio), salah satu jenis ikan
(EPA, 20 : 5 n–3) dan asam docosahe- budi daya air tawar yang paling lama
xaenoat (DHA, 22 : 6 n–3). Kekurangan dibudidayakan di dunia memerlukan jenis
asam lemak essensial pada komposisi asam lemak dari kelompok kedua-duanya
pakan ikan dapat menyebabkan penurun- yaitu: 18 : 2 n–6 dan 18 : 3 n–3. Selain itu,
an pertumbuhan dan kondisi kekurangan komposisi asam lemak dapat memberikan
asam lemak essensial dalam waktu yang pertambahan berat badan yang terbaik
berkepanjangan akan menyebabkan dan konversi pakan yang baik dengan
kematian ikan budi daya. Asam lemak komposisi asam lemak campuran dari1%
essensial (EFA) kebutuhan sangat ber- 18 : 2 n-6 dan 1% 18 : 3 n–3 pada ikan belut
beda antara satu jenis ikan dengan jenis (Anguilla japonica). Pada ikan budi daya
ikan yang lainnya seperti telah dijelaskan air panas yang lain, membutuhkan antara
pada Tabel di atas. Pada jenis ikan rain- 18 : 2 n–6 dan 18 : 3 n–3, tetapi pada level
bow trout (Oncorhynchus mykiss) 0,5%. Pada ikan Herbivora di daerah tropis

263
seperti Nila tilapia (Tilapia nilotica) mem- Lemak pakan yang kekurangan asam
butuhkan asam lemak n–6 ataupun lebih lemak essensial akan memberikan dampak
dari n–3. kebutuhan asam lemak dalam negatif bagi ikan budi daya. Hal ini di-
komposisi pakan berkisar antara 18 : 2 karenakan lemak pakan yang tidak
n–6 atau 20 : 4 n–6 sebanyak 0,5%. Asam mengandung EFA akan hepatopankreas
lemak n–3 (n–3 HUFA) adalah asam ikan carp. Akumulasi lemak pada hati
lemak esensial dari beberapa ikan air laut hewan yang kekurangan EFA dapat
seperti red sea bream (Chrysophyrs majo), mengganggu biosintesis lipoprotein.
dan ikan buntut kuning (Seriola quinque- Selain itu berdasarkan hasil penelitian dari
rodiata). Kebutuhan asam lemak polyun- Watanabe (1988) kekurangan EFA akan
saturated rantai yang panjang harus sangat berpengaruh terhadap spawning/
diberikan untuk menambah atom karbon pemijahan rainbowtrout dan seabream
atau melepas hidrogen dari pakan, merah, hal ini dikarenakan EFA berperan
sebagian besar ikan air laut air di perairan penting pada fisiologi reproduksi sebagai
dingin membutuhkan asam lemak n–3 tokoferol pada ikan. Selain itu, pada
(Millamena, 2002). rainbowtrout dewasa yang memakan
Penelitian tentang asam lemak lemak kekurangan EFA pada usia tiga
esensial dibutuhkan untuk ikan air panas bulan sebelum telur matang, maka telur
dan spesies ikan di phina menunjukkan yang dihasilkan memiliki daya tetas yang
bahwa beberapa spesies membutuhkan rendah. Dengan memberikan EFA
asam lemak antara n–3 dan n–6, sebanyak 1% yaitu asam lemak linoleat
sementara lainnya hanya n–3. Pada ikan ternyata kondisi penetasan telur dapat
bandeng yang dibudidayakan pada air laut ditingkatkan. Dampak negatif lainnya jika
dibutuhkan n–3 HUFA dan pertumbuhan kekurangan EFA pada telur ikan yang telah
yang terbaik didapatkan dengan meng- dibuahi maka akan terjadi perubahan
gunakan linolenic (18 : 3n–3) atau n–3 bentuk/deformasi tubuh dan larva menjadi
HUFA sebagai sumber lipid. Ikan laut abnormal. Dengan adanya perubahan
kakap pada stadia juvenil membutuhkan bentuk tubuh, kecacatan larva maka
antara n–3 dan n–6 PUFA dengan kadar pertumbuhan ikan tersebut akan ter-
0,5% dalam komposisi pakannya atau lambat.
pada perbandingan n–3/n–6 dengan rasio
Biosintesis Asam Lemak
1,0. Ikan Grouper membutuhkan n–3
HUFA sekitar 1%. Pada juvenil udang Lemak yang dikonsumsi oleh ikan
windu (Penaeus monodon), sekitar 2,6% akan dicerna di dalam lambung akan
dari komposisi pakan PUFA-nya dapat dihidrolisis menjadi monogliserida dan
meningkatkan pertumbuhan, sedangkan asam lemak bebas dengan bantuan enzim
komposisi 18 : 2n–6 lebih besar daripada lipase dan ditambah dengan proses
5% memiliki efek negatif pada pertumbuh- saponifikasi dan emulsi oleh asam
an. Kemudian, spesies yang berbeda empedu dan lecithin dalam empedu. Akhir
membutuhkan EFA yang berbeda dan hidrolisis menjadi gliserol dan asam lemak.
perbedaan lebih jelas pada ikan air panas Berdasarkan studi secara in vitro pada ikan
dari pada ikan air dingin. layang, ikan cod dan rainbow trout enzim
lipase akan menghidrolisis triaslglyserol
menjadi 2-monoasilglyserol dan asam

264
lemak bebas. Hidrolisis 2-monoasilglyserol hadirannya dalam makanan sangat
selanjutnya akan membentuk glyserol dan diperlukan untuk ketidakcukupan dalam
asam lemak bebas. Setelah dicerna bahan makanan dapat mengakibatkan
selanjutnya akan dilakukan penyerapan, pengembangan kondisi specifik patho-
seperti diketahui bahwa asam lemak logic. Istilah vitamin dengan kata lain
merupakan produk yang tidak larut dalam adalah dietary essensial yaitu harus
air maka asam lemak yang lebih rendah diberikan dari luar tubuh karena tubuh
dan kolin akan diserap langsung di dalam tidak dapat mensintesis sendiri. Jumlah
mukosa usus halus. Monogliserida dan vitamin yang dibutuhkan oleh ikan sangat
asam lemak yang tidak larut diemulsi dan sedikit dibandingkan dengan zat nutrisi
dilarutkan membentuk kompleks koloid lainnya tetapi kekurangan vitamin dalam
yaitu misel yang masuk ke dalam sel epitel. komposisi pakan dapat menyebabkan
Monogliserida disintesis disel berepitel gejala tidak normal pada ikan sehingga
membentuk triglyserida. Triglyserida dan akan mengganggu proses pertumbuhan-
sedikit fosfolipid dan kolesterol bebas akan nya. Kebutuhan ikan akan vitamin sangat
berkombinasi membentuk Chylomicron, ditentukan oleh faktor dalam maupun
yaitu kompleks koloid yang besarnya faktor luar antara lain jenis dan ukuran
0,5–1,5 µm, Chylomicron ini diserap ke ikan, laju pertumbuhan, komposisi pakan,
dalam sistem lipatik dan selanjutnya lewat kondisi fisiologis ikan, serta lingkungan
melalui kantong torakic menjadi sistem perairan di mana ikan itu hidup.
yang sistemik dan dengan cepat diangkut
oleh hati dan jaringan untuk katabolisme Klasifikasi Vitamin
dan cadangan energi. Rantai panjang Vitamin dapat dikelompokkan menjadi
asam lemak, gabungan triglyserida dua golongan menurut Tacon (1991) yaitu
dilakukan penyimpanan pada suhu yang pertama vitamin yang larut dalam lemak
lama dalam bentuk energi dalam lemak terdiri dari vitamin A (retinol), vitamin D
atau jaringan adipose hewan. Ketika (kolekalsiferol/ergokalsiferol), vitamin E
energi diperlukan dalam jumlah besar, (alfa tokoferol), dan vitamin K (menadion).
asam lemak dipecahkan untuk menghasil- Kedua adalah vitamin yang larut dalam air
kan energi. terdiri dari vitamin B1 (Tiamin), vitamin B2
(Riboflavin), vitamin B3 (Niasin), vitamin
5.5 Vitamin B5 (asam pantotenat), vitamin B6
(piridoksin), vitamin B12 (kobalamin),
Vitamin berasal dari kata vitamine biotin, asam folat, inocitol, kolin, dan
yang berarti zat hidup (vital) yang vitamin C (asam askorbat).
mengandung N (amine) atau disebut juga
Vitamin yang larut dalam lemak
biokatalis. Vitamin merupakan senyawa
organik dengan berat molekul rendah banyak terdapat dalam daging ikan,
minyak ikan dan biji-bijian sebagai sumber
(berat molekulnya biasanya kurang dari
minyak seperti kacang tanah,kacang
1.000) dengan komposisi dan fungsi yang
beragam yang sangat penting bagi kedelai, dan sebagainya. Sekali diserap
dalam tubuh, vitamin-vitamin tersebut
kehidupan tetapi tidak dapat disintesis oleh
tubuh. Vitamin termasuk ke dalam disimpan dalam hati atau jaringan-
jaringan lemak seperti halnya lemak,
komponen pelengkap yang mana ke-
vitamin memerlukan protein pengangkut

265
untuk memindahkannya dari satu tempat Vitamin A mempunyai fungsi men-
ke tampat yang lain. Karena sifatnya yang jadikan penglihatan normal. Dalam retina
tidak larut dalam air maka vitamin dalam pada mata vitamin A dikombinasikan
kelompok ini tidak dapat dikeluarkan atau dengan protein khas membentuk pigmen
diekskresikan, akibatnya vitamin ini dapat penglihatan. Pigmen penglihatan ini
ditimbun dalam tubuh bila dikonsumsi berfungsi sebagai penerima dan transmisii
berlebihan/dalam jumlah banyak. Vitamin cahaya dari mata ke otak. Vitamin A
yang larut dalam lemak ini dapat diserap dibutuhkan untuk memelihara jaringan
dengan efisien kalau terdapat penyerapan epitel lendir/cairan spesial dalam saluran
lemak yang normal. Begitu diserap, reproduksi, kulit, tulang, saluran
molekul vitamin tersebut diangkut di dalam gastrointestin. Secara normal mata akan
darah dalam bentuk lipoprotein atau terikat mengeluarkan cairan lemak kental yang
dengan protein pengikat yang spesifik. disebut mukus (lendir). Cairan tersebut
Vitamin-vitamin yang larut dalam air diproduksi oleh sel epitel mukosa, ber-
bergerak bebas dalam badan, darah, dan fungsi untuk mencegah terjadinya infeksi
limpa. Karena sifatnya yang larut dalam pada mata. Mekanisme penglihatan terjadi
air, vitamin ini mudah rusak dalam karena fungsi vitamin A dan protein yang
pengolahan dan mudah hilang karena terjadi di dalam sel batang retina mata. Sel
tercuci atau terlarut oleh air, keluar dari tersebut akan berfungsi dengan adanya
bahan. Selain itu sifat vitamin ini tidak stabil rangsangan sinar yang berintensitas
selama penyimpanan. Oleh karena itu, rendah dan bukan oleh adanya rangsang-
harus tersedia dalam pakan secara terus- an warna. Komponen aktif yang berperan
menerus. Berbeda halnya dengan vitamin dalam proses penglihatan adalah senyawa
B12 yang dapat disimpan dalam hati retinol teroksidasi yaitu retinal atau
selama beberapa tahun. Semua vitamin vitamin A aldehid yang akan mengikat
yang larut dalam air, kecuali vitamin C protein yang dikenal dengan nama opsin.
berfungsi sebagi koenzim atau kofaktor Kompleks retinal opsin tersebut disebut
dalam reaksi enzimatik. Rodopsin, yang akan menyusun membran
sel batang. Pada saat rodopsin memper-
Vitamin A oleh rangsangan sinar, retinal akan beraksi
Vitamin A atau retinol merupakan melalui berbagai reaksi enzimatis dan
senyawa poliisoprenoid yang mengandung memberikan rangsangan ke saraf optik
cincin sikloheksanil. Di dalam tubuh, fungsi dan seterusnya akan diteruskan ke otak.
utama vitamin A dilaksanakan oleh retinol Dalam bahan makanan vitamin A
dan kedua derivatnya yaitu retinal dan terdapat dalam bentuk karoen sebagai
asam tetinoat. Senyawa tersebut terutama ester dari vitamin A dan sebagai vitamin A
disimpan dalam bentuk ester retinol bebas. Keaktifan biologis karoten jauh
didalam hati (Steffens, 1989). Menurut lebih rendah dibandingkan dengan vitamin
Winarno (1997), vitamin A merupakan a, karena karoten merupakan sumber
jenis vitamin yang aktif dan terdapat dalam utama vitamin A. Sayuran dan buah-
beberapa bentuk yaitu vitamin A alkohol buahan yang berwarna hijau atau kuning
(retinol), vitamin A aldehida (retinal), vita- biasanya banyak mengandung karoten.
min A asam (asam retinoat), dan vitamin Ada hubungan langsung antara derajat
A ester (ester retinil).

266
kehijauan sayuran dengan karoten. hijau dan secara praktisnya terdapat
Semakin hijau daun tersebut semakin dalam wortel, ubi jalar, dan waluh.
tinggi kadar karotennya, sedangkan Jumlah vitamin A/retinol dalam
sayuran yang daun-daunannya berwarna sumber bahan dinyatakan dalam
pucat seperti selada dan kol sangat miskin Internasional Unit (IU) atau Satuan
dengan karoten. Sumber bahan yang kaya Internasional (SI). 1 IU vitamin A setara
akan retinol terdapat pada minyak hati ikan 0,344 ug retinol atau 0,6 ug beta karoten,
(minyak hati ikan halibut 9000 ug/g, jadi:
minyak hati ikan cod 180 ug/g) dan tepung
hati hewan 25–100 ug/g. Bahan pakan 1RE = 1 ug retinol (3,33 IU) = 6 ug
yang berasal dari tumbuhan yang kaya β-karoten (10 IU) = 12 ug karatenoid (10
akan vitamin A (retinol setara 1 ug/g berat IU).
basah) termasuk wortel tua = 20, bayam Sumber vitamin A dibagi dalam tiga
= 10, watercess = 5. Provitamin A yaitu kelompok yaitu kandungan tinggi, sedang,
β-karoten banyak terdapat dalam sayuran dan rendah. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada Tabel 5.13.

Tabel 5.13 Penggolongan Beberapa Sumber Vitamin A (Flint (1981) dalam Winarno
(1997)

Tinggi Sedang Rendah


(RE > 20.000 ug/100 g) (RE 1.000> 20.000 ug/100 g) (RE 1.000 ug/100 g)

Minyak ikan Hati kambing/domba Roti


Minyak kelapa sawit Hati ayam Daging (sapi)
Ubi jalar Kentang
Wortel Ikan
Bayam

Vitamin A sangat dibutuhkan oleh ikan memproduksi mukus, tetapi akan mengeluar-
dan jumlah kebutuhan vitamin A pada kan protein yang tidak larut dalam air yang
beberapa spesies ikan berbeda. Kebutuh- disebut keratin. Apabila keadaan tersebut
an vitamin A pada beberapa jenis ikan budi terjadi secara terus menerus, maka sel-
daya dapat dilihat pada Tabel 5.14. sel membran akan menjadi kering dan
Vitamin dalam tubuh ikan berperan mengeras, yang disebut dengan keratinisasi.
dalam penglihatan, mata, permukaan Xeropthalmia adalah keadaan kekurangan
epitel, serta membantu proses pertumbuh- vitamin A, mula-mula konyugasi mata
an. Peranan retinol untuk penglihatan mengalami keratinasi, kemudian kornea
normal sangat penting karena penglihatan mata juga terpengaruh dan bila dibiarkan
mata sangat tergantung oleh adanya berlanjut akan menjadi buta. Beberapa
rodopsin, suatu pigmen yang mengandung gejala kekurangan vitamin A pada ikan
retinol. Pada kondisi kekurangan vitamin dapat dilihat pada Tabel 5.15.
A, sel epitel mukosa mata tidak mampu

267
Tabel 5.14 Kebutuhan Vitamin A Beberapa Spesies Ikan Budi Daya (Tacon, 1987
dan 1991)

Jenis Ikan Status Pemeliharaan/ Kebutuhan Referensi


Wadah/Vitamin

Ikan Mas Dalam ruangan/ 4.000–20.000IU/kg Aoe dkk, 1968


(Cyprinus carpio) tangki/bahan murni

Channel catfish Dalam ruangan/ 1.000–2.000 IU/kg Dupre, 1970


(Ictalurus punctatus) tangki/bahan murni

Channel catfish Dalam ruangan/ 2.000–2.500 IU/kg Halver,1972


(Ictalurus punctatus) tangki/bahan murni

Rainbow trout – 2.500–5.000 IU/kg Halver, 1972

Rainbow trout – 2.000–2.500 IU/kg Kitamura,1967

Salmon Dalam ruangan/ R Halver, 1972


tangki/bahan murni

Ikan Guppy – 2.000–4.000 IU/kg Shim & Tan, 1989

Tabel 5.15 Kekurangan Vitamin A pada Beberapa Jenis Ikan (Tacon 1987 dan 1991)

Jenis Ikan Contoh

Salmon Pertumbuhan lambat, xeropthalmia, epitel


kornea menjadi keruh dan mengental,
degenerasi retina.

Ikan mas Anoexia, warna tubuh menjadi kusam,


(Cyprinus carpio) pendarahan pada sirip dan kulit, xeropthalmia,
abnormal/melengkung pada bagian operculum.

Channel catfish Depigmentasi, mata menonjol dan buram


(Ictalurus punctatus) (xeropthalmia), oedema, atropia, pendarahan
pada ginjal, mortalitas meningkat.

Guppy Pertumbuhan menurun, efisiensi pakan buruk.


(Poecilia reticulata)

Vitamin A dalam pemberiannya pada berikan dampak keracunan. Dampak


ikan sebaiknya tidak berlebihan, karena keracunan vitamin A ini dapat dilihat dari
berdasarkan hasil penelitian dalam Tacon gejala-gejalanya antara lain pertumbuhan
(1991), pemberian vitamin A dengan dosis menurun dan terjadi pendarahan, pecah/
2,2–2,7 juta IU/kg pada ikan salmon mem- erosi yang hebat pada sirip ekor, dubur,

268
dada, perut, dan punggung. Oleh karena usus, tulang dan ginjal. Di dalam usus
itu, pemberian vitamin A ini harus sesuai vitamin D berperan dalam absorbsi Ca,
dengan kebutuhan ikan, karena vitamin A karena pada keadaan defisiensi/kekurang-
ini merupakan vitamin yang larut dalam an vitamin D maka penyerapan Ca
lemak jika kelebihan dalam tubuh ikan menurun. Di dalam usus terdapat Ca
tidak dapat dieksresikan keluar tubuh binding protein yang memerlukan vitamin
tetapi disimpan dalam bentuk berikatan D. Di dalam tulang vitamin D berperan
dengan lemak. dalam proses reaksi collagen dan me-
ningkatkan resorbsi tulang. Sedangkan
Vitamin D dalam ginjal, vitamin D berfungsi dalam
Menurut Murray (1999), vitamin D mengurangi clearance Ca dan P. Vitamin
merupakan prohormon steroid. Vitamin ini D dapat disintesis dalam tubuh manusia
diwaklili oleh senyawa steroid yang dan hewan dalam bentuk vitamin D2. Laju
terutama terdapat pada hewan, tanaman sintesis vitamin D tergantung pada jumlah
dan ragi. Melalui berbagai perubahan sinar matahari yang diterima serta
metabolik dalam tubuh, vitamin D meng- konsentrasi pigmen di kulit. Vitamin
hasilkan suatu hormon yang dikenal tersebut kemudian diaktifkan oleh sinar
dengan nama kalsitriol, kalsitriol ini matahari dan diangkut ke berbagai alat
mempunyai peranan sentral dalam tubuh untuk dimanfaatkan atau disimpan
metabolisme kalsium dan fosfor. Dari di dalam hati.
beberapa jenis vitamin D dua di antaranya Menurut Tacon (1987), sumber bahan
dianggap yang paling penting yaitu yang kaya akan kolekalsiferol termasuk
vitamin D2 (ergo kalsiferol) dan vitamin D3 hati ikan (minyak hati ikan cod 2–10 ug/
(7-dehidrokolesterol kolikolaferol). Struktur g), minyak dan tepung hati hewan serta
kedua vitamin tersebut sangat mirip. tepung ikan. Sumber pakan yang
Vitamin ini merupakan vitamin yang larut mengandung cholecalciferol/vitamin D
dalam lemak dan sangat sensitif terhadap sering dinyatakan dalam Internasional Unit
adanya oksigen dan sinar matahari. Kedua (IU). 1 IU berpotensi 0,025 ug cholecalcif-
vitamin tersebut merupakan kristal putih erol dan setara 1 unit BSI (British Standart
yang dibentuk dari proses irradiasi Unit) atau 1,3 unit AOAC (Association of
senyawa sterol yang kemudian diikuti Analytical Chemist USA). Pengukuran
dengan proses pemurnian. Vitamin D keaktifan atau kekurangan vitamin D dapat
disebut juga vitamin antirachitis dilakukan dengan cara line test yaitu
(Andarwulan dan Koswara, 1989). Sumber membandingkan 2 kelompok hewan
utama vitamin D di alam adalah memberi diet rachitogeni dan kelompok
kolekalsiferol (vitamin D3). Seperti vitamin lain diberi minyak ikan. Setelah 7–10 hari
A, kolekalsiferol hanya terdapat pada tulang-tulang panjang dianalisis terhadap
jaringan hewan. Pada kebanyakan hewan adanya calcium line, makin tebal calcium
darat kolekalsiferol diproduksi dalam kulit linenya maka makin tinggi kekuatan
melalui sinar UV dengan provitamin 7 vitamin D tersebut. Kebutuhan vitamin D
dehidrokolestrol. pada ikan budi daya juga bervariasi
Vitamin D di dalam tubuh aktivitasnya menurut jenis ikannya Tabel 5.16.
dapat dibagi ke dalam tiga tempat yaitu

269
Tabel 5.16 Kebutuhan Vitamin D pada Beberapa Jenis Ikan Budi Daya (Tacon, 1987
dan 1991)

Jenis Ikan Status Pemeliharaan/ Kebutuhan Referensi


Wadah/Vitamin

Ikan Mas Dalam ruangan/ NR NRC, 1983


(Cyprinus carpio) tangki/bahan murni

Channel catfish Dalam ruangan / 1.000 IU/kg Murray, 1980


(Ictalurus punctatus) tangki / bahan murni

Channel catfish Dalam ruangan / 500 IU/kg Lowel&Li, 1978


(Ictalurus punctatus) tangki / bahan murni

Rainbow trout – 1.600 – 2.400IU/kg Barnet, 1979


(S. gairdneri)

Penaeid Dalam ruangan / R Kanazawa, 1983


(Penaeus japonicus) tangki / bahan murni

Kekurangan vitamin D pada ikan budi Vitamin D dalam tubuh jika berlebihan
daya dapat menyebabkan beberapa dapat menyebabkan keracunan, gejala
gejala, misalnya pada ikan salmon meng- keracunan pada ikan salmon dapat
akibatkan terjadinya penurunan per- diperlihatkan dengan terjadinya penurunan
tumbuhan dan efisiensi pakan, anorexia, pertumbuhan, kelesuan, warna tubuh
tetani, isi hati/lemak otot meningkat tinggi, semakin gelap. Pada ikan channel catfish
dan tingkat plasma T3 meningkat. Pada gejala keracunan mengakibatkan penurun-
ikan channel catfish mengakibatkan an pertumbuhan dan efisiensi pakan buruk
terjadinya penurunan petumbuhan sedang- (Tacon, 1991).
kan pada udang sintasan/kelangsungan
hidup menurun. Kekurangan vitamin D Vitamin E
dapat mengakibatkan: Vitamin E (tokoferol) berperan
• Riketsia, ditandai oleh bengkok tulang sebagai antioksidan dari larutan lemak
belakang kaki sehingga berbentuk O ekstraseluler dan intraseluler dalam tubuh
pada anak-anak. hewan. Dengan menerima oksigen,
vitamin E dapat membantu mencegah
• Tetani, suatu gejala ditandai bengkok-
okidasi terhadap vitamin A dalam saluran
nya pergelangan tangan dan sendi
pencernaan. Dalam jaringan vitamin E
akibat rendahnya kalsium dalam
menekan terjadinya oksidasi asam lemk
serum karena menurun. Kekurangan
tak jenuh. Vitamin E juga terlibat dalam
vitamin D kekurangan vitamin D atau
proses sintesis, khususnya dalam proses
rusaknya kelenjar paratiroid.
pemasangan pirimidin ke dalam asam
• Osteomalacia, penderitaan diakibat- nukleat, serta dalam proses pembentukan
kan kekurangan vitamin D dan sel darah merah dalam sumsum tulang.
kalsium pada orang dewasa. Vitamin E dibutuhkan dalam sintesis

270
koenzim A yang penting dalam per- dengan 1,49 SI/g. Biasanya keaktifan
nafasan. Selain itu, dapat melindungi tokoferol yang bukan alfa tokoferol
HUFA (Highly Unsaturated Fatty acid) diabaikan karena potensi keaktifannya
dalam sel dan submembran sel dan rendah. Pencernaan vitamin E biasanya
senyawa reaktif lainnya (seperti vitamin A bersamaan dengan pencernaan lemak
dan vitamin C) dari pengaruh oksidasi yang dimulai dari bagian lambung dan
dengan bertindak sebagai perangkap secara intensif ada di usus. Lemak dan
radikal bebas. Vitamin E juga berperan vitamin E dihidrolisis dengan katalisator
penting dalam respirasi sel dan lemak menjadi monogliserida dan asam
biosintesisa DNA dan sebagai koenzim Q. lemak. Dengan adanya garam empedu
Vitamin E dan vitamin C dapat berfungsi yang berfungsi sebagai pengelmusi lemak
sebagai antioksidan, melindungi asam maka terbentuklah ”miseles” yang siap
lemak secara in vitro dan in vivo (Machlin, diserap dalam dinding usus. Penyerapan
1990). Sumber bahan pakan yang banyak vitamin E di dalam usus dalam bentuk
mengandung tocopherol antara lain: α-tokoferol yang merupakan bentuk aktif
tepung alfalfa, tepung kulit ari gandum vitamin E. Vitamin E akan dibebaskan dan
(100 mg/kg), seluruh telur ayam, kulit ari diserap selama proses pencernaan lemak
beras (75–100 mg/kg), kulit padi, gandum dan diangkut dalam darah oleh lipoprotein
biasa (10–75 mg/kg), bahan pembuat bir pertama lewat penyatuan ke dalam
kering, bijian barley, semua tepung lemak kilomikron yang mendistribusikan vitamin
kedelai, biji jagung, sisa penggilingan kejaringan yang megandung lipoprotein
gandum ( 25–50 mg/kg), tepung getah biji/ lipase kemudian ke hati. Kebutuhan
buah pohon ek, dedak gandum, bijian vitamin E dalam komposisi pakan ikan
gandum hitam, sorgum, tepung ikan, oat, mutlak diberikan karena vitamin E sangat
tepung biji bunga matahari, tepung biji membantu dalam proses reproduksi ikan
kapas (10–25 mg/kg), dan sumber lainnya. dan sebagai antibodi. Kebutuhan vitamin
Cara pengukuran vitamin E dinyatakan E untuk setiap jenis ikan budi daya sangat
dalam Satuan Internasional (SI) atau bervariasi, berdasarkan hasil penelitian
dalam miligram alfa tokoferol. 1 SI vita- oleh beberapa peneliti sangat beragam.
min E sama dengan 1 mg DL-alfa-tokoferol Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
asetat sintetik, D-alfa-tokoferol alami sama Tabel 5.17.

271
Tabel 5.17 Kebutuhan Vitamin E pada Beberapa Jenis Ikan (Tacon, 1987, dan 1991)

Jenis Ikan Status Pemeliharaan/ Kebutuhan Referensi


Wadah/Vitamin (mg/kg pakan)

Ikan mas Dalam ruangan/ 100 Watanabe, 1970


(Cyprinus carpio) tangki / bahan murni
Ikan Mas Dalam ruangan/ 300 Watanabe, 1970
(Cyprinus carpio) tangki / bahan murni
Channel catfish Dalam ruangan/ 30–75 Murray, 1980
(Ictalurus punctatus) tangki / bahan murni
Tilapia Dalam ruangan/ 50–100 Satoh etal, 1987
(Oreochromis niloticus) tangki / bahan murni
Rainbow trout Dalam ruangan/ 20–30 Cowey et al, 1981
(S. gairdneri) tangki / bahan murni
Rainbow trout Dalam ruangan/ 50–100 Watanabeet al, 1981
(S. gairdneri) tangki / bahan murni
Penaeid Dalam ruangan/ 200 Kanazawa, 1983
(Penaeus japonicus) tangki / bahan murni
Coho salmon Dalam ruangan/ R Halver, 1972
(O. kisuth) tangki / bahan murni
Chinook salmon Dalam ruangan/ 40–50 Halver, 1972
(O. tshawytscha) tangki / bahan murni
Brook trout Dalam ruangan/ R Halver, 1972
(S. fontinalis) tangki / bahan murni

R : memperlihatkan kebutuhan akan vitamin, tetapi keperluan secara kuantitas belum


diketahui

Selain itu kebutuhan akan vitamin E berat badan dengan kisaran kebutuhan
telah dilakukan penelitian oleh beberapa vitamin untuk setiap jenis ikan. Untuk lebih
peneliti dengan mengamati pertambahan jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5.18.

272
Tabel 5.18 Kriteria Respon Ikan terhadap Pemberian Vitamin E Sesuai dengan
Kebutuhan Ikan Budi Daya (NRC, 1993)

Jenis Ikan Kebutuhan Kriteria Respon Referensi


(Berat/kg Pakan)

Atlantik salmon 35 mg WG, ADS Lall et al,1988


Pasifik salmon 30 IU WG, ADS Woodall et al,1964
Pasifik salmon 40–50 mg WG, MLS Halver, 1972
Rainbow trout 30 IU WG, ADS Woodall et al, 1964
Rainbow trout 25 mg WG, ADS Hung et al, 1980
Rainbow trout 100 mg MLS Watanabe et al, 1981
Rainbow trout 50 mg AASLP Cowey et al, 1983
Channel catfish 25 mg WG, ADS Murray & Andrew, 1974
Channel catfish 50 mg AASLP Wilson et al, 1984
Ikan mas 100 WG, ADS Watanabe et al, 1970
Ekor kuning 119 MLS Shimeno, 1991
Tilapia biru 25 mg WG Roem et al, 1990
Ikan nila 50–100 mg WG, ADS Sotoh et al, 1976

273
Takeuchi (1992), menjelaskan bahwa 211,60–308,16 mg/kg pakan pada kadar
ikan grass carp (Ctenopharyngodon idella) lemak 6,38–6,50%.
yang diberikan α-tokoferol 2,0; 4,5; 9,4; Berdasarkan hasil penelitian beberapa
18,7; 27,5; 44,5 mg/100 g pakan, mem- peneliti yang konsern tentang pemberian
berikan hasil pertumbuhan yang terbaik vitamin E pada ikan budi daya tersebut
pada pemberian vitamin E sebanyak 4,5 memperlihatkan bahwa vitamin E ini
dan 9,4 mg/100 g pakan. Ikan mengalami benar-benar sangat dibutuhkan oleh ikan
distropi yang ditandai hilangnya daging budi daya untuk meningkatkan laju
ikan bagian punggung tubuh jika diberikan pertumbuhan dan seperti juga pada
α-tokoferol sebanyak 2,0 mg/100 g pakan. manusia vitamin E dapat meningkatkan
Sedangkan Hamre et al (1994), meneliti kesuburan dan ternyata pada ikan budi
ikan salmon atlantik dengan pemberian DL daya juga memberikan dampak yang
α-tokoferol asetat sebanyak 0 dan 15 mg/ positif terhadap proses percepatan organ
kg pakan, ikan mengalami defisiensi. Ikan reproduksi yang dapat meningkatkan
yang mengalami defisiensi vitamin E akan masa reproduksi ikan budi daya. Oleh
memperlihatkan haemoglobin seluler karena itu, pemberian vitamin E pada ikan
rendah, volume dan jumlah sel darah harus sesuai dengan kebutuhan ikan, tidak
merah meningkat dan bagian sel darah boleh berlebihan dan kekurangan. Dari
merah tidak matang. Kadar vitamin E 60 hasil pengamatan para peneliti diperoleh
mg/kg pakan dapat memberikan ke- suatu gejala umum jika ikan yang
langsungan hidup yang tinggi. Pada hasil dibudidayakan kekurangan vitamin E
penelitian Syahrizal (1988) pada ikan lele dalam pakan. Untuk lebih jelasnya dapat
pemberian α-tokoferol dalam pakan akan dilihat pada Tabel 5.19.
memberikan hasil yang terbaik pada kadar

Tabel 5.19 Gejala Kekurangan Vitamin E pada Beberapa Ikan Budi Daya (Tacon, 1991)

Jenis Ikan Gejala

Ikan mas (Cyprinus carpio) Penyakit otot, mortalitas meningkat, exopthalmia.


Salmon Pertumbuhan menurun, exopthalmia, ascites, anemia,
insang menggumpal, epicarditis, endapan ceroid dalam
limpa, mortalitas meningkat, warna insang memucat,
kerusakan otot, daya tetas telur menurun.

Channel catfish (Ictalurus punctatus) Pertumbuhan dan efisiensi pakan menurun, meneteskan
diathesis, penyakit otot, depigmentasi, hati berlemak,
anemia, terhentinya perkembangan jaringan pankreas,
mortalitas meningkat, pengendapan ceroid dalam hati, dan
pembuluh darah.

Penaeids (Penaeus japonicus) Survival dan pertumbuhan menurun.

Tilapia (Oreochromis niloticus) Anorexia, pertumbuhan menurun, effisiensi pakan rendah,


mortalitas meningkat, pendarahan pada kulit dan sirip,
degradasi urat/otot, kerusakan pada sel produksi darah
merah.

274
Vitamin K kekurangan vitamin K pada ikan budi daya
Menurut Tacon (1987), di alam juga memberikan dampak yang negatif
vitamin K terdapat dalam dua bentuk yaitu pada ikan salmon dimana ikan salamon
vitamin K1 yang disebut mefiton dan yang kekurangan vitamin K akan mem-
vitamin K2 yang disebut mevaquinon atau berikan gejala peningkatan penggumpalan
farnaquinon. Vitamin K1 banyak terdapat darah, anemia, pendarahan pada insang,
pada sayuran sedangkan vitamin K2 mata dan jaringan pembuluh darah,
banyak terdapat pada hasil metabolisme Sedangkan pada channel catfish meng-
bakteri usus dan terdapat pada jaringan. akibatkan pendarahan pada kulit dan pada
Vitamin K merupakan senyawa sintetis udang mengakibatkan terjadinya penurun-
yang banyak digunakan secara klinis dan an kelangsungan hidup (Tacon, 1991).
disebut sebagai Menadion (Vitamin K3).
Vitamin yang Larut dalam Air Vitamin
Vitamin K digunakan untuk pe- B1 (Tiamin)
meliharaan koagulasi darah normal dalam
Tiamin berperan sebagai kofaktor
kemudahan produksi dan atau pelepas
enzim untuk metabolisme karbohidrat
berbagai protein plasma yang diperguna-
dalam menghasilkan energi dan proses
kan untuk koagulasi darah (pembekuan
dekarboksilasi (pelepasan karbon dioksida)
darah).
dalam reaksi enzim multiplek. Penyerapan
Sumber bahan baku pakan yang tiamin oleh usus berlangsung melalui dua
banyak mengandung vitamin K antara lain mekanisme yaitu pertama difusi secara
adalah tepung alfalfa (9 mg/kg), tepung pasif yang terjadi pada saat konsentrasi-
ikan (2 mg/kg), tepung hati dan sayuran nya tinggi dan kedua berlangsung melalui
hijau (bayam, kangkung, kubis, jelatang transport aktif yaitu pada saat konsentrasi-
dan pine neddles). Vitamin K1 banyak nya menurun. Di dalam tubuh tiamin tidak
terdapat pada daun lobak, teh hijau, dapat disimpan dalam jumlah banyak, oleh
brokoli, kol, selada, sedangkan vitamin K2 karena itu kelebihan tiamin di dalam tubuh
banyak terdapat pada hasil metabolisme akan dibuang melalui urin. Sedangkan
bakteri usus dan terdapat pada jaringan. dalam jumlah terbatas tiamin dapat
Kebutuhan vitamin K pada ikan budi disimpan di dalam hati, ginjal, jantung, otot
daya belum banyak dilakukan penelitian, dan otak.
menurut Tacon (1991) kebutuhan Kebutuhan tiamin untuk berbagai
vitamin K pada ikan channel catfish ber- jenis ikan berbeda-beda seperti yang
kisar antara 0,5–1 mg/kg pakan, dimana diperoleh dari hasil rangkuman oleh Tacon
pada dosis tersebut dapat memberikan (1991) melalui berbagai penelitian oleh
pertambahan berat badan. Selain itu, peneliti pada Tabel 5.20.

275
Tabel 5.20 Kebutuhan Tiamin dalam Pakan (Tacon, 1991)

Jenis Ikan Kandungan (mg/kg) Referensi

Common carp (Cyprinus carpio) 0,5 Aoe et al, 1969


Channel catfish (Ictalurus punctatus) 1 Mclaren et al, 1978
Rainbow trout (S. gairdneri) 1–10 Halver, 1972
Brown trout (Salmo trutta) 10–12 Halver, 1972
Brook trout (Salvelinus fontinalis) 10–12 Halver, 1972
Chinok salmon (O.tshawytscha) 10–15 Halver, 1972
Coho salmon (Oncorhynchus kisutch) 10–15 Halver, 1972
Atlantik salmon (Salmo salar) 10–15 Halver, 1972
Turbot (Scopthalmus maximus) 0,6–2,6 Cowey et al, 1975
Tilapia (Oreochromis sp) 2,5 Lim et al, 1991
Shrimp larva (Penaeus japonicus) 40 Kanazawa, 1985
Shrimp juvenile (Penaeus japonicus) 60–120 Deshimaru & Kuroki, 1979

Setiap jenis ikan membutuhkan vitamin dalam pakan tidak mencukupi


jumlah tiamin yang berbeda dalam maka akan menyebabkan gejala-gejala
komposisi pakan. Apabila kandungan penyakit seperti pada Tabel 5.21.

Tabel 5.21 Tanda-Tanda Kekurangan Tiamin pada Ikan Budi Daya (Tacon, 1991)

Jenis Ikan Tanda-Tanda Referensi

Salmonids Berkurangnya nafsu makan, pertumbuhan lambat, Mc Laren et al, 1974


kepekaan yang meningkat karena getaran pada Philips & Brockway, 1975,
wadah atau akibat kilatan cahaya. Halver 1957,
Kitamura et al, 1967

Common carp Pendarahan pada sirip, kegugupan memucatnya Aoe et al, 1969
(Cyprinus carpio) warna tubuh, nafsu makan berkurang, pertumbuhan
lambat.

Channel catfish Nafsu makan berkurang, pertumbuhan lambat, Dupree, 1966,


(Ictalurus punctatus) pewarnaan kulit menjadi gelap, kematian. Murai & Andrew, 1978

Red sea bream Nafsu makan berkurang, pertumbuhan lambat. Yone, 1975
(C. major)

Eel (Anguila japonica) Nafsu makan berkurang, ataxia, gejala perubahan Arai et al, 1972
memutarnya badan, pendarahan pada sirip. Hashimoto et al, 1972

Tilapia Nafsu makan berkurang, warna kulit menjadi muda, Lim et al, 1991
(Oreochromis sp) gangguan syaraf, efisiensi pakan dan pertumbuhan
rendah, hematocrit rendah.

Asian seabass Nafsu makan berkurang, pewarnaan kulit menjadi Booyaratpalin &
(Lates calcarifer) gelap, pertumbuhan lambat, kematian yang diakibat- Wanakowat, 1991
kan setelah penanganan.

Shrimp Pertumbuhan dan kelangsungan hidup rendah. Kanazawa, 1985


(Penaeus japonicus)

276
Sumber bahan pakan yang banyak biokimia. Ada dua koenzim dari riboflavin
mengandung tiamin antara lain adalah yaitu Flavin Mono Nucleotida (FMN) dan
daging berwarna merah, hati mamalia laut Flavin Adenin Dinucleotida (FAD)
dan beras merah, krustasea, moluska, (Prawirokusumo, 1991).
sayuran dan buah-buahan. Tiamin juga Penyerapan riboflavin akan meningkat
sudah diproduksi secara komersil dalam dengan adanya garam-garam empedu.
bentuk tiamin klorida dan tiamin difosfat Hasil metabolisme riboflavin ini akan
monoklorida. Keberadaan tiamin dalam dieksresikan ke dalam urin dan feses dan
tubuh ikan sangat dipengaruhi oleh suhu, sejumlah kecil melalui cairan empedu dan
pH dan bisulfat, basa organik, enzim keringat. Metabolisme riboflavin di-
tiaminase dan radiasi (Steffens, 1992) pengaruhi oleh hormon tiroid di mana
hormon tiroid ini akan meningkatkan
Vitamin B2 (Riboflavin)
aktivitas FAD dan FMN. Pada keadaan
Riboflavin berperan dalam proses hipotiroid akan terjadi peningkatan laju
oksidasi reduksi dalam jaringan dan perubahan riboflavin menjadi FMN dan
terdapat dalam bentuk koenzim/enzim FAD.
flavin yang disebut flavoprotein. Flavopro-
Kebutuhan ikan akan vitamin B2 ini
tein ini sebagai koenzim pada oksidasi
berbeda-beda seperti yang telah dirangkum
asam amino, reaksi dihydropolite dehydro-
oleh Tacon (1991) pada Tabel 5.22.
genase dan transport elektron.
Apabila kandungan riboflavin dalam pakan
Riboflavin di dalam usus diubah berkurang maka akan menyebabkan
kedalam bentuk koenzimnya dan setelah gejala-gejala penyakit seperti yang tertera
itu akan didistribusikan ke dalam sel-sel pada Tabel 5.23.
agar dapat berfungsi dalam proses

Tabel 5.22 Kebutuhan Vitamin B2 dalam Pakan Ikan

Jenis Ikan Kandungan (mg/kg) Referensi

Common carp (Cyprinus carpio) 7 Takeuchi et al, 1980


Channel catfish (Ictalurus punctatus) 9 Murai & Andrew, 1978
Rainbow trout (Salmo gairdneri) 2,7 Amezaga & Knox,1990
Brown trout (Salmo trutta) 20–30 Halver, 1972
Brook trout (Salvelinus fontinalis) 20–30 Halver, 1972
Chinok salmon (O. tshawytscha) 20–25 Halver, 1972
Coho salmon (Oncorhynchus kisutch) 20–25 Halver, 1972
Atlantik salmon (Salmo salar) 5–10 Halver, 1980
Tilapia (Oreochromis sp.) 0,6–2,6 Halver, 1972
Shrimp larva (Penaeus japonicus) 5 Lim et al, 1991
Shrimp juvenile (Penaeus japonicus) 80 Kanazawa, 1985 218

277
Tabel 5.23 Tanda-Tanda Kekurangan Riboflavin pada Ikan Budi Daya (Tacon, 1991)

Jenis Ikan Tanda-Tanda Referensi

Salmonids Berkurangnya nafsu makan, per- McLaren et al, 1974


tumbuhan lambat, ada paskularisasi Philips & Brockway, 1975,
pada kornea, lensa mata kabur, erosi Halver 1957,
pada moncong mulut, erosi sirip ekor Kitamura et al, 1967,
yang parah, bertambahnya laju ke- Poston et al,1977,
matian, pendarahan pada sirip ekor, Takeuchi et al, 1980,
otot yang lemah, bagian dinding perut Hughes et al, 1981,
mengalami pencekungan, takut pada Woodward,1982,
cahaya, tulang punggung tidak normal, Amegaza & Knox, 1990
pembentukan zat warna yang terang
atau gelap, tidak ada koordinasi, malas
bergerak, kurang darah.

Common carp Nafsu makan berkurang, pertumbuhan Aoe et al, 1969


(Cyprinus carpio) lambat, laju kematian sangat tinggi,
pendarahan pada kulit dan sirip, sangat
gugup, takut sinar.

Channel catfish Kekerdilan dengan badan yang pendek, Dupree, 1966,


(Ictalurus punctatus) hilangnya nafsu makan, pertumbuhan Murai & Andrew, 1978
lambat, katarak.

Red sea bream Pertumbuhan lambat. Yone, 1975


(C. major)

Eel Pendarahan pada sirip, takut sinar, Arai et al, 1972


(Anguila japonica) pertumbuhan lambat, nafsu makan
berkurang, malas bergerak.

Walking carfish Nafsu makan berkurang, pertumbuhan Butthep et al, 1985


(Clarias batracus) lambat, pendarahan pada kulit dan sirip,
bertambahnya laju kematian.

Asian seabass Pergerakan lambat, takut cahaya, Booyaratpalin & Wanakowat,


(Lates calcarifer) katarak, tubuh pendek, pertumbuhan 1991
dan efisiensi pakan serta kelangsungan
hidup menurun, pewarnaan tubuh
menjadi gelap.

Tilapia Nafsu makan menurun, pertumbuhan Lim et al, 1991


(Oreochromis sp.) menurun, kaget terhadap sinar, kemati-
an tinggi, katarak.

Shrimp Pertumbuhan dan kelangsungan hidup Kanazawa, 1985


(Penaeus japonicus) pada benih menurun.

278
Sumber bahan pakan yang banyak Piridoksin didalam usus diubah ke
mengandung riboflavin antara lain daging dalam bentuk piridoksal fosfat dan
dan produk susu, bayam, asparagus, dan piridoksamin fosfat. Metabolisme piridoksin
brokoli. Riboflavin tidak stabil jika terkena dimulai sejak vitamin ini masuk ke dalam
panas dan cahaya, di mana dengan ada- organ atau jaringan tubuh dan akan diubah
nya cahaya akan merusak aktivitas ribo- menjadi piridoksal fosfat dan piridoksamin
flavin secara perlahan-lahan. Dalam fosfat sampai dikeluarkan lagi ke dalam
bentuk larutan riboflavin sangat tidak stabil. berbagai bentuk untuk digunakan oleh
Dekomposisinya sangat dipengaruhi oleh jaringan lain atau dieksresikan. Transportasi
suhu dan pH larutan. vitamin ini di dalam tubuh diperantarai oleh
enzim piridoksal kinase yang banyak
Vitamin B6 (Piridoksin) terdapat pada semua jaringan terutama
Piridoksin berperan dalam meta- otak, hati, dan ginjal.
bolisme asam amino, maka bila kekurang- Kebutuhan ikan akan vitamin B6 ini
an vitamin ini akan metabolisme protein berbeda-beda seperti yang telah di-
ada enam reaksi yang memerlukan rangkum oleh Tacon (1991) pada Tabel
vitamin B6 yaitu reaksi transaminasi, 5.24. Apabila kandungan piridoksin dalam
reaksi decarboksilasi, reaksi dehydrasi, pakan berkurang maka akan menyebab-
reaksi desulphurasi, reaksi racemisasi, kan gejala-gejala penyakit seperti yang
reaksi cleavage, reaksi kondensasi, reaksi tertera pada Tabel 5.25.
aldolase, serta reaksi-reaksi lainnya.

Tabel 5. 24 Kebutuhan Vitamin B6 dalam Pakan Ikan

Jenis Ikan Kandungan (mg/kg) Referensi

Common carp (Cyprinus carpio) 5,4 Ogino, 1965


Channel catfish (Ictalurus punctatus) 3 Murai & Andrew, 1978
Rainbow trout (Salmo gairdneri) 10–15 Halver, 1972
Brown trout (Salmo trutta) 10–15 Halver, 1972
Brook trout (Salvelinus fontinalis) 10–15 Halver, 1972
Chinok salmon (O.tshawytscha) 10 Halver, 1972
Coho salmon (Oncorhynchus kisutch) 15–20 Hardy et al, 1979
Atlantik salmon (Salmo salar) 10–15 Halver, 1980
Red sea brem ( C. major) Glithead 5–6 Takeda & Yone, 1971
bream (Sparus auratus) Asean 1,25 Kissil et al, 1981
seabass (Lates calcarifer) Penaeids 5–10 Wanakowat et al, 1989
(Penaeus japonicus) juvenil Penaeids 60 Deshimaru & Kuroki, 1979
(Penaeus japonicus) larva Penaeids 120 Kanazawa, 1985
(Penaeus vannamei) 80–100 He & Lawrence, 1991

279
Tabel 5.25 Tanda-Tanda Kekurangan Riboflavin pada Ikan Budi Daya (Tacon, 1991)
Jenis Ikan Tanda-Tanda Referensi

Salmonids Mudah terganggu, peka terhadap McLaren et al, 1974


rangsangan, berkurangnya nafsu Philips & Brockway, 1975,
makan, awal rigor mortis yang cepat, Poston et al,1977,
ataxia, penimbunan cairan pada Takeuchi et al, 1980,
kantong perut, konstraksi overkulum Hughes et al, 1981,
yang berlebihan, berenang cepat dan
tidak teratur, pewarnaan permukaan
punggung hijau kebiruan, pewarnaan
pada kulit, kurang darah, dan bernafas
dengan cepat.

Common carp Nafsu makan menurun, pertumbuhan Ogino, 1965


(Cyprinus carpio) lambat, sangat mudah terganggu.

Channel catfish Nafsu makan menurun, sangat mudah Dupree, 1966,


(Ictalurus punctatus) terganggu, berenang tidak teratur, Murai & Andrew, 1978
kejang, pewarnaan biru hijau pada per-
mukaan punggung.

Red sea bream Pertumbuhan lambat. Yone, 1975


(C. major)

Eel Nafsu makan menurun, pertumbuhan Arai et al, 1972


(Anguila japonica) lambat, sangat mudah terganggu.

Turbot Pertumbuhan menurun. Adron et al, 1978


(S. maximus)

Gilthead bream Nafsu makan menurun, kematian tinggi, Kissil et al, 1969
(S. auratus) hyperirritability, berenang tidak teratur,
efisiensi pakan menurun.

Yellowtail Pertumbuhan menurun. Sakaguchi et al, 1983

Snakhead Pertumbuhan menurun, ataxia, Agrawal & Mahajan, 1983


berenang tidak teratur, wedema,
pewarnaan tidak normal, kebutaan,
lensa kabur.

Ikan lele Pertumbuhan lambat, peningkatan Butthep et al, 1985


(Clarias batracus) kematian, erosi pada sungut, sangat
mudah terganggu, kehilangan ke-
seimbangan, awal rigor mortis lebih
cepat, berenang tidak teratur, pengikis-
an pada sirip dan rahang bawah, ber-
nafas dengan cepat.

280
Jenis Ikan Tanda-Tanda Referensi

Asian seabass Nafsu makan menurun, berenang di Wankowat et al, 1989


(Lates calcarifer) permukaan tidak mau berkelompok,
berenang seperti spiral tidak beraturan,
luka pada bibir bawah, kematian tinggi,
kekejangan pada otot tak sadar, pe-
nurunan konversi pakan.

Penaeid Shrimp Pertumbuhan dan kelangsungan hidup Deshimaru & Kuroki,1979,


(Penaeus japonicus) menurun. Kanazawa, 1985

Sumber bahan pakan yang banyak adenosin –31–51 diphosphat. Koenzim A


mengandung piridoksin antara lain khamir, ini berfungsi dalam metabolisme karbo-
biji-bijian misalnya jagung, dan gandum. hidrat, protein, dan lemak (Prawirokusumo,
Piridoksin tidak stabil jika terkena sinar 1991). Asam pantotenat mudah diserap di
ultra violet karena vitamin ini mempunyai dalam usus yang akan mengalami
spektrum absornas ultra violet yang khas fosforilasi oleh ATP menjadi bentuk asam
dan sangat dipengaruhi oleh perubahan 4-fosfopantotenat.
pH. Kebutuhan ikan akan vitamin B5 ini
berbeda-beda seperti yang telah di-
Vitamin B5 (Asam Pantotenat)
rangkum oleh Tacon (1991) pada Tabel
Asam pantotenat berperan dalam 5.26. Apabila kandungan asam pantotenat
formasi koenzim A. Koenzim A adalah dalam pakan berkurang maka akan
gabungan antara mercapto ethyl amine menyebabkan gejala-gejala penyakit
dengan phosphopanthothenic acid dan seperti yang tertera pada Tabel 5.27.

Tabel 5.26 Kebutuhan Vitamin B5 dalam Pakan

Jenis Ikan Kandungan (mg/kg) Referensi

Common carp (Cyprinus carpio) 30–50 Ogino, 1965


Channel catfish (Ictalurus punctatus) 15 Wilson et al, 1983
Rainbow trout (Salmo gairdneri) 40–50 Halver, 1972
Brown trout (Salmo trutta) 40–50 Halver, 1972
Brook trout (Salvelinus fontinalis) 41–50 Halver, 1972
Chinok salmon (O. tshawytscha) 40–50 Halver, 1972
Coho salmon (Oncorhynchus kisutch) 40–50 Halver, 1972
Red sea bream (C. major) 10 Yano et al, 1975
Mexican cichlid (C. urophthalmtus) 80 Chaves et al, 1990
Tilapia (Oreochromis mossambicus) NR Room et al, 1990
Shrimp (Penaeus japonicus) NR Kanazawa, 1985

281
Tabel 5.27 Tanda-Tanda Kekurangan Asam Pantotenat pada Ikan Budi Daya (Tacon,
1991)

Jenis Ikan Tanda-Tanda Referensi

Salmonids Berkurangnya nafsu makan, per- McLaren et al, 1974


tumbuhan menurun, kurang darah, Philips & Brockway, 1975,
tutup insang berlendir, pergerakan Halver 1957,
lambat, operculum menggembung. Kitamura et al, 1967,
Poston et al, 1977,
Coat & Halver, 1958,

Common carp Nafsu makan menurun, partumbuhan Matsumoto et al, 1991,


(Cyprinus carpio) menurun, pergerakan sangat lambat, Ogino, 1967
kurang darah, pendarahan pada kulit,
exophthalmia.

Channel catfish Nafsu makan menurun, pertumbuhan Dupree, 1966,


(Ictalurus punctatus) menurun, pengikisan pada kulit, kurang Murai & Andrew, 1978
darah.

Red sea bream Pertumbuhan menurun, kematian Yone, 1975,


(C. major) tinggi. Yano et al, 1988

Eel Pertumbuhan lambat, berenang tidak Arai et al, 1972


(Anguila japonica) normal, luka pada kulit.

Ikan lele Nafsu makan menurun, pertumbuhan Butthep et al, 1985


(Clarias batracus) menurun, kematian tinggi, sungut
terkikis, pendarahan di bawah kulit, sirip
rusak, oedema, bernafas cepat, insang,
dan hati pucat.

Mexican cichlid Nafsu makan menurun, pertumbuhan Chaves de Martinezl et al, 1990
(C. urophthalmus) menurun, kematian tinggi, bernafas
cepat, pewarnaan gelap, exophthalmia,
pendarahan pada sirip dan kepala.

Asian seabass Nafsu makan menurun, pertum-buhan Boonyaratpalin & Wanakowat,


(Lates calcarifer) menurun, penurunan efisiensi pakan, 1991
pewarnaan gelap, berenang tidak
normal, pendarahan pada operculum,
pengikisan pada sirip pelvic.

Prawn Pertumbuhan menurun. Heinem, 1988


(M. rosenbergii)

282
Sumber bahan pakan yang banyak Biotin
mengandung asam pantotenat antara lain Biotin berperan di dalam metabolisme
ragi bir kering, air susu, keju, keju dilaktose sebagai fiksasi karbon dioksida yang
kering, telur yam, beras sosoh, tepung selanjutnya ditransfer ke substrat yang
kacang tanah, tepung biji matahari, dedak lain. Biotin yang berikatan dengan
gandum, tepung alfalfa, dan gula tebu karbondioksida disebut dengan karbok-
kering. Asam pantotenat dapat mengalami sibiotin. Biotin juga berperan dalam reaksi
kerusakan mutu karena proses oksidasi dalam pembentukan asam lemak, meta-
dan suhu tinggi. Oleh karena itu, bolisme beberapa asam amino, dan
penyimpanan dalam suhu dingin sangat metabolisme karbohidrat.
dianjurkan dan selama proses peng-
Kebutuhan ikan akan biotin ini
olahan pakan dengan suhu yang tinggi
berbeda-beda seperti yang telah di-
vitamin ini akan mengalami kehilangan
rangkum oleh Tacon (1991) pada Tabel
kandungannya karena pemanasan.
5.28. Apabila kandungan biotin dalam
pakan berkurang maka akan menyebab-
kan gejala-gejala penyakit seperti yang
tertera pada Tabel 5.29.

Tabel 5.28 Kebutuhan Biotin dalam Pakan

Jenis Ikan Kandungan (mg/kg) Referensi

Common carp (Cyprinus carpio) 1 Ogino et al, 1970


Common carp (Cyprinus carpio) 1–25 Guther & Meyer, 1990
Channel catfish (Ictalurus punctatus) <1 Lovel & Buston, 1984
Rainbow trout (Salmo gairdneri) 1–1,2 Halver, 1972
Rainbow trout (Salmo gairdneri) < 0,5 Walton et al, 1984
Brown trout (Salmo trutta) 1–1,2 Halver, 1972
Brook trout (Salvelinus fontinalis) 1,5–2 Halver, 1972
Chinok salmon (O. tshawytscha) 1–1,5 Halver, 1972
Coho salmon (Oncorhynchus kisutch) 1–1,5 Halver, 1972
Lake trout (S. namaycush) 0,05–0,251 Poston, 1976
Red sea bream (C. major) NR Yone, 1975
Larva udang (Penaeus japonicus) >4 Kanazawa, 1985

283
Tabel 5.29 Tanda-Tanda Kekurangan Biotin pada Ikan Budi Daya (Tacon, 1991)

Jenis Ikan Tanda-Tanda Referensi

Salmonids Berkurangnya nafsu makan, per- Philips & Brockway, 1975,


tumbuhan menurun, kematian ber- Halver 1957,
tambah, efisiensi pakan menurun, luka Kitamura et al, 1967,
pada colon, jaringan tidak tumbuh, Coat & Halver, 1958,
kejang, insang pucat. Poston & Page 1985

Common carp Pertumbuhan menurun, pergerakan Ogino et al, 1970,


(Cyprinus carpio) menurun. Guther & M Burgdoff, 1990

Channel catfish Tidak terjadi pewarnaan, kurang darah, Robinson & Lovel, 1978,
(Ictalurus punctatus) nafsu makan menurun, pertumbuhan Lovel & Buston, 1984
menurun, hypersinsiitifity.

Eel Pertumbuhan lambat, pewarnaan Arai et al, 1972


(Anguila japonica) gelap, tingkah laku berenang tidak
normal.

Shrimp Pertumbuhan dan kelangsungan hidup Kanazawa, 1985


(Penaeus japonicus) menurun.

Sumber bahan pakan yang banyak karena itu, asam folat berperan di dalam
mengandung biotin antara lain ragi bir sintesis asam amino. Asam folat yang
kering, ragi torula kering, tepung biji terdapat dalam bahan baku pakan
bunga, telur ayam, beras sosoh, tepung biasanya dalam bentuk poliglumat
hati dan paru, dedak padi, tepung biji sedangkan asam folat yang dapat diserap
kapas, tepung kacang tanah, tepung oleh usus harus dalam bentuk monoglutamat.
alfalfa, gandum, tepung darah kering, dan Oleh karena itu, sebelum dapat diserap
tepung ikan. Biotin juga bisa dalam bentuk oleh usus, asam folat harus dihidrolisis
alkohol yang disebut dengan biotimal dan terlebih dahulu. Hidrolisis berlangsung
dapat disintesis secara kimia dan oleh adanya aktivitas enzim konjugase.
mempunyai aktivitas biotin 100% (Tacon, Penyerapan asam folat dipengaruhi oleh
1991). Kandungan biotin dari bahan baku efisiensi mekanisme dekonjungase yaitu
akan mudah hilang karena proses yeast. Kelebihan asam folat didalam tubuh
leaching. akan dibuang melalui urin.
Kebutuhan ikan akan asam folat ini
Asam Folat
berbeda-beda seperti yang telah di-
Asam folat merupakan koenzim untuk rangkum oleh Tacon (1991) pada Tabel
beberapa sistem enzim. Di dalam tubuh 5.30. Apabila kandungan biotin dalam
asam folat berfungsi untuk mentransfer pakan berkurang maka akan menyebab-
satu satuan karbon seperti gugus metil kan gejala-gejala penyakit seperti yang
dimana unit-unit karbon ini akan dihasilkan tertera pada Tabel 5.31.
selama metabolisme asam amino. Oleh

284
Tabel 5.30 Kebutuhan Asam Folat dalam Pakan Ikan (Tacon, 1991)

Jenis Ikan Kandungan (mg/kg) Referensi

Common carp (Cyprinus carpio) NR Aoe et al, 1969


Channel catfish (Ictalurus punctatus) 0,5–1 Duchan & Lovel, 1991
Rainbow trout (Salmo gairdneri) 1–5 McLaren et al, 1972
Rainbow trout (Salmo gairdneri) 6–10 Halver, 1972
Brown trout (Salmo trutta) 6–10 Halver, 1972
Chinok salmon (O. tshawytscha) 6–10 Halver, 1972
Coho salmon (Oncorhynchus kisutch) 6–10 Halver, 1972
Atlantic salmon (Salmo salar) 5–10 Halver, 1980
Red sea bream (C. major) NR Yone, 1975

Tabel 5.31 Tanda-Tanda Kekurangan Asam Folat pada Ikan Budi Daya (Tacon, 1991)

Jenis Ikan Tanda-Tanda Referensi

Salmonids Kurang darah, pertumbuhan lambat, McLaren et al, 1947,


nafsu makan menurun, pewarnaan Philips & Brockway, 1957,
gelap, insang pucat, exophthalmia. Kitamura et al, 1967,
Coat & Halver, 1958

Eel Nafsu makan menurun, pertumbuhan Arai et al, 1972


(Anguila japonica) lambat, pewarnaan gelap.

Rohu Penurunan hematocrit, penurunan John & Mahajan, 1979


(Labeo rohita) pertumbuhan.

Channel catfish Nafsu makan menurun, peningkatan Dupree, 1966,


(Ictalurus punctatus) kematian, lethargy, pertumbuhan Duncan & Lovel,1991
menurun, hematocrit rendah.

Ikan lele Nafsu makan menurun, pertumbuhan Butthep et al, 1985


(Clarias batracus) menurun, warna kulit memudar, insang,
dan hati pucat.

Shrimp Penurunan kelangsungan hidup larva. Kanazawa, 1985


( P. japonicus)

Sumber bahan pakan yang banyak Vitamin B12 (Cyanokobalamin)


mengandung asam folat antara lain Vitamin B12 disebut juga dengan
tepung ikanlaut, susu, sayuran berdaun cyanokobalamin karena berdasarkan
hijau tua, bunga kobis, kacang-kacangan, struktur kimianya vitamin ini terdiri atas
dan gandum. Asam folat dapat berbentuk asam cobalt di tengah dengan tetra ring
kristal folasin sebagai bentuk komersil dari porphyrin. Gugus cyanide terdapat
yang banyak digunakan sebagai food pada asam cobalt, karena itu disebut
additive untuk fortifikasi bahan makanan cyanokobalamin. Vitamin ini berperan
(Andarwulan dan Sutrisno, 1992). dalam penggunaan asam propionat.

285
Kekurangan vitamin ini akan menyebab- rangkum oleh Tacon (1991) pada Tabel
kan timbunan methyl-malonyl CoA dan 5.32. Apabila kandungan biotin dalam
akan dikeluarkan lewat urin dan disebut pakan berkurang maka akan menyebab-
methyl-malonic aciduria. kan gejala-gejala penyakit seperti yang
Kebutuhan ikan akan vitamin B12 ini tertera pada Tabel 5.33.
berbeda-beda seperti yang telah di-

Tabel 5.32 Kebutuhan Vitamin B12 dalam Pakan Ikan (Tacon, 1991)

Jenis Ikan Kandungan (mg/kg) Referensi

Common carp (Cyprinus carpio) NR Hashimoto, 1953


Common carp (Cyprinus carpio) NR Kashiwada & Teshima,1966
Channel catfish (Ictalurus punctatus) NR Limsuwan & Lovel, 1981
Tilapia (O. niloticusi) NR Lovel & Limsuwan, 1982
Chinok salmon (O. tshawytscha) 0,015–0,02 Halver, 1972
Coho salmon (Oncorhynchus kisutch) 0,015–0,02 Halver, 1972

Tabel 5.33 Tanda-Tanda Kekurangan Vitamin B12 pada Ikan Budi Daya (Tacon, 1991)

Jenis Ikan Tanda-Tanda Referensi

Salmonids Nafsu makan menurun, pertumbuhan Halver, 1957,


menurun, microcyctic hypochromic Philips et al. 1963
anemia, eritrocit pecah, efisiensi pakan
rendah.
Channel catfish Penurunan pertumbuhan, hematocrit Dupree,1966;
(I. punctatus) rendah. Limsuwan & Lovell, 1981
Eel (Anguila japonica) Pertumbuhan lambat. Arai et al, 1972
Red sea bream Pertumbuhan lamba. Yone, 1975
Rohu (Labeo rohita) Penurunan pertumbuhan, hematocrit John & Mahajan, 1979
rendah, megaloblastic.
Shrimp Penurunan kelangsungan hidup larva. Kanazawa, 1985
(P. japonicus)

Sumber bahan pakan yang banyak dari dua buah koenzim, yaitu Nikotinamid
mengandung vitamin B12 antara lain Adenin Dinukleotida (NAD) dan Nikotinamid
tepung ikan laut, udang, kepiting, oyster,
Adenin Dinukleotida Fosfat (NADP). NAD
scallop, tepung daging, dan tulang. adalah koenzim bagi sejumlah enzim
dehidrogenase yang berperanan dalam
Niasin (Asam Nikotinat) metabolisme lemak, karbohidrat dan asam
Niasin dapat juga disebut dengan amino. Sedangkan NADP berperan dalam
vitamin B3 atau asam nikotinat yang reaksi hidrogenasi pada jalur heksosa
berperan dalam reaksi enzimatik dalam monofosfat (HMP) dalam metabolisme
tubuh. Asam nikotinat merupakan unsur glukosa. Bentuk tereduksi dari NADP

286
mempunyai peranan penting dalam Tacon (1991) pada Tabel 5.34. Apabila
sintesis lemak dan steroid (Muchtadi dkk, kandungan niasin dalam pakan berkurang
1993). maka akan menyebabkan gejala-gejala
Kebutuhan ikan akan niasin ini berbeda- penyakit seperti yang tertera pada Tabel
beda seperti yang telah dirangkum oleh 5.35.

Tabel 5.34 Kebutuhan Niasin dalam Pakan Ikan (Tacon, 1991)

Jenis Ikan Kandungan (mg/kg) Referensi

Common carp (Cyprinus carpio) 28 Aoe et al, 1969


Channel catfish (Ictalurus punctatus) 14 Murai & Andrews, 1978
Rainbow trout (Salmo gairdneri) 120–150 Halver, 1972
Rainbow trout (Salmo gairdneri) 10 Poston & Wolfe, 1985
Brown trout (Salmo trutta) 120–150 Halver, 1972
Brown trout (Salmo fontinalis) 150–200 Halver, 1972
Chinok salmon (O. tshawytscha) 150 Halver, 1972
Coho salmon (Oncorhynchus kisutch) 200 Halver, 1972
Shrimp (P. japonicus) larva 400 Kanazawa, 1985

Tabel 5.35 Tanda-Tanda Kekurangan Niasin pada Ikan Budi Daya (Tacon, 1991)

Jenis Ikan Tanda-Tanda Referensi

Salmonids Nafsu makan menurun, pertumbuhan McLaren et al, 1947,


lambat, penurunan efisiensi pakan, Philips & Brockway, 1957
Common carp pewarnaan gelap, berenang tidak Kitamura et al, 1967,
(Cyprinus carpio) teratur, penimbunan cairan pada Coat & Halver, 1958,
lambung. Poston & Wolfe, 1985
Channel catfish
(Ictalurus punctatus) Pendarahan pada kulit, kematian tinggi. Aoe, et al, 1966

Red sea bream Pendarahan dan luka pada kulit dan Dupree, 1966,
sirip, kurang darah, exophthalmia, Murai & Andrew, 1979
Eel kematian tinggi.
(Anguila japonica)
Pertumbuhan lambat. Yone, 1975
Ikan lele
Pendarahan dan luka pada kulit, pe- Arai et al, 1972
(Clarias batracus)
nurunan pertumbuhan, ataxia, pe-
warnaan gelap.
Shrimp
(P. japonicus) Nafsu makan menurun, pertumbuhan Butthep et al, 1985
menurun, muscle spasms, kehilangan
keseimbangan, pendarahan dibawah
kulit dan sirip, exopthalmia, kematian
tinggi, berenang tidak teratur.

Pertumbuhan dan penurunan ke- Kanazawa, 1985


langsungan hidup.

287
Sumber bahan pakan yang banyak inositida pada hampir semua membran
mengandung niasin antara lain adalah sel. Myoinositol merupakan komponen
beras sosoh, ragi kering, dedak, dedak penting inositol yang mengandung
gandum, tepung biji bunga matahari, phospholipid. Katabolisme inositol
tepung kacang tanah, tepung hati dan mungkin terjadi melalui reaksi glikolisis dan
paru, tepung jagung, tepung gandum siklus krebs (Kuksis dan Mookerjea, 1991).
(Tacon, 1991). Kebutuhan ikan akan inositol ini
berbeda-beda seperti yang telah
Inositol
dirangkum oleh Tacon (1991) pada Tabel
Inositol disebut pula zat lipotropik 5.36. Apabila kandungan biotin dalam
yang berarti dibutuhkan untuk meng- pakan berkurang maka akan menyebab-
hilangkan lemak dalam hati. Inositol kan gejala-gejala penyakit seperti yang
berperan terutama sebagai komponen tertera pada Tabel 5.37.
Tabel 5.36 Kebutuhan Inositol dalam Pakan Ikan (Tacon, 1991)
Jenis Ikan Kandungan (mg/kg) Referensi

Common carp (Cyprinus carpio) 440 Aoe et al, 1969


Channel catfish (Ictalurus punctatus) NR Burtle,1981
Rainbow trout (Salmo gairdneri) 250–300 McLaren et al, 1947
Rainbow trout (Salmo gairdneri) 200–300 Halver, 1972
Chinok salmon (O. tshawytscha) 300–400 Halver, 1972
Coho salmon (Oncorhynchus kisutch) 300–400 Halver, 1972
Red sea bream (C. major) 550–900 Yone et al, 1971
Shrimp (Penaeus japonicus) juvenil 2000–4000 Kanazawa, 1985
Shrimp (Penaeus japonicus) larva 2000 Kanazawa et al, 1985

Tabel 5.37 Tanda-Tanda Kekurangan Inositol pada Ikan Budi Daya (Tacon, 1991)
Jenis Ikan Tanda-Tanda Referensi

Salmonids Pertumbuhan menurun, distended Mc Laren et al, 1947,


abdomen, warna gelap, peningkatan Halver, 1957,
waktu pengosongan lambung. Philips & Brockway 1957
Coates & Halver, 1958

Common carp Penurunan pertumbuhan, kulit dan sirip Aoe & Masuda, 1967
(Cyprinus carpio) luka/pendarahan, kehilangan mucosa
kulit.

Red sea bream Pertumbuhan menurun. Yone, 1975


Eel

(Anguila japonica) Nafsu makan dan pertumbuhan me- Arai et al, 1972
nurun.

Shrimp Pertumbuhan dan kelangsungan hidup Kanazawa et al, 1976,


(P. japonicus) menurun. Kanazawa, 1985

288
Sumber bahan pakan yang banyak donor asam lemak untuk kolesterol dalam
mengandung inositol antara lain tepung pengelolaan LDL, sumber grup metil untuk
ikan, ragi bir kering, dan benih gandum. sintesis metionin dan substrat untuk
pembentukan neurotransmitter, asetil
Kolin kolin.
Kolin adalah basa ammonium ber- Kebutuhan ikan akan kolin ini ber-
valensi empat dan tersebar luas dia alam, beda-beda seperti yang telah dirangkum
produk degradasinya seperti betain oleh Tacon (1991) pada Tabel 5.38.
(garam karboksimetiltrimetilammonium Apabila kandungan biotin dalam pakan
hidroksida. Menurut Halver (1988) peran berkurang maka akan menyebabkan
dan fungsi dari kolin antara lain komponen gejala-gejala penyakit seperti yang tertera
utama dalam fosfolipid dalam membran pada Tabel 5.39.
sel dan lipoprotein serum (pengemulsi),

Tabel 5.38 Kebutuhan Kolin dalam Pakan Ikan (Tacon, 1991)

Jenis Ikan Kandungan (mg/kg) Referensi

Common carp (Cyprinus carpio) 4000 Ogino et al, 1970


Channel catfish (Ictalurus punctatus) 400 Wilson & Poe,1988
Rainbow trout (Salmo gairdneri) 774–813 Rumsey, 1991
Lake trout (Salmo nemaycush) 1000 Ketola, 1976
Chinok salmon (O. tshawytscha) 600–800 Halver, 1972
Coho salmon (Oncorhynchus kisutch) 600–800 Halver, 1972
Red sea bream (C. major) 500 Yone et al, 1988
Stureon (A. transmontanus) 1700–3100 Hung, 1989
Tilapia (T. aurea) NR Roem et al, 1990
Shrimp (Penaeus japonicus) juvenil 600 Kanazawa, 1985
Shrimp (Penaeus japonicus) larva 6000 Kanazawa et al, 1985

Tabel 5.39 Tanda-Tanda Kekurangan Kolin pada Ikan Budi Daya (Tacon, 1991)

Jenis Ikan Tanda-Tanda Referensi

Salmonids Pertumbuhan menurun, hati banyak Mc Laren et al, 1947, Halver,


mengandung lemak, efisiensi pakan 1957, Philips & Brockway,
menurun, pendarahan pada ginjal dan 1957, Coates & Halver, 1958,
usus. Ketola,1976, Poston, 1990,
Rumsey, 1991

Common carp Pertumbuhan menurun dan hati banyak Ogino et al, 1970
(Cyprinus carpio) mengandung lemak.

Channel catfish Penurunan pertumbuhan, pendarahan Dupree, 1976,


(I. punctatus) pada ginjal dan usus. Wilson & Poe, 1988

Red sea bream Pertumbuhan menurun, kematian. Yone, 1975,


(C. major) Yano et al, 1988

289
Jenis Ikan Tanda-Tanda Referensi

Eel (Anguila japonica) Nafsu makan dan pertumbuhan menurun. Arai et al, 1972

Sturgeon Pertumbuhan menurun, penyerapan Rumsey, 1991


(A. transmontanus) lemak pada hati.

Shrimp (P. japonicus) Pertumbuhan dan kelangsungan hidup Ka nazawa et al, 1976,
menurun. Kanazawa, 1985

Sumber bahan pakan yang banyak dari proses pelapukan. Selain itu vitamin
mengandung kolin antara lain tepung C dapat meningkatkan respon netrofil
udang, tepung hati, tepung biji matahari, terhadap kemotoksis dan meningkatkan
tepung paru, tepung ikan, tepung benih proliferosi limfosit sebagai respon
gandum, tepung ikan putih, tepung biji terhadap nitrogen serta peningkatan
kapas, tepung kedelai, tepung tulang, dan aktivitas netrofil terhadap endotoksin.
tepung kacang tanah (Tacon, 1991). Gejala defisiensi vitamin C pada ikan
disebabkan oleh rusaknya kolagen dan
Vitamin C (Asam Askorbat) jaringan penunjang. Kolagen merupakan
Vitamin C atau asam korbat mem- protein pada ikan dan konsentrasinya
punyai dua bentuk yaitu bentuk oksidasi tinggi ditemukan pada kulit dan tulang
disebut L dehydro ascorbic acid dan (Sandness, 1991).
bentuk reduksi yang disebut L ascorbic Kelebihan vitamin C dalam tubuh
acid. Vitamin C sangat penting bagi akan dimetabolisme selanjutnya dieksresi-
pertumbuhan semua hewan karena kan melalui urin. Dengan demikian
berperan pada banyak sistem meta- didalam urin terdapat sejumlah metabolit-
bolisme enzim. Hasil penelitian dari metabolit asam askorbat dan yang telah
Boonyaratpalin et al (1993), vitamin C teridentifikasi antara lain asam dehidro
sangat berperan dalam pembentukan askorbat, asam diketogulonat askorbat-2-
hydroksiprolin (penyusun kolagen). Di sulfat, metil askorbat, serta 2-keto-
mana kolagen ini terdiri dari hydroksi prolin askorbitol (Muchtadi dkk. 1993). Kebutuh-
dan hydroksiprolin. Bersama-sama an ikan akan vitamin C ini berbeda-beda
dengan ATP dan MgCl 2 merupakan seperti yang telah dirangkum oleh Tacon
kofaktor dalam menghambat adipose (1991) pada Tabel 5.40. Apabila kandung-
tissue lipase dan memacu hydrolitik an viatamin C dalam pakan berkurang
deaminasi dari peptidaatau protein maka akan menyebabkan gejala-gejala
sehingga berperan dalam proses aging penyakit seperti yang tertera pada Tabel
yaitu membuat jaringan lebih tahan lama 5.41.

290
Tabel 5.40 Kebutuhan Vitamin C dalam Pakan Ikan (Tacon, 1991)

Jenis Ikan Kandungan (mg/kg) Referensi

Common carp (Cyprinus carpio) NR Sato et al, 1978


Channel catfish (Ictalurus punctatus) 60 Wilson & Poe, 1973
Channel catfish (Ictalurus punctatus) 60 Lovel & Lim, 1978
Channel catfish (Ictalurus punctatus) 880 Lovell, 1973
Channel catfish (Ictalurus punctatus) 25–50 Andrew & Murray, 1974
Channel catfish (Ictalurus punctatus) NR Launer et al, 1978
Channel catfish (Ictalurus punctatus) 1250 Lovell & Naggar, 1989
Nile tilapia (Oreochromis niloticus) 100–150 Soliman et al, 1986
Rainbow trout (Salmo gairdneri) 40 Halver, 1972
Rainbow trout (Salmo gairdneri) 50 Hilton et al, 1978
Rainbow trout (Salmo gairdneri) 100 Sato et al, 1982
Rainbow trout (Salmo gairdneri) 20–264 Dabowski et al, 1990
Rainbow trout (Salmo gairdneri) 210 Sato et al, 1991
Rainbow trout (Salmo gairdneri) 10 Cho & Cowey, 1991
Chinok salmon (O. tshawytscha) 100–150 Halver, 1972
Coho salmon (Oncorhynchus kisutch) 50–80 Halver, 1972
Atlantic salmon (Salmo salar) 50 Lall et al, 1989
Atlantic salmon (Salmo salar) 10–20 Sandness et al, 1991
Yellow tail (S. quinqueradiata) 30 Kanazawa et al, in press
Asean sea bass (Lates calcarifer) 700–1100 Boonyaratpalin et al, 1989
Mexican cichlid (C. urophthalmus) 40–110 Chaves de Martinez, 1990
Flounder (Paralichthys olivaceus) 60–100 Tesima et al, 1991
Plaice (Pleuronectes platessa) 200 Rosenlund et al, 1990
Prawn (Macrobrachium rosenbergii) 50–100 Moncreiff et al, 1991
Shrimp (Penaeus japonicus) juvenile 10.000 Guary et al, 1976
Shrimp (Penaeus japonicus) juvenil 3000 Deshimaru & kuroki, 1976
Shrimp (Penaeus japonicus) juvenil 1000 Lightner et al, 1979
Shrimp (Penaeus japonicus) juvenil 215–430 Shigueno & itoh, 1988
Shrimp (Penaeus vannamei) juvenil 100 Kanazawa, 1985
Shrimp (Penaeus japonicus) larva 10.000 Lawrence & He, 1991

291
Tabel 5.41 Tanda-Tanda Kekurangan Inositol pada Ikan Budi Daya (Tacon, 1991)
Jenis Ikan Tanda-Tanda Referensi

Red sea bream Pertumbuhan menurun. Yone, 1975

Eel Pertumbuhan menurun, erosi pada Arai et al, 1972


(Anguila japonica) sirip, erosi pada rahang bawah.

Snakehead Scoliosis lordosis, kurang darah, Mahajan & Agrawal, 1979.


(C. punctata) filamen insang berubah.

Tilapia Scoliosis lordosis, pertumbuhan Soliman et al, 1986


menurun, pendarahan pada bagian
dalam dan luar, erosi pada sirip ekor,
exophthalmia, kurang darah, daya tetas
telur menurun.

Ikan lele Scoliosis, pendarahan pada bagian Butthep et al, 1985


(C. batracus) luar, erosi pada sirip, warna kulit gelap.

Indian major carp Pertumbuhan menurun, kematian Agrawal & Mahajan, 1980
meningkat, scoliosis lordosis, hypochro-
mic macrocytic anemia.

Turbot Pertumbuhan menurun, renal granu- Baudin-Laurence et al, 1989,


(S. maximus) loma, kematian. Coustans et al, 1990,
Gouillou et al, 1991

Plaice Pertumbuhan dan kelangsungan hidup Rosenlund et al, 1990


menurun.

Asian seabass Pertumbuhan menurun, pewarnaan Boonyaratpalin et al, 1989


(Lates calcarifer) gelap, kehilangan keseimbangan, erosi
pada sirip ekor, pendarahan pada
insang, exophthalmia, badan pendek,
filamen insang rusak.

Mexican Cichlid Pertumbuhan menurun, kematian Chevas de Martinez, 1990


tinggi, pewarnaan gelap, pendarahan
pada mata, erosi pada kepala dan sirip,
exophthalmia, scoliosis lordosis, iritasi,
perubahan tulang kepala.

Udang galah Pertumbuhan dan kelangsungan hidup Heinen, 1988,


menurun. Moncreiff et al, 1991

Shrimp Gejala kematian dengan tanda-tanda Kanazawa, 1985,


(P. japonicus) hitam, efisiensi pakan dan pertumbuh- Guary, 1976,
an serta kelangsungan hidup menurun. Lightener et al, 1970,
Shigueno & Itoh, 1988,
Lawrence & He, 1991

292
Jenis Ikan Tanda-Tanda Referensi

Salmonids Pertumbuhan menurun, scoliosis Mc Laren et al, 1947,


lordosis, pendarahan pada sirip bagian Halver, 1989,
dalam, warna gelap, kematian me- Philips & Brockway, 1957,
ningkat, penurunan daya tetas telur. Coates & Halver, 1958,
Kitamura et al, 1967,
Hilton et al, 1978,
Sato et al, 1991

Channel catfish Penurunan pertumbuhan, scoliosis Lovell,1973,


(I. punctatus) lordosis, pendarahan bagian dalam dan Andrew & Murai, 1974,
luar, erosi pada sirip, kulit berwarna Lovel & Lim, 1973,
gelap, nafsu makan menurun, berenang Wilson & Poe, 1973,
tidak teratur. Lim&lovell, 1978,
Wilson et al, 1989

Sumber bahan pakan yang banyak bervariasa bergantung pada jenis ikan
mengandung vitamin C antara lain lobster, yang akan mengkonsumsinya. Walaupun
kepiting, dan sebagian besar terutama sangat sedikit yang dibutuhkan oleh ikan,
terdapat pada sayuran dan buah-buahan. mineral ini mempunyai fungsi yang sangat
Vitamin C merupakan vitamin yang paling utama dalam tubuh ikan antara sebagai
mudah rusak dan sangat larut dalam air. berikut.
Disamping itu vitamin C mudah teroksidsi • Merupakan bagian terbesar dari
bila dalam keadaan alkalis, suhu tinggi, pembentukan struktur kerangka,
terkena sinar matahari dan logam beraty tulang, gigi, dan sisik.
seperti seng, besi dan terutama tembaga. • Mineral tertentu dalam bentuk ion di
Oleh karena itu, agar vitamin C yang dalam cairan tubuh dapat berperan
terdapat dalam bahan pakan harus untuk mempertahankan keseimbang-
dihindari dari hal-hal tersebut di atas. an asam basa serta regulasi pH dari
darah dan cairan tubuh lainnya.
5.6 Mineral • Adanya keterlibatan mineral dalam
Ikan dalam komposisi zat gizinya juga kerja sistem syaraf dan konstraksi otot
membutuhkan mineral dalam campuran • Merupakan komponen penting dalam
pakannya agar ikan dapat tumbuh dengan hormon, vitamin, enzim dan pigmen
baik. Mineral merupakan unsur anorganik pernafasan atau sebagai kofaktor
yang dibutuhkan oleh organisme perairan dalam metabolisme, katalis dan enzim
(ikan) untuk proses hidupnya secara aktivator.
normal. Ikan sebagai organisme air mem-
punyai kemampuan untuk menyerap • Berperandalam pemeliharaan
beberapa unsur anorganik ini, tidak hanya tekanan osmotik dan juga mengatur
dari makanannya saja tetapi juga dari pertukaran air dan larutan dalam tubuh
lingkungan. ikan.
Berdasarkan banyaknya fungsi
Jumlah mineral yang dibutuhkan oleh mineral dalam kehidupan ikan, maka min-
ikan sangat sedikit tetapi mempunyai eral merupakan salah satu bahan yang
fungsi yang sangat penting. Dalam harus ada dalam komposisi pakan ikan.
penyusunan pakan buatan mineral mix Dan unsur mineral ini sangat essensial
biasanya ditambahkan berkisar antara bagi kehidupan hewan, ikan dan udang.
2–5% dari total jumlah baha baku dan
293
Unsur mineral essensial ini biasanya yang tidak diserap akan berikatan dengan
diklasifikasikan menjadi dua grup Ca dan akan terbuang dalam bentuk
berdasarkan konsentrasinya di dalam feses.
tubuh ikan, yaitu: mineral makro dan Kandungan Ca dalam perairan sangat
mineral mikro. Mineral makro adalah diperlukan untuk kehidupan ikan. Perairan
mineral yang konsentrasinya dalam
dengan kandungan Ca rendah akan
tubuh organisme dibutuhkan dalam
berdampak buruk terhadap pertumbuhan
jumlah besar (lebih dari 100 mg/kg pakan
dan mengganggu adaptasi pada saat
kering), yaitu kalsium (Ca), Magnesium
kondisi lingkungan berubah. Perairan yang
(Mg), Sodium (Na), Potassium (K),
fosfor (P), Chlorine (Cl), dan Sulfur (S). kaya akan Ca akan meningkatkan toleransi
Mineral mikro adalah mineral terhadap temperatur dan akan mengurangi
yang konsentrasinya dalam tubuh keracunan akibat menurunnya pH. Untuk
setiap organisme dalam jumlah sedikit perairan yang kandungan Ca rendah, pH
(kurang dari 100 mg/kg pakan rendah dan kandungan alumunium tinggi
kering),yaitu : Besi (Fe), Tembaga (Cu), tidak akan dihuni oleh ikan. Kandungan
Mangan (Mn), Seng (Zn), Cobalt (Co), Ca yang harus ada dalam pakan ikan
Molybdenum (Mo), Cromium (Cr), sangat sulit untuk diterapkan secara pasti.
Selenium (Se), Fluorine (F), Sebagai contoh, pada ikan rainbowtrout
Iodine/Iodium (I), Nickel (Ni), dan lain- dengan bobot awal 1,2 g, antara ikan yang
lain. diberi Ca 0,3 g/kg dengan 3,4 g/kg ternyata
tidak menunjukkan adanya perbedaan
Kalsium (Ca) dalam pertumbuhannya yang dipelihara
Kalsium merupakan unsur mineral pada perairan dengan kandungan Ca
makro yang di dalam tubuh disimpan pada 20–30 mg/l (Ogino dan Takeda, 1978).
tulang, gigi dan sebagian besar pada kulit Menurut Rumsey (1977) kebutuhan
dan kerangka tubuh. Peranan dan fungsi Ca untuk ikan rainbowtrout pada perairan
kalsium di dalam tubuh antara lain sebagai dengan kalsium rendah (3 mg Ca/l) sama
komponen utama pembentuk tulang, gigi, saja dengan yang dipelihara pada
kulit serta sisik dan memelihara ketegaran kandungan kalsium tinggi (45 mg Ca/l)
kerangka tubuh, mengentalkan darah, yaitu sebesar 2 g/kg dalam pakannya.
sebagai ”intracellular regulator” atau mes- Sedangkan menurut Arai et al (1975)
senger yaitu membantu regulasi aktivitas pemberian Ca sebanyak 2,4 g/kg merupa-
otot kerangka, jantung dan jaringan kan kebutuhan minimal yang harus
lainnya, konstraksi dan relaksasi otot, dipertimbangkan, pemberian Ca sebanyak
membantu penyerapan vitamin B12, 11,5–14 g/kg akan berakibat buruk
menjaga keseimbangan osmotik. terhadap laju pertumbuhan.
Pengambilan kalsium dari perairan
Fosfor (P)
oleh ikan digunakan atas dasar untuk
kegiatan struktural. Transpor Ca dari air Fosfor adalah komponen pembentuk
oleh aliran darah ke jaringan tulang dan kerangka tubuh dimana tulang itu disusun
kulit berlangsung secara cepat. Jumlah oleh mineral P sebesar 16% dan Ca 37%.
lemak dalam pakan sangat berpengaruh Selain itu, fosfor berfungsi dalam peng-
dalam penyerapan Ca oleh usus. Pada aktifan proses metabolisme, komponen
kondisi abnormal, yaitu penyerapan lemak DNA, RNA, ATP dan berbagai koenzim,
terganggu maka Ca pun akan sedikit yang pergerakan otot dan memelihara ke-
diserap. Hal ini dikarenakan asam lemak seimbangan asam basa.
294
Fosfor yang diserap oleh tubuh magnesium tubuh berada dalam tulang,
berasal dari makanan dalam bentuk ion sebagian lagi terdapat dalam bentuk
fosfat. Penyerapan P oleh tubuh sangat mineral yang mengkristal dan berada
bergantung kepada kandungan P dan Ca dalam sel jaringan lunak. Fungsi
dalam pakan. Tingginya kandungan P magnesium bagi ikan dan udang adalah
dalam pakan akan berkorelasi terhadap sebagai komponen esensial dalam
peningkatan penyerapan P. Akan tetapi, menjaga homeostasis intra dan ekstra
penyerapan P akan semakin menurun seluler.
dengan meningkatnya kandungan Ca Magnesium dalam tubuh diserap oleh
dalam pakan. Sebagian besar kebutuhan usus halus dan hanya sedikit yang
P untuk membentuk jaringan struktur dieksresikan dan hampir seluruhnya
tubuh diperoleh dari pakan. Ketersediaan
diserap secara sempurna. Penyerapan
P dalam air akan mengganggu penyerapan
magnesium dalam tubuh dipengaruhi oleh
P dalam pakan oleh tubuh. Pakan dengan
masuknya magnesium dalam usus, waktu
kandungan Ca rendah dan P tinggi akan
singgah di usus, kecepatan penyerapan
mendorong ikan untuk mengambil Ca dari
air, kadar kalsium fosfat dan laktosa dalam
lingkungan perairan.
pakan, sumber magnesium dan umur
Kekurangan mineral P pada pakan serta jenis ikan. Kandungan magnesium
ikan dapat mengakibatkan pertumbuhan di dalam ikan jumlahnya relatif rendah
terhambat, proses pembentukan tulang dibandingkan dengan hewan darat.
terganggu dan konversi pakan menjadi Sebagian besar magnesium, kurang lebih
meningkat. Kekurangan fosfor pada ikan 65%, berada dalam kerangka tubuh ikan.
mas mengakibatkan pertumbuhan ter- Pada ikan mirror carp terdapat 340–3300
ganggu, nafsu makan menurun, tulang gram dimana kandungan terbesar terdapat
belakang bengkok dan rapuh serta pada vertebrae sebesar 1,0–1,6 g/kg, pada
kandungan lemak dalam daging me- otot 200–267 mg/kg dan pada hati ter-
ningkat. Wilson et al (1982), melakukan dapat 62–203 mg/kg.
penelitian terhadap ikan channel catfish
Konsentrasi magnesium dalam
yang memperlihatkan bahwa peningkatan
perairan tawar sering tidak mencukupi
P yang tersedia dalam makanan dari
untuk kebutuhan metabolisme ikan, oleh
0,07% menjadi 0,54% akan meningkatkan
karena itu pemberian mineral magnesium
pertambahan bobot relatif dari 135%
pada pakan untuk pemeliharaan ikan air
menjadi 706% dan efisiensi pakan dari
tawar sangat penting. Rendahnya suplai
36% menjadi 99%. Tetapi bila kandungan
magnesium dalam pakan dapat meng-
P terus dinaikkan sampai 1,02% maka
akibatkan nafsu makan berkurang,
pertumbuhan relatif akan turun dari 706%
pertumbuhan dan aktivitas ikan berkurang,
menjadi 620% dan efisiensi pakan akan
kandungan Ca dan Mg dalam tubuh dan
turun dari 99% mejadi 90%.
vertebrae akan berkurang. Selain itu ikan
Magnesium (Mg) akan memperlihatkan keabnormalan
Magnesium merupakan kofaktor bagi dalam pertumbuhan tulang. Pada ikan
semua enzim yang terlibat di dalam reaksi trout telah diteliti oleh Cowey et al (1977)
pemindahan fosfat (fosfokinase) yang bahwa pertambahan bobot dan pengguna-
menggunakan ATP dan fosfat nukleotida an pakan pada ikan yang diberi pakan
yang lain sebagai substrat. Pada hewan dengan kandungan Mg sebesar 1000 mg/
vertebrata kurang lebih 60% total kg jauh lebih baik dibandingkan dengan
ikan trout yang hanya diberi Mg sebesar
295
26–63 mg/kg. Perbaikan kandungan Mg basa dan memelihara iritabilitas otot.
dalam pakan akan berdampak terhadap Berdasarkan hasil penelitian dari
peningkatan Mg dalam serum. Kekurang- beberapa peneliti diketahui bahwa ikan air
an Mg pada kandungan Ca 26 dan 40 g/kg tawar dalam pemenuhan ion K tidak
akan menyebabkan penyakit nephacalcinosis banyak diambil dari lingkungan perairan,
dan di dalam jaringan otot akan meningkat namun lebih banyak diperoleh dari pakan.
kandungan Na yang dapat meningkatkan Apabila ion K dalam pakan kurang dari
cairan ekstraseluler. Pada ikan rainbow 1 mg/kg akan menyebabkan penggunaan
trout berukuran 16 gram atau 35 gram pakan tidak efisien, pertumbuhan lambat
memerlukan Mg dalam pakan sebesar 500 dan kematian meningkat. Pertumbuhan
mg/kg. Jika kurang dari 500 mg/kg pakan ikan dapat dicapai jika pada pakan ikan
maka dapat mengakibatkan pertumbuhan mengandung ion K maksimum 800 mg/
lambat dan pakan menjadi tidak efisien. kg. Konsentrasi K dalam tubuh berkisar
Sedangkan pada ikan yang berukuran antara 600–800 mg/kg pakan.
21 gram yang dipelihara selama delapan
Sodium (Na)
minggu, kekurangan Mg dapat meng-
akibatkan penurunan kandungan Mg pada Sodium seperti halnya potasium
plasma, otot dan tulang. sangat penting perannya dalam
osmoregulasi dan keseimbangan asam
Berdasarkan hasil penelitian Satoh
basa ikan. Pada hewan darat sodium yang
et al (1983), pada ikan trout yang tidak
berasal dari makanan akan diserap oleh
ditambahkan mineral Mg pada pakan
tubuh secara cepat dan efisien dan hanya
buatannya menunjukkan adanya gejala
sedikit sekali yang dikeluarkan melalui
katarak sebesar 29%. Pada ikan Mas
feses.
pemberian Mg sebesar 52 mg/kg dapat
meningkatkan kematian sebesar 16%. Kekurangan sodium dapat meng-
Selain itu pada ikan mas yang dipelihara akibatkan dehidrasi, keletihan, anoeexia
selama 83 hari dengan pakan kurang Mg dan kram otot. Pemberian sodium sebesar
menunjukkan peningkatan terjadinya 2200 mg/kg pakan pada ikan rainbowtrout
katarak sebesar 40%. Oleh karena itu sudah mencukupi kebutuhan ikan tersebut
pada ikan mas diestimasi kebutuhan Mg terhadap sodium. Tetapi dalam percobaan
dalam pakan berkisar antara 400–500 Salman dan Eddy (1988) pemberian
mg/kg. sodium sebesar 1000–3000 mg/kg pakan
tidak memberikan perbedaan pertambah-
Potassium (K) an bobot.
Ion potassium (K) adalah elektrolit
Klorin (Cl)
yang banyak dijumpai dalam tubuh dalam
bentuk ion terdisosiasi penuh dan merupa- Klorin berperan besar dalam aktivitas
kan partikel utama yang bertanggung- osmoregulasi. Pertukaran klorin sebagian
jawab dalam osmolaritas. Ion K ini akan besar terjadi pada insang. Pada ikan air
mempengaruhi kelarutan protein dan tawar pengambilan klorin terjadi pada
komponen lainnya. Ion K ini bersama- kondisi medium yang hipotonik, dengan
sama dengan natrium dan klorida ber- cara memompa NaCl melalui insangnya
peran secara fisiologis dalam memelihara dan pengeluaran klorin dilakukan dalam
keseimbangan air dan distribusinya, bentuk urin. Pada ikan air laut peng-
memelihara keseimbangan osmotik ambilan klorin dilakukan dengan cara
normal, memelihara keseimbangan asam melakukan banyak minum air laut
296
sehingga klorin secara difusi ikut masuk berakibat buruk pada penambahan bobot.
ke dalam tubuh ikan. Selain itu ikan air laut Pemberian NaCl sebanyak 3% pada
bisa melakukan dengan cara memompa pakan mengakibatkan pertambahan bobot
melalui insang epithelium pada kondisi hanya 85% dibandingkan dengan kontrol.
medium hipertonik. Dalam kondisi normal Pada penambahan NaCl sebanyak 6%
klorin dikeluarkan dalam bentuk urin pada memberikan pertambahan bobot sebesar
jumlah yang sedikit, namun pada kondisi 77% sedangkan penambahan sebanyak
stres ikan banyak mengeluarkan urin 12% mengakibatkan pertambahan bobot
sehingga kehilangan NaCl cukup besar. sebesar 70%. Hal ini dikarenakan NaCl
Klorin keluar dari tubuh melalui urin dan pada tingkatan yang tinggi diserap dalam
sedikit melalui feses. 24 jam yang kelebihannya akan dikeluar-
Ketersediaan Cl di dalam air sangat kan kedalam perairan tawar pada sistem
menguntungkan untuk kehidupan ikan osmoregulasi dalam urin hipoosmotik
agar mempunyai toleransi terhadap normal, sedangkan pada ikan laut peng-
perubahan suhu. Pada ikan salmon yang ambilan NaCl dalam jumlah besar relatif
dipelihara dengan kandungan garam sering terjadi pada berbagai kasus.
1–1,5% memberikan pengaruh terhadap Kebutuhan mineral makro dan mikro
peningkatan food intake dan transportasi. pada beberapa jenis ikan menurut hasil
Pemberian garam pada bahan pakan dari penelitian Steffens dapat dilihat pada Tabel
segi manfaatnya masih diperdebatkan. Hal 5.42 dan 5.43.
ini dikarenakan dari hasil penelitian
memberikan hasil yang menunjukkan
bahwa pemberian NaCl pada pakan

Tabel 5.42 Kebutuhan Mineral Makro dalam Pakan pada Berbagai Jenis Ikan Air Tawar
(mg/kg atau g/kg Berat Kering)

Jenis Ikan Ca P Mg K

Rainbow trout 300 mg–3g Sekitar 6 g 400–700 mg Max 1,6 g


Mas 300 mg–3g Sekitar 6 g 400–700 mg –
Sidat Jepang 300 mg–3g Sekitar 6 g 400–700 mg –
Channel catfish 4,5 g 4,2–4,5 g 400–700 mg –
Tilapia 7g 4,5–6 g 400–700 mg –

Tabel 5.43 Kebutuhan Mineral Mikro dalam Pakan pada Berbagai Jenis Ikan Air Tawar
(mg/kg Pakan)

Jenis Ikan Fe Cu Mn Zn Co Se

Rainbow trout R 3 13 15–30 – 0,15–0,38


Channel catfish 30 5 2,4 20 – 0,25
Tilapia – – 1,7 20 – –
Common carp – 3 13 15–30 – R
Ikan kerapu 30 3 5 30 0,5 0,1

297
Besi (Fe) • Unsur yang sangat penting dari variasi
Zat besi merupakan unsur mineral sistem enzim, yang meliputi enzim
mikro yang paling banyak terdapat dalam katalase, enzim peroxidase, enzim
tubuh ikan dan manusia. Dalam makanan xantin oksidase, enzim aldehyde oxi-
terdapat dua macam zat besi, yaitu dalam dase dan enzim succinic dehydroge-
bentuk heme dan nonheme. Zat besi heme nase.
ditemukan dalam bentuk hemoglobin dan Ikan dapat menyerap zat besi terlarut
zat besi nonheme dalam otot yang disebut dari air melalui insang, sirip dan kulit. Zat
myoglobin. besi dalam bentuk tereduksi, ion Fero
Fungsi dan peranan zat besi dalam (Fe++) lebih mudah diserap karena lebih
tubuh ikan antara lain: mudah larut dalam cairan-cairan pen-
• Unsur yang sangat penting dalam cernaan. Penyerapan zat besi dalam
pigmen darah (hemoglobin dan saluran pencernaan sangat dipengaruhi
myoglobin) oleh kadar keasaman, pH atau keasaman
lambung dan bagian atas usus halus.
• Terlibat dalam pengangkutan oksigen
dalam darah dan urat daging (otot) Ikan sangat membutuhkan zat besi
serta pemindahan/transfer elektron dalam suplai makanannya. Kebutuhan zat
dalam tubuh besi untuk setiap jenis ikan berbeda.
Menurut hasil penelitian Lall (1989) dan
NRC (1993) kebutuhan zat besi pada
setiap jenis ikan dapat dilihat pada Tabel
5.44.

Tabel 5.44 Kebutuhan Zat Besi pada Beberapa Jenis Ikan

No. Jenis Ikan Zat Besi (mg/kg Pakan)

1. Atlantik Salmon (Salmo solar) 60


2. Channel catfish (Ictalurus punctatus) 30
3. Eel (Anguila japonica) 170
4. Common carp (Cyprinus carpio) 150
5. Rainbow trout (Salmo gairdneri) 60
6. Kerapu (Epinephelus sp.) 30

Kekurangan zat besi pada ikan dapat hypochromic microcytic anemia yaitu sel-
membawa dampak yang merugikan bagi sel darah merah berwarna lebih pucat
ikan. Pada beberapa jenis ikan memberi- dengan ukuran sel yang lebih besar.
kan dampak yang berbeda, misalnya pada
ikan channel catfish dapat mengakibatkan Seng (Zn)
pertumbuhan terhambat, konversi pakan Ikan mengakumulasi seng dari dua
rendah, nafsu makan menurun dan sumber, yaitu pakan dan air, namun seng
abnormalitas. Sedangkan pada ikan yang berasal dari pakan penyerapannya
salmon, japanese eel, common carp dan lebih efisien daripada dari air. Seng di
red sea bream dapat mengakibatkan dalam tubuh organisme sangat berperan

298
penting sebagai kofaktor dari beberapa dan jejenum bagian atas. Zat-zat yang
sistem enzim yng penting dalam proses membantu penyerapan mineral seng
metabolisme. antara lain adalah asam amino terutama
Ikan dapat menyerap seng dari histidin dan sistein, asam sitrat, mono-
insang, kulit dan sirip. Seperti unsur sakarida dan komponen-komponen EDTA.
lainnya selain diperoleh dari lingkungan Kebutuhan ikan akan mineral seng ini
perairan mineral seng perlu ditambahkan bervariasi bergantung pada usi, kematang-
kedalam sumber makanannya agar an seksual, komposisi pakan, suhu air dan
kebutuhan ikan akan mineral seng dapat kualitas air. Kebutuhan mineral seng dari
terpenuhi. Mineral seng diserap dengan hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel
bantuan proses difusidalam duodenum 5.45.

Tabel 5.45 Kebutuhan Mineral Seng pada Beberapa Jenis Ikan

No. Jenis Ikan Zat Besi (mg/kg Pakan)

1. Channel catfish (Ictalurus punctatus) 20


2. Tilapia (Oreochromis aurea) 20
3. Common carp (Cyprinus carpio) 15–30
4. Rainbow trout (Salmo gairdneri) 15–30
5. Kerapu (Epinephelus sp.) 50

Dampak dari kekurangan mineral Zn tubuh yang kerdil sedangkan pada


untuk setiap jenis ikan berbeda. Pada ikan channel catfish juga menyebabkan per-
channel catfish dapat menyebabkan tumbuhan lambat serta anorexia.
pertumbuhan menurun, nafsu makan
rendah dan menurunkan tingkat serum Mangan (Mn)
alkaline phosphatase. Pada ikan mas Mangan pada ikan sangat berperan
menyebabkan pertumbuhan lambat, nafsu sebagai enzim aktivator untuk enzim-
makan menurun, kematian tinggi, enzim yang menjembatani transfer dari
pengikisan pada kulit dan sirip serta grup phosphatase, sebagai komponen
menaikkan kadar besi dan tembaga diusus essensial dari enzim piruvate carboxylase,
dan hepatopankreas. sebagai kofaktor atau komponen kunci
Selain itu, menurut Watanabe (1988) dari beberapa sistem enzim, mangan
memperlihatkan bahwa kekurangan seng essensial untuk pembentukan tulang,
pada Rainbow trout dapat menyebabkan regenerasi sel darah merah, metabolisme
pertumbuhan menurun, mortalitas tinggi, karbohidrat dan siklus reproduksi.
pengikisan pada sirip dan kulit serta Kebutuhan mangan pada beberapa
katarak pada mata dan bentuk tubuh jenis ikan berbeda (Tabel 5.46). untuk
menjadi kerdil dan pendek. Pada induk ikan salmon kebutuhan mineral
Japanese eel akan menyebabkan bentuk mangannya > 50 mg/kg.

299
Tabel 5.46 Kebutuhan Mangan pada Beberapa Jenis Ikan

No. Jenis Ikan Zat Besi (mg/kg Pakan)

1. Atlantik Salmon (Salmo solar) 20


2. Channel catfish (Ictalurus punctatus) 20
3. Common carp (Cyprinus carpio) 13
4. Rainbow trout (Salmo gairdneri) 13

Dampak yang diakibatkan dari Tembaga (Cu)


kekurangan mineral mangan pada Tembaga merupakan unsur essensial
komposisi pakan ikan untuk setiap jenis dari sistem oksidasi-reduksi-enzim dan
ikan biasanya berbeda, antara lain adalah; terlibat dalam metabolisme besi. Oleh
berkurangnya pertumbuhan, struktur karena itu, tembaga terlibat dalam sintesis
tulang yang tidak normal pada ikan hemoglobin dan produksi sel darah dan
rainbow trout, carp dan tilapia, rendahnya perawatannya. Tembaga dibutuhkan untuk
daya tetas dan jumla telur pada induk ikan, pembentukan pigmen melanin dan pigmen
ataxia yaitu ketidakmampuan tubuh untuk pada kulit, untuk pembentukan tulang dan
mengkoordinasikan gerakan-gerakan otot penghubung jaringan serta merawat
secara sempurna serta menurunnya keseimbangan serabut myelin dari
penampakan reproduksi. Kekurangan jaringan syaraf.
mangan pada pakan dapat dilakukan Mineral tembaga yang diserap oleh
dengan menambahkan kandungan hewan dan ikan sangat dipengaruhi oleh
mineral mangan dalam pakan dalam jumlah dan bentuk kimia mineral tembaga
bentuk mangan sulphat MnSO 4 ) dan yang diterima, kandungan beberapa ion
mangan klorida (MnCl2). metal lain dan zat-zat organik serta umur.
Kebutuhan mineral tembaga ber-
dasarkan hasil penelitian pada beberapa
jenis ikan dapat dilihat pada Tabel 5.47.

Tabel 5.47 Kebutuhan Mineral Tembaga pada Beberapa Jenis Ikan

No. Jenis Ikan Zat Besi (mg/kg Pakan)

1. Atlantik Salmon (Salmo solar) 5


2. Channel catfish (Ictalurus punctatus) 5
3. Common carp (Cyprinus carpio) 3
4. Rainbow trout (Salmo gairdneri) 3

Dampak kekurangan tembaga pada diamati adalah kalau terjadi keracunan


ikan sebagai organisme air jarang sekali tembaga akibat terjadinya pencemaran
terjadi karena mineral ini sudah cukup lingkungan perairan yang dapat meng-
banyak tersedia dalam air. Pada ikan akibatkan rusaknya insang, mengurangi
dampak mineral tembaga yang sudah pigmentasi dan pertumbuhan lambat.

300
Cobalt (Co) ke dalam tubuh. Ikan memperoleh yodium
Mineral cobalt pada ikan diserap dari dari air melalui pompa brachial dan
air disekitarnya dan masuk melalui insang. makanan. Jumlah total yodium yang
Konsentrasi cobalt yang masuk kedalam terkandung dalam kelenjar thyroid adalah
tubuh ikan sanagt dipengaruhi oleh suhu 70–80%. Yodium terdapat dalam saluran
lingkungan dan konsentrasi kalsium, pencernaan dalam bentuk ion I – dan
dimana dengan meningkatnya suhu dan diserap secara sempurna dalam lambung
kalsium dilingkungan akan meningkatkan dan usus, kemudian ditransport ke kelenjar
konsentrasi cobalt. thyroid dan diubah dalam bentuk yodium
Cobalt mempunyai fungsi dan inorganik yaitu Monoiodotirosin, Diodotirosin,
peranan pada ikan antara lain adalah Triiodothyronine (T3) dan thyroxine (Tetra
merupakan komponen integral dari iodothyronine/T4) serta komponen-
Cyanocobalamin (vitamin B12), sangat komponen organik yang mengandung
dibutuhkan untuk sintesa microflom pada yodium. Yodium yang tertangkap oleh
saluran usus serta sangat penting untuk kelenjar thyroid akan disimpan dalam
pembentukan sel darah merah dan bentuk Tiraglobulin merupakan protein
perawatan jaringan syaraf, cobalt juga yang mengandung yodium.
berfungsi sebagai agen kegiatan untuk Kebutuhan ikan akan yodium berkisar
sistem variasi enzim. antara 1–5 mg/kg pakan. Dampak
Penyerapan mineral cobalt oleh ikan kekurangan yodium pada ikan brook trout
akan meningkat jika tubuh kekurangan mengakibatkan thyroid hyperflasia
dan diserap dalam usus halus. Cobalt (pembengkakan pada kelenjar thyroid),
yang diserap secara normal tidak selalu bentuk tubuh kerdil dan pertumbuhan
dalam bentuk vitamin B12, hanya terhambat.
1/10–1/12 cobalt pada tubuh dalam Selenium (Se)
bentuk vitamin. Kebutuhan mineral cobalt
Selenium adalah bagian yang
oleh ikan berkisar antara 1–6 mg/kg
melengkapi dari enzim Glutation
pakan. Meningkatnya kandungan cobalt
Peroksidase yaitu suatu enzim yang
pada tubuh ikan rainbow trout dapat
merubah hydrogen peroxide dan lemak
menyebabkan racun dan meningkatkan
hydroperoxides ke dalam air dan lemak
haemorrhages pada saluran pencernaan
alkohol secara berurutan. Enzim ini
dan pola putih pada sel darah. Selama
berfungsi dalam melindungi sel dari
masa perkembangan embrio telur ikan
pengaruh peroxides. Enzim ini bersama-
rainbow trout kebutuhan cobalt me-
sama dengan vitamin E berfungsi sebagai
ningkat.
antioksidan biologis yang melindungi
Yodium (I) polyunsaturated phospholipid di dalam sel
Yodium adalah komponen integral dan sub sel membran dari kerusakan
dari hormon thyroid dan sangat penting peroksidatif.
untuk sintesis hormon thyroid, yaitu Selenium diserap oleh ikan dari
Triiodothyronine (T3) dan thyroxine (Tetra makanan dan lingkungan perairan melalui
iodothyronine/T4). Yodium berfungsi untuk jalur gastrointestinal. Duodenum merupa-
mengatur laju metabolisme seluruh proses kan daerah penyerapan utama mineral ini

301
dan akan berikatan pada protein dalam
bentuk asam amino yang mengandung
ikatan sulfur. Selenium yang berikatan
dengan protein ini akan ditransport ke
dalam plasma darah dan jaringan lainnya.
Pada ikan selenium sangat dibutuh-
kan untuk mencegah penyakit otot me-
nyusut (muscular dystrophy). Kebutuhan
selenium untuk mengoptimalkan per-
tumbuhan dan memaksimalkan aktivitas
glutathione peroxidase adalah 0,15–0,28
mg/kg untuk ikan rainbowtrout dan 0,25
mg/kg untuk ikan channel catfish. Pada
ikan rainbow trout dan channel catfish
kekurangan selenium dapat mengakibat-
kan depresi pertumbuhan.

302
BAB VI
TEKNOLOGI PAKAN BUATAN

Pakan buatan adalah pakan yang dibuat diberikan kepada ikan budi daya.
Pengelompokan jenis-jenis pakan ikan
oleh manusia untuk ikan peliharaan yang dapat dibuat berdasarkan bentuk, ber-
berasal dari berbagai macam bahan baku dasarkan kandungan airnya, berdasarkan
yang mempunyai kandungan gizi yang sumber, dan berdasarkan konstribusinya
baik sesuai dengan kebutuhan ikan dan pada pertumbuhan ikan. Jenis-jenis pakan
dalam pembuatannya sangat memperhati- buatan berdasarkan bentuk antara lain
kan sifat dan ukuran ikan. Pakan buatan sebagai berikut.
dibuat oleh manusia untuk mengantisipasi
kekurangan pakan yang berasal dari alam 1. Bentuk larutan
yang kontinuitas produksinya tidak dapat Digunakan sebagai pakan
dipastikan. Dengan membuat pakan burayak ikan (berumur 2–20 hari).
buatan diharapkan jumlah pakan yang Larutan ada 2 macam, yaitu: 1)
dibutuhkan oleh ikan akan terpenuhi setiap Emulsi, bahan yang terlarut menyatu
saat. Pakan buatan yang berkualitas baik dengan air pelarutnya; 2) Suspensi,
harus memenuhi kriteria-kriteria berikut. bahan yang terlarut tidak menyatu
• Kandungan gizi pakan terutama dengan air pelarutnya. Bentuk larutan
protein harus sesuai dengan kebutuh- ini biasanya diberikan pada saat larva
an ikan. dengan komposisi bahan baku yang
utama adalah kuning telur bebek atau
• Diameter pakan harus lebih kecil dari
ayam dengan tambahan vitamin dan
ukuran bukaan mulut ikan.
mineral.
• Pakan mudah dicerna.
• Kandungan nutrisi pakan mudah 2. Bentuk tepung/meals
diserap tubuh. Digunakan sebagai pakan larva
• Memiliki rasa yang disukai ikan. sampai benih (berumur 2–40 hari).
Tepung halus diperoleh dari remah
• Kandungan abunya rendah.
yang dihancurkan atau dibuat
• Tingkat efektivitasnya tinggi. komposisi dari berbagai sumber
Sebelum melakukan pembuatan bahan baku seperti menyusun
pakan ikan harus dipahami terlebih dahulu formulasi pakan, biasanya diberikan
tentang jenis-jenis pakan yang dapat pada larva sampai benih ikan.

303
3. Bentuk butiran/granules 7. Bentuk pelet terapung/floating
Digunakan sebagai pakan benih Biasa digunakan untuk kegiatan
gelondongan (berumur 40–80 hari). pembesaran ikan air tawar maupun
Tepung kasar juga diperoleh dari ikan air laut yang mempunyai
remah yang dihancurkan atau dibuat kebiasaan tingkah laku ikan tersebut
sama seperti membuat formulasi berenang di permukaan perairan.
pakan lengkap dan bentuknya dibuat Ukuran ikan yang mengkonsumsi
menjadi butiran. pakan bentuk pelet bervariasi dari
4. Bentuk remahan/crumble ukuran bukaan mulut lebih dari 2 mm
maka ukuran pelet yang dibuat
Digunakan sebagai pakan
gelondongan besar/ikan tanggung biasanya 50%nya yaitu 1 mm. Bentuk
(berumur 80–120 hari). Remah ber- pelet ini juga dapat digunakan sebagai
asal dari pelet yang dihancurkan pakan ikan dewasa yang sudah
menjadi butiran kasar. mempunyai berat > 60–75 gram dan
berumur > 120 hari.
5. Bentuk lembaran/flake
Biasa diberikan pada ikan hias Jenis pakan ikan berdasarkan
atau ikan laut dan dibuat dari berbagai kandungan airnya dapat dikelompokkan
bahan baku disesuaikan dengan menjadi tiga sebagai berikut.
kebutuhan dan pada saat akan di- 1. Pakan basah yaitu pakan yang
bentuk dapat menggunakan peralatan mengandung air biasanya lebih dari
pencetak untuk bentuk lembaran atau 50%. Pakan basah biasanya terdiri
secara sederhana dengan cara mem- dari pakan segar atau pakan beku,
buat komposisi pakan kemudian berupa cincangan atau gilingan
komposisi berbagai bahan baku daging ikan yang tidak bernilai
tersebut dibuat emulsi yang kemudian ekonomis. Jenis pakan ini biasa
dihamparkan di atas alas aluminium diberikan kepada induk-induk ikan
atau seng dan dikeringkan, kemudian laut/udang, contoh pakan basah
diremas-remas. antara lain cincangan daging cumi-
6. Bentuk pellet tenggelam/sinking cumi atau ikan laut.
Biasa digunakan untuk kegiatan 2. Pakan lembab yaitu pakan yang
pembesaran ikan air tawar maupun mengandung air berkisar antara 20–
ikan air laut yang mempunyai kebiasa- 40%. Pakan lembab dibuat sebagai
an tingkah laku ikan tersebut alternatif dari pakan basah yang
berenang di dalam perairan. Ukuran banyak kekurangannya antara lain
ikan yang mengkonsumsi pakan dapat mencemari perairan dan
bentuk pelet bervariasi dari ukuran kekurangan asam amino tertentu.
bukaan mulut lebih dari 2 mm maka Pakan lembab ini dibuat dengan
ukuran pelet yang dibuat biasanya komposisi pakan sesuai kebutuhan
50%nya yaitu 1 mm. Bentuk pelet ini ikan tetapi dalam prosesnya tidak
juga dapat digunakan sebagai pakan dilakukan pengeringan, dibiarkan
ikan dewasa yang sudah mempunyai lembab dan disimpan dalam bentuk
berat > 60–75 gram dan berumur pasta kemudian dibekukan. Tetapi ada
> 120 hari. juga pakan basah ini dibuat dengan

304
komposisi ikan yang dipasteurisasi 2. Complete Feed/pakan lengkap yaitu
ditambah beberapa tambahan seperti pakan yang dalam konstribusinya
perekat, vitamin dan mineral, atau menghasilkan penambahan berat
silase ikan yang diberi beberapa badan lebih dari 50%. Jenis pakan ini
komposisi zat tambahan. Pakan biasanya adalah pakan kering dengan
lembab ini dapat diberikan pada berbagai bentuk di mana komposisi
ukuran ikan dari benih sampai ke bahan bakunya lengkap sehingga
pembesaran. kandungan protein pakan mencukupi
3. Pakan kering yaitu pakan yang kebutuhan ikan yang akan meng-
mengandung air kurang dari 10%. konsumsinya.
Jenis pakan ini yang biasa digunakan Dengan mengetahui jenis-jenis pakan
pada budi daya ikan secara intensif maka para pembudidaya ikan dapat
karena sangat mudah dalam proses menentukan jenis pakan yang akan dibuat
distribusi, penyimpanan, dan pe- disesuaikan dengan ikan yang akan
nanganannya. Jenis pakan kering ini dipeliharanya. Jenis pakan buatan yang
dapat dibuat dengan berbagai macam akan dibahas dalam buku ini adalah pakan
bentuk disesuaikan dengan kebutuh- buatan yang akan dikonsumsi oleh ikan
an ikan dan pada setiap tahapan budi yang berukuran induk, larva atau benih
daya dapat menggunakan pakan sesuai dengan kebutuhan nutrisi ikan
kering ini disesuaikan dengan ukuran dalam bentuk pakan kering atau lembab.
dan jenis ikan yang akan meng- Pakan buatan yang dibuat sesuai dengan
konsumsinya. kebutuhan nutrisi ikan akan memberikan
Jenis pakan ikan berdasarkan pertumbuhan yang optimal bagi ikan yang
sumbernya dapat dikelompokkan menjadi mengkonsumsinya. Selain itu, pakan yang
dua yaitu pakan alami dan pakan buatan. dibuat sendiri mempunyai kandungan
Dalam buku teks ini akan dibahas secara protein dan energi yang sesuai dengan
detail setiap kelompok pakan ini pada bab kebutuhan ikan serta mempunyai harga
tersendiri yaitu teknologi pembuatan yang lebih murah dibandingkan dengan
pakan dan teknologi produksi pakan alami. membeli pakan buatan. Pakan merupakan
Jenis pakan ikan berdasarkan komponen biaya operasional yang cukup
konstribusinya dalam menghasilkan besar dalam suatu usaha budi daya ikan
penambahan berat badan dapat di- sekitar 60% merupakan biaya pakan. Oleh
kelompokkan menjadi dua yaitu: karena itu, dengan mempunyai kompetensi
pembuatan pakan ikan diharapkan akan
1. Suplementary Feed/pakan suplemen mengurangi biaya produksi yang cukup
yaitu pakan yang dalam konstribusi- besar.
nya hanya menghasilkan penambah-
an berat badan kurang dari 50%. Jenis Dalam membuat pakan buatan
pakan ini biasanya dibuat oleh para langkah pertama yang harus dilakukan
pembudidaya ikan dengan men- adalah melakukan perencanaan pembuat-
campurkan beberapa bahan baku an pakan buatan. Perencanaan terhadap
tanpa memperhitungkan kandungan pembuatan pakan harus dibuat dengan
proteinnya sehingga kandungan seksama agar pakan yang dibuat sesuai
nutrisi dari pakan ini tidak lengkap. dengan kebutuhan ikan yang meng-

305
konsumsinya. Pengetahuan pertama yang • Mempunyai nilai gizi tinggi, dengan
harus dipahami adalah mengenai bahan baku yang bergizi tinggi akan
kandungan nutrisi dari pakan buatan. diperoleh pakan yang dapat dicerna
Kandungan nutrisi yang terdapat oleh ikandan dapat menjadi daging
didalam pakan buatan harus terdiri dari ikan lebih besar dari 50%.
protein, lemak, karbohidrat, vitamin, dan • Tidak mengandung racun, bahan
mineral. Komposisi nutrisi pakan yang baku yang mengandung racun akan
terdapat pada pakan buatan sangat menghambat pertumbuhan ikan dan
spesifik untuk setiap ukuran ikan. Kualitas dapat membuat ikan mati.
pakan buatan ditentukan antara lain oleh • Sesuai dengan kebiasaan makan
kualitas bahan baku yang ada. Hal ini ikan, bahan baku yang digunakan
disebabkan selain nilai gizi yang di- sebaiknya disesuaikan dengan
kandung bahan baku harus sesuai dengan kebiasaan makan ikan dialam, hal ini
kebutuhan ikan, juga pakan buatan ini dapat meningkatkan selera makan
disukai ikan baik rasa, aroma dan lain dan daya cerna ikan. Seperti diketahui
sebagainya yang dapat merangsang ikan bahwa berdasarkan kebiasaan
untuk memakan pakan buatan ini. Kajian makannya jenis pakan dapat di-
tentang materi ini telah dibahas dalam bab kelompokkan menjadi tiga yaitu
sebelumnya yaitu tentang nutrisi ikan. herbivor, omnivor dan karnivor. Maka
dalam memilih bahan baku yang akan
6.1 Jenis-Jenis Bahan Baku digunakan untuk ikan herbivor akan
Bahan baku yang dapat digunakan sangat berbeda untuk ikan karnivora
dalam membuat pakan buatan ada atau omnivor. Pada ikan herbivor
beberapa macam. Dalam memilih komposisi bahan baku lebih banyak
beraneka macam bahan baku tersebut yang berasal dari nabati dan untuk
harus dipertimbangkan beberapa per- ikan karnivor maka komposisi bahan
syaratan. Persyaratan pemilihan bahan bakunya lebih banyak berasal dari
baku ini dapat dikelompokkan menjadi dua hewani. Beberapa jenis ikan berdasar-
yaitu persyaratan teknis dan persyaratan kan kebiasaan makannya dapat dilihat
sosial ekonomis. Persyaratan teknis yang pada Tabel 6.1.
harus diperhatikan dalam memilih bahan
baku untuk pembuatan pakan buatan
adalah:

306
Tabel 6.1 Beberapa Jenis Ikan Berdasarkan Kebiasaan Makannya (Hertrampf, J.W
and Pascual, F.P, 2000)

Kelompok Jenis Ikan

Herbivora Big head carp (Aristichtus nobilis)


Grass carp/ikan koan (Ctenopharyngodon idellus)
Javanese carp (Puntius gonionotus)
Silver carp (Hypothalmichtys molitrix)
Gurami (Osphyronemus gourami)
Bandeng (Chanos chanos)
Perch (Perca sp.)
Rabbit fish/beronang (Siganus guttatus)
Tilapia (Oreochromis sp.)
Siamemese gurami (Trichogaster pectoralis)
Omnivora Channel catfish/lele amerika (Ictalurus punctatus)
Common carp/ikan mas (Cyprinus carpio)
Grey mullet/ikan belanak (Mugil cephalus)
Karnivora Black carp (Mylopharyngodon piceus)
Catfish/ikan lele (Clarias batrachus)
Grouper/ikan kerapu (Epinephelus sp.)
Atlantic salmon (Salmo salar)
Pacific salmon (Oncorhynchus spp)
Seabass/ikan kakap (Lates calcarifer)
Brown trout (Salmo trutta)
Rainbow trout (Salmo gairdneri)

Persyaratan sosial ekonomis yang Bahan baku hewani adalah bahan


perlu diperhatikan dalam memilih bahan baku yang berasal dari hewan atau
baku untuk pembuatan pakan buatan bagian-bagian tubuh hewan. Bahan baku
adalah: hewan ini merupakan sumber protein yang
• Mudah diperoleh. relatif lebih mudah dicerna dan kandungan
• Mudah diolah. asam aminonya lebih lengkap dibanding-
• Harganya relatif murah. kan dengan bahan baku nabati. Beberapa
macam bahan baku hewani yang biasa
• Bukan merupakan makanan pokok
digunakan dalam pembuatan pakan ikan
manusia, sehingga tidak merupakan
antara lain:
saingan.
• Tepung ikan
• Sedapat mungkin memanfaatkan
limbah industri pertanian. • Silase ikan
• Tepung udang
Jenis-jenis bahan baku yang diguna-
• Tepung cumi-cumi
kan dalam membuat pakan buatan dapat
• Tepung cacing tanah
dikelompokkan menjadi tiga kelompok
yaitu bahan baku hewani, bahan baku • Tepung benawa/kepiting
nabati, dan bahan baku limbah industri • Tepung darah
pertanian. • Tepung tulang
• Tepung hati
• Tepung artemia

307
Bahan baku nabati adalah bahan tersebut. Jumlah bahan tambahan yang
baku yang berasal dari tumbuhan atau digunakan biasanya relatif sedikit tetapi
bagian dari tumbuh-tumbuhan. Bahan harus ada dalam meramu pakan buatan.
nabati pada umumnya merupakan sumber Jenis-jenis bahan tambahan antara lain
karbohidrat, namun banyak juga yang terdiri dari:
kaya akan protein dan vitamin. Beberapa • Vitamin dan mineral, vitamin dan
macam bahan baku nabati yang biasa mineral dibutuhkan dalam jumlah
digunakan dalam pembuatan pakan ikan sedikit karena tidak dapat dibuat
antara lain terdiri dari: sendiri oleh tubuh ikan maka dalam
• Tepung kedelai pembuatan pakan harus ditambah-
• Tepung jagung kan. Jumlah pemberian vitamin dan
• Tepung terigu mineral dalam pakan buatan berkisar
• Tepung tapioka antara 2–5%. Vitamin dan mineral
• Tepung sagu untuk membuat pakan ikan dapat
dibuat sendiri yang disebut vitamin
• Tepung daun lamtoro
premix atau membelinya di toko.
• Tepung daun singkong
Vitamin dan mineral dijual di toko
• Tepung kacang tanah penggunaannya sebenarnya untuk
• Tepung beras ternak tetapi dapat juga digunakan
Bahan baku limbah industri pertanian untuk ikan. Merek dagang vitamin dan
adalah bahan baku yang berasal dari mineral tersebut antara lain Aquamix,
limbah pertanian baik hewani maupun Rajamix, P fizer Premix A, P frizer
nabati. Beberapa macam bahan limbah Premix B, Top Mix, dan Rhodiamix
yang sering digunakan sebagai bahan 273.
baku pembuatan pakan ikan antara lain • Antioksidan, antioksidan adalah zat
terdiri dari: antigenik yang dapat mencegah
• Tepung kepala udang terjadinya oksidasi pada makanan dan
• Tepung anak ayam bahan-bahan makanan. Penggunaan
• Tepung darah antioksidan dalam pembuatan pakan
ikan bertujuan untuk mencegah
• Tepung tulang
penurunan nilai nutrisi makanan dan
• Ampas tahu
bahan-bahan makanan ikan serta
• Bungkil kelapa mencegah terjadinya ketengikan
• Dedak halus lemak atau minyak, serta untuk
• Isi perut hewan mamalia mencegah kerusakan vitamin yang
Selain ketiga jenis bahan baku larut dalam lemak. Dalam memilih
tersebut untuk melengkapi ramuan dalam jenis antioksidan yang akan diguna-
pembuatan pakan buatan biasanya kan harus diperhatikan beberapa
diberikan beberapa bahan tambahan. syarat berikut.
Jumlah bahan tambahan (feed additive) – Antioksidan harus efektif.
yaitu bahan makanan atau suatu zat yang – Tidak bersifat racun bagi ikan.
ditambahkan dalam komposisi pakan – Harus efektif dalam konsentrasi
untuk meningkatkan kualitas dari pakan rendah.
– Mempunyai nilai ekonomis.

308
Jenis antioksidan yang biasa diguna- • Pigmen adalah zat pewarna yang
kan dalam pembuatan pakan buatan dapat diberikan dalam komposisi
adalah BHA (Butil Hidroksi Anisol) dan pakan buatan yang peruntukkannya
BHT (Butil Hidroksi Toluene). Jumlah yang untuk pakan ikan hias, di mana pada
aman digunakan sebaiknya 200 ppm atau ikan hias yang dinikmati adalah
0,02% dari kandungan lemak dalam keindahan warna tubuhnya sehingga
pakan, sedangkan jenis antioksidan dengan menambahkan pigmen ter-
lainnya yaitu Etoksikuin dapat digunakan tentu ke dalam pakan buatan akan
sebesar 150 mg/kg pakan. Selain itu memunculkan warna tubuh ikan hias
vitamin C saat ini merupakan salah satu yang indah sesuai dengan keinginan
jenis vitamin yang dapat berfungsi sebagai pembudidaya. Jenis pigmen yang ada
antioksidan. dapat diperoleh dari bahan-bahan
• Bahan pengikat (Binder), penambah- alami atau sintetik seperti pigmen
an bahan pengikat di dalam ramuan karoten, astaxantin, dan sebagainya.
pakan buatan berfungsi untuk menarik Dosis pemberian pigmen dalam
air, memberikan warna yang khas dan komposisi pakan biasanya berkisar
memperbaiki tekstur produk. Jenis antara 5–10%.
bahan pengikat yang dapat digunakan • Antibiotik adalah zat atau suatu jenis
antara lain agar-agar, gelatin, tepung obat yang biasa ditambahkan dalam
kanji, tepung terigu, tepung maizena, komposisi pakan untuk menyembuh-
Carboxymethy Cellulose (CMC), kan ikan yang terserang penyakit oleh
karageenan, dan asam alginat. bakteri. Dengan pemberian obat
Jumlah penggunaan bahan pengikat dalam pakan yang berarti pengobatan
ini berkisar antara 5–10%. dilakukan secara oral mempermudah
• Asam amino essensial sintetik adalah pembudidaya untuk menyembuhkan
asam-asam amino yang sangat ikan.
dibutuhkan sekali oleh ikan untuk • Attractants adalah suatu zat
pertumbuhannya dan tidak dapat perangsang yang biasa ditambahkan
diproduksi oleh ikan. Asam amino ini dalam komposisi pakan udang/ikan
dapat diperoleh dari hasil perombakan laut. Seperti diketahui udang merupa-
protein. Protein tersebut diperoleh dari kan organisme yang hidupnya di dasar
sumber bahan baku hewani dan dan untuk menarik perhatiannya ter-
nabati. Tetapi ada sumber bahan baku hadap pakan buatan biasanya di-
yang kandungan asam aminonya tambahkan zat perangsang agar
tidak mencukupi. Oleh karena itu, bisa pakan buatan tersebut mempunyai
ditambahkan asam amino buatan/ bau yang sangat menyengat sehingga
sintetik ke dalam makanan ikan. Jenis merangsang udang/ikan laut untuk
asam amino essensial tersebut makan pakan ikan tersebut. Beberapa
arginine, histidine, isoleucine, lysine, jenis attractant yang biasa digunakan
methionine, phenylalanine, threonine, dari bahan alami atau sintetis antara
tryptophan, valine, dan leucine. lain terasi udang, kerang darah,
glysine 2%, asam glutamate, cacing
tanah, atau sukrosa.

309
• Hormon, adalah suatu bahan yang Selain mengetahui jenis-jenis bahan
dikeluarkan oleh kelenjar endokrin dan baku yang akan digunakan untuk mem-
ditransportasikan melalui pembuluh buat pakan buatan harus mengetahui
darah ke jaringan lain di mana beraksi kandungan nutrisi dari bahan baku yang
mengatur fungsi dari jaringan target. akan digunakan untuk membuat pakan
Ada banyak jenis hormon yang buatan. Kandungan nutrisi bahan baku
terdapat pada makhluk hidup. dapat diketahui dengan melakukan analisa
Penggunaan hormon dalam pakan proximat terhadap bahan baku tersebut.
buatan yang telah dicoba pada Dari hasil analisa proximat akan diketahui
beberapa ikan antara lain ikan kandungan zat gizi bahan baku yang
bandeng, ikan kerapu adalah pem- meliputi: kadar air, kadar abu, kadar
buatan pakan dalam bentuk pelet protein, kadar lemak, kadar serat kasar,
kolesterol, di mana pada pakan dan kadar bahan ekstra tanpa nitrogen
buatan tersebut ditambahkan hormon (BETN). Adapun komposisi kandungan
yang bertujuan untuk mempercepat nutrisi bahan baku dapat dilihat pada tabel
tingkat kematangan gonad. Hormon 6,2, 6,3, dan 6.4.
yang digunakan kombinasi antara 17
α-metiltestoteron dan α-LHRH.

Tabel 6.2 Kandungan Nutrisi Bahan Baku Nabati

No. Jenis Bahan Baku Protein % Karbohidrat % Lemak %

1. Dedak padi 11,35 28,62 12,15


2. Dedak gandum 11,99 64,78 1,48
3. Cantel 13,00 47,85 2,05
4. Tepung terigu 8,90 77,30 1,30
5. Tepung kedelai 39,6 29,50 14,30
6. Tahu 7,80 1,60 4,60
7. Tepung sagu 7,25 77,45 0,55
8. Bungkil kelapa 17,09 23,77 9,44
9. Biji kapok randu 27,40 18,60 5,60
10. Biji kapas 19,40 – 19,50
11. Tepung daun turi 27,54 21,30 4,73
12. Tepung daun lamtoro 36,82 16,08 5,40
13. Te[ung daun singkong 34,21 14,69 4,60
14. Tepung jagung 7,63 74,23 4,43
15. Kanji 0,41 86,40 0,54

310
Tabel 6.3 Kandungan Nutrisi Bahan Baku Hewani

No. Jenis Bahan Baku Protein % Karbohidrat % Lemak %

1. Tepung ikan import 62,65 5,81 15,38


2. Tepung rebon 59,40 3,20 3,60
3. Benawa/kepiting 23,38 0,06 25,33
4. Tepung ikan mujair 55,6 7,36 11,2
5. Ikan teri kering 63,76 4,1 3,7
6. Ikan petek kering 60,0 2,08 15,12
7. Tepung kepiting 53,62 13,15 3,66
8. Tepung cumi 62,21 – –
9. Tepung ikan kembung 40,63 1,26 5,25
10. Rebon basah Tepung 13,37 1,67 1,52
11. bekicot Tepung 54,29 30,45 4,18
12. cacing tanah Tepung 72,00 – –
13. artemia 42,00 – –
14. Telur ayam/itik 12,80 0,70 11.50
15. Susu 35,60 52,00 1,00

Tabel 6.4 Kandungan Nutrisi Bahan Baku Limbah Pertanian

No. Jenis Bahan Baku Protein % Karbohidrat % Lemak %

1. Isi perut hewan mamalia 8,39 5,54 53,53


2. Tepung anak ayam 61,65 – 27,3
3. bungkil kelapa sawit 18,7 64 4,5
4. Tepung kepala udang 53,74 0 6,65
5. Tepung anak ayam 61,56 – 27,30
6. Tepung kepompong ulat 46,74 – 29,75
sutera
7. Bungkil kacang tanah 49,5 28,3 11,4
8. Tepung darah 71,45 13,32 0,42
9. Silase ikan 18,20 – 1,20
10. Ampas tahu 23,55 43,45 5,54
11. Bekatul 10,86 45,46 11,19
12. Tepung menit 8,64 88,03 1,92

311
Bagaimanakah anda melakukan dikarenakan ikan-ikan laut merupakan
penyiapan bahan baku yang akan diguna- organisme air yang bersifat karnivora yaitu
kan untuk membuat pakan buatan? organisme air yang makanan utamanya
Apakah bahan baku itu? Materi dalam adalah berasal dari hewani, dalam hal ini
buku ini atau mencari referensi lain dari adalah ikan-ikan yang mempunyai ukuran
buku, internet, majalah, dan sebagainya. tubuhnya lebih kecil dari yang meng-
Bahan baku adalah bahan yang akan konsumsinya.
digunakan untuk membuat pakan buatan. Berdasarkan kebiasaan makan pada
Bahan baku yang akan digunakan dapat setiap jenis ikan maka jenis-jenis bahan
disesuaikan dengan jenis ikan yang akan baku yang akan digunakan untuk ikan
mengkonsumsi pakan buatan tersebut. karnivora atau herbivora/omnivora akan
Jenis-jenis bahan baku yang dapat sangat berbeda dalam pemilihannya.
digunakan untuk membuat pakan buatan Berdasarkan hasil penelitian yang telah
untuk induk, larva dan benih ikan dapat dilakukan oleh Tacon (1988) dalam
dikelompokkan menjadi bahan baku Millamena et al (2000) telah direkomendasi-
hewani, nabati, dan bahan tambahan. kan penggunaan beberapa bahan baku
Jenis bahan baku yang akan digunakan yang dapat digunakan berdasarkan
untuk pembuatan pakan ikan laut biasanya kebiasaan makan ikan (Tabel 6.5).
berasal dari sumber hewani. Hal ini
Tabel 6.5 Rekomendasi Penggunaan Bahan Baku untuk Pakan Ikan dan Udang dalam
% (Tacon, 1988)
Ikan Ikan Herbivora/ Udang Udang
Jenis Bahan Baku
Karnivora Omnivora Karnivora Herbivora/Omnivora

Tepung alfalfal Tepung 5 10 5 10


darah Cassava/tepung 10 10 10 10
tapioka Tepung kelapa 15 35 15 25
Tepung biji jagung 15 25 15 25
Tepung maizena 20 35 15 –
Tepung biji kapas 15 20 15 20
Penyulingan jagung 15 20 10 15
Dicalsium phosphate 10 15 10 15
Tepung bulu ayam 3 3 3 3
Tepung ikan 10 10 10 10
Konsentrat protein ikan Bebas Bebas 20 35
Tepung giling 15 10 15 15
Tepung hati 15 25 15 25
Tepung daging dan tulang 50 50 25 20
Tepung limbah peternakan 20 25 15 20
Tepung minyak lobak 15 20 15 20
Tepung kulit padi 20 25 15 20
Tepung udang 15 35 15 35
Tepung cumi 25 25 Bebas Bebas
Tepung gandum Bebas Bebas Bebas Bebas
Tepung kedelai 20 35 15 35
Tepung kedelai penuh lemak 25 35 20 30
Tepung terigu 35 40 20 30
Biji gandum 20 35 20 35
Tepung kanji 15 30 15 30
Air dadih 15 15 20 20
Yeast kering 10 10 10 10
15 15 15 15

312
Ikan karnivora di alam akan memakan menggantikan kebutuhan ikan laut akan
ikan yang lebih kecil ukurannya, didalam pakan. Pakan buatan untuk ikan laut
suatu usaha budi daya biasanya diberikan bahan baku yang biasa digunakan antara
ikan-ikan rucah. Kontinuitas ikan rucah di lain dapat dilihat pada Tabel 6.6. Kandung-
alam sangat bergantung kepada keter- an nutrisi bahan baku yang biasa diguna-
sediaan alam. Oleh karena itu, pembuatan kan untuk membuat pakan buatan dapat
pakan buatan diharapkan mampu dilihat pada Tabel 6.6.

Tabel 6.6 Jenis dan Kandungan Nutrisi Bahan Baku Ikan Karnivora
Kadar Kadar Kadar Kadar Serat Kadar Kadar
Jenis Bahan Baku
Protein Lemak Karbohidrat Kasar Air Abu

Tepung mujair 55,60 11,20 7,36 – 6,34 19,50


Tepung petek 66,00 15,12 2,08 – 9,60 13,20
Tepung teri 63,76 3,70 4,10 – 10,28 18,28
Tepung tongkol 55,72 4,11 6,62 – 4,95 28,60
Tepung kembung 40,36 5,25 1,26 – 20,90 31,96
Tepung cumi 74,80 8,80 – 0 – 3,40
Tepung kepala udang 43,95 5,11 0,26 17,45 6,53 26,70
Tepung kerang 66,56 – – – – –
Tepung darah 93,00 1,40 – 1,10 – 7,10
Tepung kedelai 37,42 6,26 47,51 – 8,48 4,98
Tepung kanji 0,41 0,54 73,24 13,16 12,80 1,55
Tepung beras 14,10 15,10 – 12,80 – 12,80
Tepung sagu 7,25 0,55 66,21 11,24 8,49 1,53
Tepung ketan 8,21 2,13 83,12 2,26 1,32 2,96
Tepung dedak 10,86 11,19 34,73 13,16 12,60 1,55
Tepung jagung 7,63 4,43 72,71 1,52 11,02 2,70

Selain itu untuk menambah pengetahu- dilakukan pada laboratorium Southeast


an tentang jenis-jenis bahan baku yang Asian Fisheries Development Center,
dapat digunakan untuk membuat pakan Aquaculture Departement, Philipina dapat
ikan, berdasarkan hasil analisa proksimat dilihat pada Tabel 6.7.
kandungan bahan baku pakan yang telah

313
Tabel 6.7 Hasil Analisa Proksimat Bahan Baku (Mllamena et al, 2000).
Bahan Ekstra
Kadar Kadar Kadar Kadar Serat Tanpa
Jenis Bahan Baku Abu
Air Protein Lemak Kasar Nitrogen

Sumber Hewani
Tepung ikan lokal 10,3 64,1 6,5 0,8 8,5 20,1
Tepung ikan chili 8,4 70,1 8,5 0,5 4,1 16,8
Tepung ikan danish 9,5 73,9 9,4 0,3 2,4 14,0
Tepung ikan Peru 1 8,3 68,3 5,9 0,8 7,7 17,3
Tepung ikan Peru 2 7,1 67,9 10,0 1,3 4,1 16,7
Tepung ikan tuna 9,4 65,4 8,0 0,8 8,8 17,0
Tepung ikan putih 7,2 69,0 7,6 0,6 4,8 18,0
Tepung kepala udang 6,5 51,2 5,2 13,3 5,3 25,0
Tepung udang 8,2 68,6 3,9 3,6 7,6 16,3
Tepung cumi 6,9 78,5 5,5 1,3 6,7 8,0
Tepung kepiting 5,5 74,1 7,1 0,9 8,1 9,8
Tepung kodok 7,6 62,5 1,7 1,2 4,7 29,9
Tepung darah 6,3 87,7 3,0 0,4 3,3 5,6
Tepung daging & tulang 5,6 46,8 9,6 2,0 7,5 34,1

Nabati
Tepung daun akasia 4,4 25,7 5,6 21,2 41,7 5,8
Tepung daun alfalfal 7,2 17,2 3,0 27,7 42,9 9,2
Tepung daun camote 4,5 29,7 4,9 10,0 43,2 12,2
Tepung daun cassava 5,9 22,1 9,3 12,4 49,2 7,0
Tepung daun ipil 7,8 25,1 6,8 10,6 44,0 13,5
Tepung daun kangkung 5,7 28,5 5,4 10,5 43,6 12,0
Tepung malunggay 3,5 30,4 8,4 8,3 43,7 9,2
Tepung daun pepaya 5,4 20,7 11,6 11,2 42,6 13,9
Tepung copra 7,9 22,0 6,7 17,3 44,3 9,7
Cowpea 8,0 23,0 1,3 4,1 67,5 4,1
Mugbean hijau 7,1 23,2 1,2 3,1 68,7 3,8
Mugbean kuning 7,7 24,1 1,1 3,8 67,1 3,9
Butiran beras 5,0 26,5 0,8 4,0 64,6 4,1
Tepung jagung 8,4 7,8 4,7 2,6 83,1 1,8
Tepung tapioka 11,9 0,4 0,2 1,1 98,2 0,1
Tepung roti 12,1 12,9 1,2 0,3 84,9 0,7
Tepung terigu 11,3 15,3 1,7 0,8 81,1 1,1
Tepung pollard 9,5 15,4 4,5 10,3 64,0 5,8
Tepung biji gandum 6,0 27,8 4,3 3,4 59,6 4,9
Tepung maizena 7,3 62,6 7,7 2,2 25,9 1,6
Tepung beras 9,2 13,3 14,1 8,5 53,4 10,7
Dedak 7,0 3,3 2,0 32,4 41,6 20,7
Tepung jagung 5,6 35,8 19,8 4,9 33,9 5,6

314
Bahan Ekstra
Kadar Kadar Kadar Kadar Serat Tanpa
Jenis Bahan Baku Abu
Air Protein Lemak Kasar Nitrogen

Sumber Lainnya
Casein 7,2 89,7 0,1 0,3 8,9 1,0
Tepung kepiting 4,2 37,9 4,1 10,7 8,9 38,4
Gelatin 7,9 94,4 0,0 0,1 5,1 0,4
Tepung kerang hijau 5,9 64,6 8,6 3,0 12,5 11,8
Tepung oyster 4,4 54,6 9,4 4,0 20,1 11,9
Tepung scallops 7,3 65,2 10,9 1,4 8,8 13,7
Tepung snail 4,0 52,1 1,8 2,1 15,7 28,3
Ragi breewer 7,2 49,4 1,6 2,4 34,5 12,1
Ragi candida 8,3 55,2 0,8 1,7 35,1 7,4

Pakan Alami
Acartia sp. 7,8 71,2 8,3 5,4 9,9 5,2
Artemia 8,0 55,5 6,8 11,3 15,0 11,4
Azolla 8,0 27,2 3,4 12,9 36,5 20,0
Brachionus sp. 8,1 51,9 10,4 3,5 15,3 18,9
Chaetoceros calcitran 7,6 24,4 7,1 2,5 26,7 39,3
Chlorella air laut 10,1 35,1 4,2 5,6 27,7 27,4
Isochrysis galbana 10,4 33,6 18,1 4,4 23,0 20,9
Moina macrocopa 8,5 57,8 7,6 8,4 17,2 9,0
Sargassum 10,4 9,0 0,8 9,6 46,4 34,2
Skeletonema 10,4 24,7 2,6 0,7 20,2 51,8
Spirulina 8,0 56,7 2,8 0,6 28,1 11,8
Tetraselmis sp. 5,5 49,1 10,7 2,1 19,0 19,1
Digman 9,8 20,6 3,3 16,4 35,9 23,8
Enteromorpha 15,2 13,8 1,9 9,3 36,9 38,1
Gracilaria sp. 7,0 10,2 0,4 5,8 44,8 38,8
Kappaphycus sp. 6,1 5,4 0,8 6,1 57,3 30,4

Hasil analisa proksimat dari setiap pemahaman tentang bahan baku tersebut
bahan baku yang akan digunakan untuk sangat penting.
membuat pakan ikan dapat digunakan
sebagai acuan dalam melakukan per- 6.2 Penyusunan Formulasi
hitungan formulasi pakan. Pada tabel
Pakan
sebelumnya telah diuraikan tentang kadar
karbohidrat dari setiap bahan baku pakan Jenis bahan baku yang harus
untuk memudahkan dalam menghitung disiapkan sangat bergantung kepada jenis
jumlah energi dalam setiap formulasi. ikan yang akan mengkonsumsi pakan
tersebut dan stadia pemberian pakannya.
Seperti diketahui bahwa dari hasil
Selain itu untuk mengetahui jenis-jenis
analisa proksimat karbohidrat dibagi
bahan baku yang akan dipilih harus
menjadi serat kasar dan bahan ekstrak
dilakukan perhitungan. Perhitungan
tanpa nitrogen. Sedangkan untuk meng-
jumlah bahan baku yang akan digunakan
hitung energi yang digunakan adalah
untuk membuat pakan ikan tersebut
kadar karbohidrat, tetapi untuk mengetahui
dinamakan menyusun formulasi pakan.
daya cerna setiap bahan baku yang dapat
Setelah mengetahui tentang jenis-jenis
digunakan untuk membuat pakan ikan
bahan baku yang akan digunakan untuk
adalah kadar serat kasar. Oleh karena itu,
membuat pakan, kandungan zat gizi dari

315
bahan-bahan baku tersebut dan cara 5. Jumlah keseluruhan bahan baku
menyusun formulasi/ramuan pakan dalam menyusun formulasi pakan ikan
buatan barulah kita dapat membuat pakan ini harus 100%.
buatan. Pada bagian sebelumnya telah
Ada beberapa metode yang diguna-
dibahas tentang jenis bahan baku dan
kan dalam menyusun formulasi pakan
kandungan gizinya selanjutnya menyusun
antara lain:
formulasi.
1. Metode Pearsons Square (Metode
Pengetahuan yang harus dipahami segi empat Pearsons)
dalam menyusun formulasi pakan ikan 2. Metode Aljabar
adalah kebutuhan ikan akan beberapa
3. Metode Linier (Program linier)
kandungan zat gizi antara lain sebagai
berikut. 4. Metode coba-coba (Trial and Error)
5. Metode Work Sheet
1. Protein, kebutuhannya berkisar antara
20–60%. Untuk ikan-ikan laut biasa-
nya kebutuhan protein cukup tinggi
6.2.1 Metode Segi Empat Pearsons
karena merupakan kelompok ikan Metoda segiempat kuadrat adalah
karnivora yaitu berkisar antara suatu metode yang pertama kali dibuat
30–60%. Sumber protein dapat diper- oleh ahli pakan ternak dalam menyusun
oleh dari hewani atau nabati tetapi pakan ternak yang bernama Pearsons.
untuk ikan laut lebih menyukai sumber Metode ini ternyata dapat diadaptasi oleh
protein diambil dari hewani. para ahli pakan ikan dan digunakan untuk
menyusun formulasi pakan ikan. Dalam
2. Lemak, kebutuhannya berkisar antara
menyusun formulasi pakan ikan dengan
4–18%. Sumber lemak/lipid biasanya
metode ini didasari pada pembagian kadar
adalah:
protein bahan-bahan pakan ikan.
• Hewani: lemak sapi, ayam, kelinci,
Berdasarkan tingkat kandungan
dan minyak ikan.
protein, bahan-bahan pakan ikan ini ter-
• Nabati: jagung, biji kapas, kelapa, bagi atas dua bagian yaitu:
kelapa sawit, kacang tanah, dan
• Protein Basal, yaitu bahan baku pakan
kacang kedelai.
ikan, baik yang berasal dari nabati,
3. Karbohidrat, terdiri dari serat kasar hewani, dan limbah yang mempunyai
dan Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen kandungan protein kurang dari 20%.
(BETN), kebutuhannya berkisar
• Protein Suplement, yaitu bahan baku
antara 20–30%. Sumber karbohidrat
pakan ikan, baik yang berasal dari
biasanya dari nabati seperti jagung,
nabati, hewani, dan limbah yang
beras, dedak, tepung terigu, tapioka,
mempunyai kandungan protein lebih
sagu, dan lain-lain. Kandungan serat
dari 20%.
kasar kurang dari 8% akan me-
nambah struktur pellet, jika lebih dari Dalam metode segi empat ini langkah
8% akan mengurangi kualitas pelet pertama adalah melakukan pemilihan
ikan. bahan baku yang akan digunakan untuk
membuat pakan ikan. Disarankan untuk
4. Vitamin dan mineral, kebutuhannya
memilih bahan baku pembuatan pakan
berkisar antara 2–5%.

316
ikan ini tidak hanya dari satu sumber • Setelah bahan baku dikelompokkan
bahan saja tetapi menggunakan beberapa menjadi dua bagian yaitu protein basal
bahan baku dari sumber nabati, hewani dan protein suplemen maka langkah
atau limbah hasil pertanian. Misalnya kita selanjutnya membuat kotak segi
akan membuat pakan ikan dengan kadar empat. Pada bagian tengah kotak segi
protein 35% dengan menggunakan bahan empat diletakkan nilai kandungan pro-
baku terdiri dari tepung ikan, dedak halus, tein pakan yang akan dibuat. Pada
tepung jagung, tepung terigu, dan tepung bagian atas kiri segiempat diletakkan
kedelai. Maka dengan menggunakan nilai rata-rata kandungan protein basal
metode segiempat ini, tahapan yang harus dan pada bagian bawah kiri segiempat
dilakukan antara lain sebagai berikut. diletakkan nilai rata-rata kandungan
• Mengelompokkan bahan baku yang protein suplemen, lihat pada gambar
telah dipilih berdasarkan kadar protein di bawah ini!
dari setiap bahan baku tersebut yaitu: Protein basal ..........%
– Bahan baku kelompok protein 12,45%
Basal: dedak halus 15,58%,
Protein suplemen ...........%
tepung jagung 9,50%, tepung 54,68
terigu 12,27%.
– Bahan baku kelompok protein • Lakukan perhitungan untuk mengisi
Suplemen: tepung ikan 62,99%, kekosongan nilai pada sisi sebelah
dan tepung kedelai 43,36%. kanan segiempat dengan cara diago-
• Melakukan perhitungan rata-rata nal untuk setiap kandungan protein
kandungan bahan baku dari protein basal dan kandungan protein suplemen
basal dan protein suplemen dengan tersebut. Pada bagian tengah segi-
cara melakukan penjumlahan semua empat tersebut diletakkan kadar
bahan baku yang berasal dari protein protein pakan ikan yang akan dibuat
basal dan membagi dengan berapa yaitu 35%. Untuk mengisi nilai di
macam jumlah bahan baku protein sebelah kanan segiempat bagian atas
basal. Begitu juga dengan bahan baku adalah nilai protein bahan baku yang
suplemen dilakukan penjumlahan berasal dari protein suplemen maka
kadar protein suplemen kemudian nilai tersebut adalah melakukan
dibagi dengan berapa macam jumlah pengurangan nilai protein suplemen
bahan baku protein suplemen. Dari dengan kadar protein pakan yaitu
contoh kasus di atas maka jumlah 54,68%–35% = 19,68%. Sedangkan
kadar protein basal dari ketiga bahan untuk mengisi nilai pada segiempat
baku tersebut 15,58% + 9,50% + sisi kanan pada bagian bawah adalah
12,27% = 37,35%, kemudian nilai rata- nilai protein bahan baku yang berasal
rata bahan baku protein basal adalah dari protein basal bahan baku
37,35% : 3 = 12,45%. Sedangkan dilakukan pengurangan antara kadar
jumlah kadar protein suplemen dari protein pakan dengan kadar protein
dua bahan baku tersebut 62,99% + bahan baku basal yaitu 35% –12,45%
43,36% = 109,35%, kemudian rata-rata = 22,55%, maka dapat dilihat pada
bahan baku protein suplemen gambar segiempat di bawah ini
109,35% : 2 = 54,68%. sebagai berikut.

317
Protein basal 19,68% – Komposisi bahan baku yang
12,45%
berasal dari protein basal adalah:
Protein suplemen 22,55%
Dedak halus = 46,60% : 3
54,68% = 15,53%
Tepung jagung = 46,60% : 3
• Setelah diperoleh nilai pada keempat = 15,53%
sudut segiempat tersebut, langkah Tepung terigu = 46,60% : 3
selanjutnya melakukan penjumlahan = 15,53%
nilai pada bagian sisi sebelah kanan,
maka dapat dilihat pada gambar segi- Untuk membuktikan bahwa komposisi
empat di bawah ini. bahan baku yang dipergunakan untuk
membuat pakan ikan mengandung kadar
Protein basal 19,68% protein 35% yang berarti dalam satu kilo-
12,45%
gram pakan mengandung 350 gram
Protein suplemen 22,55%
protein dapat dilakukan perhitungan
54,68% –––––– + sebagai berikut.
42,23% Tepung ikan 26,7% x 62,99% = 16,82%
Tepung kedelai 26,7% x 46,36% = 12,38%
• Langkah selanjutnya melakukan per- Dedak halus 15,53% x 15,58% = 2,42%
Tepung jagung 15,53% x 9,50% = 1,48%
hitungan komposisi setiap bahan baku
Tepung terigu 15,53% x 12,27% = 1,91%
yang telah disusun dengan cara ———– +
sebagai berikut. 35,01%
19, 68%
Protein basal = 42, 23% x 100% Jika akan membuat pakan ikan
sebanyak 100 kg maka komposisi bahan
= 46,60% baku yang harus disiapkan sebagai
22, 55% berikut.
Protein suplemen = 42, 23% x 100%
Tepung ikan 26,70% x 100 kg = 26,70 kg
= 53,40% Tepung kedelai 26, 70% x 100 kg = 26,70 kg
Dedak halus 15,53% x 100 kg = 15,53 kg
– Dari hasil perhitungan pada Tepung jagung 15,53% x 100 kg = 15,53 kg
langkah sebelumnya maka dapat Tepung terigu 15,53% x 100 kg = 15,53 kg
dihitung komposisi bahan baku –——— +
yang akan digunakan untuk mem- 99,99 kg
buat pakan ikan sebagai berikut.
Jika dalam komposisi bahan baku
– Komposisi bahan baku yang pembuatan pakan ikan akan ditambahkan
berasal protein suplemen adalah: bahan tambahan maka jumlah bahan baku
Tepung ikan = 53,40% : 2 utama harus dikurangi dengan jumlah
= 26,7% bahan tambahan yang akan digunakan.
Tepung kedelai = 53,40% : 2 Misalnya dalam komposisi bahan pakan
= 26,7% tersebut akan ditambahkan vitamin
sebanyak 2% dan mineral 2% maka

318
jumlah bahan utama akan berkurang Protein basal 12,45% 18,22%
menjadi 100%–4% (2% + 2%) = 96%.
Maka jumlah kadar protein dari bahan Protein suplemen 24,01%
54,68% –––––– +
utama tersebut ditambahkan agar
42,23%
komposisi bahan baku dari pakan ikan
tersebut memenuhi kebutuhan kadar Langkah selanjutnya melakukan
protein pakan yang akan dibuat menjadi perhitungan komposisi setiap bahan baku
(35%) x 100% /96% = 36,46%. Hal ini yang telah disusun dengan cara sebagai
dilakukan karena vitamin dan mineral tidak berikut.
mempunyai kandungan protein. Maka
18, 22%
komposisi bahan baku menjadi sebagai Protein basal = x 96%
42, 23%
berikut.
= 41,42%
Pada bagian tengah segiempat
tersebut diletakkan kadar protein pakan 24, 01%
Protein suplemen = 42, 23%
x 96%
ikan yang telah ditambahkan menjadi
36,46%. Untuk mengisi nilai di sebelah = 54,58%
kanan segiempat bagian atas adalah nilai Dari hasil perhitungan pada langkah
protein bahan baku yang berasal dari sebelumnya maka dapat dihitung
protein suplemen maka nilai tersebut komposisi bahan baku yang akan diguna-
adalah melakukan pengurangan nilai kan untuk membuat pakan ikan sebagai
protein suplemen dengan kadar protein berikut.
pakan yaitu 54,68%–36,46% = 18,22%. – Komposisi bahan baku yang berasal
Sedangkan untuk mengisi nilai pada protein suplemen adalah:
segiempat sisi kanan pada bagian bawah
Tepung ikan = 54,58% : 2
adalah nilai protein bahan baku yang
= 7,29%
berasal dari protein basal bahan baku
dilakukan pengurangan antara kadar Tepung kedelai = 54,58% : 2
protein pakan dengan kadar protein bahan = 27,29%
baku basal yaitu 36,46%–12,45% = – Komposisi bahan baku yang berasal
24,01%, maka dapat dilihat pada gambar dari protein basal adalah:
segiempat di bawah ini adalah sebagai
Dedak halus = 41,42% : 3
berikut.
= 13,81%
Protein basal 12,45% 18,22% Tepung jagung = 41,42% : 3
= 13,81%
Protein suplemen 24,01%
54,68% Untuk membuktikan bahwa komposisi
bahan baku yang dipergunakan untuk
Setelah diperoleh nilai pada keempat membuat pakan ikan mengandung kadar
sudut segiempat tersebut, langkah selanjut- protein 35% yang berarti dalam satu
nya melakukan penjumlahan nilai pada kilogram pakan mengandung 350 gram
bagian sisi sebelah kanan, dapat dilihat protein dapat dilakukan perhitungan
pada gambar segiempat berikut. sebagai berikut.

319
Tepung ikan 27,29% x 62,99% = 17,19%
Tepung kedelai 27,29% x 46,36% = 12,6516%
Dedak halus 13,81% x 15,58% = 2,1516%
Tepung jagung 13,81% x 9,50% = 1,1320%
Tepung terigu 13,81% x 12,27% = 1,6945%
———–— +
34,82% mendekati 35%

Maka komposisi bahan baku pakan ikan salah satu komponen dalam persamaan
menjadi: tersebut.
Tepung ikan 27,29% Contoh kasus menghitung formulasi
Tepung kedelai 27,29% pakan dengan menggunakan metode
Dedak halus 13,81% aljabar, jika akan dibuat pakan ikan
Tepung jagung 13,81% dengan kadar protein 35% dari berbagai
Tepung terigu 13,81% bahan baku antara lain tepung ikan (kadar
Vitamin 2 % protein 62,65%), tepung kedelai (kadar
Mineral 2 % protein 39,6%), ampas tahu (kadar
—–—— + protein 25,55%), tepung bekicot (kadar
100% protein 54,29%), dedak halus (kadar
protein 15,58%), dan tepung jagung (kadar
6.2.2 Metode Aljabar protein 9,50%). Maka tahapan yang harus
Metode aljabar merupakan suatu dilakukan sebagai berikut.
metode penyusunan formulasi yang • Melakukan pengelompokan bahan
didasari pada perhitungan matematika baku berdasarkan kadar proteinnya
yang bahan bakunya dikelompokkan yang dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu
menjadi X dan Y. X merupakan jumlah bahan baku protein suplemen dan
berat bahan baku dari kelompok sumber bahan baku protein basal. Dalam
protein utama (protein suplemen) dan Y metode aljabar dapat dibuat suatu
merupakan jumlah berat kelompok formulasi pakan ikan yang sangat
sumber protein basal. Perhitungannya sesuai dengan kebutuhan ikan yang
menggunakan rumus aljabar sehingga akan mengkonsumsi pakan ikan
didapat formulasi pakan ikan sesuai tersebut. Pada metode segiempat
dengan kebutuhan. semua bahan baku dari kelompok
Pada persamaan aljabar dalam protein basal dan kelompok protein
matematika ada dua metode yang diguna- suplemen dibuat sama, padahal
kan dalam mencari nilai pada komponen seperti kita ketahui ada kebutuhan
X dan Y yaitu metode substitusi dan bahan baku yang berbeda untuk
metode eliminasi. Metode substitusi setiap jenis ikan. Seperti dalam
adalah suatu metode mencari nilai X dan rekombinasi penggunaan bahan baku
Y dengan cara mengganti dengan bahwa penggunaan bahan mem-
beberapa persamaan sedangkan metode punyai batas optimum yang dapat
eliminasi adalah suatu metode mencari digunakan untuk menyusun formulasi
nilai X dan Y dengan cara menghilangkan pakan. Oleh karena itu, dalam meng-

320
gunakan metode aljabar rekomendasi – Tepung ikan kadar protein 62,65%
penggunaan bahan baku dapat adalah 2 bagian.
diterapkan sesuai dengan jenis ikan – Tepung kedelai kadar protein
yang akan disusun formulasinya. 39,6% adalah 1 bagian.
Misalnya dalam formulasi pakan ini – Ampas tahu kadar protein 25,55%
ingin dibuat kandungan bahan baku adalah1 bagian.
yang berasal dari tepung ikan dan
– Tepung bekicot kadar protein
tepung bekicot sebagai sumber bahan
54,29% adalah 2 bagian.
baku hewani adalah 2 kali lebih
banyak dari komposisi bahan baku Maka dari komposisi kelompok bahan
lainnya. Maka komposisi kelompok baku protein suplemen tersebut menjadi:
sumber bahan protein suplemen 6 bagian (2 + 1 + 1 + 2 bagian) maka rata-
adalah sebagai berikut. rata kadar protein dari kelompok ini menjadi:

Tepung ikan kadar protein 62,65% x 2 = 125,30%


Tepung kedelai kadar protein 39,60% x 1 = 39,60%
Ampas tahu kadar protein 25,55% x 1 = 25,55%
Tepung bekicot kadar protein 54,29% x 2 = 108,58%
————– +
299,03%

Rata-rata kadar protein dari kelompok Rata-rata kadar protein dari kelompok
sumber protein suplemen adalah = sumber basal 40,66% dibagi 3 = 13,55%
49,84% = 0,4984. Sedangkan untuk bahan = 0,1355
baku sebagai kelompok protein basal
• Langkah selanjutnya menetapkan
adalah dedak halus dapat digunakan 2 kali
komponen X dan Y.
lebih banyak dibandingkan dengan tepung
X adalah kelompok sumber protein
jagung karen aselain harganya murah juga
suplemen.
penggunaannya masih dapat lebih besar
Y adalah kelompok sumber protein
dari tepung jagung maka komposisi
basal.
kelompok sumber bahan protein basal
sebagai berikut. Berdasarkan persamaan aljabar akan
• Dedak halus kadar protein 15,58% diperoleh dua persamaan yaitu:
adalah 2 bagian. Persamaan 1 adalah X + Y = 100,
• Tepung jagung kadar protein 9,50% seperti diketahui bahwa jumlah bahan
adalah 1 bagian. baku yang akan digunakan untuk
Maka dari komposisi kelompok bahan menyusun formulasi pakan 100 %.
baku protein basal tersebut menjadi 3 Persamaan 2 adalah 0,4948 X +
bagian (2 + 1 bagian) maka rata-rata kadar 0,1355 Y = 35, nilai 0,4948 adalah
protein dari kelompok ini menjadi: rata-rata kadar protein dari kelompok
Dedak 15,58% x 2 = 31,16% protein suplemen, nilai 0,1355 adalah
T. jagung 9,50% x 1 = 9,50% rata-rata kadar protein kelompok
——— + protein basal, sedangkan nilai 35
40,66% kadar protein pakan yang akan dibuat.

321
• Setelah mendapatkan dua buah Dari persamaan 1 dapat diperoleh
persamaan maka langkah selanjutnya persamaan X = 100 – Y, maka jika nilai
melakukan perhitungan secara X dari persamaan 1 dimasukkan
matematika dengan menggunakan dalam persamaan 2 maka nilai Y akan
metode aljabar untuk mencari nilai x diperoleh yaitu:
dan y. Nilai x dan y ini dapat diperoleh 0,4948 (100 – Y) + 0,1355 Y = 35
dengan cara substitusi atau eliminasi. 49,48 – 0,4948 Y + 0,1355 Y = 35
Secara eliminasi: – 0,4948 Y + 0,1355 Y = 35 – 49,48
X + Y = 100 (persamaan 1). – 0,3593 Y = –14,48
0,4948 X + 0,1355 Y = 100 (persama-
14, 84
an 2). Y=
0, 03593
Persamaan 1 dikalikan dengan nilai
0,4984 maka diperoleh persamaan 3 = 40,3
yaitu: 0,4984 X + 0,4984 Y = 49,84. Setelah diperoleh nilai Y maka
Persamaan 3 dikurangi dengan untuk mencari niali X dengan cara
persamaan 2 maka hasilnya: memasukkan persamaan 1 sehingga
0,4984 X + 0,4984 Y = 49,84 diperoleh nilai X yaitu:
0,4984 X + 0,1355 Y = 35,00 X + Y = 100
––––– – X = 100 – Y
0,3629 Y = 14,84 X = 100 – 40,3
14, 84 X = 59,7
Y =
0, 03629
Dari kedua metode dalam per-
= 40,89 samaan aljabar ini diperoleh nilai yang
Setelah diperoleh nilai Y maka tidak terlalu berbeda sehingga dapat
untuk mencari nilai X dengan cara diperoleh nilai X dan nilai Y, di mana
memasukkan persamaan 1 sehingga nilai X merupakan komposisi bahan
diperoleh nilai X yaitu: dari protein suplemen dan nilai Y
merupakan komposisi bahan dari
X + Y = 100
protein basal.
X = 100 – Y
X = 100 – 40,89 • Langkah selanjutnya menghitung
X = 59,11 setiap komposisi bahan baku dari nilai
X dan Y yang telah diperoleh pada
Secara substitusi:
tahap sebelumnya.
X + Y = 100 (persamaan 1).
0,4948 X + 0,1355 Y = 35 (persamaan
2).

322
Komposisi bahan baku dari protein suplemen sebagai berikut.
Tepung ikan 2/6 × 59,11% = 19,70%
Tepung kedelai 1/6 × 59,11% = 9,85%
Ampas tahu 1/6 × 59,11% = 9,85%
Tepung bekicot 2/6 × 59,11% = 19,70%
–––––– +
59,10%
Komposisi bahan baku dari protein basal sebagai berikut.
Dedak halus 2/3 × 40,89% = 27,26%
Tepung jagung 1/3 × 40,89% = 13,64%
–––––– +
40,90%
Untuk membuktikan bahwa kadar protein pakan dari hasil perhitungan ini
mempunyai kadar protein 35% dapat dilakukan pengecekan dengan cara menghitung
sebagai berikut.
Tepung ikan 19,70% × 62,65% = 12,34%
Tepung kedelai 9,85% × 39,60% = 3,90%
Ampas tahu 9,95% × 25,55% = 2,54%
Tepung bekicot 19,70% × 54,29% = 10,69%
Dedak halus 27,26% × 15,58% = 4,25%
Tepung jagung 13,63% × 9,50% = 1,29%
–––––– +
35,26%

Berdasarkan perhitungan tersebut • Memilih jenis bahan baku yang akan


terbukti bahwa formulasi pakan dengan digunakan dan dibuat suatu tabel
menggunakan metode aljabar dapat dengan beberapa persamaan yang
dengan mudah dibuat dengan kelebihan akan digunakan, misalnya akan dibuat
dapat menggunakan bahan baku sesuai pakan ikan dengan kadar protein 35%
dengan kebutuhan optimal pemakaian dengan menggunakan jenis bahan
bahan baku. baku antara lain tepung ikan (kadar
protein 62,65%), tepung kedelai
6.2.3 Metode Linier (kadar protein 39,6%), ampas tahu
Metode Linier merupakan metode (25,55%), tepung bekicot (kadar
penyusunan formulasi pakan dengan protein 54,59%), dedak halus (kadar
menggunakan rumus matematika dan bisa protein 15, 58%), dan tepung jagung
dibuat programnya melalui komputer. (kadar protein 9,5%).
Metode ini dapat diterapkan jika pengetahu-
an komputer dan matematikanya cukup
baik. Pada metode linier dengan
melakukan perhitungan secara manual
dengan menggunakan rumus
matematika dapat dilakukan dengan
cara:

323
Kadar Protein
Kadar Protein Jumlah Bahan Nilai Kuadrat yang Diinginkan
No. Jenis Bahan Baku (%) Baku (%) (%) (%)

n X Y X2 XY

1. Tepung ikan 62,65 ? ? ?


2. Tepung kedelai 39,60 ? ? ?
3. Ampas tahu 25,55 ? ? ?
4. Tepung bekicot 54,29 ? ? ?
5. Dedak halus 15,58 ? ? ?
6. Tepung jagung 9,50 ? ? ?

Σ 207,17 100% ? 35%

• Nilai Y dapat diperoleh dengan meng- Nilai X kuadrat dalam persen


gunakan persamaan linier, yaitu: dapat dihitung dengan cara mengali-
Y=a+bX kan nilai X pada kolom tersebut
ΣY=n.a+b.ΣX kemudian dibagi 100 maka nilai X
Σ X Y = n . Σ X a + b . Σ X2 dalam kuadrat untuk tepung ikan
(62,65 × 62,65) dibagi 100 = 39,25.
∑ Y −b∑ X
a= Begitu seterusnya untuk setiap bahan
n
baku yang digunakan sehingga
n∑XY−∑X∑Y diperoleh nilai seperti pada tabel di
b= n ∑ X2 − (∑ X)2 bawah ini.

Kadar Protein
Kadar Protein Jumlah Bahan Nilai Kuadrat yang Diinginkan
No. Jenis Bahan Baku
(%) Baku (%) (%) (%)

n X Y X2 XY

1. Tepung ikan 62,65 ? 39,25 ?


2. Tepung kedelai 39,60 ? 15,68 ?
3. Ampas tahu 25,55 ? 6,53 ?
4. Tepung bekicot 54,29 ? 29,47 ?
5. Dedak halus 15,58 ? 2,43 ?
6. Tepung jagung 9,50 ? 0,90 ?

Σ 207,17 100% 94,24 35%

• Dari persamaan linier tersebut kita 210% − 207,17%


dapat menghitung nilai a dan b b = 565, 44% − 429,19%
sebagai koefisien yang akan diperguna-
kan untuk menghitung nilai Y dengan 2, 83
b = 136, 25
cara sebagai berikut.
n∑XY−∑X∑Y b = 0,02
b=
n ∑ X2 − (∑ X)2 ∑ Y −b∑ X
a=
n
6 . 35% − 207,17 . 100%
b= 100% − 0, 02 . 207,17%
6 . 94, 24 − (207,17)2
a=
6

324
100% − 4,14% • Dari persamaan tersebut kemudian
a= digunakan untuk menghitung nilai Y
6
pada tabel di atas untuk setiap bahan
95, 86
a= baku yang digunakan, misalnya untuk
6
bahan baku tepung ikan nilai Y-nya
a = 15,98
adalah = 15,98 + (0,02 × 62,65) =
Setelah diperoleh nilai koefisien a dan 15,58 + 1,253 = 17,23, lakukan per-
b maka dapat dimasukkan dalam hitungan nilai Y untuk setiap bahan
persamaan linier untuk mencari nilai baku yang digunakan sehingga
Y yaitu Y = 15,98 + 0,02 X. semua nilai Y pada setiap bahan baku
dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Kadar Protein
No. Jenis Bahan Baku Kadar Protein Jumlah Bahan Nilai Kuadrat
yang Diinginkan
(%) Baku (%) (%)
(%)

n X Y X2 XY

1. Tepung ikan 62,65 17,23 39,25 ?


2. Tepung kedele 39,60 16,77 15,68 ?
3. Ampas tahu 25,55 16,49 6,53 ?
4. Tepung bekicot 54,29 17,07 29,47 ?
5. Dedak halus 15,58 16,29 2,43 ?
6. Tepung jagung 9,50 16,17 0,90 ?

Σ 207.17 100% 94,24 35%

• Setelah diperoleh nilai Y pada setiap 100 maka hasilnya adalah 10,79%.
bahan baku maka dapat dihitung nilai Lakukan perhitungan untuk setiap
XY dengan cara mengalikan nilai X bahan baku yang digunakan sehingga
dengan nilai Y sehingga dapat diper- diperoleh nilai seperti pada Tabel di
oleh nilai XY untuk bahan baku tepung bawah ini.
ikan 62,65 dikali dengan 17,23 dibagi

Kadar Protein
No. Jenis Bahan Baku Kadar Protein Jumlah Bahan Nilai Kuadrat yang Diinginkan
(%) Baku (%) (%) (%)

n X Y X2 XY

1. Tepung ikan 62,65 17,23 39,25 10,79%


2. Tepung kedelai 39,60 16,77 15,68 6,64%
3. Ampas tahu 25,55 16,49 6,53 4,21%
4. Tepung bekicot 54,29 17,07 29,47 9,27%
5. Dedak halus 15,58 16,29 2,43 2,54%
6. Tepung jagung 9,50 16,17 0,90 1,54%

Σ 207.17 100% 94,24 35%

325
• Langkah selanjutnya menyusun bahan baku yang akan digunakan tersebut
formulasi bahan baku yang akan sesuai dengan kebutuhan ikan dan
digunakan untuk membuat pakan ikan kebiasaan makan setiap jenis ikan serta
dengan kadar protein 35% dengan kandungan optimal setiap bahan baku
metode linier sebagai berikut. yang akan digunakan dalam formulasi
Tepung ikan 17,23% tersebut. Para peneliti yang menggunakan
Tepung kedelai 16,77% metode ini biasanya menggunakan rumus
Ampas tahu 16,49% matematika biasa yang digunakan dalam
Tepung bekicot 17,07% persamaam kuadrat atau dengan meng-
Dedak halus 16,29% gunakan perkalian biasa atau meng-
Tepung jagung 16,17% gunakan metode berat yaitu menghitung
––––––– + dengan cara mencoba dan mencoba lagi
100,02% berdasarkan satuan berat. Adapun
langkah-langkah yang harus dilakukan
6.2.4 Metode Trial and Error dalam menyusun pakan ikan dengan
metode coba-coba ( Trial and error )
(Coba-Coba) sebagai berikut.
Metode coba-coba (Trial and Error)
merupakan metode yang banyak diguna- • Pilihlah bahan baku yang akan
kan oleh pembuat pakan skala kecil di digunakan untuk menyusun pakan
mana metode ini relatif sangat mudah ikan dan susunlah berdasarkan
dalam membuat formulasi pakan ikan. kandungan protein pada setiap bahan
Metode ini prinsipnya semua bahan baku baku tersebut. Misalnya dalam
yang akan digunakan harus berjumlah membuat pakan ikan untuk ikan mas
100%. Jika bahan baku yang dipilih untuk dengan kandungan protein 35%
penyusunan formulasi sudah ditetapkan dengan bahan baku yang digunakan
maka langkah selanjutnya mengalikan tepung ikan (kadar protein 62,65%),
antara jumlah bahan baku dengan tepung kedelai (kadar protein 39,6%),
kandungan protein bahan baku. Langkah ampas tahu (25,55%), tepung bekicot
tersebut dilakukan sampai diperoleh (kadar protein 54,59%), dedak halus
kandungan protein pakan sesuai dengan (kadar protein 15, 58%), dan tepung
yang diinginkan. Dalam metode ini maka jagung (kadar protein 9,5%). Untuk
si pembuat formula harus sudah memudahkan maka dibuat tabel
mengetahui dan memahami kebutuhan seperti di bawah ini.

326
No. Jenis Bahan Baku Kadar Protein Jumlah Bahan Baku Kadar Protein
Bahan Baku (%) (%) Bahan Baku (%)

1. Tepung ikan 62,65 ? ?


2. Tepung kedelai 39,60 ? ?
3. Ampas tahu 25,55 ? ?
4. Tepung bekicot 54,29 ? ?
5. Dedak halus 15,58 ? ?
6. Tepung jagung 9,50 ? ?

100% 35%

• Masukkan jumlah bahan baku yang protein mengkonsumsi bahan baku,


akan digunakan dalam formulasi macam-macam bahan baku, harga,
pakan sampai semua bahan baku dan kebutuhan optimal bahan baku
yang digunakan berjumlah 100%. untuk setiap jenis ikan berdasarkan
Dalam mengisi kolom jumlah bahan kebiasaan makannya.
baku harus mempertimbangkan kadar

No. Jenis Bahan Baku Kadar Protein Jumlah Bahan Baku Kadar Protein
Bahan Baku (%) (%) Bahan Baku (%)

1. Tepung ikan 62,65 20 ?


2. Tepung kedelai 39,60 15 ?
3. Ampas tahu 25,55 16 ?
4. Tepung bekicot 54,29 15 ?
5. Dedak halus 15,58 20 ?
6. Tepung jagung 9,50 10 ?
7. Vitamin – 2 ?
8. Mineral – 2 ?

100% 35%

• Setelah jumlah bahan baku yang akan 62,55%, jika akan digunakan se-
digunakan diletakkan pada kolom banyak 20% dari total bahan baku
jumlah bahan baku maka langkah maka kontribusi kadar protein dari
selanjutnya menghitung kadar protein tepung ikan adalah 20% dikali dengan
pada setiap bahan baku dengan cara 62,55% = 12,51%. Lakukan perhitung-
jumlah bahan baku yang akan an untuk semua bahan baku sehingga
digunakan dikalikan dengan kadar diperoleh nilai seperti dalam tabel di
protein bahan baku. Misalnya untuk bawah ini.
tepung ikan mempunyai kadar protein

327
No. Jenis Bahan Baku Kadar Protein Jumlah Bahan Baku Kadar Protein
Bahan Baku (%) (%) Bahan Baku (%)

1. Tepung ikan 62,65 20 12,51


2. Tepung kedelai 39,60 15 5,94
3. Ampas tahu 25,55 16 4,09
4. Tepung bekicot 54,29 15 8,14
5. Dedak halus 15,58 20 3,12
6. Tepung jagung 9,50 10 0,95
7. Vitamin – 2
8. Mineral – 2

100% 35%

• Setelah dimasukkan ke dalam tabel masih kekurangan kadar protein


tersebut lakukan penjumlahan dan sebanyak 0,25%, maka dari bahan
dicek apakah jumlah kadar protein baku yang digunakan harus ditambah-
semua bahan baku tersebut sudah kan bahan baku yang kadar protein-
35%. Jumlah kadar protein semua nya tinggi dan mengurangi jumlah
bahan baku itu 12,51 + 5,94 + 4,09 + bahan baku yang kadar proteinnya
8,14 + 3,12 + 0,95 = 34,75, dari hasil rendah sampai benar-benar diperoleh
coba-coba tersebut baru diperoleh nilai kadar protein sebesar 35%. Maka
kadar protein semua bahan baku komposisi pakan ikan kadar 35% yang
adalah 34,75%, padahal kadar protein telah diperbaiki menjadi seperti tabel
pakan yang diinginkan 35% maka di bawah ini.

No. Jenis Bahan Baku Kadar Protein Jumlah Bahan Baku Kadar Protein
Bahan Baku (%) (%) Bahan Baku (%)

1. Tepung ikan 62,65 20 13,78


2. Tepung kedelai 39,60 15 6,34
3. Ampas tahu 25,55 16 3,83
4. Tepung bekicot 54,29 15 7,06
5. Dedak halus 15,58 20 3,12
6. Tepung jagung 9,50 10 0,95
7. Vitamin – 2 –
8. Mineral – 2 –

100% 35,08%

Untuk melengkapi komposisi pakan tersebut mempunyai perbandingan/rasio


dari keempat metode di atas sebaiknya protein energi berkisar antara 8–10. Nilai
dilakukan perhitungan nilai energi dari perbandingan antara protein dan energi
formulasi pakan tersebut. Formulasi pakan (digestible energi) dapat dilakukan per-
yang telah dibuat tersebut dapat mem- hitungan. Adapun cara melakukan per-
berikan pertumbuhan yang optimal pada hitungan sebagai berikut.
ikan budi daya jika pakan yang dibuat

328
• Misalnya komposisi pakan yang telah diperoleh adalah dari hasil perhitungan seperti
yang telah dilakukan dengan metode trial and error sebagai berikut.
No. Jenis Bahan Baku Kadar Protein Jumlah Bahan Baku Kadar Protein
Bahan Baku (%) (%) Bahan Baku (%)

1. Tepung ikan 62,65 22 13,78


2. Tepung kedelai 39,60 16 6,34
3. Ampas tahu 25,55 15 3,83
4. Tepung bekicot 54,29 13 7,06
5. Dedak halus 15,58 20 3,12
6. Tepung jagung 9,50 10 0,95
7. Vitamin – 2 –
8. Mineral – 2 –

100% 35,08%

• Langkah selanjutnya melakukan perhitungan untuk kadar lemak dan karbohidrat


dari setiap bahan baku yang akan digunakan untuk membuat pakan ikan sebagai
berikut.
No. Jenis Bahan Baku Kadar Protein Jumlah Bahan Baku Kadar Protein
Bahan Baku (%) (%) Bahan Baku (%)

1. Tepung ikan 15,38 22 3,38


2. Tepung kedelai 14,30 16 2,29
3. Ampas tahu 5,54 15 0,83
4. Tepung bekicot 4,18 13 0,54
5. Dedak halus 12,15 20 2,43
6. Tepung jagung 4,43 10 0,43
7. Vitamin – 2 –
8. Mineral – 2 –

100% 9,90%

Setelah itu lakukan perhitungan kadar karbohidrat bahan baku, karbohidrat dalam
analisa proksimat merupakan penjumlahan dari serat kasar dan bahan ekstrak tanpa
nitrogen.
No. Jenis Bahan Baku Kadar Protein Jumlah Bahan Baku Kadar Protein
Bahan Baku (%) (%) Bahan Baku (%)

1. Tepung ikan 5,81 22 1,28


2. Tepung kedelai 29,5 16 4,72
3. Ampas tahu 26,92 15 4,04
4. Tepung bekicot 30,45 13 3,96
5. Dedak halus 28,62 20 5,72
6. Tepung jagung 74,23 10 7,42
7. Vitamin – 2 –
8. Mineral – 2 –

100% 27,14%

329
Dari hasil perhitungan diperoleh dapat dihitung nilai energi yang dapat
kandungan nutrisi dari formulasi pakan dicerna oleh ikan yaitu 80% dari nilai GE
yang telah dibuat yaitu: maka 1 gram protein setara dengan 4,48
Kadar Protein : 35 % kkal/g, sedangkan untuk satu gram lemak
Kadar Lemak : 9,9% 7,52 kkal/g dan untuk satu gram karbohidrat
Kadar Karbohidrat : 27,14% 3,28 kkal/g. Maka dalam komposisi pakan
Pada penjelasan tentang energi pada dengan kandungan protein 35% berarti
bab sebelumnya telah dijelaskan tentang dalam satu kilogram pakan terdapat 350
nilai energi dari setiap bahan makanan di gram protein, 99 gram lemak dan 271,4
mana berdasarkan nilai Gross Energi (GE) gram karbohidrat. Untuk memperoleh nilai
diketahui 1 gram protein setara dengan 5,6 jumlah energi dari formulasi pakan
kkal/g, sedangkan untuk satu gram lemak tersebut dilakukan penjumlahan nilai
9,4 kkal/g dan untuk satu gram karbohidrat energi yang berasal dari protein, lemak,
4,1 kkal/g. Dengan berdasarkan nilai GE dan karbohidrat yaitu:

Protein : 350 gram × 4,48 kkal/gram = 1.568,00 kkal


Lemak : 99 gram × 7,52 kkal/gram = 744,48 kkal
Karbohidrat : 271,4 gram × 3,28 kkal/gram = 890,19 kkal
––––––––––– +
3.202,67 kkal
Maka protein energi ratio 3202,67 dibagi 350 = 9,15.

Hal ini berarti dalam satu gram dimasukkan dalam data tersebut dan
protein yang dihasilkan dari formulasi berapa jumlah kebutuhan untuk setiap
pakan tersebut diimbangi dengan energi jenis bahan baku harus mengalikan antara
sebesar 9,15 kkal, yang berarti energi persentase bahan baku yang digunakan
yang diperoleh dari hasil perhitungan dengan kandungan protein, lemak, dan
formulasi pakan tersebut sudah memenuhi karbohidrat bahan baku, dengan program
kriteria kebutruhan ikan akan energi yaitu ini hanya membantu dalam perkalian
berkisar antara 8–10. antara kolom yang satu dengan kolam
yang lainnya dengan program komputer.
6.2.5 Metode Worksheet Prinsipnya hampir sama dengan trial and
error atau mau menggunakan metode apa
Metode yang terakhir dan saat ini saja untuk mengisi kolom jumlah bahan
banyak digunakan oleh pembuat pakan baku yang akan digunakan di mana pada
adalah metode worksheet. Metode ini metode ini perhitungan dapat dibantu
dapat menggunakan alat bantu komputer dengan komputer. Metode ini dapat
untuk menghitung jumlah bahan baku mempermudah para pembuat formulasi
yang digunakan dengan membuat lembar untuk memperoleh formulasi pakan yang
kerja pada program microsoft excell. Data lengkap dengan kandungan energi dari
kandungan nutrisi bahan baku dan jenis formulasi pakan yang dibuat. Adapun
bahan baku yang akan digunakan langkah-langkah yang harus dilakukan

330
dalam menyusun formulasi pakan dengan pertanian. Selain itu, dengan meng-
metode worksheet sebagai berikut. gunakan berbagai sumber bahan
• Lakukan pemilihan terhadap jenis baku akan saling melengkapi ke-
bahan baku yang akan digunakan kurangan dan kelebihan zat nutrisi
dalam membuat pakan ikan. Misalnya yang terkandung di dalam setiap
akan dibuat pakan ikan mas, ikan mas bahan baku. Misalnya bahan baku
ini merupakan salah satu jenis ikan yang akan digunakan tepung ikan,
berdasarkan kebiasaan makannya tepung kedelai, tepung bekicot,
adalah ikan dari kelompok omnivora tepung terigu, dedak, tepung jagung,
yaitu kelompok ikan pemakan segala. vitamin, dan mineral dengan
Oleh karena itu, jenis bahan baku komposisi zat nutrisi pada setiap
yang akan digunakan untuk membuat bahan baku tersebut seperti pada
pakan ikan dapat bersumber dari tabel di bawah ini.
hewani, nabati, atau limbah hasil

Jenis Kadar Kada Kadar Kadar Serat Kadar


Bahan Baku Protein (%) Lemak (%) Abu (%) Kasar (%) BETN (%)

Tepung ikan 65,8 6,5 20,1 0,8 8,5


Tepung kedelai 35,8 19,8 1,8 4,9 33,9
Tepung keong mas 52,8 14,6 15,3 0,7 19,5
Tepung terigu 15,3 1,7 0,7 0,8 81,1
Tepung jagung 7,8 4,7 1,8 2,6 83,1
Dedak 13,3 14,1 10,7 8,5 53,4
Vitamin – – – – –
Mineral – – – – –

• Dari tabel pada tahap sebelumnya • Buatlah perkiraan jumlah setiap bahan
tentukan terlebih dahulu jumlah setiap baku yang akan digunakan dengan
bahan baku yang akan digunakan cara menggunakan metode yang
untuk membuat pakan ikan mas dan anda inginkan dan masukkan dalam
kadar protein, lemak, dan karbohidrat kolom yang berisi jumlah bahan baku
serta energi (kalori) pakan buatan dan hitunglah kadar protein, lemak
yang akan dibuat. Misalnya kadar dan karbohidratnya. Adapun worksheet
protein pakan 35%, kadar lemak 10%, yang dibuat seperti tabel di bawah ini.
dan kadar karbohidrat kurang dari
40% dengan nilai energi (kalori) pakan
buatan 3.500 sehingga ratio/per-
bandingan protein dan energi 10.

331
Jenis Jumlah Kadar Kada Kadar Kadar Serat Kadar
Bahan Baku Bahan Baku Protein (%) Lemak (%) Abu (%) Kasar (%) BETN (%)
(%)

Tepung ikan 65,8 6,5 20,1 0,8 8,5


Tepung kedelai 35,8 19,8 1,8 4,9 33,9
Tepung keong mas 52,8 14,6 15,3 0,7 19,5
Tepung terigu 15,3 1,7 0,7 0,8 81,1
Tepung jagung 7,8 4,7 1,8 2,6 83,1
Dedak 13,3 14,1 10,7 8,5 53,4
Vitamin – – – – –
Mineral – – – – –

Jumlah 100 35 10 – – < 40

• Langkah selanjutnya menentukan kan dan dimasukkan dalam worksheet


jumlah bahan baku yang akan diguna- kedua seperti di bawah ini.

Jenis Jumlah Kadar Kada Kadar Kadar Serat Kadar


Bahan Baku Bahan Baku Protein (%) Lemak (%) Abu (%) Kasar (%) BETN (%)
(%)

Tepung ikan 20 65,8 6,5 20,1 0,8 8,5


Tepung kedelai 15 35,8 19,8 1,8 4,9 33,9
Tepung keong mas 10 52,8 14,6 15,3 0,7 19,5
Tepung terigu 10 15,3 1,7 0,7 0,8 81,1
Tepung jagung 15 7,8 4,7 1,8 2,6 83,1
Dedak 25 13,3 14,1 10,7 8,5 53,4
Vitamin 2 – – – – –
Mineral 3 – – – – –

Jumlah 100 35 10 – – < 40

• Hitunglah kandungan protein, lemak, kan metode coba-coba atau sesuai


serat kasar dan bahan ekstrak tanpa keinginan pembuat formulasi. Letak-
nitrogen dari perkiraan formulasi di kan hasil nutrisi bahan baku seperti
atas sampai dioeroleh nilai seperti worksheet di bawah ini.
yang diinginkan dengan mengguna-

332
Jenis Jumlah Kadar Kada Kadar Kadar Serat Kadar
Bahan Baku Bahan Baku Protein (%) Lemak (%) Abu (%) Kasar (%) BETN (%)
(%)

Tepung ikan 20 65,8 65,8 20,1 0,8 8,5


13,16 1,3 0,17

Tepung kedelai 15 35,8 35,8 1,8 4,9 33,9


5,37 2,97 5,09

Tepung keong mas 10 52,8 52,8 15,3 0,7 19,5


5,28 0,14 1,95

Tepung terigu 10 15,3 15,3 0,7 0,8 81,1


1,53 0,17 8,11

Tepung jagung 15 7,8 7,8 1,8 2,6 83,1


1,17 0,71 12,47

Dedak 25 13,3 13,3 10,7 8,5 53,4


3,33 3,53 13,35

Vitamin 2 – – – – –

Mineral 3 – – – – –

Jumlah 100 30 10 – – <40


29,84 8,11 29,84

Dari hasil perhitungan dengan meng- Pada perhitungan tersebut diperoleh


gunakan bantuan komputer dengan kadar protein yang kurang dari 35%, begitu
program excel (misalnya kolom 2 dikalikan juga dengan kadar lemak sedangkan
dengan kolom 3 dibagi 100) atau dengan karbohidratnya berlebih, maka dalam
menggunakan perhitungan matematika menghitung kebutuhan jumlah bahan baku
biasa dalam metode coba-coba di mana selanjutnya harus ditambahkan bahan
jumlah bahan baku dikalikan dengan kadar baku yang mempunyai kadar protein tinggi
protein dibagi 100, begitu juga dengan dan mengurangi bahan baku yang
kadar lemak dan karbohidrat (Bahan kandungan karbohidratnya tinggi. Oleh
ekstrak tanpa nitrogen). Dari hasil karena itu, harus dibuat kembali
perhitungan itu ternyata hasil yang worksheets selanjutnya seperti di bawah
diperoleh belum sesuai dengan keinginan ini.
penyusun pada awalnya maka harus
dilakukan perhitungan nilai yang pas
dengan rencana.

333
Jenis Jumlah Kadar Kada Kadar Kadar Serat Kadar
Bahan Baku Bahan Baku Protein (%) Lemak (%) Abu (%) Kasar (%) BETN (%)
(%)

Tepung ikan 26 65,8 65,8 20,1 0,8 8,5


17,11 1,69 2,21

Tepung kedelai 12 35,8 19,8 1,8 4,9 33,9


4,29 2,38 4,07

Tepung keong mas 17 52,8 14,6 15,3 0,7 19,5


8,97 2,48 3,32

Tepung terigu 10 15,3 1,7 0,7 0,8 81,1


1,53 0,17 8,11

Tepung jagung 10 7,8 4,7 1,8 2,6 83,1


0,78 0,47 8,31

Dedak 20 13,3 14,1 10,7 8,5 53,4


2,66 2,82 10,64

Vitamin 2 – – – – –

Mineral 3 – – – – –

Jumlah 100 35 10 – – <40


35,34 10,01 36,66

Setelah diperoleh kadar nutrisi bahan energi dari komposisi bahan baku sebagai
baku pakan sesuai dengan rencana berikut.
langkah selanjutnya menghitung nilai

Protein : 353,4 gram × 4,48 kkal/gram = 1.583,23 kkal


Lemak : 100,1 gram × 7,52 kkal/gram = 752,75 kkal
Karbohidrat : 366,6 gram × 3,28 kkal/gram = 1.202,45 kkal
––––––––––– +
3.538,48 kkal
Maka protein energi ratio 3538,48 dibagi 350 = 10,1.

Hal ini berarti dalam satu gram 6.3 Prosedur Pembuatan Pakan
protein yang dihasilkan dari formulasi Setelah ditentukan komposisi bahan
pakan tersebut diimbangi dengan energi baku yang akan dibuat pakan buatan
sebesar 10,1 kkal, yang berarti energi dengan menggunakan salah satu metode,
yang diperoleh dari hasil perhitungan langkah selanjutnya melakukan pembuat-
formulasi pakan tersebut sudah memenuhi an pakan ikan. Prosedur dalam pembutan
kriteria kebutuhan ikan akan energi yaitu pakan ikan dapat dikelompokkan ber-
berkisar antara 8–10. dasarkan skala usahanya yaitu:

334
1. Skala besar yaitu pembuatan pakan Penepungan bahan baku harus
ikan secara besar/pabrikasi. dilakukan agar proses pembuatan pakan
2. Skala sedang yaitu pembuatan pakan sesuai prosedur. Bahan baku untuk
untuk memenuhi kegiatan produksi pembuatan pakan buatan pada umumnya
dengan peralatan sedang. bahan baku kering. Ukuran tepung untuk
bahan baku pakan buatan dalam bentuk
3. Skala kecil yaitu pembuatan pakan
pellet sebaiknya berukuran kurang dari
secara sederhana dengan mengguna-
0,6 mm, agar daya ikat antarpartikel bahan
kan peralatan rumah tangga.
baku lebih kuat sehingga tidak mudah larut
Dalam proses pembuatan pakan ikan dalam air. Untuk mendapatkan ukuran
diperlukan beberapa peralatan baik untuk tepung yang diinginkan tersebut kita dapat
skala pabrikasi, sedang dan skala rumah mengatur saringan yang terdapat pada
tangga. Adapun peralatan yang digunakan alat penepung dengan cara mengganti/
dapat dikelompokkan menjadi: menukar saringannya sesuai dengan yang
1. Alat penepung (grinding) diinginkan. Namun perlu diingat dalam
2. Alat pencampur (mixing) menggunakan saringan pada alat
3. Alat pengukus/pemanas (steaming) penepung sebaiknya bertahap, yaitu
saringan yang digunakan pertama kali
4. Alat pencetak (pelleting)
harus saringan yang paling kasar sampai
5. Alat pengering (drying) yang terakhir saringan yang paling halus
6. Alat pengepak/pengemasan (packing) atau ukuran saringan yang diinginkan. Hal
Alat Penepung (Grinding) ini perlu diperhatikan agar dalam proses
Alat penepung digunakan untuk penepungan tidak terjadi kemacetan pada
membuat semua bahan baku yang akan mesin yang dapat mengakibatkan ke-
digunakan berubah menjadi tepung. rusakan mesin.
Seperti penjelasan sebelumnya, sebelum Ada dua jenis alat yang dapat diguna-
membuat pakan diharuskan untuk memilih kan untuk melakukan penepungan bahan
jenis-jenis bahan baku yang akan diguna- baku. Peralatan yang digunakan pada
kan untuk membuat pakan. Jenis-jenis proses penepungan menggunakan
bahan baku yang telah dipilih dan ditentu- saringan adalah menggunakan alat
kan jumlahnya berdasarkan hasil per- penepung disk mill (Gambar 6.1) dan
hitungan formulasi pakan pada materi hammer mill (Gambar 6.2).
sebelumnya, selanjutnya dilakukan proses
penepungan terhadap bahan-bahan baku
tersebut. Bahan baku yang akan dibuat
menjadi pakan buatan semuanya harus
dalam bentuk tepung karena jika ada
bahan baku yang tidak dalam bentuk
tepung akan terjadi campuran bahan baku
yang tidak homogen dan akan menyebab-
kan pakan yang akan dibuat tidak dapat
menggumpal dengan baik. Penghalusan
bahan baku sampai menjadi tepung ini
menggunakan alat bantu penepungan. Gambar 6.1 Disk mill

335
sebelumnya. Selanjutnya bahan baku
yang telah ditimbang tersebut selesai,
dilakukan proses pencampuran. Proses
pencampuran bahan baku harus dilakukan
dengan cara mencampur bahan baku
yang jumlahnya paling sedikit kemudian
secara bertahap ditambahkan jenis bahan
baku lainnya yang jumlahnya semakin
banyak. Hal ini bertujuan agar semua
bahan baku tersebut dapat tercampur
secara homogen. Pencampuran bahan
Gambar 6.2 Hammer mill
baku kering yang sempurna akan sangat
Disc mill adalah alat penepung yang berpengaruh terhadap kekompakan
bekerja dengan cara berputarnya suatu bahan baku tersebut jika sudah dicampur
pasangan piringan logam baja yang satu dengan air menjadi adonan dan siap
berputar sedangkan yang lainnya sebagai dibentuk sesuai keinginan.
landasan. Bahan baku yang akan ditepung Proses pencampuran bahan baku
berada pada dua kepingan logam menjadi suatu campuran yang homogen
tersebut, kemudian bahan baku yang telah dapat dilakukan dengan menggunakan
dihancurkan akan dilakukan proses alat pencampur baik alat pencampur
penyaringan dalam peralatan ini secara vertikal (Vertical mixer) (Gambar 6.3)
langsung. Sedangkan hammer mill adalah maupun horizontal (horizontal mixer)
alat penepung yang bekerja dengan cara (Gambar 6.4). Pemakaian jenis alat pen-
prinsip palu yaitu memukul suatu bahan campur ini sangat bergantung kepada
baku yang akan ditepung pada sistem kapasitas produksi.
saringan yang berfungsi sebagai lempeng-
an plat yang akan terpukul semua bahan
baku dan tersaring pada saringan tersebut.
Disc mill dan hammer mill ini dibuat
dengan berbagai macam kapasitas
produksi bergantung pada keinginan
pemakai alat ini bisa digunakan untuk
skala pabrikasi, skala menengah, atau
skala rumah tangga. Kapasitas produksi
peralatan ini mulai dari 1kg per jam sampai Gambar 6.3 Gambar 6.4
satu ton per jam. Vertical mixer Horizontal mixer
Alat Pencampur Alat Pemanas/Pengukus
Setelah penepungan bahan baku Alat pemanas ini biasanya dilakukan
dilakukan terhadap semua jenis bahan jika dalam membuat pakan ikan meng-
baku yang akan digunakan untuk pem- gunakan beberapa bahan baku yang
buatan pakan buatan adalah melakukan mengandung zat antinutrisi. Di mana
penimbangan ulang bahan baku sesuai dengan perlakuan pemanasan zat
dengan formulasi yang telah ditentukan antinutrisi ini akan menjadi tidak aktif dan

336
dapat meningkatkan pemakaian nutrien ini misalnya pada bahan baku kedelai
tersebut. Beberapa zat antinutrisi yang mentah atau jenis-jenis legumes dapat
terdapat pada beberapa bahan baku mempengaruhi laju pencernaan bahan
pakan menurut Millamena et al (2000) tersebut di dalam sistem pencernaan ikan.
dapat dilihat pada Tabel 6.8. Zat antinutrisi

Tabel 6.8 Bahan Baku Pakan yang Mengandung Zat Antinutrisi, dan Cara
Menghilangkan Zat Antinutrisi (Millamena et al, 2000)

Zat Antinutrisi Aksi Merugikan Bahan Pakan Perbaikan

Trypsin Mengikat trypsin untuk mem- Kedelai dan berbagai Pemanasan pada suhu
inhibitor bentuk senyawa inaktif legumes 175–195°C atau dimasak
selama 10 menit

Lectins Menghancurkan sel darah merah Kedelai dan berbagai Merebus di dalam air/
legumes dimasukkan dalam auto-
clave selama 30 menit

Goitrogens Menghambat penyerapan iodine Kedelai dan berbagai Diuapkan dan atau di-
kedalam kelanjar thyroid legumes masukkan dalam auto-
clave selama 10–30 menit

Antivitamin D Mengikat vitamin D membuatnya Kedelai dan berbagai Diautoclave atau direbus
tidak bermanfaat legumes selama 30 menit

Antivitamin E Mengurangi kontribusi vitamin E Kedelai dan berbagai Diautoclave


legumes

Thiaminase Merangsang penghancuran thiamin Ikan mentah kerang Diautoclave, dipanaskan


(Vit B1) dan kedelai dan dimasak

Estrogens Mengganggu reproduksi Tanaman glycoside Dibuat larutan ekstrak


(isoflavon)

Gossipol Mengikat phosphor dan beberapa Tepung biji kapuk Menambahkan garam besi
protein atau phytase

Tannin Mengikat protein dan meng- Kacang-kacangan dan Dehulling


hambat pencernaan trypsin legumes

Cyanogens Melepaskan racun asam hydro- Daun singkong Direndam dalam air
cyanic selama 12 jam

Mimosine Mengganggu sintesis enzim pada Daun ipil-ipil Daun direndam selama 24
hati, merusak sel hepatopankreas jam
udang

Peroksida Mengikat protein dan vitamin Penyimpanan yang Penyimpanan diperbaiki


jelek

Phytates Mengikat protein dan mineral dan Tepung biji kapas, Dehulling
mengurangi daya gunanya kedelai dan legumes

337
Alat Pencetak Alat Pengering
Alat pencetak adalah alat yang diguna- Pada skala usaha rumah tangga alat
kan untuk mencetak pakan buatan. Bentuk yang digunakan untuk mengeringkan
alat pencetak ini sangat bergantung pada pakan buatan adalah sinar matahari atau
bentuk pakan buatan yang akan dicetak. oven biasa. Pada industri skala menengah
Bentuk pakan buatan yang biasa dibuat biasanya menggunakan oven listrik,
adalah pakan kering dalam bentuk pelet sedangkan pada industri skala besar
dan ukuran pakannya disesuaikan dengan pakan buatan yang dibuatnya meng-
peruntukan ikan. Alat pencetak (peleting) gunakan alat pencetak yang lengkap
untuk skala rumah tangga dapat digunakan dengan alat pemanas (steam) sehingga
alat penggiling daging (Gambar 6.5), pelet yang dihasilkan sudah dalam bentuk
sedangkan skala menengah dapat meng- pelet kering.
gunakan alat peleting (Gambar 6.6) dan
skala besar/pabrikasi dengan mengguna- Prosedur Pembuatan Pakan Skala
kan alat peleting otomatis (Gambar 6.7). Besar/Pabrikasi
Panjang dan diameter pelet ini dapat diatur Pada skala besar pembuatan pakan
sesuai dengan kebutuhan (Gambar 6.8). biasanya menggunakan peralatan yang
cukup canggih dan lengkap dengan skala
produksi dapat mencapai 1–20 ton per
hari. Adapun langkah pengerjaan pakan
ikan ini dilakukan dengan alur proses
seperti gambar di bawah ini (Gambar 6.6).

Gambar 6.5. Alat penggiling daging

Gambar 6.6. Alur proses pembuatan pakan skala pabrikasi

338
Tahap awal dalam pabrik pakan skala Langkah selanjutnya, mencetak pelet
pabrikasi dilakukan persiapan bahan baku. menjadi bentuk pelet dengan ukuran yang
Semua bahan baku di pabrik disimpan telah ditentukan (peleting), ukuran pelet ini
pada alat yang disebut silo (Gambar 6.7). berkisar antara 1–22 mm. Pada skala
pabrik pelet yang telah tercetak akan
langsung masuk ke dalam mesin uap
(steam) yang sudah terangkai secara
pararel dengan peralatan peleting. Langkah
terakhir dalam proses pembuatan pakan
adalah pengemasan dan penyimpanan
pakan. Dalam skala pabrikasi pelet yang
telah tercetak biasanya langsung dikemas
dalam prosesnya dibuat secara berangkai
dengan proses pencetakan pelet. Mesin
yang digunakan untuk mengemas pakan
ini dilakukan secara otomatis.
Pengemasan Pakan
Gambar 6.7 Silo
Pengemasan/pengepakan pakan
Setiap bahan baku yang disimpan buatan merupakan tahap akhir dari proses
dalam silo ada yang sudah ditepung pembuatan pakan sebelum didistribusikan
terlebih dahulu atau masih dalam bentuk kepada konsumen. Pengemasan pakan
bahan mentah. Jika bahan baku masih buatan dapat dilakukan secara langsung
dalam bentuk mentah maka dilakukan dari proses pembuatan pakan. Dengan
proses penepungan terlebih dahulu pengemasan yang benar akan sangat
sampai semua jenis bahan baku tersebut menentukan daya simpan pakan buatan.
menjadi tepung. Bahan baku yang dibuat Pengemasan yang baik akan dapat
menjadi tepung adalah bahan baku dalam meningkatkan daya simpan pakan buat
bentuk kering. Proses tahap awal ini biasa semakin lama sebelum dijual dan tetap
disebut milling. Setelah semua bahan baku mempertahankan kualitas pakan buatan.
menjadi tepung langkah kedua melakukan Oleh karena itu, agar pakan buatan
pencampuran bahan baku ( mixing), yang sudah kering sampai kadar airnya
sebelum bahan baku kering tersebut berkisar antara 10–12% sebelum dijual
dilakukan pencampuran harus dilakukan atau digunakan oleh konsumen dan tetap
penimbangan terlebih dahulu terhadap terjaga kadar airnya di dalam kemasan
bahan baku tersebut sesuai dengan sehingga pakan buatan dapat disimpan
formulasi yang telah disusun sebelumnya. dalam jangka waktu yang lama dengan
Bahan-bahan tambahan seperti vitamin, kualitas tetap terjaga, maka pakan buatan
mineral, dan minyak sebagai sumber lipid harus dikemas dengan rapi dan terisolasi
biasanya ditambahkan setelah semua dengan udara bebas, sehingga tidak
bahan tercampur sempurna (homogen), mudah terkontaminasi. Bahan yang umum
kemudian dibiarkan selama 15 menit. digunakan untuk mengemas pakan buatan

339
antara lain adalah karung plastik anyaman bebas dalam kantong kemasan maka
untuk bagian luar sedangkan untuk bagian mikroorganisme perusak pakan buatan
dilapisi kantong plastik tipis, transparan. tidak dapat tumbuh sehingga pakan
Bagian kantong plastik itulah yang buatan yang dikemas dengan prosedur
membuat pelet/pakan buatan terisolasi yang benar akan mampu disimpan dalam
dari udara bebas, sedangkan karung jangka waktu 90-100 hari.
plastik anyaman merupakan pelindung Jumlah pakan buatan dalam setiap
agar kantong plastik tidak mudah bocor kantong kemasan berbeda mulai dari
serta memudahkan dalam pengangkutan. ukuran 5 kg per kemasan sampai 50 kg
Jenis bahan kemasan yang lainnya adalah per kemasan. Ukuran kemasan 5 kg–10
dari kertas semen yang dibuat seperti kg biasanya digunakan untuk mengemas
kantong dan biasanya digunakan untuk pakan buatan untuk ikan dalam kelompok
mengemas pakan yang mempunyai berat larva/benih, sedangkan kemasan 25 kg–
antara 5–10 kg. Kantong kertas semen ini 50 kg biasanya digunakan untuk mengemas
merupakan bagian luar dari kantong pakan buatan untuk ikan kelompok
kemasan, sedangkan pada bagian grower/pembesaran dan induk ikan.
dalamnya merupakan kantong plastik tipis
dan transparan. Penyimpanan Pakan
Dalam melakukan pengemasan Proses terakhir dari suatu usaha
pakan buatan dibutuhkan alat untuk pembuatan pakan adalah penyimpanan.
memasukkan pakan langsung ke dalam Penyimpanan pakan buatan yang telah
kantong kemasan dan dilakukan dibuat harus dilakukan dengan benar
penjahitan pada kantong bagian dalam agar pakan yang telah dibuat tidak
dan bagian luar. Pada pengemasan skala mengalami kemunduran mutu pakan.
pabrik semua alat pengemasan sudah Dalam menyimpan pakan buatan ada
terangkai menjadi satu pada saat pakan beberapa faktor yang akan mempengaruhi
buatan masuk ke dalam kantong kemasan stabilitas nutrien pakan yang disimpan
langsung dilakukan penjahitan otomatis sebagai berikut.
pada kemasan tersebut. Tetapi pada 1. Kadar air pakan yang akan disimpan
beberapa perusahaan kecil proses sebaiknya tidak lebih dari 10% agar
pengemasan dilakukan secara manual tidak diserang jamur dan serangga.
dengan memasukkan pakan buatan ke 2. Kelembaban relatif ruangan penyimpan-
dalam kantong dan ditimbang beratnya an pakan sebaiknya kurang dari 65%,
secara manual, kemudian dilakukan jika lebih dari 65% akan cepat me-
penjahitan kantong kemasan dengan rangsang pertumbuhan jamur dan
menggunakan mesin jahit portable untuk serangga.
plastik kemasan. 3. Suhu ruangan penyimpanan pakan
Pakan buatan yang dikemas dalam yang tinggi akan merusak dan
kemasan yang benar akan mempunyai mengurangi ketersediaan nutrien
daya simpan yang relatif lebih panjang pakan. Suhu ruangan yang ideal untuk
daripada pakan yang tidak dikemas menyimpan pakan adalah 20°C.
dengan benar. Dengan tidak adanya udara

340
4. Supply oksigen di dalam ruangan 4. Lama penyimpanan pakan buatan di
penyimpanan harus mencukupi. Hal dalam ruang penyimpanan sebaiknya
ini dapat dilakukan dengan membuat tidak lebih dari tiga bulan. Gunakan
ruangan penyimpanan yang banyak pakan yang diproduksi terlebih dahulu,
terdapat ventilasi. Dengan adanya baru pakan yang diproduksi selanjut-
ventilasi yang cukup akan terdapat nya (First in- first out)
pergantian udara yang cukup di dalam 5. Jangan berjalan di atas tumpukan
ruangan penyimpanan yang akan pakan. Hal ini dapat mengakibatkan
mengakibatkan rendahnya suhu rusak dan hancurnya pakan buatan.
didalam ruangan.
5. Kadar lemak dalam pakan, pakan Prosedur Pembuatan Pakan Skala
buatan pada umumnya mengandung Menengah atau Rumah Tangga
lemak, selama proses penyimpanan Proses pembuatan pakan skala
lemak yang terdapat di dalam pakan rumah tangga dengan skala menengah
jika ruangan tidak memenuhi syarat tidak jauh berbeda, di mana tahapannya
maka lemak yang terkandung di dimulai dari:
dalam pakan akan mengakibatkan 1. Pemilihan bahan baku
proses peroksidasi lemak terjadi dan 2. Penepungan bahan baku (grinding)
pakan akan tengik dan bau busuk. 3. Pengayakan bahan baku (screening)
4. Penimbangan bahan baku (weighing)
Berdasarkan beberapa hal tersebut di
5. Pencampuran bahan baku (mixing)
atas maka dalam melakukan proses
6. Pencampuran adonan kering dan
penyimpanan pakan buatan ada beberapa
basah
prosedur yang harus dilakukan dalam
7. Pencetakan (peleting)
menyimpan pakan buatan dalam bentuk
kering yaitu: 8. Pengeringan pelet
1. Ruang penyimpanan pakan harus 9. Pengemasan pelet
bersih, kering, aman, dan memiliki 10. Penyimpanan pakan buatan
ventilasi yang baik. Sebaiknya ruang Kesepuluh tahapan prosedur pem-
penyimpanan berbungan langsung buatan pakan ini harus dilakukan untuk
dengan sinar matahari. memperoleh pakan buatan yang sesuai
2. Kemasan pada pakan harus terdapat dengan keinginan. Langkah pertama
label pakan dan kandungan nutrisi dilakukan pada saat sebelum menyusun
yang terdapat pada pakan serta masa formulasi pakan dan pemilihan bahan baku
kedaluarsa pakan tertera pada pada saat akan dilakukan proses pem-
kemasan (tanggal kedaluwarsa pakan). buatan pakan adalah dengan memilih
3. Tumpukan kemasan pakan dalam bahan baku yang bermutu agar pakan
tempat penyimpanan pakan sebaik- yang akan dibuat juga menghasilkan
nya tidak lebih dari enam tumpukan. bentuk pakan yang sesuai. Bentuk pakan
Jarak palet yaitu kayu tempat buatan yang akan dibuat mempunyai
meletakkan pakan dalam ruang ukuran sesuai dengan kebutuhan ikan.
penyimpanan berjarak 12–15 cm dari Para pembudi daya ikan yang akan
dasar lantai agar tidak terjadi membuat pakan ikan biasanya meng-
kerusakan pakan yang ada di dasar gunakan acuan seperti Tabel 6.9.
oleh serangga, kutu, abu, serta
sirkulasi udara dari bawah cukup baik.

341
Tabel 6.9 Acuan Bentuk dan Tipe Pakan Buatan untuk Ikan Budi Daya (Millamena
et al, 2000)
Ukuran Ikan Tipe Pakan Diameter Pakan Panjang Pakan
(gram) (mm) (mm)

< 0,35 Starter 1,0 –


2–5 Grower 2,0 –
5 – 12 Grower 3,0 2–3
12 – 20 Finisher 5,0 3–5
20 – 30 Finisher 7,0 5–7

Setelah penyusunan bahan baku pencampur (mixer) bahan baku yang


selesai dibuat, langkah selanjutnya adalah dicampur ke dalam alat tersebut adalah
melakukan penepungan setiap jenis bahan baku kering, minimal pencampuran
bahan baku. Bahan baku yang akan dilakukan selama lima menit. Pada proses
digunakan untuk membuat pakan ikan skala rumah tangga dapat dilakukan
semua harus dalam bentuk tepung dan pencampuran bahan baku kering dan
semuanya harus berukuran sama. Pada pencampuran bahan baku basah. Hal ini
skala rumah tangga biasanya para dilakukan jika bahan baku yang digunakan
pembudi daya membeli bahan baku dalam sebagai perekat misalnya kanji dan untuk
bentuk tepung, tetapi ukuran tepungnya meningkatkan tingkat kecernaan kanji
berbeda. Oleh karena itu, harus dilakukan tersebut dalam pakan ikan maka kanji
penyaringan semua jenis bahan baku tersebut dibuat adonan basah yang
tersebut dengan menggunakan saringan terpisah dari bahan baku lainnya. Dengan
atau ayakan khusus tepung. Hal ini harus cara melakukan pemanasan kanji dengan
dilakukan pada semua bahan baku yang air seperti membuat lem (sebagai acuan
akan digunakan sampai ukuran partikel dapat digunakan 50 gram kanji dimasak
bahan baku tersebut semuanya sama. dalam 200 ml air untuk membuat adonan
Saringan yang digunakan adalah saringan pakan sebanyak 1000 gram) sampai kanji
yang mempunyai ukuran khusus tepung. tersebut lengket seperti jelli. Jika meng-
Bahan baku yang telah menjadi gunakan adonan basah dalam membuat
tepung selanjutnya dilakukan penimbangan pakan ikan maka harus dilakukan pen-
sesuai dengan formulasi pakan yang telah campuran antara bahan kering dan bahan
dibuat sebelumnya dan diletakkan dalam basah tersebut sampai benar-benar
wadah yang terpisah. Kemudian dilakukan diperoleh campuran yang homogen. Untuk
pencampuran bahan baku dari mulai melihat apakah campuran tersebut benar-
bahan baku yang paling sedikit sampai benar tercampur, buatlah bentuk adonan
yang terbanyak. Hal ini dilakukan agar tersebut bola-bola dan adonan tersebut
semua bahan baku tersebut tercampur sudah tidak lengket di tangan. Setelah
secara homogen. Jika menggunakan alat dilakukan pencampuran bahan baku

342
secara homogen, langkah selanjutnya digunakan oleh ikan yang akan meng-
adalah membuat pakan buatan sesuai konsumsi pakan tersebut adalah uji secara
dengan bentuk pakan buatan yang kimia, uji secara fisik dan uji secara
ditentukan. Pakan buatan yang akan biologis. Pengujian tersebut sebaiknya
diberikan kepada ikan air ada berbagai dilakukan untuk mendapatkan validitas
macam bentuk antara lain tepung, data uji coba terhadap pakan buatan yang
remahan, dan pelet. Bentuk pelet ada akan digunakan. Oleh karena itu, kita akan
berbagai macam ukuran mulai dari 1 mm membahas dalam subbab selanjutnya
sampai 5 mm sesuai dengan per- tentang uji coba pakan ikan.
untuk annya.
Proses selanjutnya setelah pakan 6.4 Uji Coba Pakan Ikan
buatan dicetak adalah melakukan
Pakan ikan yang akan digunakan oleh
pengeringan terhadap pakan yang telah
ikan budi daya harus dilakukan uji coba
dicetak. Pakan tersebut kemudian
terhadap pakan tersebut. Hal ini dilakukan
dikeringkan dengan menggunakan alat
agar pakan yang akan digunakan tersebut
pengering atau dengan menggunakan
memberikan hasil yang optimal sesuai
sumber panas alami yaitu sinar matahari.
dengan standar produk pakan ikan. Uji
Proses pengeringan dengan meng-
coba terhadap pakan ikan dapat di-
gunakan sinar matahari bisa memakan
kelompokkan menjadi tiga yaitu :
waktu 2–3 hari jika sinar matahari bersinar
1. Uji pakan secara kimia
sepanjang hari. Jika menggunakan alat
2. Uji pakan secara fisik
pengering hanya beberapa jam saja
3. Uji pakan secara biologi
tergantung suhu pemanasan di dalam
oven sampai kadar air dalam pakan 6.4.1 Uji Pakan secara Kimia
tersebut adalah kurang dari 10%. Hal ini Uji pakan ikan secara kimia dapat
bertujuan agar pakan yang dibuat dilakukan jika memiliki peralatan analisa
mempunyai daya simpan lama dan proses proximat yang lengkap. Pada uji secara
pembusukan dihambat karena kadar air kimia bertujuan untuk mengetahui
dalam bahan pakan sangat rendah. kandungan gizi pada pakan buatan yang
Setelah pakan buatan dicetak dan telah dibuat pakan sesuai dengan
dikeringkan, langkah selanjutnya melaku- formulasi pakan yang disusun. Uji coba ini
kan pengemasan dan penyimpanan pakan sangat berguna bagi konsumen dan juga
ikan seperti yang dilakukan pada skala sebagai pengawasan mutu pakan yang
pabrikasi. Jika Anda bertujuan untuk diproduksi. Uji pakan secara kimia
menjual produk pakan ikan kepada meliputi:
masyarakat dan dilakukan sebagai suatu 1. Uji kadar air, kadar air yang baik untuk
usaha produksi pakan ikan, pakan ikan pelet/pakan buatan adalah kurang dari
yang telah dibuat harus dilakukan uji coba 12%. Hal ini sangat penting karena
terhadap pakan yang telah dibuat tersebut. pakan buatan tidak langsung di-
Uji coba pakan yang telah dibuat sebelum konsumsi oleh ikan setelah diproduksi

343
tetapi disimpan beberapa saat. Prinsip
makanan (pelet) dipanaskan pada
suhu 105–10°C, dengan pemanasan
tersebut maka air akan menguap.
Peralatan yang digunakan untuk
melakukan uji kadar air adalah oven
dan peralatan gelas. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Gambar
6.8.

Gambar 6.8 Alat pengukur kadar air

2. Uji kadar protein, kadar protein pelet tidak langsung. Cara ini menentukan
yang dibuat harus benar-benar kadarN-nya kemudian mengalikan
disesuaikan dengan ukuran ikan dan dengan protein 6,25. Peralatan yang
jenis ikan yang akan mengkonsumsi digunakan untuk mengukur kadar pro-
pakan tersebut. Prinsip pengujian tein pakan ikan dengan peralatan semi
kadar protein di laboratorium mikrokyeldahl. Untuk lebih jelasnya
menggunakan cara Kyeldahl yaitu dapat dilihat pada Gambar 6.9.
menentukan kadar protein secara

Gambar 6.9. Peralatan pengukuran kadar protein

344
3. Uji kadar lemak, kadar lemak dalam Prinsip pengujian kadar lemak adalah
pakan buatan menurut hasil penelitian bahan makanan akan larut di dalam
sebaiknya kurang dari 8%. Hal ini petrolium eter disebut lemak kasar. Uji
dikarenakan jika kadar lemak dalam ini menggunakan alat yang disebut
pakan tinggi akan mempercepat Soxhlet. Untuk lebih jelasnya dapat
proses ketengikan pakan buatan. dilihat pada Gambar 6.10.

Gambar 6.10. Peralatan pengukuran kadar lemak

4. Kadar Serat kasar, kadar serat kasar kasar adalah menentukan zat organik
dalam pakan buatan menurut hasil yang tidak larut dalam asam kuat dan
penelitian sebaiknya kurang dari 7%. basa kuat dan disertai pemanasan.
Serat kasar ini diperlukan untuk Peralatan yang digunakan untuk
menambah baik Struktur pelet. melakukan pengukuran kadar serat
Kandungan serat kasar yang terlalu kasar adalah peralatan soxhlet
tinggi pada pakan buatan akan ditambah dengan peralatan lainnya.
mempengaruhi data cerna dan Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
penyerapan di dalam alat pencernaan Gambar 6.11.
ikan. Prinsip pengujian kadar serat

Gambar 6.11. Peralatan pengukuran kadar serat kasar

345
5. Kadar abu, kadar abu dalam pakan Pengukuran Kadar Air
buatan sebaiknya kurang dari 12%. Pengukuran kadar air pakan ikan atau
Kadar abu ini merupakan bahan bahan baku yang akan digunakan untuk
anorganik, jika kadar abu tinggi dalam membuat pakan ikan dapat dilakukan
pakan buatan berarti pakan buatan dengan cara pemanasan yang biasa
tersebut tidak akan memberikan disebut Metode Gravimetri.
pertumbuhan yang baik untuk ikan. Prinsip : Air akan menguap seluruhnya
Prinsip pengujian kadar abu ini adalah jika bahan makanan dipanas-
bahan makanan dilakukan pemanasan kan pada suhu 105–110°C.
di dalam tanur listrik yang bersuhu Peralatan :
600°C. Pada suhu tersebut semua • Botol timbang bertutup/cawan
bahan organik akan menguap dan • Dessiccator/Eksikator
yang tertinggal hanya bahan • Oven
anorganik yaitu abu. Peralatan untuk • Neraca analitik
melakukan pengukuran kadar abu
dilakukan dengan menggunakan Langkah Kerja 1:
tanur listrik. Untuk lebih jelasnya dapat 1. Cawan dipanaskan dalam oven pada
dilihat pada Gambar 6.12. suhu 105–110°C selama 1jam,
dinginkan dalam eksikator selama 10
menit dan ditimbang (x1).
2. Timbang bahan/contoh yang telah
dihaluskan sebanyak 2–3 gram (a) lalu
dimasukkan ke dalam cawan X1.
3. Cawan dan bahan dipanaskan dalam
oven selama 4–6 jam pada suhu 105–
110°C, dinginkan dalam eksikator
kemudian timbang, lakukan pemanasan
kembali dalam oven selama 30 menit,
dinginkan dalam eksikator dan
timbang, lakukan hal tersebut sampai
tercapai berat yang konstan (selisih
Gambar 6.12. Peralatan pengukuran kadar abu
penimbangan berturut-turut kurang
Adapun prosedur yang dapat dilaku- dari 0,02 gram).
kan dalam melakukan uji coba secara 4. Hitunglah persentase kadar air bahan
kimia yang disebut dengan melakukan uji yang dapat diperoleh dengan rumus
analisa proksimat dapat menggunakan sebagai berikut:
beberapa metode. Di bawah ini akan (X1 + a) X2 )
Kadar air (%) = × 100%
diuraikan beberapa metode yang dapat a
dilakukan dalam melakukan pengukuran
beberapa parameter uji kimia pakan ikan.
Adapun prosedur yang harus dilakukan
sebagai berikut.

346
Prosedur pengukuran kadar air dapat Langkah Kerja 1:
dilakukan berdasarkan prosedur Standar 1. Cawan dipanaskan dalam oven pada
Nasional Indonesia (SNI), dengan meng- suhu 105–110°C selama 1 jam,
gunakan pengukuran dengan SNI yang dinginkan dalam eksikator selama 10
merupakan suatu standar dalam melakukan menit dan ditimbang (X1).
pengukuran yang telah diakreditasi secara 2. Timbang bahan/contoh yang kering
internasional yang disebut dengan ISO sebanyak 2– 3 gram (a) lalu masukkan
17025 mengenai Internasional Standar ke dalam cawan X1.
Operational untuk kegiatan laboratorium. 3. Masukkan cawan dan bahan ke dalam
Oleh karena itu, bagi para penguji yang oven pengabuan/tanur dengan cara
laboratoriumnya telah mendapatkan dipanaskan dengan suhu 550 – 600°C
sertifikat ini akan menggunakan prosedur sampai menjadi abu dan berwarna
pengujian dengan prosedur SNI. putih (selama 3–6 jam).
Langkah Kerja SNI: 4. Dinginkan dalam eksikator selama 15
1. Timbang dengan saksama 1–2 g menit dan timbang cawan dan abu
cuplikan pada sebuah botol timbang tersebut (X2).
bertutup yang sudah diketahui 5. Hitunglah persentase kadar abu
bobotnya (W1). bahan yang dapat diperoleh dengan
2. Keringkan pada oven suhu 105°C rumus sebagai berikut:
selama 3 jam. (X2 X1 )
3. Dinginkan dalam eksikator. Kadar abu (%) = × 100%
a
4. Timbang (W), ulangi pekerjaan ini Langkah Kerja SNI:
hingga diperoleh bobot tetap. 1. Timbang dengan saksama 2–3 g
Perhitungan: contoh ke dalam cawan porselen yang
W telah diketahui bobotnya.
Kadar air = × 100%
W1 2. Arangkan di atas nyala pembakar, lalu
abukan dalam tanur listrik pada suhu
Pengukuran Kadar Abu
maksimum 550°C sampai pengabuan
Pengukuran kadar abu pakan ikan sempurna (sekali-kali pintu tanur
atau bahan baku yang akan digunakan dibuka sedikit, agar oksigen bisa
untuk membuat pakan ikan dapat masuk).
dilakukan dengan cara pemanasan yang 3. Dinginkan dalam eksikator, lalu
biasa disebut dengan Metode Gravimetri. timbang sampai bobot tetap.
Prinsip : Bahan makanan jika dilakukan Perhitungan:
pemanasan di dalam tanur
W1 W2
listrik yang bersuhu 600°C, Kadar abu = × 100%
W
maka zat-zat organik akan
diuraikan menjadi air dan CO2 W : Bobot contoh sebelum diabukan
yang tertinggal hanya bahan dalam gram
anorganik yaitu abu. W1 : Bobot contoh + cawan sesudah
Peralatan : diabukan dalam gram
• Cawan porselen W2 : Bobot cawan kosong dalam gram
• Tanur listrik
• Neraca analitik
• Dessicator/eksikator

347
Pengukuran Kadar Lemak 4. Pasanglah tabung ekstraksi pada alat
Pengukuran kadar lemak pakan ikan destilasi Soxhlet dengan pelarut pe-
atau bahan baku yang akan digunakan troleum ether/petroleum benzena/
untuk membuat pakan ikan dapat hexana sebanyak 150 ml yang di-
dilakukan dengan menggunakan metode masukkan ke dalam soxhlet sampai
Soxhlet dan metode Weibull. Metode kertas saring tersebut terendam dan
soxhlet digunakan jika bahan baku pakan sisa larutan dimasukkan ke dalam
atau pakan ikan mengandung kadar lemak labu.
yang relatif tidak terlalu banyak, dan jika 5. Panaskan cawan labu yang di-
kadar lemak dalam bahan pakan atau hubungkan dengan soxhlet di atas
pakan ikan cukup banyak maka bahan water bath sampai cairan dalam soxhlet
pakan dan pakan itu harus dilakukan terlihat bening. Pemanasan ini
hidrolisis terlebih dahulu dan metode yang berlangsung selama 2 – 4 jam, apabila
digunakan adalah metode Weibull. setelah 4 jam ekstraksi belum
Prinsip : Bahan makanan yang larut di sempurna pemanasan dapat dilanjut-
dalam petrolium eter atau kan selama 2 jam lagi.
ekstraksi lemak bebas 6. Lepaskan labu dari soxhlet dan tetap
dengan pelarut non polar dipanaskan di atas water bath untuk
Peralatan : menguapkan semua petroleum ether
• Kertas saring dari cawan labu.
• Labu lemak 7. Cawan labu dipanaskan dalam oven
• Alat soxhlet pada suhu 105–10°C selama 15–60
• Pemanas listrik menit, kemudian didinginkan dalam
• Oven eksikator selama 10 menit dan
• Neraca analitik ditimbang. Ulangi prosedur ini sampai
• Kapas bebas lemak diperoleh berat yang stabil (X2).
• Pereaksi: hexane atau pelarut lemak 8. Hitunglah persentase kadar lemak
lainnya bahan/contoh dengan persamaan
sebagai berikut.
Langkah Kerja 1:
(X X)
1. Panaskan cawan labu dalam oven Kadar lemak (%) = 2 a 1 × 100%
pada suhu 105–110°C selama satu
jam, dinginkan dalam eksikator Langkah Kerja SNI:
selama 10 menit dan timbang (X1). 1. Timbang seksama 1–2 g contoh,
2. Timbang bahan/contoh sebanyak masukkan ke dalam selongsong
2–5 gram (bahan sebaiknya dalam kertas yang dialasi dengan kapas.
bentuk halus dan kering), dan 2. Sumbat selongsong kertas berisi
dibungkus dengan kertas saring/ contoh tersebut dengan kapas,
kertas filter dalam bentuk silinder (a). keringkan dalam oven pada suhu tidak
3. Masukkan selongsong kertas filter ke lebih dari 80°C selama lebih kurang
dalam tabung ekstraksi dan diberi satu jam, kemudian masukkan ke
pemberat serta dihubungkan dengan dalam alat soxhlet yang telah
kondensor/pendingin . dihubungkan dengan labu lemak berisi
batu didih yang telah dikeringkan dan
telah diketahui bobotnya.

348
3. Ekstrak dengan heksana atau pelarut 5. Keringkan kertas saring berikut isinya
lemak lainnya selama lebih kurang 6 pada suhu 100–105°C.
jam. 6. Masukkan ke dalam kertas saring
4. Sulingkan heksana dan keringkan pembungkus (paper thimble) dan
ekstrak lemak dalam oven pengering ekstrak dengan heksana atau pelarut
pada suhu 105°C. lemak lainnya 2–3 jam pada suhu lebih
5. Dinginkan dan timbang. kurang 80°C.
6. Ulangi pengeringan ini hingga tercapai 7. Sulingkan larutan heksana atau
bobot tetap. pelarut lemak lainnya dan keringkan
Perhitungan: ekstrak lemak pada suhu 100–105°C.
8. Dinginkan dan timbang.
W W1
% lemak = W × 100% 9. Ulangi proses pengeringan ini hingga
2
tercapai bobot tetap.
W : bobot contoh dalam gram
Perhitungan:
W 1 : bobot lemak sebelum ekstraksi
dalam gram Kadar lemak = × 100%
W 2 : bobot labu lemak sesudah ekstraksi
W : bobot cuplikan dalam gram
Pengukuran Kadar Lemak dengan W1 : bobot labu lemak sesudah ekstraksi
Metode Weibull dalam gram
Prinsip : Ekstraksi lemak dengan pe- W2 : bobot labu lemak sebelum ekstraksi
larut nonpolar setelah contoh dalam gram
dihidrolisis dalam suasana
asam untuk membebaskan Pengukuran Kadar Protein dengan
lemak yang terikat. Metode Kjeldahl
Peralatan : Prinsip : Menentukan kadar protein
• Kertas saring secara tidak langsung
• Kertas saring pembungkus (Thimle) dengan cara menentukan
• Labu lemak kadar N-nya, kemudian dikali-
• Alat soxhlet kan dengan faktor protein
• Neraca analitik 6,25. Senyawa nitrogen
• Pereaksi : larutan HCl 25%, kertas diubah menjadi amonium
lakmus, n-Heksana atau pelarut lemak sulfat oleh H 2 SO 4 pekat.
lainnya Amonium sulfat yang ter-
bentuk diuraikan dengan
Langkah Kerja SNI: NaOH. Amoniak yang di-
1. Timbang saksama 1–2 g cuplikan ke bebaskan diikat dengan
dalam gelas piala. asam borat dan kemudian
2. Tambah 30 ml HCl 25% dan 20 ml air dititar dengan larutan baku
serta beberapa butir batu didih. asam.
3. Tutup gelas dengan kaca arloji dan Peralatan :
didihkan selama 15 menit. • Labu kjeldhal
4. Saring dengan keadaan panas dan • Alat penyulingan dan kelengkapannya
cuci dengan air panas hingga tidak • Pemanas listrik/pembakar
bereaksi asam lagi. • Neraca analitik

349
Tahap Oksidasi, langkah kerjanya: 2. Tambahkan NaOH 0,05 N sebanyak
1. Masukkan 0,5–1 gram bahan/contoh 10 ml.
(a), 3 gram katalis ( K2SO4 + CuSO4) 3. Siapkan Erlenmeyer, masukkan
dan 10 ml H2SO4 ke dalam tabung H2SO4 0,05 N sebanyak 10 ml dan
kjeldahl. tambahkan 2–3 tetes larutan indikator
2. Tabung dipanaskan hingga larutan di (metyl red/methylen blue), kemudian
dalam tabung berubah warna menjadi didestruksi selama 10 menit.
hijau bening, kemudian didinginkan.
Tahap Titrasi
3. Encerkan dengan akuades sampai
1. Hasil destruksi dititrasi dengan NaOH
larutan menjadi 100 ml.
0,05 N.
Tahap Destruksi, langkah kerjanya: 2. Volume titran yang digunakan dicatat.
1. Masukkan 5 ml larutan hasil oksidasi 3. Lakukan prosedur yang sama pada
ke dalam cawan labu kjeldahl. blanko.

Perhitungan kadar protein diperoleh dari persamaan sebagai berikut.


0,0007 × 6,25 × 20 × (titran blanko titran sampel)
Kadar protein (%) = a
× 100%

Pengukuran Kadar Protein Metode 4. Setelah labu kjeldahl beserta


Gunning cairannya menjadi dingin, tambahkan
Langkah kerja: 200 ml aquades dan 75 ml larutan
1. Timbang bahan sebanyak 2–5 gram NaOH 40–45% sampai larutan
yang telah ditumbuk halus dan menjadi basa, pasanglah labu kjeldahl
masukkan ke dalam labu kjeldahl, dengan segera pada alat destilasi.
tambahkan 10 gram K2S atau Na2SO4 5. Panaskan labu kjeldahl sampai amonia
anhidrat dan 15 – 25 ml H2SO4 pekat, menguap semua, destilat ditampung
kalau destruksi sukar dilakukan perlu dalam erlenmeyer yang berisi 100 ml
ditambah katalis CuSO4 sebanyak HCl 0,1 N yang sudah diberi indikator
6 gram dan digoyang. phenolphtalein 1% 2 – 5 tetes. Destilasi
2. Kemudian dipanaskan pada pemanas diakhiri setelah volume destilat 150 ml
listrik atau api bunsen dalam almari atau setelah destilat yang keluar tidak
asap, mula-mula dengan api kecil dan bersifat basa.
setelah asap hilang api dibesarkan, 6. Kelebihan HCl 0,1 N dalam destilat
pemanasan diakhiri setelah cairan dititrasi dengan larutan basa standar
menjadi jernih tidak berwarna. (larutan NaOH 0,1 N) sampai larutan
3. Lakukan langkah 1 dan 2 untuk berwarna pink, catat volume titran.
perlakuan blanko. 7. Hitunglah kadar protein bahan dengan
persamaan sebagai berikut.

(ml NaOH blanko ml NaOH contoh)


Kadar protein (%) = Gram contoh × 10 × 100%
Kadar protein (%) = Kadar Nitrogen × Faktor Konversi

350
Pengukuran Kadar Protein Metode SNI 7. Titar dengan larutan HCL 0,01 N.
Pereaksi: 8. Kerjakan penetapan blanko.
1. Campuran selen, campuran 2,5 gr Perhitungan:
serbuk SeO2, 100 gr K2SO4, dan 20 (V1 V2 ) × N × 0,014 × f . k × fp
Kadar protein =
gr CuSO4 5 H2O. W
2. Indikator campuran, siapkan latutan W : bobot cuplikan
bromcresol green 0,1,% dan larutan V1 : volume HCL 0,01 N yang diperguna-
merah metil 0,1,% dalam alkohol kan penitaran contoh
95% secara terpisah. Campur 10 ml V2 : volume HCl yang dipergunakan
bromcresol green dengan 2 ml merah penitaran blanko
metil. N : normalitas HCl
3. Larutan asam borat H 3 BO 3 2%, Fk : faktor konversi untuk protein 6,25
larutkan 10 gr H3BO3 dalam 500 ml fp : faktor pengenceran
air suling. Setelah dingin pindahkan ke
dalam botol bertutup gelas. Campur Pengukuran Kadar Serat Kasar dengan
500 ml asam borat dengan 5 ml Metode Pencucian Asam dan Basa Kuat
indikator. Prinsip : Menentukan zat organik yang
4. Larutan asam klorida, HCL 0,01 N. tidak larut dalam asam kuat
5. Larutan Natrium Hidroksida NaOH dan basa kuat dan disertai
30%, larutkan 150 gram Natrium dengan pemanasan.
Hidroksida ke dalam 350 ml air, Peralatan :
simpan dalam botol bertutup karet. • Neraca analitik
Langkah kerja: • Pendingin
1. Timbang saksama 0,51 g cuplikan, • Corong Buchner
masukkan ke dalam labu kjeldahl 100 • Pompa vakum
ml. Pereaksi :
2. Tambahkan 2 g campuran selen dan • Asam sulfat H2SO4 1,25%
25 ml H2SO4 pekat. • Natrium Hidroksida, NaOH 3,25%
3. Panaskan di atas pemanas listrik atau • Etanol 96%
api pembakar sampai mendidih dan • Kertas saring Whatman 54, 541 atau
larutan menjadi jernih kehijau-hijauan 41
(sekitar 2 jam). Langkah Kerja SNI:
4. Biarkan dingin, kemudian encerkan 1. Timbang saksama 2–4 g cuplikan
dan masukkan ke dalam labu ukur 100 Bebaskan lemaknya dengan cara
ml, tepatkan sampai tanda garis. ekstraksi dengan cara SOXlet atau
5. Pipet 5 ml larutan dan masukkan ke dengan cara mengaduk, mengendap
dalam alat penyuling, tambahkan 5 ml tuangkan contoh dalam pelarut
NaOH 30% dan beberapa tetes organik sebanyak 3 kali. Keringkan
indikator PP. contoh dan masuk-kan ke dalam
6. Sulingkan selama lebih kurang 10 erlenmeyer 500 ml.
menit, sebagai penampung gunakan 2. Tambahkan 50 ml larutan H2 SO 4
10 ml larutan asam borat 2% yang 1,25%, kemudian didihkan selama 30
telah dicampur indikator. menit dengan menggunakan pendingin
tegak.

351
3. Tambahkan 50 ml NaOH 3,25% dan 3. Panaskan kertas saring di dalam oven
didihkan lagi selama 30 menit. selama 1 jam pada suhu 110°C dan
4. Dalam keadaan panas, saring dengan dinginkan dalam eksikator lalu
corong Buchner yang berisi kertas ditimbang (X1). Pasang kertas saring
saring tak berabu Whatman 54, 41 pada corong buchner yang dihubung-
atau 541 yang telah dikeringkan dan kan dengan vacuum pump. Panaskan
diketahui bobotnya. juga cawan porselen pada suhu 110°C
5. Cuci endapan yang terdapat pada selama satu jam dan dinginkan di
kertas saring berturut-turut dengan dalam eksikator.
H2SO4 1,25% panas, air panas, dan 4. Larutan yang telah dipanaskan
etanol 96%. dituang ke dalam corong buchner.
6. Angkat kertas saring beserta isinya, Lakukan pembilasan berturut-turut
masukkan ke dalam kotak timbang menggunakan 50 ml air panas, 50 ml
yang telah diketahui bobotnya, H2SO4 0,3 N, 50 ml air panas dan 25
keringkan pada suhu 105°C dinginkan ml aceton.
dan timbang sampai bobot tetap. 5. Masukkan kertas saring dari corong
7. Bila ternyata kadar serat kasar lebih buchner ke dalam cawan, panaskan
besar 1% abukan kertas saring pada suhu 105–110°C selama 0,5–1
beserta isinya, timbang sampai bobot jam, dinginkan dalam eksikator dan
tetap. timbang (X2).
Perhitungan: 6. Panaskan cawan dalam tanur listrik
a. Serat kasar < 1%, bersuhu 600°C selama 2 jam hingga
bahan di dalam cawan berwarna putih,
W
% Serat kasar = W × 100% didinginkan dan timbang (X3).
1
7. Hitunglah kadar serat kasar bahan
b. Serat kasar > 1% dengan menggunakan persamaan
W W1 sebagai berikut.
% Serat kasar = W2
× 100%
X2 X3 X1
w : bobot cuplikan dalam gram Serat kasar (%) = × 100%
a
w1 : bobot abu dalam gram Langkah Kerja 3:
w2 : bobot endapan pada kertas saring 1. Timbang bahan sebanyak 2–5 gram
dalam gram 2. Masukkan ke dalam erlenmeyer
Langkah kerja 2: 600 ml, tambahkan larutan H 2SO 4
1. Timbang bahan sebanyak 0,5–2 gram 0,255 N sebanyak 200 ml dan batu
(a) lalu masukkan ke dalam didih, panaskan selama 30 menit
erlenmeyer, kemudian tambahkan dengan dilakukan penggoyangan
50 ml H2SO4 0,3 N dan dipanaskan di sesekali.
atas hot plate selama 30 menit. 3. Saring suspensi dengan kertas saring
2. Tambahkan 25 ml NaOH 1,5 N dan residu yang tertinggal sampai
kemudian panaskan kembali selama berwarna biru tidak berubah.
30 menit.

352
4. Pindahkan secara kuantitatif residu cuci lagi residu dengan aquades
dari kertas saring ke dalam mendidih dan kemudian dengan lebih
erlenmeyer kembali dengan spatula, kurang 15 ml alkohol 95%.
dan sisanya dicuci dengan larutan 6. Keringkan kertas saring dan isinya
NaOH 0,313 N sebanyak 200 ml pada oven dengan suhu O dalam
sampai semua residu masuk ke dalam erlemeyer dicuci dengan 110 C
erlenmeyer. Didihkan dengan sampai berat konstan aquades
pendingin balik sambil kadang kala mendidih, cucilah residu dalam kertas
digoyang- goyangkan selama 30 saring sampai air cucian tidak bersifat
menit. asam lagi (uji dengan kertas lakmus,
5. Saring menggunakan kertas saring selama 1–2 jam, dinginkan dalam
yang telah diketahui beratnya, sambil eksikator dan timbang).
dicuci dengan larutan K2SO4 10%, 7. Hitunglah kadar serat kasar dengan
persamaan sebagai berikut:
(Berat kertas saring + serat) Berat kertas saring)
Kadar Serat Kasar = Berat Sampel × 100%

6.4.2 Uji Pakan secara Fisik akan tercampur secara sempurna. Hal ini
Uji coba yang kedua adalah uji coba akan menghasilkan dampak terhadap
pakan secara fisik. Uji coba pakan secara pakan buatan yang dibentuk menjadi lebih
fisik bertujuan untuk mengetahui stabilitas kompak dan stabil. Dengan pakan buatan
pelet di dalam air (Water Stability Feed) yang kompak dan stabil maka pakan
yaitu daya tahan pakan buatan di dalam buatan akan mudah dicerna oleh ikan.
air. Selain itu uji fisik dapat dilakukan Pakan buatan yang mudah dicerna oleh
dengan melihat kehalusan dan kekerasan ikan akan mengakibatkan efisiensi pakan
bahan baku pakan yang akan sangat ber- yang sangat baik dan sangat menguntung-
pengaruh terhadap kekompakan pakan di kan pemakai/petani ikan. Adapun peng-
dalam air. Hal ini dapat dideteksi dengan ukuran pakan secara fisik dapat dilakukan
daya tahan pakan buatan di dalam air. sebagai berikut.
Dengan mengetahui daya tahan pakan Pengukuran Water Stability
buatan didalam air akan sangat membantu Daya tahan pakan ikan di dalam air
para praktisi perikanan dalam memberikan harus diperhatikan karena hal ini sangat
pakan, berapa lama waktu yang dibutuh- diperlukan bagi pakan yang akan
kan oleh ikan untuk mengejar pakan dikonsumsi oleh ikan. Ikan yang hidup di
dikaitkan dengan lama waktu pakan itu dasar perairan membutuhkan pakan yang
bertahan di dalam air sebelum dimakan lebih tahan lama di dalam air dibandingkan
oleh ikan. Oleh karena itu, dalam membuat pakan ikan yang akan dibuat untuk ikan
pakan buatan, bahan baku yang diguna- yang hidup dipermukaan atau di tengah
kan harus dalam bentuk tepung, dengan perairan. Semakin lama pakan terendam
semakin halusnya bahan baku yang dalam air dan tidak cepat hancur maka
digunakan maka bentuk fisik akan ikan dapat dengan mudah memakan
semakin baik, dan seluruh bahan baku pakan buatan tersebut. Oleh karena itu,
water stability dari pakan ikan ini sangat

353
bergantung pada peruntukan pakan Berat kering pakan =
tersebut. Water stability pakan menurut
berat pakan ×
Millamenena et al (2000) dapat dilakukan
pengukuran dengan prosedur sebagai
Maka lo = 5,26 gram ×
berikut.
1. Masukkan keranjang kawat ke dalam lo = 5,0 gram
oven untuk dikeringkan pada suhu Dari hasil perlakuan pencelupan tadi
100°C selama 1–3 jam. Kemudian diperoleh data sebagai berikut.
simpan di dalam desikator dan Berat pakan dan keranjang = 12,5 gram
timbanglah keranjang tersebut sampai Berat keranjang kosong = 8,0 gram
diperoleh berat yang konstant. Maka berat akhir pakan kering adalah
2. Masukkan sebanyak 5 gram pakan berat keranjang dan pakan dikurangi
yang telah diketahui kadar airnya ke dengan berat keranjang yaitu:
dalam keranjang kawat tersebut. Fo = 12,5 gram – 8,0 gram
3. Masukkan keranjang kawat yang telah Fo = 4,5 gram
berisi pakan ke dalam air pada kondisi
perairan yang dibuat sama dengan % Water Stability = × 100
kondisi pakan ikan tersebut akan
= × 100
diberikan dan dibuat eksperimen
penelitian dengan desain waktu = 90%
selama 2, 4, 6, dan 8 jam. Pengukuran water stability yang pal-
4. Lakukan pengeringan keranjang bas- ing mudah dilakukan dengan menghitung
ket yang telah direndam dalam air ke lama waktu yang dibutuhkan oleh pakan
dalam oven, kemudian simpan dalam tersebut sampai hancur di dalam wadah
desikator dan timbang beratnya budi daya. Biasanya pakan untuk udang
sampai diperoleh berat yang konstan. sebagai organisme air yang hidup di dasar
5. Persentase berat kering yang hilang perairan maka pakan yang direndam di
dihitung setelah dikurangi dengan dalam air minimal membutuhkan waktu
berat keranjang. selama 30 menit, sedangkan untuk ikan
6. Nilai water stability dalam persen yang hidup di permukaan air lebih cepat
dapat dihitung menggunakan rumus menangkap pakan sehingga waktu yang
sebagai berikut : dibutuhkan sampai pakan hancur lebih
cepat. Daya tahan pakan di dalam air ini
Fo
% Water stability = l × 100% sangat bergantung pada jumlah bahan
o
baku yang digunakan sebagi perekat
Di mana: (binder) dan prosesing pembuatan pakan.
Io : adalah berat awal pakan kering Fo Langkah kerja dalam uji water stability
: adalah berat akhir pakan kering yang praktis sebagai berikut.
Sebagai contoh dalam pengukuran water
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan
stability adalah sebagai berikut.
digunakan sebelum melakukan uji fisik
Misalnya, berat pakan adalah 5,26 gram, pakan (wadah budi daya, pakan ikan
berat kering pakan adalah 95% maka yang dibuat, aerator, stop watch, air).
berat kering pakan adalah berat pakan × 2. Mengisi wadah uji dengan air dengan
% berat kering dibagi 100. ketinggian minimal 50 cm.

354
3. Memasukkan selang aerasi ke dalam 3. Memasukkan selang aerasi ke dalam
wadah uji. wadah uji.
4. Memasang aerator dengan kuat 4. Memasang aerator dengan kuat
sehingga air di dalam wadah uji sehingga air di dalam wadah uji
bergerak dan menimbulkan gelombang. bergerak dan menimbulkan gelombang
5. Memasukkan pakan buatan ke dalam dan masukkan ikan ke dalam wadah
wadah uji dan catat waktu pertama tersebut.
pakan buatan dimasukkan ke dalam 5. Memasukkan pakan buatan ke dalam
wadah uji. wadah uji dan perhatikan tingkah laku
6. Memperhatikan kekompakan pakan ikan dalam menangkap pakan dan
buatan di dalam wadah uji dan catat perhatikan juga berapa lama waktu
waktu pakan tersebut mulai yang dibutuhkan oleh ikan untuk
mengembang serta catat pula waktu mengkonsumsi pakan tersebut.
pakan tersebut mulai hancur. 6. Melakukan uji fisik yang kedua yaitu
7. Pakan yang baik akan stabil di dalam bau pakan buatan dengan cara
air selama 30 menit untuk pakan mencium pakan buatan yang telah
udang sedangkan untuk pakan ikan dibuat dibandingkan dengan pakan
biasanya kurang dari tiga puluh menit. buatan pabrik yang sudah biasa
digunakan untuk pakan ikan.
Pengujian Bau Pakan (Attractant)
7. Membandingkan hasilnya secara
Pakan ikan yang sudah dibuat harus organoleptik dan juga amati daya
mempunyai bau yang khas sesuai dengan terima ikan terhadap pakan buatan
keinginan ikan sehingga ikan yang yang dibuat dengan cara mengamati
mencium bau pakan ikan tersebut tertarik respon ikan terhadap pakan buatan
untuk mengkonsumsi pakan atau biasa dan bandingkan pula respon ikan
disebut dengan daya terima ikan terhadap terhadap pakan pabrik.
pakan ikan yang dibuat (pallatabilitas). 8. Mencatat hasil perbandingan tersebut.
Pakan ikan yang mempunyai bau yang
enak akan menarik minat ikan untuk Pengujian Tingkat Kehalusan Pakan
segera memakan pakan ikan tersebut. Pakan ikan yang dibuat biasanya tidak
Oleh karena itu, jika Anda membuat pakan akan langsung dijual kepada konsumen,
ikan ini harus dilakukan uji fisik tentang tetapi akan disimpan terlebih dahulu dalam
bau pakan tersebut apakah sudah dapat ruang penyimpanan pakan. Dalam ruang
diterima oleh ikan. Adapun langkah kerja penyimpanan pakan, pakan ikan ini
yang dapat dilakukan untuk mengetahui biasanya disimpan dalam tumpukan pakan
bau pakan dan daya terima ikan terhadap yang berjumlah 6 karung dengan berat
pakan dapat dilakukan dengan prosedur setiap karung adalah 50 kilogram maka
sebagai berikut. jumlah beban pakan selama penyimpanan
Langkah kerja: adalah 300 kilogram. Bagaimana Anda
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan membuat pakan yang tidak mudah hancur
digunakan sebelum melakukan uji fisik dengan beban berat selama penyimpanan.
pakan. Hal ini sangat ditentukan pada saat
2. Mengisi wadah uji dengan air dengan pemilihan bahan baku di mana bahan baku
ketinggian minimal 50 cm. yang digunakan untuk membuat pakan
ikan harus dari bahan yang benar halus

355
dalam bentuk tepung. Semakin halus yang sangat diperlukan untuk menilai
ukuran tepung maka kekompakan pakan apakah pakan ikan yang dibuat dapat
dalam komposisi pakan semakin bagus. memberikan dampak terhadap ikan yang
Oleh karena itu, untuk mengetahui tingkat mengkonsumsinya. Oleh karena itu, dalam
kehalusan pakan dapat dilakukan uji coba uji biologis harus dilakukan pengujian
secara fisik ini dengan cara sebagai terhadap pakan yang dibuat dengan cara
berikut. memelihara ikan dengan diberikan pakan
Langkah kerja: uji tersebut. Beberapa parameter biologis
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan tersebut antara lain nilai konversi pakan
digunakan sebelum melakukan uji fisik dan efisiensi pakan. Nilai konversi pakan
pakan. dan efisiensi pakan ini dapat diketahui
2. Meletakkan pakan pada ruang dengan melakukan pemberian pakan
penyimpanan pakan di atas kayu selama periode waktu tertentu sehingga
dengan jarak antara lantai dengan bisa dihitung nilainya dengan meng-
kayu sebaiknya 3 – 4 inci (1 inci = 2,54 gunakan rumus yang sudah berlaku.
cm) sebanyak enam tumpukan jika Semakin kecil nilai konversi pakan maka
berat pakan per karung 50 kg. semakin baik kualitas pakan tersebut
3. Memasukkan tumpukan pakan buatan karena semakin ekonomis. Nilai konversi
ke dalam ruang uji sebanyak 350 kg pakan yang baik adalah kurang dari dua
dan catat waktu pertama pakan yang berarti dalam memberikan pakan
buatan dimasukkan ke dalam ruang sebanyak dua kilogram akan menghasil-
penyimpanan. kan daging ikan sebanyak satu kilogram.
4. Perhatikan kekompakan pakan Parameter biologi lainnya yang dapat
buatan di dalam ruang penyimpanan dilakukan pengukuran antara lain per-
dan perhatikan apakah pakan yang tumbuhan, tingkat konsumsi pakan,
terdapat pada bagian bawah terjadi kecernaan total, retensi protein, lemak,
kehancuran atau tidak. dan energi.
5. Pakan yang baik tidak akan hancur
Tingkat Konsumsi Pakan
jika dilakukan penumpukan pakan
dalam ruang penyimpanan. Hal ini Pada umumnya tingkat konsumsi
harus dilakukan karena pakan ikan pakan yang diberikan pada ikan erat
yang dibuat akan disimpan maksimal hubungannya dengan besarnya individu
tiga bulan setelah proses pembuatan ikan. Semakin kecil bobot individu ikan
pakan. tingkat konsumsi pakan yang diberikan
persentasenya semakin besar, sebaliknya
semakin besar bobot individu ikan semakin
6.4.3 Uji Pakan secara Biologis
menurun tingkat konsumsi pakan yang
Uji coba pakan yang ketiga adalah uji diberikan. Tingkat Konsumsi Pakan (TKP)
pakan secara biologis. Dalam uji coba yang diberikan dapat dihitung dengan
pakan secara biologis dilakukan untuk menggunakan berbagai macam rumus
mengetahui beberapa parameter biologis antara lain menurut National Research
Council (NRC), 1977 adalah:
100
TKP = % pakan yang diberikan × bobot total populasi × Berat kering pakan

356
Menurut Halver (1989), tingkat konsumsi Menurut Affandi et al. (1992), nilai
pakan per hari dapat dihitung dengan kecernaan pakan dapat menggambarkan
rumus sebagai berikut. kemampuan ikan dalam mencerna suatu
Konversi Pakan pakan. Selain itu, nilai kecernaan dapat
TKP = 3 × × L × 100 menentukan kualitas pakan yang di-
L
Di mana: konsumsi ikan. Pakan yang berasal dari
TKP : Tingkat konsumsi pakan bahan nabati umumnya lebih sulit dicerna
L : Kenaikan harian panjang tubuh oleh ikan dibandingkan bahan hewani
ikan (Hepher, 1988). Bahan-bahan semimurni
L : Panjang tubuh ikan seperti kasein dan gelatin dicerna hampir
sempurna oleh ikan (NRC, 1983). Di
Kecernaan Total samping itu, kecernaan pakan juga
Pencernaan adalah proses peng- dipengaruhi oleh proses dan metode
hancuran pakan menjadi molekul-molekul pengolahan bahan- bahan tersebut sebab
mikro melalui rangkaian proses fisik ada beberapa bahan makanan yang perlu
maupun kimiawi, sehingga bisa diserap penanganan khusus karena keberadaan
melalui dinding usus ke dalam kapiler zat inhibitor dalam bahan makanan,
darah. Proses ini terjadi terus-menerus, contohnya pemanasan terhadap kacang
diawali dengan pengambilan pakan dan kedelai dapat meningkatkan tingkat
berakhir dengan pembuangan sisa pakan kecernaannya.
(Zonneveld et al.,1991;NRC, 1983). Prinsip penentuan kecernaan pakan
Kecernaan adalah suatu parameter membandingkan kadar nutrisi atau energi
yang menunjukkan berapa dari makanan pakan dengan kadar nutrisi atau energi
yang dikonsumsi dapat diserap oleh tubuh feses (Affandi et al., 1992). Penentuan daya
(Lovel, et al., 1988), karena dalam suatu cerna ini bisa dilakukan secara langsung
proses pencernaan selalu ada bagian dilakukan pengukuran jumlah pakan yang
makanan yang tidak dapat dicerna dan dikonsumsi untuk dibandingkan dengan
dikeluarkan dalam bentuk feses (Affandi jumlah feses yang diekskresikan (Lovel,
et al., 1992). Ikan mempunyai kemampuan 1988). Penentuan daya cerna secara
mencerna yang berbeda dengan hewan langsung dianggap sulit dan memakan
darat (Watanabe,1988). waktu lama karena pengumpulan feses
Menurut Heper (1988), kecernaan dilakukan dengan stripping, mengisap
pakan dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu: feses lewat anus, atau dengan membedah
keberadaan enzim dalam saluran ikan.
pencernaan ikan, tingkat aktivitas enzim- Pengukuran kecernaan secara tidak
enzim pencernaan dan lamanya pakan langsung lebih menguntungkan karena
yang dimakan bereaksi dengan enzim tidak memperhitungkan jumlah pakan
pencernaan. Setiap faktor tersebut akan yang dikonsumsi serta feses yang
dipengaruhi oleh faktor sekunder yang diekskresikan, tetapi didasarkan pada
berhubungan dengan spesies ikan, umur, kandungan indikator dalam pakan dan
dan ukuran ikan, kondisi lingkungan dan feses (Tytler and Calow, 1985). Kecernaan
komposisi, ukuran, serta pakan yang secara tidak langsung dihitung ber-
dikonsumsi. dasarkan perbandingan indikator yang
terdapat pada pakan dengan indikator

357
yang terdapat pada feses.Indikator yang Kecernaan total dari pakan yang
digunakan adalah bahan yang tidak dapat dikonsumsi dapat pula dihitung berdasar-
dicerna, diserap atau masuk ke dalam kan rumus Windel (1978) yaitu:
lendir usus, tidak berubah secara kimiawi, Kecernaan Total=100–(100–a/a*)
dapat dianalisa dan dapat melewati di mana:
saluran pencernaan (Lovell, 1988). a = Cr2O3 dalam pakan (%)
Indikator yang digunakan mengukur daya a* = Cr2O3 dalam feses (%)
cerna yang digunakan secara tidak Selain kecernaan total dari pakan
langsung adalah Cr2O3 dan lignin (Hepher, yang dikonsumsi juga harus diperhitung-
1988). Biasanya indikator yang sering kan kecernaan dari nutrien yang terdapat
digunakan adalah Cr 2 O 3 sebesar 0,5 pada pakan. Kecernaan nutrien itu terdiri
dalam pakan uji (NRC,1983). dari kecernaan protein, kecernaan lemak,
Metode kecernaan makanan dapat kecernaan karbohidrat, dan kecernaan
dihitung menurut Affandi et al 1992 dengan energi. Perhitungan kecernaan nutrien ini
menggunakan rumus sebagai berikut: menggunakan rumus yang dikemukakan
oleh NRC (1982) yaitu:
1. Metode langsung
Kecernaan pakan dengan metode Kecernaan Protein
langsung biasa diterapkan pada level Kecernaan Protein=100–(100 x a/a* x b*/b)
individu dengan menggunakan di mana:
perhitungan sebagai berikut. a = Cr2O3 dalam pakan (%)
a* = Cr2O3 dalam feses (%)
I F
D= × 100% b = protein dalam pakan (%)
I
b* = protein dalam feses (%)
Keterangan:
D = kecernaan total Kecernaan Lemak
I = total nutrien yang dikonsumsi Kecernaan Lemak=100–(100 x a/a* x b*/b)
F = total nutrien dalam feses di mana:
Pada metode ini semua makanan yang a = Cr2O3 dalam pakan (%)
dikonsumsi dan semua feses yang a* = Cr2O3 dalam feses (%)
dikeluarkan oleh ikan selama fase b = lemak dalam pakan (%)
pengukuran (24 jam) harus diukur. b* = lemak dalam feses (%)
2. Metode tidak langsung Kecernaan Karbohidrat
Kecernaan total pakan dari pakan Kecernaan Karbohidrat =100–(100 x a/a*
yang dikonsumsi dapat dihitung x b*/b)
dengan metode tidak langsung, yaitu: di mana:
a = Cr2O3 dalam pakan (%)
Ip Np
D = 100 – (100 × × ) a* = Cr2O3 dalam feses (%)
If Nf
b = karbohidrat dalam pakan (%)
Keterangan:
b* = karbohidrat dalam feses (%)
D = kecernaan total
Ip = persentase indikator dalam pakan Kecernaan Energi
If = persentase indikator dalam feses Kecernaan Energi =100–(100 x a/a*xb*/b)
Np = persentase nutrien dalam pakan di mana:
Nf = persentase nutrien dalan feses a = Cr2O3 dalam pakan (%)
a* = Cr2O3 dalam feses (%)
b = energi dalam pakan (%)
b* = energi dalam feses (%)

358
Retensi Protein, Lemak dan Energi
Untuk mengetahui efektivitas pakan yang disimpan dalam tubuh. Adapun rumus yang
diberikan dapat diketahui dengan jalan digunakan untuk menghitung retensi pro-
menentukan banyaknya zat makanan yang tein, lemak, dan energi sebagai berikut.
Bobot protein yang disimpan tubuh (gram)
Retensi Protein (%) = Bobot protein yang diberikan (gram) × 100%

Bobot lemak yang disimpan tubuh (gram)


Retensi Lemak (%) = Bobot lemak yang diberikan (gram) × 100%

Jumlah energi (kkal) yang disimpan tubuh


Retensi Energi (%) = Jumlah energi (kkal) yang diberikan (gram) × 100%

Cara menghitung Retensi Protein/Lemak Pertumbuhan terjadi apabila ada


Bobot protein/lemak yang disimpan tubuh: kelebihan energi bebas setelah energi
Bobot biomassa awal = WA Analisa yang tersedia di pakan untuk metabolisme
proksimat awal ikan = a% Jumlah protein standar, energi untuk proses pencernaan
awal = a% × WA = A Bobot biomassa dan energi untuk aktivitas.
akhir + bobot mortalitas = WT Ada dua model yang dipakai untuk
Analisa proksimat akhir ikan = b% Jumlah menghitung pertumbuhan. Model pertama
protein pada akhir = b% × WT = B model yang berhubungan dengan berat
Protein yang disimpan dalam tubuh = B – dan berbentuk eksponensial. Model ini
A=C baik untuk waktu yang pendek. Model
pertumbuhannya menurut Ricker (1979)
Bobot protein yang diberikan: adalah:
Jumlah total pakan yang diberikan = p (gram)
Wt = Wo . egt
% Protein pakan = CP % (hasil analisa
proksimat) di mana:
W t : bobot ikan pada saat t
Jumlah protein pakan = CP% × p = K W o : bobot ikan awal
E : dasar logaritma natural (2,7183)
Retensi Protein/Lemak % = × 100 g : laju pertumbuhan harian spesifik
Pertumbuhan t : waktu
Pertumbuhan adalah perubahan Laju pertumbuhan harian spesifik dapat
ukuran baik panjang, berat, atau volume dihitung dari rumus awal yaitu:
dalam jangka waktu tertentu. Per- Wt
tumbuhan ini secara fisik diekspresikan Wt = Wo . egt Wo = e
gt

dengan adanya perubahan jumlah atau


ukuran sel penyusun jaringan tubuh pada Wt Ln Wt Ln Wo
periode waktu tertentu. Secara energetik Ln Wo = gt g= t
pertumbuhan diekspresikan dengan
adanya perubahan kandungan total energi W -W
g= tt o
tubuh pada periode waktu tertentu
(Rahardjo et al, 1989).

359
Menurut Huisman (1976) dan NRC Konversi Pakan
(1977) mengemukakan rumus laju per- Untuk dapat mengetahui penggunaan
tumbuhan harian sebagai berikut. pakan oleh ikan dapat dihitung dengan
Wt = Wo (1 + g/100)t atau menentukan perbandingan faktor konversi
g= (Wt/Wo) – 1 100% pakan. Ikan hanya diberi pakan buatan
100% nilai konversi pakannya lebih
Model pertumbuhan yang kedua dari 1. Hal ini disebabkan pakan tidak
berhubungan dengan panjang yang dapat dimanfaatkan semua dan ada yang
dinamakan rumus Von Bertalanfall di mana menjadi feses. Dari segi ekonomis nilai
rumus yang digunakan sebagai berikut. konversi pakan dapat juga dipakai untuk
Lt = L~ 1 – e–k (t – to) menentukan kualitas pakan. Nilai konversi
di mana: pakan yang mendekati nilai satu maka
Lt : panjang ikan pada waktu t semakin bagus kualitas pakan yang
L~ : panjang maksimum ikan diberikan. Konversi pakan dapat dihitung
k : koefisien pertumbuhan dengan menggunakan rumus sebagai
e : bilangan yang nilainya 2,7183 berikut.
Selain itu dari beberapa literatur F
Konversi pakan = (W + D) W
pertumbuhan ikan dapat juga dilakukan t o

pengukuran secara sederhana dengan di mana:


menggunakan rumus berikut. F : jumlah pakan yang diberikan
Pertumbuhan mutlak Wt = Wf – Wi selama pemeliharaan
di mana: W t : berat akhir ikan rata-rata
Wt : pertumbuhan mutlak W o : berat awal ikan rata-rata
Wf : berat akhir D : jumlah ikan yang mati selama
W : berat awal pemeliharaan
i
Laju pertumbuhan mutlak Efisiensi Pakan
f W i W Sama halnya dengan konversi pakan,
Wt/hari = Waktu kultur (hari) efisiensi pakan merupakan indikator untuk
mengetahui efektivitas pakan yang
Pertumbuhan relatif
diberikan kepada ikan terhadap per-
Wf Wi tumbuhan. Untuk menghitung efisiensi
% Wt = Wi × 100 pakan dapat digunakan rumus menurut
NRC (1977) sebagai berikut.
Laju pertumbuhan relatif
(Wt + D) Wo
Wf Wi E% = × 100
% Wt/hari = Wi (waktu kultur) × 100 F
W t : bobot ikan pada waktu t
Laju pertumbuhan harian spesifik W o : bobot ikan pada waktu 0
Ln W2 In W1 D : bobot ikan yang mati selama
SGR = t2 t1 pengamatan
di mana: F : jumlah pakan yang dikonsumsi
W 1 : berat ikan pada periode waktu 1 (t1) Dari rumus efisiensi pakan juga dapat
W 2 : berat ikan pada peroide waktu 2 (t2) dihitung nilai konversi pakan.

360
6.5 Manajemen Pemberian Frekuensi pemberian pakan dihitung
dalam waktu sehari (24 jam). Pada ikan
Pakan
air tawar misalnya ikan patin merupakan
Dalam budi daya ikan pakan merupa- salah satu jenis ikan air tawar yang
kan salah satu faktor yang sangat mempunyai fase kritis pada saat berusia
menentukan dalam keberhasilan suatu larva, yaitu 0–14 hari. Untuk meningkatkan
budi daya ikan selain kualitas air. Pakan kelangsungan hidup larvanya salah satu
dalam kegiatan budi daya ikan sangat solusinya adalah memberikan pakan alami
dibutuhkan oleh ikan untuk tumbuh dan selama fase tersebut sebanyak 12 kali
berkembang. Pemberian pakan dalam sehari di mana pakan alami tersebut
suatu usaha budi daya sangat bergantung diberikan setiap dua jam sekali selama
kepada beberapa faktor antara lain jenis sehari. Pada ikan laut frekuensi pemberian
dan ukuran ikan, lingkungan di mana ikan pakan pada masa larva lebih banyak
itu hidup dan teknik budi daya yang akan dibandingkan pada fase pembesaran.
digunakan. Dalam subbab ini akan Oleh karena itu, frekuensi pemberian
dibahas manajemen pemberian pakan pakan pada masa larva bagi ikan budi
dilihat dari jenis dan ukuran ikan serta daya mempunyai jumlah yang lebih
teknik budi daya. Pakan dan kualitas air banyak dibandingkan dengan fase lainnya
akan dibahas pada subbab selanjutnya. dan setiap jenis ikan mempunyai kekhasan
Pemberian pakan adalah kegiatan dalam frekuensi pemberian pakan.
yang rutin dilakukan dalam suatu usaha Feeding time atau waktu pemberian
budi daya ikan. Oleh karena itu, dalam pakan adalah waktu yang tepat untuk
manajemen pemberian pakan harus melakukan pemberian pakan pada setiap
dipahami tentang beberapa pengertian jenis ikan. Waktu pemberian pakan ini juga
dalam kegiatan budi daya ikan sehari-hari sangat khas untuk setiap jenis ikan.
yang terkait dengan manajemen pemberian Berdasarkan kapasitas daya tampung
pakan antara lain feeding frekuensi, feed- lambung setiap jenis ikan atau biasa
ing time, feeding behaviour, feeding hab- disebut juga dengan feeding periodicity
its, feeding periodicity, dan feeding level. jenis ikan dapat dibedakan yaitu ikan
Feeding frekuensi atau frekuensi pemakan malam hari atau aktivitas
pemberian pakan mempunyai makna makannya meningkat pada malam hari
jumlah waktu ikan untuk makan dalam yang biasa disebut nocturnal misalnya ikan
sehari. Setiap jenis ikan mempunyai kelompok catfish, dan ikan pemakan siang
kebiasaan makan yang berbeda. Oleh hari atau aktivitas makannya lebih
karena itu, dalam melakukan pemberian meningkat pada siang hari (diurnal). Oleh
pakan kepada ikan setiap hari biasanya karena itu, pada kelompok ikan yang
bergantung kepada jenis dan ukuran ikan, mempunyai aktivitas makan pada malam
ketersediaan tenaga kerja, pakan dan hari maka dalam melakukan pemberian
ukuran kolam budi daya. Biasanya makan, waktu pemberian pakannya
semakin kecil ikan frekuensi pemberian sebaiknya lebih banyak pada malam hari
pakannya semakin banyak, sedangkan agar pakan yang diberikan lebih efisien
semakin besar ikan frekuensi pemberian dan efektif.
pakannya setiap hari semakin berkurang.

361
Selain itu, dalam melakukan pemberi- masa pertumbuhan emas dan itu biasa
an pakan juga harus diperhatikan tentang terjadi pada ikan yang berukuran larva dan
tingkah laku ikan dalam kehidupannya di benih. Oleh karena itu, dibutuhkan jumlah
dalam perairan di mana ikan berdasarkan pakan yang lebih banyak dibandingkan
tingkah lakunya dalam media hidupnya dengan ikan yang berukuran dewasa.
dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu
ikan yang hidupnya di atas permukaan air, Dalam melakukan pengelolaan pem-
ikan yang hidupnya lebih senang berada berian pakan pada suatu usaha budi daya
di tengah-tengah air, dan ikan yang sangat bergantung pada teknik budi daya
hidupnya lebih senang di dasar perairan. yang diterapkan. Pada suatu usaha budi
Oleh karena dalam melakukan pemberian daya ikan dapat dikelompokkan menjadi
pakan terhadap jenis-jenis ikan tersebut tiga sebagai berikut.
harus disesuaikan dengan tingkah laku
1. Budi daya ikan secara ekstensif
ikan tersebut.
Pada budi daya ikan ini yang
Berdasarkan kebiasaan makannya menjadi ciri khasnya adalah dalam
ikan yang dibudi dayakan dapat di- pemberian pakannya mengandalkan
kelompokkan menjadi ikan herbivora, ikan pakan alami. Oleh karena itu, dalam
omnivora dan ikan karnivora. Oleh karena sistem budi daya ini pemupukan pada
itu, melakukan pemberian pakan untuk kolam budi daya harus kontinu
ikan herbivora, omnivora, dan karnivora dilakukan agar pakan alami tumbuh
harus berbeda. Jumlah pakan ikan yang dengan subur pada kolam budi daya.
diberikan setiap hari pada ikan yang dibudi Pengelolaan pemberian pakan pada
dayakan dan biasanya diekspresikan sistem budi daya ekstensif lebih
dalam persen biomas ikan biasa disebut mengutamakan tumbuhnya plankkton
dengan feeding rate. Feeding rate pada baik phytoplankton maupun zooplank-
pemberian pakan ikan berkisar antara 2 – ton di dalam wadah budi daya sebagai
5% per hari atau bahkan lebih. Biomas pakan alami ikan yang dibudi dayakan
adalah jumlah total ikan per unit area pada dan jenis ikan yang dibudi dayakan
waktu tertentu dan diekspresikan dalam adalah ikan herbivora yaitu ikan yang
kg/ha atau kg/meter persegi. Biasanya senang mengkonsumsi tumbuhan
dalam pemberian pakan pada ikan yang atau nabati.
berukuran besar jumlah pakan yang
2. Budi daya ikan semiintensif
diberikan setiap hari semakin berkurang
Pada budi daya ikan sistem
dan semakin kecil ukuran ikan jumlah
semiintensif yang menjadi cirinya
pakan yang diberikan semakin banyak. Hal
adalah dalam budi dayanya sangat
ini dikarenakan ikan yang berukuran kecil
mengandalkan pakan alami dan
mempunyai masa pertumbuhan yang lebih
pakan tambahan. Pakan alami masih
besar dibandingkan dengan ikan
digunakan dalam sistem budi daya ini
berukuran besar. Seperti yang diketahui
sehingga sistem pemupukan pada
bahwa pertumbuhan ikan mempunyai
kolam budi daya masih dilakukan dan
kurva pertumbuhan yang sigmoid yaitu
pemberian pakan tambahan yaitu
ada masa dalam kurva tersebut adalah

362
pakan yang dalam kontribusinya elemen kritis yang harus diperhatikan
hanya menghasilkan penambahan antara lain adalah jumlah pakan per hari
berat pada ikan kurang dari 50% atau yang diberikan dalam pemeliharaan ikan
kurang dari pakan utama. Pakan (feeding rate), frekuensi pemberian pakan
tambahan ini biasanya dibuat sendiri dalam satu hari (feeding frekuensi), waktu
oleh pembudi daya dari beberapa pemberian pakan yang tepat (feeding time)
bahan baku dan kandungan nutrisinya dan konversi pakan yang ditargetkan
tidak selengkap pakan buatan pabrik dalam suatu usaha budi daya ikan. Jumlah
sehingga pertumbuhan ikan dari pakan yang akan diberikan setiap hari
pakan tambahan ini kurang dari 50%. pada budi daya ikan secara intensif sangat
Biasanya kelompok ikan yang di- bergantung pada faktor biotik dan faktor
pelihara secara semi intensif adalah lingkungan di mana ikan itu hidup. Jumlah
kelompok ikan omnivora misalnya pakan yang akan diberikan setiap hari ini
kelompok carper seperti ikan mas. juga ditentukan pada perbandingan jumlah
3. Budi daya ikan secara intensif pakan yang akan diberikan. Pada suatu
Pada budi daya ikan secara usaha budi daya ikan di mana terdapat
intensif yang menjadi ciri khasnya beberapa fase kegiatan budi daya
adalah dalam melakukan kegiatan sehingga pakan yang akan diberikan pada
budi daya mengandalkan pakan setiap fase akan berbeda. Berdasarkan
buatan sebagai sumber makanan jumlah pakan yang harus diberikan dalam
utama ikan yang dibudi dayakan. suatu usaha budi daya dapat dibedakan
Pakan yang digunakan adalah pakan menjadi tiga kelompok berikut.
buatan yang mempunyai kandungan 1. Pemberian pakan secara berlebihan
gizi yang lengkap. Karena pakan (excess) Pemberian pakan secara
buatan ini sebagai sumber energi berlebihan atau biasa disebut
utama dan materi bagi kehidupan dan a d l i b i tum merupakan salah satu
pertumbuhan ikan. Pakan buatan cara pemberian pakan yang biasa
dalam usaha budi daya ikan intensif diberikan pada fase pemberian pakan
merupakan komponen terbesar dalam untuk larva ikan sampai ukuran benih
suatu usaha budi daya biasanya ikan pada suatu hatchery. Pada sta-
berkisar antara 40–70% dari total dia tersebut tingkat konsumsi pakan
biaya produksi. Oleh karena itu, dalam masih tinggi hal ini berkaitan dengan
mengelola pemberian pakan secara kapasitas tampung lambung larva
intensif harus benar-benar dilakukan atau benih ikan masih sangat terbatas,
secara benar agar efisiensi pakan dan struktur alat pencernaan yang masih
efektivitas kegiatan budi daya dapat belum sempurna dan ukuran bukaan
menguntungkan. mulut larva yang masih sangat kecil,
Manajemen pemberian pakan pada sehingga dengan memberikan pakan
suatu usaha budi daya ikan yang intensif dengan sekenyangnya atau ad libitum
harus dilakukan . Hal ini dikarenakan pada di mana pakan selalu tersedia dalam
pengelolaan pemberian pakan dalam jumlah yang tidak dibatasai maka larva
suatu usaha budi daya ada beberapa atau benih ikan ini dapat makan kapan
pun juga sesuai dengan keinginan

363
ikan. Tetapi pemberian pakan secara ikan yang dibudi dayakan dalam
berlebihan pada fase setelah larva jumlah yang maksimal. Hal ini dapat
atau nebih akan membawa dampak dilakukan pada ikan budi daya yang
yang merugikan bagi sistem perairan benar-benar sudah diketahui daya
dalam suatu usaha budi daya. Di tampung lambungnya secara
mana pakan ikan yang berlebihan maksimal dalam setiap pemberian
akan berpengaruh langsung terhadap pakan, sehingga pakan ikan yang
organisme akuatik (ikan) yang hidup diberikan semuanya dikonsumsi oleh
dalam wadah budi daya dan kondisi ikan. Dalam kenyataannya sangat
lingkungan budi daya tersebut. Pakan sulit bagi para pembudi daya untuk
ikan yang berlebihan tidak akan menerapkan sistem pemberian pakan
dimakan oleh ikan dan akan terjadi ini karena untuk menghindari pakan
penumpukan pakan pada wadah budi yang terbuang itu sangat sulit. Oleh
daya di dasar perairan. Penumpukan karena itu dalam pemberian pakan
pakan ikan di dasar budi daya akan secara maksimal akan mudah
tercampur dengan hasil buangan ikan diterapkan jika ikan yang dibudi daya-
seperti feses, urine yang nantinya kan sudah terbiasa dengan jumlah
akan menghasilkan bahan-bahan pemberian pakan tersebut setiap
toksik seperti amoniak, H 2 S, dan hari berdasarkan pengalaman di
sebagainya yang dihasilkan dari lapangan.
perombakan bahan-bahan organik
3. Pemberian pakan yang dibatasi (re-
tersebut. Kandungan toksik yang
stricted)
tinggi dalam wadah budi daya akan
Pemberian pakan tipe ini adalah
menyebabkan aktivitas ikan dan
pemberian pakan buatan yang biasa
terganggu. Oleh karena itu, manajemen
dilakukan dalam suatu usaha budi
pemberian pakan pada ikan harus
daya ikan di mana para pembudi daya
dilakukan dengan benar disesuaikan
melakukan pembatasan jumlah pakan
dengan melihat jenis dan umur ikan,
yang diberikan setiap hari. Jumlah
lingkungan perairan, serta teknik budi
pakan yang aka diberikan setiap hari
daya yang digunakan. Pemberian
ini dibatasi berdasarkan hasil suatu
pakan secara ad libitum dengan
penelitian dengan jumlah pakan
menggunakan pakan buatan akan
tertentu akan diperoleh pertumbuhan
memberikan dampak negatif karena
ikan yang optimal. Pemberian pakan
mengakibatkan meningkatnya biaya
dalam budi daya ikan secara intensif
produksi.
biasanya jumlah pakan yang diberikan
2. Pemberian pakan sekenyangnya (sa- dibatasi jumlahnya berdasarkan hasil
tiation) penelitian dan pengalaman di lapangan.
Pada sistem pemberian pakan Berdasarkan pengalaman petani
seknyangnya adalah suatu usaha ikan mas di Jawa Barat dalam melaku-
para pembudi daya ikan untuk kan manajemen pemberian pakan
melakukan pemberian pakan pada dapat dilihat pada Tabel 6.10.

364
Tabel 6.10 Skedul Pemberian Pakan dalam Usaha Budi Daya Ikan Mas
Stadia Umur Ukuran Bobot Jenis Dosis Feeding
Ikan Ikan Ikan Ikan Pakan Pakan Frekuensi

Larva 1–4 hr 0,5–0,6 hr 0,18–20 mg Kuning telur Adlibitum –


Kebul 5 hr 1 cm 15–20 mg Pakan alami Adlibitum –
Burayak & Emulsi 1 g/1000 6–8 kali
Putihan 5–10 1–3 cm 0,1–0,5 g Emulsi 2 g/1000 6–8 kali
Benih 10–15 hr 3–5 cm 0,5–2,5 g Emulsi 3 g/1000 6–8 kali
Induk 3 bl 8–12 cm 100 g Remah 4% biomas 5 kali
Pelet 3% biomas 4 kali
6 bl >12 cm 0,5 kg Pelet 3% biomas 3 kali

Dalam membuat skedul pemberian adalah pakan alami yang tumbuh di kolam
pakan ikan mas ini dibuat suatu asumsi ditambah dengan emulsi kuning telur
berdasarkan stadia dan ukuran ikan. dengan jumlah pakannya 1 gram kuning
Frekuensi pemberian pakan pada suatu telur untuk 1000 ekor kebul dan diberikan
usaha budi daya ikan mas harus sebanyak 6–8 kali dalam sehari. Pada sta-
disesuaikan dengan kebutuhan pakan dia burayak ukuran sudah mulai
berdasarkan stadia ikan mas itu sendiri. bertambah sehingga jumlah emulsi
Skedul pemberian pakan ikan mas ini pakannya ditingkatkan menjadi 2 gram
tidaklah mutlak seperti tabel di atas tetapi untuk 1000 ekor kebul dengan frekuensi
harus disesuaikan dengan kondisi lahan pemberian pakan 6–8 kali sehari. Pada
di mana ikan mas tersebut dibudi dayakan. stadia putihan menjadi 3 gram untuk 1000
Hal ini dikembalikan kepada sifat alamiah ekor, sedangkan pada tahap benih
ikan yang mulai dari larva yang baru mencapai ukuran gelondongan atau
menetas dengan sumber pakannya masih ukuran 3 bulan pakannya berubah
disediakan oleh kantung kuning telur, menggunakan pakan buatan di mulai dari
sehingga pada stadia ini larva tidak perlu bentuk remahan kemudian pelet
diberi pakan tambahan, kecuali untuk paka berukuran 2 mm dengan jumlah pakan
alami di mana proses penyiapannya sudah remahan sebanyak 4% dari total biomas
dilakukan pada saat persiapan kolam sedangkan untuk pakan pelet 2 mm jumlah
mulai dari pengeringan dasar kolam, pakan yang diberikan 3% dari biomas.
pengapuran dan pemupukan. Setelah Frekuensi pemberian pakan untuk pakan
kantung kuning telur habis maka larva remahan adalah 5 kali sehari pada minggu
akan mulai mengkonsumsi pakan alami pertama sedangkan pada minggu
yang tumbuh di kolam, baik dari jenis phy- selanjutnya diberikan pakan buatan bentuk
toplankton maupun zooplankton dengan pelet 2 mm sebanyak 4 kali sehari. Hal ini
ukuran pakan alami yang dikonsumsi dilakukan karena pada stadia ini ikan mas
disesuaikan dengan bukaan mulut larva sangat rakus memakan makanannya dan
dan setelah beberapa hari kemudian larva sifat alami ikan mas sebagai pemakan
siap dipindah ke kolam pendederan. Jenis segala/omnivora akan muncul. Aktivitas
pakan yang diberikan pada stadia kebul makan ikan mas akan meningkat pada

365
siang hari karena ikan mas termasuk jenis yang diberikan harus memiliki kandungan
ikan diurnal. Oleh karena itu, dalam gizi yang lengkap untuk mempercepat
pemeliharaan di kolam juga diberikan tingkat kematangan gonad. Dengan
pakan tambahan untuk memenuhi demikian, jumlah pakan yang diberikan
kebutuhan ikan mas terhadap pakan selama pemeliharaan dibatasi sehingga
alami. Pada tahap calon induk sampai pertumbuhan mencapai optimal.
akan menjadi induk ikan mas yang Selain itu, dalam melakukan pengelola-
dipelihara mempunyai pertumbuhan yang an pemberian pakan pada udang yang
sudah lebih lambat sehingga jumlah pakan telah dilakukan oleh Akiyama dalam
yang diberikan berkurang menjadi 3% dari Goddart (1996) merupakan salah satu
biomas dengan frekuensi pemberian komoditas organisma air yang mempunyai
pakan sebanyak 3 kali sehari. Pada sta- kebiasaan makan pada malam hari dapat
dia ini ikan sudah akan mengalami dilihat pada Tabel 6.11.
pertumbuhan gonadik sehingga pakan
Tabel 6.11 Skedul Pemberian Pakan pada Udang

Tipe Pakan Berat Udang Feeding Time

06.00 10.00 14.00 18.00 22.00

Starter <3g 30% – 35% – 35%


Grower 3-15 g 20% 15% 15% 30% 20%
Finisher > 15 g 20% 15% 15% 30% 20%

Tabel di atas memperlihatkan pakan sehingga menjelang sore jumlah pakan


udang yang diberikan bervariasi pada relatif lebih banyak. Untuk lebih jelasnya
setiap stadia udang dan waktu pemberian dapat diperhatikan Tabel 6.12, yang
pakannya disesuaikan dengan kebiasaan memperlihatkan jumlah pemberian pakan
udang yang mempunyai aktivitas dari larva sampai ukuran siap panen
makannya meningkat pada hari gelap semakin berkurang.
Tabel 6.12 Jumlah Pakan Harian pada Udang dengan Kelangsungan Hidup 80%

Berat Udang Biomas Feed Rate Jumlah Pakan


(gram) (kg) (%) Harian (kg)

< 10 hari – – 4
10 – 20 hari – – 8
20 – 30 hari – – 12
3 240 5,7 14
4 320 5,4 17
5 400 5,1 20
6 480 4,8 23
7 560 4,6 26
8 640 4,4 28
9 720 4,21 30
10 800 4,0 32

366
Berat Udang Biomas Feed Rate Jumlah Pakan
(gram) (kg) (%) Harian (kg)

11 880 3,9 34
12 960 3,7 36
13 1040 3,6 37
14 1120 3,5 39
15 1200 3,3 40
16 1280 3,2 41
17 1360 3,1 42
18 1440 2,9 42
19 1520 2,8 43
20 1600 2,7 43
21 1680 2,6 44
22 1760 2,6 45
23 1840 2,5 46
24 1920 2,4 46
25 2000 2,3 46
26 2080 2,3 48
27 2160 2,2 48
28 2240 2,2 49
29 2320 2,1 49
30 2400 2,1 50
31 2480 2,1 52
32 2560 2,1 54
33 2640 2,1 55
34 2720 2,1 56
35 2800 2,0 57

Pada beberapa negara yang sudah


maju jika akan memberikan pakan pada
suatu usaha budi daya ikan menggunakan
beberapa alat yang dapat membantu
proses pemberian pakan. Berdasarkan
peralatan yang digunakan dalam melaku-
kan pemberian pakan pada usaha budi
daya ikan, ada beberapa metode
pemberian pakan yang dapat dilakukan
seperti berikut.
1. Pemberian pakan dengan tangan
Pemberian pakan dengan cara
metode pemberian pakannya meng- Gambar 6.13. Metode pemberian pakan
gunakan tangan (disebar). Metode dengan tangan
pemberian pakan dengan tangan ini
biasanya disesuaikan dengan stadia
dan umur ikan yang dibudi dayakan.

367
2. Pemberian pakan secara mekanik Dengan membuat suatu catatan
tentang pemberian pakan pada setiap
kolam budi daya akan memudahkan
untuk memantau perkembangan
setiap kolam budi daya. Adapun data
yang sebaiknya dicatat pada setiap
kolam dalam manajemen pemberian
pakan sebagai berikut.
1. Berat rata-rata ikan yang ditebar
pada waktu tertentu (W) dalam
Gambar 6.14. Metode pemberian gram.
pakan dengan demand feeder 2. Jumlah ikan yang ditebar dalam
Pemberian pakan dengan cara satu kolam (N).
menggunakan alat bantu pakan yang 3. Perkiraan kelangsungan hidup/
digerakkan oleh tenaga mekanik, sintasan selama periode waktu
seperti demand feeder dan automati- pemeliharaan (SR) dalam %.
cally feeder yang biasa digunakan 4. Jumlah pakan yang diberikan
pada budi daya ikan di kolam air deras. setiap hari (FR) dalam %.
5. Jumlah pakan harian yang
3. Pemberian pakan di Hatchery
diberikan pada setiap kolam
Pada beberapa unit hatchery ikan
(DFA).
air laut atau ikan air tawar biasanya
Nilai DFA dapat dihitung dengan
dibutuhkan suatu alat bantu untuk
menggunakan rumus sebagai
memudahkan proses pemberian pakan.
berikut:
Pada stadia larva ikan merupakan fase
DFA = W x N x SR x FR
kritis di mana pada fase tersebut
Misalnya dalam suatu kolam budi
dibutuhkan pakan yang tepat jenis,
daya jumlah ikan yang ditebar
ukuran dan jumlah di mana yang
adalah 50.000 ekor, dengan berat
dimasukkan ke dalam pipa- pipa adalah
rata-rata ikan pada waktu tebar
pakan alami yang telah dibuat
adalah 5g, dengan perkiraan
sedemikian rupa sehingga pipa yang kelangsungan hidup adalah 90%
berisi pakan alami ini masuk ke dalam dan jumlah pakan harian adalah
wadah pemeliharaan secara otomatis. 8%, maka jumlah pakan harian
Selain itu yang perlu diperhatikan yang harus diberikan pada setiap
dalam melakukan pengelolaan pem- kolam adalah : 5 x 50.000 x 0,9 x
berian pakan adalah melakukan 0,08 = 18 kg per hari.
pencatatan pemberian pakan yang
biasa disebut dengan feeding record.

368
6. Jumlah pakan selama pemelihara- Hal ini berarti pakan yang diolah menjadi
an. daging tidak seratus persen ada bagian
Dari contoh di atas maka jumlah dari pakan yang digunakan sebagai energi
pakan yang dibutuhkan selama untuk feses dan lainnya. Menurut Calow
pemeliharaan 15 hari adalah 18 kg/ (1986) dalam Harris (2005) energi pakan
hari x 15 hari = 270 kg. yang dimakan ikan (C) sama dengan
7. Frekuensi pemberian pakan dan produksi daging ikan (P) + energi
waktu pemberian pakan metabolisme (R) + energi urine (U) dan
Dalam contoh di atas jumlah pakan energi feses (F) atau dengan rumus ditulis
per hari adalah 18 kg, pakan tersebut sebagai berikut: C = P + R + U + F. Berapa
akan diberikan kepada larva ikan banyak pakan yang dikonsumsi (C) akan
sebanyak 4 kali pada waktu pukul menjadi daging tergantung dari berapa
06.00, 10.00, 14.00, dan 19.00. banyak yang terbuang sebagai limbah
Jumlah pakan setiap kali pemberian feses dan sisa metabolisme berupa urin,
adalah 18 kg : 4 = 4,5 kg. amoniak, karbondioksida, air, dan
Dengan melakukan pencatatan hidrogen sulfida. Seberapa banyak pakan
akan jumlah pakan yang dihabiskan akan menjadi feses tergantung pada
selama kegiatan budi daya dan dapat seberapa sesuai komponen pakan dengan
diprediksi hasil produksi dengan kemampuan enzimatik di saluran
memperkirakan nilai konversi pakan pencernaan ikan (daya cerna). Pakan
dan efisiensi pakan dari kegiatan yang dicerna selanjutnya diabsorbsi ke
selama budi daya ikan. dalam darah dan seberapa banyak pakan
yang diabsorbsi akan menjadi daging ikan
6.6 Pakan dan Kualitas Air bergantung pada pola asam amino, asam
lemak, keseimbangan energi antarnutrien,
Pakan yang diberikan kepada ikan
vitamin, mineral, dan lain-lain. Kalau dilihat
sebagai organisme air akan selalu
dari sisi praktis, pakan yang diberikan (P)
berhubungan dengan air sebagai media
= pakan yang dikonsumsi (C) + pakan yang
budi daya ikan. Pada budi daya ikan
tidak termakan (PT). Untuk ikan bagian
secara intensif penggunaan pakan buatan
yang tidak termakan ini bisa 0–10%,
sangat mendominasi biaya produksi.
sementara untuk udang dapat mencapai
Seperti kita ketahui pakan ikan yang
15% (Goddard, 1996). Perbedaan itu
diberikan selama kegiatan budi daya tidak
terjadi karena ikan makannya jauh lebih
seratus persen dikonsumsi oleh ikan. Jika
cepat daripada udang, ransum udang
konversi pakan pada ikan mas mencapai
biasanya habis dimakan selama 0,5–2 jam
1,5 berarti dalam 1,5 kilogram pakan akan
dan selama proses tersebut terjadi
memberikan konstribusi penambahan
pencucian pakan (leaching).
berat daging ikan sebanyak 1 kilogram.

369
Dalam budi daya ikan secara intensif Pada kolam air mengalir dengan
di mana 40–70% komponen biaya pergantian air yang memadai maka
produksi adalah pakan ikan maka efisiensi kandungan amoniak dan feses yang
pakan atau konversi pakan sangat penting terendap dalam wadah budi daya bisa
diperhatikan. Dari sekian banyak pakan terbuang keluar tetapi pada kolam
yang dikonsumsi oleh ikan maka akan pemeliharaan ikan dengan sistem air yang
banyak terjadi pelepasan bahan organik tidak mengalir maka semua amoniak dan
dan anorganik yang berasal dari pakan feses yang dikeluarkan oleh ikan akan
yang akan mempengaruhi kualitas air tetap mengendap di dalam wadah budi
dalam wadah budi daya. Oleh karena itu, daya yang dapat mengakibatkan racun
antara pemberian pakan dengan kualitas bagi ikan yang dibudi dayakan. Jika kolam
air di dalam budi daya ikan secara intensif dalam kondisi optimal, amoniak dan racun
sangat kompleks. Ada beberapa param- lainnya masih dapat dinetralisir dan akan
eter kualitas air yang sangat mem- diubah menjadi mikronutrien untuk
pengaruhi aktivitas makan, metabolisme pertumbuhan pakan alami di kolam budi
dan pertumbuhan ikan di antaranya adalah daya. Jika kesuburan perairan menjadi
suhu air dan tingkat kelarutan oksigen. meningkat, hal ini juga akan mem-
Pakan yang diberikan dalam budi daya bahayakan organisma air lainnya karena
ikan intensif akan dikonsumsi oleh ikan dengan adanya blooming phytoplankton
dan ikan akan mengeluarkan buangan dapat membahayakan bagi ikan. Oleh
berupa limbah organik dan organik ke karena itu, keterkaitan antara pemberian
dalam wadah budi daya. Salah satu limbah pakan dengan kualitas air sangat penting
nitrogen yang sebagian besar berupa diperhatikan dalam budi daya ikan secara
amoniak terlarut dan feses merupakan intensif. Parameter yang akan dibahas
bahan yang akan banyak dibuang ke dalam hal ini adalah suhu dan oksigen.
dalam peraiaran. Amoniak dikeluarkan
Suhu
oleh ikan melalui insang, urine, dan feses.
Amoniak dapat mempengaruhi secara Setiap ikan mempunyai kemampuan
langsung pada ikan budi daya, sedangkan untuk beradaptasi terhadap perubahan
bahan limbah lainnya seperti phosphor dan suhu karena sifat ikan yang poikilothermal
nitrogen dalam bentuk lainnya secara tidak yaitu mampu beradaptasi dengan
langsung akan mempengaruhi ikan juga. perubahan suhu lingkungan dengan suhu
Karena amoniak dalam bentuk belum tubuhnya. Setiap jenis ikan ini mempunyai
terionisasi sangat berbahaya bagi ikan, toleransi yang optimal terhadap suhu
sedangkan feses yang dikeluarkan oleh untuk dapat tumbuh dan berkembang.
ikan lama-kelamaan akan menjadi bahan Berdasarkan perubahan suhu ikan yang
tersuspensi ataupun terendap dalam hidup di daerah panas mempunyai
sistem perairan. aktivitas makan yang lebih tinggi

370
dibandingkan dengan ikan yang hidup di Kaitan antara suhu perairan dan
daerah dingin. Oleh karena itu, pada suhu pertumbuhan ikan telah dilakukan
air yang tinggi nafsu makan ikan akan penelitian oleh Elliot (1981) dalam
meningkat dan metabolisme di dalam Goddard (1996) pada ikan mas (Cyprinus
tubuh ikan akan meningkat dan carpio) dan brown trout (Salmo trutta) pada
pertumbuhan ikan akan meningkat pula. gambar di bawah ini dan tabel 6.13.
Gambar Kebutuhan suhu pada ikan mas
dan ikan brown trout

Tabel 6.13 Kisaran Suhu Optimum untuk Beberapa Ikan Budi Daya (Goddard, 1996)

Jenis Ikan Suhu Optimal untuk Pertumbuhan (°C)

Rainbow trout 12 – 18
Atlantic salmon 12 – 17
Common carp 23 – 25
Channel catfish 28 – 30
European eel 18 – 21,5
Japanese eel 23 – 30
African catfish 25 – 27,5
Tilapia 25 – 30
Giant tiger shrimp 28 – 33
Giant freshwater prawn 25–30

Dari tabel di atas diketahui bahwa Oksigen Terlarut


setiap jenis ikan mempunyai kebutuhan Dalam Bab II kita telah bahas secara
terhadap suhu yang berbeda, di mana detail tentang oksigen terlarut dalam
pada setiap jenis ikan mempunyai wadah budi daya ikan . Pada bab ini akan
kebutuhan suhu optimum yang berbeda. dibahas kaitan antara kandungan oksigen
Pada suhu lingkungan yang optimal terlarut dengan proses pemberian pakan.
dimungkinkan juga ikan akan mengalami Kandungan oksigen terlarut dalam suatu
pertumbuhan yang optimal. Oleh karena wadah budi daya sangat berpengaruh
itu dalam proses pemeliharaan ikan agar terhadap aktivitas pemberian pakan,
pakan yang diberikan dikonsumsi oleh ikan metabolisme, pertumbuhan, tipe, dan
secara optimal karena aktivitas makannya jumlah pakan yang akan diberikan.
meningkat perlu dibuat suatu lingkungan Kandungan oksigen terlarut dalam wadah
budi daya yang mempunyai suhu optimal. budi daya ikan minimal 5 ppm. Semakin
tinggi kandungan oksigen terlarut dalam

371
wadah budi daya dapat meningkatkan ikan beristirahat. Ikan yang hidup di daerah
nafsu makan ikan, akibatnya ikan akan tropis biasanya dapat hidup pada kondisi
lebih cepat tumbuh dan efisiensi makanan perairan yang kandungan oksigennya
akan meningkat. rendah seperti ikan nila yang masih dapat
Ikan sebagai organisme air mem- hidup pada kondisi oksigen terlarut 3 ppm
butuhkan energi untuk bergerak, mencari, dibandingkan dengan ikan salmon yang
dan mencerna makanan, untuk tumbuh hanya dapat hidup jika perairan
dan merawat fungsi tubuhnya. Energi mengandung oksigen terlarut berkisar
yang disimpan didalam tubuh ikan antara 5–6 ppm. Ikan melakukan
diperoleh dari proses metabolisme. Proses pertukaran oksigen melalui sistem
metabolisme ini membutuhkan oksigen. pernapasannya yaitu di insang khususnya
Oleh karena itu, ketersediaan oksigen lamella insang. Oksigen diserap maka
terlarut dalam wadah budi daya ikan karbondioksida dilepaskan. Perpindahan
mutlak diperlukan. Dengan adanya gas ini dilakukan secara difusi melewati
kecukupan oksigen yang terlarut dalam membran tipis lamella yang memisahkan
wadah budi daya, kebutuhan ikan akan sistem perputaran darah dari air selama
oksigen untuk proses metabolisme akan melewati insang. Kandungan oksigen
terpenuhi. Hal ini akan sangat meng- dalam darah bergantung pada beberapa
untungkan dalam proses pemberian pakan faktor diantaranya tekanan partial oksigen
karena pakan yang dicerna oleh ikan akan dan karbondioksida di dalam air, pH, suhu
termetabolisme dengan baik sehingga dan tingkat aktivitas makan ikan.
akan diperoleh energi yang akan Kandungan oksigen yang rendah dapat
dibutuhkan untuk tumbuh dan ber- menyebabkan mortalitas dan lambatnya
kembang. pertumbuhan ikan atau udang di dalam
wadah budi daya.
Rata-rata konsumsi oksigen pada
organisme air sangat dipengaruhi oleh Selama dalam pemeliharaan ikan
beberapa faktor di antaranya berat tubuh, yang dibudi dayakan selalu melakukan
suhu air, dan tingkat aktivitas ikan. Pada aktivitas makan. Selama proses pem-
umumnya ikan yang berukuran besar berian pakan, aktivitas makan ikan akan
mengkonsumsi oksigen lebih banyak per meningkat dan kebutuhan ikan akan
jamnya daripada ikan yang berukuran oksigen pun meningkat dan akan menurun
kecil. Tetapi jika dihitung per berat tubuh kembali jika ikan tidak melakukan aktivitas
ikan yang lebih kecil mengkonsumsi makan. Pada suhu air yang meningkat
oksigen yang lebih banyak daripada ikan tinggi biasanya kandungan oksigen
yang berukuran besar. Pada suhu yang terlarut akan di dalam wadah budi daya
tinggi dan aktivitas ikan yang tinggi, ikan menurun, tetapi kebutuhan ikan akan
akan membutuhkan oksigen lebih banyak oksigen terlarut meningkat karena nafsu
daripada suhu yang rendah dan pada saat makan ikan meningkat dan proses

372
metabolisme di dalam tubuh akan Pemantauan kandungan oksigen
meningkat. Oleh karena itu, ikan akan terlarut dalam wadah budi daya ikan
mempertahankan kebutuhannya jika tidak sangat diperlukan dalam melakukan
ikan akan mati. Hal ini sangat perlu manajemen pemberian pakan. Dengan
diperhatikan agar dalam proses pem- mengetahui kandungan oksigen terlarut
berian pakan pada suhu perairan yang dalam wadah budi daya ikan dapat dibuat
sedang tinggi sebaiknya dikurangi untuk pengaturan tentang jumlah pakan yang
meminimalkan oksigen yang dibutuhkan diberikan setiap hari dan waktu yang tepat
untuk proses metabolisme. dalam melakukan pemberian pakan serta
berapa kali dalam sehari diperlukan
pemberian pakan tersebut.

373
374
LAMPIRAN A
DAFTAR PUSTAKA

Abel. 1989. Water Pollutin Biology. Dept of Biology. Sunderland Polytechnic.


Halsted Press. New York.
Affandi,R., DS Sjafei, MF Rahardjo dan Sulistiono. 1992. Fisiologi Ikan. Pusat
Antar universitas Ilmu Hayati. IPB. Bogor.
Agrara T. 1976. Endokrinologi Umum. Airlangga University Press. Yogyakarta.
Alimuddin. 1994. Pengaruh Waktu Awal Kejutan Panas Terhadap
Keberhasilan Triploidisasi Ikan Lele Lokal (Clarias batrachus L).
Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Ath_Thar.M.H.F. 2007. Efektivitas Promoter -actin Ikan Medaka Oryzias
Latipes dengan Penanda Gen hrGFP (Humanized Renilla Reniformis
Green Fluorescent Protein) pada Ikan Lele Clarias sp Keturunan F0.
Skripsi. Departemen Budi daya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Andarwulan, dan S.Koswara. 1992. Kimia Vitamin. Rajawali Press. Jakarta.
Anonymous. 1985. Budi daya Rotifera (Brachionus plicatilis OF Muller) Seri
Ketiga. Proyek Penelitian dan Pengembangan Budi daya Laut. Serang.
Antik, E dan Hastuti,W. 1986. Kultur Plankton. Direktorat Jenderal Perikanan
bekerjasama dengan International Development Research Centre. Jakarta.
Andrew JW, Sick LV. 1972. Studies on the Nutritional Requirement of Dietary
Penaeid Shrimp. Proceedings of the World Mariculture Society
3:403–414.
Alava VR, Lim C. 1983. The Quantitative Dietary Protein Requirement
of Penaeus Monodon Juveniles in Controlled Environment.
Aquaculture 30:53–61. A1
A Avers CG. 1986. Molecular Cell Biology. Rutgers University. The Benjamin
Cummings Publising Co. Inc. 832 p.
Baustista-Teruel MN, Millamena OM. 1999. Diet Development and Evaluation
for Juvenile Abalone, Haliotis Asinine: Protein to Energi Levels.
Aquaculture 178:117–126.

375
LAMPIRAN A
Bonyaratpalin.M. 1989. Methodologies for Vitamin Requirement Studies. Fish
Nutrition Research in Asia. Edited by S.S de Silva. Proceeding of Third
Asian Fish Nutrition Network Meeting International Development. Research
Center of Canada. 58–67
Boyd. 1982. Water Quality Management for Pond Fish Culture. Auburn
University. Alabama. USA
Borgstrom G. 1962. Fish as Food Volume III. Nutrition, Sanitation and
Utilization. Academic Press, New York and London.
Bongers ABJ, EPC in’t Veld, K Abo-Hashema, IM Bremmer, EH Eding, J.Komen,
CJJ Richter. 1994. Androgenesis in Common Carp (Cyprinus Carpio)
Using UV Irradiation in Synthetic Ovarian Fluid and Heat Shocks.
Aquaculture, 122 : 119–132.
Catacuta,M.R and Coloso. 1997. Growth of juvenile Asian Seabass, Lates
Calcarifer fed Varyng Carbohydrate and Lipid Levels. Aquculture, 149:
137-144.
Calduch-Giner. J.A, Duval H, Chesnel F, Boeuf G, Perez-Sanches J and
Boujard D. 2000. Fish Growth Hormon Receptor : Molecular
Characterization of Two Membrane-Anchored Forms. Journal of the
Endocrine Society : 3269–3273.
Campbell.N.A; Reece. J.N; Mitchell. L.G. 2002. Biologi. Edisi Kelima. Erlangga.
Jakarta. Carman O. 1990. Ploidy Manipulation in Some Warm Water
Fish. Master’s Thesis. Departement of Aquatic Biosciences. Tokyo
University of Fisheries. Japan.
Carman O. 1992. Chromosome Set Manipulation in Some Warm Water Fish.
A Dissertation. Departement of Aquatic Biosciences. Tokyo University of
Fisheries. Japan.
Chumadi dkk. 1992. Pedoman Teknis Budi daya Pakan Alami Ikan dan Udang.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pusat penelitian dan
Pengembangan Perikanan. Jakarta.
Cole, G.A. 1988. Textbook of Limnology. Third Edition. Waveland Press, Inc.
Illionis, USA.
Cowey,C.B and Walton,M.J. 1989. Intermedier Metabolism, p : 259-329. In. J.E
Halver (Ed.), Fish Nutrition,2nd. Academic Press. New York.

376
LAMPIRAN A
Chris Andrews, Adrian Exell and Neville Carrington., 1988. The Manual of Fish
Health. New Jersey: Tetra Press.
Davis, D.A and Delhert MG III. 1991. Dietary Mineral Requirment of Fish and
Shrimp. Pages : 49–65. In : Proceedings of The Aquaculture Feed
Processing and Nutrition Workshop. Akimaya, D.M and Ronni K.H.T.
Singapore.
Davis, C.C. 1955. The Marine and Freshwater Plankton. Michigan state
University Press. Chicago.
De Silva,S and T.A. Anderson. 1995. Fish Nutrition in Aquaculture. Chapman
& Hall, London.
Dieter Untergasser Translation by Howard H. Hirschhorn, 1989. Handbook of
Fish Diseases. T.F.H. Publications, Inc.
Devlin,R.H, C.A. Biagi, T.Y. Yaseki. 2004. Growth, viability and genetic
characteristic of GH transgenic coho salmon strains. Aquaculture
236 : 607–632.
Dunham RA. 2003. Aquaculture and Fisheries Biotechnology Genetic
Approaches. CABI Publishing. Wallingford, Oxfordshire Ox 10.8 DE. UK.
Effendi, H. 2000. Telaahan Kualitas Air. Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan
Lingkungan Perairan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Effendi, I. 2004. Pengantar Akuakultur. Penebar Swadaya. Jakarta.
Effendi. M.I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta.
Fujaya. Y. 2004. Fisiologi Ikan Dasar Pengembangan Teknik Perikanan.
Rineka Cipta. Jakarta.
Gong Wu, Yonghua Sun & Zuayan Zhu. 2003. Growth Hormon Gene Transfer
in Common Carp. Aquatic Living Resources 16 : 416-420.
Glick. B.R and Pasternak.J.J. 2003. Molecular Biotechnology : Principles and
Applications of Recombinant DNA (Third Edition). ASM Press.
Washington, D.C.
Halver, J.E. 1988. Fish Nutrition. Academic Press. San Diego.
Hamre,K; B.Hjeltne; H.Kryi; S. Sandberg; M.Lorentzen; and O.Lie. 1994. Decesed
Concentration of Haemoglobin, Accumulation of Lipid Oxidation
Product’s and Unchanged Skeletal Muscel in Atlantik Salmon. Salmo
Salar Fed Low Dietary Vitamine E. Physiology and Biochemistry.
12 (5) : 421–429.

377
LAMPIRAN A
Harper. 1990. Biokimia. EGC (Penerbit Buku Kedokteran). Jakarta.
Hepher B. 1988. Nutrition of Pond Fish. Cambridge University Press.
Cambridge.
Halver JE. 1989. Fish Nutrition 2nd edition. Academic Press Inc.
Jean L Marx. 1991. Revolusi Bioteknologi, diterjemahkan oleh Wildan Yatim .
Yayasan Obor Indonesia. Jakarta. 513 hal.
Jusuf.M. 2001. Genetika I. Struktur dan Ekspresi Gen. Sagung Seto. Jakarta.
Kobayashi S, Alimuddin, Tetsuro Morita, Misako Miwa, Jun Lu, Masato Endo,
Toshio Takeuci dan Goro Yoshikazi. 2006. Transgenic Nile Tilapia
(Oreochromis Niloticus) Over-Expressing Growth Hormon Show
Reduced Ammonia Excretion. Departement of Marine Biosciences
Tokyo University of Marine Science and Technology. Tokyo. Japan.
Koolman J and Rohm KH. 2001. Atlas Berwarna dan Teks Biokimia. Wanadi SI
penerjemah. Sadikin M , editor. Jakarta : Hipokrates 2000.
Kebijakan DKP: Perikanan Budi Daya 2003 Pedoman Teknis
Penanggulangan Penyakit Ikan Budi Daya Laut. Departemen Kelautan
dan Perikanan Republik Indonesia.
Kurniastuty, dkk., 2004. Hama dan Penyakit Ikan. Balai Budi Daya Laut Lampung.
Lampung.
Kuksis,A dan S. Mookerjea. 1991. Kolin Vitamin. In Robert E. Olson (Eds), Jilid
II. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Lewin, R.A. 1976. The Genetic of Algae.Blackwell Scientific Publications
Oxford. London. Edinburg.
Linder,M.C. 1992. Biokimia Nutrisi dan Metabolisme (Alih bahasa : A. Parakkasi
dan A.Y. Amwila). UI Press. Jakarta.
Linder, M.C. 1992. Nutrisi dan Metabolisme Mikromineral. Hal : 261–344.
Dalam : Biokimia Nutrisi dan Metabolisme dengan PemakaianSecara
Klinis. Penerbit Universitas Indonesia. UI Press. Jakarta.
Lovel T. 1988. Nutrition and Feeding of Fish. An AVI Book. Published by Van
Nostrad Reinhold. New York.
Machin,L.J. 1990. Handbook of Vitamin. Second Edition Rivised and Expanded.
Mc Vey,J.P and J.R.Moore. 1983. CRC Handbook of Marine Culture. Vol I.
Crustacean Aquaculture. CRC Press. Inc.Boca. Raton . Florida.

378
LAMPIRAN A
Millamena,M.O, R.m. Coloso and F.P. Pascual. 2002. Nutrition in Tropical
Aquaculture. Essential of Fish Nutrition, Feeds and Feeding of
Tropical Aquatic Species. Aquaculture Departemen. Southeast Asian
Fisheries Development Center. Tingbauan. Iloilo, Philipines.
Muchtadi,D., Nurheni S.P, dan Made A. 1993. Metabolisme Zat Gizi : sumber,
Fungsi dan Kebutuhan bagi Tubuh Manusia. J.2. Pustaka Sinar Harapan.
Jakarta.
Murray,R.K; D.K.Granner; P.A. Mayes; and V.W. Rodwell. 1999. Biokimia Harper.
Edisi 24. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Mujiman, A. 1987. Makanan Ikan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Matty. AS. 1985. Fish Endocrinology. Croom Helm London & Sydney Timber
Press. Portland. Oregon. 267p.
Morales et all. 2001. Tilapia Chromosomal Growth Hormon Gene
Expression Accelerates Growth in Transgenic Zebra Fish (Danio
Rerio). Marine Biotechnology. Vol 4. No.2.
Muladno. 2002. Seputar Teknologi Rekayasa Genetika. Pustaka Wirausaha
Muda. Bogor. 123 hal.
NRC. 1993. Nutrient Requirement of Fish. Water Fishes and Shellfish.
National Academy of Sciencess. Washington DC.
O.A Conroy and R.L Herman 1966. Textbook Of Fish Diseases. Eastern Fish
Disease. Laboratory, Bureau of Sport Fisheries and Wildlife Leetown, West
Virginia.
Prentis. S. 1990. Bioteknologi, diterjemahkan oleh Wildan Yatim. Yayasan Obor
Indonesia. Jakarta 513 hal.
Promega. 1999. Technical Manual. pGEM – T and pGEM – T easy Vector
System. Instruction for use of products. USA.
Pennak,R.W. 1978. Freshwater Invertebrae of the United State.2nd ed. John
Wiley and Sons. New York.
Prawirokusumo,S. 1991. Biokimia Nutrisi (Vitamin). BPFE. Yogyakarta.
Purdom. C.E. 1993. Genetics and Fish Breeding. Chapman & Hall. London.
Randall, J.E., 1987. A Pliraninary Synopsis of the Grouper (Perciformes;
Serranidae; Epinephelinae) of The Indo – Pacific Regionin J.J.
Polavina, S. Raiston (editors). Tropical Sappers and Grouper ; Biologi
and Fisheries Management. Westview Press inc., Boulder and London.

379
LAMPIRAN A
Rahman. MA and Maclean N. 1992. Production of Transgenic Tilapia
(Oreochromis Niloticus) by One-Cell-Stage Microinjection. Aquacul-
ture, 105 (1992) 219–232. Elsivier Science Publisher B.V. Amsterdam.
Rocha A, S Ruiz, A Estepa and J.M Coll. 2004. Application of Inducible and
Targeted Gene Strategies to Produce Transgenic Fish : A review.
Marine Biotechnology 6, 118–127. Springet-Verlag. New York. LLC.
Sambrook.J, Fritssch, E.F, Maniatis,T. 1989. Molecular Cloning. A Laboratory
Manual. Second edition. Cold Spring Harbor Lobaratory Press. USA.
Suharsono dan Widyastuti,U. 2006. Penuntun Praktikum Pelatihan Teknik
Dasar Pengklonan Gen. Pusat Penelitian Sumber Daya Hayati dan
Bioteknologi. Institut Pertanian Bogor.
Suharsono. 2006. Prinsip Pengklonan Gen Melalui Teknologi DNA
Rekombinan. Pelatihan Teknik Dasar Pengklonan Gen. Bogor.
Sumantri.D. 2006. Efektivitas Ovaprim dan Aromatase Inhibitor dalam
Mempercepat Pemijahan pada Ikan Lele Dumbo Clarias sp. Skripsi.
Departemen Budi daya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Institut Pertanian Bogor. Bogor. 37 hal.
Sumantadinata,K. 2005. Materi Narasumber Diklat Guru Perikanan se
Indonesia. Departemen Pendidikan Nasional.
Suyanto.R.S. 1999. Budi daya Ikan Lele. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sandness,K. 1991. Studies on Vitamin C in Fish Nutrition Dept of Fish-
eries and Marine Biologi. University of Bergen Norway.
Shiau,S.Y and C.W.Lan. 1996. Optimum Dietary Protein Level and Protein to
Energy Ratio for Growth of Grouper (Epinephelus Malabaricus).
Aquaculture, 145: 259–266.
Shimeno,S.H, Hosokawa and M.Takeda. 1996. Metabolic Response of
Juvenile Yellowtail to Dietary Carbohidrat to Lipid Ratios. Fisheries
Science, 62 : 945–949.
Sumantadinata, K., 1983. Pengembangbiakan Ikan-Ikan Peliharaan di
Indonesia. Sastra Hudaya. Sukma, O.M., 1987. Budi Daya Ikan. Jakarta:
Depdikbud.
Suseno, 1994. Pengelolaan Usaha Pembenihan Ikan Mas. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Shepherd,J and Bromage, N. 2001. Intensive Fish Farming. Blackwell Science
Ltd. London.

380
LAMPIRAN A
Steffens W. 1989. Principles of Fish Nutrition. Ellis Horwood Limited. John Wiley
& Sons. England.
Stephen Goddard. 1996. Feed Management In : Intensive Aquaculture.
Chapman & Hall, New York.
Syarizal. 1988. Kadar optimum Vitamin E ( -Tocoferol) dalam Pakan Induk
Ikan (Clarias batracus Linn). Thesis. IPB. Bogor.
Smith. 1982. Introduction to Fish Physiology. Publication Inc. England. P. 115.
Tacon,A.G.J. 1987. The Nutrition and Feeding of Farmed Fish and Shrimp
a Training Manual. FAO. Brazil.
Tacon,A.G.j. 1991. Proceeding of The Nutrition Workshop. American Soybeen
Association. Singapore. Takeuchi W. 1988. Fish Nutrition and
Mariculture. Departemen of aquatic Biosc. Tokyo University of Fisheries.
JICA.
Takeuch W. 1992. Fish Nutrition and Mariculture. Departemen if aquatic Biosc.
Tokyo University of Fisheries. JICA.
Takeuchi; T.K. Watanabe; S. Satoh and T. Watanabe. 1992. Requirements of
Grass Carp Fingerling for -Tocoferol. Nipon. Suisan Galakkashi.
58 (9) : 743–1749.
Teknologi Tepat Guna, 2005. Pedoman Teknis Penanggulangan Penyakit Ikan
Budi daya Laut. Menteri Negara Riset dan Teknologi.
Taufik Ahmad, Erna Ratnawati, dan M. Jamil R. Yakob. 2002, Budi Daya Bandeng
Secara Intensif. PT. Penebar Swadaya, Jakarta.
Tucker, C.S and Hargreaves, J.A. 2004. Biology and Culture of Channel
Catfish. Elsevier. B.V. Amsterdam.
Volckaert.F.A, Hellemans.B.A, Galbusera.P, and Ollevier. F. 1994. Replication,
Expression, and Fate of Foreign DNA During Embryonic and Larval
Development of The African Catfish (Clarias Gariepinus). Molecular
Marine Biology and Biotechnology 3(2) 57 – 69.
Watanabe, T. 1988. Fish Nutrition and Mariculture. JICA Texbook The
General Aquaculture Course. Kanagawa International Fisheries
Training Centre Japan International Cooperation agency.
Wilson,R.P. 1994. Utilization of Dietary Carbohydrate by Fish. Aquaculture,
124 : 67–80.

381
LAMPIRAN A
Yoshimatsu, dkk., 1986. Grouper Fnal Report Marine Culture Research and
Development in Indonesia. ATA 192, JICA. P 103–129.
Yatim W. 1996. Genetika. Tarsito. Bandung. 124 hal.
Zairin.M.J. 2003. Endokrinologi dan Perannya Bagi Masa Depan Perikanan
Indonesia. Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu Fisiologi Reproduksi dan
Endokrinologi Hewan Air. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Zairin.M.J. 2002. Sex Reversal Memproduksi Benih Ikan Jantan dan Betina.
Penebar Swadaya. Jakarta.

382
LAMPIRAN B
GLOSARIUM

Adenohipofisa : salah satu bagian dari kelenjar hipofisa yang mengandung sel-
sel pensekresi hormon prolaktin, hormon Adrenocorticotropic
(ACTH), hormon pelepas tiroid (Thyroid Stimulating Hormon),
hormon pertumbuhan (STH- Somatotropin) dan Gonadotropin.
Pars intermedia mensekresi hormon pelepas melanosit
(Melanocyte Stimulating Hormon).
Adaptasi : Masa penyesuaian suatu organisme dalam lingkungan baru.
Aerasi : Pemberian udara ke dalam air untuk penambahan oksigen.
Akrosom : Organel penghujung pada kepala sperma yang dikeluarkan
yang berfungsi membantu sperma menembus sel telur.
Aksi gen aditif : aksi gen yang mana fenotipe heterosigot merupakan intermedit
antara kedua fenotipe homosigot, kedua alel tidak
memperlihatkan dominasi, keduanya memberikan konstribusi
yang seimbang dalam menghasilkan suatu fenotipe.
Aklimatisasi : Penyesuaian fisiologis terhadap perubahan salah satu faktor
lingkungan.
Albinisme : kondisi genetik yang tidak sempurna yang menyebabkan
organisme tidak membentuk pigmen.
Alel : Bentuk alternatif suatu gen.
Alel dominan : Alel yang diekspresikan secara penuh dalam fenotipe itu.
Alel resesif : Alel yang pemunculan fenotipenya ditutupi secara sempurna.
Aldehida : Molekul organik dengan gugus karbonil yang terletak pada
ujung kerangka karbon.
Anabolisme : Pembentukan zat organik kompleks dari yang sederhana,
asimilasi zat makanan oleh organisme untuk membangun atau
memulihkan jaringan dan bagian-bagian hidup lainnya.
Anadromus : Ikan-ikan yang sebagian besar hidupnya dihabiskan di laut dan
bermigrasi ke air tawar untuk memijah.
Anafase : Tahap mitosis dan meiosis yang mengikuti metafase ketika
separuh kromosom atau kromosom homolog memisah dan
bergerak ke arah kutub gelendong.

383
LAMPIRAN B
Androgen : Hormon steroid jantan utama, misalnya testoteron.
Androgenesis : Proses penjantanan bahan kimiawi yang membunuh
bakteri atau menghambat pertumbuhannya.
Antibiotik : Imunoglobin pengikat antigen yang dihasilkan oleh sel
limfosit B, berfungsi sebagai efektor dalam suatu respon
imun.
Antibodi : Makromolekul asing yang bukan merupakan bagian dari
organisme inang dan yang memicu munculnya respon
imun.
Antigen : Molekul organik yang memiliki gugus karboksil maupun
gugus amino.
Asam amino : Asam amino berfungsi sebagai monomer protein.
Asam : Suatu molekul asam nukleat berbentuk heliks dan beruntai
deoksiribonukleat deoksiribonukleat ganda yang mampu bereplikasi dan
menentukan struktur protein sel yang diwariskan.
Asam lemak : Asam karboksilik dengan rantai karbon panjang. Asam
(fatty : acid) lemak bervariasi panjang dan jumlah dan lokasi ikatan
gandanya, tiga asam lemak berikatan dengan satu
molekul gliserol akan membentuk lemak.
Asam lemak jenuh : Asam lemak di mana semua karbon dalam ekor
(Saturated fatty acid) hidrokarbonnya dihubungkan oleh ikatan tunggal,
sehingga memaksimumkan jumlah atom hidrogen yang
dapat berikatan dengan kerangka karbon.
Asam lemak tak jenuh : Asam lemak yang memiliki satu atau lebih ikatan ganda
(Unsaturated fatty acid) antara karbon-karbon dalam ekor hidrokarbon. Ikatan
seperti itu mengurangi jumlah atom hidrogen yang terikat
ke kerangka karbon.
Asam nukleat : Suatu polimer yang terdiri atas banyak monomer
nukleotida, yang berfungsi sebagai cetak biru untuk
protein dan melalui kerja protein untuk semua aktivitas
seluler.
Asam amin essensial : Ada dua jenis yaitu DNA dan RNA. Asam amino yang
tidak dapat disintesis sendiri oleh tubuh hewan sehingga
harus tersedia dalam makanan.
Aseksual : Perkembangbiakan tidak melalui perkawinan.

384
LAMPIRAN B
Autosom : Kromosom yang secara tidak langsung terlibat dalam
penentuan jenis kelamin, sebagai kebalikan dari
kromosom seks.
Auksospor : Sel-sel yang besar berasal dari perkembangbiakan zigot
baru.
Backross : Bentuk perkawinan yang sering digunakan dalam
pemuliaan yaitu mengawinkan kembali antara anak dan
orangtuanya yang sama untuk beberapa generasi.
Basofil : Bersifat menyerap basa.
Benthos : Organisme yang hidup di dasar perairan.
Blastomer : Sel-sel anak yang dihasilkan selama pembelahan zigot.
Blastula : Rongga yang terbentuk selama fase pembelahan zigot.
Blastulasi : Proses pembentukan blastula.
Biomassa : Bobot kering bahan organik yang terdiri atas sekelompok
organisme di dalam suatu habitat tertentu atau bobot
seluruh bahan organik pada satuan luas dalam suatu
waktu tertentu.
Budi daya : Usaha yang bermanfaat dan memberi hasil, suatu sistem
yang digunakan untuk memproduksi sesuatu di bawah
kondisi buatan.
Closed Breeding : Perkawinan yang dekat sekali kaitan keluarganya,
misalnya antara anak dan tetua atau antara antar saudara
sekandung.
Cyste : Fase dorman dari crustacea karena kondisi lingkungan
yang tidak sesuai.
Dekomposer : Fungi dan bakteri saprotropik yang menyerap nutrien dari
materi organik yang tidak hidup seperti bangkai, materi
tumbuhan yang telah jatuh dan buangan organisme hidup
dan mengubahnya menjadi bentuk anorganik.
Densitas : Jumlah individu persatuan luas atau volume atau masa
persatuan volume yang biasanya dihitung dalam gram/
cm3 atau jumlah sel/ml.
Deoksiribosa : Komponen gula pada DNA, yang gugus hidroksilnya
kurang satu dibandingkan dengan ribosa, komponen gula
pada RNA.

385
LAMPIRAN B
Detritus : Materi organik yang telah mati atau hancuran bahan
organik yang berasal dari proses penguraian secara
biologis.
Disipon : Membersihkan badan air dengan mengeluarkan kotoran
bersama sebagian jumlah air.
Disucihamakan : Disterilkan dari jasad pengganggu.
Dorsal : Bagian punggung.
Diagnosis : Proses pemeriksaan terhadap suatu hal.
Diferensiasi gonad : Proses penentuan kelamin dengan pernyataan fenotipe
melalui perkembangan alat kelamin dan ciri-ciri kelamin.
Diploid : Keadaan perangkat kromosom bila setiap kromosomnya
diwakili dua kali (2n).
Diploidisasi : Penggandaan jumlah kromosom pada sel-sel haploid.
Donor : Pemberi sumbangan.
Dormant : Telur yang dibuahi dan merupakan dinding tebal dan jika
menetas menjadi betina amiktik.
Ekspresi gen : Pengejewantahan bahan genetik pada suatu makhluk
hidup sebagai keseluruhan jumlah tabiat yang khas.
Elektroforesis gel : Pemisahan asam nukleat atau protein berdasarkan
ukuran dan muatan listriknya, dengan cara mengukur laju
pergerakkannya melalui suatu medan listrik dalam suatu
gel.
Embriogenesis : Proses perkembangan embrio.
Endokrin : Kelenjar/sel yang menghasilkan hormon.
Enzim : Molekul protein komplek yang dihasilkan oleh sel dan
bekerja sebagai katalisator dalam berbagai proses
kimia di dalam tubuh makhluk hidup.
Enzim restriksi : Enzim yang digunakan untuk memotong fragmen DNA
yang memiliki sekuen tertentu.
Estrogen : Hormon seks steroid betina yang utama.
Eukaryot : Makhluk yang sel-selnya mengandung inti sejati yang
diselimuti selaput inti, mengalami meiosis, membelah
dengan mitosis dan enzim oksidatifnya dikemas dalam
mitokondria.
Fekunditas : Jumlah sel telur yang dihasilkan oleh seekor hewan betina
pertahun atau persatuan berat hewan.

386
LAMPIRAN B
Feminisasi : Proses pembetinaan.
Fenotipe : Ciri fisik dan fisiologis pada suatu organisme atau sifat
yang terlihat pada makhluk hidup yang dihasilkan oleh
genotipe bersama-sama dengan faktor lingkungan.
Feromon : Sinyal kimiawi atsiri dan kecil yang berfungsi dalam
komunikasi di antara hewan-hewan dan bertindak sangat
mirip dengan hormon dalam mempengaruhi fisiologi dan
tingkah laku.
Fertilisasi Penyatuan gamet haploid untuk menghasilkan suatu zigot
diploid.
Flagella : Tonjolan berbentuk cambuk pada salah satu sel untuk alat
gerak.
Fotosintesis : Pengubahan energi cahaya menjadi energi kimiawi yang
disimpan dalam glukosa atau senyawa organik lainnya.
Galur : Pengelompokan anggota-anggota jenis yang hanya
memiliki satu atau sejumput ciri, biasanya bersifat
homozigot dan dipertahankan untuk keperluan percobaan
genetika.
Gamet : Sel sperma atau telur haploid, gamet menyatu selama
reproduksi seksual untuk menghasilkan suatu zigot
diploid.
Gastrula : Tahapan pembentukan embrio berlapis dua dan
berbentuk piala.
Gastrulasi : Proses pembentukan gastrula dari blastula atau proses
pembentukan tiga daun kecambah ektoderm, mesoderm,
dan endoderm.
Gelendong : Kumpulan mikrotubula yang menyelaraskan pergerakan
kromosom selama pembelahan eukariotik.
Gen : Bagian kromosom yang mengatur sifat-sifat keturunan
tertentu atau satuan informasi yang terdiri atas suatu urutan
nukleotida spesifik dalam DNA.
Genom : Turunan pertama atau turunan hibrid dalam fertilisasi-
silang genetik.
Generasi F1 : Turunan pertama atau turunan hibrid dalam fertilisasi-
silang genetik.
Generasi F2 : Keturunan yang dihasilkan dari perkawinan generasi
hibrid F1.

387
LAMPIRAN B
Genom : Komplemen lengkap gen-gen suatu organisme, materi
genetik suatu organisme.
Genotipe : Kandungan genetik suatu organisme.
Ginogenesis : Proses perkembangan embrio yang berasal dari telur
tanpa kontribusi material genetik jantan.
Gonad : Organ seks jantan dan betina, organ penghasil gamet
pada sebagian besar hewan.
Gonadotropin : Hormon yang merangsang aktivitas testes dan ovarium.
Haploid : Memiliki jumlah kromosom yang khas untuk gamet
makhluknya.
Heritabilitas : Keragaman fenotipe yang diakibatkan oleh aksi genotipe
atau menggambarkan tentang persentase keragaman
fenotipe yang diwariskan dari induk kepada keturunannya.
Dinotasikan dengan huruf h2 dengan nilai berkisar antara
0–1.
Hermaphrodit : Individu yang mempunyai alat kelamin jantan dan betina.
Heliks ganda : Bentuk DNA asli.
Haemoglobin : Protein mengandung besi dalam sel darah merah yang
berikatan secara reversibel dengan oksigen.
Herbivora : Hewan heterotropik yang memakan tumbuhan.
Heterozigot : Mempunyai dua alel yang berbeda untuk suatu sifat
genetik tertentu.
Heterosis : Suatu ukuran untuk menilai keunggulan dan ketidak-
unggulan hibrid.
Hibrid : Turunan dari tetua yang secara genetik sangat berbeda,
bahkan mungkin berlainan jenis atau marga.
Hibridisasi : Perkawinan antara individu yang berbeda atau
persilangan.
Hipofisasi : Salah satu teknik dalam pengembangbiakan ikan dengan
cara menyuntikkan ekstrak kelenjar hipofisa kepada
induk ikan untuk mempercepat tingkat kematangan
gonad.
Hipotalamus : Bagian ventral otak depan vertebrata, yang berfungsi
dalam mempertahankan homeostasis, khususnya dalam
mengkoordinasikan sistem endokrin dengan sistem
saraf.

388
LAMPIRAN B
Histon : Protein kecil dengan porsi besar yang terdiri dari asam
amino bermuatan positif yang berikatan dengan DNA
bermuatan negatif dan berperan penting dalam struktur
kromatinnya.
Homeostasis : Kondisi fisiologis yang mantap dalam tubuh.
Homozigot : Mempunyai dua alel yang identik untuk suatu sifat tertentu.
Hormon : Bahan kimia pembawa sinyal yang dibentuk dalam sel-
sel khusus pada kelenjar endokrin. Hormon disekresikan
ke dalam darah kemudian disalurkan ke organ-organ
yang menjalankan fungsi-fungsi regulasi tertentu secara
fisiologik dan biokimia.
Ikan transgenik : Ikan yang memiliki DNA asing di dalam tubuhnya.
Inaktivasi sperma Menonaktifkan sperma.
Inbreeding : Perkawinan antara individu-individu yang sekerabat yaitu
berasal dari jantan dan betina yang sama.
Infeksi Retroviral : Salah satu metode transfer gen. Metode ini meng-
gunakan gen-gen heterogen yang dimasukkan ke dalam
genome virus dan dapat dipindahkan kepada inang yang
terinfeksi virus tersebut.
Inkubasi : Masa penyimpanan.
Interfase : Fase di mana tidak ada perubahan pada inti sel, waktu
istirahat.
Karakter kuantitatif : Suatu ciri yang dapat diturunkan dalam suatu populasi
yang bervariasi secara kontinu sebagai akibat pengaruh
lingkungan dan pengaruh tambahan dua atau lebih gen.
Kariotipe : Metode pengorganisasian kromosom suatu sel dalam
kaitannya dengan jumlah, ukuran, dan jenis.
Katadromus : Ikan-ikan yang sebagian besar hidupnya dihabiskan di
perairan tawar dan bermigrasi ke laut untuk memijah.
Kelenjar hipofisa : Kelenjar kecil di bagian otak bawah yang menghasilkan
berbagai macam hormon yang dibutuhkan pada makhluk
hidup.
Kromosom : Struktur pembawa gen yang mirip benang yang terdapat
di dalam nukleus.

389
LAMPIRAN B
Kopulasi : Proses perkawinan.
Kista : Suatu stadia istirahat pada hewan cladosera atau
crustacea tingkat rendah.
Larva : Organisme yang belum dewasa yang baru keluar dari
telur atau stadia setelah telur menetas.
Larutan hipoklorit : Larutan yang mengandung HClO.
Lokus : Tempat khusus di sepanjang kromosom tertentu di mana
gen tertentu berada.
Maskul;inisasi : Penjantanan.
Meiosis : Tipe pembelahan sel dan nukleous ketika jumlah
kromosom direduksi dari diploid ke haploid.
Metasentrik : Kromosom yang sentromernya terletak ditengah-tengah.
Metafase : Tahapan mitosis dan meiosis ketika kromosom
mencapai keseimbangan posisi pada bidang ekuator.
Metamormofose : Perubahan bentuk organisme dalam daur hidup.
Mikropil : Lubang kecil pada telur tempat masuknya sperma.
Mikroinjeksi : Metode yang digunakan dalam mengintroduksi DNA
asing ke dalam pronukleus atau sitoplasma telur yang
telah terbuahi. DNA asing disuntikkan pada saat fase
1–2 sel.
Mitosis : Proses pembelahan nukleus pada sel eukariotik yang
secara konvensional dibagi menjadi lima tahapan:
profase, prometafase, metafase, anafase, dan telofase.
Mitosis mempertahankan jumlah kromosom dengan cara
mengalokasikan kromosom yang direplikasikan secara
sama ke masing-masing nukleus anak.
Morula Nauplii : Sekelompok sel anak (blastomer) yang terbentuk selama
fase pembelahan zigot.
Neurohipofisa : Bentuk stadia setelah menetas pada crustacea atau
copepoda.
Omnivore : Bagian dari kelenjar hipofisa, terdiri dari pars nervosa
yang berfungsi mensekresi Oxytoxin, Arginin Vasotocin,
dan Isotocin.
Ovarium : Organisme pemakan segala.

390
LAMPIRAN B
Ovipar : Kelenjar kelamin betina yang menghasilkan ovum.
Ovivipar : Berkembang biak dengan menghasilkan telur.
Outbreeding : Berkembang biak dengan menghasilkan telur tetapi telur
tersebut menetas dalam tubuh induknya.
: Perkawinan antara individu-individu yang tidak sekerabat
(berbeda induknya), masih dalam satu varietas atau beda
varietas.
Ovulasi : Proses terlepasnya sel telur dari folikel.
Partenogenesis : Perkembangbiakan telur menjadi individu baru tanpa
pembuahan telur dan menghasilkan telur diploid.
Pemijahan : Proses peletakan telur atau perkawinan.
Pigmen : Zat warna tubuh.
Plasmid : Molekul DNA sirkular yang bereplikasi pada sel-sel
bakteri secara independent.
Polar body : Sel telur hasil pembelahan meiosis yang tidak memiliki
sitoplasma.
Profase : Tahap pertama meiosis dan mitosis ketika kromosom
mulai jelas terlihat.
Progeni : Keturunan yang berasal dari sumber yang sama, anak
cucu.
Poliploidisasi : Proses pergantian kromosom di mana individu yang
dihasilkan mempunyai lebih dari dua set kromosom.
Reproduksi : Proses pembalikan kelamin dengan menggunakan
metode tertentu.
Seleksi : Pemisahan populasi dasar yang digunakan ke dalam
kedua kelompok, yaitu kelompok terpilih dan kelompok
yang harus terbuang.
Sentromer : Bagian kromosom yang terletak pada titik ekuator
kumparan pada metafase, tempat melekat benang
penarik gelendong, posisi sentromer menentukan bentuk
kromosom.
Seks reversal : Proses pembalikan kelamin dengan dengan meng-
gunakan metode tertentu.

391
LAMPIRAN B
Spermatogenesis : Proses perkembangan spermatogonium menjadi
spermatis.
Spermatogonium : Sel-sel kecambah untuk membentuk sperma.
Spermatozoa : Sel gamet jantan dengan inti haploid yang memiliki bentuk
berekor.
Spermiasi : Proses di mana spermatozoa dilepaskan dari cyste dan
masuk ke dalam lumen.
Spermiogenesis : Proses metamorfosa spermatid menjadi spermatozoa.
Submetacentrik : Sentromer terletak pada ujung kromosom yang memiliki
dua lengan yang tidak sama panjangnya.
Subtelocentrik : Sentromer juga terletak pada ujung kromosom namun
masih jelas terlihat adanya lengan pendek.
Spektrofotometer : Suatu instrumen yang mengukur porsi dari cahaya
dengan panjang gelombang yang berbeda yang diserap
dan dihantarkan oleh suatu larutan berpigmen.
Telofase : Tahap akhir dari mitosis atau meiosis ketika pembagian
sitoplasma dan penyusunan inti selesai.
Testis : Gonad yang berperan menghasilkan sperma.
Tetraploid : Individu yang mempunyai empat perangkat kromosom
haploid pada nukleusnya.
Triploid : Individu yang mempunyai tiga perangkat kromosom
haploid pada nukleusnya.
Triploidisasi : Proses pembuatan organisme triploid dengan
menggunakan kejutan suhu untuk menahan polar body II
atau menahan pembelahan mitosis awal.
Vitellogenesis : Proses deposisi kuning telur, dicirikan oleh bertambah
banyaknya volume sitoplasma yang berasal dari
vitelogenin eksogen yang membentuk kuning telur.
Zigot : Sel diploid sebagai hasil perpaduan gamet jantan dan
gamet betina haploid.

392

Anda mungkin juga menyukai