Anda di halaman 1dari 23

AUDITING

SIKLUS PENDAPATAN

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Auditing

Jurusan Manajemen Keuangan 4B

Disusun Oleh:

Citra Rahayu Rizfiani ( 2013.4.21056 )

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN
AKADEMI PIMPINAN PERUSAHAAN
Jl. Timbul No. 34 Cipedak – Jagakarsa, Jakarta Selatan 12630
Telp. (021) 7270215 – 7867383, Fax. (021) 7271847
Email :akademik@app-jakarta.ac.id , Website : www.app-jakarta.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Siklus pendapatan adalah rangkaian aktivitas bisnis da kegiatan pemrosan informasi
terkait yang terus berulang dengan menyediakan barang dan jasa kepada para pelanggan dan
menagih kas sebagai pembayaran dari penjualan-penjualan tersebut.
Tujuan utama siklus pendapatan adalah untuk menyediakan produk yang tepat di
tempat dan waktu yang tepat dengan harga yang sesuai. Guna mencapai tujuan tersebut,
pihak manajemen harus membuat beberapa keputusan penting berikut ini :
1. Sejauh apakah produk dapat dan harus disesuaikan dengan tiap kebutuhan dan keinginan
pelanggan?
2. Seberapa banyak persedian yang harus dimiliki dan di manakah persedian tersebut
ditempatkan?
3. Bagaimana seharusnya barang dagangan dikirim kepada para pelanggan? Haruskah
perusahan melakukan fungsi pengiriman sendiri atau menggunakan pihak ketiga yang
mengkhususkan diri dalam pengiriman?
4. Berapa harga optimal untuk setiap produk dan jasa?
5. Berapa banyak kredit yang seharusnya diberikan ke tiap pelanggan?
6. Haruskan kredit ditawarkan kepada pelanggan?
7. Apa syarat-syarat kredit yang seharusnya diberikan?
8. Bagaimana pembayaran pelanggan dapat diproses untuk memaksimalkan arus kas?
BAB II
TEORI

2.1 Pengertian Pendapatan


Menurut Kieso, Warfield dan Weygantd (2011;955)
Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas
normal entitas selama suatu periode, jika arus masuk tersebut mengakibatkan kenaikan
ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal.

Menurut Skousen, Stice dan Stice (2010;161)


Pendapatan adalah arus masuk atau penyelesaian (atau kombinasi keduanya) dari
pengiriman atau produksi barang, memberikan jasa atau melakukan aktivitas lain yang
merupakan aktivitas utama atau aktivitas centra yang sedang berlangsung.

2.2 Pengertian Siklus Pendapatan


Siklus pendapatan adalah Aktivitas yang terkait dengan pertukaran barang dan jasa
dengan pelanggan dan pengumpulan kas dari pendapatan terdiri atas transaksi:
– Penjualan kredit
– Penagihan/penerimaan piutang•
– Penyesuaian penjualan (diskon, retur dan rabat penjualana, dan kerugian piutang

Tabel 1.1 Siklus Pendapatan


Transaksi Pendapatan Debit Kredit
Penjualan Kredit Piutang Usaha Penjualan
Harga Pokok Penjualan Persediaan
Penerimaan Kas Kas Piutang Usaha
Diskon Penjualan
Retur Penjualan dan Pengurangan Retur Penjualan dan Piutang Usaha
Pengurangan Harga
Harga

Penyisihan Piutang Tak Tertagih Beban Piutang Tak Penyisihan untuk


Tertagih Piutang Tak Tertagih
Penghapusan Piutang Tak Penyisihan untuk Piutang Piutang Usaha
Tak Tertagih
Tertagih

2. 3 Sifat Siklus Pendapatan


Siklus pendapatan perusahaan terdiri dari aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan
pertukaran barang dan jasa dengan pelanggan dan penagihan pendapatan dalam bentuk kas.
Untuk perusahaan barang dagang, kelompok transaksi yang termasuk dalam siklus
pendapatan adalah :
 Penjualan Kredit(penjualan yang dilakukan dengan hutang)
 Penerimaan Kas(penagihan piutang dan penjualan tunai)
 Penyesuaian Penjualan(potongan, retur penjualan dan pengurangan harga, serta piutang
taktertagih[penyisihan dan penghapusan).

2. 4 Tujuan Audit Siklus Pendapatan


Tujuan audit siklus pendapatan adalah untuk memperoleh bukti kompeten yang cukup
tentang tiap asersi manajemen yang signifikan dalam laporan keuangan. Pada siklus
pendapatan risiko pengendalian yang muncul umumnya karena tekanan pada manajemen
untuk menampilkan performa pendapatan yang lebih baik dari entitas lain, keinginan
melebihsajikan atau merendahsajikan kas, piutang, atau piutang tak tertagih untuk
kepentingan likuiditas. Selain itu kesalahan karena tingginya transaksi dalam siklus
pendapatan, standar akuntansi dan klasifikasi akun-akun dalam siklus pendapatan yang tidak
tepat memungkinkan munculnya risiko pengendalian.
Dokumen-dokumen yang sering digunakan dalam memproses transaksi penjualan,
khususnya yang kredit antara lain order pelanggan, arder penjualan, dokumen pengiriman,
faktur penjualan, daftar harga yang diotorisasi, buku besar pembantu piutang, berkas
transaksi penjualan, jurnal penjualan dan laporan penjualan bulanan. Fungsi-fungsi yang
terlibat dalam transaksi penjualan kredit adalah bagian penerimaan order pelanggan,
persetujuan kredit, pemenuhan order penjualan, pengiriman order penjualan, penagihan
pelanggan, dan pencatatan transaksi penjualan.
Tabel 1.2 Tujuan Audit Spesifikasi Untuk Siklus Pendapatan
Tujuan Audit Siklus Pendapatan
a. Memverifikasi bahwa saldo akun piutang usaha mewakili jumlah yang
benar-benar dipinjam perusahaan pada tanggal laporan posisi keuangan
Occurrence terkait.
(Keterjadian) b. Memastikan bahwa pendapatan dari berbagai transaksi penjualan
mewakili barang yang dikirim dan jasa yang diberikan selama periode
yang termasuk dalam laporan keuangan.
a. Menentukan bahwa semua jumlah yang dipinjam perusahaan pada
tanggal laporan posisi keuangan telah tercermin dalam piutang usaha.
Completeness
b. Memverifikasi bahwa semua penjualan barang yang dikirim, semua jasa
(Kelengkapan)
yang diberikan, dan semua retur dan kompensasi untuk periode terkait,
telah tercermin dalam laporan keuangan.
a. Memverifikasi bahwa transaksi pendapatan dihitung secara akurat dan
didasarkan pada harga terkini dengan jumlah yang benar.
Accuracy
b. Memastikan bahwa buku pembantu piutang usaha, file Faktur Penjualan,
(Akurasi)
dan file Pemberitahuan Pengiriman Uang secara matematis benar dan
sesuai dengan akun terkait pada buku besar.
Rights and Menentukan bahwa perusahaan memiliki hak legal untuk mencatat
Obligations piutang usaha yang dicatatnya. Akun pelanggan yang telah dijual atau
(Hak dan telah dipindahtangankan memang telah dikeluarkan dari saldo piutang
Kewajiban) usaha.
Valuation and a. Menentukan bahwa saldo piutang usaha menyatakan nilai bersih yang
Allocation dapat direalisasikan.
(Penilaian dan
alokasi) b. Memastikan bahwa alokasi atas akun piutang tak tertagih telah tepat.
Presentation Memverifikasi piutang usaha dan pendapatan yang dilaporkan untuk
and Disclosure periode terkait, telah dijelaskan dengan benar dan dimasukkan dalam
(Penyajian dan laporan keuangan.
Pengungkapan)
.

Auditor mengembangkan strategi audit berdasarkan risiko salah saji yang material.
Langkah pertama dalam menilai risiko itu adalah memperoleh pemahaman tentang bisnis dan
industri klien karena hal tersebut juga dapat membantu auditor dalam :
1. Mengembangkan ekspektasi tentang total pendapatan dengan memahami kapasitas klien,
pasar, dan pelanggan klien.
2. Mengembangkan ekspektasi tentang marjin kotor dengan memahami pangsa pasar dan
keunggulan kompetitif klien di pasar.
3. Mengembangkan ekspektasi tentang piutang bersih berdasarkan periode penagihan rata-
rata untuk klien dan industri.
2.5 PENGERTIAN AUDITING
 Menurut (Sukrisno Agoes , 2004) Auditing adalah :
“Suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis oleh pihak yang
independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen beserta
catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat
memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.”

 Menurut (Mulyadi , 2002), auditing merupakan:


“Suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif
mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi dengan tujuan
untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan
kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang
berkepentingan.”

Menurut (Mulyadi, 2002), berdasarkan beberapa pengertian auditing di atas maka audit
mengandung unsur-unsur:
• suatu proses sistematis, artinya audit merupakan suatu langkah atau prosedur yang
logis, berkerangka dan terorganisasi. Auditing dilakukan dengan suatu urutan langkah
yang direncanakan, terorganisasi dan bertujuan.
• untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif, artinya proses sistematik
ditujukan untuk memperoleh bukti yang mendasari pernyataan yang dibuat oleh
individu atau badan usaha serta untuk mengevaluasi tanpa memihak atau berprasangka
terhadap bukti-bukti tersebut.
• pernyataan mengenai kegiatan dan kejadian ekonomi, artinya pernyataan mengenai
kegiatan dan kejadian ekonomi merupakan hasil proses akuntansi.
• menetapkan tingkat kesesuaian, artinya pengumpulan bukti mengenai pernyataan dan
evaluasi terhadap hasil pengumpulan bukti tersebut dimaksudkan untuk menetapkan
kesesuaian pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan. Tingkat
kesesuaian antara pernyataan dengan kriteria tersebut kemungkinan dapat
dikuantifikasikan, kemungkinan pula bersifat kualitatif.
• kriteria yang telah ditetapkan, artinya kriteria atau standar yang dipakai sebagai dasar
untuk menilai pernyataan (berupa hasil akuntansi) dapat berupa:
- peraturan yang ditetapkan oleh suatu badan legislative
- anggaran atau ukuran prestasi yang ditetapkan oleh manajemen
- prinsip akuntansi berterima umum (PABU) diindonesia
• Penyampaian hasil (atestasi), dimana penyampaian hasil dilakukan secara tertulis
dalam bentuk laporan audit (audit report)
• pemakai yang berkepentingan, pemakai yang berkepentingan terhadap laporan audit
adalah para pemakai informasi keuangan, misalnya pemegang saham, manajemen,
kreditur, calon investor,

Audit dibagi menjadi tiga golongan, yaitu :


• Audit laporan keuangan ( financial statement audit ). Audit laporan keuangan adalah
audit yang dilakukan oleh auditor eksternal terhadap laporan keuangan kliennya untuk
memberikan pendapat apakah laporan keuangan tersebut disajikan sesuai dengan
kriteria-kriteria yang telah ditetapkan. Hasil audit lalu dibagikan kepada pihak luar
perusahaan seperti kreditor, pemegang saham, dan kantor pelayanan pajak.
• Audit kepatuhan (compliance audit ). Audit ini bertujuan untuk menentukan apakah yang
diperiksa sesuai dengan kondisi, peratuan, dan undang-undang tertentu . Kriteria- kriteria
yang ditetapkan dalam audit kepatuhan berasal dari sumber-sumber yang berbeda.
Contohnya ia mungkin bersumber dari manajemen dalam bentuk prosedur-prosedur
pengendalian internal. Audit kepatuhan biasanya disebut fungsi audit internal, karena
oleh pegawai perusahaan.
• Audit operasional (operational audit ). Audit operasional merupakan penelahaan secara
sistematik aktivitas operasi organisasi dalam hubungannya dengan tujuan tertentu. Dalam
audit operasional, auditor diharapkan melakukan pengamatan yang obyektif dan analisis
yang komprehensif terhadap operasional-operasional tertentu.

Berdasarkan kelompok atau pelaksana audit, audit dibagi 4 jenis yaitu:


1. Auditor Ekstern
Auditor ekstern/ independent bekerja untuk kantor akuntan publik yang statusnya
diluar struktur perusahaan yang mereka audit. Umumnya auditor ekstern menghasilkan
laporan atas financial audit.
2. Auditor Intern
Auditor intern bekerja untuk perusahaan yang mereka audit. Laporan audit
manajemen umumnya berguna bagi manajemen perusahaan yang diaudit. Oleh karena itu
tugas internal auditor biasanya adalah audit manajemen yang termasuk jenis compliance
audit.
3. Auditor Pajak
Auditor pajak bertugas melakukan pemeriksaan ketaatan wajib pajak yang diaudit
terhadap undang-undang perpajakan yang berlaku.
4. Auditor Pemerintah
Tugas auditor pemerintah adalah menilai kewajaran informasi keuangan yang disusun
oleh instansi pemerintahan. Disamping itu audit juga dilakukan untuk menilai efisiensi,
efektifitas dan ekonomisasi operasi program dan penggunaan barang milik pemerintah. Dan
sering juga audit atas ketaatan pada peraturan yang dikeluarkan pemerintah. Audit yang
dilaksanakan oleh pemerintahan dapat dilaksanakan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
atau Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan (BPKP).
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 SIKLUS PENDAPATAN

Siklus pendapatan suatu entitas terdiri dari aktivitas yang terkait dengan pemberian barang
atau jasa kepada pelanggan dan penagihan kas dari pendapatan itu. Kelompok transaksi
dalam siklus pendapatan:
 Transaksi Penjualan kredit
 Transaksi Penerimaan Kas
 Penyesuaian Penjualan (diskun penjualan, retur dan penyisihan penjualan, akun-akun
pelanggan yang sulit ditagih (penyisihan dan penghapusan))

3.1.1 Akun yang terpengaruh dalam siklus pendapatan


Penjualan Kredit D K
Piutang Usaha (Account Receivable) xxx
Penjualan (Sales) xxx

Kos dari barang terjual (Cost of Goods Sold) xxx


Sediaan (Inventory) xxx

Penerimaan Kas
Kas (Cash) xxx
Diskun Penjualan (Sales Discount) xxx
Piutang Usaha (Account Receivable) xxx

Retur dan Penyesuaian Penjualan


Retur dan penyesuaian penjualan
(Sales Return and Allowances) xxx
Piutang Usaha (Account Receivable) xxx

Penyisihan Piutang tak tertagih


Biaya Piutang tak tertagih
(Bad Debt Expense) xxx
Penyisihan untuk Piutang tak tertagih
(Allowance for doubtful Account) xxx

Penghapusan Piutang Usaha


Penyisihan untuk Piutang tak tertagih xxx
(Allowance for doubtful Account)
Piutang Usaha (Account Receivable) xxx
3.1.2 Tujuan Mengaudit Siklus Pendapatan
Kategori Asesi Kelompok Transaksi
Tujuan Audit
atau saldo akun
Transaksi 1 Rekaman transaksi penjualan menunjukkan barang atau jasa
Keberadaan atau yang diberikan selama periode itu
Keteradian 2 Rekaman Transaksi penerimaan Kas menunjukkan kas yang
diterima selama periode itu
3 Rekaman Transaksi penyesuaian penjualan selama periode itu
menunjukkan diskun, retur dan penyesuaian penjualan, dan
piutang tak tertagih yang diotorisasi
saldo Akun 4 Saldo Piutang Usaha menunjukkan saldo yang benar-benar ada
pada tanggal neraca
Kelengkapan Transaksi 5 Seluruh penjualan, penerimaan kas, dan penyesuaian penjualan
yang terjadi selama periode itu telah dicatat
saldo Akun 6 Saldo Piutang usaha menunjukkan seluruh klaim kepada
pelanggan pada tanggal neraca
Hak dan Transaksi 7 Entitas memiliki hak terhadap piutang usaha dan kas yang
Kewajiban dihasilkan dari penjualan yang tercatat
Saldo Akun 8 Piutang Usaha pada tanggal neraca menunjukkan klaim legal
entitas kepada pelanggan

Penilaian atau Transaksi 9


alokasi Seluruh Penjualan, penerimaan kas, dan penyesuaian penjualan
yang terjadi selama periode itu telah dinilai sesuai dengan PABU
dan telah dijurnal, diiktisarkan, dan diposting dengan tepat
saldo Akun 10 Saldo Piutang usaha bruto di neraca telah sesuai dengan
rinciannya di buku pembantu Piutang usaha
11 Penyisihan piutang tak tertagih telah diestimasi secara wajar
sesuai dengan nilai realisasi neto
Penyajian dan Transaksi 12 Rincian penjualan, penerimaan kas, dan penyesuaian penjualan
Pengungkapan mendukung penyajian di laporan keuangan termasuk
klasifikasinya dan pengungkapannya
Saldo 13 Pengungkapan terhadap piutang yang dijual atau digadaikan
telah dibuat secara wajar

3.2 TAHAP AUDIT

3.2.1 Memahami Bisnis dan Industri Klien


Auditor mengembangkan strategi audit awal didasarkan pada risiko salah saji material.
Langkah pertama dalam menetapkan risiko adalah memeroleh pemahaman atas bisnis dan
industri klien. Pemahaman membantu auditor dalam:
 Membuat harapan terhadap pendapatan total dengan memahami kapasitas klien, lokasi
pasar, dan pelanggan
 Membuat harapan atas marjin bruto dengan memahami pangsa pasar klien dan
keunggulan kompetitif di pasar.
 Membuat harapan tentang piutang usaha neto didasarkan pada rata-rata periode
penagihan klien dan industri
3.2.2 Menetapkan Materialitas
 Pendapatan merupakan ukuran dari volume aktivitas setiap entitas. Biasanya, pendapatan
memiliki volume transaksi tinggi dan total pendapatan sangat penting terhadap laporan
keuangan. Pendapatan biasanya digunakan sebagai ukuran materialitas pada setiap
penugasan.
 Pendapatan biasanya memberi penambahan pada piutang usaha, kas dan arus kas dari
aktivitas operasi. Piutang usaha biasanya juga merupakan bagian yang material dari
neraca.
 Transaksi dan saldo akun yang ada pada siklus pendapatan biasanya memiliki pengaruh
yang material terhadap laporan keuangan.
 Untuk meningkatkan keefektifan dan efisiensi audit untuk mencapai tujuan audit siklus
pendapatan, maka kehati-hatian harus dilakukan untuk mempertimbangkan risiko
bawaan, risiko prosedur analitis, dan risiko pengendalian ketika memilih strategi audit
untuk setiap tujuan audit.
 Materialitas (salah saji yang dapat ditoleransi) untuk piutang usaha relatif lebih tinggi
daripada untuk akun aktiva lainnya untuk mengurangi pengeeluaran untuk memeroleh
bahan bukti audit.

3.2.3 Risiko Bawaan


 Faktor-faktor yang umum memengaruhi salah saji asersi siklus pendapatan:
1. Tekanan untuk melebihsajikan pendapatan agar realisasi pendapatan dan
profitabilitas mencapai target, padahal kenyataannya tidak demikian.
2. Tekanan untuk melebihsajikan kas dan piutang usaha bruto atau mengurangsajikan
penyisihan untuk piutang tak tertagih supaya meningkatkan modal kerja, yang
dibutuhkan dalam perjanjian hutang.
3. Volume transaksi yang tinggi cenderung meningkatkan jumlah kesalahan.
4. Pengakuan pendapatan, standar akuntansi yang membingungkan, dan membuat
estimasi, kompleksitas perhitungan, cenderung meningkatkan risiko salah saji
5. Aplikasi akuntansi untuk piutang usaha yang digadaikan dengan tanggung renteng,
apakah sebagai penjualan atau pinjaman.
6. Salah klasifikasi piutang usaha, apakah aktiva jangka pendek atau aktiva jangka
panjang, karena sulit menentukan ketertagihannya
7. Penerimaan kas cenderung akan disalahgunakan
8. Transaksi penyesuaian penjualan bisa saja digunakan untuk menutupi pencurian kas
dengan cara meningkatkan diskun, atau mencatat transaksi fiktif atas retur penjualan,
atau menghapus piutang pelanggan.
 Karena besar potensi salah saji apabila pengendalian tidak efektif, maka auditor harus
selalu memberikan pertimbangan yang cermat atas risiko inheren dalam siklus
pendapatan.

3.2.4 Risiko Prosedur Analitis


 Risiko prosedur analitis adalah elemen dari risiko deteksi, yaitu risiko prosdur analitis
gagal untuk mendeteksi salah saji.
 Prosedur analitis sangat hemat dan didasarkan pada pengetahuan auditor atas bisnis dan
industri klien.
 Langkah pertama dalam melakukan prosedur analitis adalah memeroleh pemahaman atas
total pendapatan yang diberikan:
 Kapasitas klien yaitu volume penjualan maksimum yang bisa dihasilkan jika klien
menggunakan seluruh fasilias dan karyawannya untuk menghasilkan dan
menghantar produk atau jasa. Auditor harus sensitif terhadap volume penjualan yang
dicatat klien berdasarkan kapasitas yang dimanfaatkan. Lebih efektif untuk
mengevaluasi pendapatan total dibandingkan ukuran aktivitas bisnis daripada
membandingkan pendapatan saat ini dengan pendapatan periode sebelumnya.
 Pangsa Pasar klien untuk setiap produknya.Yaitu pendapatan klien dibandingkan
dengan total pendapatan dalam industri untuk produk klien. Hal ini penting karena
perusahaan dengan pangsa pasar dominan biasanya memeroleh margin bruto
premium. Hal ini penting bagi auditor untuk mengevaluasi perputaran piutang klien,
atau periode penagihan rata-rata, dan bisa untuk membandingkan periode penagihan
klien dengan rata-rata industri.
Rasio Prosedur Analitis yang umum digunakan
Rasio Rumus Signifikansi Audit
Penjualan terhadap Penualan neto Membantu menilai kelayakan pendapatan
Ukuran Kapasitas Non Keuangan
kapasitas
Pangsa Pasar
Penjualan Neto Klien Membantu menilai kelayakan pendapatan total dan
Penjualan Neto Industri marjin bruto. Pangsa pasar yang lebih besar biasanya
dikaitkan dengan marjin bruto yang lebih besar
Penjualan terhadap
total aktiva Penjualan Rasio ini bermanfaat bagi perusahaan manufaktur dan
Rata  rata Total Aktiva perusahaan lainnya yang berbasis aktiva . Rasio ini
menjelaskan hubungan antara aktiva dan penjualan
Pertumbuhan Rasio yang lebih besar dari 1 menunjukkan bahwa
Piutang usaha piutang tumbuh lebih cept dari penjualan. Besar rasio
terhadap ( Piu tan g Usaha n  Piu tan g Usaha n 1 )  1)  ( Penjualan n  Penjualan n 1 )  1 dapat mengindikasikan kemungkinan masalah
penagihan
Hari Perputaran Bermanfaat dalam membandingkan dengan rata-rata
Piutang Usaha industri. Lamanya periode penagihan dapat
Ratarata Piu tan g Usaha
Penjualan X 365 mengindikasikan masalah penagihan. Pengalaman
sebelumnya dan volume penjualan periode berjalan
dapat bermanfaat dalam mengestimasi piutang neto
saat ini.

Rasio Prosedur Analitis yang umum digunakan


Biaya Piutang tak Bermanfaat dalam mengevaluasi kelayakan biaya
tertagih terhadap BIAYA PIUTANG TAK TERTAGIH piutang tak tertagih. Rasio yang lebih kecil dapat
penjualan kredit PENJUALAN NETO menunjukkan penyisihan yang tidak memadai untuk
piutang tak tertagih
Biaya Piutang tak Bermanfaat dalam mengevaluasi kelayakan biaya
tertagih terhadap BIAYA PIUTANG TAK TERTAGIH piutang tak tertagih. Rasio yang lebih kecil dapat
penghapusan PENGHAPUSA N PIUTANG USAHA menunjukkan penyisihan yang tidak memadai untuk
piutang tak tertagih
Pendapatan produk
Pendapatan dari produk baru yang diperkenal kan selama tahun berjalan
baru terhadap total Perusahaan dengan proporsi pendapatan yang lebih
Total Pendapatan tinggi dari produk baru dapat memeroleh premi marjin
bruto karena kemampuannya melakukan inovasi

3.3 PEMAHAMAN ATAS SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL


 Lingkungan Pengendalian:
 Integritas dan nilai-nilai etika
 Komitmen terhadap kompetensi
 Partisipasi dean komisaris dan komite audit
 Filosofi manajemen dan gaya operasi
 Struktur organisasi
 Penetapan otoritas dan tanggungjawab
 Kebijakan dan praktik-praktik SDM
 Penilaian Risiko apakah manajemen melakukan indentifikasi dan mitigasi terhadap
risiko-risiko dalam siklus pendapatan.
 Informasi dan komunikasiPemahaman tentang:
 Bagaimana penjualan dimulai
 Pemberian barang dan jasa
 Pencatatan piutang usaha
 Penerimaan Kas
 Penyesuaian penjualan
 Metode pemrosesan data dan dokumen serta catatan yang digunakan
 PemantauanUmpan balik tentang apakah pengendalian internal yang berkaitan
dengan siklus pendapatan telah beroperasi sesuai rencana. Misalnya: Apakah ada
kesalahan penagihan, apakah ada kesalahan dalam pengakuan pendapatan.

3.4 UNIT ORGANISASI DALAM PENJUALAN KREDIT


3.5 PROSEDUR PENJUALAN KREDIT

a. Aktivitas Pengendalian Penjualan Kredit


 Sistem Manual:
1. Hanya Bagian kredit yang bisa mengotorisasi kredit dan menambah file
pelanggan baru
2. Bagian pengiriman mengecek barang yang diterima dari gudang ke Formulir
Pesanan Penjualan sebelum membuat B/L
3. Faktur dikeluarkan setelah Formulir Pesanan Penjualan dan B/L dikeluarkan
(barang dikirim terlebih dahulu setelah itu faktur dibuat). Faktur harus dilampiri
oleh Pesanan Penjualan dan B/L
4. Mengirimkan laporan bulanan kepada pelanggan dan menindaklanjuti complain
pelanggan
5. Otorisasi dilakukan oleh pihak-pihak yang berwenang dalam mengeksekusi
transaksi.
6. Secara periodic dilakukan pengecekan antara buku pembantu piutang dan saldo
piutang di buku besar.
7. Pemegang buku pembantu dan buku besar harus berbeda agar terjadi pengecekan
independen
8. Menggunakan system sediaan perpetual (masing-masing sediaan dibuat kartu
sediaan) dan secara periodic dicocokkan ke akun pengendalisediaan di buku
besar.
9. Seluruh dokumen harus bernomor urut tercetak dan dipertanggung jawabkan
penggunaannya.

b. Aktivitas Pengendalian Penerimaan Kas


 Sistem manual :
1. Fungsi penerima kas dipisah dari fungsi pencatat kas
2. Kas disimpan ditempat yang terhidar dari bahaya kebakaran dan bencana alam.
3. Untuk penjualan tunai, sebaiknya digunakan mesin register kas
4. Prosedur penjualan tunai harus diawasi secara periodik
5. Dalam setiap faktur yang dikirimkan kepada pelanggan harus dicantumkan nomor
rekening perusahaan agar pada cek yang dibayarkan pelanggan dituliskan
rekening tujuan pembayaran.
6. Sekretariat menerima cek pembayaran dan membuat daftar penerimaan cek yang
diberikan kepada kasir (beserta cek), bagian piutang usaha, dan arsip di
sekretariat.
7. Pada akhir setiap hari kerja dilakukan perhitungan kas oleh kasir dan didampingi
bagian yang independen terhadap kas (misalnya: bagian akuntansi dan internal
audit)
8. Melakukan rekonsiliasi bank oleh fungsi internal audit atau fungsi akuntansi.
9. Setiap hari manajemen memonitor jumlah kas harian , kelayakan jumlah
penerimaan kas dan jumlah yang dikreditkan ke buku pembantu piutang usaha.
10. Manajemen secara aktif menindaklanjuti piutang yang jatuh tempo.

3.6 Aktivitas Pengendalian


 Sistem komputer
1. Komputer melakukan pengecekan kesesuaian nama pelanggan di order dengan di
arsip induk
2. Pencocokan komputer terhadap kredit yang di otorisasi untuk setiap pelanggan
3. Pencocokan komputer terhadap barang yang dikurangi dari arsip induk sediaan
dengan order yang disetujui
4. Untuk setiap pengiriman komputer harus mencocokkan dokumen pengiriman
bernomor urut dengan pesanan penjualan yang disetujui
5. Komputer akan mencetak seluruh pesanan penjualan yang belum terpenuhi
6. Komputer mencetak laporan barang yang dikirim namun belum ditagih
7. Komputer melakukan penomoran berurut untuk setiap faktur penjualan
8. Komputer membandingkan total pengendalian untuk seluruh dokumen
pengiriman dengan total faktur penjualan.
9. Penjualan dicatat hanya berdasarkan faktur.
10. Komputer mencocokkan tanggal faktur dengan periode akuntansi ketika barang
dikirim.
11. Komputer rmembandingkan harga jual dengan daftar harga terotorisasi dan order
penjualan.
12. Komputer selalu memeriksa saldo awal piutang ditambah penjualan kredit dengan
saldo akhir piutang
13. Komputer mencocokkan seluruh nomor pelanggan di faktur penjualan ke nomor
pelanggan di order penjualan

3.7 Penilaian awal risiko pengendalian dan strategi awal audit


 Bagi asersi siklus pendapatan dimana auditor tidak merencanakan untuk menilai risiko
pengendalian pada tingkat yang rendah, auditor harus memunyai pengetahuan yang
diperlukan untuk mengidentifikasi jenis potensi salah saji yang akan terjadi.
 Biasanya siklus pendapatan bersifat material dan pendapatan berasal dari banyak
pelanggan. Dalam kasus ini, sangat efisien apabila risiko pengendalian untuk setiap
asersi dinilai pada tingkat yang rendah dan mengembangkan strategi audit melakukan
pengujian pengendalia yang ekstensif.

a. Pengujian substantif atas piutang usaha


 Prosedur awal
 Memeroleh pemahaman atas bisnis dan idustri klien serta menentukan:
1. Signifikansi pendapatan dan piutang usaha bagi perusahaan
2. Pemicu ekonomi utama yang memengaruhi penjualan, marjin, dan penagihan
perusahaan
3. Persyaratan perdagangan dalam industri, termasuk penanggalan musiman,
periode penagihan,dll
4. Perluasan konsentrasi aktivitas dengan pelanggan.
 Melaksanakan prosedur awal atas saldo dan catatan piutang usaha:
1. Menelusuri saldo awal piutang usaha ke kertas kerja tahun-tahun sebelumnya
Meriview aktivitas dalam akun piutang usaha dan menginvestigasi ayat
jurnal yang jumlah dan sumbernya tampak tidak biasa.
2. Memeroleh rincian saldo piutang usaha dan menentukan apakah telah sesuai
dengan catatan akuntansi dengan melakukan footing, dan mengecek
kebenaran saldo ke buku besar dan buku pembantu piutang usaha.

b. Melakukan Prosedur analitis


 Mengembangkan harapan atas piutang usaha berdasarkan pengetahuan atas bisnis,
pangsa pasar, persyaratan perdagangan, riwayat hari perputaran piutang usaha
 Menghitung rasio:
 Membandingkan penjualan terhadap kapasitas perusahaan.
 Membandingkan perytumbuhan penjualan dengan pertumbuhan piutang usaha
 Perputaran piutang usaha
 Biaya piutang tak tertagih terhadap jumlah Penjualan kredit neto.
 Biaya piutang usaha tak tertagih terhadap penghapusan piutang usaha
 Menganalisa hasil rasio relatif terhadap harapan berdasarkan data tahun sebelumnya,
data industri, jumlah anggaran, atau data lainnya.

c. Pengujian terhadap rincian transaksi


 Memvouching sampel catatan transaksi penjualan dan piutang usaha ke dokumentasi
pendukung.
 Melaksanakan pengujian pisah batas (Cut off test) penjualan dan retur penjualan
dengan cara:
 Memilih sampel catatan transaksi penjualan beberapa hari sebelum dan
sesudah akhir tahun serta memeriksa dokumen pendukungnya dan
menentukan apakah telah dilakukan pencatatan pada periode yang tepat.
 Memilih sampel memo kredit beberapa hari sebelum dan sesudah akhir tahun
serta memeriksa keberadaan dokumen pendukungnya dan menentukan apakah
retur penjualan telah dicatat dalam periode yang tepat.
 Melaksanakan pengujian pisah batas (Cut off test) penerimaan kas, dengan cara:
 Mengamati bahwa seluruh penerimaan kas dan bank periode itu sudah dicatat
pada periode neraca periode yang sama dan tidak ada penerimaan periode
berikutnya yang dimasukkan pada saldo kas periode itu.
 Meriviu dokumentasi seperti iktisar kas harian, duplikat slip setoran, serta
laporan bank mencakup beberapa hari sebelum dan sesudah tanggal neraca.

d. Pengujian atas saldo akun


Mengonfirmasi saldo piutang usaha:
 Menentukan bentuk, waktu dan luas permintaan konfirmasi
 Melakukan sampel terhadap pelanggan yang akan dikonfirmasi dan mengevaluasi
pengembalian konfirmasi terutama untuk jawaban pengecualian (tidak setuju).
 Melakukan tindak lanjut untuk konfirmasi yang tidak dibalas:
 Mengirim ulang surat konfirmasi
 Melakukan prosedur alternatif untuk pelanggan yang tidak membalas surat
konfirmasi. Prosedur alternatif misalnya:
 Memeriksa bukti pendukung penerimaan kas pada awal periode akuntansi
berikutnya (Subsequent Receipt) yang berasal dari saldo piutang usaha
periode sebelumnya.
 Memeriksa bukti pendukung piutang usaha.

e. Pengujian atas estimasi akuntansi


 Mengevaluasi kewajaran asumsi yang digunakan dalam akun penyisihan piutang tank
tertagih (allowance for doubtful account):
 Memeriksa penjumlahan ke bawah (foot) dan penjumlahan ke samping
(crossfoot) saldo pelanggan dan meelusuri kesesuaian saldo ke buku besar
dan buku pembantu.
 Pengujian penentuan umur piutang usaha di daftar analisa atas umur piutang
usaha dengan memeriksa sampel bukti pendukung.
 Untuk akun yang sudah jatuh tempo, (1) memeriksa bukti pendukung berupa
korespondensi dengan pelanggan, agen penagihan, laporan kredit atau
laporan keuangan pelanggan (2) Membahas ketertagihan piutang usaha
dengan personil manajemen.
 Mengevaluasi proses manajemen untuk mengestimasi penyisihan piutang
usaha yang sulit ditagih.
 Mengevaluasi kecukupan informasi tentang kecenderungan industri,
kecenderungan penentuan umur, riwayat penagihan atas pelanggan tertentu.
Prosedur untuk penyajian dan pengungkapan
 Membandingkan penyajian laporan dengan PABU:
 Menentukan bahwa piutang usaha telah diidentifikasi dan diklasifikasikan
secara tepat menurut jenis dan periode realisasi yang diharapkan.
 Menentukan apakah ada saldo kredit yang signifikan dan harus direklasifikasi
sebagai kewajiban (hutang)
 Menetukan ketepatan pengungkapan dan akuntansi untuk pihak-pihak yang
memiliki hubungan istimewa, piutang yang digadaikan, atau difaktorkan.
Konfirmasi Piutang Usaha
 Konfirmasi piutang usaha merupakan komunikasi tertulis secara langsung antara
pelanggan dan auditor. Konfirmasi piutang usaha harus dilakukan dalam audit atas
saldo piutang usaha, kecuali:
 Saldo Piutang usaha tidak material dibandingkan seluruh aktiva
 Penggunaan konfirmasi tidak efektif dilakukan
 Penilaian gabungan atas risiko inheren dan risiko pengendalian adalah rendah
dan bukti yang disediakan prosedur analitis atau pengujian rincian transaksi
sudah cukup menurangi risiko audit ke tingkat yang rendah.
 Auditor yang tidak melakukan konfirmasi harus mendokumentasi di kertas kerja
alasan atau pertimbangan tidak melakukan konfirmasi.

f. Formulir konfirmasi
 Ada dua jenis formulir konfirmasi:
 Konfirmasi positifmengharuskan debitur untuk menjawab apakah saldo
yang ditunjukkan dalam formulir konfirmasi sudah tepat
 Konfirmasi negatifmeminta debitur untuk menjawab hanya apabila jumlah
yang ditunjukkan tidak benar.
 Bentuk konfirmasi positif biasanya menghasilkan bahan bukti audit yang lebih baik,
karena dalam konfirmasi negatif, apabila debitur lalai menjawab hanya akan
menghasilkan anggapan saldo pelanggan itu sudah tepat.
 Bentuk konfirmasi negatif bisa digunakan apabila:
 Tingkat risiko deteksi untuk setiap asersi sedang atau tinggi
 Saldo pelanggan kebanyakan bernilai kecil
 Auditor yakin bahwa debitur akan menjawab atau memberi pertimbangan atas
saldo piutang usaha.

g. Waktu dan luas permintaan konfirmasi


 Waktu pengiriman konfirmasi:
 Akhir tahun apabila tingkat risiko deteksi rendah
 Interim (satu atau dua bulan sebelum tanggal neraca)apabila risiko deteksi
tinggi. Apabila waktu ini dipilih maka auditor harus memvouching setiap
perubahan yang material antara tanggal pengirman konfirmasi sampai tanggal
laporan keuangan.
 Luas permintaan konfirmasi atau ukuran sampel, berhubungan terbalik dengan:
 Tingkat risiko deteksi yang dapat diterima
 Luas pengujian substantif lainnya
 Salah saji piutang usaha yang dapat ditoleransi (materialitas piutang usaha).
 Konfirmasi negatif membutuhkan ukuran sampelyang lebih besar.

h. Pengendalian atas permintaan konfirmasi


1. Memastikan bahwa jumlah, nama, dan alamat pada surat konfirmasi telah sesuai
dengan data yang terkait dengan pelanggan.
2. Menjaga penyimpanan surat konfirmasi sampai dikirimkan.
3. Menggunakan amplop berlogo dan bernama perusahaan untuk mengembalikan
konfirmasi.
4. Menangani sendiri pemasukan surat konfirmasi ke amplop dan pengirimannya.
5. Mewajibkan pengiriman jawaban konfirmasi langsung kepada auditor.
BAB IV
KESIMPULAN

Aktivitas dasar dalam siklus pendapatan terdiri dari empat aktivitas yaitu entri
pesanan penjualan, pengiriman, penagihan dan piutang usaha serta penagiahn kas. Sistem
Informasi harus didesain untuk memaksimalkan efesiensi dimana setiap fungsi ini dilakukan.
Sia juga harus memasukan prosedur pengendalian internal yang memadai untuk
menurunkan ancaman/masalah yang timbul seperti penjualan yang tidak tertagih, kesalahan
dalam penagihan, serta hilangnya atau penyalahgunaan persediaan dan kas.
Prosedur pengendalian juga dibutuhkan untuk memastikan bahwa informasi yang
disediakan untuk pengambilan keputusan akurat dan lengkap.
BAB V
DAFTAR PUSTAKA

http://ilmuakuntansi.web.id/pengertian-auditing-menurut-ahli/

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20567

eprints.uny.ac.id/8873/3/BAB%20II-07412144052.pdf

elib.unikom.ac.id/download.php?id=175059

eprints.mdp.ac.id/698/1/JURNAL%202009210026%20IVANNI

Anda mungkin juga menyukai