Anda di halaman 1dari 48

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air bersih merupakan kebutuhan dasar manusia, sehingga ketersediaannya
sangat penting. Pemanfaatannya tidak hanya terbatas untuk keperluan rumah tangga,
tetapi juga untuk fasilitas umum, sosial maupun ekonomi. Kebutuhan air bersih akan
terus meningkat seiring dengan perkembangan manusia. Dengan adanya pertumbuhan
penduduk, terjadi dinamika dalam masyarakat baik dalam segi kepadatan, sosial
maupun ekonomi, sehingga kebutuhan air bersih pun akan meningkat.
Menurut Permenkes RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990 mengenai syarat dan
kualitas air bersih, memberikan pengertian air bersih adalah air yang digunakan
sehari-hari memiliki kualitas yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum
jika sudah dimasak. Sedangkan air bersih menurut EG. Wagner dan J.N Lanix yang
di dalam bukunya berjudul Water Suplay For Rural and Small Comunication
menyatakan bahwa air yang sehat adalah air yang tidak merugikan kesehatan
penggunanya serta terbebas dari berbagai bahan beracun dan tidak mengandung
bahan-bahan organik berbahaya.
Lingkungan dengan kepadatan tinggi akan mengurangi kemudahan akses air
bersih karena masyarakat yang sebelumnya dapat memperoleh air bersih dari sumur
gali, menjadi kesulitan akibat terbatasnya lahan. Selain itu faktor kondisi alam juga
mempengaruhi akses air bersih. Daerah tertentu karena kondisi kontur dan tanahnya
menjadi sulit mendapatkan air bersih. Perkembangan pembangunan pada suatu
daerah sering membawa dampak, baik dari nilai positif maupun nilai negatif.
Semakin berkembangnya suatu daerah tersebut akan meningkatkan kebutuhan akan
sarana dan prasarana. Pemekaran di beberapa bagian wilayah kabupaten/ kota
menuntut disediakannya infrastruktur yang memadai guna mendukung kegiatan di
wilayah tersebut, termasuk salah satunya adalah penyediaan sarana dan prasarana
untuk pelayanan air bersih. Begitu pentingnya kebutuhan akan air bersih sehingga
menjadi tolak ukur keberhasilan dari suatu daerah.

1
Daerah tersebut dinyatakan berkembang apabila pemenuhan kebutuhan akan
air bersih mendapat prioritas utama. Pemenuhan kebutuhan akan air bersih dapat
dilakukan dengan beberapa cara antara lain salahsatunya dengan menggunakan sistem
perpipaan yang biasa dikelolah oleh Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM).Ketersediaan air di alam bervariasi antara satu daerah dengan daerah yang
lain.
Dalam upaya penyediaan air bersih, jaringan distribusi merupakan hal yang
penting. Karena jaringan distribusi inilah yang menyalurkan air dari instalasi
produksi menuju ke masyarakat. Berkenaan dengan meningkatnya kebutuhan air
bersih di masa mendatang, PDAM dituntut untuk mampu memenuhi kebutuhan air
bersih tersebut, dengan kualitas, kuantitas dan kontinuitas yang diinginkan serta
tekanan air yang mencukupi. Tanpa jaringan distribusi yang mencukupi maka hal
tersebut tidak akan mampu dipenuhi oleh PDAM. Dari hal-hal tersebut diatas maka
perlu adanya pengembangan jaringan distribusi air bersih PDAM untuk
memenuhinya.
Hal yang paling mendasar ikut mempengaruhi ketersediaan air pada suatu
daerah adalah kondisi geografis dan topografi dari daerah yang bersangkutan.
Sebagaimana terjadi juga pada Kabupaten Sidoarjo yang terletak di Jawa Timur.
Secara administratif, Kabupaten Sidoarjo terbagi atas 18 kecamatan, 322 desa dan 31
kelurahan. Sementara itu desa-desa di Kabupaten Sidoarjo terbagi menjadi desa
pedesaan (rural area) dan desa perkotaan (urban area). Di perkotaan sendiri
lingkungannya terbagi menjadi dua, yaitu perkampungan dan perumahan (Real
Estate). Dalam makalah ini akan dibahas perencanaan sistem distribusi air minum di
Desa Kemantren RW 02 yang berada di Kecamatan Tulangan, Kabupaten Sidoarjo.

1.2 Tujuan
1) Memprediksi jumlah penduduk Desa Kemantren sampai tahun 2027.
2) Memprediksi kebutuhan air bersih Desa Kemantren sampai tahun 2027.
3) Merencanakan jaringan distribusi pipa air bersih di Desa Kemantren.
4) Menghitung dimensi pipa.

2
5) Menghitung besarnya tekanan hidrolik minimum.
6) Menghitung reservoir Desa Kemantren.

1.3 Manfaat
1) Dapat menghitung prediksi jumlah penduduk pada tahun 2027.
2) Dapat menghitung prediksi kebutuhan air bersih Desa Kemantren sampai
tahun 2027.
3) Dapat merencanakan suatu sistem jaringan distribusi pipa air bersih di
Desa Kemantren.
4) Dapat menghitung dimensi pipa.
5) Dapat menghitung besarnya tekanan hidrolik minimum.
6) Dapat menghitung reservoir di Desa Kemantren.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Air


Air merupakan karunia Tuhan yang secara alami ada di seluruh muka
bumi. Manusia sebagai salah satu makhluk yang ada di bumi juga sangat tergantung
air dan untuk kelangsungan hidupnya memerlukan air dengan kuantitas dan
kualitas tertentu (Dharmasetiawan Martin, 2004).
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari dan akan
menjadi air minum setelah dimasak terlebih dahulu. Sebagai batasannya, air bersih
adalah air yang memenuhi persyaratan bagi sistem penyediaan air minum. Adapun
persyaratan yang dimaksud adalah persyaratan dari segi kualitas air yang meliputi
kualitas fisik, kimia, biologi dan radiologis, sehingga apabila dikonsumsi tidak
menimbulkan efek samping.
Air minum merupakan salah satu kebutuhan manusia yang paling penting.
Seperti diketahui, kadar air tubuh manusia mencapai 68 persen dan untuk tetap hidup
air dalam tubuh tersebut harus dipertahankan. Kebutuhan air minum setiap orang
bervariasi dari 2,1 liter hingga 2,8 liter per hari, tergantung pada berat badan dan
aktivitasnya. Namun, agar tetap sehat, air minum harus memenuhi persyaratan fisik,
kimia, maupun bakteriologis (Suriawiria, 1996).

2.2 Sumber-sumber air bersih

Pada dasarnya jumlah air di dalam tetap dan mengikuti suatu aliran disebut
siklus hidrologi. Dengan adanya penyinaran matahari maka uap air ini akan menyatu
ditempat tinggi yang dikenal dengan awan. Oleh angin, awan ini akan dibawa
semakin tinggi dimana temperatur diatas semakin rendah yang menyebabkan
timbulnya titik air dan jatuh kebumi disebut hujan. Jika air ini keluar pada permukaan
bumi atau tanah maka air ini akan disebut dengan mata air. Air permukaan yang
mengalir dipermukaan bumi umumnya membentuk sungai-sungai dan jika melalui
suatu tempat rendah (cekung) maka air ini akan berkumpul disuatu danau atau telaga.

4
Tetapi banyak diantaranya air kembali ke laut kembali. Berdasarkan sumbernya air
dikelompokan menjadi empat kelompok, yaitu:

1. Air Atmosfer
Air angkasa adalah air yang terjadi karena proses penguapan yang kemudian
terkondensasi dan akhirnya jatuh sebagai air hujan, salju dan es. Dalam keadaan
murni, sangat bersihakan tetapi air angkasa ini memiliki sifat yang agresif
terutama terhadap pipa-pipa penyalur maupun bak-bak reservoir sehingga hal ini
akan mempercepat terjadinya korosi atau karat. Akan tetapi air angkasa ini
memiliki sifat lunak, sehingga akan boros terhadap pemakaian sabun.

2. Air Permukaan
Air permukaan adalah air hujan yang mengalir dipermukaan bumi, yang berada
pada tempat atau wadah atas permukaan daratan yaitu sungai, rawa, bendungan
danau. Air permukaan dapat terjadi melalui tiga cara yaitu aliran permukaan
bumi, aliran air tanah, dan campuran dari keduanya. Air permukaan ada dua
macam yakni :

3. Air Sungai
Air sungai dalam penggunaannya sebagai air bersih haruslah mengalami suatu
pengolahan yang sempurna, mengingat bahwa air sungai ini pada umumnya
mempunyai derajat pengotoran yang sangat tinggi.

4. Air Rawa atau Danau


Kebanyakan air rawa atau danau ini berwarna yang disebabkan oleh adanya zat-
zat organik yang telah membusuk, misalnya asam humus yang larut dalam air
yang menyebabkan warna kuning coklat. Sehingga dengan demikian pada
umumnya kadar Besi (Fe) dan Mangan (Mn) akan tinggi pula. Sedangkan
kandungan oksigen (O2) sangat kurang sekali. Ini mengakibatkan permukaan air
akan ditumbuhi algae (lumut) karena ada sinar matahari.

5. Air Tanah
Air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau bebatuan. Selain air
sungai dan air hujan, air tanah juga mempunyai peranan yang sangat penting
terutama dalam menjaga keseimbangan dan ketersediaan bahan baku air untuk
kepentingan rumah tangga maupun kepentingan industri.

5
a. Air Tanah Dangkal
Air tanah dangkal terjadi karena adanya proses peresapan air dari permukaan
tanah. Lumpur akan tahan, demikian juga dengan sebagaian bakteri sehingga air
tanah ini akan jernih tetapi tidak lebih banyak mengandung zat-zat kimia tertentu
untuk masing-masing lapisan tanah. Lapisan tanah di sini berfungsi sebagai
saringan.

b. Air Tanah Dalam


Air tanah dalam terdapat setelah lapisan rapat air yang pertama. Untuk
mengambil air ini diperlukan bor karena adanya kedalaman yang cukup dalam
(100 m - 300 m). Jika tekanan air tanah ini besar, maka air akan menyembur
kepermukaan sumur. Sumur ini disebut sumur artesis, namun jika air tidak dapat
keluar dengan sendirinya maka diperlukan,

2.3 Prinsip dasar sumber air bersih


Dalam merencanakan penyediaan air bersih harus memenuhi konsep 3K yaitu
kualitas, kuantitas, dan kontinuitas. Kualitas menyangkut mutu air, bak air maupun
air hasil pengolahan yang siap didistribusikan. Kuantitas menyangkut jumlah atau
ketersediaan air baku yang akan diolah. Perlu pertimbangan apakah sumber air baku
tersebut dapat memenuhi kebutuhan air baku selama umur rencana. Kontinuitas
menyangkut kebutuhan air yang terus menerus. Artinya sumber air baku tersebut
apakah dapat memasok kebutuhan air secara terus menerus terutama ketika musim
kemarau

2.3.1 Kualitas Air Baku untuk Air Bersih


Air bersifat universal dalam pengertian bahwa air mampu melarutkan zat-zat
yang alamiah dan buatan manusia. Untuk menggarap air alam, meningkatkan
mutunya sesuai tujuan, pertama kali harus diketahui dahulu kotoran dan kontaminan
yang terlarut di dalamnya. Pada umumnya kadar kotoran tersebut tidak begitu besar.
Dengan berlakunya baku mutu air untuk badan air, air limbah dan air bersih,
maka dapat dilakukan penilaian kualitas air untuk berbagai kebutuhan. Di Indonesia

6
ketentuan mengenai standar kualitas air bersih mengacu pada Peraturan Menteri
Kesehatan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 416 tahun 1990 tentang Syarat-
Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Bersih. Berdasarkan SK Menteri Kesehatan
1990 Kriteria penentuan standar baku mutu air dibagi dalam tiga bagian yaitu:
- Persyaratan kualitas air untuk air minum.
- Persyaratan kualitas air untuk air bersih.
- Persyaratan kualitas air untuk limbah cair bagi kegiatan yang telah beroperasi.

Mengingat betapa pentingnya air bersih untuk kebutuhan manusia, maka kualitas air
tersebut harus memenuhi persyaratan, yaitu:

Syarat fisik, antara lain:


 Air harus bersih dan tidak keruh.
 Tidak berwarna
 Tidak berasa
 Tidak berbau
 Suhu antara 10o-25 o C (sejuk)

Syarat kimiawi, antara lain:


 Tidak mengandung bahan kimiawi yang mengandung racun.
 Tidak mengandung zat-zat kimiawi yang berlebihan.
 Cukup yodium.
 pH air antara 6,5 – 9,2.

Syarat bakteriologi, antara lain:


 Tidak mengandung kuman-kuman penyakit seperti disentri, tipus, kolera, dan
bakteri patogen penyebab penyakit.
 Pada umumnya kualitas air baku akan menentukan besar kecilnya investasi
instalasi penjernihan air dan biaya operasi serta pemeliharaannya. Sehingga
semakin jelek kualitas air semakin berat beban masyarakat untuk membayar
harga jual air bersih.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.


173/Men.Kes/Per/VII/1977, penyediaan air harus memenuhi kuantitas dan kualitas,
yaitu:
- Aman dan higienis.
- Baik dan layak minum.
- Tersedia dalam jumlah yang cukup.
- Harganya relatif murah atau terjangkau oleh sebagian besar masyarakat.

7
Mengenai parameter kualitas air baku, Depkes RI telah menerbitkan standar kualitas
air bersih tahun 1977 (Ryadi Slamet, 1984:122). Dalam peraturan tersebut standar air
bersih dapat dibedakan menjadi tiga kategori (Menkes No. 173/per/VII tanggal 3
Agustus 1977):
o Kelas A. Air yang dipergunakan sebagai air baku untuk keperluan air minum.
o Kelas B. Air yang dipergunakan untuk mandi umum, pertanian dan air yang
terlebih dahulu dimasak.
o Kelas C. Air yang dipergunakan untuk perikanan darat.

2.3.2 Kuantitas Debit Air Bersih

Persyaratan kuantitas dalam penyediaan air bersih adalah ditinjau dari


banyaknya air baku yang tersedia. Artinya air baku tersebut dapat digunakan untuk
memenuhi kebutuhan sesuai dengan kebutuhan daerah dan jumlah penduduk yang
akan dilayani. Persyaratan kuantitas juga dapat ditinjau dari standar debit air bersih
yang dialirkan ke konsumen sesuai dengan jumlah kebutuhan air bersih. Kebutuhan
air bersih masyarakat bervariasi, tergantung pada letak geografis, kebudayaan, tingkat
ekonomi, dan skala perkotaan tempat tinggalnya.
Syarat kuantitas air bersih artinya air bersih harus memenuhi standar yang
disebut standar kebutuhan air. Standar kebutuhan air adalah kapasitas air
yangdibutuhkan secara normal oleh manusia untuk memenuhi hajat hidupnya
seharihari. Standar kebutuhan air diperhitungkan berdasarkan pengamatan
pemakaianair bersih dalam kehidupan sehari-hari para konsumen. Kuantitas air bersih
harus dapat dimaksimalkan untuk memenuhi kebutuhan air bersih pada masa
sekarang dan masa mendatang.

2.3.3 Kontuinitas Air Bersih

Air baku untuk air bersih harus dapat diambil terus menerus dengan
fluktuasi debit yang relatif tetap, baik pada saat musim kemarau maupun musim
hujan. Kontinuitas juga dapat diartikan bahwa air bersih harus tersedia 24 jam per
hari, atau setiap saat diperlukan, kebutuhan air tersedia. Akan tetapi kondisi ideal
tersebut tidak dapat dipenuhi pada setiap wilayah di Indonesia, sehingga untuk
menentukan tingkat kontinuitas pemakaian air dapat dilakukan dengan cara

8
pendekatan aktifitas konsumen terhadap prioritas pemakaian air. Prioritas pemakaian
air yaitu minimal selama 12 jam per hari, yaitu pada jam-jam aktifitas kehidupan,
yaitu pada pukul 06.00 – 18.00. yang tidak ditentukan. Karena itu, diperlukan
reservoir pelayanan dan fasilitas energi yang siap setiap saat.
Sistem jaringan perpipaan didesain untuk membawa suatu kecepatan aliran
tertentu. Kecepatan dalam pipa tidak boleh melebihi 0,6-1,2 m/dt. Ukuran pipa harus
tidak melebihi dimensi yang diperlukan dan juga tekanan dalam sistem harus
tercukupi. Dengan analisis jaringan distribusi, dapat ditentukan dimensi atau ukuran
pipa yang diperlukan sesuai dengan tekanan minimum yang diperbolehkan agar
kuantitas aliran terpenuhi.
Kontinuitas aliran sangat penting ditinjau dari dua aspek. Pertama adalah
kebutuhan konsumen. Sebagian besar konsumen memerlukan air untuk kehidupan
dan pekerjaannya, dalam jumlah yang tidak ditentukan. Karena itu, diperlukan pada
waktu yang tidak ditentukan. Karena itu, diperlukan reservoir pelayanan dan fasilitas
energi yang siap setiap saat.

2.3.4 Tekanan Air Bersih

Konsumen memerlukan sambungan air dengan tekanan yang cukup, dalam


arti dapat dilayani dengan jumlah air yang diinginkan setiap saat. Untuk menjaga
tekanan air akhir pipa di seluruh daerah layanan, pada titik awal distribusi diperlukan
tekanan yang lebih tinggi untuk mengatasi kehilangan tekanan karena gesekan, yang
tergantung pada kecepatan aliran, jenis pipa, diameter pipa, dan jarak jalur pipa
tersebut.
Dalam pendistribusian air, untuk dapat menjangkau seluruh area pelayanan
dan untuk memaksimalkan tingkat pelayanan maka hal wajib untuk diperhatikan
adalah sisa tekanan air. Sisa tekanan air tersebut paling rendah adalah 5 mka (meter
kolom air) atau 0,5 atm (satu atm = 10 m), dan paling tinggi adalah 22 mka (setara
dengan gedung 6 lantai). Menurut standar dari Departemen Pekerjaan Umum, air
yang dialirkan ke konsumen melalui pipa transmisi dan pipa distribusi, dirancang
untuk dapat melayani konsumen hingga yang terjauh, dengan tekanan air minimum
sebesar 10 mka atau 1 atm. Angka tekanan ini harus dijaga, idealnya merata pada
setiap pipa distribusi. Jika tekanan terlalu tinggi akan menyebabkan pecahnya pipa,
serta merusak alat-alat plambing (kloset, urinoir, faucet, lavatory, dll). Tekanan juga

9
dijaga agar tidak terlalu rendah, karena jika tekanan terlalu rendah maka akan
menyebabkan terjadinya kontaminasi air selama aliran dalam pipa distribusi.

2.4 Kebutuhan air

Untuk menghitung kebutuhan air bersih yang diperlukan penduduk Desa


Kemantren, maka perlu diketahui standar kebutuhan air yang dipakai, fasilitas yang
akan dilayani baik domestik maupun non domestik serta proyeksi dari perkembangan
fasilitas-fasilitas tersebut.

2.4.1 Kebutuhan Air Domestik

Kebutuhan air yang digunakan pada tempat-tempat hunian pribadi untuk


memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti memasak, meminum, mencuci dan keperluan
rumah tangga lainnya. Satuan yang dipakai adalah liter/or/hari. Standar kebutuhan air
domestik dinyatakan dalam asumsi seperti pada tabel 2 yaitu kategori kebutuhan air
tipe rumah tangga.

Secara garis besar, pemakaian air dapat dikelompokan sebagai berikut :

Kebutuhan air domestik dibagi menjadi dua sambungan langsung dan sistem
sambungan tidak langsung dan dibagi menjadi dua bagian yaitu sambungan halaman
dan kran umum.

Tabel 2.1 Kebutuhan Air Bersih berdasarkan Kategori Kota

Kategori Keterangan Jumlah Penduduk Kebutuhan air rata-rata


Kota (ltr/org/hr)
I Kota Metropolitan Diatas 1 juta 190
II Kota Besar 500 - 1 juta 170
III Kota Sedang 100.000 - 500.000 150
IV Kota Kecil 20.000 - 100.000 130
V Desa 10.0 - 20.000 80

Sumber: Departemen Pekerjaan Umum RI Ditjen Cipta Karya (1994 : 40)

10
2.4.2 Kebutuhan Air Non Domestik

Kebutuhan non domestik ialah kebutuhan air bersih diluar kebutuhan rumah
tangga. Kebutuhan air non domestik antara lain :

a) Penggunaan Komersil dan Industri


Yaitu penggunaan oleh badan-badan komersil dan industri, baik industri besar
ataupun kecil.
b) Penggunaan Umum
Yaitu penanganan air untuk bangunan-bangunan pemerintah, rumah sakit,
sekolah, dan tempat ibadah.
Kebutuhan air non domestik untuk kota dapat dibagi dalam beberapa kategori
antara lain:
- Kota kategori I (Metro)
- Kota kategori II (Kota Besar)
- Kota kategori III (Kota Sedang)
- Kota kategori IV (Kota Kecil)
- Kota kategori V (Desa)

Tabel 2.2 Kategori Kebutuhan Air Non Domestik

NO
URAIAN KATEGORI KOTA BERDASARKAN JUMLAH JIWA
> 500.000 100.000 20.000 <
1.000.000 S/D S/D S/D 20.000
1.000.000 500.000 100.000

METRO BESAR SEDANG KECIL DESA


1 Konsumsi Unit
Sambungan 190 170 130 100 80
Rumah (SR)
l/org/hr

11
2 Konsumsi Unit
Hidran Umum 30 30 30 30 30
(HU) l/org/hr
3 Konsumsi Unit
Non Domestik 20 – 30 20 - 30 20 – 30 20 - 30 20 - 30
l/org/hr (%)
4 Kehilangan Air
(%) 20 – 30 20 - 30 20 – 30 20 - 30 20 - 30
5 Faktor Hari
Maksimum 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1
6 Faktor Jam
Puncak 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5
7 Jumlah Jiwa Per
SR 5 5 5 5 5
8 Jumlah Jiwa Per
HU 100 100 100 100 100
9 Sisa Tekan
Dipenyediaan 10 10 10 10 10
Distribusi (mka)
10 Jam Operasi 24 24 24 24 24
11 Volume
Reservoir (% 20 20 20 20 20
Max Day
Demand)
12 SR : HR 50:50 s/d 50:50 s/d
80:20 80:20 80:20 70:30 70:30
13 Cakupan
Pelayanan (%) *) 90 90 90 90 **) 70

 60% perpipaan, 30% non perpipaan

12
Sumber : Ditjen Cipta Karya; tahun 2000
 25% perpipaan, 45% non perpipaan

Kebutuhan air bersih non domestik untuk kategori I sampai dengan V dan
beberapa sektor lain adalah sebagai berikut :

Tabel 2.3 Kebutuhan Air Non Domestik

No Fasilitas Umum dan Jumlah Debit Asumsi Jumlah


Sosial (ltr/org/hari) pemakai

1 Balai Desa 1 2000 1 unit


(ltr/unit/hari)
2 Sekolah 3 15
170 murid
(ltr/murid/hari)
3 Masjid 1 800 1 unit
(ltr/unit/hari)
4 Musholla 5 300 1 unit
(ltr/unit/hari)
5 Warung/Toko 16 12 (ltr/unit/hari) 1 unit

Sumber: Standar Kebutuhan Air Minum (PU Cipta Karya, 1998)

2.4.3 Kebutuhan Air untuk Kepentingan Umum

Kebutuhan air untuk kepentingan umum adalah keperluan air untuk


kepentingan pemadaman kebakaran, penyiraman jalan-jalan dan lain-lain. Perkiraan
kebutuhan air untuk pemadam kebakaran didasari atas persamaan John R.Freeman.

Rumus : . Q = 1.020 P1/2 (1 - 0.01 P1/2)


Dimana : Q = debit (dalam GPm)
P = popuasi (dalam ribuan)

13
2.4.4 Kebutuhan Puncak

Kebutuhan puncak merupakan periode satu hari terdapat berjam-jam tertentu


dimana pemakaian airnya maksimum. Keadaan ini dicapai karena adanya pengaruh
pola pemkaian harian. Karakteristik pemakaian air ini sangat bergantung dari budaya
pemakaian air yang tergantung pada siklus kehidupan dari masyarakat.

2.5 Fluktuasi pemakaian air

Fluktuasi pemakaian air bersih disebabkan oleh pemakaian yang tidak tetap
pada suatu waktu. Sering kali pemakaian air lebih besar dari pemakaian air rata-rata,
juga pada saat lain biasanya lebih kecil. Hal ini terjadi karena perbedaan kebutuhan
dalam pemakaian air bersih baik dalam jumlah atau kuantitas pemakaian.

2.5.1 Kriteria Penentuan Fluktuasi Pemakaian Air

Faktor pemakaian air untuk hari maksimum (F1) berkisar antara 1-1,5 dan fluktuasi
pemakaian air pada jam puncak (F2) berkisar antara 1,5-2,5. Dalam perencanaan
diambil F1 = 1,2 dan F2 = 2.

2.5.2 Fluktuasi Kebutuhan Air

Untuk memperkirakan kebutuhan air pada jam puncak dan hari maksimum dihitung
berdasarkan:
- Kebutuhan Hari Maksimum
Qhr.max = Q rata-rata x faktor hari maksimum
- Kebutuhan Jam Puncak
Qjam.puncak = Qrata-rata x faktor hari puncak

2.6 Kriteria Perencanaan Teknis Sistem Distribusi Air Bersih

Sistem distribusi adalah sistem yang langsung berhubungan dengan konsumen,


yang mempunyai fungsi pokok mendistribusikan air yang telah memenuhi syarat ke

14
seluruh daerah pelayanan. Sistem distribusi air bersih terdiri atas perpipaan, katup-
katup, dan pompa yang membawa air yang telah diolah dari instalasi pengolahan
menuju pemukiman, perkantoran dan industri yang mengkonsumsi air. Juga termasuk
dalam sistem ini adalah fasilitas penampung air yang telah diolah (reservoir
distribusi), yang digunakan saat kebutuhan air lebih besar dari suplai instalasi, meter
air untuk menentukan banyak air yang digunakan, dan keran kebakaran.
Kriteria perencanaan teknis jaringan distribusi air bersih digunakan sebagai
pedoman dalam merencanakan jaringan distribusi air bersih, sehingga jaringan yang
direncanakan dapat memenuhi persyaratan teknis dan hidrolis serta ekonomis. Sistem
distribusi air bersih bertujuan untuk mengalirkan/membagikan air bersih ke seluruh
daerah pelayanan dengan merata dan berjalan secara terus menerus sesuai dengan
kebutuhan konsumen. Untuk kelancaran sistem pendistribusian tersebut, perlu
diperhatikan faktor-faktor berikut :
 Tersedianya tekanan yang cukup pada jaringan pipa distribusi, sehingga air
masih bisa mengalir ke konsumen dengan sisa tekanan yang cukup.
 Kuantitas air yang mencukupi kebutuhan penduduk/konsumen dan dapat
melayani 24 jam.
 Kualitas air bersih terjamin mulai dari pipa distribusi sampai ke konsumen.
Sistem distribusi air bersih merupakan jaringan perpipaan yang mengalirkan
air bersih dari sumber/instalasi ke daerah pelayanan.

2.6.1 Pertimbangan Pemilihan Jaringan Perpipaan


1. Kriteria Perencanaan
 Diameter pipa dihitung berdasarkan debit aliran puncak jam
(peak hour).
 Kecepatan aliran rata-rata aliran dalam pipa.
 Jalur perpipaan harus diatur sebagai berikut :
 Terletak di tanah pemerintah atau umum (misalnya di
pinggir jalur -umum).
 Pipa yang menyebrangi jalan umum harus dilindungi.

15
 Setiap sambungan (fitting) harus diberi bantalan (trust block)
yang ukurannya disesuaikan dengan kebutuhan.
 Ke dalam pipa minimal 90-120 cm untuk pipa diameter <
900 mm, dan 150 cm untuk pipa dengan diameter > 1000
mm.
 Tekanan yang terjadi dalam pipa tidak boleh melebihi 70%
tekanan pipa yang yang diijinkan.
 Tekanan minimum pada pipa induk adalah 1 kg/cm2.

2. Klasifikasi Jaringan Perpipaan Distribusi


Jaringan perpipaan merupakan suatu rangkaian pipa yang saling
terhubung satu sama lain secara hidrolis.Jaringan perpipaan air bersih
dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
 Pipa induk (pipa utama/primer)
 Pipa cabang (pipa sekunder)
 Pipa pelayanan (pipa tersier)
Tujuan dan pengklasifikasian jaringan perpipaan ini adalah untuk
memisahkan bagian jaringan menjadi suatu sistem hidrolis tersendiri
sehingga memberikan keuntungan seperti :
 Kemudahan dalam pengoperasian, sesuai dengan debit yang
mengalir.
 Mempermudah perbaikan jika terjadi kerusakan.
 Meratakan sisa tekanan dalam jaringan perpipaan,m sehingga
setiap daerah pelayanan mendapatkan sisa tekanan relatif tidak
jauh berbeda.
 Mempermudah pengembangan jaringan perpipaan, sehingga
jika dilakukan perluasan dan pengembangan tidak perlu
mengganti jaringan yang sudah ada, dengan catatan masih
memenuhi syarat kriteria hidrolis.

16
Jaringan perpipaan distribusi air bersih dapat diklasifikasikan sebagai
berikut
 Pipa Hantar Distribusi (Feeder System)
Pipa hantar dalam pipa distribusi biasanya memberikan bentuk
atau kerangka dasar sistem distribusi. Tidak dibenarkan sambungan
rumah pada sistem pipa hantar distribusi ini. Pipa hantar distribusi
dapat dibedakan menjadi sebagai berikut :
a. Pipa Induk Utama (Primary Feeder)
Pipa induk utama merupakan pipa distribusi yang mempunyai
jangkauan terluas dan diameter terbesar. Pipa ini melayani dan
membagikan ke tiap blok-blok pelayanan di daerah pelayanan,
dan disetiap blok memiliki satu atau dua titik penyadapan
(tapping) yang dihubungkan dengan pipa induk sekunder
(secondary feeder). Secara fisik pipa induk utama dibatasi
dengan:
- Dimensinya direncanakan untuk dapat mengalirkan air sampai
dengan akhir perencanaan dengan debit jam puncak.
- Tidak melayani penyadapan langsung ke konsumen.
- Jenis pipa yang dipilih harus mempunyai ketahanan tinggi.
b. Pipa Induk Sekunder (Secondary Feeder)
Merupakan pipa penghubung antara pipa induk dengan pipa yang
hirarki nya satu tingkat dibawahnya. Pipa ini meneruskan air dari
pipa induk utama ke tiap-tiap blok pelayanan. Pipa ini selanjutnya
mempunyai percabangan terhadap pipa servis. Secara fisik pipa
induk sekunder dibatasi sebagai berikut :
- Tidak melayani penyadapan langsung ke konsumen
- Dimensi dihitung berdasarkan banyaknya sambungan yang
melayani konsumen.
- Kelas pipa yang dipergunakan sama atau lebih rendah dari
pipa induk utama.

17
 Pipa Pelayanan (pipa tersier)
pipa yang menyadap dari pipa induk sekunder dan langsung
melayani konsumen. Diameter yang dipakai tergantung pada
besarnya pelayanan terhadap konsumen. Sistem pipa ini dibedakan
menjadi :
a. Pipa Cabang (Small Distribution Main)
Dapat mengalirkan langsung ke rumah dan dapat mengalirkan
ke pipa yang lebihkecil.
b. Pipa Service (Service Line)
Pipa ini merupakan pipa sambungan rumah.

3. Jenis Perlengkapan pipa


Pemilihan jenis pipa dilakukan dengan memperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
1) Ketentuan dan daya tahan terhadap tekanan yang terdiri dari :
- Tekanan dari dalam, yaitu tekanan statik dan water
hammer.
- Tekanan dari luar pipa, yaitu tekanan tanah dan air tanah,
serta beban dari tanah permukaan, misalnya lalu lintas dan
lain-lain.
2) Diameter yang tersedia di pasaran
3) Daya tahan terhadap korosif dari luar dan dalam
4) Kemudahan dan pengadaan, pengangkutan dan pemasangan di
daerah yang bersangkutan
5) Harga pipa dan pemeliharaan.
Berikut adalah jenis-jenis pipa yang dapat digunakan untuk pipa induk
adalah ACP (Asbestos cement Pipe), DCIP (Ductile Cast Iron Pipe), GIP
(Galvanis Iron Pipe), PVC (Poly Vynil Chloride) dan Steel Pipe.
- Pipa ACP (Asbestos Cement Pipe)

18
Jenis pipa ini dibuat dari campuran semen dan asbes, diameter
terkecilnya yaitu 130 cm dan daya tahan tekannya 3,5 kg/cm2 sampai 14
kg/cm2, tidak dipengaruhi asam, asin dan tahan terhadap material yang
bersifat korosif Akan tetapi mempunyai kelemahan yakni mudah retak
dan pecah selam perjalanan angkutan serta tidak tahan terhadap beban
luar.
- DCIP (Ductile Cast Iron Pipe)
Jenis pipa yang terbuat dari besi tuang yang dilapisi oleh lapisan anti
korosi Jenis pipa ini sangat kuat, berat, tahan lama tetapi harganya
mahal.
- GIP (Galvanis Iron Pipe)
- Jenis pipa ini dibuat dari baja atau besi tempa, umumnya tahan terhadap
beban luar maupun dalam dan umumnya digunakan pada saluran-saluran
yang memerlukan tiang penyangga di bawah jalan kereta api atau jalan
raya serta pada perlintasan sungai (jembatan pipa) Pipa ini tidak tahan
terhadap material korosif dan memerlukan banyak waktu untuk
penyambungan serta mahal harganya.
- PVC (Poly Vynil Chloride)
Pipa ini bersifat fleksibel, panjang pipa biasanya 6 meter. PVC anti karat
dan tahan terhadap zat kimia serta tidak mudah terbakar, sehingga dapat
diterapkan dalam pemasangan di rumah-rumah. Konstruksi pipa PVC
ringan sehingga mudah dalam transportasi dan biayanya lebih ekonomis,
sering dipergunakan sebagai pelindung kabel listrik dan telekomunikasi
karena pipa ini mempunyai sifat non-konduktifitas elektrik yaitu tidak
menghantarkan arus listrik. Permukaannya licin sehingga tidak
menghambat aliran air dan dapat mengurangi timbulnya endapan.

4. Perlengkapan Pipa
Perlengkapan pipa berfungsi agar jaringan perpipaan berjalan
dengan baik sesuai dengan kebutuhan yang diharapkan. Beberapa

19
perlengkapan perpipaan beserta fungsinya dapat diuraikan sebagai
berikut :
a. Katup (valve) Berfungsi untuk mengatur arah aliran dalam pipa
dan menghentikan aliran air terutama bila satu bagian jalur pipa
akan dites, diperiksa dan diperbaiki. Katup ditempatkan pada :
- Perlintasan pipa / jembatan pipa
- Pada setiap jarak 3000 m
- Setiap titik pengambilan / penyadapan, perubahan arah
aliran
- Titik penguras
b. Katup Pelepas Udara (Air Release Valve) Berfungsi untuk
membuang udara yang terakumulasi dalam pipa. Katup pelepas
udara ditempatkan pada :
- Tempat-tempat yang tinggi
- Jalur mendatar setiap jarak 75 m -100 m
- Jembatan pipa c.
c. Altitude Valve(Katup elevasi, pakai pelampung)
Digunakan pada tangki elevasi (menara air)., yang apabila tangki
terisi penuh akan menutup secara otomatis dan membuka jika
tekanan pada sistem distribusi lebih rendah daripada tekanan
dalam tangki.
d. Katup Penguras (Blow Oil Valves)
Berfungsi untuk menguras kotoran / Lumpur yang terakumulasi
pada pipa distribusi. Diameter blow off valve berkisar antara ¼ - ½
dan diameter pipa distribusi. Katup ini ditempatkan pada :
- Tempat - tempat yang rendah, dimana kotoran / lumpur akan
terakumulasi (akibat dari pengurasan / pembilasan pada pipa
dan interusi air jika terjadi perbaikan jaringan pada sistem
pipa)
- Ujung-ujung saluran yang mendatar dan menurun

20
- Penempatannya harus dekat dengan saluran pembuangan.
e. Blok penahan & Jangkar (Thrust Block & Angker)
Berfungsi untuk mengimbangi tekanan yang ditimbulkan oleh air,
sehingga peralatan (fitting) tidak bergerak jika diberikan tekanan.
Blok penahan ini akan memberikan atau memindahkan beban dan
fitting-fitting pada tanah sekitarnya. Penempatannya :
- Pada belokan
- Pada jalur pipa yang miring
- Pada perubahan dimensi pipa
- Ujung pipa
f. Sambungan (Fitting)
Berfungsi untuk :
- Menyambung pipa pada jenis dan ukuran pipa yang sama
ataupun berbeda, coupling joint, mechanical joint, reducer,
dsb.
- Mengubah dan membagi aliran digunakan : elbow/bend, tee,
cross joint, caps, plugs, atau blin flange.
g. Meter Air (Water Meter)
Berfungsi untuk mengukur kuantitas air yang digunakan oleh
konsumen. Ditempatkan pada :
- Sambungan ke rumah-rumah, digunakan untuk menghitung
pemakaian air perbulannya.
- Pada instansi, digunakan untuk mengetahui pemakaian air
oleh penduduk, mengetahui jumlah kebocoran air atau
mengevaluasi jumlah air yang hilang.
h. Stop Kran Berfungsi untuk mengatur aliran air pada saat operasi.
Penempatannya di titik awal pipa pelayanan dan dipasang seri
dengan water meter.
i. Kran Umum (Public Tap)

21
Berfungsi sebagai sarana pelayanan air bersih untuk keperluan
umum. Penempatannya ditentukan berdasarkan :
- Keadaan sosial ekonomi penduduk
- Kepadatan penduduk
- Kondisi daerah pelayanan
- Penempatan karan umum diusahakan pada daerah padat
penduduk yang tidak mungkin dilayani langsung.
j. Bangunan Perlintasan (Cross Way)
Dibuat apabila jaringan pipa melewati jalan raya, rel kereta api,
dan sungai.

2.6.2 Pemilihan Pola Jaringan Perpipaan


Pola jaringan sistem perpipaan distribusi air bersih umumnya, dapat diklasifikasikan
menjadi :
 Sistem jaringan melingkar (Grid System/Loop).
 Sistem jaringan cabang ( Branch System).
 Sistem kombinasi dri kedua sistem tersebut.
Bentuk sistem jaringan perpipaan tergantung pada pola jalan yang ada dan jalan
rencana, topografi, pola perkembangan daerah pelayanan dan lokasi instalasi
pengolahan.
1) Sistem Jaringan Perpipaan Melingkar
Sistem jaringan perpipaan melingkar terdiri dari pipa pipa induk dan pipa cabang
yang saling berhubungan satu sama lainnya dan membentuk loop (melingkar),
sehingga terjadi sirkulasi air ke seluruh jaringan distribusi. Dari pipa induk dilakukan
penyambungan (tapping) oleh pipa cabang dan selanjutnya dri pipa cabang dilakukan
pendistribusian untuk konsumen. Dari segi ekonomis sistem ini kurang
menguntungkan, karena diperlukan pipa yang lebih panjang, katup dan diameter pipa
yang bervariasi. Sedangkan dari segi hidrolis (pengaliran) sisten ini lebih baik karena
jika terjadi kerusakan pada sebagian blok dan selama diperbaiki, maka yang lainnya
tidak mengalami gangguan aliran karena masih dapat pengaliran dari loop lainnya.

22
Sistem jaringan perpipaan melingkar digunakan untuk daerah dengan karakteristik
sebagai berikut :
- Bentuk dan perluasannya menyebar ke seluruh arah
- Pola jaringan jalannya berhubungan satu dengan lainnya
- Elevasi tanahnya relatif datar
Kelebihan sistem jaringan perpipaan melingkar :
a. Setiap titik mendapat suplai dari dua arah.
b. Saat terjadi kerusakan pipa, air dapat disediakan dari arah lain.
c. Untuk memadamkan kebakaran, air tersedia dari segala arah.
d. Desain pipa mudah.

Kekurangan Jaringan perpipaan melingkar :

a. Membutuhkan lebih banyak pipa.

2) Sistem Jaringan Bercabang


Sistem jaringan bercabang terdiri dari pipa induk utama (main feeder)
disambungkan dengan pipa sekunder, lalu disambungkan lagi dengan pipa
cabang lainnya, sampai akhirnya pada pipa yang menuju ke konsumen. Dari segi
ekonomis sistem ini menguntungkan, karena panjang pipa lebih pendek dan
diameter pipa kecil. Namun dari segi teknis pengoperasian mempunyai
keterbatasan, diantaranya :
- Timbulnya rasa, bau akibat adanya ”air mati” pada ujung-ujung pipa cabang.
Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan pengurasan secara berkala dan
menyebabkan khilangan air yang cukup banyak.
- Jika terjadi kerusakan akan terdapat blok daerah pelayanan yang tidak
mendapatkan suplai air, karena tidak adanya sirkulasi air.
- Jika terjadi kebakaran, suplai air pada hidran kebakaran lebih sedikit, karena
alirannya satu arah. Sistem jaringan perpipaan bercabang digunakan untuk
daerah pelayanan dengan karakteristik sebagai berikut:
- Bentuk dan arah perluasan memanjang dan terpisah.

23
- Pola jalur jalannya tidak berhubungan satu sama lainnya.
- Luas daerah pelayanan relatif kecil.
- Elevasi permukaan tanah mempunyai perbedaan tinggi dan menurun secara
teratur.
Kelebihan Jaringan perpipaan Bercabang :
a. Sistem ini sederhana dan desain jaringan perpipaannya juga sederhana.

b. Cocok untuk daerah yang sedang berkembang.

c. Pengambilan dan tekanan pada titik manapun dapat dihitung denganmudah.

d. Pipa dapat ditambahkan bila diperlukan (pengembangan kota).

e. Dimensi pipa lebih kecil karena hanya melayani populasi yang terbatas.

f. Membutuhkan beberapa katup untuk mengoperasikan sistem.


Kekurangan Jaringan perpipaan Bercabang :
a. Saat terjadi kerusakan, air tidak tersedia untuk sementara waktu.

b. Tidak cukup air untuk memadamkan kebakaran karena suplai hanya dari pipa
tunggal.

c. Pada jalur buntu, mungkin terjadi pencemaran dan sedimentasi jika tidak ada
penggelontoran.

d. Tekanan tidak mencukupi ketika dilakukan penambalan areal ke dalam sistem


penyediaan air minum.

3) Sistem Jaringan Perpipaan Kombinasi


Sistem jaringan perpipaan kombinasi merupakan gabungan dari sistem
melingkar dan sistem bercabang. Sistem ini diterapkan untuk daerah
pelayanan dengan karakteristik :
- Kota yang sedang berkembang.
- Bentuk perluasan kota yang tidak teratur, demikian pula jaringan jalannya
tidak berhubungan satu sama lain pada bagian tertentu.

24
- Terdapat daerah pelayanan yang terpencil dan elevasi tanah yang bervariasi
Kelebihan Jaringan perpipaan Kombinasi :
a. Air dalam sistem mengalir bebas ke beberapa arah dan tidak terjadi stagnasi
seperti bentuk cabang.
b. Ketika ada perbaikan pipa, air yang tersambung dengan pipa tersebut tetap
mendapat air dari bagian yang lain.

c. Ketika terjadi kebakaran, air tersedia dari semua arah.

d. Kehilangan tekanan pada semua titik dalam sistem minimum.

Kekurangan Jaringan Perpipaan Kombinasi :


a. Perhitungan ukuran pipa lebih rumit.

b. Membutuhkan lebih banyak pipa dan sambungan pipa sehingga lebih mahal.

2.6.3 Sistem Pengaliran


Untuk mendistribusikan air minum kepada konsumen dengan kuantitas, kualitas
dan tekanan yang cukup memerlukan sistem perpipaan yang baik, reservoir, pompa
dan dan peralatan yang lain. Metode dari pendistribusian air tergantung pada kondisi
topografi dari sumber air dan posisi para konsumen berada. Menurut Howard S Peavy
et.al (1985, Bab 6 hal. 324-326) sistem pengaliran dalam sistem distribusi air bersih
dapat diklasifikasikan menjadi sebagai berikut:
1) Sistem Gravitasi
Sistem pengaliran dengan gravitasi dilakukan apabila elevasi sumber air
mempunyai perbedaan cukup besar dengan elevasi daerah pelayanan,
sehingga tekanan yang diperlukan dapat dipertahankandengan memanfaatkan
beda tinggi muka tanah, dalam hal ini jika daerah pelayanan terletak lebih
rendah dari sumber air atau reservoir. Untuk daerah pelayanan yang
mempunyai beda tinggi yang besar sistem gravitasi dapat digunakan karena
dengan beda tinggi yang besar untuk pengaliran kita dapat memanfaatkan
energi yang ada pada perbedaan elevasi tersebut tidak perlu pemompaan. Bila

25
digabungkan dengan sistem jaringan bercabang akan membentuk sistem yang
optimal, baik dari segi ekonomis maupun dari segi teknis karena hanya
memanfaatkan beda ketinggian lokasi.

2) Sistem Pemompaan
Sistem pengaliran dengan pemompan digunakan untuk meningkatkan tekanan
yang diperlukan untuk mendistribusikan air dari reservoir distribusi ke
konsumen. Sistem ini digunakan jika elevasi antara sumber air atau instalasi
pengolahan dan daerah pelayanan tidak dapat memberikan tekanan yang
cukup di daerah yang tidak mempunyai beda tinggi yang cukup besar dan
relatif datar. Perlu diperhitungkan besarnya tekanan pada sistem untuk
mendapatkan sistem pemompaan yang optimal, sehingga tidak terjadi
kekurangan tekanan yang dapat mengganggu sistem pengaliran, atau
kelebihan tekanan yang dapat mengakibatkan pemborosan energi dan
kerusakan pipa.

3) Sistem Kombinasi
Sistem ini merupakan sistem gabungan dari sistem gravitasi dan sistem
pemompaandigunakan untuk mempertahankan tekanan yang diperlukan
selama periode pemakaian tinggi dan pada kondisi darurat, misalnya saat
terjadi kebakaran, atau tidak adanya energi. Selama periode pemakaian
rendah, sisa air dipompakan dan disimpan dalam reservoir distribusi. Karena
reservoir distribusi digunakan sebagai cadangan air selama periode pemakaian
tinggi atau pemakaian puncak, maka pompa dapat dioperasikan pada kapasitas
debit rata-rata. Pada sistem kombinasi ini, air yang didistribusikan
dikumpulkan terlebih dahulu dalam reservoir pada saat permintaan air
menurun. Jika permintaan air meningkat maka air akan dialirkan melalui
sistem gravitasi maupun sistem pemompaan.

26
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Gambaran Umum


Kemantren adalah sebuah desa di wilayah Kecamatan Tulangan, Kabupaten
Sidoarjo, Provinsi Jawa Timur. Desa Kemantren ini memiliki luas keseluruhan adalah
151.950 km2 (1 km = 100 hektar), sebagian besar Desa Kemantren sudah tidak berupa
hutan melainkan sebagian tanah kosong dan persawahan saja. Desa Kemantren
termasuk dataran rendah, oleh karena itu sebagian dari penduduk bermata
pencaharian sebagai petani. Organisasi keagamaan yang berada di Desa Kemantren
Kecamatan Tulangan yang paling mendominasi ada 3 yaitu Nahdlatul Ulama,
Muhammadiyah, dan Lembaga Dakwah Islam Indonesia.
Secara admintratif Desa Kemantren termasuk dalam Kecamatan Tulangan
dengan batas administrasi sebagai berikut :
 Sebelah Utara : Desa Modong dan Desa Grinting
 Sebelah Timur : Desa Tulangan dan Desa Medalem
 Sebelah Selatan : Desa Sngopadu
 Sebelah Barat : Desa Kajeksan

3.2 Geografi, Topografi dan Geologi


Mayoritas masyarakat Desa Kemantren bekerja di sektor swasta, pegawai
negri sipil, dll. Desa Kemantren pun memiliki sentra kerajinan yaitu roti goreng yang
merupakan salah satu bentuk kerajinan masyarakat Kemantren. Di Desa Kematren
pun memiliki adat istiadat yang hingga saat ini masih terus dilestarikan seperti acara
ruwatan yang dilaksanakan setiap tahunnya tepatnya diselenggarakan pada bulan
ruwah dalam penanggalan Jawa. Biasanya diadakan penggelaran wyang kulit selam 1
hari 1 malam yang bertempat dibalai desa. Ada juga acara turun tanah yang dapat
dimaknai sebagai rasa syukur warga desa dengan memberikan shadaqoh agar rejeki
dapat ditambah. Karena masyarakat percaya bahwa jika bershadaqoh akan menambah

27
rejeki bukan mengurangi rejeki tersebut dan dapat diistilahkan untuk keselamatan
masyarakat desa. Keunggulan desa Kemantren dalah :
 Ditempati stasiun kereta di stasiun Kemantren
 Angkutan yang melalui desa Kemantren ada satu jurusan yang
menghubungkan antara Sidoarjo – Tulangan
 Mayoritas masyarakat sudah berpendidikan dalam pengertian telah melek
akan pendidikan

3.2.1 Aspek Demografi


Jumlah penduduk Desa Kematren berdasarkan hasil pendataan tahun
2017, sebagaimana table di bawah ini :

Tabel 3.1 Jumlah Penduduk RW 02 Desa Kemantren

No. Desa Kemantren Jumlah Jiwa


1. RT 01 236
2. RT 02 414
3. RT 03 259
4. RT 04 415
5. RT 05 423
6. RT 06 400
7. RT 07 315
8. RT 08 415
9. RT 09 443
10. RT 10 245
TOTAL 3.565 Jiwa

28
Berdasarkan data pada tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk
keseluruhan di Desa Kemantren sebanyak 3.565 orang/jiwa. dan berikut ini jumlah
penduduk Desa Kemantren dalam 5 Tahun Terakhir tersaji pada Tabel 3.2

Tabel 3.2 Jumlah Penduduk dalam 5 Tahun Terakhir


No Tahun Jumlah Penduduk

1 2013 2.956 Jiwa


2 2014 2.987 Jiwa
3 2015 3.298 Jiwa
4 2016 3.535 Jiwa
5 2017 3.565 Jiwa

Tabel 3.3 Jumlah Penduduk Desa Kematren

Hasil Sensus Penduduk 2017


Penduduk Jumlah Penduduk
Laki-Laki 1.765 Jiwa
Perempuan 1.715 Jiwa
Pendatang 45 Jiwa
Urbanisasi 40 Jiwa
TOTAL 3.565 Jiwa

Tabel 3.4 Jumlah Kepala Keluarga Kematren 2017


Status Keluarga Jumlah
Kepala Keluarga 728 KK
Kepala Keluarga Perempuan 75 KK
Keluarga Miskin 132 KK
JUMLAH TOTAL 935 KK

29
Tabel 3.5 Jumlah Penduduk Berdasarkan Struktur Usia

Tahun Jumlah Penduduk


<1 32 Jiwa
1-4 725 Jiwa
5-14 775 Jiwa
15-39 672 Jiwa
40-64 706 Jiwa
>65 655 Jiwa
JUMLAH TOTAL 3.565Jiwa

3.2.2 Aspek Ekonomi


Penduduk Kabupaten Sidoarjo jika dilihat dari aspek ekonomi, banyak
yang menggantungkan kehidupannya pada sektor Swasta. Sebagaimana yang terlihat
pada tabel di bawah ini :

Tabel 3.6 Jumlah Penduduk Menurut Pekerjaan

Jumlah Penduduk
Pekerjaan
Laki-laki Perempuan
Petani 172 Jiwa 27 Jiwa
Nelayan 0 Jiwa 0 Jiwa
Buruh Tani/Nelayan 62 Jiwa 40 Jiwa
Buruh Pabrik 1246 Jiwa 637 Jiwa
PNS 21 Jiwa 26 Jiwa
Pegawai Swasta 114 Jiwa 32 Jiwa
Wiraswasta/Pedagang 178 Jiwa 56 Jiwa
Lainnya 21 Jiwa 0 Jiwa

30
Tabel 3.7 Warga Penyadang Kebutuhan Khusus

Data Warga Penyadang Jumlah Penduduk


Kebutuhan Khusus Laki – laki Perempuan
Jumlah penyadang kebutuhan khusus
(Contoh : Tunanetra, Tunarungu,
7 Jiwa 6 Jiwa
Tunawicara, Dll tidak termasuik gila
atau penyakit jiwa lainnya)

Dari tabel di atas dapat kita ketahui. Bahwa berdasarkan jenis pekerjaan suatu
Desa bisa kita peroleh suatu gambaran ekonomi dalam Desa tersebut. Jenis pekerjaan
dalam Desa Kemantren yang paling dominan dimiliki oleh sektor buruh pabrik.
penduduk Desa Kemantren yang bergerak pada sektor buruh pabrik dimiliki oleh
1.883 jiwa.
Sedangkan untuk peringkat kedua dimiliki oleh kelompok pedagang. Artinya
bahwa masyarakat di Desa Kemantren banyak yang bergerak dalam dunia
perdagangan. Angka yang menunjukkan bahwa Warga Desa Kemantren bekerja
dalam sektor perdagangan sampai 234 Jiwa. Peringkat ketiga sektor pekerjaan yang
banyak dimiliki oleh kelompok warga Desa Kemantren adalah dalam sektor
Pekerjaan Petani

3.2.3 Aspek sosial


Realitas kehidupan sosial adalah bagian dari perilaku dan pola dari
masyarakat. Di dalam kehidupan sosial yang menyangkut khalayak umum tentu tidak
sedikit permasalahan yang lahir, sebagai konsekuensi dari banyaknya penduduk.
Permasalahan sosial yang mudah dijumpai dan hampir di setiap tempat ada yakni
masalah Pengangguran dalam Desa Kemantren hal ini merupakan permasalahan yang
perlu diperhatikan agar mereka memperoleh kesejahteraan yag lebih layak.

31
3.2.4 Aspek Keagamaan
Penduduk Desa Kemantren terdiri dari beberapa agama sebagaima agama
yang diakui oleh Negara. Keberagamaan agama itu memiliki penganut tersendiri.
Beberapa agama yang terdapat di Desa Kemantren dan jumlah pemeluknya terdiri
dari; Pertama, agama Islam dengan jumlah pemeluk 5.135 jiwa. Kedua, agama
Kristen dengan jumlah pemeluk 990 jiwa
Uraian singkat diatas, memberikan gambaran pada kita bahwa jumlah agama
berdasarkan penganutnya yang paling banyak terdapat pada agama islam.
sebagaimana terlihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.8 Jumlah Penduduk Menurut Agama

Agama Jumlah
Islam 2.875 Jiwa

Kristen 690 Jiwa

TOTAL 3.565 Jiwa

Tabel di atas menunjukkan bahwa masyarakat Kabupaten Sidoarjo memiliki


tingkat religiusitas yang tinggi. Sebab dari jumlah penduduk yang berjumlah 3.565
jiwa, 2.875 beragama islam. Disamping agama Islam menjadi agama mayoritas warga
Desa Kemantren juga didukung dengan adanya Masjid/musholah yang berada di desa
ini.
3.2.5 Aspek sosial politik
Konstelasi politik di Desa Kemantren bisa kita identifikasi melalui pemilihan
Lurah/Kepala Desa. Dalam pemilihan kepala desa, terdapat kegiatan menawarkan
visi, misi dan program pasangan calon dan/atau informasi lainnya yang bertujuan
untuk mengenalkan atau meyakinkan pemilih. Pada Pemilihan Lurah/Kepala Desa,
kampanye merupakan tahapan yang juga sangat krusial karena masa ini adalah masa

32
dimana pusat perhatian publik tertuju, baik dari peserta Pemilihan Lurah/Kepala
Desa, pemantau Pemilkades, maupun warga yang ikut memilh.

3.3 Fasilitas Umum dan Sosial

Data Fasilitas umum dan sosial pada Desa Dampa’an sebagai berikut :

Tabel 3.9 Fasilitas Umum dan Sosial

No Fasilitas Umum Jumlah Fasilitas


umum

1. Balai desa 1
2. Sekolah 3
3. Masjid 1
4. Musholah 3
5. Industri Mikro/Kecil/Sedang 18
6. Puskesmas 1
7. Posyandu 4
8. TPS 1
9. Toko/Warung Klontong 23
10. Koprasi 1

3.3.1 Tata Guna Lahan

Berdasarkan penggunaan lahan tahun 2017 yang telah diamati, Desa


Kemantren adalah sebagai berikut :

a. Kawasan Perkampungan
Seperti diketahui Desa Kemantren sebagai perkampungan dengan lingkungan
yang asri dan nyaman. Perkampungan dilengkapi juga fasilitas umum dan sosial
lainnya.

33
b. Kawasan sekolah
Terdapat sekolah PAUD, TK dan MI di dalam Desa Dampa’an.
c. Kawasan Tempat Ibadah
Ada sebuah Masjid besar dan ada 3 unit Musholah dalam kawasan Desa
Kemantren.

3.4 Proyeksi Jumlah Penduduk


Dalam merencanakan sistem distribusi air minum ada beberapa dasar
perencanaan yang harus diperhatikan. yaitu dengan metoda proyeksi. Metoda
proyeksi yang digunakan adalah Metoda Geometri, dengan perencanaan dibagi
menjadi 10 tahun perencanaan. Perhitungan Presentase adalah sebagai berikut :

𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 2017 𝑥 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 2016


r= 𝑥 100
𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 2016
3.565 𝑥 3.535
r= 𝑥 100
3.535

r = 0,84 %

Berikut ini adalah hitungan rencana proyeksi perumbuhan penduduk Desa


Kemantren dan tiap-tiap RT dalam 10 tahun terdepan (2027).

34
1. Jumlah Penduduk Desa Kemantren Dit : Pt.....?
RW 02 (jumlah penduduk setelah 10 tahun)
Diket : Po = 3.565 jiwa Jawab: Pt = Po (1+r)n
n = 10 tahun Pt = 414 (1+0,84%)10
r = 0,84 % Pt = 414 (1,0084)10
Dit : Pt.....? Pt = 414 (1,0873)
(jumlah penduduk setelah 10 tahun) Pt = 450 jiwa
n
Jawab: Pt = Po (1+r)
4. Jumlah Penduduk RT 03
Pt = 3.565 (1+0,84%)10
Diket : Po = 259 jiwa
Pt = 3.565 (1,0084)10
n = 10 tahun
Pt = 3.565 (1,0873)
r = 0,84 %
Pt = 3.876 jiwa Dit : Pt.....?
(jumlah penduduk setelah 10 tahun)

2. Jumlah Penduduk RT 01
Jawab: Pt = Po (1+r)n
Diket : Po = 236 jiwa
Pt = 259 (1+0,84%)10
n = 10 tahun
Pt = 259 (1,0084)10
r = 0,84 %
Pt = 259 (1,0873)
Dit : Pt.....?
(jumlah penduduk setelah 10 tahun) Pt = 282 jiwa
Jawab: Pt = Po (1+r)n 5. Jumlah Penduduk RT 04
Pt = 236 (1+0,84%)10
Diket : Po = 415 jiwa
Pt = 236 (1,0084)10
n = 10 tahun
Pt = 236 (1,0873)
r = 0,84 %
Pt = 257 jiwa Dit : Pt.....?
3. Jumlah Penduduk RT 02 (jumlah penduduk setelah 10 tahun)
Diket : Po = 414 jiwa Jawab: Pt = Po (1+r)n
n = 10 tahun Pt = 415 (1+0,84%)10
r = 0,84 % Pt = 415 (1,0084)10

35
Pt = 415 (1,0873) r = 0,84 %
Dit : Pt.....?
Pt = 451 jiwa
(jumlah penduduk setelah 10 tahun)
6. Jumlah Penduduk RT 05
Jawab: Pt = Po (1+r)n
Diket : Po = 423 jiwa
Pt = 315 (1+0,84%)10
n = 10 tahun
Pt = 315 (1,0084)10
r = 0,84 %
Pt = 315 (1,0873)
Dit : Pt.....?
Pt = 342 jiwa
(jumlah penduduk setelah 10 tahun)
Jawab: Pt = Po (1+r)n 9. Jumlah Penduduk RT 08
Pt = 423 (1+0,84%)10 Diket : Po = 415 jiwa
Pt = 423 (1,0084)10 n = 10 tahun
Pt = 423 (1,0873) r = 0,84 %

Pt = 460 jiwa Dit : Pt.....?


(jumlah penduduk setelah 10 tahun)

7. Jumlah Penduduk RT 06
Jawab: Pt = Po (1+r)n
Diket : Po = 400 jiwa
Pt = 415 (1+0,84%)10
n = 10 tahun
Pt = 415 (1,0084)10
r = 0,84 %
Pt = 415 (1,0873)
Dit : Pt.....?
(jumlah penduduk setelah 10 tahun) Pt = 451 jiwa

Jawab: Pt = Po (1+r)n 10. Jumlah Penduduk RT 09


Pt = 400 (1+0,84%)10 Diket : Po = 443 jiwa
Pt = 400 (1,0084)10 n = 10 tahun
Pt = 400 (1,0873) r = 0,84 %

Pt = 435 jiwa Dit : Pt.....?


(jumlah penduduk setelah 10 tahun)
8. Jumlah Penduduk RT 07
Jawab: Pt = Po (1+r)n
Diket : Po = 315 jiwa
Pt = 443 (1+0,84%)10
n = 10 tahun
Pt = 443 (1,0084)10

36
Pt = 443 (1,0873) Dit : Pt.....?
(jumlah penduduk setelah 10 tahun)
Pt = 482 jiwa
Jawab: Pt = Po (1+r)n
11. Jumlah Penduduk RT 10
Pt = 245 (1+0,84%)10
Diket : Po = 245 jiwa
Pt = 245 (1,0084)10
n = 10 tahun
Pt = 245 (1,0873)
r = 0,84 %
Pt = 266 jiwa

Tabel 3.10 Hasil Proyeksi Penduduk

Po (penduduk
Pt (penduduk 2027)
No RT 2017)
Jiwa
Jiwa
1. Desa Kemantren 3.565 3876
2. RT 01 236 257
3. RT 02 414 450
4. RT 03 259 282
5. RT 04 415 451
6. RT 05 423 460
7. RT 06 400 435
8. RT 07 315 342
9. RT 08 415 451
10. RT 09 443 482
11. RT 10 245 266

37
3.5 Penentuan Kebutuhan Air Bersih Total
a. Penduduk di Desa Kemantren pada tahun 2027 sebanyak 3.876 jiwa.
b. Kebutuhan 150 (ltr/org/hari)
c. Kebocoran 20%
d. F hm diasumsikan 120%
e. F jm diasumsikan 200%
f. Kecepatan aliran yang digunakan adalah 1 m/dt.

Berikut adalah perhitungan untuk mengetahui tingkat kebocoran yang akan


terjadi pada saat pengaliran air ke warga Desa Kemantren.

a Kebutuhan Domestik

Qdom = Jumlah penduduk x Kebutuhan air rata-rata


Qdom = 3.876 x 150 lt/org/hr
Qdom = 581.400 lt/hr

b Buangan Non Domestik


Q non domestik = Σ unit X Debit X Asumsi jml pemakai
Q Balai Desa = 1 x 150 x 10 = 1.500 lt/hr
Q Sekolah = 3 x 15 x 150murid = 7.650 lt/hr
Q Masjid = 1 x 800 x 1 = 800 lt/hr
Q Musholla = 5 x 300 x 3 = 4.500 lt/hr
Q Warung/Toko = 23 x 12 x 1 = 276 lt/hr
Q Puskesmas = 1 x 25 x 10 = 250 lt/hr

Total keseluruhan adalah 14.976 lt/hr

c Kebocoran Air (Q kebocoran)


Q kebocoran = 20 % x (Q domestik + Q nondomestik)
Q kebocoran = 20 % x (581.400 + 14.976)
Q kebocoran = 0,2 x 596.376
Q kebocoran = 119.275,2 lt/hari

38
d Kebutuhan Air Rata-Rata Harian (Qrh)
Qrh = Q domestik + Q nondomestik + Q kebocoran
Qrh = 581,400 + 14.976 + 119.275,2
Qrh = 715651,2 lt/hari
= (715651,2 x 10-3 m3) / 86.400

= 0,0083 m3/detik

e Kebutuhan Air Hari Maksimum (Qhm)


Qhm = F hm x Qrh
Qhm = 120 % x 0,0083 m3/detik
Qhm = 0,00996 m3/detik

f Kebutuhan Air Jam Maksimum (Qpeek)


Qpeek = F jm x Qhm
Qpeek = 200 % x 0,00996 m3/detik
Qpeek = 0,01992 m3/detik

Tabel 3.11 Kuantitas Kebutuhan Air

Tahun Q rh Q hm Q Peek
(m3/detik) (m3/detik) (m3/detik)
2027 0,00022 0,000264 0,01992

Tabel 3.12 Debit Masing-masing Pipa


NAMA JUMLAH Q
NO AREA PIPA PENDUDUK %JP (m³/detik)
1. RT 10 BL 266 6,86 0,00136

39
2. RT 9 BK 482 12,43 0,00247
3. RT 8 BJ 451 11,63 0,00231
4. RT 7 BI 342 8,82 0,00175
5. RT 6 BH 435 11,22 0,00223
6. RT 5 BG 460 11,86 0,00236
7. RT 4 BF 451 11,63 0,00231
8. RT 3 BE 282 7,27 0,00144
9. RT 2 BD 450 11,60 0,00231
10. RT 1 BC 257 6,63 0,00132
Jumlah 3.876 100 0,01992

PIPA INDUK AB
Q =AxV
Q = 0,25 x 𝝅 x D2 x V
0,01992= 0,25 x 3,14 x D2 x 1
D = √0.01992/(0,25 x 3.14 x 1)
D = 0,18 m
= 7,08 inch
1
=74 dim

Tabel 3.13 Diameter Masing-masing Pipa Jaringan

No. NAMA PIPA JUMLAH %PJ Q D (m) D


AREA PENDUDUK (m3/detik) (dim)
1. RT 10 BL 266 6,86 0,00136 0,0469 2
2. RT 09 BK 482 12,43 0,00247 0,0633 1
22

3. RT 08 BJ 451 11,63 0,00231 0,0612 1


22

4. RT 07 BI 342 8,82 0,00175 0,0532 1


24

40
5. RT 06 BH 435 11,22 0,00223 0,0601 1
22

6. RT 05 BG 460 11,86 0,00236 0.0618 1


22

7. RT 04 BF 451 11,63 0,00231 0,0612 1


22

8. RT 03 BE 282 7,27 0,00144 0,0483 2


9. RT 02 BD 450 11,60 0,00231 0,0612 1
22

10 RT 01 BC 257 6,63 0,00132 0,0462 2


JUMLAH 3.876 100 0,01992

3.6 Kriteria Perencanaan Teknis Sistem Distribusi Air Bersih


Kriteria perencanaan teknis jaringan distribusi air bersih digunakan sebagai
pedoman dalam merencanakan jaringan distribusi air bersih, sehingga jaringan yang
direncanakan dapat memenuhi persyaratan teknis dan hidrolis serta ekonomis. Sistem
distribusi air bersih bertujuan untuk mengalirkan/membagikan air bersih ke seluruh
daerah pelayanan dengan merata dan berjalan secara terus menerus sesuai dengan
kebutuhan konsumen. Untuk kelancaran sistem pendistribusian tersebut, perlu
diperhatikan faktor-faktor berikut:
 Tersedianya tekanan yang cukup pada jaringan pipa distribusi, sehingga
air masih bisa mengalir ke konsumen dengan sisa tekanan yang cukup.
 Kuantitas air yang mencukupi kebutuhan penduduk/konsumen dan dapat
melayani 24 jam.
 Kualitas air bersih terjamin mulai dari pipa distribusi sampai ke
konsumen.

3.6.1 Pertimbangan Pemilihan Jaringan Perpipaan


1. Kriteria Perencanaan
 Diameter pipa dihitung berdasarkan debit aliran puncak jam (peak hour)
 Kecepatan aliran rata-rata aliran dalam pipa

41
 Jalur perpipaan harus diatur sebagai berikut :
- Terletak di tanah pemerintah atau umum (misalnya di pinggir jalur
umum).
- Pipa yang menyebrangi jalan umum harus dilindungi
 Setiap sambungan (fitting) harus diberi bantalan (trust block) yang
ukurannya disesuaikan dengan kebutuhan.
 Kedalam pipa minimal 90-120 cm untuk pipa diameter <9000 mm, dan 150
cm untuk pipa dengan diameter > 1000 mm
 Tekanan yang terjadi dalam pipa tidak boleh melebihi 70% tekanan pipa
yang diijinkan
 Tekanan minimum pada pipa induk adalah 1 kg/cm2

2. Klasifikasi Jaringan Perpipaan


Jaringan perpipaan air bersih dapat diklarifikasi sebagai berikut :
 Pipa induk (pipa utama/primer)
 Pipa cabang (pipa sekunder)
 Pipa pelayanan (pipa tersier)
Tujuan dan pengklasifikasikan jaringan perpipaan ini adalah untuk
memisahkan bagian jaringan menjadi suatu system hidrolis tersendiri sehingga
memberikan keuntungan seperti :
 Kemudahaan dalam pengoprasian, sesuai dengan debit yang mengalir
 Mempermudah perbaikan jika terjadi kerusakan
 Meratakan sisa tekanan dalam jaringan perpipaan, sehingga setiap
daerah pelayanan mendapatkan sisa tekanan relative tidak jauh berbeda.
 Mempermudah pengembangan jaringan perpipaan, sehingga jika
dilakukan perluasan dan pengembangan tidak perlu mengganti jaringan
yang sudah ada, dengan catatan masih memenuhi syarat criteria hidrolis.

42
3. Jenis pipa yang digunakan
a. Pipa Induk Utama (Primary System)
Pipa induk utama adalah pipa distribusi yang mempunyai jangkauan
terluas dan diameter terbesar. Pipa ini melyani jangkauan terluas dan
diameter terbesar. Pipa ini melayani dan membagikan ke tiap blok-blok
pelayanan di daerah pelayanan, dan setiap blok memiliki satu atau dua
titik penyadapan (tapping) yang dihubungkan dengan pipa induk sekunder
(secondary feeder). Pipa induk ini menggunakan pipa PVC (Poly Vynil
Chloride), karena pipa ini bersifat fleksibel, panjang pipa biasanya 6
meter. PVC anti karat dan tahan terhadap zat kimia serta tidak mudah
terbakar, sehingga dapat diterapkan dalam pemasangan dirumah-rumah.

b. Pipa Induk Sekunder (Secondary Feeder)


Merupakan jenis hantaran yang ke dua dari suatu system jaringan. Pipa
ini meneruskan air dari pipa induk utama ke tiap-tiap blok pelayanan.
Pipa ini selanjutnya mempunyai percabangan terhadap pipa servis. Pada
pipa ini menggunakan pipa cabang (Small Distribution Main) karena
mengalirkan langsung ke rumah dan dapat mengalirkan ke pipa yang
lebih kecil.

c. Sedangkan untuk sistem distribusinya menggunakan sistem berkelanjutan


atau dengan sistem kontinu karena pada daerah ini merupakan daerah
yang padat penduduk dan air baku yang digunakan juga ada terus
menerus atau juga kontinu.

d. Jenis saluran yang digunakan yaitu saluran tertutup dikarenakan kondisi


topografi (dataran rendah) tidak memung-kinkan air dialirkan melalui
open channel atau saluran terbuka.

43
e. Tipe pengaliran menggunakan sistem pemompaan dikarenakan beda
elevasi antara sumber sir atau instalasi dengan daerah pelayanan tidak
dapat memberikan tekanan yang cukup, sehingga air yang akan
didistribusikan dipompa langsung ke jaringan pipa system distribusi. Atau
dengan kata lain daerah Tulangan ini merupakan daerah dengan dataran
rendah.

Gambar 1 Sistem Cabang

3.7 Penentuan Tekanan Hidrolik

Untuk menghitung tekanan hidrolik minimum, sistem yang digunakan adalah


jaringan atau jalur yang terpanjang. Jenis pipa yang digunakan adalah PVC (C=140)
sesuai pada table berikut ini.

Untuk diameter pipa yang lain dapat dihitung dengan cara seperti ini.
Untuk menghitung tekanan hidrolik minimum, maka system yang digunakan adalah
jaringan atau jalur yang terpanjang.

44
Jalur atas = ABCDEFGH
= AB + BC + BD + BE + BF + BG + BH
= 2 km + 3 km + 3,5 km + 3 km + 4 km + 4,5 km + 5,5 km = 25,5 km
(Terpanjang)
Jalur bawah = ABIJKL
= AB + BI + BJ + BK + BL
= 2 km + 4 km+ 3,5 km + 3 km + 2.8 km = 15,3 km

Sehingga perhitungan tekanan hidrolik menggunakan Pipa atas dengan panjang


m. Perhitungan dilakukan dengan rumus sebagai berikut :

𝑄 1,85
Hf = (0,2785 𝑥 𝐷2,63 𝑥 𝐶)1,85 𝑥 𝐿

Diket : Q AB = 0,01992 m3/dt


D AB = 0,18 m
L = 25.500 m
C = 140

Ditanya : Hf AB = ?

𝑄 1,85
Jawab :Hf = (0,2785 𝑥 𝐷2,63 𝑥 𝐶)1,85 𝑥 𝐿

0,019921,85
Hf = (0,2785 𝑥 0,182,63 𝑥 140)1,85 𝑥 25.500

0,000713979
= 14,78399287 𝑥 25.500

Hf = 1,231499 m

Jadi kehilangan tenaga minimum yaitu 1,231499 m

Untuk perencanaan tekanan pipa terjauh agar distribusi air memenuhi maka :

= Pipa Terjauh + Hf + Estimasi

= 25.500 m + 1,231499 m + 10 m = 25511,23 m

Sehingga Resevoir Tekanan panjang pipa yaitu 25511,23

45
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Air bersih merupakan kebutuhan dasar manusia, sehingga ketersediaannya
sangat penting. Pemanfaatannya tidak hanya terbatas untuk keperluan rumah tangga,
tetapi juga untuk fasilitas umum, sosial maupun ekonomi. Kebutuhan air bersih akan
terus meningkat seiring dengan perkembangan manusia. Dengan adanya pertumbuhan
penduduk, terjadi dinamika dalam masyarakat baik dalam segi kepadatan, sosial
maupun ekonomi, sehingga kebutuhan air bersih pun akan meningkat.
Hal yang paling mendasar ikut mempengaruhi ketersediaan air pada suatu
daerah adalah kondisi geografis dan topografi dari daerah yang bersangkutan.
Sebagaimana terjadi juga pada Kabupaten Sidoarjo yang terletak di Jawa Timur.
Secara administratif, Kabupaten Sidoarjo terbagi atas 18 kecamatan, 322 desa dan 31
kelurahan. Sementara itu desa-desa di Kabupaten Sidoarjo terbagi menjadi desa
pedesaan (rural area) dan desa perkotaan (urban area). Di perkotaan sendiri
lingkungannya terbagi menjadi dua, yaitu perkampungan dan perumahan (Real
Estate). Dalam makalah ini akan dibahas perencanaan sistem distribusi air minum di
Desa Kemantren RW 02 yang berada di Kecamatan Tulangan, Kabupaten Sidoarjo.
Kemantren adalah sebuah desa di wilayah Kecamatan Tulangan, Kabupaten
Sidoarjo, Provinsi Jawa Timur. Desa Kemantren ini memiliki luas keseluruhan adalah
151.950 km2 (1 km = 100 hektar), sebagian besar Desa Kemantren sudah tidak berupa
hutan melainkan sebagian tanah kosong dan persawahan saja. Desa Kemantren
termasuk dataran rendah, oleh karena itu sebagian dari penduduk bermata
pencaharian sebagai petani.

46
Jumlah penduduk Desa Kematren berdasarkan hasil pendataan tahun 2017,
sebagaimana table di bawah ini :

Tabel 3.1 Jumlah Penduduk RW 02 Desa Kemantren

No. Desa Kemantren Jumlah Jiwa


1. RT 01 236
2. RT 02 414
3. RT 03 259
4. RT 04 415
5. RT 05 423
6. RT 06 400
7. RT 07 315
8. RT 08 415
9. RT 09 443
10. RT 10 245
TOTAL 3.565 Jiwa

Berdasarkan hasil perhitungan pipa distribusi dengan jumlah penduduk


3.565 Jiwa, maka kebutuhan domestik 581.400 lt/hari dan buangan non domestik
adalah 14.976 lt/hari. Mengalami kebocoran air 119.275 lt/hari, sehingga
menghasilkan kebutuhan air rata-rata harian 0,0083 m3/detik. Kebutuhan air hari
maksimum adalah 0,00996 m3/detik dan kebutuhan air jam maksimum adalah
0,01992 m3/detik.
Diameter pipa primer adalah 0,18 m. Menghitung tekanan hidrolik
menggunakan pipa terpanjang yaitu 25,5 km sehingga menghasilkan kehilangan
tenaga minimum yaitu 1,231499 m. Untuk perencanaan pipa terjauh agar distribusi
memenuhi menghasilkan reservoir dengan tekanan panjang pipa yaitu 25511,23 m.

47
DAFTAR PUSTAKA

Arthaagatha. 2012. Makalah Air Bersih.

Darmasetiawan, Martin. 2004. Perencanaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA).


Jakarta: Ekamitra Engineering. Excelplas Australia. 2003.

Departemen Kimpraswil (2002). Pedoman/Petunjuk Teknik dan Manual, Bagian: 4


(Volume 1) Air Bersih Pedesaan, Badan Penelitian dan Pengmbangan,
Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, Jakarta.

Indarjanto Hariwiko (2008). Pengelolahan Sistem Distribusi dan Pengolahan Air


Bersih, Bahan Kuliah: Magister Teknik Prasarana Lingkungan Permukiman,
Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya.

Suriawiria, U. 1996. Mikrobiologi Air dan Dasar-dasar Pengelolahan Air Buangan


Secara Biologis, Penerbit Alumni, Bandung.

Suriawaria, Unus. 1996. Air dalam Kehidupan dan Lingkungan yang Sehat. Penerbit
Alumni. Bandung.

Sutrisno, T. dan E. Suciastuti. 2002. Teknologi Penyediaan Air Bersih, Rineka Cipta
Jakarta.

48

Anda mungkin juga menyukai