Anda di halaman 1dari 41

Praktikum Perpindahan Panas Semester Gasal 2015-2016

ABSTRAK

Dalam kehidupan sehari-hari, sering kita jumpai fenomena mengenai


kekekalan energi. Salah satunya adalah fenomena perpindahan panas.
Perpindahan panas adalah fenomena berpindahnya energi dari suatu tempat ke
tempat lain akibat adanya perbedaan temperature. Alat penukar panas (heat
exchanger) adalah alat yang berfungsi untuk melaksanakan perpindahan energi
panas dari suatu aliran fluida ke aliran fluida lain. Salah satu contoh sederhana
dari alat penukar panas adalah radiator mobil di mana cairan pendingin
memindahkan panas mesin ke udara sekitar, evaporator yang berfungsi mengubah
fase fluida dari cair menjadi uap, dan kondensor yang berfungsi mengubah fase
fluida dari uap menjadi cair dengan menggunakan energi hasil dari perubahan
temperatur.
Langkah-langkah percobaan yang dilakukan adalah susun peralatan
sesuai skema. Saklar utama dinyalakan, set point dipastikan thermocontrol pada
nilai 60o C serta sistem kerja peralatan dicek. Lalu pada tahap pengambilan data,
debit diatur pada 400 L/h lalu pengambilan data dilakukan dengan waktu tunggu
10 menit. Pengambilan data dilakukan dengan variasi debit dengan kenaikan 50
L/h serta dengan variasi aliran yaitu aliran counter, parallel dan pembukaan katup.
Dari percobaan didapatkan data Qcold, Qhot, Pcold in, Phot in, Pcold
out, Phot out, Tcold in, Thot in, Tcold out, Thot out. Dengan variasi dua jenis
arah aliran yaitu counter flow dengan paralel flow. Dengan melakukan
perhitungan didpapatkan Grafik fungsi antara Q actual paralel flow dengan conter
flow terhadap Reynolds number semakin bear nilai q semain besar juga nilai
Reynolds numbernya. Grafik fungsi h terhadap Re cold yang sesuai semakin besar
nilai Re semakin besar pula nilai h. Nilai ∆p bergantung terhadap nilai Re,
semakin besar Re semakin besar pula ∆p. Nilai effectiveness maka nilai Cr akan
semakin kecil, sementara nilai NTU yang konstan.

Jurusan Teknik Mesin


Fakultas Teknologi Industri

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

2015 1
Praktikum Perpindahan Panas Semester Gasal 2015-2016

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Definisi paling sederhana dan umum dari perpindahan panas adalah
perpindahan energi sebagai akibat dari perbedaan temperatur. Proses perpindahan
panas ini terjadi dengan berbagai cara. Jika ada perbedaan temperatur di dalam
media diam (cair atau padat) digunakan istilah konduksi untuk menunjukkan
perpindahan panas yang terjadi melintasi media. Istilah konveksi untuk
menunjukkan perpindahan panas yang terjadi antara permukaan dan fluida yang
bergerak ketika berada pada perbedaan temperatur. Istilah radiasi untuk
menunjukkan perpindahan panas yang terjadi akibat suatu permukaan pada
temperatur tertentu yang memancarkan energi dalam bentuk gelombang
elektromagnetik. Oleh karena itu tanpa adanya media akan terjadi perpindahan
panas secara radiasi antara dua permukaan yang berada pada perbedaan
temperatur.
Alat penukar panas (heat exchanger) merupakan salah satu alat
penunjang produksi yang berfungsi untuk melaksanakan perpindahan energi panas
dari suatu aliran fluida ke aliran fluida yang lain. Jenis dan ukuran dari alat
penukar panas ini sangat banyak, tergantung dari kebutuhan yang ditentukan oleh
pemakai. Salah satu jenis peralatan ini adalah jenis cangkang dan tabung (shell
and tube), dimana aliran fluida mengalir di dalam tabung dan fluida lain dialirkan
melalui selongsong melintasi luar tabung. Hal ini akan menyebabkan terjadinya
perpindahan panas dari aliran fluida yang bertemperatur lebih tinggi menuju ke
fluida lain yang bertemperatur lebih rendah. Untuk mendapatkan perpindahan
panas yang lebih besar maka di dalam selongsong dipasang sekat – sekat (baffles).
Untuk mengetahui karakteristik sebenarnya suatu alat penukar panas,
perlu dilakukan suatu uji coba peralatan dengan jalan memodelkan pada kondisi
operasional yang sebenarnya. Pada saat fluida mengalir di dalam tabung maka
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknologi Industri

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

2015 2
Praktikum Perpindahan Panas Semester Gasal 2015-2016

akan terjadi penurunan tekanan akibat adanya kerugian gesek yang terjadi
sepanjang tabung yang mengakibatkan bertambahnya biaya pemompaan fluida,
demikian juga aliran fluida dalam selongsong.

1.2. Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
1) Bagaimana fenomena fisik heat exchanger?
2) Bagaimanakah karakteristik sesungguhnya heat exchanger ?

1.3. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1) Memahami fenomena fisik heat exchanger,
2) Mengetahui karakteristik sesungguhnya heat exchanger.

1.4. Batasan Masalah


Adapun batasan masalah yang terdapat dalam praktikum ini adalah
sebagai berikut:
1) Steady state
Steady state adalah keadaan dimana properties spesimen terhadap suatu
titik tidak berubah terhadap waktu.
2) Incompresible fluid
Dimana fluida memiliki Mach number kurang dari 0,3.
3) Fully developed flow
Suatu aliran fluida dimana kedua boundary layer bertemu dan
menyebabkan aliran yang stabil dengan arah dan besar kecepatan sepanjang
pipa relatif sama untuk suatu daerah yang berjarak y dari dinding.
4) ΔEk dan ΔEp diabaikan
Dalam percobaan ini, ΔEk diasumsikan kecepatan fluida yang masuk
sama dengan yang keluar dikarenakan debit aliran dan luasan penampang yang
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknologi Industri

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

2015 3
Praktikum Perpindahan Panas Semester Gasal 2015-2016

sama. Untuk ΔEp, diasumsikan perbedaan ketinggian antara pressure gage


diasumsikan sama.
5) Radiasi diabaikan
Perpindahan panas secara radiasi diabaikan karena perbandingngan
perpindahan panas secara radiasi terhadap konveksi sangat kecil dan juga
pengaruh radiasi dari panas lampu sangat kecil untuk sampai ke spesimen.
6) U konstan
Nilai overall heat transfer dianggap konstan karena resisten thermal
sepanjang tabung konstan dan area perpindahan panasnya konstan.
7) Fouling factor diabaikan
Pada sepanjang pipa dianggap tidak ada kotoran pengganggu.
8) Perpindahan panas hanya terjadi pada dua fluida
Perpindahan panas hanya terjadi pada dua fluida karena dinding
pembatas antara dua fluida sangat tipis sehingga konduksi diabaikan dan fluida
yang digunakan adalah air sebagai fluida dingin dan oli sebagai fluida panas.

1.5. Sistematika Laporan


Laporan percobaan ini disusun berdasarkan sistematika penulisan sebagai
berikut:
Bab I Pendahuluan, terdiri dari latar belakang dilakukannya praktikum,
rumusan masalah, tujuan praktikum, batasan masalah, dan sistematika laporan
dari praktikum.
Bab II Dasar Teori, berisi teori-teori yang mendukung pelaksanaan
praktikum.
Bab III Metodologi Percobaan, berisi peralatan yang digunakan, instalasi
percobaan, langkah percobaan dan flowchart percobaan.
Bab IV Pembahasan,berisi data percobaan, flowchart perhitungan, contoh
perhitungan, dan analisis grafik data hasil praktikum.

Jurusan Teknik Mesin


Fakultas Teknologi Industri

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

2015 4
Praktikum Perpindahan Panas Semester Gasal 2015-2016

Bab V Kesimpulan dan Saran,berisi kesimpulan dan saran terhadap


praktikum yang telah dilakukan.

Jurusan Teknik Mesin


Fakultas Teknologi Industri

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

2015 5
Praktikum Perpindahan Panas Semester Gasal 2015-2016

BAB 2
DASAR TEORI

2.1. Tipe Alat Penukar Panas


Berdasarkan arah aliran relatif kedua fluida, ada empat macam penukar
panas, yaitu:
1) Pada susunan aliran searah (paralel flow), fluida panas dan dingin masuk
pada ujung yang sama, mengalir dengan arah yang sama, dan berakhir pada
ujung yang sama pula.
2) Pada susunan aliran yang berlawanan (counter flow), fluida panas dan dingin
masuk pada ujung yang berlawanan, mengalir secara berlawanan arah, dan
berakhir pada ujung yang berlawanan arah pula.
3) Alternatif yang lain adalah aliran melintang atau tegak lurus (cross flow) yang
terbagi atas 2 kondisi, kedua fluida tak bercampur (unmixed) dan salah satu
dari fluida bercampur tapi yang lainnya tidak bercampur.
4) Susunan dengan aliran gabungan dua atau tiga pola aliran diatas.
Berdasarkan tipenya,alat penukar panas dapat dikategorikan menjadi
concentric tube heat exchanger, shell-and-tube heat exchanger, dan plate heat
exchanger.

2.2. Shell-and-tube Heat Exchanger


Pada peralatan ini proses perpindahan panas terjadi antara fluida yang
mengalir dalam tube (tabung) dengan fluida shell (selongsong) yang mengalir
diluar tabung. Aliran fluida shell yang berolak akan memberikan koefisien
perpindahan panas yang tinggi. Untuk memperoleh efek olakan pada aliran fluida
tersebut dipasang baffles (sekat-sekat). Disamping itu baffle juga digunakan untuk
mengarahkan aliran dalam fluida di shell dan mengikat/mendukung tube bundle.
2.2.1. Kodifikasi Shell and Tube Heat Exchanger

Jurusan Teknik Mesin


Fakultas Teknologi Industri

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

2015 6
Praktikum Perpindahan Panas Semester Gasal 2015-2016

Berdasarkan TEMA (Tubular Exchanger Manufacturing Association),


shell and tube heat exchanger dikodekan dengan 3 huruf dimana masing-
masing huruf menunjukkan tipe front end stationary head, bentuk dan laluan di
shell, dan tipe rear end head. (lihat lampiran).

Gambar 2.1. Bagian-bagian shell-and-tube heat exchanger tipe AES.

1. Fixed Tubesheet Heat Exchanger


Fixed Tubesheet Heat Exchanger tersusun atas shell dan tubesheet yang
menyatu (tidak dapat dipisah). Hal ini mencegah kebocoran fluida yang
mengalir di shell. Fluida yang mengalir di shell adalah fluida yang tidak
menyebabkan fouling karena jenis ini tidak didesain untuk dilakukan
pembersihan di sisi shell.

Gambar 2.2. Fixed Tubesheet heat exchanger.

2. U-tube Bundle Heat Exchanger


Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknologi Industri

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

2015 7
Praktikum Perpindahan Panas Semester Gasal 2015-2016

Jenis ini hanya mempunyai satu stationary tubesheet dan rear-nya


berbentuk U. Tube bundle dapat dikeluarkan dari shell sehingga dapat
dilakukan pembersihan secara mekanis. Jumlah laluan di sisi tube harus genap.

Gambar 2.3. U-tube bundle sheet heat exchanger.

3. Outside-packed Heat Exchanger


Terdapat packing untuk mencegah kebocoran fluida sisi shell. Ada
kalanya fluida mengalami kebocoran sehingga tipe ini tidak boleh digunakan
untuk fluida di sisi shell yang bertekanan tinggi, mudah terbakar dan beracun.

Gambar 2.4. Outside-packed heat exchanger.

4. Internal Floating Heat Exchanger


Ciri-ciri dari tipe ini adalah adanya floating tubesheet yaitu tubesheet
yang terpisah dari shell maupun channel. Konstruksi seperti ini dapat
mengakomodasi adanya axial expansion di tube bundle akibat perbedaan
temperatur yang besar antara kedua fluida. Memungkinkan tube bundle dapat
dikeluarkan secara mechanical maupun chemical. Tube bundle juga dapat
diganti dengan yang baru apabila terjadi kebocoran.
 Pull-through floating head
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknologi Industri

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

2015 8
Praktikum Perpindahan Panas Semester Gasal 2015-2016

Tube bundle dapat langsung dikeluarkan dari shell dengan mudah yaitu
dengan melepas baut di channel dan menariknya keluar.

Gambar 2.5.Pull-through floating head.


 Floating head with backing device
Seperti pada Gambar 2.1., floating head dijepit antara backing device
dan tubesheet cover. Disebut juga non-pull through floating head karena tube
bundle tidak dapat langsung dilepas dari shell. Untuk melepas tube bundle,
shell cover dan tubesheet cover harus dilepaskan terlebih dahulu.
 Externally sealed floating tubesheet
Memiliki dua stuffing box yang behadapan. Juga memiliki lantern ring
diantara packing untuk lubrikasi. Kelebihannya adalah murah dan dapat
diproduksi secara massal. Kekurangannya adalah kemungkinan terjadi
kebocoran kedua fluida ke atmosphere atau dari satu fluida ke fluida yang
lain.

Gambar 2.6. Externally-sealed floating head.


2.2.2. Jenis-jenis Baffles
1) Segmental Baffle
Segmental baffle dibentuk dengan cara memotong baffle dari bentuk
lingkaran, potongan baffle mempunyai ukuran antara 15% s/d 40% (biasanya
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknologi Industri

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

2015 9
Praktikum Perpindahan Panas Semester Gasal 2015-2016

25%) dari ukuran lingkaran penuh. Baffle ini banyak digunakan dan dianggap
sebagai baffle standar karena mempunyai efisiensi perpindahan panas yang
tinggi.

Gambar 2.7. Segmental baffle.


2) Strip Baffle
Bentuk ini juga dapat disebut double segmental, karena terdapat dua
potongan pada lingkaran penuh baffle besar potongan antara 20%-30% untuk
satu sisi lingkaran.

Gambar 2.8. Strip baffle.

3) Disc-and-doughnut Baffle
Desain dari bentuk ini terdiri atas baffle berbentuk disc dan doughnut.
Diameter bentuk disc lebih besar dari diameter lubang doughnut, pada baffle
jenis ini dipakai tie rod untuk menyangga baffle. Tie rod ini sebagian terletak
pada susunan tabung sehingga mempengaruhi jumlah efektif tabung dalam
berkas/susunan tabung.

Jurusan Teknik Mesin


Fakultas Teknologi Industri

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

2015 10
Praktikum Perpindahan Panas Semester Gasal 2015-2016

Gambar 2.9. Disc-and-doughnut baffle.

4) Orrifice Baffle
Baffle jenis ini terdiri dari disc dengan lubang-lubang yang mempunyai
ukuran lebih besar dari diameter tabung. Aliran fluida mengalir melalui annular
orifice dan menimbulkan pengaruh olakan pada fluida. Desain dari baffle ini
jarang dipakai karena efisiensi yang rendah.

Gambar 2.10. Orifice baffle.

5) Rod Baffle
Baffle jenis ini lebih berfungsi sebagai sirip daripada pengarah aliran.
Rod baffle heat exchanger dikembangkan oleh Philip. Heat Exchanger ini
getarannya lebih kecil.

Jurusan Teknik Mesin


Fakultas Teknologi Industri

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

2015 11
Praktikum Perpindahan Panas Semester Gasal 2015-2016

Gambar 2.11. Rod baffle heat exchanger and support: (a) Schematic, (b) Details,
(c) Cage Assembly, and (d) Tube and Support Rod Layout.

2.3. Analisis Penukar Panas


2.3.1. Metode Beda Temperatur Rata-rata Logaritmik (LMTD)
Metode yang sering digunakan untuk perancangan dan perhitungan unjuk
kerja peralatan penukar panas.
q = U∙A∙∆TLM
Harga ∆TLM dapat ditentukan dengan mengetahui harga suhu masuk dan suhu
keluar kedua fluida, sehingga persamaan diatas menjadi:
∆T1 -∆T2
q=U∙A∙ ∆T
ln ∆T1
2

dimana:
q = heat transfer (W)
U = overall heat transfer coeficient (kJ/s∙m2∙K)
A = luas bidang perpindahan panas (m2)

Gambar 2.12. Distribusi temperatur pada aliran penukar panas counter.

Jurusan Teknik Mesin


Fakultas Teknologi Industri

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

2015 12
Praktikum Perpindahan Panas Semester Gasal 2015-2016

Gambar 2.13. Distribusi temperatur pada penukar panas aliran paralel.

Gambar 2.14. Distribusi temperatur pada penukar panas aliran menyilang.

Untuk mendapatkan harga ∆TLM, diperlukan asumsi:


 Harga U konstan untuk seluruh panjang pipa
 Konduksi hanya berlangsung satu dimensi ke arah radial pipa
 Pertukaran panas hanya terjadi antara kedua fluida saja
 Kondisi tunak
 Perbedaan energi potensial dan kinetik diabaikan

Jurusan Teknik Mesin


Fakultas Teknologi Industri

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

2015 13
Praktikum Perpindahan Panas Semester Gasal 2015-2016

Untuk penukar panas aliran paralel berlaku:


∆T1 = Th,1 - Tc1 = Th,i - Tc,i
∆T2 = Th,2 - Tc2 = Th,o - Tc,o

2.3.2. Metode Number of Transfer Unit (NTU)


Metode ini lebih efektif, jika dipakai untuk mengetahui unjuk kerja dari
penukar kalor yang sudah jadi. Untuk mendefinisikan unjuk kerja dari penukar
kalor terlebih dahulu harus diketahui laju perpindahan panas maksimum yang
dimungkinkan oleh penukar kalor tersebut (qmaks)
 Jika Cc< Ch, maka qmaks=Cc (Th,i-Tc,i)
 Jika Cc> Ch, maka qmaks=Ch (Th,i-Tc,i)
Sementara itu, efectiveness (ε) adalah perbandingan antara laju
perpindahan panas heat exchanger dengan laju perpindahan maksimum yang
dimungkinkan
q
ε=
qmaks
Effectiveness merupakan bilangan tanpa dimensi dan berada dalam batas
0 < ε< 1. Untuk semua heat exchanger effectiveness dapat dinyatakan sebagai
berikut:
Cmin
ε=f [NTU, ]
Cmaks
Number of Transfer Unit (NTU) juga merupakan bilangan tanpa dimensi
dan didefinisikan sebagai berikut:
UA
NTU=
Cmin
dimana Cmin diperoleh untuk nilai yang terkecil dari:
Cc = mc . cpc
atau
Ch = mh . cph

Jurusan Teknik Mesin


Fakultas Teknologi Industri

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

2015 14
Praktikum Perpindahan Panas Semester Gasal 2015-2016

Selanjutnya, harga NTU dari berbagai jenis heat exchanger dapat dicari
dari grafik/persamaan-persamaan yang tersedia dalam text books.

2.3.3. Penurunan Tekanan (Pressure Drop)


a. Sisi Pipa/Tube
Gesekan yang terjadi antara aliran fluida dan permukaan tabung akan
menimbulkan kerugian tekanan disepanjang aliran, besarnya kerugian tekanan
pada aliran fluida laminer adalah:
32LVμ
∆P =
D2
Sedangkan besarnya major losses yang terjadi didalam tabung pada aliran
laminer adalah:
64 LV2
hl = ( )
Re 2D

b. Sisi Selongsong/Shell
Akibat gesekan yang terjadi dalam selongsong akan menimbulkan
kerugian tekanan sepanjang aliran, besarnya kerugian tekanan pada aliran
fluida turbulen adalah:
∆P L e
2 = φ (Re, , )
ρV D D
Sedangkan besarnya major losses yang terjadi didalam selongsong pada aliran
turbulen adalah:
LV2
hl = f
2D
dimana:
f = koefisien gesek yang didapatkan dari diagram Moody
D = diameter efektif selongsong
V = kecepatan fluida dalam selongsong

Jurusan Teknik Mesin


Fakultas Teknologi Industri

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

2015 15
Praktikum Perpindahan Panas Semester Gasal 2015-2016

Jurusan Teknik Mesin


Fakultas Teknologi Industri

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

2015 16
Praktikum Perpindahan Panas Semester Gasal 2015-2016

BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1. Peralatan Percobaan


Adapun peralatan yang digunakan pada praktikum ini sebagai berikut:
1. Pompa fluida
2. Motor
3. Heating element
4. Pressure gage
5. Flowmeter
6. Thermocontrol
7. Thermocouple
8. Digital thermometer

3.2. Instalasi Praktikum


Skema instalasi peralatan heat exchanger dapat dlihat pada gambar
dibawah ini:

Gambar 3.1. Skema instalasi.

3.3. Langkah-langkah Percobaan

Jurusan Teknik Mesin


Fakultas Teknologi Industri

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

2015 17
Praktikum Perpindahan Panas Semester Gasal 2015-2016

Untuk memudahkan penggunaan peralatan ini diperlukan prosedur percobaan


yang baku guna mendapatkan data pengamatan yang akurat. Adapun tahapannya
adalah:
1) Tahap set up peralatan
a) Saklar instalasi dinyalakan sehingga panel utama menunjukkan
temperatur pada thermocontrol.
b) Katup saluran fluida dingin diatur untuk memilih tipe paralel atau
counter flow.
 Paralel flow
Katup K-4 dan K-6 dibuka, katup K-3 dan K-5 ditutup.
 Counter flow
Katup K-3 dan K-5 dibuka, katup K-4 dan K-6 ditutup.
Posisi katup dapat dilihat pada gambar instalasi
c) Kebocoran saluran fluida dingin dicek dengan menghidupkan
pompanya dan katup K-2 dipastikan dalam keadaan terbuka, debit
diatur dengan pengaturan katupnya sampai kondisi maksimum.
d) Pompa fluida dingin dimatikan dan bila masih terjadi kebocoran harus
diperbaiki dan prosedur diulangi.
e) Katup K-1 dipastikan dalam keadaan terbuka. Prosedur c dan d untuk
fluida panas dilakukan dan tekanan tangki dijaga + 0.8 bar dan tinggi
level control + ¾.
f) Bila kedua salauran tidak terjadi kebocoran, kedua pompa dinyalakan
secara simultan.
g) Thermocontrol diset sesuai yang dikehendaki yaitu 60° C.
h) Pengambilan data siap dilakukan bila sudah stabil.
2) Tahap pengambilan data
a) Debit fluida dingin diatur, untuk awal adalah 400 L/h dengan
kenaikan 50 L/h.
b) Data siap diambil dengan time hold 10 menit setelah prosedur a).
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknologi Industri

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

2015 18
Praktikum Perpindahan Panas Semester Gasal 2015-2016

c) Tombol control panel thermocouple ditekan sesuai dengan tulisan


yang ada pada selector: Tin cold, Tout cold, Tin hot, Tout hot.
d) Bila diperlukan, perlakuan terhadap temperatur fluida panas dilakukan
sesuai prosedur tahap 2
e) Bila telah selesai, setting thermocontrol, pompa fluida dingin dan
panas, saklar utama dimatikan dan katup K-1 dibuka.

3.4. Flowchart Percobaan

Start

q = 400L/h, T = 60°C
K1, K2, K3, K4, K5, K6

Katup K1 dan K2 dibuka

Pompa air dan oli dinyalakan

Set point thermometer 60°C

Parallel flow

Jurusan Teknik Mesin


Fakultas Teknologi Industri

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

2015 19
Praktikum Perpindahan Panas Semester Gasal 2015-2016

Parallel: K4, K6 dibuka; K3, K5 ditutup


Counter: K3, K5 dibuka; K4, K6 ditutup

qcold = 300L/h

Dibuka katup K3, K5


Ditutup katup K4, K6 Tunggu 10 menit

no
Q≥750L/h

yes

no
Counter
Flow

yes

qcold, qhot, Pcold in, Phot in, Pcold out, Phot out,
Tcold in, Tcold out, Thot out

End

Jurusan Teknik Mesin


Fakultas Teknologi Industri

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

2015 20
Praktikum Perpindahan Panas Semester Gasal 2015-2016

BAB 4
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

4.1. Data Hasil Percobaan


(Terlampir)

4.2. Flowchart Perhitungan

Start

Tcold out, Thot in, Thot out, Dtube out, Dshell in, Lshell,
Qcold, Qhot, Pcold in, Pcold out, Phot in, Phot out,
Tcold in

Tcoldin +Tcoldout
Tavgcold =
2
∆Tcold = Tcold in – Tcold out
∆Thot = Thot in – Thot out

Qhot (L/h) = Qhot(m3/s)


Qcold (L/h) = Qcold(m3/s)

Properties:
Tabel A-6(fluida dingin), dicari nilai cp, ρ, µo, k, Pr
Tabel A-5(fluida panas), dicari nilaicp, ρ, µo, k, Pr
Tube:tabel A-1, copper pure, dicari nilai k

Jurusan Teknik Mesin


Fakultas Teknologi Industri

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

2015 21
Praktikum Perpindahan Panas Semester Gasal 2015-2016

Dimensi heat exchanger:


π
Atube in = D2tube in
4
π
Atube out = D2tube out
4
π
Ashell in = D2shell in
4
π
Ashell out = D2shell out
4
Kcold = π(Dshell –2Dtube)
π
Ahot = 12D2tube in
4
π 2
Acold = (Dshell in – D2tube out )
4
Acold
Dh = 4
kcold

Hot fluid (V = Q/A) Cold fluid (V = Q/A)

ṁ = Q∙ρ ṁ = Q∙ρ

ṁ 4ṁ
Rehot = Recold =
3πDµ πDh µcold

Nu = 4.36 Nu = 4.36
Re > Re >
(laminar) (laminar)
2300 2300

Nu = 0.023 Re0.8Pr0.3 Nu = 0.023 Re0.8Pr0.4

Jurusan Teknik Mesin


Fakultas Teknologi Industri

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

2015 22
Praktikum Perpindahan Panas Semester Gasal 2015-2016

Nuhot ∙khot Nucold ∙kcold


hhot = hcold =
Dh Dh

Ch = ṁh∙ cp,h Cc = ṁc∙ cp,c

Cc> Cmin = Cc
Ch

Cmin = Ch

qactual = Ch (Th,in – Th,out)

∆ ph = ph,in – ph,out
∆ pc = pc,in – pc,out

Cmin
Cr =
Cmaks

qmaks = Cmin (Th,in – Tc,in)

qactual
Ɛ=
qmaks

Dout
1 ln( Din ) 1
UA= + +
hout ∙π∙Dtube in ∙L 2πktube L hcold ∙π∙Dtube out ∙L

C
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknologi Industri

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

2015 23
Praktikum Perpindahan Panas Semester Gasal 2015-2016

UA
NTU =
Cmin

Plot grafik:
qactual = f(Recold)
h = f(Recold)
ε = f(NTU, Cr)
∆ pcold = f(Recold)
∆ phot = f(Rehot)

End

Jurusan Teknik Mesin


Fakultas Teknologi Industri

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

2015 24
Praktikum Perpindahan Panas Semester Gasal 2015-2016

4.3. Contoh Perhitungan


4.3.1. Paralel Flow

Diambil dari percobaan pertama didapatkan perhitungan sebagai berikut ini :

Diketahui:
Qcold =400L/h = 1.11x10-4 m3/s T hot in = 334,1 K
Qhot = 6,5 LPM = 1.08x10-4 m3/s T hot out = 320,3 K
P cold in = 80 kg/m2 D shell in = 0.1022 m
P cold out = 0 kg/m2 D shell out = 0.1143 m
P hot in = 6000 kg/m2 D tube in = 0.00942 m
P hot out = 2000 kg/m2 D tube out = 0.0127 m
T cold in = 301 K L = 0.3 m
T cold out = 301,5 K

 Tabel A-5 Engine Oil, Tmh = 330.4 K (melakukan Interpolasi)


Prh = 1174.6
µh = 0.081304 Ns/m2
Cph = 2.0367 kJ/kg.K
ρh = 865.56 kg/m3
kh = 0.14092 W/m.K
 Tabel A-6 Water, Tmc = 304.95 K (melakukan Interpolasi)
Prc = 5.0479
µc = 0.000752 Ns/m2
Cpc = 4.177 kJ/kg.K
ρc = 995.61 kg/m3
kc = 0.59907 W/m.K

Jurusan Teknik Mesin


Fakultas Teknologi Industri

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

2015 25
PraktikumPerpindahan Panas Semester Gasal 2015-2016

Temperatur Rata – Rata


𝑇ℎ𝑖+𝑇ℎ𝑜 332,7+328,1
 𝑇𝑚ℎ = = = 330,4 𝐾
2 2
𝑇𝑐𝑖+𝑇𝑐𝑜 304,3+305,6
 𝑇𝑚𝑐 = = = 304,95 𝐾
2 2
𝑇𝑚ℎ+𝑇𝑚𝑐 330,4+304,95
 𝑇𝑚𝑓 = = = 317,675 𝐾
2 2

Dimensi Pipa
𝜋
 𝐴𝑐 = 2
(𝐷𝑠ℎ𝑒𝑙𝑙 2
𝑖𝑛 − 12𝐷𝑡𝑢𝑏𝑒 𝑜𝑢𝑡 )
4
𝜋
𝐴𝑐 = (0.1022 2 − (12 𝑥 (0.0127)2 ) = 0.00668 𝑚2
4
𝐴𝑐
 𝐷ℎ = 4 𝑃
0.00668
=4 = 0.033422 𝑚
𝜋 (0.1022 + (12 𝑥 0.0127))
Mass Flow Rate
 m = 𝜌 𝑥 𝑄𝑐 = 995,61 𝑥 0.000111 = 0.110623 𝑘𝑔/𝑠
 m = 𝜌 𝑥 𝑄ℎ = 865,56 𝑥 0.000117 =0.10127 kg/s
Reynolds Number
4𝑚𝑐 4 𝑥 0.110623
 𝑅𝑒𝑐 = = = 5606,575
𝜋𝐷ℎ𝜇𝑐 𝜋𝑥 0.033422 𝑥 0.000752
4𝑚ℎ 4 𝑥 0.10127
 𝑅𝑒ℎ = = = 168.356
𝜋𝐷𝑡𝑢𝑏𝑒𝜇ℎ 𝜋 𝑥 0.00942 𝑥 0.081304

Nusselt Number
4⁄ 1⁄ 4⁄ 1
 𝑁𝑢𝑐 = 0.023𝑅𝑒𝑐 5 𝑃𝑟 3 = 0.023 𝑥 5606,575 5 𝑥 5.0479 ⁄3 = 39.36
 𝑁𝑢ℎ = 4.36

Heat Transfer Coeficient


𝑁𝑢 𝑘 39.36 𝑥 0.59907
 ℎ𝑐 = = = 705.505 𝑊 ⁄𝑚2 𝐾
𝐷ℎ 0.033422
𝑁𝑢 𝑘 4.36 𝑥 0.14092
 ℎℎ = = = 18.383 𝑊 ⁄𝑚2 𝐾
𝐷ℎ 0.033422

JurusanTeknikMesin
FakultasTeknologiIndustri
InstitutTeknologiSepuluhNopember Surabaya

2015 26
PraktikumPerpindahan Panas Semester Gasal 2015-2016

Thermal Resistance
1 1
 𝑅𝑐𝑜𝑛𝑣,𝑐𝑜𝑙𝑑 = 12𝜋ℎ = 12𝜋 𝑥 705.505 𝑥 0.0127𝑥 0.3 = 0.00987 𝐽/𝑊
𝑐𝑜𝑙𝑑 𝐷𝑡𝑢𝑏𝑒,𝑜𝑢𝑡 𝐿

1 1
 𝑅𝑐𝑜𝑛𝑣,ℎ𝑜𝑡 = 12𝜋ℎ = 12𝜋 𝑥 18.383 𝑥 0.00942 = 0.51059 𝐽/𝑊
ℎ𝑜𝑡 𝐷𝑡𝑢𝑏𝑒,𝑖𝑛 𝐿 𝑥 0.3

 𝑅𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑅𝑐𝑜𝑛𝑣,𝑐𝑜𝑙𝑑 + 𝑅𝑐𝑜𝑛𝑣,ℎ𝑜𝑡 = 0.52046 J/W


1
 UA = 𝑅
𝑡𝑜𝑡

1 1
= + = 2.548004
12 ℎ𝑐𝑜𝑙𝑑 𝜋.𝐷𝑡𝑢𝑏𝑒𝑜𝑢𝑡 𝐿 12 ℎℎ𝑜𝑡 𝜋 𝐷𝑡𝑢𝑏𝑒𝑖𝑛 𝐿

Heat Capacity
 Cc = mc .Cpc =0.151632. 4.178 = 0.633391
 Ch = mh . Cph = 0.011566. 2 = 0.234548
 𝑞𝑚𝑎𝑥 = 𝐶𝑚𝑖𝑛 (𝑇ℎ 𝑖𝑛 − 𝑇𝑐 𝑖𝑛 ) = 5.957528 𝑊
 𝑞𝑎𝑐𝑡 = 𝐶𝑚𝑖𝑛 (𝑇ℎ 𝑖𝑛 − 𝑇ℎ 𝑜𝑢𝑡 ) = 5.76989

Number of Transfer Unit (NTU)


𝑈𝐴 2.548004
 𝑁𝑇𝑈 = = = 10.86345
𝐶𝑚𝑖𝑛 0.234548

Effectiveness
𝑞𝑎𝑐𝑡
 𝜀= = 0.968504
𝑞𝑚𝑎𝑥

Pressure Drop
 ∆𝑃𝑐 = 𝑃 𝑐𝑜𝑙𝑑 𝑖𝑛 − 𝑃 𝑐𝑜𝑙𝑑 𝑜𝑢𝑡 = 0.1 − 0.02 = 0.08 𝑘𝑔/𝑐𝑚2
𝑘𝑔
 ∆𝑃ℎ = 𝑃 ℎ𝑜𝑡 𝑖𝑛 − 𝑃 ℎ𝑜𝑡 𝑜𝑢𝑡 = 1 − 0.2 = 0.8𝑥10−4 𝑚2

JurusanTeknikMesin
FakultasTeknologiIndustri
InstitutTeknologiSepuluhNopember Surabaya

2015 27
PraktikumPerpindahan Panas Semester Gasal 2015-2016

4.3.2. Parallel Flow


Diketahui data percobaan ke-4 sebagai berikut:
Qcold = 550 L/h = 1.53 x 10-4 Tcold out = 308.8 K
m3/s Thot in = 327.6 K
Qhot = 9 L/m = 1.5 x 10-4 m3/s Thot out = 309.2 K
Pcold in = 0.12 kg/cm2 Dshell in = 0.1022 m
Pcold out = 0.02 kg/cm2 Dshell out = 0.1143 m
Phot in = 1.15 kg/cm2 Dtube in = 0.00942 m
Phot out = 0.2 kg/cm2 Dtube out = 0.0127 m
Tcold in = 308.1 K L = 0.3 m

 [Tabel A-5] Engine Oil, Tmh = 318.4 K


Prh = (interpolasi) 2194.6
µh = 0.15892 Ns/m2
Cph = 1.98628 kJ/kg.K
ρh = 872.76 kg/m3
kh = 0.14332 W/m.K

 [Tabel A-6] Water, Tmc = 308.45 K


Prc = (interpolasi) 4.0194
µc = 0.00063351 Ns/m2
Cpc = 4.17731 kJ/kg.K
ρc = 995.332 kg/m3
kc = 0.62483 W/m.K

JurusanTeknikMesin
FakultasTeknologiIndustri
InstitutTeknologiSepuluhNopember Surabaya

2015 28
Praktikum Perpindahan Panas Semester Gasal 2015-2016

Temperatur rata-rata
Thi + Tho 327.6 + 309.2
Tmh = = = 318.4 K
2 2
Tci + Tco 308.1 + 308.8
Tmc = = =308.45 K
2 2
Tmh + Tmh 318. 4 + 308.45
Tmf = = =313.425 K
2 2

Panjang Karakteristik
π
Lc = (D2shell in –12D2tube out )
4
π
= (0.1022 2 –120.01272 )=0.00668 m2
4

Diameter Hidrolis
Ac
Dh =4
P
0.00668
=4 × =0.033422 m
π (0.1022+12 0.0127)

Mass Flow Rate


ṁ c = ρ × Qc =995.332 × 0.000153=0.15206459 kg/s
ṁ h = ρ × Qh =872.76 × 0.00015=0.130914 kg/s

Reynold Number dan Nusselt Number


4ṁ c 4 × 0.15206459
Rec = = =7866
πDh μc π × 0.033422 × 0.00063351
4ṁ h 4 × 0.130914
Reh = = =9.28337151
πDtube μh π × 0.00942 × 0.15892
4⁄ 1 4⁄ 1
Nuc =0.023Rec 5 Pr ⁄3 = 7866 5 4.0194 ⁄3 =52.852409

Nuh = 4.36

Jurusan Teknik Mesin

Fakultas Teknologi Industri


Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

2015 29
Praktikum Perpindahan Panas Semester Gasal 2015-2016

Heat Transfer Coefficient


Nuc kc 52.852409 × 0.62483
hc = = = 546073.247 W⁄m2 K
Dh 0.033422
Nuh kh 4.36 × 0.14332
hh = = = 185905 W⁄m2 K
Dh 0.033422

Thermal Resistance
1
Rconv,cold = = 1.275 ×10-5 J/W
12πhcold Dtube,out L
1
Rconv,hot = = 5.05 ×10-5 J/W
12πhhot Dtube,in L
Rtotal = Rconv,cold + Rconv,hot = 6.325 ×10-5 J/W

Overall Heat Transfer Coefficient (U)


1 1 1
UA= = + = 10397.933 W/J
Rtot 12hcold πDtube,out L 12hhot πDtube,in L

Heat Capacity (C)


Cc = ṁc ∙ Cpc = 0.15206459×4.17731= 0.635220953
Ch = ṁh ∙Cph= 0.130914 ×1.98628 = 0.26003186
qmax = Cmin (Th,in – Tc,in) = 5.07062
qact = Cmin (Th,in – Th,out) = 4.7845862

Number of Transfer Unit (NTU)


UA 10397.933
NTU= = = 39987.14829
Cmin 0.26003186

Effectiveness (𝜀)
q
ε= act =0.94359
qmax

Jurusan Teknik Mesin

Fakultas Teknologi Industri


Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

2015 30
Praktikum Perpindahan Panas Semester Gasal 2015-2016

Pressure Drop
∆pc = pcold, in – pcold, out = 0.12 – 0.02 = 0.1 kg/cm2 = 1000 kg/m2
∆ph = phot, in – phot, out = 1.15 – 0.2 = 0.95 kg/cm2 = 9500 kg/m2

4.4. Pembahasan Grafik


4.4.1. Paralel Flow
4.4.1.1. Analisa Grafik qact vs Recold

Grafik q act = f(Re)


11000
10000
9000
8000
q act (W)

7000
6000
5000 PARALEL
4000
Linear (PARALEL)
3000
2000
1000
4000 6000 8000 10000 12000
Re

Gambar 4.1. Grafik qact vs Recold

Dari grafik qact = f (Recold) di atas, terlihat bahwa nilai qact maksimum
sebesar 9801,676 W diperoleh ketika Recold mencapai 10643,5, sedangkan nilai
qact minimum sebesar 5255,478 W diperoleh ketika Recold mencapai 5783,691
pada data ke 2. Secara umum, trendline grafik naik hingga data ke 6. Kemudian
trendline menurun pada data ke 7 dan kembali naik hingga nilai maksimum. Hal
ini menunjukkan bahwa nilai qact naik seiring dengan peningkatan nilai Recold.
Bila ditinjau secara analitis, nilai Recold dapat dihitung dengan rumus Nu
= 4.36 Re4/5 × Pr1/3 dan Nu = h × D/k. Dari kedua rumus tersebut, nilai Re dan h

Jurusan Teknik Mesin

Fakultas Teknologi Industri


Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

2015 31
Praktikum Perpindahan Panas Semester Gasal 2015-2016

berbanding lurus dengan nilai Nu sehingga semakin besar Re, semakin besar h.
Kemudian, apabila nilai h digunakan dalam perumusan q = h × A × ∆T, nilai h
juga berbanding lurus dengan q sehingga dapat disimpulkan bahwa Re berbanding
lurus dengan q.
Pada hasil percobaan menunjukkan bahwa seiring dengan peningkatan
nilai Recold, nilai qact juga semakin meningkat. Sehingga hasil percobaan
menunjukkan bahwa data yang diperoleh telah sesuai dengan teori yang ada.

4.4.1.2. Analisa Grafik hcold vs Recold

Grafik h cold = f(Re)


1350
1250
1150
h (W/m2.K)

1050
950 PARALEL FLOW

850
Linear (PARALEL
750
FLOW)
650
5000 7000 9000 11000
Re

Gambar 4.2. Grafik hcold vs Recold

Dari grafik qact = f (Recold) di atas, terlihat bahwa nilai hcold maksimum
sebesar 1350,036 W/m2K diperoleh ketika Recold mencapai 10643,5, sedangkan
nilai hcold minimum sebesar 766,5701 W/m2K diperoleh ketika Recold mencapai
5089,87. Secara umum, trendline grafik yang naik menunjukkan bahwa nilai hcold
naik seiring dengan peningkatan nilai Recold.
Bila ditinjau secara analitis, nilai Recold dapat dihitung dengan rumus Nu
= 4.36 Re4/5 × Pr1/3. Nilai Re berbanding lurus dengan nilai Nu sehingga semakin
Jurusan Teknik Mesin

Fakultas Teknologi Industri


Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

2015 32
Praktikum Perpindahan Panas Semester Gasal 2015-2016

besar nilai Re, semakin besar pula nilai Nu. Sementara itu, koefisien konveksi h
dapat dihitung menggunakan rumus h =Nu × k/D. Dari rumus diketahui bahwa
nilai Nu juga berbanding lurus dengan h sehingga dapat disimpulkan bahwa Re
berbanding lurus dengan h.
Hasil percobaan yang diperoleh sudah sesuai dengan teori, yaitu
peningkatan nilai hcold berbanding lurus dengan peningkatan nilai Recold.

4.4.1.3. Analisa Grafik ∆Pcold vs Recold

Grafik ∆P cold = f(Re cold)


0.6

0.55
∆P cold (kg/cm2)

0.5

0.45 PARALEL
FLOW
0.4

0.35

0.3
4000 6000 8000 10000 12000
Re cold

Gambar 4.4. Grafik ∆Pcold vs Recold

Dari grafik ∆pcold = f (Recold) di atas, terlihat bahwa nilai ∆pcold maksimum
sebesar 0,58 kg/cm2 diperoleh ketika Recold mencapai 5606,575, sedangkan nilai
∆pcold minimum sebesar 0,45 kg/cm2 diperoleh ketika Recold berada pada titik
7165,643. Secara umum, trendline grafik yang turun menunjukkan bahwa nilai
∆pcold turun seiring dengan peningkatan nilai Recold.
Bila ditinjau secara analitis, nilai ∆pcold dapat dihitung dengan rumus
32 LVμ
∆p= . Besarnya perubahan tekanan ∆p berbanding lurus dengan kecepatan V
D

Jurusan Teknik Mesin

Fakultas Teknologi Industri


Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

2015 33
Praktikum Perpindahan Panas Semester Gasal 2015-2016

sehingga semakin besar nilai ∆p, maka semakin besar nilai V. Selanjutnya, nilai
ρVD
Re dapat dihitung dengan rumus Re= . Dari rumus diketahui bahwa nilai Re
μ

juga berbanding lurus dengan V sehingga dapat disimpulkan bahwa ∆p


berbanding lurus dengan Re.
Berdasarkan hasil percobaan menunjukkan adanya kesalahan, karena ∆p
tidak berbanding lurus dengan Re. Kesalahan bentuk grafik yang diperoleh dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya kemungkinan tertukarnya nilai
temperatur masuk dan keluar akibat ketidakcermatan praktikan saat pengambilan
data, ketelitian pengambilan data, pengkondisian praktikum yang kurang baik,
kemungkinan kebocoran pada kedua fluida sehingga debit air tidak stabil,
kemungkinan adanya gelembung udara pada fluida air sehingga menyebabkan
perpindahan panas tidak optimal, serta adanya unsur pengotor (fouling) di dalam
tube.

4.4.1.4. Analisa Grafik ε vs f (NTU,Cr)

Effectiveness vs NTU
1.6
1.4 0
1.2 0,190755332
1 0,169870229
Eff

0.8 0,152890929
0.6 0,138905201
0.4 0,127502366
0.2 0,11779727
0 0,109277141
0 0.02 0.04 0.06 0.08
0,101957533
NTU

Gambar 4.5. Grafik ε vs f (NTU,Cr)

Jurusan Teknik Mesin

Fakultas Teknologi Industri


Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

2015 34
Praktikum Perpindahan Panas Semester Gasal 2015-2016

Dari grafik ε = f (NTU, Cr) di atas, terlihat bahwa nilai ε (effectiveness)


maksimum sebesar 1,425 untuk Cr sebesar 0,109 diperoleh ketika NTU bernilai
0,0756, sedangkan nilai ε minimum sebesar 0,797 untuk Cr sebesar 0,169
diperoleh ketika NTU bernilai 0,074358. Secara umum, trendline grafik yang naik
menunjukkan bahwa nilai ε naik seiring dengan peningkatan nilai NTU dan
penurunan nilai Cr.
Bila ditinjau secara analitis, nilai Cr dapat dihitung dengan rumus Cr =
Cmin (T -T )
= (Tci -Tco ); apabila Cc< Ch, nilai Cc diambil sebagai Cmin, begitu juga
Cmax hi ho

sebaliknya. Pada percobaan ini, nilai Ch diambil sebagai Cmin. Selanjutnya,


q Cmin (Thi - Tho )
effectiveness dapat dihitung dengan rumus ε= q act = . Substitusi kedua
max Cmin (Thi - Tci )

(T - Tco )
persamaan tersebut menghasilkan rumus ε= C (Tci .
r hi - Tci )

Dapat dilihat bahwa nilai Cr berbanding terbalik dengan ε sehingga


semakin besar nilai Cr, semakin kecil nilai ε. Hal ini sudah sesuai dengan hasil
percobaan yang ditampilkan oleh grafik, yaitu peningkatan nilai effectiveness
berbanding lurus dengan penurunan nilai Cr.

4.4.2. Counter Flow


4.4.2.1. Analisa Grafik qact vs Recold

Jurusan Teknik Mesin

Fakultas Teknologi Industri


Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

2015 35
Praktikum Perpindahan Panas Semester Gasal 2015-2016

Grafik q act (W) = f(Re)


12000

10000

8000
q act (W)

6000 COUNTE
R FLOW
4000

2000

0
5000 6000 7000 8000 9000
Re

Gambar 4.6. Grafik qact vs Recold

Dari grafik qact = f (Recold) di atas, terlihat bahwa nilai qact maksimum
sebesar 11467,33 W diperoleh ketika Recold mencapai 8668,159, sedangkan nilai
qact minimum sebesar 6754,423 W diperoleh ketika Recold mencapai 4240,654
Secara umum, trendline grafik yang naik menunjukkan bahwa nilai qact naik
seiring dengan peningkatan nilai Recold.
Bila ditinjau secara analitis, nilai Recold dapat dihitung dengan rumus Nu
= 4.36 Re4/5 × Pr1/3 dan Nu = h × D/k. Dari kedua rumus tersebut, nilai Re dan h
berbanding lurus dengan nilai Nu sehingga semakin besar Re, semakin besar h.
Kemudian, apabila nilai h digunakan dalam perumusan q = h × A × ∆T, nilai h
juga berbanding lurus dengan q sehingga dapat disimpulkan bahwa Re berbanding
lurus dengan q.
Pada hasil percobaan menunjukkan bahwa seiring dengan peningkatan
nilai Recold, nilai qact juga semakin meningkat. Sehingga hasil percobaan
menunjukkan bahwa data yang diperoleh telah sesuai dengan teori yang ada.

4.4.2.2. Analisa Grafik hcold vs Recold


Jurusan Teknik Mesin

Fakultas Teknologi Industri


Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

2015 36
Praktikum Perpindahan Panas Semester Gasal 2015-2016

Grafik h cold (W) = f(Re)


1150
1100
1050
1000
h (W/m2.K)

950
900 COUNTER FLOW
850
800
750 Linear (COUNTER
700 FLOW)
650
5000 7000 9000 11000
Re

Gambar 4.6. Grafik hcold vs Recold


Dari grafik qact = f (Recold) di atas, terlihat bahwa nilai hcold maksimum
sebesar 1171,104 W/m2K diperoleh ketika Recold mencapai 8668,159 sedangkan
nilai hcold minimum sebesar 665,2505 W/m2K diperoleh ketika Recold mencapai
4240,654. Secara umum, trendline grafik yang naik menunjukkan bahwa nilai hcold
naik seiring dengan peningkatan nilai Recold.
Bila ditinjau secara analitis, nilai Recold dapat dihitung dengan rumus Nu
= 4.36 Re4/5 × Pr1/3. Nilai Re berbanding lurus dengan nilai Nu sehingga semakin
besar nilai Re, semakin besar pula nilai Nu. Sementara itu, koefisien konveksi h
dapat dihitung menggunakan rumus h =Nu × k/D.
Dari rumus diketahui bahwa nilai Nu juga berbanding lurus dengan h
sehingga dapat disimpulkan bahwa Re berbanding lurus dengan h. Hal ini sesuai
dengan hasil percobaan yang ditampilkan pada grafik, yaitu peningkatan nilai h cold
yang berbanding lurus dengan peningkatan nilai Recold.

4.4.2.3. Analisis Grafik ∆pcoldvs f (Recold)

Jurusan Teknik Mesin

Fakultas Teknologi Industri


Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

2015 37
Praktikum Perpindahan Panas Semester Gasal 2015-2016

Grafik ∆P cold = f(Re cold)


0.12

0.1
∆P cold (kg/cm2)

0.08
COUNTER FLOW
0.06
Linear (COUNTER
0.04 FLOW)

0.02

0
5000 7000 9000 11000 13000

Gambar 4.8. Grafik ∆pcold = f (Recold)

Dari grafik ∆pcold = f (Recold) di atas, terlihat bahwa nilai ∆pcold maksimum
sebesar 0,11 kg/cm2 diperoleh ketika Recold mencapai 11587,38, sedangkan nilai
∆pcold minimum sebesar 0.03 kg/cm2 diperoleh ketika Recold mencapai 6675,584
dan 9820,384. Secara umum, trendline grafik yang naik menunjukkan bahwa nilai
∆pcold naik seiring dengan peningkatan nilai Recold.
Bila ditinjau secara analitis, nilai ∆pcold dapat dihitung dengan rumus
32 LVμ
∆p= . Besarnya perubahan tekanan ∆p berbanding lurus dengan kecepatan V
D

sehingga semakin besar nilai ∆p, maka semakin besar nilai V. Selanjutnya, nilai
ρVD
Re dapat dihitung dengan rumus Re= . Dari rumus diketahui bahwa nilai Re
μ

juga berbanding lurus dengan V sehingga dapat disimpulkan bahwa ∆p


berbanding lurus dengan Re.
Hasil yang diperoleh telah sesuai dengan teori yang ada, yaitu
peningkatan nilai ∆pcold yang berbanding lurus dengan peningkatan nilai Recold.

4.4.2.4. Analisis Grafik εvs f (NTU, Cr)

Jurusan Teknik Mesin

Fakultas Teknologi Industri


Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

2015 38
Praktikum Perpindahan Panas Semester Gasal 2015-2016

Grafik E=f(NTU,Cr)
1.4
0,192824803
1.2
0,17134793
1
0,154157912
0.8
0,140320218
E

0.6
0,128433103
0.4
0,118492797
0.2
0,110044697
0
0,10290847
0 0.02 0.04 0.06 0.08
NTU

Gambar 4.7. Grafik ε = f (NTU, Cr) untuk aliran paralel.

Dari grafik ε = f (NTU, Cr) di atas, terlihat bahwa nilai ε (effectiveness)


maksimum sebesar 1,223279 untuk Cr sebesar 0,110045 diperoleh ketika NTU
bernilai 0,075606, sedangkan nilai ε minimum sebesar 0,626472 untuk Cr sebesar
0,128433 diperoleh ketika NTU bernilai 0,075151. Secara umum, trendline grafik
yang naik menunjukkan bahwa nilai ε naik seiring dengan peningkatan nilai NTU
dan penurunan nilai Cr.
Bila ditinjau secara analitis, nilai Cr dapat dihitung dengan rumusCr =
Cmin (T -T )
= (Tci -Tco ); apabila Cc< Ch, nilai Cc diambil sebagai Cmin, begitu juga
Cmax hi ho

sebaliknya.Pada percobaan ini, nilai Ch diambil sebagai Cmin. Selanjutnya,


q Cmin (Thi - Tho )
effectiveness dapat dihitung dengan rumus ε= q act = . Substitusi kedua
max Cmin (Thi - Tci )

(Tci- Tco )
persamaan tersebut menghasilkan rumus ε= .
Cr (Thi - Tci )

Dapat dilihat bahwa nilai Cr berbanding terbalik dengan ε sehingga


semakin besar nilai Cr, semakin kecil nilai ε. Hal ini sudah sesuai dengan hasil
percobaan yang ditampilkan oleh grafik, yaitu peningkatan nilai effectiveness
berbanding lurus dengan penurunan nilai Cr.
Jurusan Teknik Mesin

Fakultas Teknologi Industri


Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

2015 39
Praktikum Perpindahan Panas Semester Gasal 2015-2016

4.4.3. Analisa Grafik Gabungan qact vs f(Recold) pada Counter dan Parallel Flow

qact (Counter Flow) vs qact (Parallel


Flow)
4000

3000
q-act Paralel
qact (W)

2000
q-act Counter
1000 Linear (q-act Paralel)

0 Linear (q-act Counter)


0 2 4 6 8 10
n

Gambar 4.8. Grafik Gabungan qact vs f (Recold) pada Counter dan Parallel Flow.

Dari grafik di atas, terlihat bahwa grafik qact memiliki trendline yang
cenderung naik terhadap kenaikan nilai Recold pada masing-masing percobaan
terhadap aliran paralel dan aliran counter. Trendline grafik qact counter memiliki
gradien yang lebih kecil dibandingkan trendline grafik qact paralel dengan
trendline yang lebih curam dan data yang cenderung lebih fluktuatif.
Bila ditinjau secara analitis, nilai Recold dapat dihitung dengan rumus Nu
= 4.36 Re4/5 × Pr1/3 dan Nu = h × D/k. Dari kedua rumus tersebut, nilai Re dan h
berbanding lurus dengan nilai Nu sehingga semakin besar Re, semakin besar h.
Kemudian, apabila nilai h digunakan dalam perumusan q = h × A × ∆T, nilai h
juga berbanding lurus dengan q sehingga dapat disimpulkan bahwa Re berbanding
lurus dengan q. Karena itu, hasil percobaan menunjukkan bahwa seiring dengan
peningkatan nilai Recold, nilai qact juga semakin meningkat.

Jurusan Teknik Mesin

Fakultas Teknologi Industri


Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

2015 40
Praktikum Perpindahan Panas Semester Gasal 2015-2016

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Dari praktikum ini didapat beberapa kesimpulan, yaitu:
1. Semakin besar nilai Re, maka semakin besar nilai koefisien konveksi (h)
sehingga semakin besar pula actual heat loss (qact) yang terjadi.
2. Semakin besar nilai Re, maka semakin besar perubahan tekanan
(pressure drop, ∆p).
3. Semakin besar nilai perbandingan antara Cmin dan Cmax(Cr), maka
semakin kecilefektivitas heat exchanger (ε). Karena ε merupakan fungsi
NTU, maka nilai NTU jugasemakin kecil.
4. Nilai qact pada aliran paralel lebih besar daripada qactpada aliran counter.

5.2. Saran
Saran kami untuk praktikum selajutnya adalah:
1. Sebaiknya asisten jaga memperhatikan praktikan saat pelaksaaan
praktikum agar tidak terjadi kesalahan pada metode pengujian.
2. Sebaiknya alat praktikum yang sudah tua diperbarui agar mendapat hasil
yang maksimal.

Jurusan Teknik Mesin

Fakultas Teknologi Industri


Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

2015 41

Anda mungkin juga menyukai