Anda di halaman 1dari 18

DISKUSI KASUS

TB PARU TCM (?) KASUS PUTUS OBAT DALAM PENGOBATAN OAT BULAN 1 DG
PNEUMOTHORAX SPONTAN SEKUNDER DAN CAP

Pembimbing : dr. Indah Rachmawati, SpP

Disusun oleh :
Risdinar Ulya Fauziyah
G4A016048

SMF ILMU PENYAKIT DALAM


RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO

2018

1
2
LEMBAR PENGESAHAN

DISKUSI KASUS

TB PARU TCM (?) KASUS PUTUS OBAT DALAM PENGOBATAN OAT BULAN 1 DG
PNEUMOTHORAX SPONTAN SEKUNDER DAN CAP

Diajukan untuk memenuhi syarat


mengikuti Kepaniteraan Klinik
di bagian Ilmu Penyakit Dalam
RSUD Prof. DR. Margono Soekarjo Purwokerto

telah disetujui dan dipresentasikan


pada tanggal: Agustus 2018

Disusun oleh :
Risdinar Ulya Fauziyah G4A016048

Purwokerto, Agustus 2018


Pembimbing,

dr. Indah Rachmawati, Sp.P

3
I. PENDAHULUAN

Penyebab Tuberkulosis (TB) diketahui lebih dari satu abad dan selama hampir
50 tahun sudah ditemukan berbagai macam obat yang efektif untuk mengatasinya.
Namun, masalah TB dunia sekarang lebih besar dari sebelumnya. Penyebab pasti ini
tidak diketahui. Hal ini diperkirakan karena hubungan antara TB dengan infeksi HIV
serta terjadinya Multiple Drug Resistant Tuberkulosis (TB-MDR). Setiap tahun
diperkirakan ada satu juta kasus baru dan dua juta kematian akibat TB di dunia (Amin
dan Asril 2006)
Selain itu, efek samping dan toksisitas obat juga memiliki sebuah ancaman baik
untuk dokter dan pasien dalam melanjutkan terapi. Di antara berbagai efek yang
disebabkan oleh obat TB, kerusakan hati yang paling banyak. Kerusakan hati
disebabkan oleh sebagian besar obat lini pertama dan hal ini tidak hanya menjadi
sebuah tantangan serius dalam menghadapi pengobatan dan perawatan TB tetapi juga
menimbulkam kesulitan dalam memulai pengobatan. Regimen pengobatan untuk TB
Nasional yang direkomendasikan yakni Isoniazid (INH), Rifampisin (R), Etambutol (E),
pirazinamid (P) dan Streptomisin (S). (Kishore, dkk, 2010)
Rifampisin (R), Isoniazid (H), Pirazinamid (Z) dan etambutol (E)/ streptomisin
(S) (3 obat pertama bersifat hepatotoksik). Factor risiko hepatotoksisitas: Faktor Klinis
(usia lanjut, pasien wanita, status nutrisi buruk, alcohol, punya penyakit dasar hati,
karier HBV, prevalensi tinggi di negara berkembang, hipoalbumin, TBC lanjut,
pemakaian obat tidak sesuai aturan dan status asetilatornya) dan Faktor Genetik. Risiko
hepatotoksisitas pasien TBC dengan HCV atau HIV yang memakai OAT adalah 4-5 x
lipat. Telah dibuktikan secara meyakinkan adanya keterkaitan antara HLA-DR2 dengan
tuberculosis pada berbagai populasi dan keterkaitan variasi gen NRAMPI dengan
kerentanan terhadap tuberculosis. (Kishore, dkk, 2010)

4
II. STATUS PASIEN

A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Sdr. HA
Usia : 24 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Status : belum menikah
Agama : Islam
Pekerjaan : Tidak bekerja
Alamat : Pancasan Rt 10/02 Ajibarang
Tanggal masuk RS : 18 Agustus 2018
Tanggal periksa : 21 Agustus 2018
Rujukan : RSUD Ajibarang
B. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
Sesak nafas
2. Keluhan Tambahan
Batuk kering, demam, keringat pada malam hari, penurunan berat badan, diare,
jantung berdebar-debar
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSMS dengan keluhan sesak nafas yang dirasakan
memberat 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Sesak tanda disertai suara ngik dan
semakin lama semain memberat. Sesak tidak dipengaruhi oleh udara dingin atau
perubahan posisi namun sesak bertamah setiap bernafas. Pasien menyangkal kaki
sering bengkak, perut membesar, maupun terbangun saat malam hari karena
sesaknya.
Keluhan disertai dengan batuk tidak berdahak dan demam sejak 1 bulan
terakhir. Demam naik dan turun, terutama saat malam hari tanpa pemberian obat
demam. Pasien juga sering berkeringat saat malam sehingga saat bangun pagi baju
basah. Berat badan turun kurang lebih 11 kg sejak 2 bulan terakhir, meski nafsu
makan normal. Pasien sering merasa berdebar-debar secara tiba-tiba. Sejak 3

5
bulan terakhir pasien sering diare dengan konsistensi lembesk tanpa disertai
dengan darah waran hitam atau merah maupun lendir 2-3 kali sehari, 3-4 hari
dalam seminggu. Pasien menyangkal keluhan sering sariawan.
10 hari yang lalu pasien sempat mengalami keluhan sesak yang memberat,
kemudian di rawat di RS Ajibarang selama 5 hari. Dari hasil rontgen dada yang
dilakukan 7 Agustus 2018 menunjuukan adanya infeksi tuberkulosis. Setelahnya
pasien diberikan obat antituberkulosis yang diminum 1 kali sehari 3 tablet. Pasien
mengaku meminum obat tersebut secara teratur.
Sebelumnya pasien menyatakan pernah mempunyai benjolan disekitar leher
dan telinga pada akhir 2016. Kemudian pasien periksa ke puskemas dan dirujuk
ke Poli Bedah RSMS awal 2017. Benjolan tersebut kemudian di operasi dan
diperiksakan ke laboratorium. Setelah kontrol ke Poli Bedah pasien di rujuk ke
Poli Paru RSMS dan diberikan obat yang membuat BAK berwarna seperti teh
selama 2 bulan. Namun setelah 2 bulan pasien tidak melanjutkan kontrol atau
meminum obat tersebut. Pasien menyangkal berhenti berobat karena gatal, mual
muntah, kulit atau mata kuning, pendengaran atau penglihatan menurun. Pasien
tidak pernah memeriksakan dahak sebelumnya.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
a. Riwayat keluhan serupa : (+) 10 hari yang lalu
b. Riwayat OAT : (+) 2 bulan, putus obat 2017
c. Riwayat asma : disangkal
d. Riwayat alergi : disangkal
e. Riwayat hepatitis : disangkal
f. Riwayat penyakit jantung : disangkal
g. Riwayat hipertensi : disangkal
h. Riwayat kencing manis : disangkal
5. Riwayat Penyakit Keluarga
a. Riwayat keluhan serupa : disangkal
b. Riwayat batuk lama : (+) teman kerja
c. Riwayat asma : disangkal
d. Riwayat alergi : disangkal

6
e. Riwayat hipertensi : disangkal
f. Riwayat kencing manis : disangkal
6. Riwayat Sosial Ekonomi
a. Community
Pasien tinggal di lingkungan padat penduduk. Rumah satu dengan yang
lain berdekatan. Disekitar rumah ada tempat pembuatan genting dengan cara
dibakar. Keluarga dan teman sepermainan pasien tidak ada yang memiliki
keluhan serupa.
b. Home
Pasien tinggal satu rumah bersama ayah, ibu dan seorang adiknya yang
berusia 15 tahun. Rumah pasien berdinding tembok, jendela jarang dibuka
setiap pagi, dan terdapat ventilasi yang cukup. Lantai terbuat dari keramik, atap
terbuat dari genteng.
c. Occupational
Pasien adalah seorang lulusan SD dan sejak 1 tahun terakhir tidak
bekerja. Pasien sempat bekerja di Bogor peternakan ayam pada 2016 namun
pulang karena sakit sehingga sampai sekarang tidak bekerja. Aktivitas sehari-
hari lebih banyak dihabiskan di dalam rumah. Pasien mengaku ada rekan kerja
di Bogor yang menderita batuk lama.
d. Personal habit
Pasien mempunyai pola makan sehari 2-3 kali dengan menu nasi dan
lauk pauk seadanya. Pasien mengaku sering mengkonsumsi alkohol sejak
2006-2016 hampir setiap hari. Merokok setiap hari habis ±12 batang selama 10
tahun, indek brinkman 120 (perokok ringan). Pasien juga mentato tangan dan
kaki 6 tahun yang lalu. Pasien pernah berhubungan seksual dengan pasangan
yang berbeda sebelumnya. Pasien menyangkal pernah mengkonsumsi obat-
obatan terlarang.
C. OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 21 Agustus 2018 di Bangsal Cendana
RSMS.

7
a. Keadaan Umum : Gizi kurang, Sedang
b. Kesadaran : Compos mentis, E4V5M6
c. BB : 39 kg, TB : 160 cm
d. IMT: 14.06 (underweight)
e. Vital sign
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 108 x/menit
RR : 28 x/menit
Suhu : 36,9 0C
Status generalis:
Kepala : Mesocephal, venektasi temporal (-)
Rambut : Warna rambut hitam, tidak mudah dicabut, terdistribusi merata
Mata : Simetris, edema palpebra (-/-), konjungtiva anemis (-/-), sklera
ikterik (-/-), refleks pupil (+/+) normal isokor 3 mm,
eksopthalmus (-/-), lapang pandang : tidak ada kelainan, lensa :
keruh (-/-), gerak mata normal
Telinga : Discharge (-/-) deformitas (-/-)
Hidung : Discharge (-/-), deformitas (-), nafas cuping hidung (-)
Mulut : Bibir sianosis (-), atrofi papil lidah (-), lidah kotor (-)
Leher : Deviasi trakea (+) dextra, pembesaran KGB (-/-), Pembesaran
tiroid (-), luka bekas operasi panjang ± 4cm, JVP 5 ± 1 cm
Pulmo
Inspeksi : Dinding dada simetris,retraksi (-)ketinggalan gerak (+) sinistra, jejas (-)
Palpasi : Vokal fremitus hemitoraks kanan > Vokal fremitus hemitoraks kiri
Perkusi : Sonor dilapang paru kanan dan hipersonor dilapang paru kiri
Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+/+ menurun), RBH (+/-), RBK (-/-),
wheezing(-/-)
Cor
Inspeksi : Ictus cordis tampak di SIC V linea midclavicula sinistra
Palpasi : Ictus cordis teraba di SIC V linea midclavicula sinistra dan kuat angkat
(-)

8
Perkusi : Batas atas kanan : SIC II LPSD
Batas atas kiri : SIC II LPSS
Batas bawah kanan : SIC IV LPSD
Batas bawah kiri : SIC IV LMCS
Auskultasi : S1>S2 reguler, Gallop (-), Murmur (-)
Abdomen
Inspeksi : datar, supel
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Perkusi : timpani, pekak alih (-), pekak sisi (-), undulasi (-), asites (-)
Palpasi : nyeri tekan (-)
Hepar : Teraba 2 jari BACD, NT (+), Tepi Lancip
Lien : Tidak teraba
Ekstremitas
Pemeriksaan Ekstremitas Ekstremitas
superior inferior
Dextra Sinistra Dextra Sinistra
Edema (pitting) - - - -
Sianosis - - - -
Kuku kuning - - - -
(ikterik)
Akral dingin - - - -
Reflek fisiologis
Bicep/tricep + + + +
Patela + + + +
Reflek patologis
Reflek babinsky - - - -
Sensoris D=S D=S D=S D=S

2. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan darah lengkap (18 Agustus 2018)
Darah lengkap Hasil Keterangan
Hb 10.4 g/dL L
Leukosit 21700 U/L H
Ht 32 % L
Eritrosit 3.7 10^6/uL L
Trombosit 452.000/uL Normal
MCV 85.4 Normal
MCH 28.0 Normal

9
MCHC 32.8 Normal
RDW 17.0 H
MPV 8.7 L
Hitung jenis :
Basofil 0,2% Normal
Eosinofil 0.2% L
Batang 0.0% L
Segmen 90% H
Limfosit 4.4% L
Monosit 5.2% Normal
Kimia klinik :
Total Protein 5.95g/dL L
Albumin 2.20 g/dL L
Globulin 3.75 g/dL H
SGOT 40 U/L H
SGPT 26 U/L Normal
Ureum darah 33.7 mg/dL Normal
Kreatinin darah 0.74 mg/dL Normal
GDS 101 mg/dL Normal
Natrium 133 mmol/L L
Kalium 4.5 Normal
Klorida 100 Normal

b. Foto Thorax (17 Agustus 2018)

Gambar 1.1 Foto thorax pasien dari IGD RS Ajibarang. Kesan Foto Thorax
(17 Agustus 2018) : gambaran tension penumothoraks disertai colaps paru kiri,
gambaran tb paru aktif lesi minimal, susp efusi pleura duplex
D. RESUME
1. Anamnesis
Keluhan utama pasien adalah sesak nafas tidak sejak 1 hari SMRSkeluhan
disertai batuk tidak berdahak, demam naik turun, berkeringat pada malam hari,

10
berat badan pasien menurun dari yang sebelumnya (50 kg menjadi 39 kg), diare,
dan jantung berdebar-debar.
2. Pemeriksaan fisik
a. Tanda vital
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 108 x/menit
RR : 28 x/menit
Suhu : 36,9 0C
b. Pemeriksaan paru
Ketertinggalan gerak paru kiri, hipersonor lapang paru kiri, suara dasar
vesikuler (+/+ menurun) Ronkhi basah halus (+/-)
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan darah lengkap (18 Agustus 2018)
Darah lengkap Hasil Keterangan
Hb 10.4 g/dL L
Leukosit 21700 U/L H
Ht 32 % L
Eritrosit 3.7 10^6/uL L
Trombosit 452.000/uL Normal
MCV 85.4 Normal
MCH 28.0 Normal
MCHC 32.8 Normal
RDW 17.0 H
MPV 8.7 L
Hitung jenis :
Basofil 0,2% Normal
Eosinofil 0.2% L
Batang 0.0% L
Segmen 90% H
Limfosit 4.4% L
Monosit 5.2% Normal
Kimia klinik :
Total Protein 5.95g/dL L
Albumin 2.20 g/dL L
Globulin 3.75 g/dL H
SGOT 40 U/L H
SGPT 26 U/L Normal
Ureum darah 33.7 mg/dL Normal
Kreatinin darah 0.74 mg/dL Normal
GDS 101 mg/dL Normal
Natrium 133 mmol/L L

11
Kalium 4.5 Normal
Klorida 100 Normal

b. Pemeriksaan Foto thorax


Kesan Foto Thorax RS Ajibarang (17 Agustus 2018) : gambaran tension
penumothoraks disertai colaps paru kiri, gambaran tb paru aktif lesi
minimal, susp efusi pleura duplex
E. ASSESSMENT
1. Diagnosis Klinis:
a. CAP
b. pneumothorax spontan sekunder ec TB
c. TB paru TCM (?)kasus putus obat
F. PLANNING
1. Terapi
a. Farmakologi
1) O2 4 lpm NK
2) IVFD Rl 20 tpm
3) Inj. Ranitidin 2x1 amp
4) Inj. Ketorolac 2x1 amp
5) Inj ceftriaxone 2x1 gr
6) Po OAT kategori 2 4FDC 1x3
7) Po Streptomisin 1x750
8) Po Vip albumin 3x1
9) Po Tabas Syr 3x1 cth
10) Po vitamin B6 1x1
11) Pemeriksaan TCM
12) Pemasangan Continous suction
b. Non farmakologi
1) Edukasi pasien dan keluarga tentang penyakit, cara penularan, pengobatan
serta efek samping obat.
2) Edukasi pasien untuk rutin meminum obat dan control jika obat habis atau
ketika merasakan keluhan mual muntah dan gatal-gatal

12
3) Edukasi tentang gaya hidup sehat untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan
menunjang proses penyembuhan pasien seperti makan makanan yang
bergizi dan olah raga teratur untuk meningkatkan daya tahan tubuh.
4) Lakukan screening pada anggota keluarga untuk tindakan pencegahan dan
pengobatan awal jika keluarga lain sudah tertular.
5) Edukasi tentang kebersihan lingkungan rumah, seperti membuka jendela
setiap hari agar sinar matahari dan sirkulasi udara bagus.
6) Edukasi pasien untuk selalu memakai masker, tidak batuk dan bersin
sembarangan dan tidak membuang dahak sembarangan.
2. Monitoring
a. Keadaan umum dan kesadaran
b. Tanda vital
c. Evaluasi klinis
1) Pasien dievaluasi setiap 2 minggu sampai akhir bulan ketiga pengobatan,
selanjutnya tiap 1 bulan mulai bulan keempat dan kedelapan.
2) Evaluasi respon pengobatan dan ada tidaknya efek samping obat serta ada
tidaknya komplikasi.
3) Evaluasi klinis meliputi keluhan, berat badan, pemeriksaan fisik.
d. Evaluasi bakteriologis
1) Pada pemerikaan awal untuk menegakkan diagnosis
2) Setelah bulan ketiga pengobatan (setelah fase intensif)
3) Akhir bulan ketujuhpengobatan
4) Pada akhir pengobatan bulan kedelapan
e. Evaluasi radiologi
1) Sebelum pengobatan
2) Akhir bulan kedua jika BTA (-)
3) Pada akhir pengobatan
f. Evaluasi efek samping
1) Periksa fungsi hati (SGOT, SGPT, bilirubin)
2) Periksa fungsi ginjal (ureum, kreatinin)
3) Periksa GDS, G2PP, asam urat

13
4) Pemeriksaan visus, pemeriksaan keseimbangan dan pendengaran
g. Evaluasi keteraturan obat

G. PROGNOSIS
Keberhasilan kesembuhan penyakit tuberkulosis tergantung pada:
1. Kepatuhan minum obat
2. Komunikasi dan edukasi serta pengawasan minum obat
3. Umur penderita
4. Penyakit yang menyertai
5. Resistensi obat
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad malam
Ad sanationam : dubia ad malam

H. FOLLOWUP

Tanggal S O A P
19/8 - Sesak nafas KU/Kes:Sedang/E4M5V6 o O2 10 lpm NRM
2018 - Batuk tidak TD : 120/60 mmHg - CAP, o IVFD Rl 20 tpm
berdahak RR: 32 x/menit - Pneumothorax o Nebu combivent/ 8 jam
HP -1 - Lemas N : 100 x/menit sekunder ec TB, o Inj. Ranitidin 2x1 amp
- Mual, T :36.7°C - TB paru TCM o Inj. Ketorolac 2x1 amp
muntah (-) (?)kasus putus o Inj ceftriaxone 2x1 gr
- Demam, Mata : CA -/-, SI -/- obat o Inj MP 2x62.5 mg
keringat Cor : BJ I,II reg M(-)G(-) o Pemeriksaan TCM
dingin (-) Pulmo :SD Ves +/+ menurun, o Pemasangan Continous
Rh +/- Wh -/- suction
Abd : datar, supel, BU (+), NT
(-)
Ext : hangat +/+/+/+ edema -/-/-
/-

Thorax sinistra: Terpasang


chest tube -8mmHg  225 cc
20/8 - Sesak nafas KU/Kes:Sedang/E4M5V6 o O2 4 lpm NK
2018 - Batuk tidak TD : 100/60 mmHg - CAP, o IVFD Rl 20 tpm
berdahak RR: 28 x/menit - Pneumothorax o Inj. Ranitidin 2x1 amp
HP-2 - Lemas N : 98 x/menit sekunder ec TB, o Inj. Ketorolac 2x1 amp
- Mual, T :37.3°C - TB paru TCM o Inj ceftriaxone 2x1 gr
muntah (-) (?)kasus putus o PO OAT kat 2 4FDC
- Demam, Mata : CA -/-, SI -/- obat 3x1

14
keringat Cor : BJ I,II reg M(-)G(-) o PO streptomisin
dingin (-) Pulmo :SD Ves +/+ menurun, 1x750mg
Rh +/- Wh -/- o PO vip albumin 3x1
Abd : datar, supel, BU (+), NT o PO tabas syr 3x1 cth
(-) o Pemeriksaan TCM
Ext : hangat +/+/+/+ edema -/-/- o Pemasangan Continous
/- suction

Thorax sinistra: Terpasang


chest tube -8mmHg  100 cc
21/8/ - Sesak nafas KU/Kes:Sedang/E4M5V6 o O2 4 lpm NK
2018 - Batuk tidak TD : 130/80 mmHg - CAP, o IVFD Rl 20 tpm
berdahak RR: 32 x/menit - Pneumothorax o Inj. Ranitidin 2x1 amp
HP -3 - Mual, N : 100 x/menit sekunder ec TB, o Inj. Ketorolac 2x1 amp
muntah (-) T :36.7°C - TB paru TCM o Inj ceftriaxone 2x1 gr
- Demam, (?)kasus putus o PO OAT kat 2 4FDC
keringat Mata : CA -/-, SI -/- obat 3x1
dingin (-) Cor : BJ I,II reg M(-)G(-) o PO streptomisin
Pulmo :SD Ves +/+ menurun, 1x750mg
Rh +/- Wh -/- o PO vip albumin 3x1
Abd : datar, supel, BU (+), NT o PO tabas syr 3x1 cth
(-) o PO vit B6 1x1
Ext : hangat +/+/+/+ edema -/-/- o Pemeriksaan TCM
/- o Pemasangan Continous
suction
Thorax sinistra: Terpasang
chest tube -8mmHg  100 cc
22/8/ - Sesak nafas KU/Kes:Sedang/E4M5V6 o O2 4 lpm NK
2018 - Batuk tidak TD : 130/80 mmHg - CAP, o IVFD Rl 20 tpm
berdahak RR: 32 x/menit - Pneumothorax o Inj. Ranitidin 2x1 amp
HP-4 - Mual, N : 100 x/menit sekunder ec TB, o Inj. Ketorolac 2x1 amp
muntah (-) T :36.7°C - TB paru TCM o Inj ceftriaxone 2x1 gr
- Demam, (?)kasus putus o PO OAT kat 2 4FDC
keringat Mata : CA -/-, SI -/- obat 3x1
dingin (-) Cor : BJ I,II reg M(-)G(-) o PO streptomisin
Pulmo :SD Ves +/+ menurun, 1x750mg
Rh +/- Wh -/- o PO vip albumin 3x1
Abd : datar, supel, BU (+), NT o PO tabas syr 3x1 cth
(-) o PO vit B6 1x1
Ext : hangat +/+/+/+ edema -/-/- o Pemeriksaan TCM
/- o Pemasangan Continous
suction
Thorax sinistra: Terpasang
chest tube -8mmHg  150 cc

15
DAFTAR PUSTAKA

Amin, Zulkifli dan Asril Bahar. 2006. Pengobatan TB termutakhir. In: Buku ajar IPD.
Jakarta: Balai pnerbit FKUI

Bing, K. 2012. Diagnostik dan klasifikasi tuberkulosis paru.Semarang : Medika

Borgdorff, M., Peter D., Guy M., Michael A., and Nadia A., 2015. 46th World
Conference on Lung Health of the International Union Against Tuberculosis
and Lung Disease (The Union). The International Journal of Tuberculosis
and Lung Disease,19 (12)

Croft, J., Norman, H., and Fred, M., 2002. Tuberkulosis Klinik. Edisi 2. Jakarta :Widya
Medik

Kementerian Kesehatan RI. 2014. Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis. Edisi


2. Jakarta : Kemenkes RI

Kishore PV, Palaian S, Paudel R, Mishra P, Prabhu M, Shankar PR. Drug Induced
Hepatitis with Anti-tubercular Chemotherapy: Challenges and Difficulties in
Treatment. Kathmandu University Medical Journal (2007), Vol. 5, No. 2,
Issue 18, 256-260

Yoga, T., Aditama M. S., Dyah E. M., Asik S., Adi U., et al., 2014. Strategi Nasional
Pengendalian TB di Indonesia 2010-2014. Jakarta: Menkes RI

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI). 2006. Tuberkulosis: Pedoman Diagnosis


dan Penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta : Indah Offset Citra Grafika.

Persatuan Dokter Paru Indonesia. 2006. Tuberkulosis: Pedoman Diagnosis dan


Penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta: PDPI

Prasad, J., Behera D., Lalit K., Rohit S., Khatri G.R. et al., 2012. Relationship between
sputum smear grading and smear conversion rate and treatment outcome in
the patients of pulmonary tuberculosis undergoing DOTS- A prospective
cohort study. Indian Journal of Tuberculosis, 59 (3)

Werdhani. 2014. Patofisiologi, Diagnosis, Dan Klafisikasi Tuberkulosis. Jakarta: FKUI-


Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas

World Health Organization. 2014. Global Tuberculosis Report 2014. Geneva: WHO

16
42
Lampiran 1. Resep OAT 4FDC (Sdr HA)

dr. DU
1604048
Jl.Gumbreg No. 62, Berkoh, Purwokerto, Banyumas
081225232271

Purwokerto, 21 Agustus 2018

R/

Pro : Sdr HA
BB : 39 kg
Usia : 24 tahun
Alamat : Pancasan Rt 10/02 Ajibarang

17
43
Lampiran 2. Resep OAT fase intensif (Sdr HA)

dr. DU
1604048
Jl.Gumbreg No. 62, Berkoh, Purwokerto, Banyumas
081225232271

Purwokerto, 21 Agustus 2018

R/

Pro : Sdr HA
BB : 39 kg
Usia : 24 tahun
Alamat : Pancasan Rt 10/02 Ajibarang

18
44

Anda mungkin juga menyukai