Anda di halaman 1dari 22

KEUTAMAAN

MENUNTUT ILMU SYAR’I


DALAM AL-QURAN DAN SUNNAH
PENGANTAR

Nabi Adam ‫ عليه السالم‬telah mencontohkan bepergian dalam rangka menuntut ilmu,
sebagaimana dalam hadits Abu Hurairah bahwa Allah berkata kepada Adam :
ِ َّ ‫ك َو َر ْ َْح حْة‬
ْ‫اّلل‬ َْ ‫الس َال حْم عَلَ ْي‬
َّ :‫ فَ َقالحوا‬،‫الس َال حْم عَل َ ْي ح ُْك‬ َْ ‫ َ َِتيَّ حت‬،‫َك‬
َّ ‫ فَ َقا َْل‬،‫ك َو َ َِت َّي حْة حذ ّ ِري َّ ِت َك‬ َْ ‫ل ُأول َ ِئ‬
َْ ‫ فَ ْاس َت ِم ْْع َما ح َُي ُّيون‬،‫ك ِم َْن امل َ َالئِ َك ِة‬ ْ َ َ‫َب فَ َس ِ ّْْل ع‬ْْ ‫(ا ْذه‬
)... ‫اّلل‬ ِْ َّ ‫ َو َر ْ َْح حْة‬:‫فَ َزادحوحْه‬
“Pergilah dan beri salam kepada para malaikat di sana lalu dengarkanlah apa salam
mereka kepadamu, itu adalah salammu dan salam keturunanmu, lalu dia (Adam) pun
memberi salam kepada mereka: ”Assalamu ‘alaikum” kemudian mereka menjawab:
“Assalamu ‘alaika warahmatullah” , mereka menambahkan: warahmatullah…” (HR Al-
Bukhary: 3326 dan Muslim: 2841)
PENGANTAR

Imam Bukhary membuat judul bab dalam Shahihnya:

‫ابب اخلروج يف طلب العل‬


Bab “Keluar untuk menuntut ilmu”. Dalam QS Al-Kahfi: 82-60 Allah berfirman:

َْ ِ ‫ّت َأبْلحَْغ َم ْج َم َْع الْ َب ْحَْرْي ِْن َأ ْْو َأ ْم‬


)‫ض حح حق ًبا‬ ْ َّ ‫وس ِل َفتَاحْه َْل َأ ْب َر حْح َح‬
ْ َ ‫( َوا ْْذ قَا َْل حم‬
ِ
“Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada budaknya: Aku tidak akan berhenti
hingga aku mencapai tempat pertemuan 2 laut atau berlalu tahun yang panjang”.
DEFINISI ILMU

Ilmu adalah mengetahui (menguasai) sesuatu dengan mantab


sesuai dengan pengetahuan yang sebenarnya (berlandaskan
landasannya).
Sedangkan maksud dari Ilmu Syar’i adalah Ilmu yang berlandaskan
firman Allah Ta’ala, sabda Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam, dan
arahan para salafush-shalih yang bermanfaat dan mengantarkan rasa
takut kepada Allah ‘azza wajalla.
HUKUM MENUNTUT ILMU SYAR’I

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

‫طلب العل فريضة عل لك مسل‬


“Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim”
(HR. Ibnu Majah. Hadits ini dihasankan oleh As-Suyuthi, Adz-Dzahabi
dan disebutkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Ibnu Majah).
MACAM-MACAM ILMU

ILMU SYAR’I ILMU GHAIRU SYAR’I


FARDHU ‘AIN FARDHU KIFAYAH

1.KEPADA • JIKA SUDAH ADA


SELURUH CUKUP ORANG MAHMUD/ MADZMUM/ MUBAH/
MUKALLAF YANG MEWAKILI TERPUJ TERCELA BOLEH
2.KEPADA MAKA • FARDHU • HARAM
SEBAGIAN KEWAJIBANNYA KIFAYAH
MUKALLAF GUGUR ATAS
YANG LAIN
PENYEBUTAN ILMU DALAM AL-QURAN

DIPUJI DICELA
ILMU BERMANFAAT YANG TIDAK
DIAMALKAN
ILMU BERMANFAAT • QS. AL-JUMU’AH: 5

YANG DIAMALKAN ILMU TAK BERMANFAAT


• QS. FATHIR: 28 • SIHIR (QS. AL-BAQARAH: 102) & ILMU DUNIA
YANG MELALAIKAN DARI AKHIRAT (QS. AR-
RUM; 6)
KEUTAMAAN
MENUNTUT ILMU SYAR’I
DALAM AL-QURAN DAN HADIS
1. YANG TAKUT KEPADA ALLAH HANYALAH
ORANG YANG BERILMU
Allah berfirman:

‫اّلل ِم ْْن ِع َبا ِدِْه الْ حعلَ َما حْء‬ ْ َ ‫ان َّ َما َ َْي‬
َْ َّ ‫ش‬
ِ

…“Di antara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya hanyalah para ulama.”
[Faathir: 28]
2. WARISAN PARA NABI

Lihat hadis di poin ke 10 / slide ke 18


3. ILMU AKAN TETAP HIDUP DAN MENDATANGKAN
KEBAIKAN MESKIPUN ORANGNYA MATI
Dari Abu Hurairah Radhiyallaahu ‘anhu, dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,

.‫ َْو َو َ ْل َصا ِلحْ ي َ ْد حعو َحْل‬،‫ َوِْع ْْل يحنْتَ َف حْع ِب ِه‬،‫ َصدَ قَةْ َج ِاريَة‬:ْ‫ان انْ َق َط َْع َ ََع ححْل ا َّْل ِم ْْن ثَ َالث‬
ْ‫ا َذا َماتَْ ْالن ْ َس ح‬
ِ ِ ِ

“Jika seorang manusia meninggal dunia, maka pahala amalnya terputus, kecuali tiga hal: shadaqah jariyah, ilmu
yang bermanfaat, dan anak shalih yang mendo’akannya.”
Hadits shahih: Diriwayatkan oleh Muslim (no. 1631), al-Bukhari dalam Adabul Mufrad (no. 38), Abu Dawud
(no. 2880), an-Nasa-i (VI/251), at-Tirmidzi (no. 1376), Ahmad (II/372), al-Baihaqi (VI/ 278), lafazh ini milik at-
Tirmidzi. Lihat Irwaa-ul Ghaliil (no. 1580).
4. ALLAH IRINGKAN PERSAKSIAN-NYA DAN
MALAIKAT DENGAN PERSAKSIAN ULAMA
Allah Ta’ala berfirman,

ْ‫اّلل َأن َّحْه َْل ال َ َٰ َْه ا َّْل ه َْحو َوالْ َم َالئِ َك حْة َو ُأولحو الْ ِع ِْْل ْقَاِِ ًما ِابلْ ِق ْسطِْۚ َْل ال َ َٰ َْه ا َّْل ه َْحو الْ َع ِز حْيز الْ َْح ِك حي‬
ْ‫َشهِدَْ َّ ح‬
ِ ِ ِ ِ

“Allah menyatakan bahwasanya tidak ada ilah (yang berhak diibadahi dengan benar)
melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang
berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tidak ada ilah (yang berhak diibadahi
dengan benar) melainkan Dia, Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.” [Ali ‘Imran: 18]
5. AHLI ILMU ADALAH SALAH SATU YANG LAYAK
KITA IRI PADANYA
Dari ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ْ‫ َو َر حجلْ أَتَ حْه َّ ح‬، ‫ل هَلَ َك ِت ِْه ِ ْف الْ َح ِّْق‬


ْ ِ ‫ فَه َْْو ي َ ْق‬، ‫اّلل الْ ِح ْْكَ َْة‬
‫ض ِبِ َا َويح َع ِل ّ حمهَا‬ ْ َ َ‫اّلل َما ًْل فَ حس ِل ّطَ ع‬ ِْ ْ َ ‫َْل َح َسدَْ ا ْلَّ ِ ْف اثْنَت‬
ْ‫ي َر حجلْ أَتَ حْه َّ ح‬
ِ
“Tidak boleh hasad (ghibtoh) kecuali pada dua orang, yaitu orang yang Allah
anugerahkan padanya harta lalu ia infakkan pada jalan kebaikan dan orang yang
Allah beri karunia ilmu (Al Qur’an dan As Sunnah), ia menunaikan dan
mengajarkannya.”
HR. Bukhari no. 73 dan Muslim no. 816
6. MENUNTUT ILMU MEMUDAHKAN JALAN
MENUJU SURGA
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ْ‫ل َط ِريقًا يَلْ َت ِم حسْ ِفي ِْه ِعلْ ًما َسهَّ َْل َّ ح‬
‫اّلل َحْل َط ِريقًْا ا َ ْل اجلَنَّ ِْة‬ َْ َ ‫َم ْْن َس‬
ِ

“Barang siapa yang menempuh perjalanan untuk mencari ilmu, maka akan Allah
mudahkan jalannya menuju surga.” (HR. Muslim).
7. ORANG YANG BERUSAHA BELAJAR AGAMA
MERUPAKAN TANDA BAHWA ALLAH MEMILIKI
RENCANA BAIK UNTUKNYA
Mu’awiyah bin Abi Sufyan radhiyallaahu ‘anhu, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫للا ِب ِْه خ ْ ًَْيا يح َف ِقّهْ حْه ِ ْيف ا ّ ِل ْي ِْن‬


ْ‫َم ْْن حي ِرِْد ح‬

“Barangsiapa dikehendaki kebaikan oleh Allah, maka Dia akan memberikan pemahaman agama
kepadanya.”
Hadits shahih: Diriwayatkan oleh Ahmad (I/306, II/234, IV/92, 95, 96), al-Bukhari (no. 71, 3116,
7312), dan Muslim (no. 1037), dari Shahabat Mu’awiyah bin Abi Sufyan radhiyallaahu ‘anhuma.
8. DALAM AL-QURAN NABI HANYA DIPERINTAH
UNTUK MEMINTA TAMBAHAN ILMU
Sebagaimana firman Allah Ta’ala,

‫بْز ِدِنْ ِعل ًما‬


ِ ‫لْر‬
َ ‫َوق‬

…“dan katakanlah:”Ya Allah tambahkanlah kepadaku ilmu.”(QS. Taaha: 114).


9. ALLAH MENGANGKAT DERAJAT ORANG
BERILMU
Allah Ta’ala berfirman.

ْ‫نُك َو َّ ِاَّل َين‬ َْ ‫اّلل َّ ِاَّل‬


ْْ‫ين أ َمنحوا ِم ح‬ ْ‫نُشوا يَ ْرفَْع ِ َّ ح‬ ‫اّلل لَ حُْْكْۖ َوا َذا ِقي َْل ا ح ح‬
ْ‫نُشوا فَا ح ح‬ ْ ِ ‫ين أ َمنحوا ا َذا ِقي َْل لَ حُْْك تَ َف َّس ححوا ِ ْيف الْ َم َجا ِل‬
ْ‫س فَافْ َْس ححوا ي َ ْف َس ِْح َّ ح‬ َْ ‫َْي َأُّيُّ َا َّ ِاَّل‬
ِ ِ
ْ‫ون َخبِْي‬ ْ‫ُأوتحوا الْ ِع َْْل د ََر َجاتْْۚ َو َّ ح‬
َْ ‫اّلل ِب َما تَ ْع َملح‬

“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu: ‘Berilah kelapangan dalam majelis’,
maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: ‘Berdirilah
kamu’, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang
kamu kerjakan.” [Al-Mujaadilah : 11]
10. DIDOAKAN MALAIKAT DAN MAKHLUK-
MAKHLUK ALLAH LAINNYA
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ْ‫اّلل ِب ِْه َط ِريقًا ِْم ْْن حط حر ِْق الْ َجنَّ ِْة َوا َّْن الْ َم َالئِ َك َْة ل َ َتضَ حْع َأ ْْج ِن َحَتَ َا ِرضً ا ِل َطا ِلبِْ الْ ِع ِْْل َوا َّْن الْ َعا ِل َم‬ ْ‫ل َّ ح‬ َْ َ ‫ب ِفي ِْه ِعلْ ًما َس‬ ْ‫ل َط ِري ًقا ي َ ْطلح ح‬ َْ َ ‫َم ْْن َس‬
ْ َ َ‫ل الَْْعا ِب ِْد َك َف ْض ِْل الْ َق َم ِْر ل َ ْي ََْل الْ ِ َب ْد ِْر ع‬
‫ل‬ ْ َ َ‫ف الْ َما ِْء َ ِوا َّْن فَ ْض َْل الْ َعا ِل ِْم ع‬ ْ‫ض َوالْ ِحي َت ح‬
ْ ِ ‫ان ِ ْف َج ْو‬ ْ ِ ‫ات َو َم ْْن ِ ْف ا َأل ْر‬ ِْ ‫الس َم َو‬ َّ ‫لَيَ ْس َت ْغ ِف حْر َحْل َم ْْن ِ ْف‬
ْ‫َسائِ ِْر ْال َك َوا ِكبِْ َوا َّْن الْ حعلَ َم َْاء َو َرثَ حْة ا َألنْ ِب َيا ِْء َوا َّْن ا َألنِْْب َي َْاء ل َ ْْم يح َو ّ ِرثحوا ِدينَ ًارا َو َْل ِ ِد ْر َ ًَها َو َّرثحوا الِْْع َْْل فَ َم ْْن َأخ ََذحْه َأخ ََْذ ِ َِبظّ َوا ِفر‬
“Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya di antara jalan menuju surga.
ِ ِ
Sesungguhnya malaikat meletakkan sayapnya sebagai tanda ridho pada penuntut ilmu. Sesungguhnya orang yang
berilmu dimintai ampun oleh setiap penduduk langit dan bumi, sampai pun ikan yang berada dalam air. Sesungguhnya
keutamaan orang yang berilmu dibanding ahli ibadah adalah seperti perbandingan bulan di malam badar dari bintang-
bintang lainnya. Sesungguhnya ulama adalah pewaris para Nabi. Sesungguhnya Nabi tidaklah mewariskan dinar dan
tidak pula dirham. Barangsiapa yang mewariskan ilmu, maka sungguh ia telah mendapatkan keberuntungan yang
besar.” (HR. Abu Daud no. 3641. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).
11. ORANG BERILMU DAN PENUNTUT ILMU
DIKECUALIKAN DARI LAKNAT
Dari Abu Hurairah (wafat th. 57 H) radhi-yallaahu ‘anhu, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

.‫للا َو َما َو َالحْه َوعَا ِلـمْ َأ ْْو حمتَ َع ِ ّْل‬


ِْ ‫َأ َْل ا َّْن الُّ نْ َيا َملْ حع ْون َةْ َملْ حع ْونْ َما ِف ْْيَا ا َّْل ِذ ْك حْر‬
ِ ِ
“Ketahuilah, sesungguhnya dunia itu dilaknat dan dilaknat apa yang ada di dalamnya, kecuali dzikir
kepada Allah dan ketaatan kepada-Nya, orang berilmu, dan orang yang mempelajari ilmu.’”
Hadits hasan: Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi (no. 2322), Ibnu Majah (no. 4112), dan Ibnu ‘Abdil Barr
(I/135, no. 135), dari Shahabat Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu. Lihat Shahiih at-Targhib wat Tarhiib
(no. 74). Lafazh ini milik at-Tirmidzi.
12. DIDOAKAN NABI SHALLALLAHU ‘ALAIHI
WASALLAM
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Semoga Allah memberikan cahaya pada wajah orang yang mendengarkan sebuah hadits dari kami, lalu menghafalkannya dan
menyampaikannya kepada orang lain. Banyak orang yang membawa fiqih namun ia tidak memahami. Dan banyak orang yang
menerangkan fiqih kepada orang yang lebih faham darinya. Ada tiga hal yang dengannya hati seorang muslim akan bersih (dari
khianat, dengki dan keberkahan), yaitu melakukan sesuatu dengan ikhlas karena Allah, menasihati ulil amri (penguasa), dan
berpegang teguh pada jama’ah kaum Muslimin, karena do’a mereka meliputi orang-orang yang berada di belakang mereka.”
Beliau bersabda, “Barangsiapa yang keinginannya adalah negeri akhirat, Allah akan mengumpulkan kekuatannya, menjadikan
kekayaan di hatinya, dan dunia akan mendatanginya dalam keadaan hina. Namun barangsiapa yang niatnya mencari dunia,
Allah akan mencerai-beraikan urusan dunianya, menjadikan kefakiran di kedua pelupuk matanya, dan ia mendapat dunia
menurut apa yang telah ditetapkan baginya.”
Hadits shahih: Diriwayatkan oleh Ahmad (V/183), ad-Darimi (I/75), Ibnu Hibban (no. 72, 73-Mawaarid), Ibnu ‘Abdil Barr dalam
Jaami’ Bayaanil ‘Ilmi wa Fadhlihi (I/175-176, no. 184), lafazh hadits ini milik Imam Ahmad, dari ‘Abdurrahman bin Aban bin
‘Utsman radhiyallaahu ‘anhum. Lihat Silsilah al-Ahaadiits ash-Shahiihah (no. 404) dan al-‘Ilmu Fadhluhu wa Syarafuhu (hal. 70-
74).
13. MENUNTUT ILMU ADALAH JIHAD DI JALAN
ALLAH
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,

ْ َ ْ‫ل ََك َْن ََكلنَّ ِاظ ِْر ا َ ْل َما لَي‬


.‫س َحْل‬ ِ ‫َم ْْن َد َخ َْل َم ْس ِجدَ نَْ ه ََذا ِل َي َت َع ََّْل خ ْ ًَْيا َأ ْْو ِل حي َع ِل ّ َم حْه ََك َْن ََْكلْـ حم َجا ِه ِْد ِ ْْيف َس ِب ْي ِْل‬
َْ ِ ‫ َو َم ْْن َدخ َحَْل ِلغ ْ َِْْي َذ‬،‫للا‬
ِ
“Barangsiapa yang memasuki masjid kami ini (masjid Nabawi) dengan tujuan mempelajari kebaikan atau
mengajarkannya, maka ia laksana orang yang berjihad di jalan Allah Ta’ala. Dan barangsiapa yang memasukinya
dengan tujuan selain itu, maka ia laksana orang yang sedang melihat sesuatu yang bukan miliknya.”
Hadits hasan: Diriwayatkan oleh Ibnu Hibban (no. 87-at-Ta’liiqaatul Hisaan), Ibnu Majah (no. 227), Ahmad (II/350, 526-
527), Ibnu Abi Syaibah (no. 33061), dan al-Hakim (I/91), dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu.
14. ILMU MENGHIDUPKAN HATI SEBAGAIMANA
HUJAN MENYUBURKAN TANAH
Dari Abu Musa, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ْ ْ ‫ َو ََكن‬، ‫ب ْال َك ِث َْْي‬


‫َت ِم ْْنَا‬ َْ ‫َك َوالْ حع ْش‬ َْ َ ‫ت ْال‬
ِْ َ ‫ فَأَْنْ َبت‬، ‫ت الْ َم َْاء‬
ِْ َ‫ فَ ََك َْن ِم ْْنَا ن َ ِقيَّةْ قَ ِبل‬، ‫اب َأ ْرضً ا‬َْ ‫ث ْال َك ِث ِْْي َأ َص‬ ِْ ‫اّلل ِب ِْه ِم َْن الْهحدَ ى َوالْ ِع ِْْل ََكَث َِْل الْ َغ ْي‬ ْ ِ ‫َمث َ حْل َما ب َ َعث‬
ْ‫َن َّ ح‬
، ‫َك‬ ْ‫ َو َْل تح ْن ِبتحْ َ أ‬، ‫ك َم ًْاء‬ ْ‫ه ِقي َْعانْ َْل تح ْم ِس ح‬ َْ ِ ‫ ان َّ َما‬، ‫ت ِم ْْنَا َطاِِ َف ًْة ُأخ َْرى‬ ْ ْ َ ‫ َو َأ َصاب‬، ‫َشبحوا َو َس َق ْوا َو َزَْر حعوا‬ ِ َ َ‫ ف‬، ‫اس‬ ْ َ َّ‫اّلل ِبِ َا الن‬ ْ‫ فَنَ َف َْع َّ ح‬، ‫ت الْ َم َْاء‬ِْ ‫ب َأ ْم َس َك‬ ْ‫َأ َجا ِد ح‬
ِ
‫ت ِب ِْه‬
ْ‫اّلل َّ ِاَّلى ُأ ْر ِسلْ ح‬
ِْ َّ ‫ َوْلَ ْْم ي َ ْق َب ْْل هحدَ ى‬، ‫ل َر ْأ ًسا‬ َْ ِ ‫ َو َمث َ حْل َم ْْن لَ ْْم يَ ْرفَْْع ِب َذ‬، ‫ ْفَ َع َِْل َوعَ ََّْل‬، ‫اّلل ِب ِْه‬
ْ‫َن َّ ح‬ ِْ َّ ‫ين‬
ْ ِ ‫اّلل َون َ َف َع حْه َما ب َ َعث‬ ِْ ‫ل َمث َ حْل َم ْْن فَ ِق َْه ِ ْف ِد‬َْ ِ ‫فَ َذ‬
“Permisalan petunjuk dan ilmu yang Allah mengutusku dengannya adalah bagai ghaits (hujan yang bermanfaat) yang
mengenai tanah. Maka ada tanah yang baik, yang bisa menyerap air sehingga menumbuhkan tumbuh-tumbuhan dan
rerumputan yang banyak. Di antaranya juga ada tanah yang ajadib (tanah yang bisa menampung air, namun tidak bisa
menyerap ke dalamnya), maka dengan genangan air tersebut Allah memberi manfaat untuk banyak orang, sehingga
manusia dapat mengambil air minum dari tanah ini. Lalu manusia dapat memberi minum untuk hewan ternaknya, dan
manusia dapat mengairi tanah pertaniannya. Jenis tanah ketiga adalah tanah qi’an (tanah yang tidak bisa menampung
dan tidak bisa menyerap air). Inilah permisalan orang yang memahami agama Allah, bermanfaat baginya ajaran yang
Allah mengutusku untuk membawanya. Dia mengetahui ajaran Allah dan dia mengajarkan kepada orang lain. Dan
demikianlah orang yang tidak mengangkat kepalanya terhadap wahyu, dia tidak mau menerima petunjuk yang Allah
mengutusku untuk membawanya.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Anda mungkin juga menyukai