Metode Pelaksanaan
Metode Pelaksanaan
METODE PELAKSANAAN
A. PEKERJAAN PENDAHULUAN
1. Los Kerja/Bedeng Kerja
a. Kontraktor harus menyediakan los kerja ukuran 4 x 6 m = 24 M 2 untuk para pekeria
dan biaya penyedlaan los kerja ditanggung Kontraktor.
b. Kontraktor harus membuat rencana lay out dari bangunan direksi keet dan los kerja
serta gudang material tersebut untuk mendapat persetujuan Konsultan
Pengawas/Direksi.
2. Gudang
a. Gudang material harus baik, sehingga bahan-bahan yang disimpan dan akan
dipergunakan tidak rusak karena hujan, panas dan lain-lain,
b. Bahan untuk pembuatan gudang dipergunakan kayu meranti dan dinding tripleks
berkualitas baik.
c. Luas lantai gudang 24 m2.
d. Gudang disediakan sendiri oleh Kontraktor dengan biaya sendiri.
e. Lokasi gudang harus disetujui Konsultan Pengawas/Direksi.
3. Pek. Pengukuran dan Pasang Bowplank, Pekerjaan ini untuk menentukan luasan bangunan
dan kedataran pondasi dengan memakai papan dasar pelaksanaan (bouwplank) kayu kelas
IV dan waterpass tinggi dasar 0.00 dan sumbu-sumbu tiang disetujui direksi dan/atau
pengawas bangunan setempat yang berwenang.
Tinggi dasar PEIL ditentukan bersama-sama Perencana,Direksi, Pelaksana dan pengelola
proyek dan harus disesuaikan dengan gambar kerja.
4. Papan Nama Pekerjaan
a. Kontraktor wajib membuat papan nama pekerjaan sesuai ketentuan yang berlaku
dengan persetujuan Konsultan Pengawas/Direksi.
b. Ukuran papan nama pekerjaan 80 x 120 cm bahan baliho dilapisi triplek.
c. Papan nama dipasang pada tempat yang jelas dan mudah dibaca.
5. Air Kerja, Sebelum mendatangkan air kerja Pemborong harus menyiapkan wadah untuk
penyimpanan air kerja baik berupa tower, Drum, maupun dengan terpal dan air kerja yang
dipakai tidak boleh mengandung Lumpur serta garam
6. Listrik dan Air Kerja
Penyediaan listrik dan air keda untuk kebutuhan pelaksanaan pekerjaan menjadi
tanggungjawab Kontraktor.
7. Photo pekerjaan 3 phase
a. Untuk merekam kegiatan pelaksanaan pekerjaan, Konsultan Pengawas/Direksi dengan
menugaskan kepada Kontraktor, membuat foto-foto dokumentasi untuk
tahapan-tahapan pelaksanaan pekerjaan dilapangan.
b. Photo pekerjaan dibuat oleh Kontraktor sesuai petunjuk Konsultan Pengawas/Direksi,
disusun dalam 4 (empat) tahapan disesuaikan dengan tahapan pembayaran angsuran
tetapi tidak termasuk masa pemeliharaan
c. Photo pekerjaan tiap tahapan tersebut di atas dibuat 5 (lima) set dilampirkan pada saat
pengambilan angsuran sesuai dengan tahapan angsuran, yang masing-masing adalah:
Metode Pelaksanaan
C. PEKERKJAAN BETON
1. Spesifikasi
Spesifikasi ini meliputi semua pekerjaan beton bertulang dan tak bertulang yang
diperlukan. Semua pekerjaan ini harus mengikuti Peraturan Beton Indonesia (PBI)
1971. Sepanjang tidak diatur dalam spesifikasi ini.
a. Bahan, Bahan yang digunakan adalah:
Metode Pelaksanaan
(1) Semen. Semen adalah portland semen yang telah disetujui oleh Direksi yang
memenuhi syarat S-400 menurut standart semen Indonesia (NI-8-1972)
misalnya Semen Gresik, Cibinong dan lain-lain.
(2) Pasir. Adalah pasir beton alam yang mempunyai modulus kehalusan butir 2
sampai 32 sesuai PBI 1971.
(3) Kerikil/Koral. Adalah kerikil/koral sungai yang bersih dan bebas dari bagian-
bagian yang halus, mudah pecah, tipis atau yang panjang-panjang serta bersih
dari bahan alkali, organis dan bahan-bahan lain yang dapat merusak.
(4) Aggregate Kasar. Adalah batuh ex pecah (tangan/ston crusher) harus
bergradasi baik, dengan ukuran butir 5 mm - 25 mm dan harus sesuai
persyaratan dalam NI-2 PBI 1971.
(5) Besi Tulangan. Adalah baja tulangan beton dari mutu dan ukuran sesuai NI-2
PBI-1971. Baja tulangan ini harus bersih dari serpih-serpih karat, minyak,
gemuk dan pelapisan yang akan merusak atau mengurangi daya lekat dalam
beton. Baja tulangan harus dapat dibengkokkan sesuai bentuk dan ukuran-
ukuran dalam gambar. Baja tulangan tidak boleh diluruskan atau dibengkok
kembali dengan cara yang dapat merusak bahannya mutu besi beton U-22
atau U-24.
(6) Air. Air harus bersih bebas lumpur, minyak, asam, bahan organik garam dan
kotoran-kotoran lain dalam jumlah yang dapat merusakkan, air tersebut harus
sesuai ketentuan dalam PBI 1971 untuk campuran beton.
b. Mutu Beton, Mutu Beton yang digunakan
(1) Untuk struktural berat adalah K-250.
(2) Untuk non struktural seperti rabat adalah K-100
Semuanya harus sesuai PBI 1971 dan melalui test labs.
c. Bekisting
(1) Cetakan/bekisting untuk beton harus disesuaikan dengan gambar-gambar
rencananya sehingga bidang batasnya seperti yang diinginkan. Bahan yang
akan digunakan untuk rencana cetakan harus mendapat persetujuan dari
Direksi papan kayu Pontoh 3/20.
(2) Cetakan dibuat sedemikian rupa sehingga mendapatkan cetakan dengan
permukaan yang rata dari beton serta harus berkekuatan dan mempunyai
kekuatan yang tetap pada tempat dan bentuknya selama pembebanan dan
berlangsungnya pekerjaan pemadatan beton.
(3) Sebelum beton dicor, permukaan dari cetakan - cetakan harus dilumuri
dengan minyak atau bahan lain yang disetujui untuk mencegah melekatnya
beton dengan cetakan-cetakan tersebut.
Sebelum pengecoran dilaksanakan, kedudukan cetakan harus dicek kembali,
sehingga pada pengecoran nanti kedudukan bekisting tidak berubah.
d. Komposisi / Adukan. Komposisi/Adukan diatur sebagai berikut:
Beton harus dari semen Portland, pasir, kerikil/batu pecah dan air, semuanya
dicampur dalam perbandingan yang serasi sehingga didapat kekentalan yang baik
(mudah dikerjakan) dan kekuatan yang diinginkan.
Campuran beton adalah :
(1) Beton struktural K 250 dengan 1 PC : 2 PS : 3 KR
(2) Beton non struktural K-80-100 dengan 1PC : 3PS : 5KR.
e. Nilai Slump. Nilai slump harus lebih dari 9.
f. Pengaduk Beton. Dipersyaratkan setiap pengadukan mortal beton harus dengan
Concrete Mixer dengan kapasitas yang mencukupi untuk maksud pekerjaan
tersebut.
g. Pelaksanaan Pengecoran. Hal-hal yang perlu diparhatikan adalah :
(1) Beton tidak boleh dicor sebelum cetakan, penulangan dan pemasangan
instalasi-instalasi yang harus ditanam, pengikatan telah selesai serta telah
diperiksa Direksi dengan bukti izin pengecoran.
Metode Pelaksanaan
(2) Permukaan yang harus dicor bersih dan tidak ada air menggenang.
Pemukaan begisting yang dapat menyerap banyak air harus dibasahi dahulu.
(3) Transportasi pengecoran dapat dengan cara memakai ember dan tenaga
manusia.
(4) Pengecoran tidak boleh dijatuhkan lebih tinggi dari 2 meter dan tidak boleh
sewaktu hujan.
h. Pembukaan Cetakan. Pembukaan cetakan bagi kontruksi yang menerima muatan
beban/ bergetar/ bergerak setelah umur 21 hari, sedangkan yang tidak cukup 7-
10 hari.
i. Curing. Konstruksi beton harus dirawat (cured) dengan disiram air sampai beton
telah mengeras benar (± 14 hari).
j. Perlindungan. Perlu melindungi semua konstruksi beton terhadap kerusakan-
kerusakan.
k. Perbaikan Beton. Bila ada kerusakan beton maka harus diperbaiki dengan cara
pengasari permukaan, pengeleman dengan bahan aditive, baru dilaksanakan
pengecoran lagi dan atau pemelesteran.
l. Penggunaan. Beton digunakan untuk pondasi, kolam, sloof, Balok, Plat Laantai
dan lain-lain. Khusus untuk pondasi, maka pelaksanaannya adalah sebagai
berikut:
(1) Pekerjaan pondasi dimulai setelah seluruh galian tanah diperiksa dan
disetujui Direksi untuk pelaksanaan pekerjaan pondasi.
(2)
(3) Semua pondasi beton harus dicor diatas "werk vloer" yang telah kering dicor
diatas pasir padat.
m. Penyimpanan.
Pemborong harus membuat gudang-gudang penyimpanan semen yang baik dan
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
(1) Harus menjamin semen terlindung dari pengaruh iklim dan kelembab-an
gudang harus cukup ventilasi.
(2) Lantai harus dibuat paling sedikit 30 cm di atas tanah.
(3) Harus dibuat cukup besar, untuk menyimpan stock yang menjamin
kontinuitas pekerjaan.
(4) Semen-semen di atas harus diatur sedemikian rupa sehingga semen-
semen yang datang lebih dulu dalam gudang dapat dipakai lebih dulu.
(5) Sebaiknya semen jangan ditumpuk lebih dari 2 m.
(6) Apabila semen telah disimpan lama dan atau mutunya diragukan, maka
sebelum boleh dipakai harus diuji dulu dilaboratoium.
(7) Agergat harus ditimbun ditempat pekerjaan sedemikian rupa hingga
pengotoran oleh bahan-bahan lain dan pencampuran satu sama lain dapat
dicegah. Penggunaan bak-bak bahan yang berlantai sangat dianjurkan,
untuk mencegah terbawanya tanah bawah pada waktu pengambilan bahan.
Ditempat-tempat diman tanahnya gembut dan atau becek pada waktu
hujan, penggunaan bak bahan yang berlantai menjadi keharusan.
(8) Batang-batang tulangan harus disimpan dengan tidak menyentuh tanah.
Batang-batang tulangan dari berbagai jenis baja harus diberi tanda-tanda
yang jelas dan ditimbun terpisah jenis yang satu dari jenis yang lainnya,
sehingga tidak mungkin saling bertukar.
(9) Penimbunan batang-batang tulangan diudara terbuka untuk jangka waktu
yang panjang harus dicegah.
n. Baja Tulangan
1. Semua baja tulangan yang dipakai harus baru.
Metode Pelaksanaan
2. Mutu baja harus sesuai dengan yang ditetapkan dalam gambar - gambar
detail dan sesuai dengan standard Indonesia SNI-2, PBI 1971 dan
mendapat persetujuan dari direksi.
3. Jika diperlukan Direksi, Pemborong harus dapat memberikan sertifikat
daribaja tulangan yang dipakai dari Laboratorium pengujian bahan
dan/atau dari pabrik. Sebelum baja-baja tulangan didatangkan ke site,
pemborong harus menyerahkan dulu contoh-contoh besi.
4. Jika ternyata baja-baja tulangan tidak sesuai dengan spesifikasi, tidak
sesuai dengan contoh-contoh yang dimaksudkan. Direksi dapat mengapkhir
besi-besi tersebut. Segala kerugian menjadi tanggung jawab pemborong.
6. Baja tulangan harus dibengkok/dibentuk dengan teliti sesuai dengan
bentuk dan ukuran-ukuran yang tertera dalam gambar - gambar beton.
Baja harus dibengkok dalam keadaan dingin.
7. Sebelum dipasang baja tulangan harus bersih dari serpihan-serpihan, karat,
minyak, gemuk, yang dapat mengurangi daya lekatan
8. Besi beton harus dipasang dengan teliti sesuai dengan gambar. Besi beton
harus diikat pada tempatnya dengan kawat-kawat pengikat, klem-klem yang
khusus diganjal dengan blok-blok beton atau kesisi besi, spaces atau
gantungan-gantungan sehingga dijamin tidak terjadi penggeseran pada
waktu pengecoran beton.
9. Tahu beton harus dibuat dengan adukan 1Pc : 2 Psr.
10. Tulangan-tulangan beton harus disambung pada tempat-tempat
sesuai dengan gambar konstruksi, jika diperlukan dapat disambung pada
tempat-tempat lain tetapi harus mendapat persetujuan dari Direksi.
o. Pengujian Beton
Banyaknya air yang dipakai harus diatur sedemikian rupa dan disesuaikan
dengan kadar air dan gradasi dari agregat sehingga kubus- kubus percobaan
harus dibuat dan diuji sesuai dengan PBI 1971.
Pemborong harus menyediakan peralatan-peralatan yang diperlukan
untuk melakukan pengujian dan dikerjakan oleh petugas-petugas yang terlatih.
Frekwensi pemeriksaan disesuaikan dengan PBI 1971 dan penetapan
Direksi di lapangan.
p. Pengecoran Beton
2. Sebelum pekerjaan pengecoran beton dilakukan, semua pekerjaan
cetakan (bekisting) , baja-baja tulangan instalasi yang harus ditanam dalam
beton sudah harus selesai dulu dan mendapat persetujuan dari Direksi.
3. Pengecoran hanya boleh dilakukan jika Direksi atau wakilnya yang
ditunjuk serta wakil Pemborong yang setingkat ada di tempat pekerjaan.
4. Cetakan-cetakan harus dibersihkan dulu dengan jalan penyemprot-an air
tawar atau compressor sihingga segala kotoran hilang dari cetakan.
5. Beton harus dicor pada tempat pekerjaan secepat mungkin setelah
pencampuran dan pengadukan dipadatkan dengan mechanical vibrator
terus-menerus.
6. Sambungan-sambungan pengecoran harus dibersihkan dan harus dilapisi
dahulu dengan air semua sebelum dilakukan pengecoran baru. Beton
harus dicor pada adukan yang baru (fresh).
7. Pencampuran / penumpukan kembali beton tidak diperkenankan. Beton
yang sudah mengeras tidak boleh digunakan lagi. Pada waktu pengecoran
yang mana air campuran beton itu terjadi pemisahan antara air dan
specinya, maka beton inipun tak boleh digunakan, adapun beton tidak
boleh dituangkan terlalu tinggi sehingga dapat mengakibatkan
terjadinya pemisahan/agregasi dari agregat. Tinggi maksimum pengecoran
1.5 meter.
Metode Pelaksanaan
D. PEKERJAAN DINDING,PLASTERAN
1.Lingkup pekerjaan ini meliputi tenaga kerja, penyedia bahaan, persiapan pemasangan,
pembersihan lokasi yang akan dilaksanan untuk kegiatan tersebut.
2. Pelaksanaan pekerjaan
a. Pekerjaan pemasangan dinding batu bata dilakukan dengan lot terlebih dahulu utntuk
memastikan tegaknyan dinding sehingga tidak terjadi kemiringan.
b. Untuk mendapatkan kelurusan dinding harus memasang benang, sehingga dinding tidak
bergolombang.
c. Plasteran menggunakan mistar mistar sehingga permukaan dinding kelihatan tara dan halus
E. PEKERKJAAN LANTAI
1. Lingkup, pekerjaan meliputi semua tenaga kerja, penyediaan bahan, persiapan
pemasangan, pembersihan lantai yang akan dikerjakan dan pelaksanaan pemasangan.
2. Pelaksanaan Pekerjaan Pemasangan.
a. Pekerjaan pemasangan Lantai kramik di pasang pada seluruh ruangan, harus
dikerjakan secara presisi, rata, rapih, kuat, dan mempunyai permukaan yang tidak
bergelombang, serta didapatkan nat-nat yang lurus.
b. Dalam pemasangan harus menggunakan rentangan benang yang diukur dengan
waterpass dan dipindahkan pada setiap keramik.
c. Pelaksanaan pemasangan keramik dilaksanakan dengan adukan 1 PC : 4 PSR.
d. Pekerjaan finishing lantai baru dapat dimulai setelah selesai pengecoran plat lantai
e. Pola pemasangan keramik bila tidak jelas terdapat pada gambar kerja harus
ditanyakan kepada Kosultan Pengawas/Direksi untuk mendapat penjelasan.
f. Nat antara keramik dibuat sekecil mungkin dan diisi dengan semen berwarna sama
dengan dasar keramik yang dipakai.
g. Keramik sebelum dipasang harus direndam dalam air hingga tidak muncul
gelembung-gelembung udara kemudian ditiriskan sampai tidak ada lagi air yang
menetes.
h. Selesai pemasangan ruangan harus bebas dari beban berat serta kegiatan lain.
i. Sedapat mungkin pemotongan dihindarkan jangan terjadi potongan lebih kecil dari
setengah ukuran, kecuali tercantum dalam gambar Potongan dilakukan tanpa
bergerigi.
j. Pemasangan keramik wajib memperhatikan nilai estetikanya. Tidak diharuskan untuk
membasahi lantai dengan air secara terus menerus selama satu minggu dan lantai
ditutup dengan lembaran plastik untuk mendapatkan hasil yang sempurna.
Lingkup bagian pekerjaan ini dilakukan setelah pekerjaan atap selesai dengan menggunakan
bahan kayu kelas 3 sebagai rangka dan triples sebagai penutup,yang sebelumnya membuat
tangga tempat pijakan demi keamanan pekerja,
Menarik tali untuk kelurusan dan rata permukaan plafon
J. PEKERJAAN SANITAIR
Semen yangdigunakan adalah portland semen yang telah disetujui oleh Direksi yang
memenuhi syarat S-400 menurut standart semen Indonesia (NI-8-1972) misalnya
Semen Gresik, Cibinong dan lain-lain.
1. Bersihkan permukaan beton dari sisa-sisa bekisting, debu, minyak- minyak, cat dan
lain-lain bahan yang dapat mengurangi daya ikat plesteran. Basahi beton dengan
air sehingga jernih, tunggu sampai aliran air berhenti.
2. Pasangkan acian setebal 2-3 mm, kasarkan permukaan, kemudian pasangkan plester
sebelum mengering.
Metode Pelaksanaan
K. PEKERJAAN FINISING/PENGECETAN
Pekerjaan ini meliputi pengadaan dan pemasangan cat serta finishing pada semua
permukaan sesuai dengan gambar-gambar, daftar-daftar persyaratan.
1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Lingkup bagian pekerjaan pengecetan pada pasal ini
adalah meliputi menyediakan, melengkapi semua alat-peralatan, perlengkapan dan
semua bahan material serta tenaga kerja yang dibutuhkan untuk melaksanakan
pekerjaan pengecetan termasuk teak oil/plituran serta lain-lain pekerjaan yang ada
hubungannya dengan penyelesaian pekerjaan tersebut sehingga sesuai dengan
persyaratan dan gambar-gambar yang sah.
2) Bahan. Bahan cat yang digunakan adalah sebagai berikut:
a) Untuk cat tembok luar digunakan cat anti lumut/weathershield eksterior Jotun atau
yang setara, cat-cat lain yang setara dan disetujui Direksi.
b) Untuk cat besi digunakan cat Patna cat-cat lain yang setara dan disetujui Direksi
3) Pelaksanaan Pengecatan.
a) Sebelum dilakukan pengecatan dasar, maka bidang yang akan dicat harus dibersihkan
dari kotoran-kotoran dengan alat pembersih misalnya ampelas, kain pembersih dan
lain-lain. Tidak diperkenankan menggunakan alat pembersih yang merusakkan struktur
bahan.
b) Permukaan bidang yang akan dicat harus diratakan benar termasuk menggunakan
plamur, dempul yang khusus sesuai persyaratan bahan yang akan dicat.
c) Proses/tahapan pengecatan harus dilaksanakan secara berurutan dan harus
mempunyai tenggang waktu yang cukup untuk proses pengeringan dari tiap lapisan
cat.
f) Pelaksana pengecatan dapat menggunakan kuas, sprayer atau roller, yang kesemuanya
harus dikerjakan sesuai peraturan-peraturan yang berlaku yaitu sesuai NI-3 dan NI-4.
g) Seluruh hasil pekerjaan pengecatan harus rata, berwarna yang merata pula tanpa
noda/cacat.
SYAMSUL ALAM, SH
Direktur.