Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN KLIEN

HALUSINASI

A. Pengertian
Halusinasi adalah terganggunya peresepsi sensori seseorang, dimana tidak
terdapat stimulus. ( varcarolis, 2006 )
Halusinasi adalah gangguan peresepsi sensori dari suatu objek tanpa adanya
rangsangan dari luar, gangguan persepsi sensori ini meliputi seluruh
pancaindra.(buku ajar keperawatan jiwa, hal 120)
Halusinasi merupakan salah satu gejala gangguan jiwa yang pasien
mengalami perubahan sensori peresepsi, serta merasakan sensasi palsu berupa
suara, pengelihatan, pengecapan, perabaan atau penciuman serta pasien
merasakan stimuus yang sebetulnya tidak ada. ( buku ajar keperawatan jiwa, hal
120)
Halusinasi adalah gerakan penyerapan (persepsi) panca indera tanpa ada
rangsangan dari luar yag dapat meliputi semua sistem panca indera terjadi pada saat
kesadaran individu penuh atau baik. (Depkes 2000 dalam Dermawan & Rusdi 2013)

B. Rentang Respon Neurobiologi


Halusinasi merupakan gangguan dari persepsi sensori, waham merupakan
gangguan pada isi pikiran. Keduanya merupakan gangguan dari respon neurobiologi
oleh karenanya secara keseluruhan, rentang respon halusinasi mengikuti kaidah
rentang respon neurobiologi.
Rentang respon neurobiologi yang paling adaptif adalah adanya pikiran logis
dan terciptanya hubungan sosial yang harmonis. Rentang respon yang paling
maladaptif adalah adanya waham, halusinasi, termasuk isolasi sosial menarik diri.

Adaptif Maladaptif

1. Pikiran logis 1. Kadang proses pikir tidak 1. Gangguan proses


2. Persepsi akurat terganggu berpikir/waham
3. Emosi konsisten 2. Ilusi 2. Halusinasi
dengan 3. Emosi tidak stabil 3. Kesukaran proses emosi

70
pengalaman 4. Perilaku tidak biasa 4. Perilaku tidak terorganisasi
4. Perilaku cocok 5. Menarik diri 5. Isolasi sosial
5. Hubungan sosial
harmonis

C. Intesitas level halusinasi


1. Tahap I
a. Memberi rasa nyaman. Tingkat ansietas sedang. Secara umum halusinasi
merupakan suatu kesenangan
b. Karakteristik Halusinasi
a) Mengalami ansietas kesepian, rasa bersalah, dan ketakutan
b) Mencoba berfokus pada pikiran yang dapat menghilangkan ansietas.
c) Pikiran dan pengalaman dan pengalaman sensorik masih ada dalam kontrol
kesadaran ( jika kecemasan di kontrol ).
c. Perilaku pasien
a) Tersenyum atau tertawa sendiri
b) Mengerakan bibir atau suara.
c) Penggerakan mata yang cepat.
d) Respon verbal yang lambat.
e) Diam dan berkonsenterasi.
2. Tahap II
a. Menyalahkan. Tingkat kecemasan berat secara umum halusinasi menyebabkan
antipati.
b. Karakteristik halusinasi
a) Pengalaman sensori menakutkan.
b) Mulai merasa kehilangan kontrol.
c) Merasa dilecehkan oleh pengalaman sensori tersebut.
d) Menarik diri dari orang lain.
c. Perilaku pasien
a) Peningkatan sistim saraf otak, tanda-tanda ansietas, seperti peningkatan
denyut jantung, pernafasan, dan tekanan darah.
b) Rentang perhatian menyempit.
c) Konsentrasi dengan pengalaman sensori.
d) Kehilangan kemampuan membedakan dari realita.
71
2. Tahap III
a. Mengontrol tingkat kecemasan berat pengalaman sensori tidak dapat di tolak
lagi.
b. Karakteristik halusinasi
a) Pasien menyerah dan menerima pengalaman sensorinya.
b) Isi halusinasi menjadi atratif
c) Kesepian bila pengalaman sensori berakhir
c. Perilaku pasien
a) Perintah halusinasi di taati
b) Sulit berhubungan dengan orang lain
c) Rentang perhatian hanya beberapa detik atau menit
d) Gejala fisik ansietas berat berkeringat, tremor, dan tidak mampu mengikuti
perintah
3. Tahap IV
a. Menguasai tingkat kecemasan panik secara umum di atur dan di pengaruhi oleh
waham.
b. karakteristik halusinasi
a) Pengalaman sensorik menjadi acaman
b) Halusinasi dapat berlangsung selama beberapa jam atau hari ( jika tidak
diinvensi )
c. Perilaku pasien
a) Perilaku panik.
b) Potensial tinggi untuk bunuh diri atau membunuh
c) Tindakan kekerasan agitasi, menarik atau katatonia.
d) Tidak mampu berespon terhadap perintah yang kompleks.
e) Tidak mampu berespon terhadap lebih dari satu orang.

D. Faktor Predisposisi
a. Faktor perkembangan
Tahap perkembangan klien yang terganggu misalnya rendahnya kontrol dan
kehangatan kelurga menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak kecil, mudah
frustasi, hilang percaya diri dan lebih rentang terhadap stress.
b. Faktor sosiokultural

72
seorang yang merasa tidak diterima lingkungan sejak bayi (unwanted child)
akan merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada lingkungannya.
c. Faktor biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya stress yang
berlebihan yang dialami seseorang maka di dalam tubuh dihasilkan suatu zat
yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia seperti Buffofenon dan
Dimetytranferase (DMP). Akibat stress berkepanjangan menyebabkan
teraktivasinya neurotransmitter otak. Misalnya terjadi ketidakseimbangan
acetylcholin dan dopamin.
d. Faktor psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus pada
penyalahgunaan zat adaptif. Hal ini berpengaruh pada ketidakmampuan klien
dalam mengambil keputusan yang tepat demi masa depannya. Klien lebih
memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam khayal.
e. Faktor genetik dan pola asuh
Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orang tua
skizofrenia cenderung mengalami skizofreni. Hasil studi menunjukkan bahwa
faktor keluarga menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh pada penyakit
ini.

E. Faktor Presipitasi

a. Stresor sosial budaya


Stres dan kecemasan akan meningkat bila terjadi penurunan stabilitas
keluarga, perpisahan dengan orang yang penting, atau diasingkan dari
kelompok dapat menimbulkan halusinasi.
b. Faktor biokomia
Berbagai penelitian tentang dopamin, norepinefrin, indolamin, serta zat
halusigenik diduga berkaitan dengan gangguan orientasi realitas termasuk
halusinasi.
c. Faktor psikologis
Intensitas kecemasan yang eksterm dan memanjang disertai terbatasnya
kemampuan mengatasi masalah memungkinkan berkembangnya gangguan

73
orientasi realitas. Pasien mengembangkan koping untuk menghindari kenyataan
yang tidak menyenangkan.
d. Perilaku
Perilaku yang perlu dikaji pada pasien dengan gangguan orientasi realitas
berkaitan dengan perubahan proses pikir, afektif persepsi, motorik, dan sosial.

F. Penatalaksanaan Halusinasi
1. Menciptakan lingkungan yang terapeutik
Untuk mengurangi tingkat kecemasan, kepanikan dan ketakutan klien akibat
halusinasi,sebaiknya pada permulaan pendekatan tidak dilakukan secara
individual dan usahakan agar terjadi kontak mata, kalau bisa pasien disentuh
atau dipegang.
2. Melaksanakan program terapi dokter
Seringkali klien menolak obat yang diberikan sehubungan dengan
rangsangan halusinasi yang dideritanya.
3. Menggali permasalahan klien dan membantu mengatasi masalah yang ada
Setelah pasien lebih kooperatif dan komunikatif,perawat dapat menggali
masalah klien yang merupakan penyebab timbulnya halusinasi serta
membantu mengatasi masalah yang ada.
4. Memberi aktivitas pada klien
Klien diajak mengaktifkan diri untuk melakukan gerakan fisik, misalnya
berolahraga, bermain atau melakukan kegiatan.
5. Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses keperawatan
Keluarga klien dan petugas lain sebaiknya diberitahu tentang data klien agar
ada kesatuan pendapat dan kesinambungan dalam proses keperawatan,
misalnya dari percakapan dengan klien diketahui bila sedang sendirian ia
sering mendengarkan laki-laki yang mengejek. Tetapi, bila ada orang lain
didekatnya suara-suara itu terdengar jelas. Perawat menyarankan agar klien
jangan menyendiri dan menyibukan diri dalam permainan atau aktivitas
lainnya.
Farmako :
a) Anti psikotik
1) Chlorpromazine
2) Haloperidol

74
3) Stelazine
4) Clozapine
5) Risperidone
b) Anti parkinson
1) Trihexyphenidile
2) Arthan

G. Asuhan keperawatan

1. Pengkajian
Membina Hubungan Saling Percaya dengan Pasien
Tindakan pertama melakukan pengkajian klien dengan halusinasi adalah
membina hubungan saling percaya, sebagai berikut :
 Awali pertemuan dengan selalau mengucapkan salam.
Misalnya asalamulaikum, selamat pagi/siang/malam atau sesuai dengan
konteks agama.
 Berkenalan dengan pasien.
Perkenalkan nama lengkap dan nama panggilan perawat peran, jam
dinas ruangan, dan senang dipanggil dengan apa.
 Buat kontrak asuhan.
Jelaskan kepaada pasien tujuan kita merawat klilen, aktivitas apa yang
akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan itu, kapan aktivitas akan
dilaksanakan , dan berapa lama akan dilaksanakan aktvitas tersebut.
 Bersifat empati
Ditujukkan dengan, mendengarkan keluhan pasien dengan penuh
perhatiian, tidak membantah dan tidak menyokong halusinasi pasien;
segera menolong pasien jika pasien membutuhkan perawatan.
b. Mengkaji Data Objetif Dan Subjektif
 Dirumah sakit jiwa Indonesia, ssekitar 70% halusinasi yang dialami oleh
pasien gangguan jiwa adalah halusinasi suara, 20% halusinasi
penglihatan , dan 10% adalah halusinasi penghidungan, pengecepan,
perabaan.
Mengkaji halusinasi dapat dilakukan dengan mengobservasi perilaku
pasien dan menanyakan secara verbal apa yang sedang dialami psien.
75
 Berikut ini jenis-jenis halusinasi , data objektif dan subjektif. Data objektif
dikajji perawat dengan cara mengobservasi perilaku pasien , memeriksa,
mengukur, Data subjektif didapatkan dengan cara wawancara, curahan
hati, ungkap-ungkapan klien, apa-apa yang dirasakan dan didengar klien
secara objektif. Data ini ditandai dengan ”klien menyatakan atau klien
merasa “.
Tipe halusianasi viedback (2004 : 310) sebagai berikut.

Jenis halusinasi Data subjektif Data objektif


Halusinasi dengar  Mendengar suara menyeluruh  Mengarahkan telinga pada
( Auditory-hearing melakukan sesuatu yang sumber suara.
voices or saundis ) berbahaya  Bicara atau tertawa sendiri
 Mendengar suara atau bunyi  Marah-marah tanpa sebab
 Mendengar suara yang mengajak  Menutup telinga
bercakap-cakap  Mulut komat-kamit
 Mendengar seseorang yang sudah  Ada gerakan tanggan
meninggal
 Mendengar suara yang
mengancam diri klien atau orang
lain atau suara lain yang
membahayakan
Halusinasi  Melihat seseorang yang sudah  Tatapan mata pada tempat
pengelihatan meninggal, melihat makhluk tertentu, tertentu
( visual-seeing persons melihat bayangan, hantu atau  Menunjuk kearah tertentu
or things ) sesuatu yang menakutkan, cahaya.  Ketakutan pada objek yang dilihat
Monster yang memasuki perawat.

Halusinasi penghidu (  Mencium sesuatu seperti bau mayat  Ekspresi wajah seperti mencium
olfactory smeiling darah, bayi, feses, atau bau masakan, sesuatu dengan gerakan cuping
odoris ) atau bau parfum yang menyenagkan hidung, mengerakan hidung pada
 Klien sering mengatakan mencium bau tempat tertentu.
sesuatu.
 Tipe halusinasi ini sering menyertai
klien demensia, kejang atau penyakit

76
sereprovaskuler.

Halusinasi perabaan  Klien mengatakan ada sesuatu yang  Mengusap menggaruk-garuk


(tactile-feeling bodly menggerayangi tubuh seperti tangan, meraba-raba permukaan kulit.
sensations ) binatang kecil, mahluk halus. Terlihat menggerak-gerak badan

 Merasakan sesuatu di permukaan seperti merasakan sesuatu rabaan.


kulit, merasakan tersengat aliran
listrik.
Halusinasi pengecapan  Klien seperti sedang merasakan  Seperti mengecap sesuatu.
( Gustatotry- makanan tertentu, rasa tertentu atau Gerakan mengunyah, meludah
experiencing tastes ) menguyah sesuatu atau muntah.

Cenesthetic &  Klien melaporkan bahwa fungsi  Klien terlihat menatap tubuhnya
kinestetic tubuhnya tidak dapat terdeteksi sendiri dan terlihat merasakan
hallucinations ) misalnya tidak adanya denyutan di sesuatu yang aneh tentang
otak, atau sensasi pembbentukan tubuhna.
urine dalam tubuhnya, perasaan
tubuhnya melayang di atas bumi.

1. Pengkajian waktu, frekuensi, dan situasi munculnya halusinasi


Perawat juga perlu mengkaji waktu, frekuensi, dan situsi munculnya
halusinasi yang dialami oleh pasien. Hal ini dilakukan untuk
menentukan intervensi khusus pada waktu terjadinya halusinasi,
menghndari situasi yang menyebabkan munulnya halusinasi.
2. Mengkaji respon terhadap halusinasi
Untuk mengetahui dampak halusinasi pada klien dan apa respon klien
ketika halisinasi itu muncul, perawat dapat menanyakan pada klien
hal yang dirasakan atau dilakukan saat halusinasi timbul.

77
2. Diagnosa Keperawatan
1) Isolasi sosial
2) Resiko Perilaku Kekerasan Terhadap Orang Lain
3) Resiko Perilaku Kekerasaan teradap Orang Lain

3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa NOC NIC TTD
keperawa NO Tindakan dan
tan Na
ma
NS
1. Isolas Target Waktu: 5 Kali pertemuan 1. Terapi
i Aktivitas

Sosial 1.1 1) Pertimbang


berhu Keseimbangan alam perasaan kan
*1=tidak pernah menunjukkan, 2=jarang- kemampua
bung n klien
jarang menunjukkan, 3=kadang-kadang
an menunjukkan, 4=sering menunjukkan, 5= dalam
secara konsisten menunjukkan partisipasi
deng
Indikator 1 2 3 4 5 melalui
an aktivitas
Menunjukkan
perub afek yang spesifik

ahan sesuai 1.2


dengan 2) Pertimbang
status situasi kan
komitmen
ment Menunjukkan
klien untuk
alam
al meningkatk
perasaan
an
yang stabil
frekuensi
Menunjukkan
dan jarak
konsentrasi
aktivitas
Melaporkan
3) Bantu klien
penyesuaian 1.3
untuk
dengan
mengekspl
aturan
orasi tujuan
perawatan
personal
dari
aktivitas
yang biasa
dilakukan
1.4 4) Dorong
Tingkat rasa takut aktivitas
*1=berat, 2=cukup berat, 3=sedang, kreatif yang
4=ringan, 5= tidak ada tepat
Indikator 1 2 3 41.5 5 5) Bantu klien

78
Kepanikan untuk
Ketakutan mengidentif
Verbalisasi rasa takut ikasi
Menarik diri aktivitas
yang
diinginkan
1.6 6) Bantu klien
untuk
mengidentif
ikasi
aktivitas
yang
bermakna
1.7 7) Bantu klien
untuk
menjadwal
kan waktu-
waktu
spesifik
terkait
dengan
aktivitas
harian
1.8
8) Bantu klien
dan
keluarga
untuk
mengidentif
ikasi
kelemhan
dalam level
aktivitas
1.9 tertentu
9) Identifikasi
strategi
untuk
meningkatk
an
partisipasi
terkait
aktivitas
yang
diinginkan
2.
Manajemen
Lingkungan
2.1
1) Ciptakan
lingkungan
yang aman
bagi pasien
2.2 2) Singkirkan
benda-
79
benda yang
berbahaya
bagi
lingkungan
2.3
3) Dampingi
pasien
selama
tidak ada
kegiatan
2.4
4) Letakkan
benda yang
sering
digunakan
dalam
jangkauan
pasien
2.5
5) Kendalikan
atau cegah
kebisingan
yang tidak
diinginkan
2.6
6) Batasi
pengunjung

2.7
7) Jaga
konsistensi
tugas staf
dari waktu
kewaktu

3. Peningkata
n
Sosialisasi
3.1
1) Anjurkan
kesabaran
dalam
pengemba
ngan
hubungan
3.2
2) Anjurkan
kegiatan
sosial
3.3
3) Tingkatkan
hubungan
dengan
80
orang-
orang yang
memiliki
minat yang
3.4 sama
4) Anjurkan
kejujuran
dalam
memprese
ntasikan
diri sendiri
kepada
orang lain
3.5
5) Anjurkan
penghorma
tan
terhadap
hak-hak
orang lain

81
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN HALUSINASI

Sp 1 pasien
Hari/tanggal :
Interaksi ke :
Kondisi klien : klien tampak bicara sendiri,senyum-senyum sendiri, respon verbal
terlambat,menarik diri dari orang lain,berusaha untuk menghindari
orang lain.
Topik : membantu pasien mengenal, cara mengontrol dan menghardik
Tujuan :
1) Pasien dapat mengenali halusinasi yang di alaminya
2) Pasien dapat mengontrol halusinasi
Tindakan :
1) Bantu pasien mengenal halusinasi
2) Melatih pasien mengontrol halusinasi(menghardik, halusinasi)
Tahap orientasi
“ selamat pagi? Saya perawat yang akan merawat anda. Saya suster martha sensia,
saya senang dipanggil martha. Nama anda siapa? Senang dipanggil apa?”
“bagaimana perasaan B hari ini. Apakah ada keluhan saat ini?”
“baiklah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang suara yang selama ini B
dengar? Tetapi tidak nampak wujudnya? Dimana kita duduk? Diruang tamu? Mau
berapa lama? Bagaimana kalau 30 menit?”

Tahap kerja
“ apakah B mendengar suara tanpa ada wujudnya? Apa yang dikatakan suara itu?”
“apakah terus menerus terdengar atau sewaktu-waktu? Kapan B sering mendengar
suara itu? Berapa kali sehari dialami? Pada keadaan apa suara itu terdengar?
Apakah pada waktu sendiri?”
“ apa yang B rasakan pada saat mendengar suara itu? Apa yang B lakukan pada
saat mendengar suara itu? Apakah dengan cara itu suara-suara itu hilang?
Bagaimana kalau kita belajar mencegah suara itu timbul?”

82
“B ada 3cara untuk mengatasi atau mencegah suara-suara itu muncul ! pertama,
dengan menghardik suara tersebut, kedua dan ketiga melakukan yang sudah
terjadwal,keempat minum obat teratur”
“ bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu yaitu dengan menghardik cara nya
adalah saat suara itu muncul, langsung B bilang pergi saya tidak mau dengar, saya
tidak mau dengar kamu karena suara itu palsu ! begitu diulang-ulang sampai suara
itu tidak terdengar lagi. Coba sekarang peragakan ! nah, begitu... bagus coba lagi !
iya bagus B.

Tahap Terminasi
“bagaimana perasaan B setelah memeragakan latihan tadi ? kalau suara itu muncul
lagi, silahkan coba cara tersebut! Bagaimana kalau kita buat jadwal latihan, mau jam
berapa ? bagaimana kalau kita bertemu lagi untuk belajar dan latihan mengendalikan
suara-suara dengan cara yang kedua? Jam berapa? Bagaimana kalau 2 jam lagi?
Dimana tempatnya? , sampai jumpa nanti.”

Sp 2 pasien
Hari/tanggal :
Interaksi ke :
Kondisi klien : klien sudah tidak tampak berbicara sendiri, respon verbal meningkat
dan sudah tidak berusaha menghindari orang lain, masih tampak
senyum sendiri.
Topik : latih mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang
lain.

Tahap Orientasi
“ selamat pagi B ! bagaimana perasaan B hari ini? Apakah suara-suaranya masih
muncul? Apakah sudah dipakai cara yang kita latih? Berkurangkah suara-suaranya?
Bagus ! sesuai janji kita tadi, saya akan latih cara kedua untuk mengontrol halusinasi
dengan orang lain kita akan latih selama 2 menit , mau disini saja B? “

Tahap Kerja
“ cara kedua untuk mencegah atau mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap
dengan orang lain, jadi kalau B mulai mendengar suara-suara langsung saja cari

83
teman untuk diajak ngobrol, minta teman untuk mengobrol dengan B. Contohnya
begini “ tolong, saya mulai mendengar suara-suara itu lagi” begitu B, coba B
lakuakan seperti yang saya lakukan. Ya , begitu. Bagus ! coba sekali lagi! Bagus !
nah, latih terus ya B !. disini B juga dapat mengajak perawat atau pasien lain untuk
bercakp-cakap”.

Tahap Terminasi
“bagaimana perasaan B setelah latihan ini, jadi sudah ada beberapa cara yang B
pelajari untuk mencegah suara-suara itu? Bagus ! cobalah kedua cara ini kalau B
mengalami halusinasi lagi. Bagaimana kalau kita masukan dalam jadwal kegiatan
sehari ini. Mau jam berapa latihan bercakap-cakap? Nah, nanti lakukan secara
teratur, sewaktu-waktu suara itu muncul ! besok pagi saya akan kesini lagi. Kita akan
latihan cara yang ketiga, yaitu melakukan aktivitas terjadwal? Mau jam berapa?
Bagaimana kalau jam 10 pagi? Mau dimana? Disana lagi? Sampai besok ya,
selamat pagi”.

Sp 3 pasien
Hari/tanggal :
Interaksi ke :
Kondisi klien : klien sudah tidak tampak berbicara sendiri, respon verbal semakin
meningkat, sudah mulai berinterkasi dengan orang lain.
Topik : melatih pasien mengontrol halusinasi dengan melaksanakan
aktivitas terjadwal

Tahap orientasi
“ selamat pagi B ! masih ingat dengan saya? Bagus ! bagaimana perasaan B hari
ini? Apakah sudah dipakai dua cara yang telah dilatih”
“bagaimana hasilnya? Bagus ! “
“ sesuai janji kita kemarin, hari ini kita akan belajar cara yang ketiga untuk
mencegah halusinasi, yaitu melakukan aktivitas terjadwal”
“bagaimana kalau kita bercakp-cakap? Baik , kita duduk diruang tamu, berapa lama
kita bicara? Bagaimana kalau 30 menit, baiklah!”

84
Tahap kerja
“apa saja kegiatan pagi yang biasa dilakukan B? Jam berikutnya apa yang
dilakukan?”
“wah, banyak sekali kegiatan ! mari kita latih dua kegiatan hari ini dapat dilakukan
untuk mencegah suara tersebut muncul. Kegiatan yang lain akan kita latih lagi”

Tahap Terminasi
“ bagaimana perasaan B setelah kita bercakap-cakap cara yang ketiga untuk
mencegah suara-suara? Bagus sekali ! coba sebutkan tiga cara yang telah kita latih
untuk mencegah suara-suara? Bagus sekali! Mari kita masukan dalam jadwal
kegiatan sehari-hari B. Coba lakukan sesuai jadwal ya”
“bagaimana kalau menjelanng makan siang nanti, kita membahas cara minum obat
yang baik serta guna obat, mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 12? Diruang
makan ya! Sampai jumpa !”

Sp 4 pasien
Hari/tanggal :
Interaksi ke :
Kondisi klien : klien tampak mulai berinteraksi dengan orang lain, respon lain
seperti respon verbal semakin meningkat
Topik : latih pasien minum obat secara teratur

Tujuan : pasien dapat minum obat secara teratur


Tindakan : latih pasien minum obat secara teratur

Tahap orientasi
” selamat siang B! Bagaimana perasaan B? Apakah suara-suara masih muncul?
Apakah sudah digunakan tiga cara yang sudah kita latih? Apakah jadwal kegiatan
sudah minum obat? Baik , hari ini kita akan diskusi selama 20 menit sambil
menunggu makan siang disini ya B?”

Tahap kerja
“ B adakah bedanya setelah minum obat secara teratur, apakah suara berkurang
atau hilang, minum obat sangat penting agar suara yang B dengar dan mengganggu

85
selama ini tidak muncul lagi. Berapa macam obat yang B minum? Ini warna orange,
gunakan untuk menghilangkan suara-suara. Obat berwarna putih gunakan untuk B
merasa rileks dan kaku. Dan yang merah jambu, untuk menenangkan pikiran dan
menghilangka suara-suara, selama obat ini diminum 3x sehari setiap pukul 07.00
pagi, 13.00 siang dan 19.00 malam. Kalau suara-suara sudah hilang obat nya boleh
dihentikan. Nanti konsultasi dengan dokter, sebab kalau putus obat B akan kambuh
dan sulit sembuh seperti keadaan semula. B juga harus teliti saat minum obat-obatan
ini. Pastikan obatnya benar-benar milik B bukan milik orang lain ,baca kemasannya,
pastikan minum obat pada waktunya. Dengan cara yang benar yaitu minum sesudah
makan dan tepat jamnya”.

Tahap Terminasi
“ bagaimana perasaan B setelah kita bercakap-cakap mengenai obat? Sudah berapa
cara yang kita lakukan untuk mencegah suara-suara itu muncul coba sebutkan?
Bagus ! mari kita masukan jadwal minum obatnya pada jadwal kegiatan B, jangan
lupa pada waktu minum obat minta obat dengan perawat atau pada keluarga
dirumah, nah makanan sudah datang”.
“besok kita akan ketemu untuk melihat empat cara mencegah suara yang telah kita
bicarakan.” Mau jam berpa? Bagaimana jam 10? Sampai jumpa, selamat pagi”

Sp 1 keluarga
Hari/tanggal :
Interaksi ke :
Kondisi klien : klien mulia tampak berinteraksi dengan orang lain, respon verbal
meningkat, sudah mulai mengontrol halusinasi.
Tujuan : keluarga dapat terlibat dalam perawatan pasien, baik dirumah sakit
maupun dirumah
Tindakan : diskusikan masalah yang dihadapi keluarga merawat pasien dan
berikan pendidikan kesehatan kpada keluarga

Tahap Orientasi
“ selammat pagi bapak/ibu! Saya marta, saya perawat yang merawat anak
bapak/ibu. Bagaiman perasaannya hari ini?”

86
“ hari ini kita berdiskusi tentang masalah anak bapak/ibu alami dan bantuan apa
yang diberika !”
“ kita mau diskusi dimana ? bagaiman di ruang wawancara ? berapa lama waktu
bapak/ibu mau? Bagaiman kalau 30 menit ?”

Tahap kerja
” masalah apa yang bapak alami dalam merawat B? Apa yang bapak lakukan ? ia
gejala yang anak bapak alam disebut halusinasi, yaitu mendengar/melihat sesuatu
yang sebenarnya tidak ada. jadi, jika anak bapak anak mengatakan melihat
bayangan-bayangan sebanarny bayangan itu tidak ada dan bila anak bapak
mengatakan mendengar suara sebenarnya suara itu tidak ada. Kerena itu kita
harapkan dapat membantunya dengan beberapa cara agar bisa mengendaikan
halusinasi : cara pertama, dihadapan anak bapak jangan membantah dan
mendukung halusinasi. Yang ke dua jangan biarkan anak melamun dan upayakan
ada orang yang berckap-cakap dengannya. buat kegiatan keluarga seperti makan
bersama dan beribadah bersama. Saya telah melatih anak bapak dan ibu untuk
membuat jadwal sehari-hari tolong bapak dan ibu bantu pelaksanannya dan berikan
pujian jika B berhasil melakukanya. “

Tahap Terminasi
“ bagaiman perasaan bapak/ibu setelah kita berdiskusi dan latihan untuk
memutuskan halusinasi B ? “
“Sekarang coba bapak/ibu sebutkan beberapa cara dalam merawat B ”
“ bagus seklai. ! bagaimana kalau dua hari lagi kita bertemu lgi untuk memperatikan
cara memutuskan halusinasi anak bapak/ibu ? mau jam berapa ? baik, sampai
jumpa. “

Sp 2 keluarga
Hari/tanggal :
Interaksi ke :
Kondisi klien : klien mulai nampak berinteraksi dengan orang lain, respon verbal
meningkat sudah muali mengontrol halusinasi.

87
Topik : prektik merawat pasien lagsung dihadapan pasien dan
memperagakannya langsung dihadapan pasien
Tujuan :
1) keluarga dapat memperaktikan cara merawat pasien langsung
dihadapan pasien
2) kesempatan pada keluarga untuk memperagakan cara merawat
pasien langsung dihadapan pasien

Tahap Orientasi
“ selamat pagi! Bagaiman perasaan bapak/ibu pagi ini ? apakah bapak/ibu masih
mengingat cara menghilangkan halusinas anak Bapak/Ibu yang sedang mengalami
halusinasi ? bagus ! “
“ sesuai dengan perjanjian kita, selama 30 menit kita akan memperaktikan cara
memutuskan halusinasi anak Bapak/Ibu mari kita datangi anak Bapak dan Ibu “

Tahap Kerja
“ selmat pagi B ? Bapak/Ibu sangat ingin membantu B mengendalikan suara-suara
yang B dengarkan untuk itu pagi ini Bapak/Ibu datang untuk memperaktikan car
meluruskan suara-suara. Sekarang coba Bapak/Ibu peragaka cara meutuskan
halusinasi yang sedang dilami B. Tepuk punggung B lalu suruh B mengusir suara
dengan menutup telinga dan menghardik suara tersebut. “
“ bagus sekali ! bagaimana B ? senag dibantu Bapak dan Ibu Nah sekarang saya
an orang tua B keruang perawat dulu ia. “

Tahap Terminasi
“ bagaimana eraaan Bapak/Ibu setelah memperaktikan cara memutuskan
halusinasi anak Bapak/Ibu”
“ diingat-ingat ia pelajarkita hari ini. Bagaiman kalau kita bertemu dua hari lagi untuk
membicarakan tentang jadwal harian B dirumah jam bebrapa bisa datang. bertemu
ditempat ini lagi ia. Sampai jumpa. “

Sp 3 kelurga
Hari/tanggal :
Interaksi ke :

88
Kondisi klien : klien tampak berinteraksi dengan orang lain, respon verbal
meningkat dapat mengontrol halusinasi.
Topik : membuat perencanaan pulng bersama keluarga
Tujuan : keluarga dapat membuat perencanaan pulan bersama perawat
Tindaka : membuat perencanaan pulan bersama keluarga

Tahap Orientasi
“ selamat pagi Bapak/Ibu karena B sudah boleh pulang maka sesuai janji kita
sekurang bertemu untuk membicarkan jadwal B selama dirumah.
“ Bagimana Bapak/Ibu selama Bapak/Ibu membesuk apakah sudah mempraktikan
cara merawat B?
“ Nah sekarang kita bicarakan jadwal B dirumah ? mari kita duduk diruangan
perawat
“ Berapa lama Bapak/Ibu mau kita bercakap-cakap ! Bagimana kalau 30 menit

Tahap kerja
“ ini jadwal kegiatan B di rumah sakit, jadwal ini dapat dilanjutkan dirumah dicoba
Bapak/Ibu lihat mungkinkan dilakukan dirumah siapa yang kira-kira akan
memotivasi dan mengingatkan Bapak/Ibu, jadwal yang telah dibuat selama B
dirumah sakit tolong dilanjutkan dirumah, baik jadwal aktivitas maupun minum
obatnya”
“ Hal-hal yang harus perhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh
anak ibu dan bapak selama dirumah misalnya kalau B terus- menerus
mendengarkan suara-suara yang menganggu dan tidak memperlihatkan perilaku
membahyakan orang lain jika hal ini terjadi segera hubungi suster dipuskesmas
terdekat dari rumah Bapak/Ibu, ini nomor telponnya 06515451. Selanjutnya suster
B yang akan membantu memantau perkembangan B selama dirumah

Tahap Terminasi
“bagaimana Bapak/Ibu ? ada yang ingin ditanyakan ?
“coba Bapak/Ibu sebutkan cara-cara merawat D dirumah?”
“bagus ( jika ada yang lupa segera diingatkan oleh perawat) ini jadwalnya untuk
dibawa pulang, selanjutnya silahkan ibu menyelesaikan administrasi yang
dibutuhkan kami siakan B untuk pulang

89
DAFTAR PUSTAKA

Azizah Lilik Marifatual, ( 2011 ) Keperawatan Jiwa : Aplikasi Praktik Klinik, Edisi
Pertama, Graha ilmu, Yogyakarta.

Nihayati Endang dan Fitryasari Rizky , ( 2015 ) Buku Ajaran Keperawatan Kesehatan
Jiwa , Salemba Medika, Jakarta Selatan

Kilat Anna dan Akemat, ( 2004 ) Keperawatan Jiwa : Terap Aktivitas Kelompok, EGC ,
Jakarta.

Kilat Anna dan Akemat, ( 2009 ) Model praktik Keperawatan Profesional jiwa , EGC,
Jakarta .

Yosep Iyus dan Sutini Titin, ( 2014 ) Buku Ajaran Keperawatan Jiwa, PT. Refika Aditama
, Bandung

90

Anda mungkin juga menyukai