Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

FILSAFAT PENDIDIKAN DAN PENGEMBANGAN


TEORI AP/ MP

Tentang :

AKSIOLOGI REKAYASA GENETIKA

Dosen Pengampu : Dr. Bintang R. Simbolon, S.Si, M.Si

Disusun Oleh :
1. Deni Trianto (
2. Elisabeth Lassa (
3. Victor (
4. David Yuli Setyawan (NIM : 1801190008)

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
Jl.Diponegoro No. 84-86, Jakarta Pusat. 10430 - Indonesia
BAB I

PENDAHULUAN

Perkembangan teknologi saat ini boleh dikatakan bergerak secara

exponential dalam arti sangat cepat sehingga kita sulit untuk memprediksi lagi apa

yang terjadi didalam perkembangan teknologi 5 tahun kedepan, 10 tahun kedepan

atau 20 tahun kedepan. Dan didalam perkembangannya teknologi selalu memiliki

pengaruh kepada kehidupan manusia. Salah satu contoh raksasa teknologi saat ini

adalah Google pada tahun 2015 mendirikan induk perusahan yang berikan nama

Alphabet Inc. Adapun tujuannya adalah memperluas area pengembangan teknologi

untuk dapat memberikan pengaruh diseluruh aspek kehidupan manusia.

Perkembangan teknologi ini salah satu juga juga pesat terjadi di bidang

Biologi atau yang secara umum dikenal sebagai Bioteknologi. Bioteknologi adalah

cabang ilmu yang mempelajari pemanfaatan makhluk hidup (bakteri, fungi, virus

dan lain-lain) maupun produk dari makhluk hidup (enzim alkohol) dalam proses

produksi untuk menghasilkan barang dan jasa. (Merck. Biotechnology Institute.

2005).

Pada masa kini, bioteknologi berkembang sangat pesat terutama dinegara-

negara maju. Kemajuan ini ditandai dengan ditemukannya berbagai macam

teknologi seperti Rekayasa Genetika, Kultur Jaringan, DNA Rekombinan,

pegembangan sel induk, klonong dan lain-lain. Teknologi ini memungkinkan kita

untuk memperoleh penyembuhan untuk penyakit-penyakit genetik maupun kornis

yang belum dapat disembuhkan seperti kanker ataupun AIDS. Penelitian dibidang
pengembangan sel induk juga memungkinkan para penderita stroke ataupun

penyakit lain yang mengakibatkan kehilangan atau kerusakan pada jaringan tubuh

dapat disembuhkan seperti sediakala. Dibidang pangan dengan menggunakan

teknologi rekayasa genetika, kultur jaringan dan DNA rekombinan dapat dihasilkan

tanaman dengan sifat dan produk unggul karena mengandung zat gizi yang lebih

jika dibandingkan tanaman biasa, serta juga lebih tahan terhadap hama maupun

tekanan lingkungan. (Wikipedia. 2018, 9 September. Bioteknologi)


BAB 2

PEMBAHASAN

1. Pengertian Rekayasa Genetika

Rekayasa genetika adalah bidang dari bioteknologi yang secara teoritis

mengungkapkan bahwa suatu gen dapat dipindahkan dari organisme mana pun

ke organisme yang lain. Pembicaraan mengenai rekayasa genetika berarti tidak

lepas dari bahan dasar molekuler yang dikenal sebagai DNA (Deoxyribo

Nucleaic Acid). Sejak tahun 1952 para ilmuwan mengenalnya sebagai bahan

dasar gen. DNA itu merupakan pembawa informasi genetik. Melalui DNA, sifat

genetik makhluk hidup diwariskan kepada keturunannya (Ariwidodo, 1997 : 2).

Teknologi DNA rekombinan memiliki potensi untuk mengubah gen menjadi

sumber daya global yang dapat digunakan untuk mencetak bentuk-bentuk

kehidupan baru. Rekayasa genetika dapat membawa era baru bagi peradaban

manusia. Ilmuwan dapat mengubah, menyisipkan, mengkombinasikan,

menyusun ulang, mengendalikan serta memproduksi berbagai materi genetik

suatu organisme melalui rekayasa genetika (Ariwidodo, 1997: 1).

Rekayasa Genetika pada dasarnya adalah seperangkat teknik yang

digunakan untuk memanipulasi komponen genetik, yakni DNA genom atau gen

yang dapat dilakukan dalam satu sel atau mahluk hidup (organisme), bahkan

dari satu mahluk hidup ke mahluk hidup lain yang berbeda jenisnya . Ada juga

berpendapat bahwa Rekayasa Genetika adalah suatu cara mengganti atau

menambah DNA dari organisme lain ke susunan DNA asli dalam suatu sel dari
suatu organisme, teknik ini juga disebut Rekombinasi Genetika. (M. Abdullah

: 165)

Rekayasa Genetika dalam arti luas adalah penerapan genetika untuk

kepentingan manusia. Dengan pengertian ini kegiatan pemuliaan hewan atau

tanaman melalui seleksi dalam populasi dapat dimasukkan. Rekayasa genetik

atau rekombinan DNA merupakan kumpulan teknik-teknik eksperimental yang

memungkinkan peneliti untuk mengisolasi, mengidentifikasi, dan

melipatgandakan suatu fragmen dari materi genetika (DNA) dalam bentuk

murninya. Pemanfaatan teknik genetika di dalam bidang pertanian maupun

peternakan diharapkan dapat memberikan sumbangan, baik dalam membantu

memahami mekanisme-mekanisme dasar proses metabolisme maupun dalam

penerapan praktisnya seperti misalnya pengembangan tanaman-tanaman

pertanian maupun hewan-hewan ternak dengan sifat unggul. (Sutarno : 24)

2. Sejarah Rekayasa Genetika

Sejarah perkembangan genetika sebagai ilmu pengetahuan telah

dimulai 1950-an menjelang akhir abad ke 19 ketika seorang biarawan Austia

bernama Gregor Johann Mendel berhasil melakukan analisis yang cermat

dengan interprestasi yang tepat atas hasil-hasil percobaan persilangannya pada

tanaman kacang ercis. Mendel bukanlah orang pertama yang melakukan

percobaan persilangan, akan tetapi berbeda dengan para pendahulunya yang

melihat setiap individu dengan keseluruhan sifatnya yang kompleks (Karmana,

Oman : 2005).
Selanjutnya pada awal abad ke-20 ketika biokimia mulai berkembang

sebagai ilmu pengetahuan baru, para ahli genetika tertarik untuk mengetahui

lebih dalam tentang hakekat materi genetik, khususnya mengenai sifat biokimia.

Kemudian pada tahun 1940-an bahwa senyawa kimia materi genetika adalah

asam dioksiribonekleat (DNA). Dengan diterumkannya model struktur molekul

DNA pada tahun 1953 oleh J.D. Watson dan F.H.C. Crick dimulailah era

genetika yang baru, yaitu Genetika Molekuler.

Perkembangan penelitian genetika molekuler terjadi perkembangan

yang pesat, bahkan perkembangan lebih revolusioner dapat disaksikan

semenjak 1970-an yaitu saat dikenalnya teknologi manipulasi molekul DNA

atau teknologi DNA rekombinan atau dengan istilah sekarang disebut Rekayasa

Genetika.

3. Aksiologi Rekayasa Genetika

Aksiologi berasal dari kata Yunani :axion (nilai) dan logos (teori) yang

artinya teori tentang nilai (Salam, 1997). Menurut Sumantri (1996) aksiologi

adalah teori yang berkaitan dengan kegunaan dan pengetahuan yang diperoleh.

Sedangkan menurut kamus bahasa Indonesia diperoleh pengertian aksiologi

adalah kegunaan ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia, kajian tentang

nilai-nilai khususnya etika (Abdulhal, I. 2008)

Aksiologi merupakan cabang filsafat ilmu yang mempertanyakan

bagaimana manusia menggunakan ilmunya. Jadi yang ingin di capai oleh

aksiologi adalah hakikat dan manfaat yang terdapat dalam suatu pengetahuan.
Objek kajian aksiologi adalah menyangkut masalah nilai kegunaan ilmu karena

ilmu harus disesuaikan dengan nilai-nilai budaya dan moral sehingga nilai

kegunaan ilmu itu dapat dirasakan oleh masyarakat. Aksiologi disebut teori

tentang nilai yang menaruh perhatian baik dan buruk, benar dan salah, serta tata

cara dan tujuan.

Di dalam aksilogi ada dua komponen mendasar yaitu etika dan estetika.

Sampai saat ini teknologi rekayasa genetika masih menimbulkan pro dan kontra

dalam golongan baik ilmuwan, akademisi maupun agamawan. Sehingga hal ini

menarik jika kita melihat dalam pandangan ilmu Filsafat. Karena Filsafat

merupakan pengetahuan tentang kebijaksanaan, mencari kebenaran dan

pengatahuan tentang dasar-dasar atau prinsip-prinsip. Secara umum tinjauan

filsafat akan sangat luas dari filsafat suatu ilmu yang dilihat secara ontologis,

epistemologis dan aksiologis sampai dengan segi kajikan filsafat yang

mencakup logika, etika dan ekstetika.

Dengan tujuan penulisan ini supaya lebih mendalam maka akan melihat

pro dan kontra rekayasa genetika ini dalam segi etika. Etika sering kali disebut

sebagai filsafat moral. Istilah etika berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani :

 - ethos dan  - ethikos. Ethos berarti sifat, watak, kebiasaan, tempat

yang biasa. Ethikos berarti susila, keadaban atau kelakukan yang baik. Istilah

moral berasal dari kata Latin mores, yang merupakan bentuk jamak dari mos,

yang berarti adat istiadat atau kebiasaan, watak, kelakuan, tabiat dan cara hidup.

Dalam sejarah filsafat Barat, etika adalah cabang filsafat yang amat

berpengaruh sejak zaman sokrates (470 – 399 SM). Etika membahas baik-buruk
atau benar-tidaknya tingkah laku dan tindakan manusia serta sekaligus

menyoroti kewajiban-kewajiban manusia. Etika tidak mempersoalkan apa atau

siapa manusia itu, tetapi bagaimana manusia seharusnya berbuat atau

bertindak. (Hendrik R., 1996 : 62). Didalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

kata Etis memiliki pengertian berhubungan (sesuai) dengan etika, sesuai dengan

asas perilaku yang disepakati secara umum. Jika dalam penulisan ini akan

digunakan kata etis dan etika secara bergantian penulis memiki maksud bahwa

kedua kata itu memiliki makna yang sama.

Selain secara filosofis etika juga dapat dilihat secara teologis. Secara

umum Etika Teologis dapat didefinisikan sebagai etika yang bertitik tolak dari

presuposisi-presuposisi teologis (Paul L. Lehmann, 1963 : 25). Misalkan dalam

etika Kristen, etika teologis adalah etika yang bertitik tolak dari presuposisi-

presuposisi tentang Allah atau yang Ilahi, serta memandang kesusilaan

bersumber dari dalam kepercayaan terhadap Allah atau yang Ilahi. Etika

teologis Kristen memiliki objek yang sama dengan etika secara umum, yaitu

tingkah laku manusia. Akan tetapi tujuan yang hendak dicapai sedikit berbeda,

yaitu mencari apa yang seharusnya dilakukan manusia dalam hal baik dan buruk

sesuai dengan kehendak Allah (J. Verkuyl. 1982 : 17)

Seorang aktivis lingkungan bernama Rinkesh dalam artikelnya di

www.converse-energy-future.com menuliskan tentang pro dan kontra rekayasa

genetika sebagai berikut :

Pihak yang pro dengan rekayasa genetika menjelaskan beberapa manfaat dari

rekayasa genetika sebagai berikut :


1. Rekayasa genetika dapat mengatasi dan mengalahkan penyakit

Beberapa penyakit yang paling mematikan dan sulit untuk disembuhkan di

dunia dapat diselesaikan dengan menggunakan rekayasa genetika.

2. Rekayasa genetika dapat menghilangkan penyakit seorang bayi sebelum

dilahirkan.

Selain menghilangkan penyakit seorang bayi sebelum dilahirkan, rekayasa

genetika juga membantu orang yang beresiko mewariskan penyakit

degeneratif kepada anak-anak mereka untuk dapat terus memiliki keturunan

tanpa harus kuatir anaknya akan terkena penyakit degeneratif. Rekayasa

genetika dapat membantu memastikan bahwa anak-anak yang dilahirkan

dapat menjalani hidup lebih lama dan sehat dari penyakit degeneratif itu

sendiri ataupun menjadi pembawa untuk generasi yang berikutnya.

3. Rekayasa genetika dapat memberikan potensi untuk hidup lebih lama dan

memiliki kualitas yang lebih baik.

Rekayasa genetika mampu menghentikan penurunan alami dalam tubuh kita

sampai pada tingkat sel dan juga dapat membantu tubuh untuk dapat

beradaptasi untuk kondisi dunia yang semakin ekstrim, misalnya

pemanasan global. Secara alami manusia memiliki kemampuan untuk

beradaptasi, misalnya adanya evolusi. Tetapi hal ini akan membutuhkan

waktu yang sangat lama bahkan ribuan tahun, sedangkan rekayasan

genetika dapat membantu kita untuk beradaptasi dengan lebih cepat dan

baik.
4. Rekayasa genetika menghasilkan makanan baru, meningkatkan kualitas

hewan dan tumbuhan serta mempermudah dalam pembiakannya.

Rekayasa genetika mampu mendesain makanan yang dapat bertahan dalam

suhu yang sangat panas ataupun sangat dingin dan dikemas penuh dengan

nutrisi yang tepat yang dibutuhkan oleh manusia untuk dapat bertahan

hidup. Bahkan mampu mendesain makanan yang memiliki manfaat sebagai

obat, sehingga akan terdapat vaksin yang dapat dimakan dan tersedia untuk

seluruh manusia di dunia.

Untuk pihak yang kontra dengan rekayasa genetika menyampaikan ada

sejumlah kerugian yang mungkin akan terjadi jika para ilmuwan genetika tidak

memperhatikan hal-hal berikut :

1. Apakah rekayasa genetika “Benar”?

Banyak agama percaya bahwa rekayasa genetika bagaimanapun juga sama

artinya bermain atau berperan sebagai Tuhan. Dan agama secara tegas

melarang hal tersebut.

Selain argumen agama, ada keberatan juga dilihat dari kontek etika atau etis.

Penyakit-penyakit yang sudah ada dan bertahan sepanjang sejarah karen ada

suatu alasan. Kita memerlukan penyakit-penyakit tersebut untuk

mengontrol populasi manusia di dunia, jika tidak maka akan muncul

masalah sosial lainnya.

2. Rekayasa genetika dapat menyebabkan cacat secara genetik.

Dalam rekayasa genetika masih memunculkan permasalah yaitu pertanyaan

tentang keamanan ketika melakukan modifikasi pada tingkat sel. Para


ilmuwan belum sepenuhnya mengetahui tentang cara kerja tubuh manusia.

Bagaimana mereka bisa memahami konsekuensi dari modifikasi yang

dilakukan pada tingkat sel tersebut? Bagaimana jika kita berhasil

menghilangkan satu penyakit tetapi memunculkan sesuatu yang lebih

berbahaya?

3. Rekayasa genetik akan membatasi keanekaragaman genetik.

Dunia memerlukan keragaman untuk semua makhluk hidup didalamnya.

Dengan rekayasa genetika dengan salah satu produknya ada kloning maka

memproduksi makhluk hidup yang diperlukan saja dan secara sadar dan

tidak sadar mulai menghilangkan makhluk hidup yang tidak diperlukan.

4. Rekayasa genetika akan dilakukan sampai sejauh mana?

Bagaimana jika manusia sudah mulai menuntut “baby designer” anak-anak

yang memiliki rambut, warna mata, tinggi badan, kecerdasan? Bagaimana

jika kita mulai merekayasa jenis kelamin bayi? Apakah ini benar? Apakah

ini adil?

Salah satu produk dari rekayasa genetika adalah kloning. Kloning dalam

biologi adalah proses menghasilkan individu-individu dari jenis yang sama

(populasi) yang identik secara genetika (Wikipedia. 2018, 9 September.

Kloning). Dolly seekor domba betina adalah mamalia pertama yang berhasil

dikloning dari sel dewasa. Dia “lahir” di Institut Roslin, Skotlandia pada tanggal

5 Juli 1996 dan tinggal hingga kematiannya pada tanggal 14 Februari 2003 pada

usia 6 tahun (Wikipedia. 2018, 9 September. Domba Dolly).


Dari artikel yang dituliskan Taufiq Nur Shidiiq pada portal berita

www.tirto.id dengan judul “Kloning Monyet Berhasil, Kloning Manusia

Semakin Dekat?” pada tanggal 29 Januari 2018 ditemukan suatu realita bahwa

manusia tidak puas dengan kloning pada domba. Setelah Dolly, para peneliti di

seluruh dunia telah berhasil mengkloning 23 spesies mamalia – termasuk

anjing, babi, katak, keledai, kelinci, rusa dan sapi. Percobaan kloning primata,

walaupun demikian, selalu gagal. Para peneliti menduga ada sesuatu dalam gen

monyet yang membuat kloning tak pernah berhasil – namun mereka sendiri

belum benar-benar tahu apa. Tetapi pada tanggal 20 Januari 2018 di Shanghai

China Tim Peneliti setelah menghabiskan 3 tahun berhasil melakukan kloning

pada primata monyet sehingga melahirkan dua ekor monyet ekor panjang yang

diberi nama Zhong Zhong dan Hua Hua.

Dari informasi yang sudah dipaparkan mengenai aksiologi rekayasa

genetika dapat ditarik beberapa pandangan jika dilihat dari sisi Etika dan Moral

sebagai berikut :

a. Etika Filosofis

Etika filosofis secara garis besar berkaitan dengan kebiasan, keadaban.

Moral juga memiliki pengertian yang sama secara umum. Sehingga etika

filosofis ini sangat bergantung pada tempat atau daerah. Disini etika akan

dilihat dari kebiasaaan dan keadaban masyarakat indonesia. Di dalam

pandangan masyarakat secara umum tidak mempermasalahkan secara etika

untuk beberapa produk rekayasa genetika seperti : modifikasi makanan,

modifikasi tanaman ataupun obat-obatan walaupun tetap ada masalah sosial


atau masalah lain didalamnya. Tetapi ketika rekayasa genetika diterapkan

pada hewan dan manusia permasalah etika yang muncul adalah apakah yang

telah dilakukan pada hewan ini boleh juga dilakukan kepada manusia?

Sejauh mana manusia dapat dan boleh melangkah ke depan tanpa

kehilangan sisi kemanusiaanya atau dengan kata lain tidak bertindak sebagai

“Tuhan”.

Jika suatu saat kloning manusia benar-benar berhasil dilakukan jelas akan

mengubah cara reproduksi manusia dari yang semula melalui proses seksual

menjadi aseksual. Proses ini dikhawatirkan akan menghancurkan harkat

martabat manusia karena manusia hanya akan sebagai produk. Selain itu

akan memiliki dampak kepada kebutuhan perkawinan secara sah karena

dapat dimungkinkan memiliki anak tanpa perlu ada hubungan seksual

bahkan dimungkinkan perlu rasa mencintai antara laki-laki dan perempuan

atau akan sangat dimungkinkan bahwa pernikahan sesama jenis akan

banyak terjadi. Anak-anak hasil kloning juga akan memiliki masalah

tersendiri karena keluarga yang merupakan hasil perkawinan tidak

diperlukan lagi dan akan dimungkinkan muncul kehancuran moral, budaya,

hukum dan agama.

b. Etika Teologis

Secara etika teologis untuk umat Islam melalui MUI (Majelis Ulama

Indonesia) mengeluarkan Keputusan Fatwa Musyawarah Nasional VI

Majelis Ulama Indonesia Nomor : 3/MUNAS VI/ MUI/ 2000) tentang

kloning menentapkan bahwa kloning terhadap manusia dengan cara


bagaimanapun yang berakibat pada pelipatgandaan manusia hukumnya

adalah haram. (M. Muchtar. 2014 : 103).

Secara etika teologis untuk umat Kristen dan Katolik Allah merupakan satu-

satuNya yang mnemiliki otoritas mutlak kepada kehidupan manusia. Usaha

untuk memanipulasi dan mengontrol otoritas itu adalah menempatkan diri

pada posisi Allah dan manusia tidak boleh melakukan hal tersebut. Sehingga

untuk hal kloning firman Allah menjelaskan sebagai berikut :

a. Kejadian 1 : 27, Maka Allah menciptakan manusia itu menurut

gambarNya, menurut gambar Allah diciptakanNya dia, laki-laki

dan perempuan diciptakanNya mereka.

Disini dijelaskan bahwa manusia diciptaikan dalam rupa Allah

sehingga memiliki sifat unik dibandingkan ciptaan-ciptaan Allah

yang lain. Sehingga tidak etis jika diperlakukan seperti sebuah

produk.

b. Mazmur 139 : 13 – 16, “Sebab Engkaulah yang membentuk buah

pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku. Aku bersyukur

kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa

yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya. Tulang-

tulangku tidak terlindung bagi-Mu, ketika aku dijadikan di tempat

yang tersembunyi, dan aku direkam di bagian-bagian bumi yang

paling bawah; mata-Mu melihat selagi aku bakal anak, dan dalam

kitab-Mu semuanya tertulis hari-hari yang akan dibentuk, sebelum

ada satupun dari padanya”


Alkitab menunjukkan bahwa kehidupan dimulai pada saat terjadi

pembuahan dalam hal ini kloning pada manusia tidak sejalan dengan

pandangan Alkitab.

c. Kejadian 1 : 28 – 29, Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman

kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyak;

penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di

laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang

merayap di bumi." Berfirmanlah Allah: "Lihatlah, Aku memberikan

kepadamu segala tumbuh-tumbuhan yang berbiji di seluruh bumi

dan segala pohon-pohonan yang buahnya berbiji; itulah akan

menjadi makananmu.

Firman Allah mengajarkan bahwa Allah menciptakan manusia

untuk diberikan tanggung jawab akan dunia. Sehingga memang

manusia harus melakukan kreasi dan inovasi untuk dapat menguasai

dunia termasuk dalam ilmu pengetahuan. Rekayasa genetika

dibenarkan sejauh tidak menggantikan peran Allah sebagai

pemegang otoritas tertinggi atas kehidupan manusia.

d. 1 Samuel 2 : 6, TUHAN mematikan dan menghidupkan, Ia

menurunkan ke dalam dunia orang mati dan mengangkat dari sana.

Kehidupan dan kematian adalah otoritas Allah sehingga kloning

pada manusia akan bertentangan dengan perintah Allah karena

manusia memiliki peran seperti Allah untuk menghidupkan dan

mematikan manusia.
BAB 3

KESIMPULAN

Berdasarkan paparan yang sudah diuraikan dapat ditarik beberapa

kesimpulan sebagai berikut :

1. Secara aksiologi tidak dapat dipungkiri bahwa rekayasa genetika memberikan

banyak manfaat bagi kehidupan manusia walaupun beberapa produk dan proses

masih perlu diperhatikan faktor keselamatan. Adapun manfaat tersebut yaitu :

a. Rekayasa genetika dapat mengatasi dan mengalahkan penyakit

b. Rekayasa genetika dapat menghilangkan penyakit seorang bayi sebelum

dilahirkan.

c. Rekayasa genetika dapat memberikan potensi untuk hidup lebih lama dan

memiliki kualitas yang lebih baik.

d. Rekayasa genetika menghasilkan makanan baru, meningkatkan kualitas

hewan dan tumbuhan serta mempermudah dalam pembiakannya.

2. Disisi lain secara aksiologi rekayasa genetika juga memberikan banyak

kerugian, Adapun kerugian tersebut yaitu :

a. Secara etika, apakah rekayasa genetika “Benar”?

b. Rekayasa genetika dapat menyebabkan cacat secara genetik.

c. Rekayasa genetik akan membatasi keanekaragaman genetik.

d. Rekayasa genetika akan dilakukan sampai sejauh mana?

3. Lebih jauh dalam tinjauan etika filosofis dan etika teologis dapat disimpulkan :
a. Secara etika filosofis pandangan masyarakat secara umum tidak

mempermasalahkan untuk beberapa produk rekayasa genetika seperti :

modifikasi makanan, modifikasi tanaman ataupun obat-obatan walaupun

tetap ada masalah sosial atau masalah lain didalamnya. Tetapi untuk

rekayasa genetika diterapkan pada hewan dan manusia terdapat keraguan

apakah yang telah dilakukan pada hewan ini boleh juga dilakukan kepada

manusia? Sejauh mana manusia dapat dan boleh melangkah ke depan tanpa

kehilangan sisi kemanusiaanya atau dengan kata lain tidak bertindak sebagai

“Tuhan”.

b. Secara etika teologis khususnya etika kristiani yang didasarkan pada

kebenaran firman Allah jika tidak melanggar otoritas Allah sebagai pencipta

dan pengatur kehidupan manusia maka rekayasa genetika adalah peran

manusia sebagai umat Allah untuk menguasai dan memelihara dunia.

Sehingga rekayasa genetika dalam etika teologis kristiani tidak boleh

membuat dunia Allah menjadi rusak ataupun tidak menjadi kemuliaan bagi

nama Allah.
DAFTAR PUSTAKA

1. Abdulhak, I. (2008). Filsafat ilmu pendidikan. Bandung:Remaja Rosdakarya.

2. conserve-energy-future (2018, 9 September). Pros and Cons of Genetic

Engineering. Diperoleh 9 September 2018, dari https://www.conserve-energy-

future.com/pros-and-cons-of-genetic-engineering.php.

3. E. Ariwidodo,1997, “Rekayasa Genetika (Riset DNA Rekombinan) dalam

Perspektif Filsafat Ilmu”, skripsi Fakultas Filsafat UGM. Skripsi ini

memaparkan tentang persoalan rekayasa genetika khususnya riset DNA

rekombinan dalam tinjauan filsafat ilmu, tentang paradigma pemikiran terhadap

DNA rekombinan.

4. Hendrik R., Jan, 1996. Pengantar Filsafat. Yogyakarta: Kanisius.

5. J. Verkuyl. 1982. Etika Kristen Bagian Umum, Jakarta :BPK Gunung Mulia

6. Karmana Oman. Cerdas Belajar Biologi. Tangerang: Grafindo Media Pratama

7. KBBI Daring. (2018, 9 September). Etis. Diperoleh 9 September 2018, dari

https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/etis.

8. M. Muchtar, 2014, “Kloning Manusia Dalam Perpestik Etika Keilmuan Dan

Pengaturan Hukumnya di Di Indonesia”, Jurnal Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan, Th. 27 Nomor 2, Agustus 2014

9. Merck. Biotechnology Institute. 2005. What is biotechnology??.

http://www.biotechinstitute.org/what_is/. Diakses pada 9 September 2018.

10. Mikrajuddin Abdullah, gkk. IPA Terpadu. Jakarta : Penerbit Erlangga


11. Paul L. Lehmann. 1963. Ethics in a Christian Context. New York : Harper &

Row Publishers

12. Salam, B. (1997). Logika materil filsafat ilmu pengetahuan. Jakarta:Rineka

Cipta

13. Sutarno. Rekayasa Genetik dan Perkembangan Bioteknologi di Bidang

Peternakan. Jurnal Biologi Education Vo 13 ISSN 2528-5742.

14. Taufiq Nur Shiddiq. www.tirto.id. 2018. Kloning Monyet Berhasil, Kloning

Manusia Semakin Dekat. https://tirto.id/kloning-monyet-berhasil-kloning-

manusia-semakin-dekat-cDWR. Diakses pada 9 September 2018.

15. Wikipedia. (2018, 9 September). Alphabet Inc. Diperoleh 9 September 2018,

dari https://id.wikipedia.org/wiki/Alphabet_Inc.

16. Wikipedia. (2018, 9 September). Bioteknologi. Diperoleh 9 September 2018,

dari https://id.wikipedia.org/wiki/Bioteknologi.

17. Wikipedia. (2018, 9 September). Domba Dolly. Diperoleh 9 September 2018,

dari https://id.wikipedia.org/wiki/Domba_Dolly.

18. Wikipedia. (2018, 9 September). Kloning. Diperoleh 9 September 2018, dari

https://id.wikipedia.org/wiki/Kloning.

Anda mungkin juga menyukai