Anda di halaman 1dari 22

LAB.

HIDRAULIKA
KELOMPOK V

PERCOBAAN 10

KEHILANGAN ENERGI AKIBAT GESEKAN FLUIDA PADA PIPA HALUS

A. TUJUAN
Menentukan koefisien gesek (f) dan nilai kehilangan energi (hf) pengaliran yang
melalui peluap halus.

B. DASAR TEORI
Pipa adalah saluran tertutup yang biasanya berpenampang lingkaran, dan
digunakan untuk mengalirkan fluida dengan tampang aliran penuh. atau lebih kecil dari
tekanan atmosfer. Sistem perpipaan berfungsi untuk mengalirkan zat cair dari satu
tempat ke tempat yang lain.
Jaringan pipa adalah pipa-pipa yang saling berhubungan yang menjadi laluan
aliran ke suatu lubang keluar tertentu yang dapat datang dari beberapa rangkaian.
Pada zat cair yang mengalir didalam bidang batas (pipa, saluran terbuka atau
bidang datar) akan terjadi tegangan geser dan gradien kecepatan pada seluruh medan
aliran karena adanya kekentalan. Tegangan geser tersebut akan menyebabkan terjadinya
kehilangan energi selama pengaliran.
Kehilangan energi disebabkan oleh gesekan atau friksi dengan dinding pipa.
Kehilangan energi oleh gesekan disebabkan karena cairan atau fluida mempunyai
kekentalan, dan dinding pipa tidak licin sempurna.
Persamaan Darcy-Weisbach
Fluida yang dialirkan melalui pipa bisa berupa zat cair atau gas. Tekanannya biasa
lebih besar atau lebih kecil dari tekanan atmosfir (aliran tertutup).
Fluida yang mengalir di dalam bidang batas akan terjadi tegangan geser dan
gradien kecepatan pada seluruh medan aliran akibat adanya kekentalan fluida
(viscosity). Tegangan geser (τo) tersebut akan menyebabkan terjadinya kehilangan
energi sepanjang pengaliran. Untuk aliran mantap pada penampang pipa yang seragam
tegangan geser yang terjadi sepanjang pipa adalah konstan.

Jurusan Teknik Sipil/D4 Jasa Konstruksi


Politeknik Negeri Ujung Pandang 1
LAB. HIDRAULIKA
KELOMPOK V

Gambar 10.1. Penurunan rumus Darcy-Weisbach

Pada Gambar di atas, dengan mengaplikasikan persamaan Bernaulli untuk aliran riil
untuk penampang 1 dan 2 pada Gambar diatas dapat dituliskan sebagai berikut:

………………… (10.1)

Total tinggi kehilangan (head loss) sepanjang pipa umumnya disebabkan gesekan
(friction) dan disimbolkan hf.
Laju tinggi kehilangan atau gradien tenaga adalah:

………………………………………… (10.2)

Untuk V1 = V2, maka persamaan (10.1) diatas dapat dituliskan sebagai berikut:

. …..…………………. (10.3)

Gaya-gaya yang bekerja pada zat cair adalah gaya tekanan pada kedua penampang,
gaya berat dan gaya gesekan. Dengan menerapkan Hukum Newton II untuk gaya-gaya
tersebut akan didapat:

Jurusan Teknik Sipil/D4 Jasa Konstruksi


Politeknik Negeri Ujung Pandang 2
LAB. HIDRAULIKA
KELOMPOK V

……………….(10.4)

Kedua ruas dibagi dengan γ A dan L Sin θ = Z1-Z2, sehingga:

………………………...(10.5)

. ……………….……………….……..(10.6)

Untuk pipa lingkaran : R = A / P = D / 4 , sehingga persamaan (10.6) diatas dapat


dituliskan sebagai berikut:

. ………………………………….……(10.7)

Dengan memasukkan factor gesekan fluida:

Persamaan (2-7) diatas dapat dituliskan sebagai berikut:

. …………………………..…………..(10.8)

dimana:
hf : kehilangan energi akibat gesekan fluida (m)
f : koefisien gesekan (Darcy-Weisbach)
L : panjang pipa (m)
D : diameter pipa (m)
V : kecepatan aliran dalam pipa (m/dtk)
g : percepatan gravitasi ( ~ 9,81 m/dtk2)

Jurusan Teknik Sipil/D4 Jasa Konstruksi


Politeknik Negeri Ujung Pandang 3
LAB. HIDRAULIKA
KELOMPOK V

Persamaan (11.8) disebut dengan persamaan Darcy-Weisbach untuk kehilangan energi


akibat gesekan fluida pada aliran dalam pipa.

Koefisien gesekan f, untuk aliran turbulen dapat ditentukan dari fungsi kekasaran
relative e/D dan Bilangan Reynold R = VD/ υ . Sedangkan e adalah kekasaran mutlak
dari pipa.

Persamaan Hagen Pouiseuille untuk aliran laminar (Re ≤ 2000) adalah:

…………………………….……….. (10.9)

Atau nilai koefisien gesekan pada persamaan (11.8) adalah f = 64/Re

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Blasius (1913) mengemukakan rumus


koefisien gesekan f untuk pipa halus (smooth pipes) dalam bentuk:

. .………………………………………..(10.10)

Persamaan (11.10) berlaku untuk kondisi aliran 4000 ≤ Re ≤105

Prandtl dan Nikuradze untuk pipa dengan kekasaran halus artificial membagi tiga
daerah aliran turbulen :

- Daerah turbulen halus (smooth turbulent zone) yang mana nilai koefisien gesekan f
hanya merupakan fungsi dari bilangan Reynold Re adalah sebagai berikut:
.

…………………………….(10.11)

- Daerah turbulen transisi (transitional turbulent zone) nilai koefisien gesekan f,


merupakan fungsi dari kekasaran relative e/D dan bilangan Reynold Re.
- Daerah turbulen kasar (rough turbulent zone) nilai keofisien gesekan f hanya
merupakan fungsi dari kekasaran relative e/D adalah sebagai berikut:
……………………………..(10.12)

Jurusan Teknik Sipil/D4 Jasa Konstruksi


Politeknik Negeri Ujung Pandang 4
LAB. HIDRAULIKA
KELOMPOK V

Colebrook dan White (1939) mendapatkan fungsi dengan menjumlahkan untuk kondisi
halus dan kasar yaitu persamaan (10.11) dan (10.12) sebagai berikut:

…………………..……….(10.13)

Untuk keperluan perencanaan dan perancangan aliran melalui saluran pipa persamaan
(10.13) digabung dengan persamaan (10.8) menjadi persamaan :

Tabel 10.1 Ringkasan Formulasi Tahanan Pengaliran Dalam Pipa.

Jurusan Teknik Sipil/D4 Jasa Konstruksi


Politeknik Negeri Ujung Pandang 5
LAB. HIDRAULIKA
KELOMPOK V

Regresi dan Korelasi

Analisis korelasi bertujuan untuk mengukur kekuatan asosiasi (hubungan) linear


antara dua variabel. Korelasi tidak menunjukkan hubungan fungsional atau dengan kata
lain, analisis korelasi tidak membedakan antara variabel dependen dengan variabel
independen.

Dalam analisis regresi, selain mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel atau
lebih, juga menunjukkan arah hubungan antara variabel dependen dengan variabel
independen. Variabel dependen diasumsikan random/stokastik, yang berarti mempunyai
distribusi probabilistik. Variabel independen/bebas diasumsikan memiliki nilai tetap
(dalam pengambilan sampel yang berulang)

Teknik estimasi variabel dependen yang melandasi analisis regresi disebut Ordinary
Least Squares (pangkat kuadrat terkecil biasa). Metode OLS diperkenalkan pertama kali
oleh Carl Friedrich Gauss, seorang ahli matematika dari Jerman. Inti metode OLS adalah
mengestimasi suatu garis regresi dengan jalan meminimalkan jumlah dari kuadrat
kesalahan setiap observasi terhadap garis tersebut.

 Korelasi

Korelasi menyatakan derajat hubungan antara dua variabel tanpa memperhatikan variabel
mana yang menjadi peubah. Karena itu hubugan korelasi belum dapat dikatakan sebagai
hubungan sebab akibat.

Bentuk Hubungan.

Jurusan Teknik Sipil/D4 Jasa Konstruksi


Politeknik Negeri Ujung Pandang 6
LAB. HIDRAULIKA
KELOMPOK V

r = 1,00

Keterangan :

1. Hubungan positif menyatakan hubungan semakin besar nilai pada variabel X, diikuti
pula perubahan dengan semakin besar nilai pada variabel Y
2. Hubungan negatif menyatakan hubungan semakin besar nilai pada variabel X, diikuti
pula perubahan dengan semakin kecil nilai pada variabel Y.
3. r = 1,00 menyatakan hubungan yang sempurna kuat; r = 0,50 menyatakan hubungan
sedang; dan 0,00 menyatakan tidak ada hubungan sama sekali (dua variabel tidak
berhubungan).

Penggunaan Tehnik Korelasi

No. Tingkatan Skala Ukur Teknik Korelasi yang sesuai

1. Nominal 1. Koefisien Kontingensi

2. Ordinal 1. Spearman Rank


2. Kendal  (tau)

3. Interval dan Rasio 1. Pearson Product Moment


2. Korelasi Ganda
3. Korelasi Parsial

Jurusan Teknik Sipil/D4 Jasa Konstruksi


Politeknik Negeri Ujung Pandang 7
LAB. HIDRAULIKA
KELOMPOK V

Korelasi Product Moment

RUMUS :

Keterangan:
r = hubungan variabel X dengan Variabel Y

x = Nilai variabel X
y = Nilai variabel Y
n = Banyak pasangan nilai

Regeresi Linier Sederhana

Tujuan utama materi ini adalah bagaimana menghitung suatu perkiraan atau persamaan
regresi yang akan menjelaskan hubungan antara dua variabel.

Regresi merupakan suatu alat ukur yang juga digunakan untuk mengukur ada atau tidaknya
korelasi antarvariabelnya. Istilah regresi itu sendiri berarti ramalan atau
taksiran.Persamaan yang digunakan untuk mendapatkan garis regresi pada data diagram
pencar disebut persamaan regresi.

Untuk menempatkan garis regresi pada data yang diperoleh maka digunakan metode
kuadrat terkecil, sehingga bentuk persamaan regresi adalah sebagai berikut:
y=ax+b
Kesamaan di antara garis regresi dan garis trend tidak dapat berakhir dengan persamaan
garis lurus. Garis regresi (seperti garis trend dan nilai tengah aritmatika) memiliki dua sifat
matematis berikut :  (Y - Y' ) = 0 dan  (Y - Y' ) 2
= nilai terkecil atau terendah. Dengan

perkataan lain, garis regresi akan ditempatkan pada data dalam diagram sedemikian rupa
sehingga penyimpangan (perbedaan) positif titik-titik terhadap titik-titik pencar di atas
garis akan mengimbangi penyimpangan negatif titik-titik pencar yang terletak di bawah
garis, sehingga hasil pinyimpangan keseluruhan titik-titik terhadap garis lurus adalah nol.

Jurusan Teknik Sipil/D4 Jasa Konstruksi


Politeknik Negeri Ujung Pandang 8
LAB. HIDRAULIKA
KELOMPOK V

Untuk tujuan diatas, perhitungan analisis regresi dapat dipermudah dengan menggunakan
rumus sebagai berikut :

y = ax + b

𝑛∑𝑥. 𝑦 − ∑𝑥∑𝑦 ∑𝑥 2 ∑𝑦 − ∑𝑥∑(𝑥. 𝑦)


𝑎= 𝑏=
𝑛∑𝑥 2 − (∑𝑥)2
𝑛∑𝑥 2 − (∑𝑥)2

Keterangan:
y = Persamaan regresi

x = Nilai variabel X
y = Nilai variabel Y
n = Banyak pasangan nilai

Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model
dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara
nol dan satu. Nilai R2 = yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam
menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti
variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variasi variabel dependen. Secara umum koefisien determinasi untuk data
silang (crossection) relatif rendah karena adanya variasi yang besar antara masing-rnasing
pengamatan, sedangkan untuk data runtun waktu (time series) biasanya mempunyai nilai
koefisien determinasi yang tinggi.

Satu hal yang perlu dicatat adalah masalah regresi lancung (spurious regression).
Insukindro (1998) menekankan bahwa koefisien determinasi hanyalah salah satu dan
bukan satu-satunva kriteria memilih model yang baik. Alasannya bila suatu estimasi
regresi linear menghasilkan koefisien determinasi yang tinggi, tetapi tidak konsisten
dengan teori ekonomika yang dipilih oleh peneliti, atau tidak lolos dari uji asumsi klasik,
maka model tersebut bukanlah model penaksir yang baik dan seharusnya tidak dipilih
menjadi model empirik.

Jurusan Teknik Sipil/D4 Jasa Konstruksi


Politeknik Negeri Ujung Pandang 9
LAB. HIDRAULIKA
KELOMPOK V

Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah bias terhadap jumlah


variabel independen yang dimasukkan kedalam model. Setiap tambahan satu variabel
independen, maka R2 pasti meningkat tidak perduli apakah variabel tersebut berpengaruh
secara signifikan terhadap variabel dependen. Oleh karena itu banyak peneliti
menganjurkan untuk menggunakan nilai Adjusted R2 pada saat mengevaluasi mana model
regresi terbaik. Tidak seperti R2, nilai Adjusted R2 dapat naik atau turun apabila satu
variabel independen ditambahkan kedalam model.

Dalam kenyataan nilai adjusted R2 dapat bernilai negatif, walaupun yang dikehendaki
harus bernilai positif. Menurut Gujarati (2003) jika dalam uji empiris didapat nilai adjusted
R2 negatif, maka nilai adjusted R2 dianggap bernilai nol. Secara matematis jika nilai R2 = 1,
maka Adjusted R2 = R2 = I sedangkan jika nilai R2 = 0, maka adjusted R2 = (1 - k)/(n - k).
Jika k > 1 , maka adjusted R= akan bernilai negative.

Jurusan Teknik Sipil/D4 Jasa Konstruksi


Politeknik Negeri Ujung Pandang 10
LAB. HIDRAULIKA
KELOMPOK V

C. ALAT DAN BAHAN

1. Fluid Friction Testing

2. Hydraulic Bench (Armfield)

3. Stopwatch

4. Termometer

Jurusan Teknik Sipil/D4 Jasa Konstruksi


Politeknik Negeri Ujung Pandang 11
LAB. HIDRAULIKA
KELOMPOK V

D. LANGKAH KERJA

1. Menjalankan mesin pompa air dan membuka kran air secara perlahan - lahan hingga
air mengalir ke bak penampungan.
2. Setelah aliran penuh, air akan mengalir ke sistem jaringan melalui pipa inlet dan
sebagai over flow dialirkan kembali ke reservoir.
3. Semua katup pengatur (kran) yang ada pada jaringan dalam keadaan terbuka,
termasuk katup untuk piezometer.
4. Setelah tidak ada gelembung udara yang nampak pada tabung pziometer, kran keluar
dibuka. Setelah aliran konstan, maka tinggi tekanan air pada masing-masing titik
yang ditinjau dapat dibaca (h1 dan h2) kemudian hasilnya dicatat.
5. Kemudian debit (Q) dihitung dengan menentukan volume sebanyak 2 liter,
kemudian waktu (T) yang dibutuhkan untuk mencapai volume yang sudah
ditentukan dengan menggunakan stopwatch, kemudian hasilnya dicatat.
6. Setelah diukur volumenya, air dialirkan masuk ke sistem jaringan, dengan terlebih
dahulu mengeluarkan gelembung-gelembung udara yang ada didalam pipa dengan
cara membuka kran masuk dan menutup kran keluar.
7. Kemudian langkah no.4 hingga no.6 diulangi kembali sampai melakukan 5 kali
percobaan.

E. DATA HASIL PERCOBAAN


 Tabel.10.2 Data Hasil Percobaan Pipa Kasar Diameter 17,2 mm

Pembacaan Tinggi Pembacaan Waktu/T


Volume T Suhu
Panjang Diameter Manometer (Detik)
No. Air rata - air
(m) (m)
H1 H2 (liter) rata (Co)
Hm(mm) T1 T2 T3
(mm) (mm)
1. 1 0,0172 190 175 15 2 22,64 22,74 22,14 22,51 30
2. 1 0,0172 196 176 20 2 18,13 18,14 18,91 18,39 30
3. 1 0,0172 204 177 27 2 15,25 15,34 15,41 15,33 30
4. 1 0,0172 208 178 30 2 14,31 14,61 14,57 14,50 30
5. 1 0,0172 219 179 40 2 12,2 12,46 12,51 12,39 30

Jurusan Teknik Sipil/D4 Jasa Konstruksi


Politeknik Negeri Ujung Pandang 12
LAB. HIDRAULIKA
KELOMPOK V

F. ANALISA PERHITUNGAN
- Perhitungan Debit (Q)
Rumus : 𝑉
𝑄=
𝑡
Dimana :
Q = Debit air di dalam pipa (m3/detik)
V = Volume air dalam pipa (m3)
t = Waktu (detik)
0,002
maka pada pembacaan 1, 𝑄 = 22,51

= 0,0000889 m3/detik

Nilai selanjutnya dapat dilihat pada tabel 10.3


 Tabel 10.3 Analisa perhitungan debit

Volume Waktu Q
No.
(m3) (detik) (m3/detik)

1 0,002 22,51 0,0000889


2 0,002 18,39 0,0001087
3 0,002 15,33 0,0001304
4 0,002 14,50 0,0001380
5 0,002 12,39 0,0001614
- Perhitungan Kecepatan Aliran

𝑄
V=
𝐴 Dimana :
Q = Debit air di dalam pipa (m3/detik)
V = Kecepatan Aliran (m/s)
A = Luas Penampang Pipa (m2)
Luas Penampang pipa

1
A = 4 𝜋𝑑²

1 22
=4× × 0,0172²
7

= 0,000232234 m²

Jurusan Teknik Sipil/D4 Jasa Konstruksi


Politeknik Negeri Ujung Pandang 13
LAB. HIDRAULIKA
KELOMPOK V

0,0000889
V1 = = 0,383 m/detik
0,000232234

Nilai berikutnya dapat dilihat pada tabel 11.4

 Tabel 10.4 Analisa Perhitungan Kecepatan

volume Waktu Q Luas penampang Kecepatan


No.
(m3) (detik) (m3/detik) pipa (m2) (m/detik)

1 0,002 22,51 0,0000889 0,000232234 0,383


2 0,002 18,39 0,0001087 0,000232234 0,468
3 0,002 15,33 0,0001304 0,000232234 0,562
4 0,002 14,50 0,0001380 0,000232234 0,594
5 0,002 12,39 0,0001614 0,000232234 0,695

- Perhitungan Angka Reynold


𝑉. 𝐷 Dimana :
Re =
𝑣
Re = Angka Reynold

V = kecepatan aliran dalam pipa (m/s)

D = diameter pipa (m)

v = Viskositas kinematika

 Tabel 10. 5 Viskositas Kinematik terhadap Suhu

Jurusan Teknik Sipil/D4 Jasa Konstruksi


Politeknik Negeri Ujung Pandang 14
LAB. HIDRAULIKA
KELOMPOK V

0,383x 0,0172
Re 1= = 8217,55
8,009 𝑥 10−7

Nilai Re selanjutnya dapat dilihat pada tabel :

 Tabel 10.6 Analisa Perhitungan Angka Reynold

Kekentalan
Diameter Kecepatan Angka
No. kinematika Keterangan
(m) (m/detik) reynold
(m2/s)
1 0,0172 0,0000008009 0,383 8217,55 turbulen
2 0,0172 0,0000008009 0,468 10055,26 turbulen
3 0,0172 0,0000008009 0,562 12061,94 turbulen
4 0,0172 0,0000008009 0,594 12758,08 turbulen
5 0,0172 0,0000008009 0,695 14927,34 turbulen

- Perhitungan Koefisien Gesek (f)


ℎ𝑓. 𝐷. 2𝑔
𝑓=
𝐿. 𝑉 2

Dimana :
hf = Kehilangan energi = H1 - H2
L = Panjang pipa (m)
D = Diameter pipa (m)
V = Kecepatan aliran dalam pipa (m/s)
g = Percepatan grafitasi (m²/s)

ℎ𝑓 = 190 − 175 = 0,015 𝑚

0,015 𝑥 0,0172 𝑥 2 𝑥 9,81


𝑓=
1 𝑥 0,3832

0,0047369
𝑓=
0,146

𝑓 = 0,03235

Jurusan Teknik Sipil/D4 Jasa Konstruksi


Politeknik Negeri Ujung Pandang 15
LAB. HIDRAULIKA
KELOMPOK V

Nilai f selanjutnya dapat dilihat pada tabel :

 Tabel 10.7 Analisa Perhitungan Koefisien Gesek

Koefisien
No. hf (m) L (m) D (m) V (m/s) g (m2/s)
gesek (f)
1 0,015 1 0,0172 0,383 9,18 0,03235
2 0,020 1 0,0172 0,468 9,18 0,02881
3 0,027 1 0,0172 0,562 9,18 0,02703
4 0,030 1 0,0172 0,594 9,18 0,02684
5 0,04 1 0,0172 0,695 9,18 0,02615

Jurusan Teknik Sipil/D4 Jasa Konstruksi


Politeknik Negeri Ujung Pandang 16
LAB. HIDRAULIKA
KELOMPOK V

- Persamaan regresi untuk grafik hubungan antara Angka Reynold (Re) dengan
Kecepatan (V)
 Tabel 10.9. Perhitungan Hubungan Antara Angka Reynold (Re) dengan
Kecepatan (V)

Angka Kecepatan (V)


No. V2 Re2 Re x V
Reynold (Re) m/s

1 8217,55 0,383 0,146 67528147,97 3144,377541


2 10055,26 0,468 0,219 101108184,87 4707,996818
3 12061,94 0,562 0,315 145490301,13 6774,603615
4 12758,08 0,594 0,353 162768698,47 7579,154105
5 14927,34 0,695 0,483 222825343,12 10375,628913
Σ 58020,16 2,70 1,52 699720675,56 32581,76

Persamaan regresi antara kecepatan dan angka Reynold

Rumus ; y = a.x + b

𝑛∑𝑣. 𝑅𝑒 − ∑𝑣∑𝑅𝑒 ∑𝑣 2 ∑𝑅𝑒 − ∑𝑣∑(𝑣. 𝑅𝑒)


𝑎= 𝑏=
𝑛∑𝑣 2 − (∑𝑣)2 𝑛∑𝑣 2 − (∑𝑣)2

(5 𝑥 32581,76) − (2,70𝑥 58020,16) (1,52𝑥 58020,16) − (2,70𝑥 325,81)


𝑎= 𝑏=
(5 𝑥 1,52) − (2,70)2 (5 𝑥 1,52) − (2,70)2

𝑎 = 21476 b=0

Jadi persamaan regresi untuk grafik hubungan antara kecepatan (v) dengan angka Reynold
(Re) adalah : Re = 21476v

Jurusan Teknik Sipil/D4 Jasa Konstruksi


Politeknik Negeri Ujung Pandang 17
LAB. HIDRAULIKA
KELOMPOK V

Hubungan Antara Angka Reynold (Re) Dengan Kecepatan (V)

15000.00
Re = 21476V
14000.00 R² = 1

13000.00
ANGKA REYNOLD (Re)

12000.00

11000.00

10000.00

9000.00

8000.00
0.3 0.4 0.5 0.6 0.7
KECEPATAN (m/detik)

Grafik 10.1 Hubungan Antara Angka Reynold (Re) dengan Kecepatan (V)
- Persamaan regresi untuk grafik hubungan antara Koefisien Gesek (f) dengan
Kecepatan (V)
 Tabel 10.10 Perhitungan Hubungan Antara Koefisien Gesek (f) dengan
Kecepatan (V)

Koefisien gesek Kecepatan (V)


No. V2 fxV
(f) m/s

1 0,03235 0,383 0,146 0,012379


2 0,02881 0,468 0,219 0,013489
3 0,02703 0,562 0,315 0,015181
4 0,02684 0,594 0,353 0,015947
5 0,02615 0,695 0,483 0,018173
Σ 0,14 2,70 1,52 0,08
Persamaan regresi antara kecepatan dan koefisien gesek

Rumus ; y = a.x + b

𝑛∑𝑣. 𝑓 − ∑𝑣∑𝑓 ∑𝑣 2 ∑𝑓 − ∑𝑣∑(𝑣. 𝑓)


𝑎= 𝑏=
𝑛∑𝑣 2 − (∑𝑣)2 𝑛∑𝑣 2 − (∑𝑣)2

Jurusan Teknik Sipil/D4 Jasa Konstruksi


Politeknik Negeri Ujung Pandang 18
LAB. HIDRAULIKA
KELOMPOK V

(5 𝑥 0,08) − (2,70𝑥0,14) (1,52 𝑥 0,14) − (2,70𝑥 0,08)


𝑎= 𝑏=
(5 𝑥 1,52) − (2,70)2 (5 𝑥 1,52) − (2,70)2
= -0,0194 = 0,0387

Jadi persamaan regresi untuk grafik hubungan antara kecepatan (v) dengan koefisien gesek
(f) adalah : f = -0,0194v + 0,0387

Hubungan Koefisien gesek (f) Dengan Kecepatan (V)


0.035

0.034
f = -0,0194V + 0,0387
0.033 R² = 0,865

0.032
Koefisien Gesek (f)

0.031

0.030

0.029

0.028

0.027

0.026

0.025
0.4 0.5 0.6 0.7
KECEPATAN (m/detik)

Grafik 10.2 Hubungan Antara koefisien gesek (f) dengan Kecepatan (V)
- Persamaan regresi untuk grafik hubungan antara Kehilangan Energi (hf)
dengan Kecepatan (V)
 Tabel 10.11 Perhitungan Hubungan Antara Kehilangan Energi (hf) dengan
Kecepatan (V)

Kehilangan Kecepatan (V)


No. V2 hf x V
energi (hf) (m) m/s
1 0,015 0,383 0,146 0,005740
2 0,020 0,468 0,219 0,009364
3 0,027 0,562 0,315 0,015165
4 0,030 0,594 0,353 0,017822
5 0,040 0,695 0,483 0,027803
Σ 0,132 2,70 1,52 0,08

Jurusan Teknik Sipil/D4 Jasa Konstruksi


Politeknik Negeri Ujung Pandang 19
LAB. HIDRAULIKA
KELOMPOK V

Persamaan regresi antara kecepatan dan kehilangan energi

Rumus ; y = a.x + b

𝑛∑𝑣. ℎ𝑓 − ∑𝑣∑ℎ𝑓 ∑𝑣 2 ∑ℎ𝑓 − ∑𝑣∑(𝑣. ℎ𝑓)


𝑎= 𝑏=
𝑛∑𝑣 2 − (∑𝑣)2 𝑛∑𝑣 2 − (∑𝑣)2

(5 𝑥0,08) − (2,70𝑥 0,132) (1,52 𝑥 0,132) − (2,70𝑥 0,08)


𝑎= 𝑏=
(5 𝑥 1,52) − (2,70)2 (5 𝑥 1,52) − (2,70)2

a = 0,0797 b = -0,0167

Jadi persamaan regresi untuk grafik hubungan antara kecepatan (v) dengan kehilangan
energi (hf) adalah : hf = 0,0797 V-0,0167

Hubungan Kehilangan energi (Hf) Dengan Kecepatan (V)


0.040

hf = 0,0797V - 0,0167
R² = 0,9863
Kehilangan Energi (Hf)

0.030

0.020

0.010
0.4 0.5 0.6 0.7
KECEPATAN (m/detik)

Grafik 10.3 Hubungan Antara Kehilangan Energi (hf) dengan Kecepatan (V)

Jurusan Teknik Sipil/D4 Jasa Konstruksi


Politeknik Negeri Ujung Pandang 20
LAB. HIDRAULIKA
KELOMPOK V

G. KESIMPULAN
Dari hasil pengolahan data di ketahui bahwa :
 Pada percobaan pertama sampai kelima terjadi aliran turbulen karena nilai Re >
4000.
 Koefisien gesek (f) rata-rata dari percobaan pertama sampai kelima yang terjadi pada
pipa diameter 17,2 mm adalah 0,02824.
 Nilai kehilangan energi (hf) rata-rata dari percobaan pertama sampai kelima terjadi
pada pipa dengan diameter 17,2 mm adalah 0,0264.
 Persamaan regresi untuk hubungan antara kecepatan dan angka Reynold, yaitu Re =
21476v dengan R2=1.
 Persamaan regresi untuk hubungan antara kecepatan dan koefisien, f = -0,0194v +
0,0387dengan R2=0,865.
 Persamaan regresi untuk hubungan antara kecepatan dan kehilngan energi, yaitu hf
= 0,0797 V-0,0167 dengan R2=0,9863.

H. DOKUMENTASI

Menjalankan mesin pompa. Menambah volume air.

Jurusan Teknik Sipil/D4 Jasa Konstruksi


Politeknik Negeri Ujung Pandang 21
LAB. HIDRAULIKA
KELOMPOK V

Membaca tinggi H1 dan H2. Menutup katup.

Membaca nilai T1, T2 dan T3. Membuka katup.

Mengukur suhu air dalam bak.

Jurusan Teknik Sipil/D4 Jasa Konstruksi


Politeknik Negeri Ujung Pandang 22

Anda mungkin juga menyukai