HIDRAULIKA
KELOMPOK V
PERCOBAAN 10
A. TUJUAN
Menentukan koefisien gesek (f) dan nilai kehilangan energi (hf) pengaliran yang
melalui peluap halus.
B. DASAR TEORI
Pipa adalah saluran tertutup yang biasanya berpenampang lingkaran, dan
digunakan untuk mengalirkan fluida dengan tampang aliran penuh. atau lebih kecil dari
tekanan atmosfer. Sistem perpipaan berfungsi untuk mengalirkan zat cair dari satu
tempat ke tempat yang lain.
Jaringan pipa adalah pipa-pipa yang saling berhubungan yang menjadi laluan
aliran ke suatu lubang keluar tertentu yang dapat datang dari beberapa rangkaian.
Pada zat cair yang mengalir didalam bidang batas (pipa, saluran terbuka atau
bidang datar) akan terjadi tegangan geser dan gradien kecepatan pada seluruh medan
aliran karena adanya kekentalan. Tegangan geser tersebut akan menyebabkan terjadinya
kehilangan energi selama pengaliran.
Kehilangan energi disebabkan oleh gesekan atau friksi dengan dinding pipa.
Kehilangan energi oleh gesekan disebabkan karena cairan atau fluida mempunyai
kekentalan, dan dinding pipa tidak licin sempurna.
Persamaan Darcy-Weisbach
Fluida yang dialirkan melalui pipa bisa berupa zat cair atau gas. Tekanannya biasa
lebih besar atau lebih kecil dari tekanan atmosfir (aliran tertutup).
Fluida yang mengalir di dalam bidang batas akan terjadi tegangan geser dan
gradien kecepatan pada seluruh medan aliran akibat adanya kekentalan fluida
(viscosity). Tegangan geser (τo) tersebut akan menyebabkan terjadinya kehilangan
energi sepanjang pengaliran. Untuk aliran mantap pada penampang pipa yang seragam
tegangan geser yang terjadi sepanjang pipa adalah konstan.
Pada Gambar di atas, dengan mengaplikasikan persamaan Bernaulli untuk aliran riil
untuk penampang 1 dan 2 pada Gambar diatas dapat dituliskan sebagai berikut:
………………… (10.1)
Total tinggi kehilangan (head loss) sepanjang pipa umumnya disebabkan gesekan
(friction) dan disimbolkan hf.
Laju tinggi kehilangan atau gradien tenaga adalah:
………………………………………… (10.2)
Untuk V1 = V2, maka persamaan (10.1) diatas dapat dituliskan sebagai berikut:
. …..…………………. (10.3)
Gaya-gaya yang bekerja pada zat cair adalah gaya tekanan pada kedua penampang,
gaya berat dan gaya gesekan. Dengan menerapkan Hukum Newton II untuk gaya-gaya
tersebut akan didapat:
……………….(10.4)
………………………...(10.5)
. ……………….……………….……..(10.6)
. ………………………………….……(10.7)
. …………………………..…………..(10.8)
dimana:
hf : kehilangan energi akibat gesekan fluida (m)
f : koefisien gesekan (Darcy-Weisbach)
L : panjang pipa (m)
D : diameter pipa (m)
V : kecepatan aliran dalam pipa (m/dtk)
g : percepatan gravitasi ( ~ 9,81 m/dtk2)
Koefisien gesekan f, untuk aliran turbulen dapat ditentukan dari fungsi kekasaran
relative e/D dan Bilangan Reynold R = VD/ υ . Sedangkan e adalah kekasaran mutlak
dari pipa.
…………………………….……….. (10.9)
. .………………………………………..(10.10)
Prandtl dan Nikuradze untuk pipa dengan kekasaran halus artificial membagi tiga
daerah aliran turbulen :
- Daerah turbulen halus (smooth turbulent zone) yang mana nilai koefisien gesekan f
hanya merupakan fungsi dari bilangan Reynold Re adalah sebagai berikut:
.
…………………………….(10.11)
Colebrook dan White (1939) mendapatkan fungsi dengan menjumlahkan untuk kondisi
halus dan kasar yaitu persamaan (10.11) dan (10.12) sebagai berikut:
…………………..……….(10.13)
Untuk keperluan perencanaan dan perancangan aliran melalui saluran pipa persamaan
(10.13) digabung dengan persamaan (10.8) menjadi persamaan :
Dalam analisis regresi, selain mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel atau
lebih, juga menunjukkan arah hubungan antara variabel dependen dengan variabel
independen. Variabel dependen diasumsikan random/stokastik, yang berarti mempunyai
distribusi probabilistik. Variabel independen/bebas diasumsikan memiliki nilai tetap
(dalam pengambilan sampel yang berulang)
Teknik estimasi variabel dependen yang melandasi analisis regresi disebut Ordinary
Least Squares (pangkat kuadrat terkecil biasa). Metode OLS diperkenalkan pertama kali
oleh Carl Friedrich Gauss, seorang ahli matematika dari Jerman. Inti metode OLS adalah
mengestimasi suatu garis regresi dengan jalan meminimalkan jumlah dari kuadrat
kesalahan setiap observasi terhadap garis tersebut.
Korelasi
Korelasi menyatakan derajat hubungan antara dua variabel tanpa memperhatikan variabel
mana yang menjadi peubah. Karena itu hubugan korelasi belum dapat dikatakan sebagai
hubungan sebab akibat.
Bentuk Hubungan.
r = 1,00
Keterangan :
1. Hubungan positif menyatakan hubungan semakin besar nilai pada variabel X, diikuti
pula perubahan dengan semakin besar nilai pada variabel Y
2. Hubungan negatif menyatakan hubungan semakin besar nilai pada variabel X, diikuti
pula perubahan dengan semakin kecil nilai pada variabel Y.
3. r = 1,00 menyatakan hubungan yang sempurna kuat; r = 0,50 menyatakan hubungan
sedang; dan 0,00 menyatakan tidak ada hubungan sama sekali (dua variabel tidak
berhubungan).
RUMUS :
Keterangan:
r = hubungan variabel X dengan Variabel Y
x = Nilai variabel X
y = Nilai variabel Y
n = Banyak pasangan nilai
Tujuan utama materi ini adalah bagaimana menghitung suatu perkiraan atau persamaan
regresi yang akan menjelaskan hubungan antara dua variabel.
Regresi merupakan suatu alat ukur yang juga digunakan untuk mengukur ada atau tidaknya
korelasi antarvariabelnya. Istilah regresi itu sendiri berarti ramalan atau
taksiran.Persamaan yang digunakan untuk mendapatkan garis regresi pada data diagram
pencar disebut persamaan regresi.
Untuk menempatkan garis regresi pada data yang diperoleh maka digunakan metode
kuadrat terkecil, sehingga bentuk persamaan regresi adalah sebagai berikut:
y=ax+b
Kesamaan di antara garis regresi dan garis trend tidak dapat berakhir dengan persamaan
garis lurus. Garis regresi (seperti garis trend dan nilai tengah aritmatika) memiliki dua sifat
matematis berikut : (Y - Y' ) = 0 dan (Y - Y' ) 2
= nilai terkecil atau terendah. Dengan
perkataan lain, garis regresi akan ditempatkan pada data dalam diagram sedemikian rupa
sehingga penyimpangan (perbedaan) positif titik-titik terhadap titik-titik pencar di atas
garis akan mengimbangi penyimpangan negatif titik-titik pencar yang terletak di bawah
garis, sehingga hasil pinyimpangan keseluruhan titik-titik terhadap garis lurus adalah nol.
Untuk tujuan diatas, perhitungan analisis regresi dapat dipermudah dengan menggunakan
rumus sebagai berikut :
y = ax + b
Keterangan:
y = Persamaan regresi
x = Nilai variabel X
y = Nilai variabel Y
n = Banyak pasangan nilai
Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model
dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara
nol dan satu. Nilai R2 = yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam
menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti
variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variasi variabel dependen. Secara umum koefisien determinasi untuk data
silang (crossection) relatif rendah karena adanya variasi yang besar antara masing-rnasing
pengamatan, sedangkan untuk data runtun waktu (time series) biasanya mempunyai nilai
koefisien determinasi yang tinggi.
Satu hal yang perlu dicatat adalah masalah regresi lancung (spurious regression).
Insukindro (1998) menekankan bahwa koefisien determinasi hanyalah salah satu dan
bukan satu-satunva kriteria memilih model yang baik. Alasannya bila suatu estimasi
regresi linear menghasilkan koefisien determinasi yang tinggi, tetapi tidak konsisten
dengan teori ekonomika yang dipilih oleh peneliti, atau tidak lolos dari uji asumsi klasik,
maka model tersebut bukanlah model penaksir yang baik dan seharusnya tidak dipilih
menjadi model empirik.
Dalam kenyataan nilai adjusted R2 dapat bernilai negatif, walaupun yang dikehendaki
harus bernilai positif. Menurut Gujarati (2003) jika dalam uji empiris didapat nilai adjusted
R2 negatif, maka nilai adjusted R2 dianggap bernilai nol. Secara matematis jika nilai R2 = 1,
maka Adjusted R2 = R2 = I sedangkan jika nilai R2 = 0, maka adjusted R2 = (1 - k)/(n - k).
Jika k > 1 , maka adjusted R= akan bernilai negative.
3. Stopwatch
4. Termometer
D. LANGKAH KERJA
1. Menjalankan mesin pompa air dan membuka kran air secara perlahan - lahan hingga
air mengalir ke bak penampungan.
2. Setelah aliran penuh, air akan mengalir ke sistem jaringan melalui pipa inlet dan
sebagai over flow dialirkan kembali ke reservoir.
3. Semua katup pengatur (kran) yang ada pada jaringan dalam keadaan terbuka,
termasuk katup untuk piezometer.
4. Setelah tidak ada gelembung udara yang nampak pada tabung pziometer, kran keluar
dibuka. Setelah aliran konstan, maka tinggi tekanan air pada masing-masing titik
yang ditinjau dapat dibaca (h1 dan h2) kemudian hasilnya dicatat.
5. Kemudian debit (Q) dihitung dengan menentukan volume sebanyak 2 liter,
kemudian waktu (T) yang dibutuhkan untuk mencapai volume yang sudah
ditentukan dengan menggunakan stopwatch, kemudian hasilnya dicatat.
6. Setelah diukur volumenya, air dialirkan masuk ke sistem jaringan, dengan terlebih
dahulu mengeluarkan gelembung-gelembung udara yang ada didalam pipa dengan
cara membuka kran masuk dan menutup kran keluar.
7. Kemudian langkah no.4 hingga no.6 diulangi kembali sampai melakukan 5 kali
percobaan.
F. ANALISA PERHITUNGAN
- Perhitungan Debit (Q)
Rumus : 𝑉
𝑄=
𝑡
Dimana :
Q = Debit air di dalam pipa (m3/detik)
V = Volume air dalam pipa (m3)
t = Waktu (detik)
0,002
maka pada pembacaan 1, 𝑄 = 22,51
= 0,0000889 m3/detik
Volume Waktu Q
No.
(m3) (detik) (m3/detik)
𝑄
V=
𝐴 Dimana :
Q = Debit air di dalam pipa (m3/detik)
V = Kecepatan Aliran (m/s)
A = Luas Penampang Pipa (m2)
Luas Penampang pipa
1
A = 4 𝜋𝑑²
1 22
=4× × 0,0172²
7
= 0,000232234 m²
0,0000889
V1 = = 0,383 m/detik
0,000232234
v = Viskositas kinematika
0,383x 0,0172
Re 1= = 8217,55
8,009 𝑥 10−7
Kekentalan
Diameter Kecepatan Angka
No. kinematika Keterangan
(m) (m/detik) reynold
(m2/s)
1 0,0172 0,0000008009 0,383 8217,55 turbulen
2 0,0172 0,0000008009 0,468 10055,26 turbulen
3 0,0172 0,0000008009 0,562 12061,94 turbulen
4 0,0172 0,0000008009 0,594 12758,08 turbulen
5 0,0172 0,0000008009 0,695 14927,34 turbulen
Dimana :
hf = Kehilangan energi = H1 - H2
L = Panjang pipa (m)
D = Diameter pipa (m)
V = Kecepatan aliran dalam pipa (m/s)
g = Percepatan grafitasi (m²/s)
0,0047369
𝑓=
0,146
𝑓 = 0,03235
Koefisien
No. hf (m) L (m) D (m) V (m/s) g (m2/s)
gesek (f)
1 0,015 1 0,0172 0,383 9,18 0,03235
2 0,020 1 0,0172 0,468 9,18 0,02881
3 0,027 1 0,0172 0,562 9,18 0,02703
4 0,030 1 0,0172 0,594 9,18 0,02684
5 0,04 1 0,0172 0,695 9,18 0,02615
- Persamaan regresi untuk grafik hubungan antara Angka Reynold (Re) dengan
Kecepatan (V)
Tabel 10.9. Perhitungan Hubungan Antara Angka Reynold (Re) dengan
Kecepatan (V)
Rumus ; y = a.x + b
𝑎 = 21476 b=0
Jadi persamaan regresi untuk grafik hubungan antara kecepatan (v) dengan angka Reynold
(Re) adalah : Re = 21476v
15000.00
Re = 21476V
14000.00 R² = 1
13000.00
ANGKA REYNOLD (Re)
12000.00
11000.00
10000.00
9000.00
8000.00
0.3 0.4 0.5 0.6 0.7
KECEPATAN (m/detik)
Grafik 10.1 Hubungan Antara Angka Reynold (Re) dengan Kecepatan (V)
- Persamaan regresi untuk grafik hubungan antara Koefisien Gesek (f) dengan
Kecepatan (V)
Tabel 10.10 Perhitungan Hubungan Antara Koefisien Gesek (f) dengan
Kecepatan (V)
Rumus ; y = a.x + b
Jadi persamaan regresi untuk grafik hubungan antara kecepatan (v) dengan koefisien gesek
(f) adalah : f = -0,0194v + 0,0387
0.034
f = -0,0194V + 0,0387
0.033 R² = 0,865
0.032
Koefisien Gesek (f)
0.031
0.030
0.029
0.028
0.027
0.026
0.025
0.4 0.5 0.6 0.7
KECEPATAN (m/detik)
Grafik 10.2 Hubungan Antara koefisien gesek (f) dengan Kecepatan (V)
- Persamaan regresi untuk grafik hubungan antara Kehilangan Energi (hf)
dengan Kecepatan (V)
Tabel 10.11 Perhitungan Hubungan Antara Kehilangan Energi (hf) dengan
Kecepatan (V)
Rumus ; y = a.x + b
a = 0,0797 b = -0,0167
Jadi persamaan regresi untuk grafik hubungan antara kecepatan (v) dengan kehilangan
energi (hf) adalah : hf = 0,0797 V-0,0167
hf = 0,0797V - 0,0167
R² = 0,9863
Kehilangan Energi (Hf)
0.030
0.020
0.010
0.4 0.5 0.6 0.7
KECEPATAN (m/detik)
Grafik 10.3 Hubungan Antara Kehilangan Energi (hf) dengan Kecepatan (V)
G. KESIMPULAN
Dari hasil pengolahan data di ketahui bahwa :
Pada percobaan pertama sampai kelima terjadi aliran turbulen karena nilai Re >
4000.
Koefisien gesek (f) rata-rata dari percobaan pertama sampai kelima yang terjadi pada
pipa diameter 17,2 mm adalah 0,02824.
Nilai kehilangan energi (hf) rata-rata dari percobaan pertama sampai kelima terjadi
pada pipa dengan diameter 17,2 mm adalah 0,0264.
Persamaan regresi untuk hubungan antara kecepatan dan angka Reynold, yaitu Re =
21476v dengan R2=1.
Persamaan regresi untuk hubungan antara kecepatan dan koefisien, f = -0,0194v +
0,0387dengan R2=0,865.
Persamaan regresi untuk hubungan antara kecepatan dan kehilngan energi, yaitu hf
= 0,0797 V-0,0167 dengan R2=0,9863.
H. DOKUMENTASI