Anda di halaman 1dari 9

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul
“Peran Perawat Profesional yang Bersih dari KKN”. Makalah ini dibuat sedemikian rupa sebagai
tugas yang diberikan oleh Dosen pembimbing kami. Harapan kami sebagai penyusun adalah
semoga makalah ini dapat diterima dengan baik oleh Dosen pembimbing serta dapat bermanfaat
bagi semua pembaca.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan yang kami buat ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu kami sebagai penyusun mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.

Semarang, September 2017

Penyusun

1
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR .......................................................................................... 1
DAFTAR ISI......................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................................. 3
B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 3
C. Tujuan ............................................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Peran Penting Pendidikan Anti Korupsi .......................................................... 4
B. Korupsi ............................................................................................................. 6
C. Kolusi ............................................................................................................. 7
D. Nepotisme ........................................................................................................ 7
E. Dampak Korupsi ............................................................................................... 8
BAB III PENUTUP
A. Simpulan .......................................................................................................... 9
B. Saran ............................................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 10

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Istilah korupsi di Indonesia pada mulanya hanya terkandung dalam khazanah perbincangan
umum untuk menunjukkan penyelewengan-penyelewengan yang dilakukan pejabat-pejabat
Negara. Namun karena penyakit tersebut sudah mewabah dan terus meningkat dari tahun ke
tahun.
Rakyat kecil yang tidak memiliki alat pemukul guna melakukan koreksi dan memberikan
sanksi pada umumnya bersikap acuh tak acuh. Namun yang paling menyedihkan adalah sikap
rakyat menjadi apatis dengan semakin meluasnya praktik-praktik korupsi oleh beberapa oknum
pejabat lokal, maupun nasional.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang di maksut dari peran penting pedidikan anti korupsi?
2. Apa yang di maksut dengan korupsi?
3. Apa yang di maksut dengan kolusi?
4. Apa yang di maksut dengan nepotisme?
5. Apa dampak dari korupsi?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui peran penting pendidikan anti korupsi,
2. Untuk mengetahui apa itu korupsi,
3. Untuk mengetahui apa itu kolusi,
4. Untuk mengetahui apa itu nepotisme,
5. Untuk mengetahui dampak dari korupsi.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. PERAN PENTING PENDIDIKAN ANTI KORUPSI


Peranan Penting Pendidikan Anti Korupsi sejak Dini untuk mencegah tindak korupsi
Indonesia tercatat sebagai salah satu negara yang memiliki kasus korupsi yang cukup tinggi
di dunia. Hal ini dapat disimpulkan dari hasil pengumuman negara-negara korupi yang
dikeluarkan oleh Transparency International sebuah organisasi internasional yang bertujuan
untuk memerangi korupsi- pada tahun 2010 yang menempatkan Indonesia di ranking ke-110
dengan IPK (Indeks Presepsi Korupsi) 2,8.
Prestasi yang memalukan ini tidak terlepas dari tingkah laku dan tindak tanduk para
pejabat yang menduduki posisi-posisi penting di pemerintahan. Maraknya kasus korupsi di
Indonesia dapat diartikan sebagai lemahnya kontrol diri para pejabat terkait dan tidak
berdayanya instansi-instansi pemerintahan maupun non-pemerintahan yang menjadi
pengamat kasus ini. Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah antisipasi yang dapat menekan laju
pertumbuhan kasus korupsi Indonesia di masa mendatang.
Pendidikan anti-korupsi sejak dini adalah salah satu cara untuk menekan laju
tersebut. Mengingat pendidikan merupakan salah satu penuntun generasi muda untuk ke
jalan yang benar. Pendidikan, sebagai awal pencetak pemikir besar, termasuk koruptor
sebenarnya merupakan aspek awal yang dapat merubah seseorang menjadi koruptor atau
tidak. Pedidikan merupakan salah satu tonggak kehidupan masyarakat demokrasi yang
madani, sudah sepantasnya mempunyai andil dalam hal pencegahan korupsi. Salah satu
yang bisa menjadi gagasan baik dalam kasus korupsi ini adalah penerapan anti korupsi
dalam pendidikan karakter bangsa di Indonesia.
Betapa pentingnya pendidikan anti-korupsi sejak dini bisa dianalogikan sebagai
betapa pentingnya merawat, menjaga dan mempersiapkan bibit-bibit tanaman yang hendak
ditumbuhkan menjadi sebuah pohon yang memberikan banyak manfaat. Yang keberadaanya
tak hanya bisa menyerap sari tanah dengan akarnya tetapi juga bisa menghasilkan buah-

4
buah yang segar untuk dikonsumsi serta dahan yang rindang untuk dijadikan tempat
berteduh. Ini sejalan dengan misi pendidikan anti-korupsi sejak dini. Dengan penanaman
nilai-nilai moral, pembekalan ilmu pengetahuan tentang hukum, adat istiadat ketimuran
serta religiusitas kepercayaan pada Tuhan diharapkan bisa mencetak calon-calon figure
pemangku kekuasaan yang bersih dari korupsi.
Pendidikan anti-korupsi sejak dini pun diharapkan bisa menumbuhkan pemikiran
yang kritis bagi peserta didik. Nantinya diharapkan, anak-anak terdidik ini bisa menjadi
garda terdepan dalam upaya pemberantasan korupsi di Indonesia. Pendidikan anti korupsi
sejak dini itu penting. Akan tetapi, akan menjadi lebih penting dan powerful jika dibarengi
dengan pendidikan agama yang dilaksanakan secara konsisten dan berkelanjutan.
Maraknya kasus korupsi di Indonesia memang tidak bisa secara serta merata
diberantas dan hilang begitu saja. Perlu antisipasi dini untuk menekan laju peningkatan
kasus korupsi ini. Dengan adanya pendidikan anti korupsi, diharapkan beberapa tahun
kemudian ketika bibit-bibit calon pemimpin yang kini masih menjadi tunas menjabat bisa
menghilangkan kegelisahan masyarakat akan kasus korupsi yang tak kunjung berakhir. Dan
Indonesia bisa menjadi salah satu negara di dunia yang bersih dari korupsi.

B. KORUPSI
Korupsi dalam bahasa Latin disebut corruptio dari kata kerja corrumpere yang
memiliki banyak makna seperti busuk, merusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyuap.
Korupsi sendiri adalah suatu tindakan pejabat publik, baik politisi, pegawai negeri, yang
menyalahgunakan kekuasaannya mengambil atau mengakali hak milik orang lain demi
kepentingannya sepihak sehingga dapat merugikan banyak kalangan masyarakat.
Dari sudut pandang hukum, tindak pidana korupsi secara garis besar terdiri dari
beberapa unsur berikut :
1. Perbuatan melawan hukum,
2. Penyalahgunaan kewenangan, kesempatan, atau sarana,
3. Memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi
4. Merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.

5
5. Memberi atau menerima hadiah atau janji (penyuapan),
6. Penggelapan dalam jabatan,
7. Pemerasan dalam jabatan,
8. Ikut serta dalam pengadaan,
9. Menerima gratifikasi.

Dalam arti yang luas, korupsi adalah penyalahgunaan jabatan atau kekuasaan resmi
untuk keuntungan pribadinya sendiri.

C. KOLUSI
Kolusi adalah suatu perbuatan yang tidak jujur atau kecurangan dalam melakukan
kesepakatan khusus secara diam-diam atau tersembunyi dengan melakukan penyuapan
sebagai pelancar atau pelicin agar segala urusannya bisa berjalan lancar tanpa hambatan.
Contoh dari kolusi :
1. Penyuapan agar diterima menjadi PNS,
2. Penyuapan dalam mencuci nilai rapor sekolah,
3. Penyuapan agar diterima di sekolah negeri favorit.

D. NEPOTISME

Nepotisme berasal dari kata Latin nepos, yang memiliki arti "keponakan" atau
"cucu". Jadi , jika disimpulkan Nepotisme adalah sikap plihkasih dengan lebih
mementingkan anak, kerabat, atau orang terdekat dalam segala urusan sehingga tidak
memandang nilai atau kemampuan seseorang yang tidak dekat dengannya .

Biasanya nepotisme identik dengan orang-orang besar seperti penjabat, direktur, dan
sebagainya.

6
Contoh dari Nepotisme :

1. Seorang Gubernur mengangkat semua anggota keluarganya menjadi penjabat


pemerintahan di provinsi yang dipimpinnya , sehingga tdak menilai para orang yang
lebih layak berda di posisi itu.

E. DAMPAK KORUPSI

Para pejabat korupi pada sektor kesehatan telah mencederai upaya pembangunan
kesehatan yang oleh Notoatmodjo bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan,
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara
sosial dan ekonomis.

Dampak korupsi pada sektor kesehatan dapat mengakibatkan menurunnya derajat


kesehatan masyarakat yang berimbas pada IPM (Indeks Pembangunan Manusia). Indikator
IPM seperti angka kematian bayi dan angka harapan hidup sangat terkait dengan pendanaan
sektor kesehatan. Apabila terjadi korupsi pada sektor kesehatan, maka akan berimbas
penurunan angka harapan hidup dan menaikkan angka kematian bayi. Dampak korupsi lebih
jauh adalah naik dan tingginya harga obat-obatan dan rendahnya kualitas alat kesehatan
pada rumah sakit dan puskesmas serta sarana kesehatan masyarakat lainnya.

Terjadinya kasus-kasus korupsi pada sektor kesehatan yang melibatkan pejabat pada
kementerian kesehatan dan dinas kesehatan lokal menunjukkan rendahnya transparansi dan
akuntabilitas serta kepatuhan pada hukum. Besarnya diskresi atau kewenangan pejabat dan
rendahnya etika pejabat sektor kesehatan menyebabkan menguatnya dan meningkatnya
kesempatan melakukan praktek korupsi disektor kesehatan.

7
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Semua bentuk korupsi dicirikan tiga aspek. Pertama pengkhianatan terhadap


kepercayaan atau amanah yang diberikan, kedua penyalahgunaan wewenang, pengambilan
keuntungan material ciri-ciri tersebut dapat ditemukan dalam bentuk-bentuk korupsi yang
mencangkup penyapan pemerasan, penggelapan dan nepotisme. Kesemua jenis ini apapun
alasannya dan motivasinya merupakan bentuk pelanggaran terhadap norma-norma tanggung
jawab dan menyebabkan kerugian bagi badan-badan negara dan publik.

B. SARAN
Dengan penulis makalah ini, penulis mengharapkan kepada pembaca agar dapat
memilih manfaat yang tersirat didalamnya dan dapat dijadikan sebagai kegiatan motivasi
agar kita tidak terjerumus oleh hal-hal korupsi dan dapat menambah wawasan dan
pemikiran yang intelektual khususnya dalam mata kuliah anti korupsi”.

8
DAFTAR PUSTAKA

Satya Widyananda, Adhyta. 2014. Peran Pendidikan Anti Korupsi Dini Dalam Mencegah
Terjadinya Tindak Korupsi.

Aulia, Aylea. “Peran Pendidikan Karakter Bangsa Sebagai Pencegahan Korupsi Sejak
Dini”

Gie. 2002. Pemberantasan Korupsi Untuk Meraih Kemandirian, Kemakmuran,


Kesejahteraan dan Keadilan.
Mochtar. 2009. “Efek Treadmill” Pemberantasan Korupsi : Kompas

Anda mungkin juga menyukai