Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagai makhluk yang secara kodrati dianugrahi akal pikiran, manusia


merupakan sosok makhluk yang memiliki kesadaran dan rasa ingin tahu tentang
segala sesuatu yang dihadapi dan dialami dalam kehidupannya. Manusia tidak
pernah puas dengan apa yang sudah ada, tetapi selalu mencari dan mencari
kebenaran yang sesungguhnya dengan bertanya-tanya untuk mendapatkan jawaban
dari pertanyaan-pertanyaan yang berkecamuk dalam pikirannya. Namun, terkadang
ketika mereka telah menemukan jawaban-jawaban tersebut juga tidak selalu
memuaskan manusia.

Sifat yang rasa ingin tahu itulah yang mendorong manusia untuk selalu ingin
tahu tentang sesuatu hal. Rasa ingin tahu ini tidak terbatas yang ada pada dirinya,
juga ingin tahu tentang lingkungan sekitar, bahkan sekarang ini rasa ingin tahu
berkembang ke arah dunia luar. Rasa ingin tahu ini tidak dibatasi oleh peradaban.
Semua umat manusia di dunia ini punya rasa ingin tahu walaupun variasinya
berbeda-beda. Orang yang tinggal di tempat peradaban yang masih terbelakang,
punya rasa ingin yang berbeda dibandingkan dengan orang yang tinggal di tempat
yang sudah maju.

Dunia peradaban manusia mengalami metamorfosis. Berkembang dari satu


tahap yang kecil ke tahap yang lebih besar berikutnya. Proses metamorphos is
tersebut terjadi seiring perjalanan waktu. Peradaban manusia berkembang menuju
suatu perkembangan yang semakin maju, yang disebut era modern. Kemajuan
peradaban manusia terjadi dan sangat ditentukan oleh ilmu pengetahuan yang
dimiliki. Ilmu pengetahuan menjadi sumber atau inspirasi awal manusia untuk
berubah ke arah yang lebih baik.

1|Tu g a s F i l s a f a t I l m u . N u rh i k m a h Ha s a n .
Berdasarkan atas pengertian yang ada dan berdasarkan atas kebiasaan yang
terjadi, sering ditemukan kerancuan antara pengertian ilmu dengan pengetahua n.
Ke dua kata tersebut dianggap memiliki arti yang sama, bahkan tak jarang ilmu dan
pengetahuan terkadang digabung menjadi satu kata majemuk yang mengandung arti
tersendiri. Hal ini sering kita jumpai dalam berbagai artikel dan karangan yang
membicarakan tentang ilmu pengetahuan. Bahkan dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia ilmu disamakan dengan pengetahuan. Namun jika kata ilmu dan kata
pengetahuan tidak dirangkum menjadi satu kata majemuk atau berdiri sendiri, akan
tampak perbedaan antara keduanya. Berdasarkan asal katanya, pengetahuan
diambil dari kata dalam bahasa inggris yaitu knowledge. Sedangkan ilmu dari kata
Science. Tentunya dari dua asal kata itu mempunyai makna yang berbeda.

Oleh karena itu, melalui penulisan makalah ini diharapkan nantinya penulis
bisa mengungkapkan secara detail perbedaan antara ilmu dengan pengetahua n.
Objek material dan objek fisika sebagai suatu cabang ilmu pengetahuan. Dan
apakah mungkin seorang manusia itu mempunyai pengetahuan. Serta diharapkan
pula penulis bisa mengungkapkan apa saja sumber dan alat dari pengetahuan itu
sendiri.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakng yang telah dipaparkan, dapat dirumuskan beberapa
permasalahn yang akan dibahas dalam penulisan makalah ini. Permasalahan yang
dimaksud adalah sebagai berikut :
1. Apakah pengertian ilmu dan pengetahuan?
2. Apakah objek material dan objek formal fisika sebagai suatu cabang ilmu
pengetahuan?
3. Mungkinkah manusia itu mempunyai pengetahuan?
4. Apa sajakah sumber dan alat dari pengetahuan?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah kali ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian ilmu dan pengetahuan.

2|Tu g a s F i l s a f a t I l m u . N u rh i k m a h Ha s a n .
2. Untuk mengetahui objek material dan formal fisika sebagai suatu cabang ilmu
pengetahuan.
3. Untuk mengetahui apakah mungkin manusia itu mempunyai pengetahuan.
4. Untuk mengetahui sumber dan alat pengetahuan.

D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat yang diperoleh dari penulisan kali ini adalah sebagai berikut :
1. Memperoleh pengetahuan pengertian ilmu dan pengetahuan, dapat membedakan
antara ilmu dan pengetahuan.
2. Memperoleh pengetahuan tentang objek material dan objek formal fisika sebagai
suatu cabang ilmu pengetahuan, serta mengetahui sumber dan alat pengetahuan.

3|Tu g a s F i l s a f a t I l m u . N u rh i k m a h Ha s a n .
BAB II

PEMBAHASAN

A. ILMU DAN PENGETAHUAN.

Terkadang sering ditemukan kerancuan antara pengertian ilmu dengan


pengetahuan. Ke dua kata tersebut dianggap memiliki arti yang sama,
bahkan tak jarang ilmu dan pengetahuan terkadang digabung menjadi satu
kata majemuk yang mengandung arti tersendiri. Hal ini sering kita jumpai
dalam berbagai artikel dan karangan yang membicarakan tentang ilmu
pengetahuan. Bahkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ilmu
disamakan dengan pengetahuan. Namun jika kata ilmu dan kata
pengetahuan tidak dirangkum menjadi satu kata majemuk atau berdiri
sendiri, akan tampak perbedaan antara keduanya. Berdasarkan asal katanya,
pengetahuan diambil dari kata dalam bahasa inggris yaitu knowledge.
Sedangkan ilmu dari kata Science. Tentunya dari dua asal kata itu
mempunyai makna yang berbeda.

 Ilmu

Pada prinsipnya ilmu merupakan usaha untuk mengorganisir dan


mensitematisasikan sesuatu. Sesuatu tersebut dapat diperoleh dari
pengalaman dan pengamatan dalam kehidupan sehari-hari. Namun sesuatu
itu dilanjutkan dengan pemikiran secara cermat dan teliti dengan
menggunakan berbagai metode.

Ilmu dapat merupakan suatu metode berfikir secara objektif


(objective thinking), tujuannya untuk menggambarkan dan memberi
makna terhadap dunia faktual. Ini diperoleh melalui observasi,
eksperimen, dan klasifikasi. Analisisnya merupakan hal yang objektif
dengan menyampingkan unsur pribadi, mengedepankan pemikiran logika,
netral (tidak dipengaruhi oleh kedirian atau subjektif). Ilmu sebagai milik
manusia secara komprehensif yang merupakan lukisan dan keterangan

4|Tu g a s F i l s a f a t I l m u . N u rh i k m a h Ha s a n .
yang lengkap dan konsisten mengenai hal-hal yang dipelajarinya dalam
ruang dan waktu sejauh jangkauan logika dan dapat diamati panca indera
manusia.

Pengertian ilmu yang terdapat dalam kamus Bahasa Indonesia


adalah pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem
menurut metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangka n
gejala-gejala tertentu (Admojo, 1998). Mulyadhi Kartanegara mengataka n
ilmu adalah any organized knowledge. Ilmu dan sains menurutnya tidak
berbeda, terutama sebelum abad ke-19, tetapi setelah itu sains lebih
terbatas pada bidang-bidang fisik atau inderawi, sedangkan ilmu
melampauinya pada bidang-bidang non fisik, seperti metafisika.

Adapun beberapa definisi ilmu menurut para ahli seperti yang dikutip oleh
Bakhtiar tahun 2005 diantaranya adalah :

 Mohamad Hatta, mendefinisikan ilmu adalah pengetahuan yang teratur


tentang pekerjaan hukum kausal dalam suatu golongan masalah yang sama
tabiatnya, maupun menurut kedudukannya tampak dari luar, maupun
menurut bangunannya dari dalam.

 Ralph Ross dan Ernest Van Den Haag, mengatakan ilmu adalah yang
empiris, rasional, umum dan sistematik, dan ke empatnya serentak.

 Karl Pearson, mengatakan ilmu adalah lukisan atau keterangan yang


komprehensif dan konsisten tentang fakta pengalaman dengan istilah yang
sederhana.

 Ashley Montagu, menyimpulkan bahwa ilmu adalah pengetahuan yang


disusun dalam satu sistem yang berasal dari pengamatan, studi dan
percobaan untuk menentukan hakikat prinsip tentang hal yang sedang
dikaji.

5|Tu g a s F i l s a f a t I l m u . N u rh i k m a h Ha s a n .
 Harsojo menerangkan bahwa ilmu merupakan akumulasi pengetahuan yang
disistemasikan dan suatu pendekatan atau metode pendekatan terhadap
seluruh dunia empiris yaitu dunia yang terikat oleh faktor ruang dan waktu,
dunia yang pada prinsipnya dapat diamati oleh panca indera manusia. Lebih
lanjut ilmu didefinisikan sebagai suatu cara menganalisis yang mengijinka n
kepada ahli-ahlinya untuk menyatakan suatu proposisi dalam bentuk : “ jika
.... maka “.

 Afanasyef, menyatakan ilmu adalah manusia tentang alam, masyarakat dan


pikiran. Ia mencerminkan alam dan konsep-konsep, katagori dan hukum-
hukum, yang ketetapannya dan kebenarannya diuji dengan pengalama n
praktis.

Para ahli telah mendefenisikan Ilmu berdasarkan pemikiran mereka.


Namun menurut saya Ilmu adalah sekumpulan pengetahuan yang tersusun
secara sistematis, dapat diukur dan dibuktikan yang bersifat sistematis,
objektif dan diperoleh dengan metode tertentu seperti observasi,
eksperimen, dan klasifikasi.

Ada tiga dasar ilmu yaitu ontologi, epistemologi dan aksiologi. Dasar
ontologi ilmu mencakup seluruh aspek kehidupan yang dapat diuji oleh
panca indera manusia. Jadi masih dalam jangkauan pengalaman manus ia
atau bersifat empiris. Objek empiris dapat berupa objek material seperti
ide-ide, nilai-nilai, tumbuhan, binatang, batu-batuan dan manusia itu
sendiri.

Ontologi merupakan salah satu objek lapangan penelitian kefilsafata n


yang paling kuno. Untuk memberi arti tentang suatu objek ilmu ada
beberapa asumsi yang perlu diperhatikan yaitu asumsi pertama adalah
suatu objek bisa dikelompokkan berdasarkan kesamaan bentuk, sifat
(substansi), struktur atau komparasi dan kuantitatif asumsi. Asumsi kedua
adalah kelestarian relatif artinya ilmu tidak mengalami perubahan dalam
periode tertentu (dalam waktu singkat). Asumsi ketiga yaitu determinas i

6|Tu g a s F i l s a f a t I l m u . N u rh i k m a h Ha s a n .
artinya ilmu menganut pola tertentu atau tidak terjadi secara kebetulan
(Supriyanto, 2003).

Epistemologi atau teori pengetahuan yaitu cabang filsafat yang


berurusan dengan hakikat dan ruang lingkup pengetahuan, pengandaia n-
pengandaian dan dasar-dasarnya serta pertanggung jawaban atas
pertanyaan mengenai pengetahuan yang dimiliki.

Sebagian ciri yang patut mendapat perhatian dalam epistemolo gi


perkembangan ilmu pada masa modern adalah munculnya pandangan baru
mengenai ilmu pengetahuan. Pandangan itu merupakan kritik terhadap
pandangan Aristoteles, yaitu bahwa ilmu pengetahuan sempurna tak boleh
mencari untung, namun harus bersikap kontemplatif, diganti dengan
pandangan bahwa ilmu pengetahuan justru harus mencari untung, artinya
dipakai untuk memperkuat kemampuan manusia di bumi ini (Bakhtiar,
2005).

Dasar aksiologi berarti sebagai teori nilai yang berkaitan dengan


kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh, seberapa besar sumbanga n
ilmu bagi kebutuhan umat manusia. Dasar aksiologi ini merupakan sesuatu
yang paling penting bagi manusia karena dengan ilmu segala keperluan
dan kebutuhan manusia menjadi terpenuhi secara lebih cepat dan lebih
mudah.

Berdasarkan aksiologi, ilmu terlihat jelas bahwa permasalahan yang


utama adalah mengenai nilai. Nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang
dimiliki manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang apa
yang dinilai. Teori tentang nilai dalam filsafat mengacu pada
permasalahan etika dan estetika. Etika mengandung dua arti yaitu
kumpulan pengetahuan mengenai penilaian terhadap perbuatan manus ia
dan merupakan suatu predikat yang dipakai untuk membedakan hal-hal,
perbuatan-perbuatan atau manusia- manusia lainnya. Sedangkan estetika

7|Tu g a s F i l s a f a t I l m u . N u rh i k m a h Ha s a n .
berkaitan dengan nilai tentang pengalaman keindahan yang dimiliki oleh
manusia terhadap lingkungan dan fenomena disekelilingnya.

Pada umumnya metodologi yang digunakan dalam ilmu kealaman


disebut siklus-empirik. Ini menunjukkan pada dua macam hal yang pokok,
yaitu siklus yang mengandaikan adanya suatu kegiatan yang dilaksanaka n
berulang-ulang, dan empirik yang menunjukkan pada sifat bahan yang
diselidiki, yaitu hal-hal yang dalam tingkatan pertama dapat diregistras i
secara indrawi. Metode siklus-empirik mencakup lima tahapan yang
disebut observasi, induksi, deduksi, eksperimen, dan evaluasi. Sifat
ilmiahnya terletak pada kelangsungan proses yang runut dari segenap
tahapan prosedur ilmiah tersebut, meskipun pada prakteknya tahap-tahap
kerja tersebut sering kali dilakukan secara bersamaan (Soeprapto, 2003).

Ilmu dalam usahanya untuk menyingkap rahasia-rahasia alam


haruslah mengetahui anggapan-anggapan kefilsafatan mengenai alam
tersebut. Penegasan ilmu diletakkan pada tolok ukur dari sisi fenomena l
dan struktural.

a. Dimensi fenomenal.

Dalam dimensi fenomenal ilmu menampakkan diri pada hal-hal berikut :

 Masyarakat yaitu suatu masyarakat yang elit yang dalam hidup


kesehariannya sangat konsern pada kaidah-kaidah universa I,
komunalisme, disinterestedness, dan skeptisme yang terarah dan teratur
 Proses yaitu olah krida aktivitas masyarakat elit yang melalui refleksi,
kontemplasi, imajinasi, observasi, eksperimentasi, komparasi, dan
sebagainya tidak pernah mengenal titik henti untuk mencari dan
menemukan kebenaran ilmiah.
 Produk yaitu hasil dari aktivitas tadi berupa dalil-dalil, teori, dan
paradigma-paradigma beserta hasil penerapannya, baik yang bersifat
fisik, maupun non fisik.

8|Tu g a s F i l s a f a t I l m u . N u rh i k m a h Ha s a n .
b. Dimensi Struktural
Dalam dimensi struktural ilmu tersusun atas komponen-komponen berikut

1. Objek sasaran yang ingin diketahui


2. Objek sasaran terus menerus dipertanyakan tanpa mengenal titik henti
3. Ada alasan dan dengan sarana dan cara tertentu objek sasaran tadi terus
menerus dipertanyakan
4. Temuan-temuan yang diperoleh selangkah demi selangkah disusun
kembali dalam satu kesatuan sistem.

Ilmu dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu Ilmu Pengetahua n


Abstrak, Ilmu Pengetahuan Alam dan Ilmu Pengetahuan Humanis.

Ilmu adalah kumpulan pengetahuan. Kumpulan pengetahuan agar


dapat dikatakan ilmu harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat
yang dimaksudkan adalah objek material dan objek formal. Setiap bidang
ilmu baik itu ilmu khusus maupun ilmu filsafat harus memenuhi ke dua
objek tersebut. Menurut (Ahmadi:1997) semua ilmu pengetahuan pasti
mempunyai objek materi dan objek formal.

Objek material adalah sesuatu hal yang dijadikan sasaran pemikira n


(Gegenstand), sesuatu hal yang diselidiki atau sesuatu hal yang dipelajari.
Objek material mencakup hal konkrit misalnya manusia,tumbuhan, batu
ataupun hal-hal yang abstrak seperti ide-ide, nilai-nilai, dan kerohanian.
Objek formal adalah cara memandang, cara meninjau yang dilakukan oleh
peneliti terhadap objek materialnya serta prinsip-prinsip yang
digunakannya. Objek formal dari suatu ilmu tidak hanya memberi keutuhan
suatu ilmu, tetapi pada saat yang sama membedakannya dari bidang-bidang
yang lain. Satu objek material dapat ditinjau dari berbagai sudut pandangan
sehingga menimbulkan ilmu yang berbeda-beda (Mudhofir, 2005).

9|Tu g a s F i l s a f a t I l m u . N u rh i k m a h Ha s a n .
 Pengetahuan

Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa Inggr is


yaitu knowledge. Dalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan bahwa
difinisi pengetahuan adalah kepercayaan yang benar (knowledge is justified
true belief).

Sedangkan secara terminologi definisi pengetahuan ada beberapa


definisi.
1. Pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil pekerjaan tahu.
Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti dan
pandai. Pengetahuan itu adalah semua milik atau isi pikiran. Dengan
demikian pengetahuan merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk
tahu.

2. Pengetahuan adalah proses kehidupan yang diketahui manusia secara


langsung dari kesadarannya sendiri. Dalam hal ini yang mengetahui (subjek)
memiliki yang diketahui (objek) di dalam dirinya sendiri sedemikian aktif
sehingga yang mengetahui itu menyusun yang diketahui pada dirinya sendiri
dalam kesatuan aktif.

3. Pengetahuan adalah segenap apa yang kita ketahui tentang suatu objek
tertentu, termasuk didalamnya ilmu, seni dan agama. Pengetahuan ini
merupakan khasanah kekayaan mental yang secara langsung dan tak langsung
memperkaya kehidupan kita.

10 | T u g a s F i l s a f a t I l m u . N u r h i k m a h H a s a n .
Pada dasarnya pengetahuan merupakan hasil tahu manusia terhadap sesuatu,
atau segala perbuatan manusia untuk memahami suatu objek tertentu.
Pengetahuan dapat berwujud barang-barang baik lewat indera maupun lewat
akal, dapat pula objek yang dipahami oleh manusia berbentuk ideal, atau yang
bersangkutan dengan masalah kejiwaan.

Pengetahuan adalah keseluruhan pengetahuan yang belum tersusun,


baik mengenai matafisik maupun fisik. Dapat juga dikatakan pengetahua n
adalah informasi yang berupa common sense, tanpa memiliki metode, dan
mekanisme tertentu. Pengetahuan berakar pada adat dan tradisi yang menjadi
kebiasaan dan pengulangan-pengulangan. Dalam hal ini landasan
pengetahuan kurang kuat cenderung kabur dan samar-samar. Pengetahua n
tidak teruji karena kesimpulan ditarik berdasarkan asumsi yang tidak teruji
lebih dahulu. Pencarian pengetahuan lebih cendrung trial and error dan
berdasarkan pengalaman belaka (Supriyanto, 2003).

Pengetahuan menurut Soejono Soemargono (1983) dapat dibagi atas :


1. Penggetahuan non-ilmiah.

2. Penggetahuan ilmiah

Sedangkan menurut plato dan aristoteles. Plato membagi pengetahua n


menurut tingkatan-tingkatan penggetahuan sesuai dengan karakteristik
objeknya. pembagiannya adalah sebagai berikut :

1. Pengetahuan eikasia (khayalan)

2. Pengetahuan fistis

3. Pengetahuan dianoya (metematik)

4. Pengetahuan neosis (filsafat)

Aristoteles mempunyai pendapat yang berbeda, menurut aristoteles


pengetahuan harus merupakan kenyataan yang dpat dihindari dan kenyataan
adalah sesuatu yang merangsang budi kita kemudian mengolahnya.

11 | T u g a s F i l s a f a t I l m u . N u r h i k m a h H a s a n .
Pengetahuan yang umumnya merupakan kumpulan yang dinamakan rational
knowledge dipisahkan dalam 3 jenis kumpulan yaitu

(1) Pengetahuan produksi (seni)

(2) Pengetahuan praktis (etika, ekonomi, politik)

(3) Pengetahuan teoretis (fisika, matematika ,dan metafisika)

Menurut The Liang Gie (1987) ilmu pengetahuan mempunyai 5


ciri pokok yaitu :
1. Empiris, pengetahuan itu diperoleh berdasarkan pengamatan dan
percobaan
2. Sistematis, berbagai keterangan dan data yang tersusun sebagai kumpula n
pengetahuan itu mempunyai hubungan ketergantungan dan teratur
3. Objektif, ilmu berarti pengetahuan itu bebas dari prasangka perseorangan
dan kesukaan pribadi
4. Analitis, pengetahuan ilmiah berusaha membeda-bedakan pokok soalnya
ke dalam bagian yang terperinci untuk memahami berbagai sifat,
hubungan, dan peranan dari bagian-bagian itu
5. Verifikatif, dapat diperiksa kebenarannya oleh siapa pun juga.

 Persamaan antara ilmu dan pengetahuan.


Menurut (Ikrar:2011) persamaannya antara lain :
1. Ilmu dan Pengetahuan pada dasarnya memiliki arti yang sama yaitu
analisa terhadap suatu hal berdasarkan metode ilmiah hanya saja
penggunaannya tergantung dari sifat dan tujuan yang hendak dicapai
dalam kegiatan keilmuan tersebut.

2. Keduanya sangat sulit untuk dipisahkan karena


merupakan pengetahuan tentang sesuatu hal atau fenomena, baik
yang menyangkut alam atau sosial (kehidupan masyarakat), yang
diperoleh manusia melalui proses berfikir. Itu artinya bahwa setiap

12 | T u g a s F i l s a f a t I l m u . N u r h i k m a h H a s a n .
ilmu merupakan pengetahuan tentang sesuatu yang menjadi objek
kajian dari ilmu terkait.

 Perbedaan antara ilmu dan pengetahuan.


1. "ilmu itu harus teruji kebenaranya, objektif, sistematis dan logis atau
masuk akal. sedangkan pengetahuan itu hanya sekadar perkiraan dan
tidak harus teruji kebenarannya namun dalam pengetahuan harus ada
kesepakatan". itulah perbedaan antara ilmu dengan pengetahuan.
2. ilmu adalah kerangka konseptual atau teori uang saling berkaitan yang
memberi tempat pengkajian dan pengujian secara kritis dengan
metode ilmiah oleh ahli-ahli lain dalam bidang yang sama, dengan
demikian bersifat sistematik, objektif, dan universal. Sedang
pengetahuan adalah hasil pengamatan yang bersifat tetap, karena
tidak memberikan tempat bagi pengkajian dan pengujian secara kritis
oleh orang lain, dengan demikian tidak bersifat sistematik dan tidak
objektif serta tidak universal.
3. Ilmu adalah sesuatu yang dapat kita peroleh melalui proses yang
disebut pembelajaran atau dengan kata lain hasil dari pembelajaran,
berbeda dengan Pengetahuan yangdapat kita peroleh tanpa melalui
proses pembelajaran.

B. OBJEK MATERIAL DAN OBJEK FORMAL FISIKA SEBAGAI


SUATU CABANG ILMU PENGETAHUAN.
 Objek Material

Secara umum objek material adalah suatu bahan yang menjadi tinjauan
penelitian atau pembentukan pengetahuan itu atau hal yang di selidiki, di
pandang atau di sorot oleh suatu disiplin ilmu yang mencakup apa saja baik
hal-hal yang konkrit ataupun yang abstrak

Menurut Drs. H. A. Dardiri bahwa objek material adalah segala


sesuatu yang ada, baik yang ada dalam pikiran, ada dalam kenyataan

13 | T u g a s F i l s a f a t I l m u . N u r h i k m a h H a s a n .
maupun ada dalam kemungkinan. Segala sesuatu yang ada itu di bagi dua,
yaitu :

a. Ada yang bersifat umum (ontologi), yakni ilmu yang menyelidiki tentang
hal yang ada pada umumnya.

b. Ada yang bersifat khusus yang terbagi dua yaitu ada secara mutlak
(theodicae) dan tidak mutlak yang terdiri dari manusia (antropologi
metafisik) dan alam (kosmologi).

Selain itu, Objek material adalah objek yang di jadikan sasaran


menyelidiki oleh suatu ilmu, atau objek yang yang di pelajari oleh ilmu itu.
Objek material filsafat illmu adalah pengetahuan itu sendiri, yaitu
pengetahuan yang telah di susun secara sistematis dengan metode ilmia h
tertentu, sehingga dapat di pertanggung jawabkan kebenarannya secara
umum.

Berdasarkan penjelelasan objek material secara umum diatas maka


dapat kita kaitkan dengan objek material fisika yang merupakan suatu
cabang ilmu pengetahuan. Dimana ilmu yang dipelajari dalam fisika telah
di susun secara sistematis dengan metode ilmiah tertentu dan dapat di
pertanggung jawabkan kebenarannya secara umum. Selain itu Objek
material fisika juga mencakup hal konkrit misalnya manusia,tumbuha n,
batu ataupun hal-hal yang abstrak seperti ide-ide, nilai-nilai, dan
kerohanian.

 Objek Formal

Secara umum Objek formal filsafat Yaitu sudut pandangan yang ditujukan
pada bahan dari penelitian atau pembentukan pengetahuan itu, atau sudut
dari mana objek material itu di sorot. Misalnya saja Objek materialnya
adalah manusia dan manusia ini di tinjau dari sudut pandangan yang
berbeda-beda sehingga ada beberapa ilmu yang mempelajari manusia di
antaranya psikologi, antropologi, sosiologi dan masih banyak ilmu lainnya.

14 | T u g a s F i l s a f a t I l m u . N u r h i k m a h H a s a n .
Objek formal adalah sudut pandang dari mana sang subjek menelaah
objek materialnya. Objek formal filsafat ilmu adalah hakikat (esensi) ilmu
pengetahuan artinya filsafat ilmu lebih menaruh perhatian terhadap problem
mendasar ilmu pengetahuan, seperti apa hakikat ilmu pengetahua n,
bagaimana cara memperoleh kebenaran ilmiah dan apa fungsi ilmu itu bagi
manusia. Problem inilah yang di bicarakan dalam landasan pengembanga n
ilmu pengetahuan yakni landasan ontologis, epistemologis dan aksiologis.

Aristoteles memberikan suatu klarifikasi berdasarkan objek formal. Ia


membedakan antara ilmu teoritis (spekulatif), praktis dan poletis
(produktif). Perbedaannya terletak pada tujuannya masing- masing. Ilmu
teoritis bertujuan bagi pengetahuan itu sendiri ialah untuk keperluan
perkembangan ilmu. Ilmu teoritis mencakup fisika, matematika, dan
metafisika. Ilmu praktis ialah ilmu pengetahuan yang bertujuan mencari
norma atau ukuran bagi perbuatan kita termasuk di dalamnya adalah etika,
ekonomia, dan politika. Poletis ialah ilmu pengetahuan yang bertujuan
menghasilkan suatu hasil karya, alat dan teknologi. (Sudrajat, 2008).

Menurut objek formalnya, filsafat menyelidiki segala sesuatu yang ada


itu dari segala segi. Mulai dari segi abstrak sampai segi konkret. Jadi filsa fat
menyelidiki segala realita secara radikal menyeluruh. ( Suhartono, 2009)

Fisika sebagai suatu cabang ilmu pengetahuan, khususya ilmu teoritis


maka objek formal fisika mencakup didalamnya objek formal filsafat secar
umum. Dimana fisika itu didalamnya baik secara langsung maupun tidak
kita mempelajari cara memandang, cara meninjau yang dilakukan oleh
peneliti terhadap objek materialnya serta prinsip-prinsip yang
digunakannya. Objek formal dari suatu ilmu tidak hanya memberi keutuhan
suatu ilmu, tetapi pada saat yang sama membedakannya dari bidang-bidang
yang lain. Satu objek material dapat ditinjau dari berbagai sudut pandangan
sehingga menimbulkan ilmu yang berbeda-beda.

15 | T u g a s F i l s a f a t I l m u . N u r h i k m a h H a s a n .
C. MUNGKINKAH MANUSIA ITU MEMPUNYAI PENGETAHUAN ?.
Sebelum kita membahas mengenai manusia yang mempunya i
pengetahuan, kita perhatikan terlebih dahulu pendapat dari Auguste Comte
yang mengemukakan klasifikasi tahapan sejarah perkembangan pikiran
manusia, yang sangat celakanya, telah lebih kurang diterima, meskipun dari
sudut pandang orang-orang yang mengenal filsafat islam, itu adalah
omongan kekanak-kanakan belaka. Dia mengatakan bahwa umat manusia
telah melewati tiga tahapan: yakni tahapan teologis, tahapan metafisika dan
tahapan positif.
1. Tahapan Teologis
Dalam tahapan ini manusia menjelaskan fenomena dengan merujuk
kekuatan adikodrati dan menganggap Tuhan atau dewa-dewa sebagai
penyebab dari setiap fenomena. Dalam tahapan ini, manusia menemuka n
prinsip kualitas, tetapi tidak mampu mengeidentifikasi penyebab segala
sesuatu secara rinci. Karena dia telah memahami prinsip kualitas, dia
menganggap penyebab dari setiap peristiwa teletak pada alam.
2. Tahapan Metafisika
Dalam tahapan ini, mengingat fakta bahwa manusia berpikir dalam
kerangka metafisis dan filisofis, dia tidak bisa memastikan pernyataan
bahwa suatu peristiwa tertentu memiliki sebuah sebab tanpa mempunya i
jawaban atas pertanyaan tentang sifat dan karakter dari sebab itu sendiri.
3. Tahapan Positif
Dalam tahapan ini manusia mengedentifikasi secara rinci sebab-
sebab dari segala sesuatu di alam. Pada tahapan ini manusia berpaling dari
berpikir dalam kerangka filsafat umum dan mengadopsi pendekatan
eksperimental untuk mempelajari fenomena, menemukan hubungan sebab
akibat di antara fenomena- fenomena tersebut. Benar-benar jelas baginya
bahwa fenomena itu saling berkaitan dalam sebuah rangkaian. Sekarang ini,
sains menganggap pendekatan ini benar, dan oleh karenanya, kita menyebut
tahap ini “tahapan ilmiah”.

16 | T u g a s F i l s a f a t I l m u . N u r h i k m a h H a s a n .
Dari penjelasan ketiga tahapan yang telah dilewati oleh manusia sudah
jelas bahwa manusia itu mempunyai pengetahuan. Dimana pengetahuan ini
dipergunakan untuk menuturkan apabila seseorang mengenal tentang
sesuatu. Jadi sangat mungkin kalau manusia itu memiliki pengetahua n
karena pengetahuan itu adalah hasil tahu manusia terhadap sesuatu atau
segala perbuatan manusia untuk memahami suatu objek yang
dihadapinya,atau hasil usaha manusia untuk memahami suatu objek.

D. SUMBER DAN ALAT PENGETAHUAN.

Sebagai sumber lahirnya pengetahuan dan penemuan-penemua n


ilmiah biasanya berkenaan dengan timbulnya keheranan pada diri seseorang
peneliti dalam mengamati sesuatu keanehan atau menonjolnya sesuatu
gejala yang mendorong dilakukannya penelitian-penelitian.
Prof. Soediman Kartohadiprojo, S.H. mengatakan, bahwa rasa heran
yang mendorong seseorang meneliti untuk mengadakan penelitiannya yang
merupakan sumber-sumber penemuan ilmiah.
Dalam hidup dan kehidupan ini, manusia melihat masalah, lalu
memikirkan masalah itu dan mengamati dengan cermat, kemudian
menghubung-menghubungkan hasil pengamatan itu.
Demikian misalnya Izaac Newton, pelopor ilmu fisika, yang pada
suatu hari duduk di taman belakang rumahnya, kemudian sebuah apel masak
jatuh di hadapannya. Ia heran melihat, mengapa apel masak dari pohon itu
jatuh ke bumi, tidak melayang di angkasa. Hal ini mmendorongnya untuk
meneliti terus-menerus yang akhirnya ditemukan “ the law of gravitation “
dengan daya tarik bumi maka benda yang memiliki bobot akan jatuh tertarik
oleh bumi.

1. Sumber pengetahuan.

Menurut (Meiisya:2012) Kebenaran adalah pernyataan tanpa


ragu. Pembuktian kebenaran pengetahuan berdasarkan penalaran akal

17 | T u g a s F i l s a f a t I l m u . N u r h i k m a h H a s a n .
atau rasioanal atau menggunakan logika deduktif. Premis dan proposisi
sebelumnya menjadi acuan berpikir rasionalisme. Kelemahan logika
deduktif ini sering pengetahuan yang diperoleh tidak sesuai dengan
fakta. Namun pada dasarnya, manusia memperoleh pengetahuan dari
empat sumber yakni empirisme, rasionalisme, intuisi, dan wahyu.

a. Empirisme, merupakan manusia yang mendasarkan dirinya


kepada pengalaman yang mengembangkan paham. Menganggap
bahwa dunia fisik adalah nyata karena merupakan gejala yang
tertangkap oleh pancaindera. Tokoh-tokohnya antara lain John
Locke, Barkeley, David Hume. Para penganut aliran empiris me
tentu saja menentang kaum rasionalis yang begitu memberika n
tempat dan peranan bagi akal dalam proses lahirnya pengetahua n.
Mereka mengajarkan bahwa pengetahuan diperoleh lewat
pengalaman. Peran rasio dalam pengetahuan kecil saja. Yang lebih
menentukan adalah pengalaman indra. Akal hanya merupakan
tempat penampungan yang secara positif menerima apa yang
diterima indra. John Locke, filsuf Inggris, misalnya menyebut
manusia dengan tabula rasa (papan yang kosong). Di atas papan
yang kosong inilah dicatat pengalaman-pengalaman yang masuk
lewat indra.

b. Rasionalisme, merupakan kaum rasionalis yang mengembangka n


paham rasionalisme, dasar kepastian dan kebenaran pengetahua n.
Para penganut rasionalisme tidak menyangkal peran indra, tetapi
mengatakan bahwa peran indra sangat kecil. Yang lebih aktif justru
rasio. Mereka mengatakan, pengetahuan manusia sebenarnya
sudah ada lebih dulu dalam rasio berupa kategori-kategori. Ketika
indra manangkap objek, maka objek-objek yang ditangkap itu
hanya dicocokkan saja dengan kategori yang sudah ada lebih dulu
dalam rasio. Jadi menurut mereka, pengalaman adalah pelengkap
bagi akal. Kaum ini menggunakan metode deduktif dalam

18 | T u g a s F i l s a f a t I l m u . N u r h i k m a h H a s a n .
menyusun pengetahuannya, idenya didapatkan dari anggapan-
anggapan yang menurutnya jelas dan dapat diterima. Tokoh-
tokohnya kebanyakan para filsuf abad pertengahan, seperti
Agustinus, Johanes Scotus, Avicenna, dan para filsuf modern
seperti Rene Descartes, Spinoza, Leibniz, Fichte, Hegel. Plato,
Galileo Galilei dan Leonardo Da Vinci juga termasuk kelompok
ini.

c. Intuisi, merupakan manusia yang memperoleh pengetahuan yang


tanpa melalui proses penalaran tertentu. Tanpa melalui proses
berpikir berliku-liku tiba-tiba saja dia sudah sampai disitu. Paham
ini diajarkan oleh Henri Bergon, sering filsuf Prancis. Bergson
membedakan pengetahuan atas pengetahuan diskursif dan
pengetahuan intuitif. Pengetahuan diskursif bersifat analitis, dan
diperoleh melalui perantara simbol. Pengetahuan seperti ini
dinyatakan dalam simbol, yakni bahasa. Jadi ini merupakan
pengetahuan tidak langsung. Kalau saya menceritakan pengalama n
saya, maka saya menggunakan bahasa. Jadi, pengetahuan yang
diperoleh dengan cara ini bersifat tidak langsung. Sebaliknya
pengetahuan intuitif bersifat langsung, sebab tidak
dikomunikasikan melalui media simbol. Pengetahuan ini diperoleh
lewat intuisi, pengalaman langsung orang yang bersangkutan.
Jelas, pengetahuan seperti ini lebih lengkap. Ia menghadirka n
pengalaman dan pengetahuan yang lengkap bagi orang yang
mengalaminya. Tapi, alhasil pengetahuan jenis ini bersifat
subyektif, sebab hanya dialami oleh orang tersebut. Menurut
intuisionisme, pengetahuan yang lengkap hanya diperoleh lewat
intuisi, yakni penglihatan langsung. Pada pengalaman itu orang
seperti melihat kilatan cahaya yang memberikan kepadanya
pengetahuan tentang sesuatu secara tuntas. Jadi, ini merupakan
pengetahuan lengkap, sedangkan pengetahuan diskursif bersifat
nisbih dan parsial. Jelaslah, bahwa sifat pengetahuan dalam

19 | T u g a s F i l s a f a t I l m u . N u r h i k m a h H a s a n .
intuisionisme lebih subyektif dibanding pengetahuan rasionalis dan
empiris yang lebih objektif.

d. Wahyu, merupakan pengetahuan yang bersumber dari Tuhan


melalui hamba-Nya yang terpilih untuk menyampaikannya (Nabi
atau Rasul). Melalui wahyu, manusia diajarkan tentang
pengetahuan, baik yang terjangkau maupun tidak terjangkau oleh
manusia.

2. Alat pengetahuan.

Menurut (Hartono:2013) Pandangan dunia seseorang sangat


menentukan tingkah lakunya. Karena pandangan dunia adalah
pemahaman seseorang tentang keberadaan dan batasan segala sesuatu.
Secara garis besarnya, pandangan dunia hanya akan terbagi menjadi
dua; pandangan dunia materi dan pandangan dunia Tauhid. Perbedaan
pandangan dunia meniscayakan perbedaan ideologi. Dimana ideologi
tersebut berperan untuk menentukan apa yang harus dan apa yang tidak
boleh kita lakukan. Tapi mengapa pandangan dunia seseorang yang satu
dan seseorang yang lain dapat berbeda? Itu karena cara mereka
memperoleh pengetahuan juga berbeda. Pengetahuan dapat kita peroleh
melalui apa yang disebut alat atau instrumen pengetahuan. Kalau dalam
musik, instrumen musik adalah gitar, drum, terompet dan sebagainya.
Instrumen adalah sesuatu yang dipergunakan untuk memperole h
sesuatu yang lain. Maka gitar adalah alat yang digunakan untuk
memperoleh musik. Lalu, apa saja instrumen pengetahuan?

a. Panca Indera
Tahapan pertama sekaligus yang paling sederhana untuk
memperoleh pengetahuan adalah melalui panca indera. Kedudukan
kelima panca indera ini sangat penting dalam proses memperole h
pengetahuan meskipun indera penglihatan (mata) dan pendengaran

20 | T u g a s F i l s a f a t I l m u . N u r h i k m a h H a s a n .
(telinga) seringkali disebut-sebut sebagai indera yang paling penting.
Namun kata Aristoteles; “ Kehilangan satu indera, kehilangan satu ilmu
pengetahuan. “ orang yang buta tentu takkan dapat melihat warna.
Sebagaimana orang yang tuli tentu takkan dapat mendengar bunyi.
Paham yang menganggap bahwa indera adalah alat pengetahuan yang
benar disebut kaum empiris. Betatapun pentingnya, indera terkadang
memberi pengetahuan yang salah. Seperti kayu yang bengkok di dasar
air ternyata lurus ketika diangkat ke permukaan. Itu berarti dibutuhka n
instrumen pengetahuan lain yang dapat menutupi kelemahan dan
kesalahan indera.

b. Khayal atau Imajinasi


Alam khayal atau imajinasi mampu menangkap bentuk-bentuk
sesuatu dan warna yang diperoleh dari indera. Gunung emas yang tak
ada di dunia nyata, dapat tertampung di alam khayal. Bidadari bersayap
yang tak ada di dunia nyata, dapat terbayang di alam khayal. Kekasih
Anda yang jauh disana, dapat hadir di alam khayal. Bahkan bagi Anda
yang belum mempunyai kekasih di dunia nyata, dapat membayangk a n
bermanja ria bersama kekasih di alam khayal. Itu semua dapat terjadi
karena alam khayal juga berfungsi menggabungkan bentuk-bentuk
segala sesuatu. Fungsi yang lain yaitu membandingkan. Kita dapat
mengatakan yang ini lebih tinggi dari yang itu ketika kita
membandingkannya di alam khayal. Seniman seperti Picasso dan
Leonardo da Vinci sering menggunakan imajinasinya. Bahkan Wright
bersaudara mengawali rancangan pesawatnya di alam khayal. Mereka
menggabungkan bentuk burung serta teknologi mesin dan besi.

c. Akal
Instrumen akal dibagi atas dua bagian; akal murni (rasio) dan
konsep akal jatuh (hati). Perbedaannya terletak pada apa yang
diperolehnya. Hati menangkap hal-hal yang sifatnya partikulir,

21 | T u g a s F i l s a f a t I l m u . N u r h i k m a h H a s a n .
subyektif dan relatif seperti perasaan senang, sedih, lapar, cinta, benci
dan marah. Sementara akal murni menangkap hal-hal yang sifatnya
universal, obyektif dan mutlak. Persamaan keduanya terletak pada
kemampuannya menangkap hal-hal yang abstrak atau tidak dapat
diinderai. Keduanya juga mampu menangkap subtansi, intisari atau
nama-nama segala sesuatu. Tidak sedikit ilmuwan, agamawan dan
filsuf yang berpendapat adalah inti dari kemanusiaan adalah akal.
Manusia yang tidak berakal kurang lebih sama saja dengan binatang.

22 | T u g a s F i l s a f a t I l m u . N u r h i k m a h H a s a n .
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Ilmu adalah sekumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis,
dapat diukur dan dibuktikan yang bersifat sistematis, objektif dan
diperoleh dengan metode tertentu seperti observasi, eksperimen, dan
klasifikasi.
Pengetahuan adalah keseluruhan pengetahuan yang belum tersusun, baik
mengenai matafisik maupun fisik. Dapat juga dikatakan pengetahua n
adalah informasi yang berupa common sense, tanpa memiliki metode, dan
mekanisme tertentu. Pengetahuan berakar pada adat dan tradisi yang
menjadi kebiasaan dan pengulangan-pengulangan. Dalam hal ini landasan
pengetahuan kurang kuat cenderung kabur dan samar-samar. Pengetahua n
tidak teruji karena kesimpulan ditarik berdasarkan asumsi yang tidak teruji
lebih dahulu.
Ilmu dan Pengetahuan pada dasarnya memiliki arti yang sama yaitu
analisa terhadap suatu hal berdasarkan metode ilmiah hanya saja
penggunaannya tergantung dari sifat dan tujuan yang hendak dicapai
dalam kegiatan keilmuan tersebut.
ilmu itu harus teruji kebenaranya, objektif, sistematis dan logis atau masuk
akal. sedangkan pengetahuan itu hanya sekadar perkiraan dan tidak harus
teruji kebenarannya namun dalam pengetahuan harus ada kesepakatan.
Objek material fisika yang merupakan suatu cabang ilmu pengetahua n.
Dimana ilmu yang dipelajari dalam fisika telah di susun secara sistematis
dengan metode ilmiah tertentu dan dapat di pertanggung jawabkan
kebenarannya secara umum. Selain itu Objek material fisika juga
mencakup hal konkrit misalnya manusia,tumbuhan, batu ataupun hal- hal
yang abstrak seperti ide-ide, nilai-nilai, dan kerohanian.
Fisika sebagai suatu cabang ilmu pengetahuan, khususya ilmu teoritis
maka objek formal fisika mencakup didalamnya objek formal filsafat secar

23 | T u g a s F i l s a f a t I l m u . N u r h i k m a h H a s a n .
umum. Dimana fisika itu didalamnya baik secara langsung maupun tidak
kita mempelajari cara memandang, cara meninjau yang dilakukan oleh
peneliti terhadap objek materialnya serta prinsip-prinsip yang
digunakannya.
Jelas bahwa manusia itu mempunyai pengetahuan. Dimana pengetahua n
ini dipergunakan untuk menuturkan apabila seseorang mengenal tentang
sesuatu. Jadi sangat mungkin kalau manusia itu memiliki pengetahua n
karena pengetahuan itu adalah hasil tahu manusia terhadap sesuatu atau
segala perbuatan manusia untuk memahami suatu objek yang
dihadapinya,atau hasil usaha manusia untuk memahami suatu objek.
Manusia memperoleh pengetahuan dari empat sumber yakni empiris me,
rasionalisme, intuisi, dan wahyu. Sedangkan alat pengetahuan ada tiga
yakni panca indera, khayal atau imajinasi dan akal.

B. SARAN

Mengingat keterbatasan pengetahuan dan keterampilan yang dimilik i


oleh penulis, maka untuk mendapat pemahaman yang lebih mendasar lagi,
disarankan kepada pembaca untuk membaca literatur- literatur yang telah
dilampirkan pada daftar pustaka.

24 | T u g a s F i l s a f a t I l m u . N u r h i k m a h H a s a n .
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Asmoro. 1997. Filsafat Ilmu. Raja Grafindo Persada: Jakarta.

Bakhtiar A. 2005. Filsafat Ilmu. Ed 1. Cetakan ke 2. PT Raja Grafindo Persada.


Jakarta.

C, Verhank. 1995. Filsafat Ilmu Pengetahuan. Jakarta: Gramedia.

Hartono. “Epistemologi Alat Untuk Memperoleh Pengetahuan”. 27 September


2014. http://hartonotasirirwanto.blogspot.com/2013/08/epistemologi-ala t-
untuk-memperoleh.html.

Ikrar. “Perbedaan dan Persamaan antara Ilmu,Pengetahuan dan filsafat” 27


September 2014. http://ikrar10.blogspot.com/2011/07/perbedaan-da n-
persamaan-antara- ilmu.html

Meiisya. ”Makalah Ilmu Pengetahuan”. 27 September 2014.


http://meiisya.blogspot.com/2012/04/makalah- ilmu-pengetahuan.html.

Mudhofir, A. 2005. Pengenalan Filsafat. Filsafat Ilmu. Cetakan ketiga. Penerbit


Liberty. Yogyakarta.

Soeprapto, S. 2003. Landasan Penelaahan Ilmu. Dalam Filsafat Ilmu. Cetakan


ketiga. Penerbit Liberty. Yogyakarta.

Sudrajat, Ahmad. 2008. Perkembangan Filsafat Ilmu. 27 September 2014.


http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/13/perkembangan- filsafat-
ilmu.html.

Suhartono, suparlan. 2009. Filsafat Pendidikan. Makassar. Badan penerbit UNM.

Sunarji. 2012. Sumber-sumber dan Alat Pengenalan Pengetahuan Manusia. 27


September 2014. http://makalahmeza1.blogspot.com.

25 | T u g a s F i l s a f a t I l m u . N u r h i k m a h H a s a n .
Supriyanto, S. 2003. Filsafat Ilmu. Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
Masyarakat Universitas Airlangga. Surabaya.

Surajiyo. 2008. Filsafat Ilmu dan Pekembangannya di Indonesia. Palembang:


Institut Agama Islam Negeri Raden Fatah

Suryasumantri, Jujun S, 2005. “Filsafat Ilmu”, Pustaka sinar Harapan, Jakarta.

The Liang Gie. 1987. Pengantar Filsafat Ilmu”, Cet. Ke-4, Penerbit Liberty
Yogyakarta

26 | T u g a s F i l s a f a t I l m u . N u r h i k m a h H a s a n .

Anda mungkin juga menyukai