Anda di halaman 1dari 9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Kota
Menurut UU Penataan Ruang No. 26 Tahun 2007, Kota adalah Wilayah
yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi
kawasan sebagai tempat pemukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi
pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
Secara umum kota adalah tempat bermukimnya warga kota,tempat
bekerja, tempat kegiatan dalam bidang ekonomi, pemerintah dan lain-lain.
Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan
perkotaan. Kekotaan menyangkut sifat-sifat yang melekat pada kota dalam
artian fisikal, social, ekonomi, budaya. Perkotaan mengacu pada areal yang
memiliki suasana penghidupan dan kehidupan modern dan menjadi
wewenang pemerintah.
Kota adalah suatu entitas yang utuh. Ada relasi fungsi social ekonomi,
politik, budaya, dan lainnya, yang prosesnya bukan serta merta, ada begitu
saja, ada suatu proseskultural panjang.
Hubungan dan fungsi dalam konteks struktur dan system kota,
seharusnya ada system tata ruang yang diekplisitkan, yang fungsi tata ruang
itu, harus fungsional, ada hubungan saling mempengaruhi dan tidak berdiri
sendiri.
Kota yang telah berkemang maju mempunyai peranan yang lebih luas
lagi antara lain (1) Sebagai pusat pemukiman penduduk, (2) Sebagai pusat
kegiatan ekonomi, (3) Sebagai pusat kegiatan social budaya, dan (4) Pusat
kegiatan politk dan administrasi pemerintah serta tempat kedudukan
pemimpin pemerintahan.
B. Teori Sub Urban
Daerah sub-urban merupakan daerah pinggiran kota yang terekspansi
akibat pemekaran kota. Fenomena ini disebabkan karena kemunculan
jaringan-jaringan jalan baru sehingga mempermudah adanya perluasan lahan.
Wilayah suburban mempunyai karakteristik yaitu pencampuran antara desa
dengan kota. Dibawah ini terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan sub-urban menurut Daldjoeni (1992) mengutip whynne-
hammond yaitu :
1. Peningkatan pelayanan transportasi kota . Tersedianya angkutan umum
memudahkan orang untuk bertempat tinggal jauh dari tempat kerjanya.
2. Perpindahan penduduk dari pusat kotake pinggiran kotadan masuknya
penduduk baru yang berasal dari perdesaan .
3. Munculnya permukiman penduduk. Pemerintah membantu masyarakat
yang akan mendirikan rumah lewat pinjaman bank.
4. Dorongan hakikat manusia memperoleh kenyamanan.
Permasalahan yang sering muncul di daerah sub-urban adalah terjadi
perubahan sektor pertanian yang dapat menimbulkan masalah lingkungan
secara fisik yaitu perubahan dari sawah menjadi kawasan perumahan,
masalah transportasi yaitu bertempat tinggal dipinggiran namun bekerja di
pusat kota sehingga hal seperti ini yang menyebabkan lalu lintas menjadi
padat. Wilayah sub-urban ialah dijadikan sebagai tempat tinggal para pengaju
yang bekerja di pusat kota karena bagi mereka sebuah kawasan pinggiran
merupakan kawasan yang nyaman dan tenteram karena jauh dari polusi dan
kebisingan aktivitas pusat kota.
Fenomena yang terkait dengan wilayah sub-urban yaitu urban sprawl,
dimana urban sprawl yaitu pengembangan di wilayah sub-urban yang tidak
terencana dengan baik dan tidak teratur dengan pembangunan dikawasan
berkepadatan penduduk rendah, pesatnya perkembangan perumahan
permukiman pada wilayah sub urban dengan guna lahan yang tidak
seimbang, dominan memakai kendaraan bermotor (motor dan mobil),
perkembangan kelompok perumahan permukiman terpisah dengan fasilitas
publik sehingga masyarakat yang ingin memenuhi kebutuhan hidup harus
menggunakan kendaraan bermotor terlebih dahulu yang jarak tempuhnya
lebih dari 2.000 meter, dengan pola perkembangan kota tersebut memberi
dampak pada pemborosan energi, pemborosan dana transportasi,pencemaran
lingkungan dan polusi udara semakin meningkat.
Untuk mengatasi terjadinya urban sprawl di wilayah sub-urban yaitu
dengan menerapkan sistem manajemen pertumbuhan kota (growth
management/GM) dimana wilayah perencanaan teori manajemen
pertumbuhan kota sangat tepat untuk wilayah sub urban karena pada teori
manajemen pertumbuhan kota ini saat melakukan pola perencanaan sangat
diperkirakan dan dipastikan tentang keadaan masa yang akan datang dengan
menggunakan data yang ada (sekarang) dengan memperkirakan luas lahan
yang dibutuhkan, kebutuhan sarana dan prasarana serta kualitas lingkungan
hidup yang direncanakan dalam jangka panjang dan yang kedua yaitu teori
untuk mengatasi terjadinya urban sprawl di wilayah sub urban yaitu Teori
smart Growth ialah pendekatan perencanaan dengan system pertumbuhan
cerdas/pintar, dengan strategi pembangunan yang sangat perduli pada konsep
keberlanjutan disertai dengan sistem penguatan ekonomi masyarakat dan
lebih ragam sosial.
Konsep perencanaan dengan teori smarth growth pada suatu wilayah sub
urban akan memberikan suatu manfaat di masa yang akan datang yaitu pada
elemen perencanaan fisik ialah kerapatan bangunan tinggi,fungsi lahan
campuran, dan berbagai moda transportasi tersedia Dengan selalu
memperhatikan konsep compact city sehingga diharapkan dapat mencapai
kota humanis yang ramah lingkungan (eco city) namun untuk mencapai
Konsep compact city harus didukung dengan vertical housing, green building,
mixed land use, dan complete street. Dibawah ini penjelasan untuk mencapai
konsep compact city yaitu :
1. Vertical housing
Terjadinya Urban sprawl ditandai dengan banyaknya bangunan yang
terbangun secara horizontal dengan tidak teratur yang membuat dampak
negatif di suatu wilayah yaitu borosnya penggunaan lahan dengan
kepadatan penduduk yang rendah. Pembangunan hunian vertikal dapat
membuat dampak positif disuatu wilayah tersebut yaitu dengan
mengefisienkan penggunaan lahan dengan ruang terbuk hijau dua kali
lebih luas dibandingkan dengan ketinggian bangunan
2. Mixed Land use
Penggunaan lahan campuran disuatu perkotaan dapat memberikan
dampak positif disuatu wilayah yaitu lebih efisien penggunaan lahan,
lebih pendek jarak dan waktu pencapaian. Misalnya yaitu didalam suatu
wilayah tersebut terdapat bangunan dengan fungsi perdagangan,
pendidikan, pelayanan umum, dll. Sehingga masyarakat tidak perlu
melakukan pergerakan jarak jauh untuk berpergian
3. Green Building
Green building yaitu konsep pada bangunan dapat dicapai dengan
memanfaatkan sinar matahari, arah angin, dan vegetasi. Sinar matahari
dapat dimanfaatkan untuk penerang ruangan agar lebih efisien dalam
penggunaan penerang buatan. Tanaman perdu, pohon, serta rumput dapat
mereduksi panas serta mengarahkan angin untuk masuk ke ventilasi
bangunan sehingga terjadi pergerakan udara tanpa harus menggunakan
AC. Dinding bangunan yang dibuat hijau pada sisi bidang luar atau dalam
bangunan dapat mereduksi panas ataupun polusi udara
4. Complete Street
Kota yang ramah lingkugan berati lebih memperhatikan lingkungan
dalam sebuah perencanaan. Melestarikan lingkungan seperti tumbuhan,
memberi pengaruh besar untuk mencapai eco city. Setiap ruas jalan yang
dibangun jalur pedestrian seharusnya dilengkapi dengan jalur hijau.
Selain sebagai peneduh untuk para pejalan, jalur hijau juga untuk
melesarikan lingkungan hidup. Selain jalur hijau, ruang terbuka hijau
(RTH) juga menjadi salah satu aspek pendukung menuju kota yang
humanis. Setidaknya terdapat 30% dari luas wilayah yang terisi oleh
RTH.
C. Konsep Perencanaan Transportasi
Menurut Tamin (2000), model perencanaan empat tahap merupakan
gabungan beberapa sub model yaitu :
1. Aksesibilitas
Merupakan konsep yang menggabungkan sistem pengaturan tata guna lahan
secara geografis dengan sistem jaringan yang menghubungkannya. Menurut
Black (1981), aksesibilitas adalah suatu ukuran kenyamanan atau kemudahan
mengenai cara lokasi tata guna lahan berinteraksi satu sama lain dan “mudah”
atau “susah” nya lokasi tersebut dicapai melalui sistem jaringan trnasportasi.
2. Bangkitan dan tarikan pergerakan
Bangkitan pergerakan adalah tahapan pemodelan yang memperkirakan
jumlah pergerakan yang berasal dari suatu zona atau tata guna lahan dan
jumlah pergerakan yang tertarik ke suatu tata guna lahan atau zona.
3. Sebaran pergerakan
Pola sebaran arus lalu lintas antara zona asal I kezona tujuan adalah hasil dari
dua hal yang terjadi bersamaan yaitu lokasi dan identitas tata guna lahan yang
akan menghasilkan arus lalu lintas dan pemisahan ruang. Interaksi antara dua
tata guna lahan akan menghasilkan pergerakan manusia dan barang.
4. Pemilihan moda
Jika terjadi interaksi antara dua tata guna lahan maka akan terjadi pergerakan
lalu lintas antara kedua tata guna lahan tersebut. Salah satu hal yang
berpengaruh adalah pemilihan alat angkut (moda).
5. Pemilihan rute
Pemilihan rute juga tergantung pada moda transportasi. Pemilihan moda dan
pemilihan rute dilakukan bersama dan tergantung alternative pendek, tercepat
dan termurah. Empat langkah berurutan dalam model perencanaan yaitu
bangkitan perjalanan, pemilihan moda, dan pemilihan rute, sering disebut
sebagai model agregat karena menerangkan perjalanan dari kelompok orang
atau barang.
D. Pengertian Bangkitan dan Tarikan Pergerakan
Tarikan pergerakan adalah jumlah pergerakan yang tertarik ke suatu tata
guna lahan atau zona tarikan pergerakan (Tamin, Perencanaan dan Permodelan
Transportasi, 2000). Pergerakan lalu lintas merupakan fungsi tata guna lahan
yang menghasilkan arus lalu lintas. Hasil dari perhitungan tarikan lalu lintas
berupa jumlah kendaraan, orang atau angkutan barang per satuan waktu.
Bangkitan dan tarikan lalu lintas tergantung pada dua aspek tata guna lahan :
1. Jenis tata guna lahan (jenis penggunaan lahan)
2. Jumlah aktivitas dan intensitas pada tata guna lahan tersebut
Jenis tata guna lahan yang berbeda (pemukiman, pendidikan, dan komersial)
mempunyai ciri bangkitan lalu lintas yang berbeda, yaitu :
1. Jumlah arus lalu lintas
2. Jenis lalu lintas (pejalan kaki, truk atau mobil)
3. Lalu lintas pada waktu tertentu (kantor menghasilkan lalu lintas pada pagi
dan sore, pertokoan menghasilkan arus lalu lintas sepanjang hari)
Menurut Tamin (2000) beberapa definisi mengenai model bangkitan
pergerakan sebagai berikut :
1. Perjalanan
Pergerakan satu arah dari zona asal ke zona tujuan, termasuk pergerakan
berjalan kaki. Berhenti secara kebetulan tidak dianggap sebagai tujuan
perjalanan, meskipun perubahan rute terpaksa dilakukan.
2. Tarikan perjalanan
Suatu perjalanan berbasis rumah yang tempat asal dan/tujuan adalah rumah
atau pergerakan yang dibangkitkan oleh pergerakan berbasis bukan rumah.
3. Pergerakan berbasis rumah
Pergerakan yang salah satu atau kedua zona (asal dan/atau tujuan) perjalan
tersebut adalah rumah.
4. Pergerakan berbasisi bukan rumah
Pergerakan yang baik asal maupun tujuan pergerakan adalah bukan rumah.
5. Tahapan bangkitan pergerakan
Menetapkan besarnya bangkitan perjalanan yang dihasilkan oleh rumah
tangga (baik untuk perjalanan berbasis bukan rumah) pada selang waktu
tertentu (perjam perhari).
E. Faktor yang Memepengaruhi Bangkitan
1. Bangkitan pergerakan
Menurut Tamin (2000), faktor-faktor yang mempengaruhi bangkitan
pergerakan seperti pendapatan, pemilikan kendaraan struktur rumah tangga,
ukuran rumah tangga yang biasa digunakan untuk kajian bangkitan
pergerakan, sedangkan nilai lahan dan kepadatan daerah pemukiman untuk
kajian zona. Menurut Hutchinson (1974), bangkitan pergerakan tergantung
tipe perjalanan bekerja dan belanja yang meloiputi jumlah pekerja dalam
rumah tangga dan pendapatan perumahan.
2. Tarikan pergerakan
Menurut Tamin (2000), faktor-faktor yang mempengaruhi tarikan
pergerakan adalah luas lantai untuk kegiatan industri, komersial,
perkantoran, pelayanan lainnya, lapangan kerja, dan aksesibilitas. Menurut
Hutchinson (1974), tarikan perjalanan kendaraan untuk daerah
pengembangan industri akan mempengaruhi perkembangan tata guna lahan
daerah sekitar.
F. Karakteristik Penduduk
Dalam pengetahuan tentang kependudukan dikenal istilah karakteristik
penduduk yang berpengaruh penting terhadap proses demografi dan tingkah
laku sosial ekonomi penduduk. Karakteristik penduduk yang paling penting
adalah umur dan jenis kelamin, atau yang sering juga disebut struktur umur
dan jenis kelamin. Struktur umur pendudukdapat dilihat dalam umur satu
tahunan atau yang disebut juga umur tunggal (single age), dan yang
dikelompokkan dalam lima tahunan. Dalam pembahasan demografi
pengertian umur adalah umur pada saat ulang tahun terakhir.
Informasi tentang jumlah penduduk untuk kelompok usia tertentu penting
diketahui agar pembangunan dapat diarahkan sesuai kebutuhan penduduk
sebagai pelaku pembangunan. Keterangan atau informasi tentang penduduk
menurut umur yang terbagi dalam kelompok umur lima tahunan, sangat
penting dan dibutuhkan berkaitan dengan pengembangan kebijakan
kependudukan terutama berkaitan dengan pengembangan sumber daya
manusia. Jumlah penduduk yang besar dapat dipandang sebagai beban
sekaligus juga modal dalam pembangunan.
Pengelompokkan penduduk menurut umur dapat digunakan untuk
mengetahui apakah penduduk di suatu wilayah termasuk berstruktur umur
muda atau tua. Penduduk suatu wilayah dianggap penduduk muda apabila
penduduk usia dibawah 15 tahun mencapai sebesar 40 persen atau lebih dari
jumlah seluruh penduduk. Sebaliknya penduduk disebut penduduk tua apabila
jumlah penduduk usia 65 tahun keatas diatas 10 persen dari total penduduk
Dengan mengetahui jumlah dan persentase penduduk di tiap kelompok
umur, dapat diketahui berapa besar penduduk yang berpotensi sebagai beban
yaitu penduduk yang belum produktif (usia 0-14 tahun) termasuk bayi dan
anak (usia 0-4 tahun) dan penduduk yang dianggap kurang produktif (65
tahun ke atas). Juga dapat dilihat berapa persentase penduduk yang berpotensi
sebagai modal dalam pembangunan yaitu penduduk usia produktif atau yang
berusia 15-64 tahun. Selain itu, dalam pembangunan berwawasan jender,
penting juga mengetahui informasi tentang berapa jumlah penduduk
perempuan terutama yang termasuk dalam kelompok usia reproduksi (usia
15-49 tahun), partisipasi penduduk perempuan menurut umur dalam
pendidikan, dalam pekerjaan dll.
G. Karakteristik Perjalanan
Perjalanan terbentuk karena adanya aktifitas yang dilakukan di tempat
tinggalnya. Artinya, keterkaitan antar wilayah ruang sangatlah berperan
dalam menciptakan perjalanan dan pola sebaran tata guan lahan akan sangat
mempengaruhi pola perjalanan orang (Tamin,1997). Kamus Umum Bahasa
Insonesua perilaku diartikan sebagai kelakuan, tabiat, tingkah laku,
sedangkan Kamus Besar Bahasa Indonesia perilaku diartikan sebagai
tanggapan atau reaksi individu yang terwujud dalam gerakan (sikap), tidak
saja badan atau ucapan.
Dasar-dasar teoritis dari model perjalanan ini adalah:
1. Keadaan ekonomi perilaku perjalanan
Pendekatan ekonomi mengarah pada keinginan individu untuk
memaksimalkan kegunaan dari setiap pilihan (misalnya pemilihan moda
berdasarkan kepemilikan kendaraan)
2. Sifat kejiwaan
Dasar kejiwaan semata-mata hanya mengarah pada individu tersebut yang
mungkin (dalam) membuat keputusan, karena sangat bermacam-macam
kecenderungan di antara individu-individu (misalnya gaya hidup,
pertimbangan pribadi)
Setiap individu diasumsikan mengevaluasi keuntungan dan kerugian setiap
pilihan dan memilih salah satu yang sangat menguntungkan.

Anda mungkin juga menyukai