Anda di halaman 1dari 41

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Pernyataan Masalah


Transportasi fluida merupakan salah satu operasi teknik kimia yang sering
digunakan dalam industri. Sistem perpipaan digunakan untuk tempat mengalirnya
suatu fluida. Fluida merupakan suatu zat yang tidak dapat menahan perubahan
bentuk secara permanen, dimana bila diberikan sedikit gaya terhadapnya tidak
bisa mempertahankan bentuknya. Fluida cair yang mengalir dalam sistem
perpipaan dalam industri akan mengalami kehilangan energi karena adanya
gesekan antara fluida dengan fluida dan fluida dengan pipa. Hilangnya energi
pada fluida dalam sistem perpipaan dapat pula disebabkan karena adanya gesekan,
belokan, kontraksi, ekspansi.
Aliran fluida (cairan atau gas) didalam sebuah saluran tertutup atau pipa
sangat penting di dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa komponen dasar yang
berkaitan dari suatu sistem perpipaan adalah meliputi pipa-pipa itu sendiri,
sambungan pipa (fitting) yang digunakan untuk menyambung masing-masing pipa
guna membentuk sistem yan diinginkan, peralatan pengatur laju aliran (katup-
katup) dan pompa-poma (turbin) yang menambahkan energi atau mengambil
energi dari fluida. Dalam suatu sistem aliran, tidak mungkin fluida hanya
mengalir melalui sebuah pipa. Didalam aliran fluida ini akan terdapat bermacam-
macam sambungan dan cabang, seperti elbow, tee, dll. Juga sering terdapat
bermacam jenis pipa, bervariasi ukuran ID pipa, bahkan kemungkinan adanya
perubahan ukuran ID pipa seperti enlargement dan contraction, dan lain-lain
(Nugroho, 2010).

1.2 Tujuan Percobaan


Tujuan percobaan ini adalah :
1. Menjelaskan pola aliran fluida didalam pipa
2. Menghitung tekanan/pressure drop & friction loss aliran fluida dalam pipa
3. Menjelaskan peralatan-peralatan yang berkaitan dengan transportasi fluida

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Fluida
Fluida adalah suatu zat yang tidak dapat menahan bentuk secara permanen
yang dapat mengalami perubahan bentuk mengikuti ruang yang ditempatinya.
Terdapat dua jenis fluida, yakni fluida termampatkan dan fluida tak
termampatkan. Fluida mampu termampatkan (compressible) ialah ketika densitas
fluida mudah dipengaruhi oleh perubahan temperatur dan tekanan. Fluida tak
termampatkan (incompressible) ialah ketika densitas fluida tersebut tidak
terpengaruh oleh banyaknya perubahan tekanan dan suhu. Fluida yang bergerak
(mengalir) akan membentuk suatu pola aliran tertentu.
Dalam suatu sistem perpipaan transportasi fluida, terdapat beberapa
komponen atau peralatan umum yang digunakan, seperti: pipa/tabung, valve,
blower, pompa, dll. Pipa merupakan tempat mengalirnya fluida, dan valve
dipasang untuk mengatur laju alir/bukaan fluida. Dalam suatu sistem perpipaan
dibutuhkan penambahan energi mekanik untuk mempercepat laju alir fluida. Alat
yang dapat digunakan antara lain pompa, blower, kipas, dan kompresor. Peralatan
pemindah fluida dibagi menjadi dua, berdasarkan cara kerja menggunakan
tekanan langsung ke fluida, atau dengan membangkitkan rotasi menggunakan
momen punter (Kurnia, 2013)

2.2 Jenis Aliran Fluida


Menurut Nugroho (2010), jenis aliran fluida berdasarkan jenis pola
alirannya, dapat dibedakan menjadi :
1. Aliran Laminar
Aliran laminar didefinisikan sebagai aliran dengan fluida yang bergerak
dalam lapisan-lapisan atau lamina-lamina dengan satu lapisan meluncur secra
lancar. Aliran dengan fluida yang bergerak berbentuk seperti lapisan-lapisan, yang
tidak saling campur. Aliran ini terjadi pada kecepatan aliran fluida yang lambat,
densitas fluida yang rendah, viskositas yang tinggi, dan bilangan Reynoldnya
kurang dari 2100 (Re < 2100).

2
Gambar 2.1 Aliran Laminer (Kurnia, 2013)

2. Aliran Turbulen
Aliran turbulen didefinisikan sebagai aliran yang mana pergerakan dari
partikel-partikel fluida sangat tidak menentu karena mengalami percampuran serta
putaran partikel antar lapisan, yang mengakibatkan saling tukar momentum dari
satu bagian fluida ke bagian fluida yang lain dalam skala besar. Dimana nilai
bilangan Reynoldnya lebih besar dari 4000 (Re < 4000).

Gambar 2.2 Aliran Turbulen (Kurnia, 2013)

3. Aliran Transisi
Aliran transisi merupakan aliran peralihan dari aliran laminar ke aliran
turbulen. Keadaan peralihan ini tergantung pada viskositas fluida, kecepatan dan
lain-lain yang menyangkut geometri aliran dimana nilai bilangan Reynoldnya
antara 2100 sampai dengan 4000 (2100<Re<4000).

Gambar 2.3 Aliran Transisi (Kurnia 2013)

Jenis aliran fluida dapat dibedakan menurut Bilangan Reynoldnya (NRe),


Bilangan Reynold adalah bilangan yang tak berdimensi. Bilangan Reynold (NRe)
merupakan fungsi dari : kecepatan fluida (v), viskositas (µ), rapat massa (ρ), dan
diameter pipa (D). Bilangan Reynold secara sistematis dapat dirumuskan menjadi
persamaan :

3
ρvD
𝑁𝑅𝑒 = ....................................................................... (1)
µ

Dimana : V = Kecepatan fluida (m/s)


D = Diameter dalam pipa (m)
ρ = Rapat massa fluida (kg/m3)
μ = Viskositas fluida (kg/m)

2.3 Pipa Horizontal


Sebuah parameter yang umum digunakan dalam aliran laminar terutama
aliran turbulen adalah faktor gesekan Fanning (f) yang didefinisikan sebagai gaya
tarik per satuan luas permukaan terbasahi (tegangan geser, di permukaan) dibagi
dengan massa jenis produk dikali kecepatan atau ½ ρv2. Gaya adalah ΔP
merupakan hasil perkalian luas penampang area, 𝜋 r2 dan luas permukaan
terbasahi, 2𝜋rΔL. Oleh karena itu, hubungan antara Pressure drop dan friction
factor (f) adalah sebagai berikut untuk aliran laminar dan turbulen:
τ ∆Pπr2 ρV2
f = ρv2s/2 = 2πr∆L⁄ ................................................... (2)
2

dimana untuk Pressure drop berlaku hubungan:


∆P = ρ. h. g ............................................................ (3)
Disusun kembali sehingga berlaku persamaan untuk friction loss:
∆P ∆L V 2
F= = 4f (SI)
ρ D 2
∆L V2
F = 4f (English) .......................................... (4)
D 2.gc

Untuk aliran laminar, persamaan untuk medapatkan friction factor menggunakan


persamaan Hagen-Poiseuille:
16
f = NRe dimana NRe ≤ 2100 ..................................... (5)

Untuk aliran turbulen, persamaan untuk menentukan friction factor menggunakan


persamaan Blasius:
0.079
f = NRe0.25 dimana 4000 < NRe < 1𝑥105 .......................... (6)

4
atau pada aliran turbulen yang NRe > 4000, friction factor (f) juga dapat
ditentukan dari grafik Fanning faktor (f) Vs Reynold Number (NRe) dari data
praktikum.
Pressure drop atau pressure head adalah penurunan tekanan dari titik 1 ke
titik 2 dalam satu sistem aliran fluida. Penurunan tekanan, biasa dinyatakan
dengan ΔP. Jika manometer yang digunakan adalah manometer air raksa dan beda
tinggi air raksa dalam manometer adalah H, maka untuk menentukan Pressure
drop (ΔP), persamaan 2 dapat kembali ditulis menjadi :
𝑔
∆P = ρraksa . Hraksa . 𝑔𝑐 ......................................... (7)

2.4 Elbow
Sambungan-sambungan di dalam pipa misalnya Elbow, kran, valve, tee, dll
akan menggangu pola aliran fluida dan menyebabkan terjadinya friction loss.
Dalam pipa pendek dan sambungan yang banyak friction loss nya akan lebih besar
daripada pipa lurus. Friction loss pada sambungan-sambungan di dalam pipa
termasuk Elbow dapat dihitung dengan :
v1 2
F = hf = K f ................................................. (8)
2

dimana Kf adalah friction factor dan V1 adalah kecepatan rata-rata di dalam pipa
yang mengarah ke sambungan. Jadi friction factor (f) pada Elbow:
f = K f .......................................................... (9)

2.5 Orifice Meter


Orifismeter adalah alat pengukuran laju alir yang didasarkan kepada beda
tekan. Penurunan penampang arus aliran melalui orifis itu menyebabkan head
kecepatan meningkat tetapi head tekanan menurun, dan penurunan tekanan antara
kedua titik sadap diukur dengan manometer, hal ini dapat dilihat pada Gambar
2.3.

5
Gambar 2.4 a) Orifice Meter ; b) Orifice
(Sumber : Daniel, 2010)
Persamaan Bernoulli memberikan dasar untuk mengkorelasi peningkatan-
peningkatan head kecepatan dengan penurunan head tekanan. Persamaan
Bernoulli yang dapat diterapkan pada orifice meter ini adalah :
½ ( v2 2 – v1 2 ) + g (Z2 – Z1) + 1/ (P2 – P1) = hL ............................... (10)
Dimana : Δv = perbedaan kecepatan (m/s)
ΔZ = perbedaan ketinggian (m)
ΔP = perbedaan tekanan (N/m2)
g = percepatan gravitasi (m/s2)
 = densitas fluida (kg/m3)
hL = energi yang tidak termanfaatkan (head loss), J/kg (Daniel,2010).

2.5.1 Kalibrasi Orifice Meter


Prinsip kalibrasi orifice meter ialah mengukur waktu yang dibutuhkan untuk
menampung fluida sampai mencapai volume tertentu pada setiap ∆h orifice yang
berbeda, ∆h orifice dapat dilihat seperti pada Gambar 2.3. Laju alir fluida dalam
orifice adalah sebagai berikut :
Q = V/t .............................................................. (11)
Dimana : Q = laju alir volumetrik (m3/s)
V = volume fluida (m3)
t = waktu (s)
Beda ketinggian pada orifice meter dapat di gunakan untuk menentukan
beda tekan yang terjadi dalam orifice meter. Beda tekan yang terjadi dalam orifice
meter adalah sebagai berikut :

6
Po = .g. ho ................................................... (12)
Dimana : ∆Po = beda tekan pada orifice meter (N/m2)
𝜌 = berat jenis fluida (kg/m3)
G = percepatan gravitasi (m/s2)
∆ho = beda ketinggian pada orifice meter (m) (Danang, 2013)

Untuk mengukur selisih tekanan P pada orifismeter dilengkapi dengan


manometer, biasanya menggunakan manometer pipa seperti pada Gambar 2.4.

Gambar 2.5 Manometer U


(Sumber : Danang, 2013)

2.6 Venturi Meter


Venturi Meter ini merupakan alat primer dari pengukuran aliran yang
berfungsi untuk mendapatkan beda tekanan. Sedangkan alat untuk menunjukan
besaran aliran fluida yang diukur atau alat sekundernya adalah manometer pipa U.
Venturi Meter memiliki kerugian karena harganya mahal, memerlukan ruangan
yang besar dan rasio diameter throatnya dengan diameter pipa tidak dapat diubah.
Untuk sebuah venturi meter tertentu dan sistem manometer tertentu,
kecepatan aliran yang dapat diukur adalah tetap sehingga jika kecepatan aliran
berubah maka diameter throatnya dapat diperbesar untuk memberikan pembacaan
yang akurat atau diperkecil untuk mengakomodasi kecepatan aliran maksimum
yang baru.

7
Gambar 2.7 Venturi Meter
(Sumber : Natalegawa, 2013)

Untuk Venturi Meter ini dapat dibagi 4 bagian utama yaitu :


1. Bagian Inlet
Bagian yang berbentuk lurus dengan diameter yang sama seperti diameter
pipa atau cerobong aliran. Lubang tekanan awal ditempatkan pada bagian
ini.
2. Inlet Cone
Bagian yang berbentuk seperti kerucut, yang berfungsi untuk menaikkan
tekanan fluida.
3. Throat (leher)
Bagian tempat pengambilan beda tekanan akhir bagian ini berbentuk bulat
datar. Hal ini dimaksudkan agar tidak mengurangi atau menambah
kecepatan dari aliran yang keluar dari inlet cone.

Pada Venturi meter ini fluida masuk melalui bagian inlet dan diteruskan ke
bagian outlet cone. Pada bagian inlet ini ditempatkan titik pengambilan tekanan
awal. Pada bagian inlet cone fluida akan mengalami penurunan tekanan yang
disebabkan oleh bagian inlet cone yang berbentuk kerucut atau semakin mengecil
kebagian throat. Kemudian fluida masuk kebagian throat inilah tempat-tempat
pengambilan tekanan akhir dimana throat ini berbentuk bulat datar. Lalu fluida
akan melewati bagian akhir dari venturi meter yaitu outlet cone. Outlet cone ini
berbentuk kerucut dimana bagian kecil berada pada throat, dan pada Outlet cone
ini tekanan kembali normal.

8
Jika aliran melalui venturi meter itu benar-benar tanpa gesekan, maka
tekanan fluida yang meninggalkan meter tentulah sama persis dengan fluida yang
memasuki meteran dan keberadaan meteran dalam jalur tersebut tidak akan
menyebabkan kehilangan tekanan yang bersifat permanen dalam tekanan.
Penurunan tekanan pada inlet cone akan dipulihkan dengan sempurna pada outlet
cone. Gesekan tidak dapat ditiadakan dan juga kehilangan tekanan yang permanen
dalam sebuah meteran yang dirancangan dengan tepat (Natalegawa, 2013).

2.7 Pompa
Pompa adalah suatu alat atau mesin yang digunakan untuk memindahkan
cairan dari suatu tempat ke tempat yang lain melalui suatu media perpipaan
dengan cara menambahkan energi pada cairan yang dipindahkan dan berlangsung
secara terus menerus. Pompa beroperasi dengan prinsip membuat perbedaan
tekanan antara bagian masuk (suction) dengan bagian keluar (discharge). Dengan
kata lain, pompa berfungsi mengubah tenaga mekanis dari suatu sumber tenaga
(penggerak) menjadi tenaga kinetis (kecepatan), dimana tenaga ini berguna untuk
mengalirkan cairan dan mengatasi hambatan yang ada sepanjang pengaliran.

2.7.1 Pompa Sentrifugal


Salah satu jenis pompa pemindah non positip adalah pompa sentrifugal yang
prinsip kerjanya mengubah energi kinetis (kecepatan) cairan menjadi energi
potensial (dinamis) melaluisuatu suatu impeller yang berputar dalam casing.
Pompa reboiler debutanizer di Hidrokracking Unibon menggunakan pompa
sentrifugal single-stage double suction. Prinsip-prinsip dasar pompa sentrifugal
ialah sebagai berikut :
1. Gaya sentrifugal bekerja pada impeller untuk mendorong fluida ke sisi luar
sehingga kecepatan fluida meningkat.
2. Kecepatan fluida yang tinggi diubah oleh casing pompa (volute atau
diffuser) menjadi tekanan atau head.

9
Gambar 2.8 Pompa Sentrifugal
(Sumber : Natalegawa, 2013)

2.7.2 Klasifikasi Pompa Sentrifugal


Menurut Natalegawa (2013), Pompa sentrifugal diklasifikasikan berdasarkan
beberapa kriteria, antara lain :
1. Bentuk arah aliran yang terjadi di impeller. Aliran fluida dalam impeller
dapat berupa axial flow, mixed flow, atau radial flow.
2. Bentuk konstruksi dari impeller. Impeller yang digunakan dalam pompa
sentrifugal dapat berupa open impeller, semi-open impeller, atau close
impeller.
3. Banyaknya jumlah suction inlet. Beberapa pompa setrifugal memiliki
suction inlet lebih dari dua buah. Pompa yang memiliki satu suction inlet
disebut single-suction pump sedangkan untuk pompa yang memiliki dua
suction inlet disebut double-suction pump.
4. Banyaknya impeller. Pompa sentrifugal khusus memiliki beberapa impeller
bersusun. Pompa yang memiliki satu impeller disebut single-stage pump
sedangkan pompa yang memiliki lebih dari satu impeller disebut multi-stage
pump.

10
2.7.3 Bagian Utama Pompa Sentrifugal
Menurut Natalegawa (2013), bagian utama dari pompa sentrifugal adalah
sebagai berikut :

Gambar 2.9 Bagian Utama Pompa Sentrifugal


(Sumber : Natalegawa, 2013)

1. Stuffing Box
Stuffing Box berfungsi untuk mencegah kebocoran pada daerah dimana
poros pompa menembus casing.
2. Packing
Digunakan untuk mencegah dan mengurangi bocoran cairan dari casing
pompa melalui poros. Biasanya terbuat dari asbes atau teflon.
3. Shaft (poros)
Poros berfungsi untuk meneruskan momen puntir dari penggerak selama
beroperasi dan tempat kedudukan impeller dan bagian-bagian berputar
lainnya.
4. Shaft Sleeve
Shaft sleeve berfungsi untuk melindungi poros dari erosi, korosi dan
keausan pada stuffing box. Pada pompa multi stage dapat sebagai leakage
joint, internal bearing dan interstage atau distance sleever.
5. Vane
Sudut dari impeller sebagai tempat berlalunya cairan pada impeller.

11
6. Casing
Merupakan bagian paling luar dari pompa yang berfungsi sebagai pelindung
elemen yang berputar, tempat kedudukan diffusor (guide vane), inlet dan
outlet nozel serta tempat memberikan arah aliran dari impeller dan
mengkonversikan energi kecepatan cairan menjadi energi dinamis (single
stage).
7. Eye of Impeller
Bagian sisi masuk pada arah isap impeller.
8. Impeller
Impeller berfungsi untuk mengubah energi mekanis dari pompa menjadi
energi kecepatan pada cairan yang dipompakan secara kontinyu, sehingga
cairan pada sisi isap secara terus menerus akan masuk mengisi kekosongan
akibat perpindahan dari cairan yang masuk sebelumnya.
9. Wearing Ring
Wearing ring berfungsi untuk memperkecil kebocoran cairan yang melewati
bagian depan impeller maupun bagian belakang impeller, dengan cara
memperkecil celah antara casing dengan impeller.
10. Bearing
Beraing (bantalan) berfungsi untuk menumpu dan menahan beban dari poros
agar dapat berputar, baik berupa beban radial maupun beban axial. Bearing
juga memungkinkan poros untuk dapat berputar dengan lancar dan tetap
pada tempatnya, sehingga kerugian gesek menjadi

12
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan yang digunakan


3.1.1 Alat yang digunakan
1. Rangkaian alat General Arrangement of Apparatus
2. Manometer Connection Diagram
3. Stopwatch
4. Internal Vernier Calliper

3.1.2 Bahan yang digunakan


Bahan yang digunakan pada praktikum aliran fluida adalah air.

3.2 Prosedur Percobaan


3.2.1 Head Loss dan Friction Loss didalam Pipa 2
Peralatan dari sistem aliran fluida diperiksa untuk memastikan sudah
terpasang dengan baik, air ditambahkan melalui volumetrik measuring tank. Pump
start dihidupkan, flow control valve dibuka, air mengalir melalui pipa 1, pipa 2,
pipa 3, pipa 4, dan pipa 5 selanjutnya menuju volumetrik measuring tank. Head
loss pada pipa 2 ditentukan, aliran air selain menuju pipa 2 ditutup dengan
menutup valve pada pipa lainnya. Selang disambungkan untuk menentukan
pressure drop yang menghubungkan manometer dengan dua titik pada pipa 2.
Setelah aliran air terlihat stabil, ditandai dengan tidak terdapat lagi gelembung
udara pada aliran kecepatan volumetrik air dan pressure drop nya dicatat. Untuk
menentukan volumetrik air, aliran air dibuka melalui volumetrik measuring tank.
Perubahan tinggi air diamati pada sagtu tube. Waktu yang dibutuhkan untuk
mengalirkan air setiap 10, 15 dan 20 liter dihitung menggunakan stopwatch dan
kecepatan rata-rata volumetrik diperoleh. Untuk menentukan pressure drop
manometer valve ditutup. Setelah tinggi manometer dikedua manometer stabil,
tinggi air raksa pada kedua pipa U dicatat. Tinggi air raksa dicatat, nilai yang
tinggi dicatat sebagai ha dan nilai yang rendah dicatat sebagai hb.

13
3.2.2 Head Loss dan Friction Loss didalam Pipa 4
Peralatan dari sistem aliran fluida diperiksa untuk memastikan sudah
terpasang dengan baik, air ditambahkan melalui volumetrik measuring tank. Pump
start dihidupkan, flow control valve dibuka, air mengalir melalui pipa 1, pipa 2,
pipa 3, pipa 4, dan pipa 5 selanjutnya menuju volumetrik measuring tank. Head
loss pada pipa 4 ditentukan, aliran air selain menuju pipa 4 ditutup dengan
menutup valve pada pipa lainnya. Selang disambungkan untuk menentukan
pressure drop yang menghubungkan manometer dengan dua titik pada pipa 4.
Setelah aliran air terlihat stabil, ditandai dengan tidak terdapat lagi gelembung
udara pada aliran kecepatan volumetrik air dan pressure dropnya dicatat.Untuk
menentukan volumetrik air, aliran air dibuka melalui volumetrik measuring tank.
Perubahan tinggi air diamati pada sagtu tube. Waktu yang dibutuhkan untuk
mengalirkan air setiap 10, 15 dan 20 liter dihitung menggunakan stopwatch dan
kecepatan rata-rata volumetrik diperoleh. Untuk menentukan pressure drop
manometer valve ditutup. Setelah tinggi manometer dikedua manometer stabil,
tinggi air raksa pada kedua pipa U dicatat. Tinggi air raksa dicatat, nilai yang
tinggi dicatat sebagai ha dan nilai yang rendah dicatat sebagai hb.

3.2.3 Head Loss dan Friction Loss didalam 45 oElbow


Peralatan dari sistem aliran fluida diperiksa untuk memastikan sudah
terpasang dengan baik, air ditambahkan melalui volumetrik measuring tank. Pump
start dihidupkan, flow control valve dibuka, air mengalir melalui pipa 1, pipa 2,
pipa 3, pipa 4, dan pipa 5 selanjutnya menuju volumetrik measuring tank. Head
loss pada elbow 45o ditentukan, aliran air selain menuju pipa 4 ditutup dengan
menutup valve pada pipa lainnya. Selang disambungkan untuk menentukan
pressure drop yang menghubungkan manometer dengan dua titik padaelbow 45o.
Setelah aliran air terlihat stabil, ditandai dengan tidak terdapat lagi gelembung
udara pada aliran kecepatan volumetrik air dan pressure dropnya dicatat. Untuk
menentukan volumetrik air, aliran air dibuka melalui volumetrik measuring tank.
Perubahan tinggi air diamati pada sagtu tube. Waktu yang dibutuhkan untuk
mengalirkan air setiap 10, 15 dan 20 liter dihitung menggunakan stopwatch dan

14
kecepatan rata-rata volumetrik diperoleh. Untuk menentukan pressure drop
manometer valve ditutup. Setelah tinggi manometer dikedua manometer stabil,
tinggi air raksa pada kedua pipa U dicatat. Tinggi air raksa dicatat, nilai yang
tinggi dicatat sebagai ha dan nilai yang rendah dicatat sebagai hb.

3.2.4 Head Loss dan Friction Loss didalam 90 oElbow


Semua peralatan dari sistem aliran fluida diperiksa untuk memastikan sudah
terpasang dengan baik, air ditambahkan melalui volumetrik measuring tank. Pump
start dihidupkan, flow control valve dibuka, air mengalir melalui pipa 1, pipa 2,
pipa 3, pipa 4, dan pipa 5 selanjutnya menuju volumetrik measuring tank. Head
loss pada elbow 90o ditentukan, aliran air selain menuju pipa 4 ditutup dengan
menutup valve pada pipa lainnya. Selang disambungkan untuk menentukan
pressure drop yang menghubungkan manometer dengan dua titik pada elbow 90o.
Setelah aliran air terlihat stabil, ditandai dengan tidak terdapat lagi gelembung
udara pada aliran kecepatan volumetrik air dan pressure dropnya dicatat. Untuk
menentukan volumetrik air, aliran air dibuka melalui volumetrik measuring tank.
Perubahan tinggi air diamati pada sagtu tube. Waktu yang dibutuhkan untuk
mengalirkan air setiap 10, 15 dan 20 liter dihitung menggunakan stopwatch dan
kecepatan rata-rata volumetrik diperoleh. Untuk menentukan pressure drop
manometer valve ditutup. Setelah tinggi manometer dikedua manometer stabil,
tinggi air raksa pada kedua pipa U dicatat. Tinggi air raksa dicatat, nilai yang
tinggi dicatat sebagai ha dan nilai yang rendah dicatat sebagai hb.

3.2.5 Head Loss dan Friction Loss didalam Venturi Meter


Semua peralatan dari sistem aliran fluida diperiksa untuk memastikan sudah
terpasang dengan baik, air ditambahkan melalui volumetrik measuring tank. Pump
start dihidupkan, flow control valve dibuka, air mengalir melalui pipa 1, pipa 2,
pipa 3, pipa 4, dan pipa 5 selanjutnya menuju volumetrik measuring tank. Head
loss pada volumetrik ditentukan, aliran air selain menuju pipa 4 ditutup dengan
menutup valve pada pipa lainnya. Selang disambungkan untuk menentukan
pressure drop yang menghubungkan manometer dengan dua titik pada
volumetrik. Setelah aliran air terlihat stabil, ditandai dengan tidak terdapat lagi

15
gelembung udara pada aliran kecepatan volumetrik air dan pressure dropnya
dicatat. Untuk menentukan volumetrik air, aliran air dibuka melalui volumetrik
measuring tank. Perubahan tinggi air diamati pada sagtu tube. Waktu yang
dibutuhkan untuk mengalirkan air setiap 10, 15 dan 20 liter dihitung
menggunakan stopwatch dan kecepatan rata-rata volumetrik diperoleh. Untuk
menentukan pressure drop manometer valve ditutup. Setelah tinggi manometer
dikedua manometer stabil, tinggi air raksa pada kedua pipa U dicatat. Tinggi air
raksa dicatat, nilai yang tinggi dicatat sebagai ha dan nilai yang rendah dicatat
sebagai hb.

3.4 Rangkaian Alat


Rangkaian alat yang digunakan pada percobaan aliran fluida dapat dilihat
pada Gambar 3.1

FLUID
FLUID
FRICTION

Gambar 3.1 Arrangement of Apparatus

16
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pembahasan
4.1.1 Pipa No. 2
Pecobaan ini menjelaskan hubungan yang terjadi antara kecepatan alir fluida
dengan head loss pada pipa nomor 2 dengan diameter 0.0204 ft dengan panjang
5.4133 ft. Pada percobaan didapatkan hubungan kecepatan alir dengan head loss,
yang jika digambarkan dalam dalam suatu grafik akan menghasilkan
menghasilkan kurva yang melengkung atau tidak lurus (Gambar 4.1), maka jenis
aliran yang terjadi adalah aliran turbulen.
10.6

10.4
Kecepatan Linear (ft/s)

10.2

10

9.8

9.6

9.4

9.2
1.1482 0.9765 0.9908 0.9853
Head Loss (ftHg)

Gambar 4.1 Hubungan Antaran Head Loss dan Kecepatan Linear Pada Pipa 2

Dari grafik diatas di dapat bahwa kurva yang bergelombang, jika kurva di
linierkan maka akan terlihat penurunan head loss seiring nilai kecepatan alir yang
naik. Secara teori hal ini kurang sesuai, yang seharusnya pada aliran turbulen nilai
head loss akan sebanding dengan nilai kecepatan volumetrik. Semakin besar nilai
kecepatan volumetrik aliran, maka akan semakin besar pula nilai head lossnya.
Pada saat kecepatan fluida tinggi, pressure drop yang dihasilkan akan semakin
mengecil, Hal ini menunjukkan bahwa berbanding terbalik dengan kecepatannya.

17
Laju alir yang bervariasi diakibatkan oleh bukaan valve yang bervariasi juga.
Hali ini mengakibatkan nilai head loss juga akan ikut berubuah seiring perubahan
bukaan valve. Laju alir yang bervariasi diakibatkan oleh bukaan valve yang
bervariasi juga. Hali ini mengakibatkan nilai head loss juga akan ikut berubuah
seiring perubahan bukaan valve.
1.025
1.02
1.015
1.01
1.005
Log V

1
0.995
0.99
0.985
0.98
0.975
0.97
0.06 -0.0102 -0.004 -0.0064
Log H

Gambar 4.2 Hubungan Antara Log H dan Log V Pada Pipa 2

Nilai faktor friksi dapat ditentukan dengan menggunakan reynold number.


Hubungan reynold number dengan faktor friksi dapat dilihat pada gambar 4.3.
3

2.9

2.8
Friction Loss

2.7

2.6

2.5

2.4

2.3
20640.81 21888.71 21868.31 22202.67
RNe

Gambar 4.3 Hubungan Antara Bilangan Reynold dan Friction Loss Pada Pipa 2

18
Dari gambar 4.3 dapat dilihat adanya penurunan faktor friksi seiring dengan
kenaikan nilai reynold number. Keadaan ini sesuai dengan teori yang ada yaitu
reynold number berbanding terbalik dengan faktor friksi.
Reynold number cenderung membesar diakibatkan oleh bukaan valve yang
semakin besar sehingga debit alir fluida akan semakin besar. Karena adanya
perbesaran debit aliran fluida, harga bilangan reynoldnya juga akan semakin
besar. Namun tidak untuk faktor friksi yang cenderung menurun.

1.1.2 Pipa No. 4


Pecobaan ini menjelaskan hubungan yang terjadi antara kecepatan alir fluida
dengan head loss pada pipa nomor 4 dengan diameter 0.05987 ft dengan panjang
5.4133 ft. Pada percobaan didapatkan hubungan kecepatan alir dengan head loss,
yang jika digambarkan dalam dalam suatu grafik akan menghasilkan
menghasilkan kurva yang melengkung atau tidak lurus. Maka jenis aliran yang
terjadi adalah aliran turbulen.
4.9

4.8
Kecepatan Linear (ft/s)

4.7

4.6

4.5

4.4

4.3

4.2
0.0153 0.0109 0.0164 0.024
Head Loss (ftHg)

Gambar 4.4 Hubungan Antara Head Loss dan Kecepatan Linear Pada Pipa 4

Dari grafik diatas dapat bahwa kurva yang bergelombang, hal ini
menunjukkan bahwa head loss yang didapat mengalami kenaikan seiring
kenaikan kecepatan alir. Secara teori hal ini sudah sesuai, karena pada aliran

19
turbulen nilai head loss akan sebanding dengan nilai kecepatan volumetrik.
Semakin besar nilai kecepatan volumetrik aliran, maka akan semakin besar pula
nilai head lossnya. Laju alir yang bervariasi diakibatkan oleh bukaan valve yang
bervariasi juga. Hal ini mengakibatkan nilai head loss juga akan ikut berubuah
seiring perubahan bukaan valve.
0.69

0.68

0.67
Log V

0.66

0.65

0.64

0.63
-1.815 -1.9611 -1.785 -1.6187
Log H

Gambar 4.5 Hubngan Antara Log H dan Log V Pada Pipa 4

Nilai faktor friksi dapat ditentukan dengan menggunakan reynold number.


Hubungan reynold number dengan faktor friksi dapat dilihat pada gambar 4.6.
0.205
0.2
0.195
0.19
Friction Loss

0.185
0.18
0.175
0.17
0.165
0.16
0.155
29582.41 29173.68 30022.97 27634.62
RNe

Gambar 4.6 Hubungan Antara Bilangan Reynold dan Friction Loss Pada Pipa 4

20
Dari gambar 4.6 dapat dilihat adanya penurunan faktor friksi seiring dengan
kenaikan nilai reynold number. Keadaan ini sesuai dengan teori yang ada yaitu
reynold number berbanding terbalik dengan faktor friksi. Pada saat kecepatan
fluida tinggi, pressure drop yang dihasilkan akan semakin mengecil. Hal ini
menunjukkan bahwa berbanding terbalik dengan kecepatannya.
Reynold number cenderung membesar diakibatkan oleh bukaan valve yang
semakin besar sehingga debit alir fluida akan semakin besar. Karena adanya
perbesaran debit aliran fluida, harga bilangan reynold juga akan semakin besar
dan keturbulenan aliran air akan semakin besar. Namun tidak untuk faktor friksi
yang cenderung menurun. Hal ini diakibatkan faktor friksi berbanding terbalik
dengan reynold number.

4.1.3 90 oElbow
Pada percobaan menggunakan pipa no 2 dengan ID 0.0204 ft didapatkan
pola aliran fluida yang terjadi adalah aliran turbulen berdasakarkan nilai bilangan
reynold number yang perhitungannya di lampiran B. Menurut teori, pada aliran
turbulen nilai head loss akan sebanding dengan nilai kecepatan volumetrik.
Semakin besar nilai kecepatan volumetrik aliran, maka akan semakin besar pula
nilai head lossnya. Grafik dibawah ini menunjukkan hasil yang didapat pada
percobaan yang dilakukan.

21
4.6

4.5
Kecepatan Linear (ft/s)
4.4

4.3
4.2
4.1
4
3.9

3.8
0.0273 0.0426 0.047 0.0459
Head Loss (ftHg)

Gambar 4.7 Hubungan Antaran Head Loss dan Kecepatan Linear Pada 90 oelbow

Berdasarkan grafik diatas terlihat hubungan antara nilai head loss dengan
kecepatan volumetrik aliran fluida pada elbow 90o. Pada grafik diatas nilai head
loss cenderung mengalami kenaikan sebanding dengan nilai kecepatan volumetric
.Hal ini dikarenakan semakin besar bukaan valve maka debit alir fluida akan
semakin besar sehingga nilai head loss nya akan semakin besar.
0.67
0.66
0.65
0.64
0.63
Log V

0.62
0.61
0.6
0.59
0.58
-1.5631 -1.37 -1.3276 -1.3378
Log H

Gambar 4.8 Hubungan Antara Log H dan Log V Pada 90 oelbow

22
Grafik hubungan log v dan log H juga berfungsi untuk meluruskan grafik
pada aliran turbulen. Karena grafik hubungan kecepatan volumetrik dengan head
loss pada aliran turbulen seharusnya adalah melengkung atau tidak lurus. Jadi
untuk meluruskan grafik tersebut digunakan grafik logaritmik.

0.2
0.18
0.16
0.14
Friction Loss

0.12
0.1
0.08
0.06
0.04
0.02
0
25307.99 27132.34 28102.74 27986.3
RNe

Gambar 4.9 Hubungan Antara Bilangan Reynold dan Friction Loss Pada 90
o
elbow

Berdasarkan grafik hubungan Reynolds Number dengan Fanning Friction


terlihat bahwa semakin besar nilai Reynolds Number pada aliran, maka nilai
Fanning Friction-nya pun akan semakin kecil. Berdasarkan data percobaan
dengan nilai Reynolds Number-nya seperti pada data, maka aliran yang terjadi
adalah aliran turbulen. Data percobaan ini sesuai dengan teori yang terdapat pada
Figure 2.10-3 untuk aliran turbulrn pada buku Transport Processes and Unit
Operations [Geankoplis, 1993].

4.1.4 Elbow 45 o
Pada percobaan menggunakan pipa nomor 4 dengan ID 0.0598 ft didapatkan
bahwa jenis aliran yang terjadi adalah aliran turbulen. Aliran turbulen di dapat
berdasarkan data perhitungan yang terlampir dan dapat dilihat pada Gambar 4.7.

23
Dimana jika hubungan antara kecepatan volumetrik dengan head loss
menghasilkan kurva yang melengkung atau tidak lurus, maka jenis aliran yang
terjadi adalah aliran turbulen. Dari grafik terlihat bahwa secara umum nilai head
loss akan semakin bertambah dengan naiknya kecepatan volumetrik
4.6
4.5
Kecepatan Linear (ft/s)

4.4
4.3
4.2
4.1
4
3.9
3.8
3.7
0.0623 0.0863 0.0874 0.0874
Head Loss (ftHg)

Gambar 4.10 Hubungan Antaran Head Loss dan Kecepatan Linear Pada 45
o
elbow

0.67
0.66
0.65
0.64
0.63
Log V

0.62
0.61
0.6
0.59
0.58
0.57
-1.2052 -1.0635 -1.058 -1.058
Log H

Gambar 4.11 Hubungan Antara Log H dan Log V Pada 45 oelbow

24
Dari grafik f versus NRe pada percobaan pengukuran Head Loss dan
Friction Loss pada elbow 45o diatas, dapat dilihat bahwa semakin besar nilai
bilangan Reynold, maka harga f semakin kecil. Jadi kesimpulannya, nilai bilangan
Reynold (NRe) berbanding terbalik dengan nilai friction factor (f).
0.2
0.18
0.16
0.14
Friction Loss

0.12
0.1
0.08
0.06
0.04
0.02
0
24803.39 26938.26 27714.58 28063.93
RNe

Gambar 4.12 Hubungan Antara Bilangan Reynold dan Friction Loss Pada 45
o
elbow

4.1.5 Venturi Meter


Dari percobaan didapatkan grafik hubungan head loss dengan kecepatan alir
fluida.

25
5
4.5
4
Kecepatan Linear (ft/s)

3.5
3
2.5
2
1.5 y = 0.285x + 3.595
1 R² = 0.964
0.5
0
0.2351 0.3543 0.3685 0.3783
Head Loss (ftHg)

Gambar 4.13 Hubungan Antaran Head Loss dan Kecepatan Linear Pada Venturi
Meter

Dari grafik ventury meter , terlihat kenaikan laju alir seiring nilai kenaikan
head loss. Secara teori hal ini tidak sesuai karena aliran turbulen nilai head loss
akan sebanding dengan nilai kecepatan volumetrik dipangkatkan . Semakin besar
nilai kecepatan volumetrik aliran, maka akan semakin besar pula nilai head
lossnya. Laju alir yang bervariasi diakibatkan oleh bukaan valve yang bervariasi
juga. Hali ini mengakibatkan nilai head loss juga akan ikut berubuah seiring
perubahan bukaan valve.

26
0.7
0.68
0.66
0.64
Log V

0.62
0.6
0.58
0.56
0.54
0.52
-0.6286 -0.4505 -0.4335 -0.422
Log H

Gambar 4.14 Hubungan Antara Log H dan Log V Pada Venturi Meter

Pesentase kesalahan pada percobaan dan perhitungan pada venturi yang


didapat adalah sebesar 89%.Hal ini berarti percobaan tidak sesuai dengan
perhitungan yang dilakukan karena terdapat banyak kesalahan.
Ketidak sesuaian dengan literatur diakibatkan oleh ketidak akuratan pada
saat melakukan pembukaan dan penutupan yang berakibat pembacaan data pada
manometer tidaklah akurat dan selang penghubung valve dengan manometer
sudah agak berlumut yang mengganggu laju alir dari fluida.
Table 4.1 Persentase Kesalahan Pada Venturi Meter
Bukaan Valve Persentase Kesalahan
3.662 4.88 %
3.69598 13.03 %
3.70002 15.33 %
3.70282 22.20 %

27
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
1. Dari percobaan aliran fluida ini diperoleh bahwa rezim aliran umumnya
mengikuti rezim turbulen, karena nilai NRe yang diperoleh pada semua
percobaan besar dari 4000.
2. Pada pipa horizontal kecenderungan kenaikan nilai V (kecepatan
volumetrik) seiring dengan meningkatnya nilai head loss-nya (H)
3. Dari hasil pengamatan aliran fluida pada elbow 900 dan 450, terjadi
penurunan nilai V (kecepatan volumetrik) seiring dengan meningkatnya
nilai head loss-nya (H).
4. Pada saat kecepatan fluida tinggi, pressure drop yang dihasilkan akan
semakin mengecil.

4.2 Saran
1. Setelah mengalirkan air dari pompa ke selang, periksa secara cermat apakah
aliran fluida sudah stabil (tidak ada lagi gelembung udara pada selang).
2. Pada saat pengukuran tinggi air raksa, harus dilakukan secara teliti agar
tidak terjadi kesalahan data karena perubahan kecepatan volumetrik air yang
ekstrim.

28
DAFTAR PUSTAKA

Danang, Kusumahadi. 2013. Pengenalan dan Proses Kalibrasi pada Sistem Meter
Gas Orifis. Semarang: Ganeca Exact CV
Daniel. 2010. Fundamentals of Orifice Meter Measurement terjemahan. Jakarta :
Gema Insani.
Enung. 2015. Aliran pada Pipa. Bengkulu: Universitas Bengkulu.
Fritz Dietzel, Alih Bahasa Dakso Sriyono. 1996. Turbin, Pompa dan Kompresor.
Jakarta : Erlangga.
Mahidin.,Syaubari. 2009. Azaz Teknik Kimia. Banda Aceh: Syiah Kuala
University Press.
Natalegawa., Putra. 2013. Pengukuran Laju Aliran Pipa. Jakarta: UI Press.
Nugroho, Adi Febrianto. 2010. Diktat Operasi Teknik Kimia I. Cimahi: UNJANI.
Undip. 2013. http://eprints.undip.ac.id/41603/3/BAB_II.pdf (Diakses pada Sabtu
18 November 2017)

29
LAMPIRAN A
PERHITUNGAN

30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
LAMPIRAN B
DOKUMENTASI

Gambar B.1 Proses Aliran Fluida di Gambar B.2 Proses Aliran Fluida di
Pipa 2 Pipa 4

Gambar B.3 Proses Aliran Fluida di 90 Gambar B.4 Proses Aliran Fluida di 45
o o
elbow elbow

40
Gambar B.5 Proses Aliran Fluida di
Venturi Meter

41

Anda mungkin juga menyukai