Anda di halaman 1dari 7

 Tokoh Penemu Lingkaran

 Zu Chongzhi

Dalam sejarah Tiongkok banyak ahli matematika berupaya menghitung


π. Sedangkan hasil ya ng dicapai Zu Chongzhi pada abad ke-5 dapat
dikatakan merupakan kemajuan dalam penghitungan π. Zu Chongzhi
lahir di kota Jiankang( kota Nanjing) pada tahun 429. sejak kecil ia sangat
cerdas dan suka pengetahuan di bidang matematika dan astronomi.
Pada tahun 464 ketiga ia berumur 35 tahun, Zu Chengzhi mulai menghitung π.

Dalam kehidupan sehari-hari rakyat Tiongkok mengetahui bahwa panjang keliling


lingkaran sama dengan tiga kali libat lebih diameter lingkaran. Sebelum Zu Chongzhi,
ahli matematika Tiongkok Liu Hui mengajukan cara ilmia untuk menghitungkan π,
dengan panjang keliling regular polygon dalam lingkaran untuk mendekati panjang
keliling lingkaran yang asli. Dengan cara ini Liu Hui telah menghitungkan π sampai 4
angka dibelakang koma. Sedangkan melalui penelitian Zu Chongzhi, π telah
dihitungkan sampai 7 angka di belakang koma yaitu diantara 3.1415926 dengan
3.1415927, dan memperoleh nilai mirip π dalam bentuk bilangan pecahan.

    Untuk memperingati hasil Zu Chongzhi, ahli


sejarah matematika di luar negeri pernah
mengusulkan menamakan π dengan tingkat Zu. Zu
Chongzhi dan anaknya juga menyelesaikan
penghitungan volume bola. Prinsip matematika itu
dinamakan prinsip Zu.

Sebelum abad ke-14, Tiongkok adalah negara yang relatif maju dalam bidang
matematika.

 Rene Descartes
Di desa La Haye-lah tahun 1596 lahir jabang bayi Rene Descartes, filosof, ilmuwan,
matematikus Perancis yang tersohor. Waktu mudanya dia sekolah Yesuit, College La
Fleche. Begitu umur dua puluh dia dapat gelar
ahli hukum dari Universitas Poitiers walau
tidak pernah mempraktekkan ilmunya
samasekali. Meskipun Descartes peroleh
pendidikan baik, tetapi dia yakin betul tak ada
ilmu apa pun yang bisa dipercaya tanpa
matematik. Karena itu, bukannya dia
meneruskan pendidikan formalnya, melainkan
ambil keputusan kelana keliling Eropa dan melihat dunia dengan mata kepala sendiri.
Berkat dasarnya berasal dari keluarga berada, mungkinlah dia mengembara kian
kemari dengan leluasa dan longgar. Tak ada persoalan duit.

Dari tahun 1616 hingga 1628, Descartes betul-betul melompat ke sana kemari, dari
satu negeri ke negeri lain. Dia masuk tiga dinas ketentaraan yang berbeda-beda
(Belanda, Bavaria dan Honggaria), walaupun tampaknya dia tidak pernah ikut
bertempur samasekali. Dikunjungi pula Italia, Polandia, Denmark dan negeri-negeri
lainnya. Dalam tahun-tahun ini, dia menghimpun apa saja yang dianggapnya
merupakan metode umum untuk menemukan kebenaran. Ketika umurnya tiga puluh
dua tahun, Descartes memutuskan menggunakan metodenya dalam suatu
percobaan membangun gambaran dunia yang sesungguhnya. Dia lantas menetap di
Negeri Belanda dan tinggal di sana selama tidak kurang dari dua puluh satu tahun.
(Dipilihnya Negeri Belanda karena negeri itu dianggapnya menyediakan kebebasan
intelektual yang lebih besar ketimbang lain-lain negeri, dan karena dia ingin
menjauhkan diri dari Paris yang kehidupan sosialnya tidak memberikan ketenangan
cukup).

Sekitar tahun 1629 ditulisnya Rules for the Direction of the Mind buku yang
memberikan garis-garis besar metodenya. Tetapi, buku ini tidak komplit dan
tampaknya ia tidak berniat menerbitkannya. Diterbitkan untuk pertama kalinya lebih
dari lima puluh tahun sesudah Descartes tiada. Dari tahun 1630 sampai 1634,
Descartes menggunakan metodenya dalam penelitian ilmiah. Untuk mempelajari
lebih mendalam tentang anatomi dan fisiologi, dia melakukan penjajagan secara
terpisah-pisah. Dia bergumul dalam bidang-bidang yang berdiri sendiri seperti optik,
meteorologi, matematik dan pelbagai cabang ilmu lainnya.

Menjadi keinginan Descartes sendiri mempersembahkan hasil-hasil penyelidikan


ilmiahnya dalam buku yang disebut Le Monde (Dunia). Tetapi, di tahun 1633, tatkala
buku itu hampir rampung, dia dengan penguasa gereja di Italia mengutuk Galileo
karena menyokong teori Copernicus bahwa dunia ini sebenarnya bulat, bukannya
datar, dan bumi itu berputar mengitari matahari, bukan sebaliknya. Meskipun di
Negeri Belanda dia tidak berada di bawah kekuasaan gereja Katolik, toh dia
berkeputusan berhati-hati untuk tidak menerbitkan bukunya walau dia pun
sebenarnya sepakat dengan teori Copernicus. Sebagai gantinya, di tahun 1637 dia
menerbitkan bukunya yang masyhur Discourse on the Method for Properly Guiding
the Reason and Finding Truth in the Sciences (biasanya diringkas saja Discourse on
Method).

Discourse ditulis dalam bahasa Perancis dan bukan Latin sehingga semua kalangan
intelegensia dapat membacanya, termasuk mereka yang tak peroleh pendidikan
klasik. Sebagai tambahan Discourse ada tiga esai.

Didalamnya Descartes menyuguhkan contoh-contoh penemuan-penemuan yang


telah dilakukannya dengan menggunakan metode itu. Tambahan pertamanya Optics,
Descartes menjelaskan hukum pelengkungan cahaya (yang sesungguhnya sudah
ditemukan oleh Willebord Snell). Dia juga mempersoalkan masalah lensa dan
pelbagai alat-alat optik, melukiskan fungsi mata dan pelbagai kelainan-kelainannya
serta menggambarkan teori cahaya yang hakekatnya versi pemula dari teori
gelombang yang belakangan dirumuskan oleh Christiaan Huygens. Tambahan
keduanya terdiri dari perbincangan ihwal meteorologi, Descartes membicarakan soal
awan, hujan, angin, serta penjelasan yang tepat mengenai pelangi. Dia mengeluarkan
sanggahan terhadap pendapat bahwa panas terdiri dari cairan yang tak tampak oleh
mata, dan dengan tepat dia menyimpulkan bahwa panas adalah suatu bentuk dari
gerakan intern. (Tetapi, pendapat ini telah ditemukan lebih dulu oleh Francis Bacon
dan orang-orang lain). Tambahan ketiga Geometri, dia mempersembahkan
sumbangan yang paling penting dari kesemua yang disebut di atas, yaitu
penemuannya tentang geometri analitis. Ini merupakan langkah kemajuan besar di
bidang matematika, dan menyediakan jalan buat Newton menemukan Kalkulus.

Mungkin, bagian paling menarik dari filosofi Descartes adalah caranya dia memulai
sesuatu. Meneliti sejumlah besar pendapat-pendapat yang keliru yang umumnya
sudah disepakati orang, Descartes berkesimpulan untuk mencari kebenaran sejati dia
mesti mulai melakukan langkah yang polos dan jernih. Untuk itu, dia mulai dengan
cara meragukan apa saja, apa saja yang dikatakan gurunya. Meragukan kepercayaan
meragukan pendapat yang sudah berlaku, meragukan eksistensi alam di luar dunia,
bahkan meragukan eksistensinya sendiri. Pokoknya, meragukan segala-galanya.

Ini keruan saja membuat dia menghadapi masalah yang menghadang: apakah
mungkin mengatasi pemecahan atas keraguan yang begitu universal, dan apakah
mungkin menemukan pengetahuan yang bisa dipercaya mengenai segala-galanya?
Tetapi, lewat alasan-alasan metafisika yang cerdik, dia mampu memuaskan dirinya
sendiri bahwa dia sebenarnya "ada" ("Saya berpikir, karena itu saya ada"), dan Tuhan
itu ada serta alam di luar dunia pun ada. Ini merupakan langkah pertama dari teori
Descartes.

Makna penting teori Descartes punya nilai ganda. Pertama, dia meletakkan pusat
sistem filosofinya persoalan epistomologis yang fundamental, "Apakah asal-
muasalnya pengetahuan manusia itu?" para filosof terdahulu sudah mencoba
melukiskan gambaran dunia. Descartes mengajar kita bahwa pertanyaan macam itu
tidak bisa memberi jawab yang memuaskan kecuali bila dikaitkan dengan pertanyaan
"Bagaimana saya tahu?"

Kedua, Descartes menganjurkan kita harus berangkat bukan dengan kepercayaan,


melainkan dengan keraguan. (Ini merupakan kebalikan sepenuhnya dari sikap St.
Augustine, dan umumnya teolog abad tengah bahwa kepercayaan harus
didahulukan). Memang benar Descartes kemudian meneruskan dan sampai pada
kesimpulan teologis yang ortodoks, tetapi para pembacanya lebih tertarik dan
menaruh perhatian lebih besar kepada metode yang dikembangkannya ketimbang
kongklusi yang ditariknya. (Ketakutan gereja bahwa tulisan-tulisan Descartes akhirnya
akan menjadi bahaya, jelas sekali).

Dalam filosofinya, Descartes menekankan beda nyata antara pikiran dan obyek
material, dan dalam hubungan ini dia membela dualisme. Perbedaan ini telah dibuat
sebelumnya, tetapi tulisan-tulisan Descartes menggalakkan perbincangan filosofis
tentang masalah itu. Permasalahan yang dikemukakannya menarik para filosof sejak
itu dan tetap tak terpecahkan.

Pengaruh besar lain dari konsepsi Descartes adalah tentang fisik alam semesta. Dia
yakin, seluruh alam --kecuali Tuhan dan jiwa manusia-- bekerja secara mekanis, dan
karena itu semua peristiwa alami dapat dijelaskan secara dan dari sebab-musabab
mekanis. Atas dasar ini dia menolak anggapan-anggapan astrologi, magis dan lain-
lain ketahayulan. Berarti, dia pun menolak semua penjelasan kejadian secara
teleologis. (Yakni, dia mencari sebab-sebab mekanis secara langsung dan menolak
anggapan bahwa kejadian itu terjadi untuk sesuatu tujuan final yang jauh). Dari
pandangan Descartes semua makhluk pada hakekatnya merupakan mesin yang
ruwet, dan tubuh manusia pun tunduk pada hukum mekanis yang biasa. Pendapat ini
sejak saat itu menjadi salah satu ide fundamental fisiologi modern.

Descartes menggandrungi penyelidikan ilmiah dan dia percaya bahwa penggunaan


praktisnya dapat bermanfaat bagi masyarakat. Dia pikir, para ilmuwan harus
menjauhi pendapat-pendapat yang semu dan harus berusaha menjabarkan dunia
secara matematis. Semua ini kedengarannya modern. Tetapi, Descartes, melalui
pengamatannya sendiri tak pernah bersungguh-sungguh menekankan arti penting
ruwetnya percobaan-percobaan metode ilmiah.

Filosof Inggris yang masyhur, Francis Bacon, telah menyatakan perlunya penyelidikan
ilmiah dan keuntungan yang bisa diharapkan dari sana beberapa tahun sebelum
Descartes. Dan argumen yang terkenal Descartes yang berbunyi "saya berfikir, karena
itu saya ada," bukanlah pendapatnya yang orisinal. Itu sudah pernah dikemukakan
lebih dari 1200 tahun sebelumnya (walau dalam kalimat yang berbeda tentu saja)
oleh St. Augustine. Hal serupa juga mengenai "pembuktian" Descartes tentang
adanya Tuhan hanyalah variasi dari pendapat ontologis yang pertama kali diucapkan
oleh St. Anselm (1033-1109).

Di tahun 1641 Descartes menerbitkan bukunya yang masyhur Meditations. Dan


bukunya Principles of philosophy muncul tahun 1644. Ke dua buku itu aslinya ditulis
dalam bahasa Latin dan terjemahan Perancisnya terbit tahun 1647.

Meskipun Descartes seorang penulis yang lincah dengan gaya prosanya yang manis,
nada tulisannya terasa kuno. Betul-betul dia tampak (mungkin akibat pendekatannya
yang rasional, dia seperti cendikiawan abad tengah. Sebaliknya Francis Bacon, walau
dilahirkan tiga puluh lima tahun sebelum Descartes, nada tulisannya modern).

Tergambar jelas dalam tulisan-tulisannya, Descartes seorang yang teguh


kepercayaannya tentang adanya Tuhan. Dia menganggap dirinya seorang Katolik yang
patuh; tetapi gereja Katolik tidak menyukai pandangan-pandangannya, dan hasil
karyanya digolongkan ke dalam "index" buku-buku yang terlarang dibaca. Bahkan di
kalangan Protestan Negeri Belanda (waktu itu mungkin negeri yang paling toleran di
Eropa), Descartes dituduh seorang atheist dan menghadapi kesulitan dengan
penguasa.

Tahun 1649 Descartes menerima tawaran bantuan keuangan yang lumayan dari Ratu
Christina, Swedia, agar datang ke negerinya dan menjadi guru pribadinya. Descartes
amat kecewa ketika dia tahu sang Ratu ingin diajar pada jam lima pagi! Dia khawatir
udara pagi yang dingin bisa membikinnya mati. Dan ternyata betul: dia kena
pneumonia, meninggal bulan Februari 1650, cuma empat bulan sesudah sampai di
Swedia.

Descartes tak pernah kawin, tetapi punya seorang anak perempuan yang sayang mati
muda.

Filosofi Descartes dikritik pedas oleh banyak filosof sejamannya, sebagian karena
mereka anggap filosofi itu menggunakan alasan yang berputar-putar. Sebagian lagi
menunjukkan kekurangan-kekurangan dalam sistemnya. Dan sedikit sekali orang saat
ini yang membelanya dengan sepenuh hati. Tetapi, arti penting seorang filosof
tidaklah terletak pada kebenaran sistemnya; melainkan pada apakah penting
tidaknya ide-idenya, atau apakah ide-idenya ditiru orang dan berpengaruh luas. Dari
ukuran ini, sedikitlah keraguan bahwa Descartes memang seorang tokoh yang
penting.

Sedikitnya ada lima ide Descartes yang punya pengaruh penting terhadap jalan
pikiran Eropa: (a) pandangan mekanisnya mengenai alam semesta; (b) sikapnya yang
positif terhadap penjajagan ilmiah; (c) tekanan yang, diletakkannya pada penggunaan
matematika dalam ilmu pengetahuan; (d) pembelaannya terhadap dasar awal sikap
skeptis; dan (e) penitikpusatan perhatian terhadap epistemologi.

Menyimpulkan arti penting keseluruhan Descartes, saya juga mempertimbangkan


penemuan ilmiahnya yang mengesankan, khusus penemuannya tentang geometri
analitis. Faktor inilah yang saya jadikan alasan menempatkan Descartes dalam urutan
agak lebih tinggi daripada filosof-filosof kenamaan seperti Voltaire, Rousseau, dan
Francis Bacon.

Anda mungkin juga menyukai