Oleh :
1.3 Tujuan
Tujuan percobaan kali ini adalah mempelajari sifat larutan biner dengan
membuat diagram temperatur versus komposisi dan menentukan indeks biasnya.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Etanol 99,8%
- diencerkan dengan konsentrasi 10, 15, 20, 25, 30% masing-
masing dalam 25 mL.
- dimasukkan ke dalam labu leher tiga
- dilakukan distilasi
- diukur titik didih pada tetesan pertama
- dihentikan destilat ketika mencapai 10 tetesan
- ditambahkan akuades 12,5 ml pada distilat
- diambil residu 1 ml kemudian diencerkan menjadi 25 mL
- diukur kadar alkoholnya pada software logger lite
- dilakukan triplo untuk pengukuran
- dibuat grafik komposisi vs temperatur
Hasil
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
No Konsentrasi TD (0C) X (%)
(%) Distilat Residu
1 10 93 0,746 0,017
2 15 88,5 5,413 0,057
3 20 86 2,585 0,146
4 25 87 1,811 0,094
5 30 84 1,624 0,167
4.2 Pembahasan
Percobaan kali ini adalah kesetimbangan uap-cair pada sistem biner yang
bertujuan untuk mengetahui sifat larutan biner dengan membuat diagram
temperatur versus komposisi dan juga menentukan indeks biasnya. Sistem biner
merupakan sebuah larutan yang terdiri dari dua komponen yaitu pelarut dan zat
terlarut. Pelarut dan zat terlarut ini dapat membentuk kesetimbangan di dalam
reaksinya bergantung dengan komponen di dalamnya. Komponen zat yang
terdapat dalam larutan biner memiliki sifat-sifat yang berbeda-beda, salah satunya
adalah titik didih. Percobaan ini menggunakan metide distilasi yang berdasarkan
pada titik didih suatu senyawa.
Larutan biner yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu etanol 99,8%
dan akuades. Larutan diencerkan dengan aquades dengan variasi konsentrasi 10%,
15%, 20%, 25%, 30%. Variasi konsentrasi dibuat agar dapat mengetahui
bagaimana pengaruh pada konsentrasi larutan yang berbeda. Konsentrasi bisa
didapatkan dengan menggunakan metode pengenceran. Pengenceran dilakukan
untuk menurunkan konsentrasi (kadar) larutan.
Larutan etanol dijadikan sebagai zat terlarut jarena memiliki titik didih
yang lebih rendah dibandingkan dengan akuades, sehingga akuades dijadikan
sebagai pelarutnya. Etanol yang memiliki tiitk didih lebih rendah dibandingkan air
akan menguap terlebih dahulu dan membentuk kesetimbangan uap-cair. Larutan-
larutan tersebut akan berinteraksi dan membentuk ikatan hydrogen. Hal ini
mengakibatkan kedua larutan etanol dan akuades saling melarutkan karena sama-
sama memiliki sifat polar sehingga akan membentuk sistem yang homogen.
Kepolaran suatu senyawa dapat dilihat berdasarkan struktur senyawanya. Atom O
dan H pada senyawa etanol dan akuades memiliki perbedaan keelektronegatifan
sehingga momen dipolnya tidak sama dengan nol (polar). Ikatan antara atom
oksigen dan hidrogen dalam suatu senyawa akan membentuk ikatan hidrogen.
Larutan antara etanol dan akuades bersifat homogen sehingga tidak mempunyai
nilai entalpi pencampuran (βH=0), dan tidak terdapat nilai volume pencampuran
(βV=0) serta tekanan uap larutan yang dimiliki akan sebanding dengan fraksi mol
larutan.
Perlakuan selanjutnya adalah larutan etanol yang telah diencerkan pada
konsentrasi tertentu kemudian dilakukan proses destilasi untuk memisahkan
senyawa etanol dengan akuades berdasarkan perbedaan titik didihnya. Etanol
yang memiliki titik didih rendah akan menguap terlebih dahulu. Uap yang
dihasilkan akan memasuki kondensor yang berfungsi sebagai pendingin uap,
sehingga akan mengubah uap dari komponen yang lebih volatil menjadi menjadi
wujud cair kembali. Uap yang telah cair lalu akan menuju dan tertampung pada
labu destilat atau erlenmeyer. Proses detilasi ini dilakukan dengan mengamati
suhu ketika cairan yang telah melalui proses destilasi menetes ke dalam
erlenmeyer sebanyak satu tetes. Suhu tersebut merupakan titik didih komponen
volatil. Tetesan yang dihasilkan ini merupakan etanol. Hal ini disebabkan karena
etanol lebih dulu menguap dibanding dengan akuades. Ikatan antara etanol dan
akuades saat distilasi akan terputus sehingga etanol dalam campuran akan
menguap. Komposisi etanol dalam campuran semakin banyak, maka akan
semakin mudah poduk etanol murni untuk dihasilkan.
Titik didih yang diperoleh bergantung pada konsentrasi larutan yang
digunakan. Konsentrasi etanol yang semakin tinggi akan mengakibatkan titik
didih yang dihasilkan akan semakin kecil sehingga nilai persentasi etanol dalam
distilat akan semakin besar. Hal ini dikarenakan adanya pengaruh dari jumlah
partikel etanol dalam larutan yang semakin banyak, sehingga larutan akan
mendidih lebih cepat (titik didih kecil). Penurunan titik didih dari larutan biner
disebabkan karena adanya jumlah etanol yang lebih banyak teruapkan sebagai uap
dibandingkan jumlah mol etanol dalam sistem larutan.
Titik didih yang dihasilkan yaitu pada konsentrasi etanol berturut-turut
variasi konsentrasi 10 %,15%, 20%, 25% 30% yaitu 93 oC, 88,5 oC, 86 oC, 87 oC,
dan 84 oC. Hasil titik didih sesuai percobaan dapat disimpulkan bahwa pada
konsentrasi etanol 25% tidak sesuai dengan teori. Teori menyatakan bahwa
komposisi yang semakin besar akan mengakibatkan titik didih akan semakin
kecil. Proses destilasi dapat dihentikan ketika telah didapatkan 10 tetes dari
destilat yang kemudian diukur kadarnya menggunakan sensor alkohol yang telah
dihubungkan pada komputer (software logger lite) dengan erlenmeyer yang telah
berisi destilat. Residu pada proses destilasi juga diukur kadarnya menggunakan
sensor alkohol seperti perlakuan pada pengukuran kadar etanol dari destilat.
Residu yang dihasilkan untuk diukur kadar etanol nya sebelumnya diencerkan
menggunakan akuades. Hal ini bertujuan agar tidak terlalu pekat pada saat diukur
kadarnya menggunakan sensor alkohol.
Prinsip kerja alat sensor alkohol yaitu dengan cara menghisap zat etanol
yang volatil atau mudah menguap serta zat lain yang juga menguap sehingga uap
tersebut akan mengakibatkan hambatan sensor turun serta membuat tegangan
beban naik. Sensor ini digunakan dengan cara mencelupkan alat sensor ke larutan
yang akan diuji, tetapi jangan sampai menyentuh larutan karena akan
mempengaruhi sensor sehingga data yang dihasilkan akan tidak sesuai. Sensor
alkohol dihentikan ketika persen kadar alkohol yang ditampilkan pada laptop telah
mencapai konstan. Sensor alkohol dilakukan pada masing-masing larutan pada
variasi konsentrasi. Hasil uji kadar etanol yang didapatkan, dibuat grafik
temperatur versus kompisisi yang dapat dilihat sebagai berikut:
Kurva Kesetimbangan Uap-Cair etanol dan Air
94.0
93.0 y = -128,11x + 92,115
92.0 RΒ² = 0,1651
91.0 y = 47,326x + 79,42
Titik Didih (oC)
90.0 RΒ² = 0,841
89.0 Destilat
88.0 Residu
87.0
Linear (Destilat)
86.0
85.0 Linear (Residu)
84.0
83.0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5 6
Konsentrasi Etanol (%)
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan dari percobaan ini adalah campuran etanol-
air merupakan campuran biner yang akan membentuk kesetimbangan uap cair.
Sifat larutan biner berhubungan dengan titik didih maupun persentase kadar atau
komposisi etanolnya. Kadar etanol yang semakin besar diakibatkan karena
konsentrasi larutan yang semakin besar dengan titik didih yang semakin rendah
sedangkan pada residu nilai kadar alkohol yang dihasilkan mengalami penurunan
maka kadar alkohol dalam residu yang didapatkan sangat sedikit.
5.2 Saran
Saran untuk praktikum selanjutnya adalah pengenceran harus dilakukan
dengan berhati-hati agar tidak melewati batas yang tertera pada labu ukur. Karet
pada sensor alkohol sebaiknya tidak berlubang dan sebaiknya disesuaikan dengan
ukuran mulut erlenmeyer agar etanol yang telah dihasilkan tidak menguap. Sensor
alkohol jangan sampai mengenai dasar erlenmeyer agar tidak merusak sensor dan
data yang didapatkan sesuai dengan literatur.
DAFTAR PUSTAKA
1. Pengenceran
1. Pembuatan Etanol 10% dari etanol 99,8%
π1 π₯π1 = π2 π₯π2
25 ππΏ π₯ 10% = 99,8% π₯ π2
π2 = 2,50 ππΏ
2. Pembuatan Etanol 15% dari etanol 99,8 %
π1 π₯π1 = π2 π₯π2
25 ππΏ π₯ 15% = 99,8% π₯ π2
π2 = 3,75 ππΏ
3. Pembuatan Etanol 20% dari etanol 99,8%
π1 π₯π1 = π2 π₯π2
25 ππΏ π₯ 20% = 99,8% π₯ π2
π2 = 5,01 ππΏ
4. Pembuatan Etanol 25% dari etanol 99,8%
π1 π₯π1 = π2 π₯π2
25 ππΏ π₯ 25% = 99,8% π₯ π2
π2 = 6,26 ππΏ
5. Pembuatan Etanol 30% dari etanol 99,8%
π1 π₯π1 = π2 π₯π2
25 ππΏ π₯ 30% = 99,8% π₯ π2
π2 = 7,51 ππΏ
2. Perhitungan Kesetimbangan Uap Cair
90.0 RΒ² = 0,841
89.0 Destilat
88.0 Residu
87.0
Linear (Destilat)
86.0
85.0 Linear (Residu)
84.0
83.0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5 6
Konsentrasi Etanol (%)
1. Konsentrasi 10 %
1,053+1,088+0,0985
a. Destilat = = 0,746
3
0,017+0,017+0,017
b. Residu = = 0,017
3
2. Konsentrasi 15 %
5,528+5,412+5,301
a. Destilat= = 5,413
3
0,057+ 0,058+0,058
b. Residu= = 0,057
3
3. Konsentrasi 20 %
2,735+2,536+2,483
a. Destilat= = 2,585
3
0,165+0,143+0,132
b. Residu = = 0,146
3
4. Konsentrasi 25 %
1,846+1,768+1,819
a. Destilat = = 1,811
3
0,088+0,094+0,099
b. Residu = = 0,094
3
5. Konsentrasi 30 %
1,687+1,604+1,582
a. Destilat = = 1,624
3
0,160+0,169+0,174
b. Residu = = 0,167
3