Anda di halaman 1dari 9

GAMBARAN MANAJEMEN PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 PADA PASIEN RAWAT

JALAN POLI PENYAKIT DALAM DI RSU GANESHA

Description Of Manajement Of The Type 2 Diabetes Mellitus Patients In Polyclinic


Outpatient Patients In Rsu Ganesha.

I Made Tama Yasa 1, Ns Ni Wayan Trisnadewi,S.Kep.,M.Kes 2.


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Wira Medika PPNI Bali
Telp. (0361) 427699, 425799

ABSTRAK
Latar Belakang : Diabetes Melitus tipe 2 adalah penyakit kronis dimana tubuh tidak mampu menggunakan
insulin dengan efektif. Diabetes melitus tipe 2 dikenal dengan diabetes yang terjadi pada onset dewasa.
Umumnya terjadi pada pasien usia > 45 tahun. Hal ini berkaitan dengan proses penuaan, obesitas, paparan
polusi jangka panjang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran manajemen pasien
diabetes mellitus tipe 2 pada pasien rawat jalan di poli penyakit dalam RSU Ganesha Metode : Desain
penelitian ini adalah merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional study. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh pasien diabetes mellitus tipe 2 yang berkunjung di RSU Ganesha. Sampel pada
penelitian ini berjumlah 57 orang yamg merupakan pasien di poli klinik penyakit dalam RSU Ganesha yang
terdiagnosa diabetes mellitus tipe 2. Cara pemilihan sample pada penelitian ini menggunakan non probability
samping dengan teknik Total Sampling. Hasil : Hasil penelitian menunjukkan dari 57 responden memiliki
manajemen baik 8 responden (14%), cukup 43 responden (75%) dan kurang 6 responden (11%). Saran :
Disarankan petugas kesehatan agar memberikan penyuluhan kesehatan secara intensif dan penderita Diabetes
dapat menambah informasi dari media massa mengenai penanganan penyakit Diabetes Melitus tipe 2.

Kata Kunci : Manajemen; DM tipe 2; Penanganan

ABSTRACT
Background: Type 2 diabetes mellitus is a chronic disease in which the body is unable to use insulin effectively.
Diabetes mellitus type 2 is known as diabetes that occurs in adult onset. It generally occurs in patients> 45 years
of age. This is related to the aging process, obesity, long-term pollution exposure. The purpose of this study is to
know the description of the management of patients with type 2 diabetes mellitus in outpatients in poly disease
in Ganesha General Hospital. Method: The design of this study is a descriptive study with cross sectional study
approach. The population in this study were all patients with type 2 diabetes mellitus who visited in RSU
Ganesha. The sample in this study amounted to 57 people yamg is a patient in the clinic clinic in Ganesha
Hospital that diagnosed diabetes mellitus type 2. How to select the sample in this study using non probability
side by total sampling technique. Results: The results showed that 57 respondents had good management of 8
respondents (14%), 43 respondents (75%) and 6 respondents (11%). Suggestion: Suggested health officer to
give intensive health counseling and Diabetes patient can add information from mass media about handling of
Diabetes Mellitus type 2 disease.

Keywords: Management; DM type 2; Treatment handling.

Alamat :
Email :

1
2

PENDAHULUAN mempengaruhi gaya 2 hidup dan cenderung ke arah


yang kurang baik. Sehingga akan timbul permasalahan
Derajat kesehatan masyarakat di Indonesia terutama di bidang kesehatan. Salah satu penyakit yang
semakin rendah. Ketika penyakit menular belum dapat disebabkan karena gaya hidup yang kurang baik adalah
diatasi sepenuhnya, kini semakin banyak muncul DM. Tahun 2013 tercatat penderita DM di Provinsi Bali
penyakit tidak menular yang menyebabkan kematian sebanyak 5.064 orang dan jumlah ini menempati urutan
terbesar di Indonesia. Diantaranya penyakit jantung, kedua terbanyak pada kelompok penyakit yang tidak
hipertensi, dan Diabetes Melitus. Diabetes Melitus menular. Tahun 2014 pasien dengan DM masih
merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menempati urutan kedua yaitu untuk rawat jalan
masih menjadi ancaman di masyarakat. Pengetahuan sebanyak 4.023 pasien sedangkan untuk rawat inapnya
yang dimiliki oleh masyarakat sebatas pada Diabetes sebanyak 2.319 pasien dan meninggal karena DM
dikarenakan terlalu banyaknya gula yang dihasilkan sebanyak 66 orang. Dari Sembilan kabupaten/kota di
dalam darah, sedangkan pengobatannya dengan Bali, kasus yang menonjol terjadi di Kabupaten Badung,
menggunakan tablet atau suatu zat yaitu insulin yang Kabupaten Gianyar,dan Kota Denpasar (Antara, 2015).
harus disuntikkan dengan teratur. Dari pengetahuan Pada diabetes tipe 1, tubuh kehilangan
tersebut, muncullah pandangan bahwa Diabetes adalah kemampuan untuk memproduksi insulin sehingga insulin
penyakit seumur hidup yang harus menjalankan eksogenus harus diberikan dalam jumlah tak terbatas.
pengobatan sepanjang sisa hidupnya. Selain harus DM tipe 2 dikatagorikan dalam DM yang tidak tergantung
menjalankan pengobatan seumur hidup, orang yang dengan insulin. Namun, pada penelitian Novonordisk
telah menderita Diabetes (Diabetesi) juga akan dihantui (2011) telah dibuktikan bahwa insulin masih tetap
berbagai komplikasi. Salah satunya menyebabkan perlu diberikan pada pasien DM tipe II, karena Obat
penyakit ginjal yang parah. Bahkan, dapat berujung pada Hiperglikemik Oral (OHO) terbukti tidak bisa
kematian. mengendalikan glukosa darah malah memperberat
Menurut laporan WHO yang dikutip oleh kerja ginjal (Pranoto, 2012). Oleh karena itulah injeksi
Perkeni, WHO memprediksi kenaikan jumlah insulin tetap dapat diberikan kepada penderita DM
penyandang DM di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun tipe II yang kehilangan berat badan secara drastis,
2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. yang tidak berhasil dengan penggunaan obat-obatan
Sedangkan International Diabetes Federation (IDF) anti DM dengan dosis maksimal atau mengalami
memprediksi adanya kenaikan jumlah penyandang DM kontra indikasi dengan obatobatan disamping
di Indonesia dari 9,1 juta pada tahun 2014 menjadi 14,1 mempertahankan fungsi ginjal (Smeltzer & Bare, 2011).
juta pada tahun 2035. Laporan ini menunjukkan adanya Insulin masih diberikan pada DM tipe II karena masih
peningkatan jumlah penyandang DM sebanyak 2-3 kali terbukti sangat efektif untuk menurunkan kadar
lipat pada tahun 2035. Hemoglobin Glikosilat (HbA1C) sebesar lebih dari 1%
Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT, dan memperbaiki fungsi sel beta pankreas serta
2014) menemukan prevalensi Diabetes Melitus di mengurangi remisi glikemik dengan pemberian lebih
kalangan penduduk Jawa dan Bali berusia 24-64 tahun dini.
mencapai 7,5 persen. Dipertengas oleh survei Tingginya prevalensi diabetes melitus yang
departemen kesehatan (2014) terdapat 7,5 persen sebagian besar tergolong dalam diabetes melitus tipe 2
penduduk Jawa dan Bali menderita Diabetes Melitus disebabkan oleh interaksi antara faktor-faktor kerentanan
yang menjalani rawat inap dan rawat jalan menduduki genetis dan paparan terhadap lingkungan. Kondisi
urutan pertama di rumah sakit dari keseluruhan pasien obesitas tersebut akan memicu timbulnya diabetes
penyakit dalam. melitus tipe 2. Pada orang dewasa, obesitas akan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh memiliki risiko timbulnya diabetes melitus tipe 2 empat
Hardjoeno (2016) tentang orang usia lanjut usia dan kali lebih besar dibandingkan orang dengan status gizi
Diabetes Melitus di Makasar-Indonesia didapatkan normal. Selain pola makan yang tidak seimbang dan gizi
bahwa penyaringan (skrining) dilakukan pada 1080 lebih, aktivitas fisik juga merupakan faktor risiko mayor
orang lanjut usia umur 50 tahun atau lebih di Makassar dalam memicu terjadinya diabetes melitus. Latihan fisik
yang diduga Diabetes Melitus, kemudian dinilai menurut yang teratur dapat meningkatkan kualitas pembuluh
klasifikasi WHO, 2000. Dari 1080 pasien, yang darah dan memperbaiki semua aspek metabolik,
terdiagnosa Diabetes Melitus sebanyak 560 (51,85%) termasuk meningkatkan kepekaan insulin serta
laki-laki dan 520 (48,15%) perempuan. Hasil memperbaiki toleransi glukosa, suyono (2016).
pemeriksaan glukosa plasma puasa >126 mg/dL
sejumlah 420 orang (38,89%), glukosa dua jam sesudah Ketidakpatuhan akan pemberian inisiasi insulin
beban > 200 mg/dL sebanyak 425 orang (39,35%), dan akan menimbulkan komplikasi DM baik bersifat
517 orang (47,87%) dengan glukosa plasma puasa >126 makrovaskuler maupun mikrovaskuler. Komplikasi
mg/dL serta beban >200 mg/dL. makrovaskuler adalah terjadinya penyumbatan pada
Bali merupakan salah satu tujuan wisata dunia pembuluh darah besar seperti di jantung dan diotak
sehingga perekonomian masyarakat bali berkembang yang sering mengakibatkan kematian serta
dengan pesat terutama di daerah-daerah yang memiliki penyumbatan pembuluh darah besar diekstremitas
objek wisata. Peningkatan perekonomian akan bawah yang mengakibatkan ganggren dikaki sehingga
3

banyak penderita DM yang kehilangan kaki karena terhadap kadar gula darah, mencegah luka dan
harus diamputasi. Sedangkan komplikasi mikrovaskuler pencegahan terhadap resiko komplikasi.
adalah terjadinya penyumbatan pada pembuluh darah Dari hal tersebut, penulis tertarik untuk
kecil seperti di ginjal yang dapat menyebabkan melakukan penelitian mengenai “gambaran manajemen
penderita mengalami gangguan ginjal dan di mata dapat pasien diabetes melitus tipe 2 pada pasien rawat jalan
mengakibatkan penderita mengalami gangguan poli penyakit dalam di RSU Ganesha”
penglihatan bahkan kebutaan (Tandra, 2017).
Diabetes melitus membutuhkan beberapa
strategi yang efisien dan efektif dalam BAHAN DAN METODE
menyelenggarakan upaya pencegahan. Terdapat 2 Desain penelitian ini adalah merupakan
macam strategi unik untuk dijalankan. Pertama, penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional
pendekatan masyarakat yang bertujuan untuk mencegah study. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
diabetes juga mencegah penyakit lain, yaitu dengan cara pasien diabetes mellitus tipe 2 yang berkunjung di RSU
mengubah pola perilaku masyarakat. Kedua, pendekatan Ganesha. Sampel pada penelitian ini berjumlah 57 orang
individu yang beresiko tinggi bertujuan untuk mencegah yamg merupakan pasien di poli klinik penyakit dalam
terjadinya diabetes pada individu tertentu suatu saat RSU Ganesha yang terdiagnosa diabetes mellitus tipe 2.
kelak. Aspek yang paling penting dari pengelolaan Cara pemilihan sample pada penelitian ini menggunakan
diabetes melitus adalah edukasi, latihan jasmani, diet, non probability samping dengan teknik Total Sampling.
dan terapi obat-obatan. Pengelolaan diabetes melitus Variabel pada penelitian ini adalah gambaran
tersebut dikenal dengan empat pilar penanganan manajemen berdasarkan empat pilar penyakit diabetes
diabetes melitus (Suyono, 20016). melitus
Hal tersebut disebabkan karena kurangnya Prosedur pengambilan dan pengumpulan data
pengetahuan, sikap maupun perilaku dari masyarakat yang dilakukan dalam penelitian meliputi beberapa
yang tidak menjalani pola hidup sehat. Perkumpulan langkah. Peneliti mengajukan permohonan ijin di Stikes
Endokrinologi Indonesia (PERKENI) menyarankan agar Wira Medika PPNI Bali, kemudian peneliti melakukan
penderita Diabetes Melitus menjalankan hidup sehat permohonan ijin penelitian kepada Direktur Utama RSU
dengan diet yang benar-benar dipatuhi, pemantauan Ganesha. Setelah mendapatkan ijin, peneliti melakukan
kadar gula darah, olahraga dengan teratur, tidak pemilihan sampel yang sesuai dengan kriteria inklusi dan
merokok dan bila diperlukan konsumsi obat yang sesuai. eksklusi kemudian memberikan lembar persetujuan
Keberhasilan dari pencegahan, pengobatan maupun untuk dijadikan responden, pada saat melakukan
pengendalian penyakit Diabetes Melitus, sangat banyak pengambilan data peneliti dibantu oleh enumerator yaitu
tergantung pada manajemen diabetes melitus, edukasi, 2 orang perawat yang sudah diberikan edukasi tentang
diet, aktivitas fisik dan obat. proses penelitian dan terakhir melakukan pengumpulan
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di poli data untuk ditabulasikan dan dianalisis.
penyakit dalam Rumah Sakit suwasta di wilayah Gianyar. Pengamblan data dilakukan di RSU Ganseha.
Rumah Sakit Ari Canti, Rumah Sakit Umum Ganesha, Penelitian dilakukan selama 3 minggu dilaksanakan
dan Rumah Sakit Primagana didapatkan data tiga bulan pada tanggal 7 Mei 2018 sampai dengan 31 Mei 2018.
terhakhir dari bulan Jauari 2018 - Maret 2018 jumlah Data yang diambil adalah data primer dengan
penderita DM tipe II yang kontrol ke poli penyakit dalam menggunakan alat bantu kuesioner. Kuesioner yang
Rumah Sakit Ari Canti sebanyak sebanyak 147 orang, digunakan merupakan instrument baku untuk
Rumah Sakit Umum Ganesha sebanyak 168 orang dan mengetahui tentang self care pasien diabetes mellitus
di Rumah Sakit Primagana sebanyak 139 orang. Maka tipe 2 yang dimiliki oleh Toobert et al (2000). Pada
kunjungan pasien terbanyak adalah Rumah Sakit Umum penelitian ini analisa yang dilakukan menggunakan alat
Ganesha sebanyak 168 orang, Jadi, rata-rata pasien bantu computer dan dianalisa secara deskriptif dengan
perbulannya yang rawat jalan yaitu 56 orang. program SPSS.
Kualitas hidup pada pasien diabetes melitus
tipe 2 diketahui rendah dan pasien sering merasa cemas HASIL PENELITIAN
karena kadar gula darah yang sulit untuk dikontrol, tidak Tabel 1. Hasil Pengamatan Terhadap
bisa mengikuti diet, luka yang tak kunjung sembuh dan Manajemen Diabetes Melitus Tipe
bingung terhadap pengobatannya. Hal ini menunjukan 2 Berdasarkan Variabel Penelitian
bahwa manajemen pasien diabetes melitus belum
mampu dilakukan secara seimbang yang dikarenakan Tingkat
beberapa faktor, misalnya kurangnya Pengetahuan Frekuensi Persentase
pengetahuan/edukasi, masalah sosial ekonomi, Penderita Diabetes
ketidakmampuan dalam mengikuti diet dan pengobatan, Baik 12 21%
serta kurangnya minat untuk melakukan latihan fisik Cukup 24 42%
seperti senam kaki diabetik. Ketika seseorang mampu Kurang 21 37%
melakukan manajemen pasien diabetes melitus, hal Total 57 100%
tersebut akan memberikan dampak positif pada kualitas Perencanan Diet
hidup pasien diabetes karena meliputi tindakan kontrol Frekuensi Persentase
Penderita Diabetes
4

Baik 20 35% 31-40 1 2% 14 25% 2 4%


Cukup 26 46% 41-50 2 4% 20 35% 5 9%
51-60 1 2% 9 16% 1 2%
Kurang 11 19% 61-70 0 0% 2 4% 0 0%
Total 57 100% Obat
Perencanan Diet jenis kelamin baik cukup Kurang
Frekuensi Persentase laki - laki 7 12% 35 61% 1 2%
Penderita Diabetes
perempuan 1 2% 11 19% 2 4%
Baik 20 35%
Umur
Cukup 26 46% 31-40 1 2% 15 26% 1 2%
Kurang 11 19% 41-50 3 5% 21 37% 3 5%
Total 57 100% 51-60 3 5% 8 14% 0 0%
Aktufitas Fisik 61-70 0 0% 2 4% 0 0%
Frekuensi Persentase
Penderita Diabetes
Baik 4 7% Hasil yang didapatkan berdasarkan
Cukup 45 79% tabel 2. yaitu tingkat pengetahuan penderita
Kurang 8 14% Diabetes paling banyak pada laki-laki yang berusia
Total 57 100% 41-50 tahun, diet paling banyak di lakukan oleh laki-
Komsumsi Obat laki yang berusia 41-50, aktivitas fisik paling banyak
Frekuensi Persentase
Penderita Diabetes di lakukan oleh laki-laki yang berusia 41-50, Dan
Baik 7 12% yang menkomsumsi obat paling teratur adalah laki-
Cukup 46 81%
laki yang berusia 41-50 tahun. Jadi paling banyak
Kurang 4 7%
manajemen pasien diabetes melitus tipe 2 di
Total 57 100%
lakukan oleh responden berumur 41-50 tahun
Hasil yang didapatkan berdasarkan
tabel 1. yaitu penderita Diabetes memiliki tingkat
pengetahuan cukup paling banyak yaitu sebanyak 24 Tabel 3. Gambaran Manajemen Diabetes pada
responden (42%). Hasil yang didapatkan yaitu penderita Pasien Penyakit Diabetes Melitus Tipe
Diabetes memiliki perencanan diet cukup paling banyak 2 di RSU Ganesha Tahun 2018
yaitu sebanyak 26 responden (46%). Hasil yang
didapatkan yaitu penderita Diabetes melaksanakan Manajemen Penderita
Frekuensi Persentase
Diabetes
Aktifitas Fisik cukup paling banyak yaitu sebanyak
Baik 8 14%
ebanyak 45 responden (79%). Hasil yang didapatkan Cukup 43 75%
yaitu penderita Diabetes melaksanakan komsumsi obat Kurang 6 11%
cukup paling banyak yaitu sebanyak sebanyak 46 Total 57 100%
responden (81%).
Tabel 3. diatas memberikan informasi
Tabel 2. Hasil Cross Tabulasi Karakteristik tentang gambaran manajemen Diabetes dalam
Responden dengan Manajemen penanganan penyakit Diabetes Melitus di RSU
Diabetes Melitus Tipe 2 Ganesha. Hasil yang didapatkan adalah baik 8
Tingkat Pengetahuan responden (14%), cukup 43 responden (75%) dan
jenis kelamin baik cukup kurang kurang 6 responden (11%). Jadi, sebagian besar
laki - laki 5 9% 19 33% 17 30% penderita Diabetes memiliki sikap yang cukup.
perempuan 7 12% 5 9% 4 7%
Umur
31-40 2 4% 8 14% 7 12%
41-50 3 5% 13 23% 11 19% PEMBAHASAN
51-60 6 10% 3 5% 2 4% Tingkat pengetahuan
61-70 2 4% 0 0% 0 0%
Diet Berdasarkan tingkat pengetahuan
jenis kelamin baik cukup Kurang penderita Diabetes tipe 2 tentang penyakit Diabetes
laki - laki 12 21% 21 37% 3 5% Melitus di RSU Ganesha maka hasil yang
perempuan 8 14% 5 9% 8 14%
Umur didapatkan yaitu penderita Diabetes memiliki
31-40 6 10% 6 10% 5 9% pengetahuan baik sebanyak 12 responden (21%),
41-50 7 12% 14 25% 6 10% cukup sebanyak 24 responden (42%) dan 21
51-60 6 10% 5 9% 0 0%
61-70 1 2% 1 2% 0 0%
responden (37%). Jadi, sebagian besar dari
Aktifitas Fisik responden memiliki pengetahuan yang cukup. Hal
jenis kelamin baik cukup Kurang ini disebabkan karena penderita Diabetes sudah
laki - laki 3 5% 31 54% 1 2%
perempuan 1 2% 14 25% 7 12%
mendapatkan informasi tentang penyakit Diabetes
Umur Melitus. Informasi tersebut dapat diperoleh baik
5

melalui media massa (misalnya: TV, radio, majalah Prinsip pengaturan diit pada penderita
dan lain-lain) maupun penyuluhan yang dilakukan diabetes melitus hampir sama dengan anjuran
oleh petugas RSU Ganesha dan informasi dari makan untuk masyarakat umum, yaitu makanan
teman atau kerabat yang juga menderita penyakit yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan
Diabetes Melitus. kalori dan zat gizi masingmasing individu.
Pengetahuan penderita Diabetes Melitus Kebutuhan kalori biasanya dihitung berdasarkan
merupakan hasil ”tahu” dan ini terjadi setelah berat badan, jenis kelamin, umur, dan aktivitas fisik
seseorang melakukan penginderaan terhadap penderita diabetes melitus yang pada dasarnya
suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui ditujukan untuk mencapai atau mempertahankan
panca indera manusia yakni indera penglihatan, berat badan ideal. Jika modifikasi diet diaplikasikan
pendengaran, penciuman, raba dan rasa. Sebagian secara benar, dapat mengontrol glukosa darah
besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata pada penderita diabetes melitus tipe 2 (Perkeni,
dan telinga. (Notoatmojo, 2003) 2006). Pemberian edukasi diet pada penderita
Penelitian terkai tersebut dapat menunjang diabetes melitus tipe 2 merupakan salah satu
penelitan manajemen pasien diabetes mellitus yang tindakan preventif mandiri yang dilakukan oleh
menyebutkan bahwa ada beberapa faktor yang perawat untuk meningkatkan pemahaman dan
mempengaruhi pengetahuan antara lain: usia, pengetahuan penderita diabetes melitus, karena
pendidikan, lingkungan, pekerjaan dan intelegensia. peran perawat salah satunya adalah sebagai
Sebakin tua seseorang maka semain banyak educator yang memberikan pendidikan kesehatan
pengetahaun yang dia dapatkan, begitu juga kepada pasiennya (Potter & Perry, 2009).
dengan pengalaman Semakin lama pengalaman Berdasarkan penelitian yang dilakukan
maka semakin banyak pula pengetahuan yang olehrisha malayanita, 2011 yang berjudul self
dimiliki mengingat pengalaman merupakan salah efficacy pasien diabetes melitus dalam pengolaan
satu cara untuk memperoleh kebenaran dari makan di UPTD Puskesmas kecamatan
pengetahuan. sanawetankota blitar, hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa self efficacy pasien diabetes
Diet melitus dalam pengelolaan makan berdasarkan
Berdasarkan penelitian yang telah jumlah, jenis, dan jaduwal sebanyak 16,7% dalam
dilakukan, hasil yang didapatkan dari tabel 4.4 kategori baik, sebanyak 33,3% dalam kategori
menunjukan bahwa perencanaan diet pasien cukup dan sebanyak 50% dalam kategori kurang.
diabetes melitus tipe 2 di poli rawat jalan RSU Self efficacy pasien diabetes melitus
Ganesha baik sebanyak 20 responden (35%), dalam pengelolaan makan yang baik yaitu pasien
cukup 26 responden (46%) dan kurang 11 diabetes melitus mampu mengurangi asupan gula
responden (19%). Jadi, sebagian besar penderita yang dikomsumsi setiap harinya. Untuk kategori
Diabetes memiliki manajemen diabetes melitus tipe cukup yaitu pasien diabetes mampu memilih jenis
2 yang cukup makan yang boleh dan tidak boleh dikomsumsi
Penderita diabetes melitus yang seperti sayuran, ikan, dan buah, untuk hasil
mempunyai pengetahuan yang cukup tentang katagori kurang yaitu pasien diabetes melitus masih
diabetes, kemudian selanjutnya mengubah belum bisa mengendalikan jumlah makanan yang
perilakunya, akan dapat mengendalikan kondisi dia komsumsi, seperti makan nasi 1 porsi piring
penyakitnya sehingga dapat hidup lebih lama penuh ditambah mei intan goreng serta pengaturan
(Prihatin, 2008). Almaitser menjelaskan bahwa jaduwal makan yang sering diabeikan.
pengetahuan merupakan pencapaian pada status Penelitian terkai tersebut dapat menunjang
gizi yang baik dan sangat penting artinya bagi penelitan manajemen pasien diabetes mellitus.
kesehatan dan kesejahteraan bagi setiap orang. Perawat sebagai penyedia layanan kesehatan,
Setiap 112 individu memiliki pola makan yang sangat penting mengetahui tentang penyakit
mengandung zat gizi yang dapat digunakan oleh diabetes melitus dan pengaturan makan/diet yang
tubuh. Pengetahuan gizi dapat memegang peranan akan diajarkan kepada penderita diabetes melitus
penting terhadap tata cara penggunaan pangan dalam bentuk edukasi guna menentukan tujuan
dengan baik sehingga akan mencapai kebutuhan bersama pasien serta keluarga dalam memberikan
gizi yang seimbang. Tingkat pengetahuan gizi ini tindakan khusus untuk mengajarkan dan mengkaji
akan dapat menentukan perilaku seesorang untuk secara individu dalam mempertahankan atau
memperbaiki pola konsumsi makanan yang memulihkan kembali kondisi pasien secara optimal
umumnya dipandang lebih baik dan dapat diberikan serta mengevaluasi kesinambungan asuhan
sedini mungkin (Almatsier, 2004). keperawatan. Pasien laki – laki lebih baik pola
6

dietnya karena pola makan di atur oleh istri dan kesehatan mampu mengikuti perkembangan
semakin lama pasien itu menderita diabetes maka informasi kesehatan penderita Diabetes tersebut.
sebaikin baik pengaturan diet pasien. Penelitian terkait tersebut dapat
menunjang penelitian tentang manajemen penyakit
Aktifitas fisik Diabetes Melitus. Hal ini dikarenakan salah satu
Berdasarkan penelitian yang telah penanganan penyakit Diabetes Melitus adalah
dilakukan, hasil yang didapatkan dari tabel 4.5 dengan latihan jasmani. Latihan jasmani ini harus
menunjukan bahwa aktifitas fisik pasien diabetes dilakukan secara rutin yaitu 3-4 kali/minggu dengan
melitus tipe 2 di poli rawat jalan RSU Ganesha baik interval yang tetap. Hal ini lebih banyak bisa
sebanyak 4 responden (7%), cukup 45 responden dilakukan oleh laki-laki karena kegiatan atau
(79%) dan kurang 8 responden (14%). Jadi, pekerjan rumah laki-laki lebih sedikit. Tapi penderita
sebagian besar penderita Diabetes memiliki Diabetes juga harus mengetahui kadar glukosa
manajemen diabetes melitus tipe 2 yang cukup darahnya karena latihan jasmani yang terlalu berat
Pengetahuan atau kognitif merupakan akan menyebabkan penurunan kadar glukosa
domain yang sangat penting untuk terbentuknya darah yang sangat drastis dan dapat berakibat
tindakan seseorang seperti berpikir, mengetahui hipoglikemia sampai pingsan.
dan memecahkan masalah. Terbentuknya perilaku
baru dimulai dari pengetahuan terhadap stimulus Komsumsi Obat
berupa materi atau objek tentang penanganan Berdasarkan penelitian yang telah
penyakit Diabetes Melitus sehingga menimbulkan dilakukan, hasil yang didapatkan dari tabel 4.6
pengetahuan baru pada subjek tersebut. menunjukan bahwa komsumsi obat pasien diabetes
Selanjutnya menimbulkan respon yang lebih jauh melitus tipe 2 di poli rawat jalan RSU Ganesha baik
yaitu berupa tindakan apakah akan melaksanakan sebanyak 7 responden (12%), cukup 46 responden
dengan baik penanganan penyakit Diabetes Melitus (81%) dan kurang 4 responden (7%). Jadi,
atau tidak melaksanakannya (Notoatmodjo,2003). sebagian besar penderita Diabetes memiliki
Berdasarkan penelitian yang dilakukan manajemen diabetes melitus tipe 2 yang cukup
oleh Fitriyah Zulfa, 2000 yang berjudul ”Studi Munculnya gejala yang diakibatkan oleh
Pengetahuan dan Praktek Latihan Jasmani pada kadar gula yang tidak terkontrol ini dapat
Kadar Gula Darah Penderita Diabetes Melitus mengganggu aktivitas individu sehari-hari dan
Rawat Jalan Klinik Gizi RSUP DR KARIADI menurunkan fungsi individu secara keseluruhan
Semarang”, hasil penelitiannya menunjukkan baik fungsi fisik, psikologis dan sosial. individu
proporsi terbesar pengetahuan jasmani adalah 20 dengan diabetes akan merasa energinya berkurang
responden, praktek latihan jasmani sebanyak 22 sehingga mudah lelah dalam melakukan aktivitas
responden, jenis latihan jasmani lari dan jalan 18 sehari-hari, dan menyebabkan aktivitas fisik serta
responden, 9 responden berolah raga secara peran dan tanggungjawabnya menjadi berkurang
bersinambungan, frekuensi latihan 3-4 kali (Melina,2011)
seminggu sebanyak 19 orang, lama latihan 30-40 Aktivitas sehari-hari atau dalam literature
menit sebanyak 27 responden, 35 responden asing disebut Activity of Daily Living merupakan
latihan secara interval dan 22 responden latihan salah satu alat ukur untuk menilai kapasitas
secara progresif. fungsional seseorang yang sering kali
Kadar gula darah puasa sebagian besar mencerminkan kualitas hidup dan merupakan
responden adalah ≥140 mg/dL sebanyak 28 aktifitas pokok bagi perawatan diri. Aktifitas sehari-
responden yang kurang baik untuk melaksanakan hari ini terdiri atas 6 macam kegiatan, yaitu mandi,
latihan jasmani. Kesimpulan penelitian ini, berpakaian, ke toilet, berjalan atau pindah posisi,
pengetahuan dan praktek latihan jasmani penderita kontinensia, makan (Kasiani, dalam Arina, 2011)
Diabetes Melitus dinilai sedang, rata-rata belum Berdasarkan penelitian yang dilakukan
sesuai kriteria latihan jasmani yang dianjurkan. oleh kurniawan , (2008) yang berjudul hubungan
Kelemahan dari penelitian ini adalah tidak ada antara self efficacy dengan treatment adherence
riwayat penderita Diabetes Melitus sehingga tidak pada penderita diabetes R.S.I Siti Hajar Sidoarjo.
diketahui pengaruh latihan jasmani terhadap Pada saat pasien diabetes mengalami tingkat gula
penurunan kadar gula darah. Bagi peyuluh gizi darah yang tinggi (hyperglikemia), pasien akan
disarankan memberi penyuluhan secara intensif merasa sangat haus, sering buang air kecil, sakit
mengenai jadwal, syarat dan cara latihan jasmani kepala, mudah lelah dan mudah merasa
yang dianjurkan. Diharapkan bagi tenaga tersinggung. Sementara itu jika mengalami kadar
gula darah yang sangat rendah (hypoglikemia),
7

pasien akan mudah berkeringat, lapar, penglihatan makan, mencegah timbulnya luka dan mencegah
terganggu, merasa lemas, mengalami gangguan komplikasi.
kordinasi motorik, kebingungan mental dan merasa
cemas
Penyakit Diabetes Melitus secara SIMPULAN DAN SARAN
langsung maupun tidak langsung akan SIMPULAN
mempengaruhi kesehatan fisik pasien. Hal-hal Manajemen pasien diabetes melitus tipe 2
tersebut akan mempengaruhi kualitas hidup pasien, pada pasien rawat jalan poli penyakit dalam di RSU
bersosialisasi serta adanya dukungan dari keluarga Ganesha dari tingkat pengetahuan paling banyak
atau pun teman (Kurniawan, 2008). berada pada kategori manajemen tingkat
pengetahuan yang cukup.
Manajemen pasien diabetes melitus tipe 2 Manajemen pasien diabetes melitus tipe 2
Dalam penelitian ini juga menampilkan pada pasien rawat jalan poli penyakit dalam di RSU
Manajemen diabetes yang dikategorikan menjadi 3 Ganesha dari manajemen diet paling banyak
yaitu baik, sedang, dan kurang. Tujuannya untuk berada pada kategori manajemen diet yang cukup.
dapat membedakan seberapa banyak pasien yang Manajemen pasien diabetes melitus tipe 2
melakukan Manajemen diabetes dengan baik pada pasien rawat jalan poli penyakit dalam di RSU
dengan skor (94-140), sedang dengan skor (47-93), Ganesha dari manajemen aktifitas fisik paling
dan kurang dengan skor (0-46) dalam menjawab banyak berada pada kategori manajemen aktifitas
item-item dalam kuesioner tentang Manajemen fisik yang cukup.
diabetes. Manajemen pasien diabetes melitus tipe 2
Berdasarkan penelitian yang telah pada pasien rawat jalan poli penyakit dalam di RSU
dilakukan, hasil yang didapatkan dari tabel 4.5 Ganesha dari tingkat manajemen obat banyak
menunjukan bahwa manajemen pasien diabetes berada pada kategori manajemen obat yang cukup.
melitus tipe 2 di poli rawat jalan RSU Ganesha baik
sebanyak 8 responden (14%), cukup 43 responden SARAN
(75%) dan kurang 6 responden (11%). Jadi, Bagi Petugas poli klinik RSU Gaanesha,
sebagian besar penderita Diabetes memiliki disarankan agar lebih meningkatkan penyuluhan
manajemen diabetes melitus tipe 2 yang cukup kesehatan yang diberikan kepada penderita
Manajemen diabetes merupakan salah Diabetes tentang penanganan penyakit Diabetes
satu teori keperawatan yang dikembangkan oleh Melitus tipe 2 sesuai dengan tingkat pengetahuan
Dorothea E Orem. Pengertian manajemen diabetes penderita dan memperbanyak leaflet mengenai
menurut Orem ialah kegiatan yang dilakukan oleh manajemen diabetes mellitus.
pasien itu sendiri untuk memenuhi kebutuhan untuk Bagi Penderita Diabetes Melitus,
mempertahankan kehidupan, kesehatan dan disarankan pada penderita Diabetes Melitus agar
kesejahteraannya sesuai keadaan, baik sehat dapat menambah informasi tentang penyebab, diet,
maupun sakit. Perawat mengupayakan agar pasien pengobatan dan komplikasi dari penyakit Diabetes
mampu mandiri dalam memenuhi kebutuhan Melitus melalui media massa seperti TV, surat
mereka sendiri. Sama halnya dengan pasien kabar, radio, dan lain-lain maupun bertanya kepada
diabetes, mereka diharapkan dapat melakukan petugas kesehatan.
manajemen diabetes secara mandiri (Tomey & Bagi Peneliti lain, diharapkan agar lebih
Alligood dalam Kusniawati, 2011). banyak mengambil sampel dan dapat menambah
Menurut Baiet al, Manajemen diabetes atau mengganti variabel sehingga dapat diketahui
adalah program yang harus dijalankan sepanjang hubungan manajemen diabetik terhadap variabel
hidup dan menjadi tanggung jawab penuh bagi lain, dan mengetahui faktor-faktor yang
pasien diabetes melitus. Dalam kamus kesehatan, berhubungan dengan manajemen diabetik.
Manajemen diabetes diartikan sebagai tindakan .
mandiri untuk mengontrol diabetes yang meliputi .
tindakan pengobatan dan pencegahan komplikasi DAFTAR PUSTAKA
(Medikal Dictionary, 2009). Abdullah. 2013.Pengaruh Pemberian ASI terhadap
Berdasarkan uraian di atas dapat Kasus ISPA pada bayi umur 0 – 4 bulan.
disimpulkan bahwa Manajemen diabetes adalah Tesis pada program pasca sarjana,
tindakan atau program bagi pasien diabetes melitus Kesehatan Masyarakat. FKM UI, p.26-28
dalam hal perawatan diri sendiri yang bertujuan
untuk mengontrol gula darah, mengatur pola
8

Anderson dan Farlene. 2007.Community as partner Kemenkes RI. 2013. Pedoman Pemberantasan
: Theory and practice innursing (Agus Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut
Sutara, Suharyati Samba, Novayanti Untuk Penanggulangan Pneumonia pada
Herdina Penterjemah). Jakarta : EGC anak Balita.Jakarta : Kemenkes RI
Black, J.M. dan Hawk, J.H.2005. Medical Surgical Kemenkes RI. 2012.Pedoman Pelaksanan
Nursing Clinical Management for Positive Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini
Outcomes. 7th Ed. Philadelphia. Mosbi Tumbuh Kembang Anak ditingkat
Buckley, L. dan Schub, T. 2010.Pneumonia in Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta :
Children, http://www.ebsco/cinahl/. KemenKes RI
Diakses pada tanggal 1 Maret 2018
Bustan, M.N. 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Kozier, et al. 2008. Foundamentals of nursing
Menular.Jakarta : Rineka Cipta. consepts process, and practice, New
Carpenito, L.J. 2009.Diagnosis Keperawatan ; Jersey: Pearson Prentise Hall.
Aplikasi Pada Praktis Klinis. Jakarta : Kusumawati, I. 2010.Hubungan Antara Status
EGC. Merokok Aggota Keluarga Dengan Lama
Craven, R F & Himle, C. J. 2004.Fundamental Of Pengobatan ISPA Balia di Kecamatan
Nursing : Human Health And Function. Jenawi.Tesis Program Pasca Sarjana
Philadelpia : Lippincott. Kedokteran Keluarga, Universitas Sebelas
Enarson, P. Gie, R.. 2008. Management of Maret, Surakarta.
Pneumonia in the Child 2 to 59 months of Layuj, R.. Nasry N. dan Wahiduddin. 2013. Faktor
age. Int Journal Tuberc Lung Dis. yang berhubungan dengan Kejadian ISPA
Ganong, W.F. 2008.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. pada Balita di Lembang Batu Sura.WWW,
Edisi 22, Jakarta : EGC. Diakses pada tanggal 12 Maret 2018
Hasnida dan Indri Kemala. 2005. Hubungan Antaa Misnadiarly. 2008.Penyakit Infeksi Saluran Napas
Stres dan Perilaku Merokok pada Remaja Pneumonia Pada Balita, OrangDewasa,
Laki – Laki. Psikologia, 1(2) : 1 – 4 Usia Lanjut. Jakarta : Pustaka Obor
Populer
Herman. 2002.Faktor-faktor yang berhubungan Murti, Bhisma. 1997. Prinsip dan Metode Riset
dengan Kejadian Pneumonia pada anak Epidemiologi. Yogyakarta : Gajag Mada
Balita di Kabupaten Ogan Komering Ilir University Press.
Sumatra Selatan Tahun 2012, Tesis, Nelson. 2012.Comprative Impact Assesment of
Depok : FKMUI Child Pneumonia. World Health
Hockenberry, M.J. Wilson, D. Winkelstein, M.L. Organisation.87 : 472 – 480.
2012.Wong Essentials of Pediatric Nursing Notoatmodjo, S. 2007.Metodologi Penelitian
(8th edition), St. Louis Missouri : Elsevier Kesehatan (Edisi Revisi). Jakarta : PT.
Mosby Rineka Cipta.
Irva, Hertz-Piccotto.et al.2007.Early Childhood Nurjazuli. 2012.Faktor Risiko Dominan Kejadian
Lower Respiratory Illness and Air Pneumonia Pada Balita.Semarang.
Pollution, Environmental Health Nursalam. 2008.Konsep dan Penerapan
Persepective, 115 (10) : 1510-8 Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan :
Jaya, M. 2009. Pembunuh Berbahaya Itu Bernama Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen
Rokok. Yogyakarta : Riz’ma. Penelitian Keperawatan. Edisi 2, Surabaya
Jong, L. D. D., Niewboer, A. & Aufdemkampe, G. : Salemba Medika.
2007. The Hemiplegic arm : Interrater
reliability and concurrent validity of passive Potter, P.A. & Anne, G.P. 2005.Buku Ajar
range of motio measurement. Disability Fundamental Keperawatan : Konsep,
and Rehabilitation Proses, dan Praktik. Edisi 4, Vol 2,
Kartasasmita, C. 2010.Pneumonia Pembunuh Jakarta : EGC.
Balita. Buletin Jendele Potter, P.A. and Perry, A.G. 2005. Buku Ajar
Epidemiologi.Jakarta : Kementrian Fundamental Keperawatan: Konsep,
Kesehatan RI. Proses, dan Praktik. Edisi 4, Volume 1,
Kemenkes RI. 2013. Buletin Jendela Epidemiologi Alih Bahasa, Asih, Y. dkk. EGC
pneumoni pada balita. Jakarta: Kemenkes Price, S.A. & Lorraine, M.W. 2006.Patofisiologi :
RI Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Edisi 6, Vol 2, Jakarta : EGC.
9

R.A Nabyl. 2012.Deteksi dini gejala dan Sugiyono. 2007.Metodologi Penelitian Pendidikan
pengobatan stroke, Aulia Publishing. (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan
Yogyakarta. R&D). Bandung : Alfabeta.
Romy, R. 2006.Hipnoterapy : Quit Smoking!, Sulistyowati, R.. 2010. Hubungan antara RUmah
Jakarta : Gagas Media TAngga Sehat dengan Kejadian Penyakit
Rydwik E. Eliasson S.& Akner G. 2005.The Effect Pneumonia pada Balita Kabupaten
Of Exercise Of the Affected Foot In Stroke Trenggalek, Tesis, Program Studi
Patients A Randomized Controlled Pilot Kedokteran Keluarga Universitas Sebelas
Trial, Clinical Rehabilitation. Maret
Said, M. 2010. Pengendalian Pneumonia Anak Sunyataningkamto. 2004. The Role of Indoor Air
Balita dalam Rangka Pencapaian MDGs 4. Pollution and Other Factors in Incidence of
Buletin Jendela Epidemiologi. Jakarta : Pneuomonia in Under-five Children,
Kementrian Kesehatan RI Pediatrica Indosiana. 44, 25 – 29.
Lameshow, et al. 1997.Adequacy of Sample Size in Suyami dan Sunyoto. 2006. Karakteristik Faktor
Health Studie.Hari Kusnanto (Ed), Dibyo Risiko ISPA pada anak Usia Balita di
Pramono (Penerjemah), Yogyakarta : Puskesmas Pembantu Krakitan, Bayat,
UGM Press Klaten, Jurnal Ilmu Kesehatan, 1(2).
Setiadi, 2007.Konsep dan Penulisan Riset WHO, 2011. Pneumonia, Sumber :
Keperawatan. Edisi 1.Yogyakarta : Graha http://www.who.int/mediacentre/, diakses
Ilmu. pada tanggal 3 Maret 2018
Smeltzer & Bare. 2013.Buku Ajar Keperawatan Wong, D.L.& Merylin, H. David, H. Merylin, L.
Medikal Bedah Bruner & Suddarth Edisi Patricia, S. 2009.Buku Ajar Keperawatan
8.Jakarta : EGC. Pedriatik Volume 1, Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai