Anda di halaman 1dari 33

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Keluarga

1. Definisi Keluarga

Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung

karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan

mereka hidupnya dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain

dan didalam menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan,

(Salvicion dan Ara Celis dalam Yohanes Dion, 2005: 3).

2. Tujuan

a. Tujuan umum

Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengatasi masalah

kesehatannya secara mandiri.

b. Tujuan Khusus

Meningkatkan kemampuan keluarga dalam :

1) Mengenal masalah kesehatan keluarga.

2) Merumuskan tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah

kesehatan.

3) Melakukan tindakan keperawatan kepada anggota keluarga yang

sakit, mempunyai gangguan fungsi tubuh, atau yang membutuhkan

bantuan/asuhan keperawatan

4) Memelihara lingkungan (fisik dan psikis) sehingga dapat

menunjang peningkatan kesehatan keluarga.


10

5) Memanfaatkan sumber daya yang ada di masyarakat misalnya:

Puskesmas, Puskesmas pembantu, Kartu sehat dan Posyandu untuk

memperoleh pelayanan kesehatan

3. Sasaran

Menurut Suprajitno (2012), menjelaskan pemberian asuhan

keperawatan keluarga lebih difokuskan pada rawan kesehatannya yaitu

keluarga yang mempunyai masalah kesehatan atau yang beresiko terhadap

timbulnya masalah kesehatan, sasaran anggota keluarga yang di maksud

adalah individu sebagai anggota keluarga dan keluarga itu sendiri.

4. Struktur Keluarga

a. Patrilineal adalah keluarga sedarah yang yang terdiri dari sanak

saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun

melalui garis ayah.

b. Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara

sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui

jalur garis ibu.

c. Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga

sedarah suami.

d. Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga

sedarah istri.

e. Keluarga kawinan adalah hubungan suami istri sebagai dasar

pembinaan keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian

keluarga karena adanya hubungan dengan suami istri.


11

5. Fungsi keluarga

Terdapat beberapa fungsi keluarga (Friedman, 2010) sebagai berikut :

a. Fungsi afektif

Merupakan basis sentral bagi pembentukan dan keberlangsungan

unit keluarga yang dibutuhkan untuk perkembangan individu dan

psikologis anggota keluarga. Komponen yang diperlukan dalam

melaksanakan fungsi afektif adalah adanya saling asuh, menerima,

menghormati,dan mendukung antar anggota keluarga, menaruh

perhatian, cinta kasih dan kehangatan, membina pendewasaan

kepribadian anggota keluarga.

b. Fungsi sosialisasi

Merupakan fungsi yang mengembangkan dan tempat melatih anak

untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk

berhubungan dengan orang lain. anggota keluarga belajar disiplin,

norma-norma, budaya dan perilaku melalui hubungan dan interaksi

dalam lingkup keluarganya sendiri.

c. Fungsi ekonomi

Kebutuhan yang harus dipenuhi dalam keluarga mencakup

kebutuhan makan, pakaian, tempat berlindung yang aman dan nyaman

(rumah). Yang dilakukan keluarga dalam menjalani fungsinya adalah

mencari sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga,

mengatur penggunaaan penghasilan keluarga untuk memenuhi


12

kebutuhan keluarga, menabung untuk memenuhi keluarga dimasa yang

akan datang seperti pendidikan anak dan jaminan hari tua.

d. Fungsi reproduksi

Keluarga memiliki fungsi untuk menjaga kelangsungan generasi

dan juga untuk keberlangsungan masyarakat. Komponen yang

dilaksanakan keluarga dalam melaksanakan fungsinya adalah

meneruskan keturunan, memelihara dan membesarkan anak, memenuhi

gizi keluarga, memelihara dan merawat anggota keluarga.

e. Fungsi perawatan keluarga

Merupakan fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan

keluaraga agar tetap memiliki produktivitas yang tinggi.

6. Tugas Keluarga dalam bidang kesehatan

Ada 5 pokok tugas keluarga yang dijabarkan oleh Friedman (1998)

yang sampai saat ini masih dipakai dalam asuhan keperawatan keluarga.

Tugas kesehatan keluarga tersebut adalah :

a. Mengenai masalah kesehatan keluarga

b. Membuat keputusan tindakan yang tepat.

c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit.

d. Mempertahankan atau mengusahakan suasana rumah yang sehat.

e. Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat.

7. Tipe Keluarga

Keluarga yang memerlukan pelayanan kesehatan berasal dari

berbagai macam pola kehidupan. Sesuai dengan perkembangan sosial maka


13

tipe keluarga berkembang mengikutinya. Agar dapat mengupayakan peran

serta keluarga dalam meningkatkan derajat kesehatan maka perawat perlu

mengetahui berbagai tipe keluarga, ( Abi Muhlisin, 2012: 14).

a. Tipe keluarga Tradisional, terdiri dari :

1. The Nuclear family (keluarga inti)

Yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami, istri dan anak

(Kandung atau angkat).

2. The extended family (keluarga besar)

Yaitu keluarga inti ditambah dengan keluarga lain yang mempunyai

hubungan darah, misalnya kakek, nenek, paman, bibi, atau keluarga

yang terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama dalam satu

rumah seperti nuclear family disertai: paman, tante, orang tua

(kakek-nenek), keponakan.

3. The dya family (Keluarga “Dyad”)

Keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang hidup

bersama dalam satu rumah.

4. Single-parent (orang tua tunggal)

Suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua dengan anak

(kandung atau angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh

perceraian atau kematian.


14

5. The single adult living alone/single adult family

Suatu rumah tangga yang hanya terdiri dari seortang dewasa yang

hidup sendiri karena pilihannya atau perpisahan (perceraian atau

ditinggal mati).

6. Blended family

Duda atau janda (karena perceraian) yang menikah kembali dan

membesarkan anak dari perkawinan sebelumnnya.

7. Kin-network family

Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau saling

berdekatan dan saling menggunakan barang-barang dan pelayanan

yang sama.

8. Multigenerational family

Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang

tinggal bersama dalam satu rumah.

9. Commuter family

Kedua orang tua bekerja dikota yang berbeda, tetapi salah satu kota

tersebut sebagai tempat tinggal dan orang tua yang bekerja di luar

kota bisa berkumpul pada anggota keluarga pada saat “weekend”.

10. Keluarga usila.

Suatu rumah tangga yang terdiri dari suami-istri yang berusia lanjut

dengan anak yang sudah memisahkan diri.

11. “composit family”

Yaitu keluarga yang perkawinannya berpoligami & hidup bersama.


15

12. The childless family,

Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk

mendapatkan anak terlambat waktunya yang disebabkan karena

mengejar karier/pendidikan yang terjadi pada wanita.

b. Tipe keluarga Non Tradisional

1. The unmarried teenage mother,

Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak dari

hubungan tanpa anak

2. Commune family,

Beberapa pasangan keluarga yang tidak ada hubungan saudara yang

hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang sama,

pengalaman yang sama, sosialisasi anak dengan melalui aktivitas

kelompok/membesarkan anak bersama.

3. The nonmarital heterosexsual cohabiting family,

Keluarga yang hidup bersama dan berganti-ganti pasangan tanpa

melalui pernikahan.

4. Gay and lesbian family,

Dua individu yang sejenis atau yang mempunyai persamaan sex

hidup bersama dalam satu rumah tangga sebagaiman “marital

pathners”.

5. Cohabitating couple

Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan pernikahan karena

beberapa alas an tertentu.


16

6. Group-marriage family

Beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat rumah tangga

bersama, yang saling merasa telah saling menikah satu dengan yang

lainnya, berbagi sesuatu termasuk sexsual dan membesarkan anak.

7. Group network family

Keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan/ nilai-nilai, hidup

berdekatan satu sama lain dan saling menggunakan barang-barang

rumah tangga bersama, pelayanan, dan bertanggung jawab

membesarkan anaknya.

8. Foster family

Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga/saudara

didalam waktu sementara, pada saat orang tua anak tersebut perlu

mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga yang

aslinya.

9. Homeless family

Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang

permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan

ekonomi dan atau problem kesehatan mental.

10. Gang/together family

Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang muda

yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai

perhatian tetapi berkembang dalam kekerasan dan criminal dalam

kehidupannya.
17

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Keluarga

1. Pengkajian

Pengkajian adalah suatu tahapan dimana seorang perawat mengambil

informasi secara terus menerus terhadap anggota keluarga yang

dibinanya. Menurut model Friedman dalam buku Abi Muhlisin (2012:

106), hal-hal yang perlu dikaji dalam keluarga adalah :

a. Data Umum

1) Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi Nama kepala

keluarga (KK), Alamat dan telpon, Pekerjaan, Pendidikan, dan

Komposisi keluarga

2) Tipe keluarga

Menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta kendala atau

masalah yang terjadi dengan jenis tipe keluarga tersebut.

3) Suku bangsa

Mengkaji asal suku keluarga tersebut serta mengidentifikasi

budaya suku bangsa tersebut terkait dengan kesehatan

4) Agama

Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan

yang dapat mempengaruhi kesehatan.

5) Status sosial ekonomi keluarga

Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan baik

dari kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu

status sosial ekonomi keluarga ditentuksn pula oleh kebutuhan-


18

kebutuhan yang dikeluarkan oleh keluarga serta barang-barang

yang dimiliki oleh keluarga.

6) Aktivitas rekreasi keluarga

Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat kapan saja keluarga pergi

bersama-sama untuk mengujungi tempat rekreasi tertentu namun

dengan menonton TV dan mendengarkan radio juga merupakan

aktifitas rekreasi.

b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga

1) Tahap perkembangan keluarga saat ini

Tahap perkembangan keluarga di tentukan dengan anak tertua dari

keluarga inti.

2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

Menjelaskan mengenai tugas perkembangan yang belum terpenuhi

oleh keluarga serta kendala mengapa tugas perkembangan tersebut

belum terpenuhi.

3) Riwayat keluarga inti

Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga inti, yang

meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-

masing anggota keluarga, perhatian terhadap pencegahan penyakit

(status imunisasi), sumber pelayanan kesehatan yang biasa

digunakan keluarga serta pengalaman-pengalaman terhadap

pelayanan kesehatan.
19

4) Riwayat keluarga sebelumnya

Dijelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga dari pihak

suami istri.

c. Pengkajian Lingkungan

1) Karakteristik rumah

Karakterisktik rumah diidentifikasi dengan melihat luas rumah,

tipe rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela, pemanfaatan ruangan,

peletakkan perabotan rumah tangga, jenis septik tank, jarak septik

tank dengan sumber air, sumber air minum yang digunakan serta

denah rumah.

2) Karakteristik tetangga dan komunitas RW

Menjelaskan mengenai karakteristik dari tetangga dan komunitas

setempat, yang meliputi kebiasaan, lingkungan fisik,

aturan/kesepakatan penduduk setempat yang mempengaruhi

kesehatan.

3) Mobilitas geografis keluarga

Mobilitas geografis keluarga ditentukan dengan kebiasaan

keluarga berpindah tempat.

4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk

berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauhmana

keluarga interaksinya dengan masyarakat.


20

5) Sistem pendukung keluarga

Yang termasuk pada sistem pendukung keluarga adalah jumlah

anggota keluarga sehat, fasilitas-fasilitas yang dimiliki keluarga

untuk menunjang kesehatan. Fasilitas mencakup fasilitas fisik,

fasilitas psikologis atau dukungan anggota keluarga dan fasilitas

sosial atau dukungan dari masyarakat setempat.

d. Struktur Keluarga

1) Pola komunikasi keluarga

Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar anggota keluarga

2) Struktur kekuatan keluarga

Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan mempengaruhi

orang lain untuk merubah perilaku.

3) Struktur peran

Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik

secara formal maupun informal

4) Nilai atau norma keluarga

Menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut oleh keluarga

yang berhubungan dengan kesehatan

e. Fungsi keluarga

1) Fungsi afektif

Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga,

perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan

keluarga terhadap anggota keluarga lainnya, bagaimana


21

kehangatan tercipta pada anggota keluarga dan bagaimana

keluarga mengembangkan sikap saling menghargai.

2) Fungsi sosialisasi

Hal yang perlu dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam

keluarga, sejauhmana anggota keluarga belajar disiplin, norma,

budaya dan perilaku.

3) Fungsi perawatan kesehatan

Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan,

pakaian, perlindungan serta merawat anggota keluarga yang sakit.

Sejauhmana pengetahuan keluarga mengenai sehat-sakit.

4) Fungsi reproduksi

Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga adalah:

a) Berapa jumlah anak

b) Bagaimana keluarga merencanakan jumlah anggota keluarga

c) Metode apa yang di gunakan keluarga dalam upaya

mengendalikan jumlah anggota keluarga

5) Fungsi ekonomi

Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi ekonomi keluarga adalah :

a) Sejauhmana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan

dan papan

b) Sejauhmana keluarga memamfaatkan sumber yang ada

dimasyarakat dalam upaya peningkatan status kesehatan

keluarga.
22

f. Stress dan koping keluarga

1) Stressor jangka pendek dan panjang

a. Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami keluarga

yang memerlukan penyelesaian dalam waktu ± 6 bulan.

b. Stressor jangka panjang yaitu stressor yang dialami keluarga

yang memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari 6

bulan.

2) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/stressor

Hal yang perlu dikaji adalah sejauhmana keluarga berespon

terhadap situasi/stressor

3) Strategi koping yang digunakan

Strategi koping apa yang digunaakn keluarga bila menghadapi

permasalahan.

4) Strategi adaptasi disfungsional

Dijelaskan mengenai strategi adaptasi disfungsional yang

digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan.

g. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga. Metode

yang digunakan pada pemriksaan fisik tidak berbeda dengan

pemeriksaan fisik di klinik.

h. Harapan keluarga

Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga

terhadap petugas kesehatan yang ada.


23

2. Diagnosa

Diagnosa keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang

didapatkan pada pengkajian yang terdiri dari masalah keperawatan

(probem/P) yang berkenaan pada individu dalam keluarga yang sakit

berhubungan dengan etiologi (E) yang berasal dari pengkajian fungsi

perawatan keluarga, (Abi Muhlisin, 2012: 118).

Diagnosa keperawatan keluarga mengacu pada P-E-S dimana

untuk problem (P) dapat di gunakan tipologi dari NANDA maupun

Doengoes sebagai masalah individu yang sakit dan etiologi (E) berkenaan

dengan 5 tugas keluarga dalam hal kesehatan/keperawatan, (Abi

Muhlisin, 2012: 118).

Tipologi dari diagnosis keperawatan keluarga :

1) Aktual (terjadi defisit/gangguan kesehatan)

Dari hasil pengkajian didapatkan data mengenai tanda dan gejala dari

gangguan kesehatan.

Contoh : perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan pada balita (An. B)

keluarga Tn. L berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga yang

mengalami gangguan mobilisasi dan tumbuh kembang.

2) Resiko (ancaman kesehatan)

Sudah ada data yang menunjang namun belum terjadi gangguan,

misalnya: di lingkungan rumah yang kurang bersih, pola makan yang

tidak adekuat, stimulasi tumbuh kembang yang tidak adekuat.


24

Contoh: resiko gangguan tumbuh-kembang pada balita(An. I)

keluarga Tn. T berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga

melakukan stimulasi terhadap anak balita.

3) Potensial (Keadaan sejahtera/”wellness”)

Suatu keadaan dimana keluarga dalam keadaan sejahtera sehingga

kesehatan keluarga dapat ditingkatkan.

Contoh: potensial peningkatan status kesehatan pada balita (An. I)

keluarga Tn. A.

Etiologi dari diagnosis keperawatan keluarga berdasarkan hasil

pengkajian dari tugas perawatan kesehatan keluarga. Khusus untuk

diagnosis keperawatan potensial (sejahtera/ “wellness”)

menggunakan/boleh tidak menggunakan etiologi.

Dalam satu keluarga dapat saja perawat menemukan lebih dari satu

diagnosis keperawatan keluarga. Untuk menentukan prioritas terhadap

diagnosis keperawatan keluarga yang ditemukan dihitung dengan

menggunakan cara sebagai berikut:


25

Tabel 1.1 Skala untuk menentukan prioritas Masalah Keperawatan

No Kriteria Skor Bobot Pembenaran


1 Sifat masalah Argument
 Tidak/kurang sehat 3 terhadap
 Ancaman kesehatan 2 1 penetuan skala
 Keadaan sejahtera 1

2 Kemungkinan masalah dapat diubah


 Mudah 2
 Sebagian 1 2
 Tidak dapat 0
3 Potensial masalah untuk dicegah
 Tinggi 3
 Cukup 2 1
 Rendah 1
4 Menojolnya masalah
 Masalah berat harus segera ditangani 2
 Ada masalah tetapi tidak perlu segera 1
ditangani 1
 Masalah tidak dirasakan
0
Sumber: Bailon dan Maglaya, (1978) dalam buku Abi Muhlisin (2012)

Skoring :

1) Tentukan skor untuk setiap kriteria

2) Skor dibagi dengan angka tertinggi dan dikalikan dengan bobot

Skor
X bobot
Angka tertinggi

3) Jumlahkan skor untuk semua kriteria

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penentuan prioritas :

Dengan melihat kriteria yang pertama, yaitu sifatnya masalah, bobot

yang lebih berat diberikan pada tidak/kurang sehat karena yang pertama
26

memerlukan tindakan segera dan biasanya disadari dan dirasakan oleh

keluarga.

Untuk kriteria kedua, yaitu untuk kemungkinan masalah dapat diubah

perawat perlu memperhatikan terjangkaunya faktor-faktor sebagai berikut:

a. Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi dan tindakan untuk

menangani masalah

b. Sumber daya keluarga: dalam bentuk fisik, keuangan dan tenaga

c. Sumber daya perawat: dalam bentuk pengetahuan, keterampilan dan

waktu

d. Sumber daya masyarakat: dalam bentuk fasilitas, organisasi dalam

masyarakat: dalam bentuk fasilitas, organisasi dalam masyarakat dan

sokongan masyarakat.

Untuk kriteria ketiga, yaitu potensial masalah dapat dicegah, faktor-

faktor yang perlu di perhatikan adalah:

a. Kepelikan dari masalah yang berhubungan dengan penyakit atau

masalah

b. Lamanya masalah yang berhubugan dengan jangka waktu masalah

itu ada.

c. Tindakan yang sedang di jalankan adalah tindakan-tindakan yang

tepat dalam memperbaiki masalah.

d. Adanya kelompok “higk risk” atau kelompok yang sangat peka

menambah potensial untuk mencegah masalah.


27

Untuk kriteria keempat, yaitu menojolnya masalah perawat perlu

menilai persepsi atau bagaimana keluarga melihat masalah kesehatan

tersebut. Nilai skor yang tertinggi yang terlebih dahulu dilakukan

intervensi keperawatan keluarga.

3. Intervensi keperawatan keluarga (Perencanaan)

Abi Muhlisin (2012) menjelaskan, bahwa intervensi adalah

tindakan yang di tentukan oleh perawat untuk dilaksanakan guna

memecahkan masalah kesehatan dan masalah perawatan yang telah

diidentifikasi.

Perencanaan keperawatan keluarga terdiri dari penetapan tujuan,

yang mencakup tujuan umum (untuk mengatasi problem/masalah pada

individu yang sakit) dan tujuan khusus (pemecahan masalah dengan

megacu pada 5 tugas keluarga dalam hal kesehatan/keperawatan) serta di

lengkapi dengan kriteria hasil dan standar. Kriteria dan standar

merupakan pernyataan spesifik tentang hasil yang diharapkan dari setiap

tindakan keperawatan berdasarkan tujuan khusus yang di tetapkan.

Abi Muhlisin (2012) menyebutkan, ciri-ciri rencana keperawatan

adalah:

1) Rencana perawatan adalah berpusat pada tindakan-tindakan yang

dapat memecahkan atau meringankan masalah yang sedang di hadapi.

Rencana itu sendiri adalah pedoman untuk melakukan tindakan

(keperawatan dan kolaboratif) yang intinya adalah pendekatan-

pendekatan, strategi, kegiatan-kegiatan, cara-cara, bahan-bahan,


28

dimana perawat bersama dengan keluarga asuhan diharapkan dapat

merubah masalah atau situasi.

2) Rencana perawatan adalah hasil dari suatu proses yang sitematis dan

telah dipelajari, tidak hanya didasarkan oleh dorongan hati tanpa

proses pemikiran.

3) Rencana keperawatan menggunakan kejadian-kejadian masa lampau

maupun yang sekarang untuk menentukan arah asuhan keperawatan,

karena rencana keperawatan berhuubngan dengan masa yang akan

datang.

4) Rencana perawatan berputar pada masalah kesehatan yang telah

diidentifikasi, karena masalah-masalah tersebut merupaakn pangkal

untuk rencana dan dasar perumusan tujuan perawatan dan tindakan-

tindakan keperawatan.

4. Implementasi

Yohanes Dion (2013: 78), menjelaskan implementasi keperawatan

keluarga adalah melaksanakan tindakan keperawatan yang sudah di

tentukan sebelumnya. Dalam melaksanakan tindakan keperawatan seperti

ini, perawat seharusnya tidak boleh bekerja sendiri dan melibatkan

keluarga serta disiplin ilmu lain.

1) Tahap-tahap tindakan

a. Persiapan alat: tugas perawat adalah mempersiapkan alat-alat apa

saja yang dibutuhkan selama melakukan perawatan


29

b. Persiapan pasien: tugas perawat adalah melakukan kontrak

dengan pasien dan/atau keluarga tentang tindakan yang akan

dilakukan (waktu, jenis tindakan)

c. Persiapan tempat: tugas perawat adalah mempersiapkan tempat

yang aman bagi pasien jika melakuakn tindakan yang perlu

menjaga privasi klien

d. Perlaksanaan tindakan: dalam melaksanakan tindakan, perawat

harus benar-benar melibatkan klien dan/atau keluarga.

2) Tipe tindakan

a. Tindakan diagnostik

1) Wawancara dengan klien

2) Observasi dan pemeriksaan fisik

3) Melakukan pemeriksaan labopratorium sederhana

b. Tindakan terapeutik

Yang dimaksudkan, adalah segala tindakan untuk mencegah,

mengurangi dan mengatasi masalah klien.

c. Tindakan edukatif

Memberikan pendidikan kesehatan kepada klien

d. Tindakan merujuk

Yaitu tindakan yang didalamnya melakukan kerja sama dengan

tim kesehatan lainnya.


30

5. Evaluasi

Evaluasi bertujuan untuk melihat kermampuan keluarga dalam mencapai

tujuan. Terdapat dua jenis evaluasi dalam melaksanakan asuhan

keperawatan, yaitu sebagai berikut, (Yohanes Dion, 2013: 80).

1) Evaluasi Formatif

Evaluasi yang dilakukan sesaat setelah pelaksanaan tindakan

keperawatan. Penulisannya lebih dikenal dengan menggunakan format

SOAP.

2) Evaluasi Sumatif

Evaluasi akhir apabila waktu perawatan sudah sesuai dengan

perencanaan. Bila terdapat ketidaksesuaian dalam hasil yang di capai,

keseluruhan proses mulai dari pengkajian sampai dengan tindakan

perlu ditinjau kembali.

Ada beberapa metode yang perlu dilaksanakan dalam melakukan

observasi, diantaranya:

1. Observasi langsung

2. Wawancara

3. Memeriksa laporan

4. Latihan simulasi

Komponen yang perlu dievaluasi dalam keperawatan keluarga

meliputi komponen kognitif, afektif dan psikomotor dengan

penentuan keputusan sebagai berikut:


31

1. Keluarga telah mencapai hasil yang ditentukan sesuai dengan

tujuan dan standar, sehingga rencana dihentikan.

2. Keluarga masih dalam proses mencapai hasil yang ditentukan,

sehingga perlu penambahan waktu, resources dan intervensi

sebelum tujuan berhasil.

3. Keluarga tidak dapat mencapai hasil yang telah ditentukan,

sehingga perlu:

a. Mengkaji ulang masalah atau respon yang lebih akurat.

b. Membuat out comes yang baru, mungkin yang sebelumnya

tidak realistis atau tidak dikehendaki keluarga sehingga susah

untuk dicapai.

c. Intervensi keperawatan harus di evaluasi dalam hal ketepatan

untuk mencapai tujuan sebelumnya.

C. Konsep Dasar Gastritis

1. Pengertian

a) Gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung yang bersifat akut,

kronik difus, atau lokal dengan karakteristik anoreksia, rasa penuh,

tidak enak pada epigastrium, mual dan muntah (Suratun, 2010: 59).

b) Gastritis merupakan suatu peradangan atau perdarahan mukosa

lambung yang dapat bersifat akut, kronis, difus, atau local. Dua jenis

gastritis yang sering terjadi adalah gastritis superficial akut dan

gastritis atrofik kronis, ( Price & Wilson, 2006).


32

2. Jenis Gastritis

Suratun (2010), menjelaskan menurut jenisnya Gastritis dibagi menjadi 2:

a) Gastritis akut, merupakan perandangan pada mukosa lambung yang

menyebabkan erosi dan perdarahan mukosa lambung dan setelah

terpapar pada zat iritan. Erosi tidak mengenai lapisan otot lambung.

b) Gastritis kronik, merupakan gastritis yang terkait dengan atropi

mukosa gastrik sehingga produksi HCL menurun dan menimbulkan

kondisi achlorhidria dan ulserasi peptic. Gastritis kronik dapat

diklasifikasikan pada Tipe A dan Tipe B.

1) Tipe A merupakan gastritis autoimun. Adanya antibody terhadap

sel parietal menimbulkan reaksi perandangan yang pada akhirnya

menimbulkan atropi mukosa lambung. Pada 95% pasien dengan

anemia pernisiosa dan 60% pasien dengan gastritis atropi kronik

memiliki antibody terhadap sel parietal. Biasanya kondisi ini

merupakan tendensi terjadinya Ca Lambung pada fundus atau

korpus.

2) Tipe B merupakan gastritis yang terjadi akibat infeksi oleh

helicobacter pylori. Terdapat inflamasi yang difuse pada lapisan

mukosa sampai muskularis, sehingga sering menyebabkan

perdarahan dan erosi. Sering mengenai antrum.

3. Etiologi Gastritis

a) Konsumsi obat-obatan kimia (asetaminofen (aspirin), steroid

kortikosteroid), digitalis. Asetaminofen dan kortekosteroid dapat


33

mengakibatkan iritasi pada mukosa lambung, NSAIDS (non steroid

anti inflamasi drugs) dan kortekosteroid menghambat sintesis

prostaglandin sehingga sekresi HCL meningkat dan menyebabkan

suasana lambung menjadi sangat asam sehingga menimbulkan iritasi

mukosa lambung.

b) Konsumsi alkohol. Alkohol dapat menyebabkan kerusakan mukosa

gaster.

c) Terapi radiasi, refluk empedu, zat-zat korosif (cuka, lada)

menyebabkan kerusakan mukosa gaster dan menimbulkan edema dan

perdarahan.

d) Kondisi yang stressful (trauma, luka bakar, kemoterapi dan kerusakan

susunan saraf pusat) merangsang peningkatan produksi HCL lambung.

e) Infeksi oleh bakteri seperti helicobacter pilori, eschericia coli,

salmonella dan lain-lain (Suratun 2010: 61).

4. Patofisiologi

Obat-obatan, alkohol, garam empedu, zat iritan lainnya dapat

merusak mukosa labung (gastritis erosif). Mukosa lambung berperan

penting dalam melindungi lambung dari autodigesti oleh HCL dan pepsin.

Bila mukosa lambung rusak maka terjadi difusi HCL ke mukosa dan HCL

akan merusak mukosa. Kehadiran HCL di mukosa lambung menstimulasi

perubahan pepsinogen menjadi pepsin. Pepsin merangsang pelepasan

histamine dari selt mast. Histamin akan menyebabkan peningkatan

permeabilitas kapiler sehingga terjadi perpindahan cairan dari intrasel ke


34

ekstrasel dan menyebabkan edema dan kerusakan kapiler sehingga timbul

perdarahan pada lambung. Biasanya lambung dapat melakukan regenerasi

mukosa oleh karena itu gangguan tersebut menghilang dengan sendirinya,

(Suratun 2010: 60).

Namun bila lambung sering terpapar dengan zat iritan maka

inflamasi akan terjadi terus-menerus. Jaringan yang meradang akan di isi

oleh jaringan fibrin sehingga lapisan mukosa lambung dapat hilang dan

terjadi atropi sel mukosa lambung. Faktor intrinsic yang dihasilkan oleh

sel mukosa lambung akan menurun atau hilang sehingga cobalamin

(vitamin B12) tidak dapat diserap di usus halus. Sementara vitamin B12 ini

berperan penting dalam pertumbuhan dan maturasi sel darah merah. Pada

akhirnya klien gastritis dapat mengalami anemia. Selain itu dinding

lambung menipis rentan terhadap perforasi lambung dan perdarahan.

(Suratun 2010: 60).


35

Bagan 1.1 Patofisiologi Gastritis

Asam dalam lumen + empedu, NSAIDs, Alkohol,


Lain-Lain
Epitel sawar lambung rusak

Asam kembali berdifusi ke mukosa lambung

Penghancuran sel mukosa

Pepsinogen- pepsin Asam Histamine

Perangsangan kolenergik

Fungsi sawar Motalitas Vasodilatasi kapiler


pepsinogen permeabilitas terhadap
protein

Penghancuran kapiler dan vena kecil Plasma bocor ke


intestum edema
Plasma bocor kedalam
lambung

Perdarahan

( Sumber Suratun 2010: 61)


5. Manifestasi klinik

Manifestasi klinik bervariasi mulai dari keluhan ringan hingga muncul

perdarahan saluran cerna bagian atas bahkan pada beberapa pasien tidak

menimbulkan gejala yang khas. Manifestasi gastritis akut dan kronik

hampir sama, seperti dibawah ini:


36

1) Anoreksia

2) Rasa penuh,

3) Nyeri pada epigastrium

4) Mual dan muntah

5) Sendawa

6) Hematemesis. (Suratun 2010)

6. Pemeriksaan Diagnostik

1) Pemeriksaan Darah

Tes ini digunakan untuk memeriksa adanya antibody H. Phylori

dalam darah. Hasil test yang positif menunjukan bahwa pasien pernah

kontak dengan bakteri pada suatu waktu dalam hidupnya, tapi itu tidak

menunjukan bahwa pasien tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat

juga di lakukan untuk memeriksa Anemia, yang terjadi akibat

perdarahan lambung akibat Gastritis.

2) Pemeriksaan Pernapasan

Tes ini dapat menentukan apakah pasien terinfeksi oleh bakteri H.

Phylori atau tidak.

3) Pemeriksaan Feses

Tes ini memeriksa apakah terdapat H. Phylori atau tidak. Tes ini

yang positif mengindikasikan terjadi infeksi. Dengan hasil

pemeriksaan seperti berikut warna feses merah kehitam-hitaman, bau

sedikit amis, konsistensinya lembek tetapi ada juga agak keras terdapat
37

lender. Pemeriksaan juga dilakukan terdapat adanya darah dalam feses.

Hal ini menunjukan adanya perdarahan pada lambung.

4) Endoskopi Saluran Cerna Bagian Atas

Dengan tes ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran

cerna bagian atas yang mungkin tidak terlihat oleh sinar X. Tes ini

dilakukan dengan cara memasukan sebuah selang kecil yang fleksibel

atau (endoskopi) melalui mulut dan masuk kedalam esophagus, usus

kecil.

5) Rontgen Saluran Cerna

Test ini akan terlihat adanya tanda-tanda Gastritis atau penyakit

pencernaan lainnya. Biasanya pasien akan diminta menelan cairan

Barium terlebih dahulu sebelum dilakukan Rontgen. Cairan ini akan

melapisi saluran cerna dan akan terlihat lebih jelas ketika di rontgen.

(Sarif La Ode, 2012: 37)

6) Komplikasi

a. Gastritis akut

Komplikasi yang dapat timbul pada gastritis akut adalah

hematemesis atau melena

b. Gastritits kronis

Perdarahan saluran cerna bagian atas, ulkus, perforasi dan anemia

karena gangguan absorpsi vitamin B12 (Anemia Pernisiosa).

(Suratun 2012).
38

7) Penatalaksanaan

Terapi gastritis sangat bergantung pada penyebab spesifiknya dan

mungkin memerlukan perubahan gaya hidup, pengobatan atau dalam

kasus yang jarang pembedahan untuk mengobatinya.

a. Jika penyebabnya adalah infeksi oleh H. Phylori, maka diberikan

Bismuth, antibiotik (misalnya amoxicillin &Claritromycin) dan

obat anti-tukak (misalnya omeprazole).

b. Penderita gastritis karena stress akut banyak mengalami perubahan

(penyakit berat, cedera atau pendarahan) berhasil diatasi. Tetapi

sekitar 2% penderita gastritis karena stress akut mengalami

perdarahan yang sering berakibat fatal. Karena itu dilakukan

pencegahan dengan memberikan antacid. (untuk menetralkan asam

lambung) dan obat anti-ulkus yang kuat (untuk mengurangi atau

menghentikan pembentukan asam lambung). Perdarahan hebat

karena gastritis akibat stress akut bisa diatasi dengan menutup

sumber perdarahan dengan tindakan endoskopi. Jika perdarahan

masih berlanjut mungkin seluruh lambung harus diangkat.

c. Penderita Gastritis erosive kronis bias diobati dengan antacid.

Penderita sebaiknya menghindari obat tertentu (misalnya aspirin

atau obat anti peradangan non-steroid lainnya) dan makanan yang

menyebabkan iritasi lambung. Misroprostol mungkin bisa

mengurangi resiko terbentuknya ulkus karena obat anti peradangan

non-steroid.
39

d. Gastritis Atrofik tidak dapat disembuhkan, sebagian penderita

harus mendapat suntikan tambahan vitain B12.

e. Pengaturan diet yaitu pemberian makanan lunak dengan jumlah

sedikit tapi sering.

f. Makanan yang perlu dihindari adalah yang merangsang dan

berlemak seperti sambal, bumbu dapur dan gorengan

g. Kedisiplinan dalam pemenuhan jam-jam makan juga sangat

membantu pasien dengan gastritis, (Sarif La Ode 2012: 39)

8) Pencegahan

Walaupun infeksi h. Phylori tidak dapat selalu dicegah, berikut

beberapa saran untuk mengurangi resiko terkena gastritis

a. Makan secara benar

Hindari makanan yang dapat mengiritasi terutama makanan yang

pedas, asam, gorengan, atau berlemak. Yang sama pentingnya

dengan pemilihan jenis makanan yang tepat bagi kesehatan adalah

bagaimana cara memakannya. Makanlah dengan jumlah yang

cukup pada waktunya dan lakukan dengan santai.

b. Hindari alkohol

Penggunaan alkohol dapat mengiritasi dan mengikis lapisan

mukosa lambung dan dapat mengakibat peradangan dan

perdarahan.
40

c. Jangan merokok

Merokok menganggu kerja lapisan lambung, membuat lambung

rentan terhadap gastritis dan borok. Merokok juga dapat

meningkatkan asam lambung sehingga menunda penyembuhan

lambung dan merupakan penyebab utama terjadinya kanker

kambung.

d. Lakukan Olahraga secara teratur

Aerobik dapat meningkatkan kecepatan pernapasan dan jantung,

juga dapat menstimulasi aktifitas otot usus sehingga membantu

mengeluarkan limbah makanan dari usus secara lebh cepat.

e. Kendalikan stress

Stress meningkatkan resiko serangan jantung dan stroke,

menurunkan system kekebalan tubuh dan dapat memicu terjadinya

permasalahan kulit. Stress juga dapat meningkatkan produksi asam

lambung dan memperlambat kecepatan pencernaan. Karena stress

bagi sebagian orang tidak dapat dihindari, maka kuncinya adalah

dengan mengendalikannya secara efektif dengan cara diit yang

bernutrisi, istrahat yang cukup, olahraga teratur dan relaksasi yang

cukup.

f. Ganti obat penghilang nyeri

Jika memungkinkan hindari penggunaan obat Anti Inflamsi Non

Steroid (AINS) obat-obatan golongan ini akan menyebabkan

terjadinya peradangan dan akan membuat peradangan yang sudah


41

ada menjadi lebih parah. Ganti dengan penghilang nyeri yang

mengandung Acthaminopen.

g. Ikuti rekomendasi Dokter

Untuk mengkonsumsi makanan yang sehat, yang tidak merangsang

asam lambung naik berproduksi lebih banyak dan dapat

menyebabkan perforasi dinding lambung sehingga mengakibatkan

terjadinya perdarahan. Hindari minuman yang mengandung

alcohol, merokok, hindari penggunaan obat-obatan keras dalam

jangka waktu yang panjang. Melakukan olahraga secara teratur,

(Sarif La Ode 2012).

Anda mungkin juga menyukai