Anda di halaman 1dari 19

TUGAS KELOMPOK

Auditing 2
“AUDIT ASET TETAP”
Dosen Pengampu : Drs. Kurniawan, S.E. CMA., Ak. CA. CIBA

Kelompok 7

Disusun Oleh :

1. Istiqoma Ayu Lestari (215132426)


2. Yulinda Astin Maulana (215132452)

III /Akuntansi A3

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI


(STIE)
WIDYA GAMA LUMAJANG
Jalan Gatot Subroto No. 04 Lumajang Telp. (0334) 881 924
2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam suatu perusahaan kekayaan merupakan salah satu unsur yang sangat penting
dalam kelangsungan hidup perusahaan. Hal ini dikarenakan berjalannya kegiatan
perusahaan sangat berhubungan erat dengan kepemilikan kekayaan perusahaan. Disisi
lain kepemilikan kekayaan perusahaan harus dikelola dan ungkapkan dengan benar
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum agar informasi yang diberikan
nantinya tidak menyesatkan bagi pemakai laporan keuangan.
Audit merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menilai kewajaran
atas akun yang terdapat pada laporan keuangan dari kesalahan mencatat maupun
kesalahan dalam mengalokasikan biaya, baik yang disengaja maupun tidak disengaja.
Audit dapat dilakukan oleh pihak intern maupun oleh pihak ekstern.
Aset tetap sebagai salah satu akun yang mempunyai material, maka adanya
kesalahan pencatatan, perhitungan, penyajian dapat menimbulkan penafsiran yang
berbeda oleh pemakai laporan keuangan. Hal ini sangat merugikan baik oleh
perusahaan sendiri maupun oleh pihak ekstern yaitu kreditur, investor, pemegang
saham, publik. Untuk itu diperlukan audit untuk menghindari kesalahan dalam
pelaporan keuangan. Agar audit dapat memberikan laporan yang memberikan risiko
kecil maka perlu dibuat teknik audit yang baik sesuai dengan kondisi perusahaan.
Demikian pula diperlukan orang yang kompeten dan independen dalam melaksanakan
audit tersebut. Dari masalah tersebut maka akan muncul pertanyaan tentang
bagaimana teknik audit aset tetap dilakukan agar terhindar dari kesalahan dalam
laporan keuangan.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan Masalah dalam penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah yang dimaksud dengan aset tetap dan bagaimana penggolongan aset tetap?
2. Apakah sifat aset tetap?
3. Apa saja Audit Objective ( Tujuan Pemeriksaan ) Aset Tetap?
4. Apa saja transaksi yang bersangkutan dengan aset tetap?
5. Bagaimana prosedur audit aset tetap?

1.3 Tujuan
Dalam pembuatan makalah ini terdapat beberapa tujuan, yaitu :
1. Untuk mengetahui pengertian aset tetap dan penggolongannya.
2. Untuk mengetahui dan memahami sifat asset tetap.
3. Untuk mengetahui tujuan pemeriksaan aset tetap.
4. Untuk mengetahui dan memahami bentuk transaksi yang bersangkutan dengan
aset tetap.
5. Untuk mengetahui dan memahami prosedur audit aset tetap.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Aset Tetap dan Penggolongan Aset Tetap

Aset Tetap adalah aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi
atau penyediaan barang atau jasa, untuk disewakan ke pihak lain, atau untuk tujuan
administratif dan diharapkan akan digunakan lebih dari satu periode.

Pengertian Aset Tetap menurut Ahli :

1. Standar Akuntansi Keuangan, Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP)


BAB 15(2009:68) paragraph 15.2:
Aset tetap adalah asset berwujud yang:
a. Dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa,
untuk direntalkan kepada pihak lain , atau untuk tujuan administratif; dan
b. Diharapkan akan digunakan lebih dari satu periode.
2. Menurut Mulyadi (2001:591)aset tetap adalah:
“Kekayaan perusahaan yang memiliki wujud, mempunyai manfaat ekonomis lebih
dari satu tahun, dan diperoleh perusahaan untuk melaksanakan kegiatan
perusahaan, bukan untuk dijual kembali.”
3. Menurut Soemarso S.R. (2005:20), aset tetap adalah:
“Aset berwujud yang masa manfaatnya lebih dari satu tahun, digunakan dalam
kegiatan perusahaan, dimiliki tidak untuk dijual kembali dalam kegiatan normal
perusahaan dan memiliki nilai yang cukup besar.”
Biaya peroleh adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar
dari imbalan lain yang diserahkan untuk memperoleh suatu aset pada saat perolehan
atu kontruksi atau jika dapat diterapkan, jumlah yang diatribusikan pada aset ketika
pertama kali diakui sesuai dengan persyaratan tertentu dalam PSAK lain, contoh
pembayaran berbasis saham.

Jumlah tercatat adalah jumlah suatu aset diakui setlah dikurangi akumulasi
penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai.

Jumlah terpulihnya adalah jumlah yang lebih tinggi antara nilai wajar dikurangi
biaya untuk menjual dan nilai pemakai.
Nilai wajar adalah harga yang akan diterima untuk menjual suatu aset atau harga
yang kan dibayar untuk mengalihkan suatu liabilitas dalam transaksi teratur anatara
pealku pasar pada tanggal pengukuan.

Nilai residu dari aset adalah estimasi jumalah yang dapat diperoleh entetitas saat ini
dari pelepasan aset, setelah dikurangi estimasi biaya pelepasan, jika aset telah
mencapai umur dan kondisi yang diperkirakan pada akhir umur manfaatnya.

Nilai spesifik entitas adalah nilai dari arus kas diharapkan entitasnya timbul dari
penggunaan aset secara kelanjutan dan dari pelepasan aset tersebut pada akhir umur
manfaatnya atau diharapkan terjadi ketika penyelesaian liabilitas.

Penyusutan adalah alikasi sistematis jumlah tersusutkan dari aset selama umur
manfaatnya.

Rugi penurunan nilai dalah jumlah merupakan selisih lebih jumlah tercatat aset atas
jumlah terpulihnya.

Umur manfaat aset tetap adalah:

a. Periode aset diperkirakan dapat digunakan oleh entitas

b. Jumlah produksi atau unit serupa dari aset yang diperkirakan akan diperoleh dari
aset entitas.

Suatu benda terwujud harus diakui sebagai aset dan dikelompokan sebagai aset
tetap apabila :

a. Besar kemungkinan bahwa manfaat keekonomian dimasa akan datang yang


dikaitkan dengan aset tersebut akan mengalir ke dalam perusahaan.

b. Biaya perolehan aset dapat diukur secara handal.

Fixed assets ( aset tetap ) bisa dibedakan menjadi :

1. Firex tangible assets ( aset tetap yang mempuyai wujud)

Aset tetap berwujud memiliki bentuk fisik dan dengan demkian dapat diamati
dengan satu atau lebih pancra indradan memiliki karakteristik umum, yaitu memberi
manfaat ekonomi pada masa mendatang bagi perusahaan.Aset tertentu yang umum
dilaporkan didalam kategori ini meliputi :
a. Tanah

Merupakan harta yang digunakan untuk tujuan usaha dan tidak dikenai
penyusutan, maka biaya yang dikenakan pada tanah merupakan biaya yang
secara langsung berhubungan dengan masa manfaat yang tidak terbatas.

b. Perbaikan Tanah

Merupakan peningkatan kegunaan dari tanah tersebut. Unsur-unsur dari tanah,


seperti: Pemetaan tanah, pengaspalan, pemagaran, saluran air, instalasi listrik,
dan lain-lain.

c. Bangunan
Merupakan bangunan yang digunakan untuk menempatkan operasi perusahaan.
Baik bangunan untuk kantor, toko, pabrik, maupun gudang yang digunakan
dalam kegiatan utama perusahaan. Akan tetapi bangunan yang tidak digunakan
dalam kegiatan perusahaan yaitu bangunan yang belum jadi (dalam tahap
pembangunan) tidak dapat diklasifikasikan sebagai aset tetap.
d. Mesin dan Peralatan
Merupakan aset yang dipergunakan perusahaan dalam proses produksi atau
penyediaan jasa.
e. Kendaraan
Merupakan aset yang dipergunakan sebagai alat transportasi atau sebagai
penyedia jasa dan lain-lain seperti, mobil,motor.

2. Fired intangible assets (aset tetap yang tidak mempunyai wujud )


Aset tak berwujud didefinisikan sebagai aset yang tidak memiliki bentuk fisik.
Bukti adanya aset ini terdapat dalam bentuk perjanjian, kontrak atau paten. Hal ini
memenuhi definisi aset karena adanya manfaat mendatang. Aset berikut umumnya
dilaporkan sebagai aset tak berwujud:
a. Paten, merupakan hak eksklusif yang memungkinkan seorang Penemu/pencipta
untuk mengendalikan produksi, penjualan atau penggunaan dari suatu
temuan/ciptaannya.
b. Merk Dagang, suatu hak eksklusif yang mengizinkan suatu simbol, label, dan
rancangan khusus.
c. Hak Cipta, suatu hak eksklusif yang mengizinkan seorang untuk menjual,
memberi izin atau mengendalikan pekerjaannya.
d. Good will adalah sumber daya, faktor dan kondisi tak berwujud lain yang
memungkinkan perusahaan untuk mendapatkan laba diatas laba normal dengan
aset yang dapat diidentifikasi.
Berdasarkan jenisnya aset tetap dapat dibagi menjadi 7:
1. Lahan-lahan adalah bidang tanah yang terhampar baik merupakan tempat
banagunan maupun yang masih kosong.
2. Bangunan Gedung-gedung adalah bangunan yang berdiri diatas bumi ini
baikdilahan/air.
3. Mesin-mesin termasuk peralatan-peralatan yang menjadi bagian dari mesin
tersebut.
4. Kendaraan adalah semua jenis kendaraan seperti truk, grader, traktor, dan lain-
lain.
5. Inventaris adalah peralatan yang dianggap alat-alat besar yang digunakan
dalam perusahaan seperti inventaris kantor, inventaris pabrik dan lain-lain.
6. Prasarana merupakan kebiasaan bahwa perusahaan membuat klasifikasi khusus
prasarana seperti jalan, jembatan, pagar, dan lain-lain.
7. Perabot yaitu semua yang merupakan isi dari gedung misalnya perabotan
pabrik dan perabotan kantor.

2.2 Sifat Aset Tetap

Beberapa sifat atau ciri aset tetap adalah:

a. Tujuan dari pembelian bukan untuk dijual kembali atau diperjual belikan sebagai
barang dagangan tetapi untuk dipergunakan dalam kegiatan operasi perusahaan.

b. Mempuyai masa manfaat lebih dari satu tahun.

c. Jumlahnya cukup material.

Sifat ketiga merupakan salah satu alasan mengapa setiap perusahaan harus
mempunyai kebijakan kapitalisasi, yang membedakan antara capital expenditure
dan revenue expenditure.
Capital expenditure adalah suatu pengeluaran modal yang jumlahnya material dan
mempunyai manfaat lebih dari satu tahun. Selain itu, Revenue Expenditure merupakan
pengeluaran yang dilakukan perusahaan dalam rangka menghasilkan pendapatan dan
dibebankan ke dalam laba rugi pada saat terjadinya beban tersebut.

2.3 Audit Objective ( Tujuan Pemeriksaan ) Aset Tetap

Dalam suatu general audit ( pemeriksaan umum ), pemeriksaan atas aset tetap
mempunyai beberapa tujuan sebagai berikut :

a. Untuk memeriksa apakah terdapat internal control yang cukup baik atas aset
tetap.
b. Untuk memeriksa apakah aset tetap yang tercantum dilaporan posisi keuangan (
neraca ) betul betul ada, masih digunakan dan dimiliki oleh perusahaan.
c. Untuk memeriksa apakah penambahan aset tetap dalam tahun berjalan (periode
yang diperiksa ) betul – betul merupakan suatu capital expenditure, diotorisasi
oleh pejabat perusahaan yang berwenang didukung oleh bukti – bukti yang
lengkap dan dicatat dengan benar.
d. Untuk memeriksa apakah disposal ( penarikan ) aset tetap sudah dicatat dengan
benar dibuku perusahaan dan telah diotorisasi oleh pejabat perusahan yang
berwenang.
Disposal dari aset bisa terjadi dalam bentuk penjualan yang akan menimbulkan
rugi / laba penjualan aset tetap, tukar tambah ( trade - in ) atau penghapusan
aset tetap yang bisa menimbulkan kerugian dari penghapusan aset tetap, jika
aset tetap tersebut masih mempunyai nilai buku.
Kerugian dari trage – in atas aset sejenis tercatat sebagai loss on trade – in
sedangkan keuntungan dari trade – in, dicatat sebagai pengurangan dari harga
perolehan aset tetap yang baru.
e. Untuk memeriksa apakah pembebanan penyusutan dalam tahun ( periode ) yang
diperiksa dilakukan dengan cara yang sesuai dengan SAK, konsisten, apakah
perhitungannya telah dilakukan dengan benar ( secara akurat )
f. Untuk memeriksa apakah ada aset tetap yang dijadikan jaminan.
g. Untuk memeriksa apakah ada aset tetap yang disewakan, jika ada apakah
pendapatan sudah diterima perusahaan.
h. Untuk memeriksa apakah ada aset tetap yang mengalami penurunan nilai.
i. Untuk memeriksa apakah ada aset tetap dalam laporan keuangan, sesuai dengan
standart akuntansi di Indonesia ( SAK/ETAP/IFRS )

2.4 Transaksi yang bersangkutan dengan Aset Tetap


Transaksi aset tetap memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Frekuensi terjadinya transaksi yang mengubah aset tetap relatif lebih sedikit
dibandingkan dengan transaksi yang mengubah aset lancer, namun umumnya
menyangkut jumlah rupiah besar.
2. Pengendalian aset tetap dilaksanakan pada saat perencanaan perolehan aset tetap,
sehingga sistem otorisasi perolehan aset tetap diterapkan pada saat perencanaan
perolehan dan pada saat pelaksanaan rencana perolehan aset tetap.
3. Pengeluaran yang bersangkutan dengan aset tetap perlu dibedakan menjadi dua
macam: pengeluaran pendapatan (revenue expenditure) dan pengeluaran modal
(capital expenditure). Pengeluaran pendapatan dibebankan sebagai biaya pada
periode akuntansi terjadinya, sedangkan pengeluaran modal diperlakukan sebagai
tambahan harga pokok aset tetap dan dibebankan sebagai biaya dalam periode
akuntansi yang menikmati manfaat pengeluaran modal tersebut. Oleh karena itu,
manajemen perusahaan perlu merumuskan kebijakan akuntansi untuk membedakan
pengeluaran yang berhubungan dengan aset tetap dalam dua golongan: pengeluaran
pendapatan dan pengeluaran modal.

Ada tiga kelompok transaksi yang bersangkutan dengan aset tetap yaitu:

1. Transaksi yang mengubah rekening aset tetap.

2. Transaksi yang mengubah rekening akumulasi depresiasi aset tetap bersangkutan.

3. Transaksi yang mengubah rekening biaya reparasi dan pemeliharaan aset tetap.

2.5 Prosedur Audit Aset Tetap


Di banyak perusahaan, terutama perusahaan industri, aset tetap merupakan jumlah
yang sangat besar dari total aset perusahaan. Namun demikian waktu yang digunakan
oleh akuntan publik untuk memeriksa aset tetap biasanya lebih sedikit dibandingkan
waktu yang digunakan untuk memeriksa perkiraan lainnya seperti piutang, persediaan,
dan lain-lain.

Beberapa penyebabnya antara lain:


a. Harga perolehan per unit dari aset tetap biasanya relatif besar dan jumlah
transaksinya dalam setahun biasanya sedikit.

b. Mutasi aset tetap (penambahan dan pengurangan) biasanya jauh lebih sedikit
dibandingkan mutasi piutang dan prsediaan.

c. Dalam memeriksa aset tetap, prosedur cut-off bukan merupakan hal yang penting
seperti pemeriksaan aset cut-off transactions dalam pemeriksaan pembelian dan
penjualan persediaan.

Prosedur audit yang akan disebutkan berikut ini berlaku untuk repeat engagements
(penugasan berulang) sehingga dititikberatkan pada pemeriksaan transaksi tahun
berjalan (periode yang diperiksa).

Untuk first audit (audit pertama kali) bisa dibedakan sebagai berikut:

 Jika tahun sebelumnya perusahaan sudah di audit oleh akuntan lain, saldo awal aset
tetap bisa dicocokkan dengan laporan akuntan terdahulu dan kertas kerja
pemeriksaan akuntan tersebut.
 Jika tahun-tahun sebelumnya perusahaan belum pernah di audit, akuntan publik
harus memeriksa mutasi penambahan dan pengurangan aset tetap sejak awal
berdirinya perusahaan, untuk mengetahui apakah pencatatan yang dilakukan
perusahaan untuk penambahan dan pengurangan aset tetap, serta metode dan
perhitungan penyusutan aset tetap dilakukan sesuai dengan standart keuangan di
Indonesia(SAK/ETAP/IFRS). Tentu saja pemeriksaan mutasi tahun-tahun
sebelumnya dilakukan secara test basis dengan mengutamakan jumlah yang
material.
Prosedur audit atas aset tetap adalah sebagai berikut:
1. Pelajari dan evaluasi internal contol atas aset tetap.
2. Minta kepada klien Top Schedule serta supporting Schedule aset tetap, yang
berisikan.
Saldo awal, penambahan serta pengurangan-pengurangannya dan saldo akhir baik
untuk harga perolehan maupun akumulasi penyusutannya.
3. Periksa footing dan cross footingnya dan cocokkan totalnya dengan General
Ledger, atau Sub-Ledger, saldo awal dengan working paper tahun lalu.
4. Vouch penambahan serta pengurangan dari aset tetap tersebut. Untuk penambahan
kita lihat approvalnya dan kelengkapan supporting documentnya. Untuk
pengurangan kita lihat otorisasinya dan jurnalnya apakah sudah dicatat dengan
betul, misalnya bila ada keuntungan atau kerugian atas penjualan aset tetap
tersebut. Selain itu periksa juga penerimaan hasil penjualan aset tetap tersebut .
5. Periksa fisik dari aset tetap tersebut (dengan cara test basis) dan periksa kondisi
dan nomor kode dari aset tetap.
6. Periksa bukti kepemilikan aset tetap.
Untuk tanah, gedung, periksa sertifikat tanah dan IMB (Izin Mendirikan
Bangunan) serta SIPB (Surat Izin Penempatan Bangunan).
Untuk mobil dan motor, periksa BPKB, STNK-nya.
7. Pelajari dan periksa apakah Capitalization Policy dan Depreciation Policy yang
dijalankan konsisten dengan tahun sebelumnya.
8. Buat analisis tentang perkiraan Repair & Maintenance, sehingga kita dapat
mengetahui apakah ada pengeluaran yang seharusnya masuk dalam kelompok
Capital Expenditures tetapi dicatat sebagai Revenue Expenditures.
9. Periksa apakah aset tetap tersebut sudah diasuransikan dan apakah Insurance
Converge-nya cukup atau tidak.
10. Tes perhitungan penyusutan, cross reference angka penyusutan dengan biaya
penyusutan diperkirakan laba rugi dan periksa alokasi/distribusi biaya penyusutan.
11. Periksa notulen rapat, perjanjian kredit, jawaban konfirmasi dari bank, untuk
memeriksa apakah ada aset tetap yang dijadikan sebagai jaminan atau tidak. Bila
ada, maka hal ini perlu diungkapkan dalam catatan aset atas laporan keuangan.
12. Periksa apakah ada Commitment yang dibuat oleh perusahaan untuk membeli atas
menjual aset.

13. Untuk Contruction in Progress, kita periksa penambahannya dan apakah ada
Contruction Progress yang harus ditransfer ke aset tetap.

14. Jika ada aset tetap yang diperoleh melalui leasing, periksa lease agreement dan
periksa apakah accounting treatmentnya sudah sesuai dengan standart akuntansi
leasing.

15. Periksa atau tanyakan apakah ada aset tetap yang dijadikan agunan kredit di bank.

Jika aset tetap dijaminkan berarti bukti kepemilikan diserahkan ke bank, sehingga
auditor harus memeriksa tanda terima penyerahan bukti-bukti kepemilikan.
Aset tetap yang dijaminkan harus diungkapkan dalam catatan atas laporan
keuangan.

16. Periksa Penyajiannya dalam laporan keuangan, apakah sesuai dengan standart
akuntansi keuangan di Indonesia (SAK/ETAP/IFRS)

Penjelasan Prosedur Audit

1. Pelajari dan evaluasi internal control atas aset tetap.

Dalam hal ini biasanya auditor menggunakan INTERNAL CONTROL


QUESTIONNAIRES.

Beberapa cirri internal control yang baik atas aset tetap adalah:

a. Digunakannya anggaran untuk penambahan aset tetap.

Jika ada aset tetap yang ingin dibeli tetapi belum tercantum dianggaran maka
aset tetap tersebut maka aset tetap tersebut tidak boleh dibeli terlebih dahulu.

b. Setiap penambahan dan penarikan aset tetap terlebih dahulu harus diotorisasi
oleh pejabat perusahaan yang berwenang.

c. Adanya kebijakan tertulis dari manajemen mengenai capitalization dan


depreciation policy.

d. Diadakannya kartu aset tetap atau sub buku besar aset tetap yang
mencantumkan tanggal pembelian, nama supplier, harga perolehan, metode
dan presentase penyusutan, jumlah penyusutan, akumulasi penyusutan, dan
nilai buku aset tetap.

e. Setiap aset tetap diberi nomor kode.

f. Minimal setahun sekali dilakukan inventarisasi (pemeriksaan fisik aset tetap),


untuk mengetahui keberadaannya dan kondisi dari aset tetap.

g. Bukti-bukti pemilikan aset tetap disimpan ditempat yang aman.

h. Aset tetap diasuransikan dengan jumlah Insurance Coverage (nilai


pertanggungan) yang cukup.

2. Minta kepada client, Top Schedule serta supporting schedule aset tetap.

Contoh Top schedule aset tetap bisa dilihat di Exhibit 14-1 dan 14-2.

3. Prosedur audit nomor 3 cukup jelas.


4. Vouched penambahan serta pengurangan aset tetap.

Untuk penambahan aset tetap selain harus diperiksa otorisasi dank kelengkapan
supporting document, harus dilihat apakah penambahan tersebut sudah tercantum
dalam anggaran.

Untuk pengurangan aset tetap harus diperiksa kebenaran entry-nya. Misalkan:


Mesin dengan harga perolehan Rp 100.000.000 dan akumulasi penyusutan
(sampai dengan tanggalpenarikan) Rp 80.000.000 dijual dengan harga Rp
30.000.000 secara tunai.

Journal entry yang seharusnya adalah:

DR. Kas Rp 30.000.000

DR. Akumulasi Penyusutan Mesin Rp 80.000.000

CR. Mesin Rp 100.000.000

CR. Laba Penjualan Aset Tetap Rp 10.000.000

Sering kali perusahaan mencatat transaksi tersebut dengan mendebit kas Rp


30.000.000 dan mengkredit mesin Rp 30.000.000. Auditor juga harus memeriksa
apakah uang kas sebesar Rp 30.000.000 sudah diterima perusahaan dan dicatat
dalam buku penerimaan kas.

5. Periksa fisik dari aset tetap dan perhatikan kondisinya apakah masih dalam
keadaan baik atau sudah rusak.

Tentang pemeriksaan fisik aset tetap secara test basis ada 2 (dua) pendapat:
1. Yang dites hanya penambahan dalam tahun berjalan yang jumlahnya besar.

2. Diutamakan penambahan yang baru serta beberapa aset tetap yang lama.

Pada pendapat pertama memang akan lebih cepat pelaksanaannya, tetapi ada
kelemahannya yaitu bila ada aset tetap yang sudah lama dibeli atau tidak dapat
dipakai lagi, tetapi masih tercantum di dalam daftar aset tetap, maka dengan cara
pertama tidak dapat diketahui.

6. Pemeriksaan bukti pemilikan aset tetap

Dalam hal ini harus dicocokkan nomor mesin, chasis, dan nomor polisi kendaraan
yang tercantum di BPKB dan STNK dengan yang terdapat di kendaraan.
Perhatikan juga apakah surat-surat tanah, gedung, kendaraan atas nama
perusahaan.

7. Pelajari dan periksa apakah Capitalization serta Depreciation Policy-nya konsisten


dengan tahun sebelumnya. Tentang policy dari Capitalization tersebut ada
beberapa kemungkinan:

1. Berdasarkan jumlahnya, misalnya di atas Rp 500.000 harus dikapitalisir.

2. Berdasarkan masa manfaatnya

3. Campuran antara jumlah dan masa manfaatnya.

Tentang policy dari penyusutan ada beberapa kemungkinan, apakah penyusutan


tersebut dimulai:

 Pada tanggal pembelian


 Pada tanggal pemakaian
 Juga perlu diketahui masa penyusutannya, misal pembelian tanggal 1 s/d 15
dihitung satu bulan penuh sedang tanggal 16 s/d 31 dihitung setengah bulan.

8. Analisis perkiraan repair dan maintenance

Harus diperhatikan kemungkinan client untuk memperkecil laba dengan mencatat


capital expenditure sebagai revenue expenditure.

9. Periksa kecukupan insurance coverage, dalam arti jangan sampai terlalu kecil atau
terlalu besar. Jika terlalu kecil ada bahaya bahwa jika terjadi kebakaran, ganti rugi
dari perusahaan asuransi tidak mencukupi untuk membeli aset tetap (misalkan
gedung atau mesin ) yang baru sehingga mengganggu kegiatan operasi
perusahaan. Tentang penilaian cukup tidaknya insurance coverage tersebut adalah
atas dasar jumlah yang mendekati harga pasar.

10. Tes perhitungan penyusutan dan alokasi biaya penyusutan aset tetap .

Penyusutan ini biasanya dari aset tetap yang dapat disusutkan, seperti gedung
kantor dan sebagainya, sebab ada juga Fixed Assets yang tidak dapat disusutkan
seperti tanah hak milik. Tetapi bila tanah tersebut digunakan untuk bahan baku
pembuatan batu bata dan genteng, maka dapat disusutkan yaitu dengan istilah
deplasi.
Apabila tanah tersebut merupakn tanah dengan hak guna bangunan, maka tanah
tersebut juga tidak dapat disusutkan. Auditor harus memeriksa akurasi dari
perhitungan penyusutan yang dibuat klien, dan ketepatan alokasi biasa penyusutan
sebagai bagian dari biaya produksi tidak langsung, biaya umum dan administrasi,
serta biaya penjualan.
Prosedur audit nomor 11 s/d 14 sudah cukup jelas

11. Periksa apakah ada aset tetap yang dijaminkan

Jika aset tetap dijaminkan berarti bukti pemilikan diserahkan (disimpan) di bank,
sehingga auditor harus memeriksa tanda terima penyerahan bukti-bukti pemilikan.
Selain itu jika ada aset tetap yang dijaminkan harus diungkapkan dalam catatan
atas laporan keuangan.

12. Periksa penyajian aset tetap dalam laporan keuangan apakah sudah sesuai dengan
(SAK/ETAP/IFRS), baik dilaporan posisi keuangan (neraca) (cost and
accumulated depreciation), di laba rugi (biaya penyusutan), di catatan atas laporan
keuangan (kebijakan kapitalisasi dan penyusutan, rincian garis besar aset tetap)
maupun di lampiran (rincian aset tetap).

Contoh Penyajiannya:

di Laporan posisi keuangan (neraca)

Cacatan No. 31/12/2015 31/12/2014

ASET TETAP 9 Rp 2.230.000.000 Rp 2.000.000.000


Harga Perolehan Rp 525.000.000 Rp 240.000.000

Rp 1.705.000.000 Rp 1.760.000.000

di Kebijakan Akuntansi
Aset Tetap
Aset tetap dinilai berdasarkan harga perolehan.
Perusahaan menyusutkan aset tetapnya dengan menggunakan metode garis lurus
dengan persentase penyusutan sebagai berikut (berdasarkan taksiran masa manfaat
aset tetap).

Gedung : 4% per tahun

Kendaraan :25% per tahun

Mesin : 20% per tahun

Peralatan kantor : 10% per tahun

Penyusutan dihitung setahun penuh tanpa memperhatikan tanggal pembeliannya.

Biaya pemeliharaan dan perbaikan rutin dibebankan pada perhitungan laba rugi
pada saat terjadinya, sedangkan biaya pemugaran dan penambahan dalam jumlah
besar dikapitalisasi.

di Catatan atas Laporan Keuangan No 9.

Aset Tetap
Saldo Aset tetap per 31 Desember 2015 dan 2014 terdiri atas:
31 Desember 2015
Nilai Buku
Harga Perolehan Akumulasi Penyusutan
Tanah Rp 400.000.000 Rp - Rp 400.000.000
Gedung Rp 500.000.000 Rp 40.000.000 Rp 460.000.000
Kendaraan Rp 280.000.000 Rp 120.000.000 Rp 160.000.000
Mesin Rp 900.000.000 Rp 340.000.000 Rp 560.000.000
Peralatan Rp 150.000.000 Rp 25.000.000 Rp 125.000.000
Kantor
Rp 2.230.000.000 Rp 525.000.000 Rp 1.705.000.000

31 Desember 2014
Nilai Buku
Harga Perolehan Akumulasi Penyusutan
Tanah Rp 400.000.000 Rp - Rp 400.000.000
Gedung Rp 500.000.000 Rp 20.000.000 Rp 480.000.000
Kendaraan Rp 200.000.000 Rp 50.000.000 Rp 150.000.000
Mesin Rp 800.000.000 Rp 160.000.000 Rp 640.000.000
Peralatan Rp 100.000.000 Rp 10.000.000 Rp 90.000.000
Kantor
Rp 2.000.000.000 Rp 525.000.000 Rp 1.760.000.000

Beban penyusutan untuk tahun 2015 dan 2014 masing-masing sebesar Rp


525.000.000 dan Rp 240.000.000.

Gedung dan mesin dijadikan dijadikan jaminan kredit di Bank Mandiri.


Menurut SAK ETAP (IAI, 2009:75):
Entitas harus mengungkapkan untuk setiap kelompok aset tetap:

a. Dasar pengukuran yang digunakan untuk menentukan jumlah tercatat bruto,

b. Metode penyusutan yang digunakan,

c. Umur manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan,

d. Jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan (agregat dengan akumulasi


kerugian penurunan nilai) pada awal dan akhir periode, dan

e. Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukkan:

1. Penambahan,

2. Pelepasan,

3. Kerugian penurunan nilai yang diakui atau dipulihkan dalam laporan laba
rugi sesuai dengan penurunan nilai aset,

4. Penyusutan,

5. Perubahan lainnya.

Entitas juga harus mengungkapkan

1. Keberadaan dan jumlah pembatasan atas hak milik, dan aset tetap yang
dijaminkan untuk utang,

2. Jumlah komitmen kontrak untuk memperoleh aset tetap.


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Aset Tetap adalah aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi
atau penyediaan barang atau jasa, untuk disewakan ke pihak lain, atau untuk tujuan
administratif dan diharapkan akan digunakan lebih dari satu periode. Berdasarkan
jenisnya dapat dibagi menjadi : Lahan-lahan, Bangunan Gedung, Mesin-mesin,
Kendaraan, Inventaris, Prasarana, Perabot. Pemeriksaan atas aset tetap mempunyai
beberapa tujuan sebagai berikut : Untuk memeriksa apakah terdapat internal control
yang cukup baik atas aset tetap, untuk memeriksa apakah aset tetap yang tercantum
dilaporan posisi keuangan ( neraca ) betul betul ada, masih digunakan dan dimiliki
oleh perusahaan, untuk memeriksa apakah penambahan aset tetap dalam tahun
berjalan (periode yang diperiksa ) betul – betul merupakan suatu capital expenditure,
diotorisasi oleh pejabat perusahaan yang berwenang didukung oleh bukti – bukti yang
lengkap dan dicatat dengan benar, untuk memeriksa apakah disposal ( penarikan ) aset
tetap sudah dicatat dengan benar dibuku perusahaan dan telah diotorisasi oleh pejabat
perusahan yang berwenang.

Tiga kelompok transaksi yang bersangkutan dengan aset tetap yaitu:

1. Transaksi yang mengubah rekening aset tetap.

2. Transaksi yang mengubah rekening akumulasi depresiasi aset tetap bersangkutan.

3. Transaksi yang mengubah rekening biaya reparasi dan pemeliharaan aset tetap.

Di banyak perusahaan, terutama perusahaan industri, aset tetap merupakan jumlah


yang sangat besar dari total aset perusahaan. Namun demikian waktu yang digunakan
oleh akuntan publik untuk memeriksa aset tetap biasanya lebih sedikit dibandingkan
waktu yang digunakan untuk memeriksa perkiraan lainnya seperti piutang, persediaan,
dan lain-lain.
Daftar Pustaka

Sukrisno, Agoes. 2004. Auditing (Pemeriksaan Akuntansi), Edisi Ketiga, Fakultas


Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta

Alvin A.Arens, RandalJ.Elder, & Mark S.Beasley. (2008). Auditing dan Jasa
Assurance.Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai