Anda di halaman 1dari 25

MATERI DAN PERUBAHANNYA

Pengertian Materi

Materi adalah segala sesuatu yang memiliki massa dan menempati ruang (memiliki.

Sifat- sifat materi

Sifat materi dibedakan menjadi 2 :

1. Sifat fisika, merupakan sifat yang tidak ada hubungannya dengan pembentukan zat baru.contoh:
titik leleh, berat, massa jenis, warna, bau, rasa dll
2. Sifat kimia, merupakan sifat yang berhubungan dengan pembentukan zat baru. Contoh:
perkaratan, kereaktifan dll.

Perubahan Materi

1. Perubahan Fisika

Perubahan fisika adalah perubahan yang tidak menghasilkan zat baru/tidak terjadi kompsisi
suatu zat

Contoh:

 Es menjadi air
 Air menjadi uap
 Lilin meleleh
 Gula dilarutkan dalam air

1. Perubahan Kimia

Perubahan kimia adalah perubahan yang menghasilkan zat baru.

Contoh:

 Besi berkarat
 Singkong jadi tape
 Kertas dibakar jadi abu
 Nasi menjadi basi

Reaksi Kimia

Suatu perubahan kimia lebih sering disebut dengan istilah reaksi kimia. Kata kerja “bereaksi” selalu
berarti “membentuk zat baru”. Zat semula kemudian berubah disebut Pereaksi (reaktan), sedangkanzat
baru yang terbentuk disebut Hasil reaksi (produk).

Ada 4 macam petunjuk yang menandai berlangsungnya suatu reaksi kimia, yaitu:

a. Pembentukan gas
b. Pembentukan endapan
c. Perubahan warna
d. Perubahan suhu

Klasifikasi Materi

Lambang Unsur dan Persamaan Reaksi

Lambang Unsur

Pada tahun 1810, John Dalton membuat lambang unsur dengan menggunakan lingkaran sebagai
dasarnya.
Walaupun lambang unsur yang dibuat oleh Dalton sudah menunjukkan suatu kemajuan, namun
dirasakan masih kurang praktis terutama jika kita ingin menuliskan rumus kimia dari suatu senyawa.
Pada tahun 1813, seorang ahli kimia Swedia, Jons Jacob Berzelius(1779 – 1848) membuat lambang
unsur yang lebih sederhana dan yang digunakan sebagai dasar penulisan lambang unsur sampai
sekarang.
Lambang unsur yang dibuat Berzelius diturunkan dari nama unsur tersebut dalam bahasa latin atau
yunani. Sebagai contoh: hydrogen diberi lambang H dan oksigen lambang unsurnya O. Jika terdapat
beberapa unsur yang memiliki huruf depan(pertama) yang sama, maka lambang unsurnya dibedakan
oleh huruf kedua atau huruf berikutnya.Misal: Calsium, Cuprum, dan Cobalt, berturut-turut diberi
lambing: Ca, Cu, dan Co.
Ketentuan penulisan lambang unsur:

 Lambang unsur yang terdiri atas satu huruf, maka penulisannya harus menggunakan huruf
capital
 Lambang unsur yang terdiri atas dua huruf, maka penulisannya yaitu huruf pertama harus
menggunakan huruf capital, huruf keduanya huruf kecil.

Contoh penulisan beberapa lambang unsur menurut Berzelius dapat dilihat pada table berikut ini.
Tabel : Nama unsur dan lambangnya menurut Berzelius
Nama unsur Nama unsur Lambang
Penurunan nama
(nama latin) (nama Indonesia) Atom
Argentum Perak Ag L, Argentum, perak
Aluminium Aluminium Al L, Alumen, rasa pahit
Argon Argon Ar Y, Argos, malas
Aurum Emas Au L. Aurum, fajar terang
Borium Boron B Ar, Buraq, putih
Barium Barium Ba Y, Barys, berat
Bromium Brom Br Y, Bromos, busuk
Carbonium Karbon C L, Carbo, arang
Calsium Kalsium Ca L, Calx, kapur
Cobaltum Kobal Co Jer, kabold
Chromium Khrom Cr Y, Chromos, warna
Cuprum Tembaga Cu L, Cuprum, paku Cyprus
Fluorium Fluor F L, Fluere, mengalir
Ferrum Besi Fe L, Ferum, besi
Hydrogenium Hidrogen H Y, Hydro: air;genes=pembentuk
Hydragyrum Raksa Hg Y, Hydragyrum, perak cair
Helium Helium He Y, Helios, matahari
Iodium Iodium I Y, Iodes, ungu
Kalium Kalium K L, Kalium, potas
Sulfur Belerang S L, Sulphurium
Silicium Silikon Si L, Silex, batu api
Stanum Timah Sn L, Stanum, timah
Zincum Seng Zn Jer, Zincum
Untuk penulisan sistem lambang unsur yang terdiri atas 3 huruf. diberi nama sesuai nomor atom
unsurnya ditambah akhiran – ium. Awalan untuk masing-masing angka ditetapkan sebagai berikut:
0 = nil; 1 = un; 2 = bi; 3 = tri; 4 = quad; 5 = pent; 6 = hex; 7 = sept; 8 = okt; 9 = enn
Contoh:
Unsur dengan nomor atom = 104
1 = un 0 = nil 4 = quad
Lambang unsurnya = Unq
Nama unsurnya = Unilquadium
Rumus Kimia
1. Rumus kimia unsur
Unsur adalah zat kimia yang tersusun oleh atom-atom tunggal(monoatomik). Oleh karena itu, rumus
kimia unsur sama dengan lambang atom unsur tersebut.
Tabel Rumus kimia beberapa unsur monoatomik
Nama unsur Rumus kimia
Besi Fe
Emas Au
Perak Ag
Tembaga Cu
Beberapa unsur dalam kehidupan sehari-hari terdapat sebagai molekul unsur. Rumus kimia beberapa
molekul unsur dapat kita lihat pada tabel berikut
Tabel : Rumus Kimia Beberapa Molekul Unsur
Molekul Unsur Rumus kimia Jumlah Atom
Hidrogen H2 2
Oksigen O2 2
Nitrogen N2 2
Fluorin F2 2
Klorin Cl2 2
Bromin Br2 2
Iodin I2 2
Belerang S8 8
Ozon O3 3
pospor P4 4
2. Rumus kimia senyawa
Dari uraian mengenai senyawa, kita mengetahui bahwa suatu senyawa dapat terbentuk dari
penggabungan beberapa unsur dengan komposisi tertentu. Oleh karena itu, rumus kimia suatu senyawa
biasanya menyatakan jenis dan jumlah relatif unsur-unsur penyusun senyawa tersebut. Sebagai contoh,
air memiliki rumus kimia H2O, artinya air tersusun oleh 2 unsur H dan satu unsur O. Berikut adalah
tabel dari rumus kimia beberapa unsur.
Tabel Rumus Kimia Beberapa Unsur
Nama Senyawa Rumus Kimia Senyawa Jenis dan Jumlah
Atom
Air H2 O H=2;O=1
Amonia NH3 N=1;H=3
Asam sulfat H2SO4 H=2;S=1;O=4
Gula C12H22O11 C=12;H=22;O=11
Glukosa C6H12O6 C=6;H=12;O=6
Asam Cuka CH3COOH C=2;H=4;O=2
Alkohol C2H5OH C=2;H=6;O=1
Garam NaCl Na=1;Cl=1
3. Rumus empiris dan rumus molekul
Rumus kimia suatu senyawa dapat berupa rumus empiris atau rumus molekul. Rumus empiris disebut
juga rumus perbandingan, karena menyatakan perbandingan paling sederhana dari atom-atom unsur
yang menyusun suatu senyawa. Rumus molekul menyatakan jenis dan jumlah atom yang sebenarnya
yang terdapat dalam satu molekul suatu senyawa. Rumus empiris bisa sama dengan rumus molekul, bisa
juga berbeda.Perhatikan tabel berikut!
Tabel Perbandingan Rumus empiris dan Rumus Molekul Beberapa Senyawa
Nama Senyawa Rumus Molekul Rumus Empiris
Air H2O H2O
Amonia NH3 NH3
Asam sulfat H2SO4 H2SO4
Glukosa C6H12O6 CH2O
Asam cuka CH3COOH CH2O
Hidrazin N2H4 NH2
Garam NaCl NaCl
Butana C4H10 C2H5

KonSeP MoL

KONSEP MOL

Dalam tabel periodik, dapat diketahui nomor massa yang menyatakan massa atom relatif suatu
atom (Ar). Karena ukurannya sangat kecil, untuk menentukan massa suatu atom digunakan atom
unsur lain sebagai pembanding, yaitu atom 12C.
1. Massa Atom Relatif (Ar)

Dalam perhitungan kimia tidak digunakan massa absolut tetapi digunakan massa atom relatif (Ar).
Massa atom relatif (Ar) adalah perbandingan massa rata-rata satu atom suatu unsur terhadap 1/12 massa
atom 12C atau 1 sma (satuan massa atom) = 1,66 x 10-24 gram.Contoh:Ar H = 1,0080 sma dibulatkan
1Ar C = 12,01 sma dibulatkan 12

2. Massa Molekul Relatif (Mr)

Massa molekul relatif (Mr) merupakan bilangan yang menyatakan perbandingan massa satu
molekul suatu senyawa terhadap 1/12 massa atom 12C. Massa molekul realtif (Mr) sama dengan
jumlah massa atom relatif (Ar) dari semua atom penyusunnya.
Contoh:
Mr H2O = (2 x Ar H) + (1 X Ar O)

= (2 x 1) + (1 x 16)

= 18

Mol (n)

Mol adalah satuan internasional untuk atom dan molekul.

Hubungan mol dengan bilangan avogadro, jumlah partikel dan volume molar dapat dilihat pada
diagram berikut:
Penerapan Hukum Avogadro Pada Berbagai Keadaan

 Keadaan pada Temperatur dan Tekanan Standar

Berdasarkan hipotesis Avogadro dan persamaan gas ideal, volum 1 mol setiap gas pada keadaan standar
(STP),yaitu pada P = 1 atm dan T = 0C = 273 K adalah 22,4 liter.

 Keadaan pada Temperatur dan Tekanan Bukan Standar

Pada keadaan bukan standar, volum molar dihitung dengan persamaan gas ideal PV = nRT (T dalam
Kelvin)

 Keadaan pada Temperatur dan Tekanan Gas Lain yang Diketahui

Pada temperatur dan tekanan sama, gas-gas yang volumnya sama memiliki jumlah mol yang sama,
sehingga perbandingan volum pada temperatur dan suhu yang sama akan sama dengan
perbandingan molnya.

Keterangan: V1 = volum gas 1


V2 = volum gas 2
n1 = jumlah mol gas 1
n2 = jumlah mol gas 2
Contoh soal1. Tentukan volum dari 8 gram gas CH4 jika pada temperatur dan tekanan tertentu
(T,P) sama, 15 liter gas NO
massanya 3 gram (Ar H = 1, Ar C = 12, Ar N = 14, Ar O = 16).

Ikatan Kimia

IKATAN KIMIA

Ikatan kimia adalah ikatan yang terjadi antar atom atau antar molekul dengan cara sebagai berikut :

a). atom yang 1 melepaskan elektron, sedangkan atom yang lain menerima elektron.

b). penggunaan bersama pasangan elektron yang berasal dari salah 1 atom

Lambang Lewis

Lambang Lewis adalah lambang atom yang dilengkapi dengan elektron valensinya.

 Lambang Lewis gas mulia menunjukkan 8 elektron valensi (4 pasang).


 Lambang Lewis unsur dari golongan lain menunjukkan adanya elektron tunggal (belum
berpasangan).

Macam Ikatan Kimia

Dikenal ada beberapa macam ikatan kimia yaitu:


1. Ikatan ion / ikatan elektrovalen / ikatan heteropolar
2. Ikatan kovalen / ikatan atom / ikatan homopolar
3. Ikatan kovalen koordinasi / ikatan semipolar
4. Ikatan logam
5. Ikatan Hidrogen
6. Ikatan (Gaya) Van Der Waals

1. Ikatan Ion

Sifat umum senyawa ionik :

 Titik didih dan titik lelehnya tinggi.


 Keras, tetapi mudah patah.
 Penghantar panas yang baik.
 Lelehan maupun larutannya dapat menghantarkan listrik (elektrolit).
 Larut dalam air.
 Tidak larut dalam pelarut/senyawa organik (misal : alkohol, eter, benzena).

Ikatan ion biasanya terjadi antara atom-atom yang mudah melepaskan elektron (logam-logam golongan
utama) dengan atom-atom yang mudah menerima elektron (terutama golongan VIA den VIIA). Makin
besar perbedaan elektronegativitas antara atom-atom yang membentuk ikatan, maka ikatan yang
terbentuk makin bersifat ionik.

Contoh:

Ikatan antara dengan Na Konfigurasi elektronnya := 2, 8, 1 dengan Cl dengan konfigurasinya = 2, 8, 7

 Atom Na melepaskan 1 elektron valensinya sehingga konfigurasi elektronnya sama dengan gas
mulia.
 Atom Cl menerima 1 elektron pada kulit terluarnya sehingga konfigurasi elektronnya sama
dengan gas mulia
 Antara ion Na+ dengan terjadi gaya tarik-menarik elektrostatis sehingga terbentuk senyawa ion
NaCl.

2. Ikatan Kovalen

 Ikatan kovalen merupakan ikatan kimia yang terbentuk dari pemakaian elektron bersama oleh
atom-atom pembentuk ikatan. Ikatan kovalen biasanya terbentuk dari unsur-unsur non logam.
Dalam ikatan kovalen, setiap elektron dalam pasangan tertarik ke dalam nukleus kedua atom.
Tarik menarik elektron inilah yang menyebabkan kedua atom terikat bersama.
 Ikatan kovalen terjadi akibat ketidakmampuan salah 1 atom yang akan berikatan untuk
melepaskan elektron (terjadi pada atom-atom non logam).
 Ikatan kovalen terbentuk dari atom-atom unsur yang memiliki afinitas elektron tinggi serta beda
keelektronegatifannya lebih kecil dibandingkan ikatan ion.
 Atom non logam cenderung untuk menerima elektron sehingga jika tiap-tiap atom non logam
berikatan maka ikatan yang terbentuk dapat dilakukan dengan cara mempersekutukan
elektronnya dan akhirnya terbentuk pasangan elektron yang dipakai secara bersama.
 Pembentukan ikatan kovalen dengan cara pemakaian bersama pasangan elektron tersebut harus
sesuai dengan konfigurasi elektron pada unsur gas mulia yaitu 8 elektron (kecuali He berjumlah
2 elektron).

macam-macam ikatan kovalen:

– ikatan kovalen tunggal

– ikatan kovalen rangkap dua

– ikatan kovalen rangkap tiga

3. Ikatan kovalen koordinasi


Ikatan kovalen koordinasi merupakan ikatan yang terbentuk dengan cara penggunaan bersama pasangan
elektron yang berasal dari salah 1 atom yang berikatan [Pasangan Elektron Bebas (PEB)], sedangkan
atom yang lain hanya menerima pasangan elektron yang digunakan bersama. Pasangan elektron ikatan
(PEI) yang menyatakan ikatan dativ digambarkan dengan tanda anak panah kecil yang arahnya dari
atom donor menuju akseptor pasangan elektron.

Contoh : Terbentuknya senyawa BF3-NH

4. Ikatan logam

Ikatan logam Adalah ikatan yang terbentuk akibat adanya gaya tarik-menarik yang terjadi antara muatan
positif dari ion-ion logam dengan muatan negatif dari elektron-elektron yang bebas bergerakPada ikatan
kovalen, elektron-elektron ikatan seolah-olah menjadi milik sepasang atom, sehingga tidak dapat
bergerak bebas. Pada logam, elektron-elektron yang menyebabkan terjadinya ikatan di antara atom-atom
logam tidak hanya menjadi milik sepasang atom saja, tetapi menjadi milik semua atom logam, sehingga
elektron-elektron dapat bergerak bebas. Karena itulah maka logam-logam dapat menghantarkan arus
listrik.

5. Ikatan Hidrogen

Ikatan ini merupakan gaya tarik menarik antara atom H dengan atom lain yang mempunyai
keelektronegatifan besar pada satu molekul dari senyawa yang sama.
Contoh:
– molekul H2O
– molekul HF

6. Ikatan VanderWalls

Gas mempunyal sifat bentuk dan volumenya dapat berubah sesuai tempatnya. Jarak antara molekul-
molekul gas relatif jauh dan gaya tarik menariknya sangat lemah. Pada penurunan suhu, fasa gas dapat
berubah menjadi fasa cair atau padat. Pada keadaan ini jarak antara molekul-molekulnya menjadi lebih
dekat dan gaya tarik menariknya relatif lebih kuat. Gaya tarik menarik antara molekul-molekul yang
berdekatan ini disebut gaya Van der walls.

Struktur Atom dan Sistem Periodik Unsur

1. STRUKTUR ATOM

Perkembangan Model Atom :

1). Model Atom Dalton

a) Atom digambarkan sebagai bola pejal yang sangat kecil.

b) Atom merupakan partikel terkecil yang tidak dapat dipecah lagi.

c) Atom suatu unsur sama memiliki sifat yang sama, sedangkan atom unsur berbeda, berlainan dalam
massa dan sifatnya.

d) Senyawa terbentuk jika atom bergabung satu sama lain.

e) Reaksi kimia hanyalah reorganisasi dari atom-atom, sehingga tidak ada atom yang berubah akibat
reaksi kimia.
Gambar Model Atom Dalton

Teori atom Dalton ditunjang oleh 2 hukum alam yaitu :

1. Hukum Kekekalan Massa (hukum Lavoisier) : massa zat sebelum dan sesudah reaksi adalah
sama.
2. Hukum Perbandingan Tetap (hukum Proust) : perbandingan massa unsur-unsur yang
menyusun suatu zat adalah tetap.

Kelemahan Model Atom Dalton :

Menurut teori atom Dalton nomor 5, tidak ada atom yang berubah akibat reaksi kimia. Kini ternyata
dengan reaksi kimia nuklir, suatu atom dapat berubah menjadi atom lain.

2). Model Atom Thomson

a) Setelah ditemukannya elektron oleh J.J Thomson, disusunlah model atom Thomson yang
merupakan penyempurnaan dari model atom Dalton.

b) Atom terdiri dari materi bermuatan positif dan di dalamnya tersebar elektron bagaikan kismis
dalam roti kismis.

Gambar Model Atom Thomson

3). Model Atom Rutherford

a) Rutherford menemukan bukti bahwa dalam atom terdapat inti atom yang bermuatan positif,
berukuran lebih kecil daripada ukuran atom tetapi massa atom hampir seluruhnya berasal dari massa
intinya.

b) Atom terdiri dari inti atom yang bermuatan positif dan berada pada pusat atom serta elektron
bergerak melintasi inti (seperti planet dalam tata surya).

Kelemahan Model Atom Rutherford :

 Ketidakmampuan untuk menjelaskan mengapa elektron tidak jatuh ke inti atom akibat gaya tarik
elektrostatis inti terhadap elektron.
 Menurut teori Maxwell, jika elektron sebagai partikel bermuatan mengitari inti yang memiliki
muatan yang berlawanan maka lintasannya akan berbentuk spiral dan akan kehilangan
tenaga/energi dalam bentuk radiasi sehingga akhirnya jatuh ke inti.

Gambar Model Atom Rutherford

4). Model Atom Niels Bohr

 Model atomnya didasarkan pada teori kuantum untuk menjelaskan spektrum gas hidrogen.
 Menurut Bohr, spektrum garis menunjukkan bahwa elektron hanya menempati tingkat-tingkat
energi tertentu dalam atom.

Menurutnya :

a) Atom terdiri dari inti yang bermuatan positif dan di sekitarnya beredar elektron-elektron yang
bermuatan negatif.

b) Elektron beredar mengelilingi inti atom pada orbit tertentu yang dikenal sebagai keadaan gerakan
yang stasioner (tetap) yang selanjutnya disebut dengan tingkat energi utama (kulit elektron) yang
dinyatakan dengan bilangan kuantum utama (n).

c) Selama elektron berada dalam lintasan stasioner, energi akan tetap sehingga tidak ada cahaya yang
dipancarkan.

d) Elektron hanya dapat berpindah dari lintasan stasioner yang lebih rendah ke lintasan stasioner
yang lebih tinggi jika menyerap energi. Sebaliknya, jika elektron berpindah dari lintasan stasioner yang
lebih tinggi ke rendah terjadi pelepasan energi.

e) Pada keadaan normal (tanpa pengaruh luar), elektron menempati tingkat energi terendah (disebut
tingkat dasar = ground state).

Kelemahan Model Atom Niels Bohr :

1. Hanya dapat menerangkan spektrum dari atom atau ion yang mengandung satu elektron dan
tidak sesuai dengan spektrum atom atau ion yang berelektron banyak.
2. Tidak mampu menerangkan bahwa atom dapat membentuk molekul melalui ikatan kimia.
Model Atom Niels Bohr

5). Model Atom Modern

Dikembangkan berdasarkan teori mekanika kuantum yang disebut mekanika gelombang; diprakarsai
oleh 3 ahli :

a) Louis Victor de Broglie

Menyatakan bahwa materi mempunyai dualisme sifat yaitu sebagai materi dan sebagai gelombang.

b) Werner Heisenberg

Mengemukakan prinsip ketidakpastian untuk materi yang bersifat sebagai partikel dan gelombang. Jarak
atau letak elektron-elektron yang mengelilingi inti hanya dapat ditentukan dengan kemungkinan –
kemungkinan saja.

c) Erwin Schrodinger (menyempurnakan model Atom Bohr)

Berhasil menyusun persamaan gelombang untuk elektron dengan menggunakan prinsip mekanika
gelombang. Elektron-elektron yang mengelilingi inti terdapat di dalam suatu orbital yaitu daerah 3
dimensi di sekitar inti dimana elektron dengan energi tertentu dapat ditemukan dengan kemungkinan
terbesar.

2. SISTEM PERIODIK UNSUR

Perkembangan Tabel Periodik Unsur

1. Berdasarkan Sifat Logam dan Non Logam

Unsur-unsur yang ada di alam dikelompokkan ke dalam 2 kelompok yaitu logam dan non logam.
Pengelompokan ini merupakan metode paling sederhana , dilakukan dengan cara mengamati
ciri-ciri fisiknya

2. Berdasarkan Hukum Triade Dobereiner


Tahun 1817 Dobereiner menemukan adanya beberapa kelompok tiga unsur yang memiliki kemiripan
sifat, yang ada hubungannya dengan massa atom. Kelompok ini dinamakan triade. Berdasarkan
eksperimennya disimpulkan bahwa berat atom unsur kedua hampir sama atau mendekati berat rata-rata
dari unsur sebelum dan
sesudahnya.
Pengelompokkan unsur dari Dobereiner dapat digambarkan sebagai berikut:

3. Hukum Oktaf dari Newland


Unsur-unsur dikelompokkan berdasarkan kenaikan massa atom relatifnya (Ar).
Unsur ke-8 memiliki sifat kimia mirip dengan unsur pertama; unsur ke-9 memiliki sifat yang mirip
dengan unsur ke-2 dst. Sifat-sifat unsur yang ditemukan berkala atau periodik setelah 8 unsur disebut
Hukum Oktaf.
Unsur H sifatnya sama dengan unsur F,unsur Li sifatnya sama dengan unsur Na dan seterusnya

3.Berdasarkan Periodik Mendeleev


Lothar Meyer lebih mengutamakan sifat-sifat kimia unsur sedangkan Mendeleev lebih
mengutamakan kenaikan massa atom.
Menurut Mendeleev : sifat-sifat unsur adalah fungsi periodik dari massa atom
relatifnya. Artinya : jika unsur-unsur disusun menurut kenaikan massa atom relatifnya, maka
Sifat tertentu akan berulang secara periodik.

4.Sistem Periodik Modern (Sistem Periodik Panjang)


Dikemukakan oleh Henry G Moseley, yang berpendapat bahwa sifat-sifat fisis dan kimia unsur
merupakan fungsi periodik dari nomor atomnya .Artinya : sifat dasar suatu unsur ditentukan oleh nomor
atomnya bukan oleh massa atom relatifnya (Ar).
Pengelompokkan ini dikenal dengan sistem periodik panjang yang diketahui dengan nama Sistem
Periodik Modern. Sistem ini terdiri dari 2 hal yaitu golongan (lajur vertikal) dan periode(lajur
horisontal)
Golongan dan Periode Unsur-Unsur dalam Tabel Periodik

1. Golongan
Golongan adalah lajur tegak pada Tabel Peiodik Unsur. Unsur-unsur yang ada dalam satu lajur tegak
adalah unsur-unsur segolongan, terdapat 8 golongan utama dan 8 golongan transisi.
Golongan utama tersebut adalah:

 Golongan I A (alkali) terdiri dari unsur-unsur H, Li, Na, K, Rb,Cs,Fr


 Golongan II A (alkali tanah) terdiri dari unsur-unsur Be, Mg, K,Sr,Ba,Ra
 Golongan III A ( aluminum) terdiri dari unsur-unsur B,Al,Ga,In,Tl
 Golongan IV A (karbon) terdiri dariunsur-unsur C,Si,Ge,Sn,Pb
 Golongan V A (nitrogen) terdiri dari unsur-unsur N,P,As,Sb,Bi
 Golongan VI A (oksigen) terdiri dari unsur-unsur O,S,Se,Te,Po
 Golongan VII A (halogen) terdiri dari unsur-unsur F,Cl,Br,I,At
 Golongan VIII A (gas mulia) terdiri dari unsur-unsur He,Ne,Ar,Kr,Xe,Rn

2. Periode
Perioda adalah lajur horisontal dalam sistem periodik modern terdiri dari 7 periode

 Periode 1 (periode sangat pendek) berisi 2 unsur


 Periode 2 (periode pendek) berisi 8 unsur
 Periode 3 (periode pendek) berisi 8 unsur
 Periode 4(periode panjang) berisi 18 unsur
 Periode 5 (periode panjang) berisi 18 unsur
 Periode 6 (periode sangat panjang ) berisi 32 unsur
 Periode 7 (periode sangat panjang) berisi 28 unsur,belum lengkap karena maksimum 32 unsur

Sistem periodik modern (SPU) disusun berdasarkan kenaikan nomor atom (lajur horizontal atau
periode) dan kemiripan sifat (lajur vertikal atau golongan).
Sistem periodik modern terdiri atas 7 periode dan 8 golongan. Berdasarkan golongannya, unsur-unsur
SPU dibedakan menjadi:

a. Golongan utama (Golongan A)


b. Golongan transisi (Golongan B)

Berdasarkan jenis orbital yang ditempati oleh elektron terakhir, unsur-unsur dalam sistem periodik
dibagi atas blok s, blok p, blok d, dan blok f.

 Blok s: golongan I A dan II A. Blok s tergolong logam aktif, kecuali H (nonlogam) dan He (gas
mulia).
 Blok p: golongan III A sampai dengan VIII A. Blok p disebut juga unsur wakil karena terdapat
semua jenis unsur (logam, nonlogam, dan metaloid).
 Blok d: golongan III B sampai II B. Unsur blok d disebut juga unsur transisi, semuanya
tergolong logam.
 Blok f: unsur blok f ini disebut juga unsur transisi dalam, semuanya terletak pada golongan IIIB,
periode 6 dan 7.

1. Periode 6 dikenal sebagai deret lantanida (4f).


2. Periode 7 dikenal sebagai deret aktinida (5f)

Hubungan Konfigurasi Elektron dengan Sistem Periodik


Hubungan antara letak unsur dalam sistem periodik dengan konfigurasi elektronnya
adalah sebagai berikut.
1. Nomor periode sama dengan jumlah kulit
2. Nomor golongan sama dengan jumlah elektron valensi

Contoh soal:
Tentukan golongan dan periode dari unsur !
Jawab:
mempunyai nomor atom 35 sehingga konfigurasi elektronnya X = 2.8.18.7
Elektron valensi= 7 ► Golongan VII A, jumlah kulit 4►periode 4

Sifat Keperiodikan Unsur

Sifat periodik adalah sifat yang berubah secara beraturan sesuai dengan kenaikan nomor Atom, yaitu
dari kiri kekanan dalam satu periode atau dari kiri kekanan dalam satu golongan.

 Jari-jari Atom

Jari-jari atom adalah jarak dari inti hingga kulit elektron terluar. Semakin besar nomor atom unsur-unsur
segolongan, semakin banyak pula jumlah kulitelektronnya, sehingga semakin besar pula jari-jari
atomnya.
Jadi : dalam satu golongan (dari atas ke bawah), jari-jari atomnya semakin besar.
Dalam satu periode (dari kiri ke kanan), nomor atomnya bertambah yang berarti semakin bertambahnya
muatan inti, sedangkan jumlah kulit elektronnya tetap. Akibatnya tarikan inti terhadap elektron terluar
makin besar pula, sehingga menyebabkan semakin kecilnya jari-jari atom.
Jadi : dalam satu periode (dari kiri ke kanan), jari-jari atomnya semakin kecil.

 Afinitas Elektron

Adalah energi yang dilepaskan atau diserap oleh atom netral dalam bentuk gas apabila menerima sebuah
elektron untuk membentuk ion negative.
Unsur golongan utama memiliki afinitas elektron bertanda negatif, kecuali golongan IIA dan VIIIA.
Afinitas elektron terbesar dimiliki golongan VIIA..
Dalam satu golongan (dari atas ke bawah), harga afinitas elektronnya semakin kecil.
Dalam satu periode (dari kiri ke kanan), harga afinitas elektronnya semakin besar.
Contoh: Cl(g) + e¯ → Cl¯(g) (∆H=-348kj)

 Energi Ionisasi

Adalah energi minimum yang diperlukan atom netral dalam wujud gas untuk melepaskan satu elektron
sehingga membentuk ion bermuatan +1 (kation).

Jika atom tersebut melepaskan elektronnya yang ke-2 maka akan diperlukan energi yang lebih besar
(disebut energi ionisasi kedua), dst.

Dalam satu periode (dari kiri ke kanan), EI semakin besar karena jari-jari atom semakinkecil sehingga
gaya tarik inti terhadap elektron terluar semakin besar/kuat. Akibatnya elektron terluar semakin sulit
untuk dilepaskan .

Contoh : 11 Na + energi ionisasi → Na+ + e

 Keelektronegatifan
Adalah kemampuan suatu unsur untuk menarik elektron dalam molekul suatu senyawa (dalam
ikatannya).Diukur dengan menggunakan skala Pauling yang besarnya antara 0,7 (keelektronegatifan Cs)
sampai 4 (keelektronegatifan F).

Dalam satu periode (dari kiri ke kanan), harga keelektronegatifan semakin besar.
Dalam satu golongan (dari atas ke bawah), harga keelektronegatifan semakin kecil.

Dalam satu golongan dari atas ke bawah

1. Afinitas elektron semakin kecil


2. Jari-jari atom semakin besar
3. Energi ionisasi semakin kecil
4. Elektronegativitas semakin kecil

Dalam satu perioda dari kiri ke kanan

1. Jari-jari atom semakin kecil


2. Afinitas elektron semakin besar
3. Energi ionisasi semakin besar
4. Elektronegativitas semakin besar

KELAS XI

Kesetimbangan Kimia

KESETIMBANGAN KIMIA

A. Konsep Kesetimbangan Dinamis

keadaan kesetimbangan dinamis, kita perhatikan reaksi penguraian (dissosiasi) gas N2O4 sebagai berikut
:

N2O4 (g) –> 2 NO2 (g)

Tak berwarna merah-coklat

Mula–mula laju reaksi disosiasi N2O4 berlangsung relatif lebih cepat daripada laju reaksi pembentukan
N2O4. Namun laju reaksi pembentukan N2O4 juga makin lama makin bertambah besar sesuai dengan
pertambahan jumlah NO2 yang terbentuk.

B. Reaksi Bolak Balik (reversible)


Perhatikanlah kertas yang terbakar. Apakah hasil pembakaran kertas dapat diubah menjadi kertas seperi
semula? Pengalaman menunjukkan bahwa proses itu tidak dapat dilakukan, bukan? Reaksi seperi itu
kita golongkan sebagai reaksi yang berlangsung searah atau reaksi yang tidak dapat balik (Irreversible).

Proses-proses alami umumnya berlangsung searah, tidak dapat balik. Namun, di laboratorium maupun
dalam proses industri, banyak reaksi yang dapat balik. Reaksi yang dapat balik kita sebut reaksi
reversible.

C. Azas Le Chatelier

Henri Louis Le Chatelier (1884) berhasil menyimpulkan pengaruh faktor luar tehadap kesetimbangan
dalam suatu azas yang dikenal dengan azas Le Chatelier sebagai berikut:

“ Bila terhadap suatu kesetimbangan dilakukan suatu tindakan (aksi), maka sistem itu akan
mengadakan reaksi yang cenderung mengurangi pengaruh aksi tersebut. “

Secara singkat, azas Le Chatelier dapat dinyatakan sebagai:

Reaksi = – Aksi

D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pergeseran Kesetimbangan

Pergeseran kesetimbangan dapat dipengaruhi oleh berbagai factor antara lain temperatur, konsentrasi,
tekanan dan volume, penambahan zat lain.

 Pengaruh temperature

Sesuai dengan azas Le Chatelier, jika suhu atau temperature suatu sistem kesetimbangan
dinaikkan, maka reaksi sistem menurunkan temperatur, kesetimbangan akan bergeser ke pihak
reaksi yang menyerap kalor (ke pihak reaksi endoterm). Sebaliknya jika suhu diturunkan, maka
kesetimbangan akan bergeser ke pihak reaksi eksoterm.

a b

Gambar 5 : (a) Dua tabung mengandung campuran gas NO2 dan N2O4 pada saat setimbang. (b)
Ketika salah satu tabung dimasukkan pada air dingin (kiri) warna menjadi bertambah terang,
menunjukkan terbentuknya gas N2O4 yang tidak berwarna. Ketika tabung yang lain dimasukkan
pada air panas (kanan), warnanya menjadi gelap, menunjukkan kenaikan konsentrasi NO2.

 Pengaruh konsentrasi

Pengaruh Konsentrasi Terhadap Kesetimbangan

Cara sistem
No Aksi Reaksi
bereaksi
1 Menambah Mengurangi Bergeser kekanan
konsentrasi konsentrasi pereaksi
2 Mengurangi Menambah konsentrasi Bergeser kekiri
konsentrasi pereaksi
3 Memperbesar Mengurangi Bergeser kekiri
produk konsentrasi produk
4 Mengurangi Memperbesar Bergeser ke kanan
konsentrasi konsentrasi produk
produk
5 Mengurangi Memperbesar Bergeser kea rah yang
konsentrasi total konsentrasi total jumlah molekul terbesar

 Pengaruh tekanan dan volume

Penambahan tekanan dengan cara memperkecil volume akan memperbesar konsentrasi semua
komponen. Sesuai dengan azas Le Chatelier, maka sistem akan bereaksi dengan mengurangi tekanan.

Sebagaimana anda ketahui, tekanan gas bergantung pada jumlah molekul dan tidak bergantung pada
jenis gas. Oleh karena itu, untuk mengurangi tekanan maka reaksi kesetimbangan akan bergeser ke arah
yang jumlah koefisiennya lebih kecil. Sebaliknya, jika tekanan dikurangi dengan cara memperbesar
volume, maka sistem akan bereaksi dengan menambah tekanan dengan cara menambah jumlah molekul.
Reaksi akan bergeser ke arah yang jumlah koefisiennya lebih besar. Pengaruh penambahan tekanan
(dengan cara memperkecil volume) pada kesetimbangan reaksi :

CO+ 3H2(g) <–> CH4(g) + H2O(g)

diberikan pada gambar berikut.

Contoh : Ditentukan kesetimbangan :

– N2(g) + 3H2(g) <–> 2NH3(g)

– 2HI(g) <–> H2(g) + I2(g)

Redoks

Reaksi Reduksi Dan Oksidasi

Reaksi reduksi adalah reaksi penangkapan elektron atau reaksi terjadinya penurunan bilangan oksidasi.
Sedangkan reaksi oksidasi adalah reaksi pelepasan elektron atau reaksi terjadinya kenaikan bilangan
oksidasi. Jadi, reaksi redoks adalah (reduksi dan oksidasi) adalah reaksi penerimaan dan pelepasan
elektron atau reaksi terjadinya penurunan dan kenaikan bilangan oksidasi.
Pentingnya reaksi oksidasi-reduksi dikenali sejak awal kimia. Dalam oksidasi-reduksi, suatu entitas
diambil atau diberikan dari dua zat yang bereaksi. Situasinya mirip dengan reaksi asam basa.
Singkatnya, reaksi oksidasi-reduksi dan asam basa merupakan pasangan sistem dalam kimia. Reaksi
oksidasi reduksi dan asam basa memiliki nasib yang sama, dalam hal keduanya digunakan dalam
banyak praktek kimia sebelum reaksi ini dipahami. Konsep penting secara perlahan dikembangkan:
misalnya, bilangan oksidasi, oksidan (bahan pengoksidasi), reduktan (bahan pereduksi), dan gaya gerak
listrik, persamaan Nernst, hukum Faraday tentang induksi elektromegnet dan elektrolisis.

Perbedaan oksidasi reduksi

Oksidasi: reaksi antara suatu zat dengan oksigen


Klasik
Reduksi : reaksi antara suatu zat dengan hydrogen
Oksidasi
– Kenaikan Bilangan Oksidasi
– Pelepasan Elektron
Reduksi
Modern – Penurunan Bilangan Oksidasi
– Penangkapan ElektronOksidator
– Mengalami Reduksi
– Mengalami Penurunan Bilangan Oksidasi
– Mampu mengoksidasi
– Dapat menangkap electron

Reduktor
– Mengalami oksidasi
– Mengalami kenaikan Bilangan Oksidasi
– Mampu mereduksi
– Dapat memberikan electron

Auto Redoks

 Reaksi redoks di mana sebuah zat mengalami reduksi sekaligus oksidasi

Bilangan Oksidasi

Pengertian Bilangan Oksidasi :


Muatan listrik yang seakan-akan dimiliki oleh unsur dalam suatu senyawa atau ion.
Harga bilangan oksidasi

1. Unsur bebas bilangan Oksidasi = 0


2. Oksigen
Dalam Senyawa Bilangan Oksidasi = -2
Kecuali :
a. Dalam peroksida, Bilangan Oksidasi = -1
b. Dalam superoksida, Bilangan Oksida = -1/2
c. Dalam OF2, Bilangan Oksidasi = +2
3. Hidrogen dalam senyawa, Bilangan Oksidasi = +1, kecuali dalam hibrida = -1
4. Unsur-unsur Golongan IA dalam senyawa, Bilangan Oksidasi = +1
5. Unsur-unsur Golongan IIA dalam senyawa, Bilangan Oksidasi = +2
6. Bilangan Oksidasi molekul = 0
7. Bilangan Oksidasi ion = muatan ion
8. Unsur halogen :
F : 0, -1
Cl : 0, -1, +1, +3, +5, +7
Br : 0, -1, +1, +5, +7
I : 0, -1, +1, +5, +7

Contoh soal :

1. Manakah yang termasuk reaksi redoks?


a. NaOH + HCl NaCl + H2O
b. Ag+ (aq) + Cl-( aq) AgCl(s)
c. CaCO3 CaO + CO2
d. CuO + CO Cu + CO2
e. O2 + O O3

Jawab : d

Perhatikan atom Cu dari biloks +2 (pada CuO) berubah menjadi 0 (pada Cu). Jika satu atom mengalami
perubahan, termasuk redoks karena pasti akan diikuti oleh perubahan lainnya.

2. Manakah reaksi berikut yang bukan termasuk reaksi redoks?


a. Zn + 2H2SO4 ZnSO4 + H2
b. 2CrO4 2- + 2H+ Cr2O7 2- + H2O
c. Cu2++ Ni Cu + Ni2+
d. C3H8 + 5O2 3CO2 + 4H2O
e. Cl2 + 2KOH KCl + KClO + H2O

Jawab :

Perhatikan pilihan semua jawaban. semuanya ada atom (biloks 0) membentuk senyawanya. Berarti
biloks ada yang positif ada yang negatif. Dari 0 ke positif atau negatif ada perubahan dan ini berarti
reaksi redoks. Sedangkan pilihan b biloks pada Cr2O4 2- sebesar +6 dan pada Cr2O7 2- sebesar +6 jadi
tidak ada perubahan biloks
Dasar : reaksi redoks (reduksi oksidasi) Contoh: Dalam reaksi Fe dan Cu+2, Fe mengalami kenaikan
bilangan oksidasi (oksidasi); Cu+2 mengalami penurunan bilangan oksidasi (reduksi)

Oksidator dan Reduktor

Oksidator adalah zat pengoksidasi, tetapi mengalami reduksi.


Reduktor adalah zat pereduksi, tetapi mengalami oksidasi.
Contoh-contoh :

oksidasi
Oksidator : O2
+4 -2 0 +6 -2 Reduktor : SO2
1. 2 SO2 + O2 2 SO3

Reduksi
Oksidasi

0 +1 -1 +2 -1 0 Oksidator : HCl
2. Mg + 2 HCl MgCl2 + H2 Reduktor : Mg

Reduksi

Oksidasi

+2 -1 0 +3 -1 Oksidator : Cl2
3. FeCl2 + Cl2 FeCl3 Reduktor : FeCl2
Reduksi

Oksidasi

+2 -2 -3 +1 0 0 +1 -2 Oksidator : CuO
4. CuO + NH3 Cu + N2 + H2O Reduktor : NH3

Reduksi

Oksidasi

+3 -2 +2 -2 0 +4 -2
5. Fe2O3 + CO 2 Fe + 3 CO2 Oksidator : Fe2O3
Reduktor : CO
Reduksi

Satuan dan Konsentrasi

SATUAN KONSENTRASI
Konsetrasi Larutan

Konsetrasi larutan merupakan cara untuk menyatakan hubungan kuantitatif antara zat terlarut dan
pelarut.

 Konsentrasi : jumlah zat tiap satuan volum (besaran intensif)


 Larutan encer : jumlah zat terlarut sangat sedikit
 Larutan pekat : jumlah zat terlarut sangat banyak
 Cara menyatakan konsentrasi: molar, molal, persen, fraksi mol, bagian per sejuta (ppm), dll

Molaritas (M)

Molaritas adalah jumlah mol zat terlarut dalam satu liter larutan. Rumus Molaritas adalah :

Contoh :

Berapakah molaritas 0.4 gram NaOH (Mr = 40) dalam 250 mL larutan ?

Jawab :
SNormalitas (N)

Normalitas merupakan jumlah mol-ekivalen zat terlarut per liter larutan. Terdapat hubungan antara
Normalitas dengan Molaritas, yaitu :

Mol-ekivalen :

 Asam/basa: jumlah mol proton/OH– yang diperlukan untuk menetralisir suatu asam / basa.

Contoh :

1 mol Ca(OH)2 akan dinetralisir oleh 2 mol proton;

1 mol Ca(OH)2 setara dengan 1 mol-ekivalen; Ca(OH)2 1M = Ca(OH)2 2N

 Redoks : jumlah mol elektron yang dibutuhkan untuk mengoksidasi atau mereduksi suatu unsur

Contoh :

1 mol Fe+3 membutuhkan 3 mol elektron untuk menjadi Fe;

1 mol Fe+3 setara dengan 3 mol-ekivalen;

Fe+3 1 M = Fe+3 3 N atau Fe2O3 6 N

Molalitas (m)

Molalitas adalah jumlah mol zat terlarut dalam 1000 gram pelarut.

Rumus Molalitas adalah :

Contoh :

Berapa molalitas 4 gram NaOH (Mr=40) dalam 500 gram air?

Jawab :

molalitas NaOH

= (4/40)/500 g air

= (0.1 x 2 mol)/1000 g air

= 0,2 m

Fraksi Mol (X)

Fraksi mol adalah perbandingan antara jumlah mol suatu komponen dengan jumlah total seluruh
komponen dalam satu larutan. Fraksi mol total selalu satu. Konsentrasi dalam bentuk ini tidak
mempunyai satuan karena merupakan perbandingan.

Contoh :

Suatu larutan terdiri dari 2 mol zat A, 3 mol zat B, dan 5 mol zat C. Hitung fraksi mol masing-masing
zat !

Jawab :
XA = 2 / (2+3+5) = 0.2
XB = 3 / (2+3+5) = 0.3
XC = 5 / (2+3+5) = 0.5

XA + XB + XC = 1

Persen Berat (% w/w)

Persen berat menyatakan jumlah gram berat zat terlarut dalam 100 gram larutan.

Contoh :

Larutan gula 5%, berarti dalam 100 gram larutan gula terdapat :

 (5/100) x 100 gram gula = 5 gram gula


 (100 – 5) gram air= 95 gram air

Bagian per juta (part per million, ppm)

ppm = massa komponen larutan (g) per 1 juta g larutan. Untuk pelarut air : 1 ppm setara dengan 1
mg/liter.

Titrasi asam basa

Dalam reaksi netralisasi asam dan basa, atau basa dengan asam, bagaimana konsentrasi [H+], atau pH,
larutan bervariasi? Perhitungan [H+] dalam titrasi asam kuat dengan basa kuat atau sebaliknya basa kuat
dengan asam kuat tidak sukar sama sekali. Perhitungan ini dapat dilakukan dengan membagi jumlah mol
asam (atau basa) yang tinggal dengan volume larutannya.

Perhitungannya akan lebih rumit bila kombinasi asam lemah dan basa kuat, atau yang melibatkan asam
kuat dan basa lemah. [H+] akan bergantung tidak hanya pada asam atau basa yang tinggal, tetapi juga
hidrolisis garam yang terbentuk.

Plot [H+] atau pH vs. jumlah asam atau basa yang ditambahkan disebut kurva titrasi . Mari kita
menggambarkan kurva titrasi bila volume awal asam VA, konsentrasi asam MA, dan volume basa yang
ditambahkan vB dan konsentrasinya adalah MB.

(1) TITRASI ASAM KUAT DAN BASA KUAT.

[1] sebelum titik ekivalen:

Karena disosiasi air dapat diabaikna, jumlah mol H+ sama dengan jumlah sisa asam yang tinggal

[H+] = (MAVA – MBvB)/(VA + vB)

[2] Pada titik ekivalen:

Disosiasi air tidak dapat diabaikan di sini.

[H+] = √Kw = 10-7

[3] setelah titik ekivalen:

Jumlah mol basa berlebih sama dengan jumlah mol ion hidroksida. [OH–] dapat diperoleh dengan
membagi jumlah mol dengan volume larutan. [OH–] yang diperoleh diubah menjadi [H+].

[OH–] = (MBvB – MAVA)/(VA + vB)


[H+] = Kw/[OH–] = (VA + vB)Kw/(MBvB – MAVA)

Kurvanya simetrik dekat titik ekivalen karena vB ≒ VA.

Titrasi 10 x 10-3 dm3 asam kuat misalnya HCl 0,1 mol dm-3 dengan basa kuat misalnya NaOH 0,1 mol
dm-3 menghasilkan kurva titrasi khas seperti yang ditunjukkan gambar di bawah ini. Pada tahap awal,
perubahan pHnya lambat. Perubahan pH sangat cepat dekat titik ekivalen (vB = 10 x10-3 dm3). Dekat
titik ekivalen, pH berubah beberapa satuan hanya dengan penambahan beberapa tetes basa.

Gambar Kurva titrasi: (a) Titrasi HCl dengan NaOH. Perubahan pH yang cepat di titik ekivalen bersifat
khas.

(b) Titrasi CH3COOH dengan NaOH. Perubahan pH di titik ekivalen tidak begitu cepat.

Gambar Kurva titrasi: titrasi NH3 dengan HCl.

2. TITRASI ASAM LEMAH DENGAN BASA KUAT

Hasilnya akan berbeda bila asam lemah dititrasi dengan basa kuat. Titrasi 10 x 10-3 dm3 asam asetat 0,1
mol dm-3 dengan NaOH 0,1 mol dm-3 merupakan contoh khas (Gambar 9.2(b)).

[1] Titik awal: vB = 0. pH di tahap awal lebih besar dari di kasus sebelumnya.

[H+] = MAα (9.49)

α adalah tetapan disosiasi asam asetat.

[2] sebelum titik ekivalen: sampai titik ekivalen, perubahan pH agak lambat.

[3] pada titik ekivalen (vB = 10 x 10-3 dm3): pada titik ini hanya natrium asetat CH3COONa yang ada.
[H+] dapat diperoleh dengan cara yang sama dengan pada saat kita membahas hidrolisis garam.

[4] setelah titik ekivalen. [H+] larutan ditentukan oleh konsentrasi NaOH, bukan oleh CH3COONa.

Perubahan pH yang perlahan sebelum titik ekivalen adalah akibat bekerjanya buffer (bagian 9.3 (d)).
Sebelum titik ekivalen, terdapat larutan natrium asetat (garam dari asam lemah dan bas kuat) dan asam
asetat (asam lemah). Karena keberadaan natrium asetat, kesetimbangan disosiasi natrium asetat

CH3COOH H+ + CH3COO– (9.50)

bergeser ke arah kiri, dan [H+] akan menurun. Sebagai pendekatan [CH3COO–] = cS [HA] ≒ c0.

cS adalah konsentrasi garam, maka

[H+]cS/ c0= Ka,

∴ [H+] = (c0/cS)Ka (9.51)

Bila asam ditambahkan pada larutan ini, kesetimbangan akan bergeser ke kiri karena terdapat banyak
ion asetat maa asam yang ditambahkan akan dinetralisasi.

CH3COOH H+ + CH3COO– (9.52)

Sebaliknya, bila basa ditambahkan, asam asetat dalam larutan akan menetralkannnya. Jadi,

CH3COOH + OH– H2O + CH3COO– (9.53) Jadi [H+] hampir tidak berubah.
(3) TITRASI BASA LEMAH DENGAN ASAM KUAT

Titrasi 10 x 10-3 dm3 basa lemah misalnya larutan NH3 0,1 mol dm-3 dengan asam kuat misalnya HCl
0,1 mol dm-3 (Gambar 9.3). Dalam kasus ini, nilai pH pada kesetimbangan agak lebih kecil daripada di
kasus titrasi asam kuat dengan basa kuat. Kurvanya curam, namun, perubahannya cepat di dekat titik
kesetimbangan. Akibatnya titrasi masih mungkin asalkan indikator yang tepat dipilih, yakni indikator
dengan rentang indikator yang sempit.

(4) TITRASI BASA LEMAH (ASAM LEMAH) DENGAN ASAM LEMAH (BASA LEMAH).

Dalam titrasi jenis ini, kurva titrasinya tidak akan curam pada titik kesetimbangan, dan perubahan
pHnya lambat. Jadi tidak ada indikator yang dapat menunjukkan perubahan warna yang jelas. Hal ini
berarti titrasi semacam ini tidak mungkin dilakukan.

Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit


Larutan Elektrolit ialah larutan yang dapat menghantarkan listrik karena didalamnya mengandung Ion.
Contoh:
H2SO4 = Asam Sulfat
NaCl = Natrium Klorida
KOH = Kalium Hidroksida
CH3COOH = Cuka (Asam Asetat)
HCl = Asam Klorida

Larutan elektrolit dibedakan menjadi 2:

 Larutan elektrolit kuat ialah larutan yang daya hantar listrik nya baik/kuat karena zat terlarutnya
terIonisasi sempurna.

Contoh :

H2SO4 = Asam Sulfat


NaCl = Natrium Klorida
KOH = Kalium Hidroksida
HCl = Asam Klorida

 Larutan elektrolit lemah merupakan larutan yang daya hantar listrik nya kurang baik/lemaht
karena zat terlarutnya teIonisasi sebagian.

Contoh:

CH3COOH = Cuka (Asam Asetat)

Larutan Non Elektrolit ialah larutan yang tidak dapat menghantarkan listrik karena didalamnya tidak
mengandung Ion.
Contoh:
NH3 = Amoniak
CO(NH2)2 = Urea
C12H22O11 = Sukrosa
C2H5OH = Alkohol (Etanol)

CH3OH = Alkohol (Metanol

Larutan Elektrolit Kuat.


Larutan elektrolit kuat yaitu larutan yang mempuyai daya hantar arus listrik, karena zat terlarut
yang berada didalam zat pelarut (biasanya air), seluruhnya dapat berubah menjadi ion-ion dengan harga
derajat ionisasi adalah satu (ά = 1) adapun yang tergolong elektrolit kuat adalah :
 Asam Kuat : HCl, HClO3, HClO4,H2SO4,HNO3 dan lain lain.
 Basa Kuat : yaitu basa basa golongan alkali dan alkali tanah, anatar lain : NaOH, KOH,
Ca(OH)2, Mg (OH)2, Ba(OH)2 dan lain-lain.
 Garam garam yang mempuyai kelarutan tinggi , antara lain:NaCl, KCl, KI, Al2(SO4)3 dan
lain-lain.
Larutan Elektrolit Lemah
Larutan elektrolit lemah adalah larutan yang mampu menghantar arus listrik dengan daya yang
lemah, dengan harga derajat ionisasi lebih dari nol tetapi kurang dari satu (0 < ά < 1). Yang tergolong
elektrolit lemah adalah :
 Asam lemah antar lain : CH3COOH, HCN, H2CO3, H2CO3,H2S dan lain-lain
 Basa lemah : NH4OH, Ni(OH)2.
 Garam garam yang sukar larut : AgCl, CaCr, PbI2.
Larutan Non Elektrolit
Larutan non elektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik dapat
menghasilkan ion-ion.yang termasuk dalam larutan non elektrolit antara lain :
 Larutan urea
 Larutan sukrosa
 Larutan glukosa
 Larutan alkohol
Perbedaan Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit
No Larutan Elektrolit Larutan Non Elektrolit
1. Mengandung Ion Tidak Mengandung Ion
2. Dapat menghantarkan Listrik (Konduktor) Tidak dapat Menghantarkan Listrik (Isolator)
3. Mempunyai Kutub (Polar) Tidak mempunyai Kutub (Non Polar)
4. Jika di tes dengan alat Elektrolit tester, Jika di tes dengan alat Elektrolit tester, tidak
maka akan menghasilkan Gelembung gas ada Gelembung gas dan lampu tidak menyala
dan lampu menyala dengan terang
5. Zat Terlarutnya dapat terIonisasi Zat terlarutnya tidak dapat terIonisasi
6. a=1 atau 0<a<1 a=0

Uji Elektrolit:

Termokimia

TERMOKIMIA

A. Sistem, Lingkungan dan Alam Semesta


Sistem adalah bagian dari alam semesta yang sedang menjadi pusat perhatian. Bagian lain dari
alam semesta yang berinteraksi dengan sistem kita sebut lingkungan.

Azas Kekekalan Energi

“Energi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan, tetapi energi dapat mengalami perubahan dari
bentuk energi tertentu menjadi energi lainnya“.

Setiap zat mempunyai energi kinetic dan energi potensial. Jumlah energi kinetic dan energi potensial
dari suatu zat disebut dengan energi dalam ( U ). Energi dalam tidak dapat diukur. Yang dapat diukur
adalah perubahan energi dalam ( ΔU). Perubahan energi dalam sama dengan jumlah kalor (q) dan kerja
(w). Kalor (q) yang dimiliki oleh zat pada tekanan tetap disebutu juga dengan entalpi ( H).

Perubahan entalpi ( ΔH) terjadi selama proses penambahan atau pelepasan kalor. Besarnya perubahan
entalpi adalah selisih jumlah entalpi hasil reaksi dengan jumlah entalpi pereaksi.

Δ H = H produk – H reaktan

B. Reaksi Eksoterm dan EndotermReaksi

 Eksoterm

Pada reaksi eksoterm terjadi perpindahan kalor dari sistem ke lingkungan atau pada reaksi tersebut
dikeluarkan panas. Pada reaksi eksoterm harga ΔH = negatif ( – )

Contoh :

C(s) + O2(g) 􀃆 CO2(g) + 393.5 kJ ; ΔH = -393.5 kJ

 Reaksi endoterm

Pada reaksi terjadi perpindahan kalor dari lingkungan ke sistem atau pada reaksi tersebut dibutuhkan
panas.

Pada reaksi endoterm harga ΔH = positif ( + )

Contoh :

CaCO3(s) → CaO(s) + CO2(g)- 178.5 kJ ; ΔH = +178.5 kJ

C. Perhitungan Perubahan Entalpi

 Entalpi Pembentukan Standar (ΔHf)

Perubahan entalpi reaksi ditentukan berdasarkan selisih dari perubahan entalpi pembentukan produk
dan perubahan entalpi pembentukan pereaksi.

ΔH = ΣΔHf (Produk) – ΣΔHf (Pereaksi)

Contoh :

Tentukan perubahan entalpi standar untuk reaksi pembakaran 1 mol etana menurut reaksi

C2H6(g) + 7/2 O2(g) à 2 CO2(g) + 3 H2O(g)

Bila diketahui :

Δ Hf CO2(g) = – 394 kJ/mol ΔHf C2H6(g) = – 85 kJ/mol

Δ Hf H2O(g) = – 286 kJ/mol ΔHf O2(g) = 0 kJ/mol


Jawab :

ΔH = ΣΔHf (Produk) – ΣΔHf (Pereaksi)

= ( 2x Δ Hf CO2(g) + 3x Δ Hf H2O(g) ) – (ΔHf C2H6(g) + 7/2 ΔHf O2(g) )

= ( 2x ( – 394) + 3x ( – 286)) –(( – 85) + 0))

= ( – 788 – 958 ) + 85

= – 1561 kJ/ mol

 Entalpi Penguraian ( Δ Hd, dari kata decompotition atau peruraian).

ΔHd yaitu ΔH dari penguraian 1 mol persenyawaan langsung menjadi unsur-unsurnya (=


Kebalikan dari ΔH pembentukan).

Contoh : H2O(l) H2(g) + 1/2 O2(g) ; ΔH = +285.85 kJ

 Entalpi Pembakaran Standar ( ΔHc ).

Subskrip c berasal dari kata combustion atau pembakaran. ΔHc yaitu ΔH untuk membakar 1 mol
persenyawaan dengan O2 dari udara yang diukur pada 298 K dan tekanan 1 atm.

Contoh: CH4(g) + 2O2(g) à CO2(g) + 2H2O(l) ; ΔHc = -802 kJ.

 Perhitungan Entalpi Reaksi Berdasarkan Energi Ikatan

Reaksi kimia pada dasarnya terjadi karena adanya pemutusan dan pembentukan kembali ikatan – ikatan
kimia dalam suatu zat. Zat-zat pereaksi dapat bereaksi antara satu dengan lainnya setelah zat tersebut
mengalami pemutusan ikatan-ikatannya. Sedangkan pada zat hasil ( produk) terjadi pembentukan ikatan
kembali.

ΔH = Σ Eikatan yang putus – Σ E ikatan yang terbentuk

D.Kalor Pembakaran Berbagai Bahan Bakar

Pada reaksi pembakaran setiap bahan bakar menghasilkan sejumlah kalor tertentu. Nilai kalor dari
berbagai bahan bakar adalah sebagai berikut :

Komposisi Nilai Kalor Pembakaran bahan


Jenis Bahan Bakar bakar dalam mesin
(%) (kJ/g)
C H O kendaraan atau
Gas alam 70 23 0 49 dalam industri tidak
selalu terbakar
Batu bara (antrasit) 82 1 2 31 sempurna.
Pembakaran
Batu Bara (Bituminos) 77 5 7 32 sempurna senyawa
hidrokarbon
Minyak Tanah 85 12 0 45 menghasilkan
karbon dioksida dan
Bensin 85 15 0 48 uap air. Sedangkan
pembakaran tidak
Arang 100 0 0 34 sempurna
menghasilkan
Kayu 50 6 44 18 karbon monooksida
dan uap air.
Hidrogen 0 100 0 142

Anda mungkin juga menyukai