Makalah SAMPAH
Makalah SAMPAH
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sampah adalah barang buangan. Sampah merupakan materi sisa yang tidak
diinginkan setelah berakhirnya suatu proses yang merupakan konsep buatan manusia.
Seiring dengan semakin tingginya populasi manusia, maka produksi sampah juga akan
semakin tinggi. Sampah sebagai materi sisa jelas sudah tidak dibutuhkan lagi dan tidak
memiliki nilai ekonomi, sedangkan kesadaran masyarakat sendiri untuk membuang
sampah pada tempatnya juga masih rendah. Masalah lainnya dari sampah adalah
penanganan sampah. (www.sukadi.net/2011/11/sampah-dan-permasalahan-kita-
semua.html).
Sampah merupakan konsekuensi dari adanya aktifitas manusia. Setiap aktifitas
manusia pasti menghasilkan sampah. Jumlah atau volume sampah sebanding dengan
tingkat konsumsi kita terhadap barang/material yang kita gunakan sehari-hari. Demikian
juga dengan jenis sampah, sangat tergantung dari jenis material yang kita konsumsi.
Masalah sampah sudah menjadi topik utama yang ada pada negara kita. Mulai dari
lingkungan terkecil sampai kepada ruang lingkup yang besar. Banyak hal yang
menyebabkan terjadinya penumpukan sampah ini. Namun faktor individu sangat
berpengaruh dalam hal ini. Peningkatan jumlah penduduk dan gaya hidup sangat
berpengaruh pada volume sampah. Kota metropolitan lebih banyak menghasilkan
sampah dibandingkan dengan kota sedang atau kecil. Pada umumnya, sebagian besar
sampah yang dihasilkan di Indonesia merupakan sampah basah, yaitu mencakup 60%-
70% dari total volume sampah. Oleh karena itu pengelolaan sampah yang
terdesentralisisasi sangat membantu dalam meminimasi sampah yang harus dibuang ke
tempat pembuangan akhir. Pada prinsipnya pengelolaan sampah haruslah dilakukan
sedekat mungkin dengan sumbernya
(http://www.walhi.or.id/kampanye/cemar/sampah/peng_sampah_info/).
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Sampah
Sampah merupakan suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil
aktifitas manusia maupun alam yang belum memiliki nilai ekonomis. Sampah adalah semua
material yang dibuang dari kegiatan rumah tangga, perdagangan, industri dan kegiatan
pertanian. Sampah yang berasal dari kegiatan rumah tangga dan tempat perdagangan dikenal
dengan limbah municipal yang tidak berbahaya (non hazardous). Sampah adalah bagian dari
sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang harus dibuang, yang umumnya
berasal dari kegiatan yang dilakukan manusia (termasuk kegiatan industri), tetapi bukan yang
biologis. Sampah dapat dibagi atas beberapa berdasarkan sumber, sifat/komposisinya, dan
bentuknya (http://id.wikipedia.org/wiki/Sampah).
2
Berdasarkan komposisi dan sifatnya, sampah dibedakan menjadi dua, yaitu:
1) Sampah Organik, yaitu sampah yang mudah membusuk seperti sisa makanan, sayuran,
daun-daun kering, dan sebagainya. Sampah ini dapat diolah lebih lanjut menjadi
kompos.
2) Sampah Anorganik, yaitu sampah yang tidak mudah membusuk, seperti plastik wadah
pembungkus makanan, kertas, plastik mainan, botol dan gelas minuman, kaleng, kayu,
dan sebagainya. Sampah ini dapat dijadikan sampah komersil atau sampah yang laku
dijual untuk dijadikan produk lainnya. Beberapa sampah anorganik yang dapat dijual
adalah plastik wadah pembungkus makanan, botol dan gelas bekas minuman, kaleng,
kaca, dan kertas, baik kertas koran, HVS, maupun karton. Di negara-negara
berkembang komposisi sampah terbanyak adalah sampah organik, sebesar 60 – 70%,
dan sampah anorganik sebesar ± 30%.
Sementara itu, berdasarkan bentuknya, sampah dibedakan atas dua, yaitu:
1) Sampah padat, yaitu segala bahan buangan selain kotoran manusia, urine dan
sampah cair. Dapat berupa sampah rumah tangga: sampah dapur, sampah kebun,
plastik, metal, gelas dan lain-lain.
2) Sampah cair (limbah), yaitu Sampah cair adalah bahan cairan yang telah digunakan
dan tidak diperlukan kembali dan dibuang ke tempat pembuangan sampah. Sampah
cair dibagi atas dua, yaitu:
- Limbah hitam: sampah cair yang dihasilkan dari toilet. Sampah ini mengandung
patogen yang berbahaya.
- Limbah rumah tangga: sampah cair yang dihasilkan dari dapur, kamar mandi
dan tempat cucian. Sampah ini mungkin mengandung patogen.
-
2.2. Dampak Yang Ditimbulkan Oleh Sampah
Sampah merupakan hasil sampingan dari kegiatan manusia sehari-hari. Jumlah
sampah yang semakin besar memerlukan pengelolaan yang harus dilakukan secara
bertanggung jawab. Selama tahapan penanganan sampah banyak kegiatan dan fasilitas yang
bila tidak dilakukan/disediakan dengan benar akan menimbulkan dampak yang berpotensi
mengganggu lingkungan (http://unlastnoel.wordpress.com/2009/09/12/dampak-lingkungan-
yang-ditimbulkan-akibat-masalah-sampah/).
Berikut ini merupakan dampak yang ditimbulkan akibat masalah sampah, antara lain:
2.2.1. Perkembangan faktor penyakit
Wadah sampah merupakan tempat yang sangat ideal bagi pertumbuhan faktor
penyakit terutama lalat dan tikus. Hal ini disebabkan dalam wadah sampah tersedia sisa
makanan dalam jumlah yang besar. Tempat Penampungan Sementara/Container juga
merupakan tempat berkembangnya faktor tersebut karena alasan yang sama. Sudah tentu ini
akan menurunkan kualitas kesehatan lingkungan sekitarnya. Faktor penyakit terutama lalat
sangat potensial berkembangbiak di lokasi TPA. Hal ini terutama disebabkan oleh frekuensi
penutupan sampah yang tidak dilakukan sesuai ketentuan sehingga siklus hidup lalat dari
telur menjadi larva telah berlangsung sebelum penutupan dilaksanakan. Gangguan akibat lalat
umumnya dapat ditemui sampai radius 1-2 km dari lokasi TPA
(http://unlastnoel.wordpress.com/2009/09/12/dampak-lingkungan-yang-ditimbulk-anakibat-
masalah-sampah/).
2.2.2. Pencemaran Udara
Sampah yang menumpuk dan tidak segera terangkut merupakan sumber bau tidak
sedap yang memberikan efek buruk bagi daerah sensitif sekitarnya seperti permukiman,
perbelanjaan, rekreasi, dan lain-lain. Pembakaran sampah seringkali terjadi pada sumber dan
3
lokasi pengumpulan terutama bila terjadi penundaan proses pengangkutan sehingga
menyebabkan kapasitas tempat terlampaui. Asap yang timbul sangat potensial menimbulkan
gangguan bagi lingkungan sekitarnya. Sarana pengangkutan yang tidak tertutup dengan baik
juga sangat berpotensi menimbulkan masalah bau di sepanjang jalur yang dilalui.
Pada instalasi pengolahan terjadi berupa pelepasan zat pencemar ke udara dari hasil
pembuangan sampah yang tidak sempurna; diantaranya berupa : partikulat, SOx, NOx,
hidrokarbon, HCl, dan lain-lain. Proses dekomposisi sampah di TPA secara kontinu akan
berlangsung dan dalam hal ini akan dihasilkan berbagai gas seperti CO, CO2, CH4, H2S, dan
lain-lain yang secara langsung akan mengganggu komposisi gas alamiah di udara, mendorong
terjadinya pemanasan global, disamping efek yang merugikan terhadap kesehatan manusia di
sekitarnya. Pembongkaran sampah dengan volume yang besar dalam lokasi pengolahan
berpotensi menimbulkan gangguan bau. Disamping itu juga sangat mungkin terjadi
pencemaran berupa asap bila sampah dibakar pada instalasi yang tidak memenuhi syarat
teknis. Seperti halnya perkembangan populasi lalat, bau tak sedap di TPA juga timbul akibat
penutupan sampah yang tidak dilaksanakan dengan baik. Asap juga seringkali timbul di TPA
akibat terbakarnya tumpukan sampah baik secara sengaja maupun tidak. Produksi gas metan
yang cukup besar dalam tumpukan sampah menyebabkan api sulit dipadamkan sehingga asap
yang dihasilkan akan sangat mengganggu daerah sekitarnya
(http://unlastnoel.wordpress.com/2009/09/12/dampak-lingkungan-yang-ditimbulkan-akibat-
masalah-sampah/).
2.2.3. Pencemaran Air
Prasarana dan sarana pengumpulan yang terbuka sangat potensial menghasilkan
lumpur terutama pada saat turun hujan. Aliran lumpur ke saluran atau tanah sekitarnya akan
menyebabkan terjadinya pencemaran. Instalasi pengolahan berskala besar menampung
sampah dalam jumlah yang cukup besar pula sehingga potensi lumpur yang dihasilkan di
instalasi juga cukup potensial untuk menimbulkan pencemaran air dan tanah di sekitarnya.
Lumpur yang timbul di TPA sangat mungkin mencemari lingkungan sekitarnya baik berupa
rembesan dari dasar TPA yang mencemari air tanah di bawahnya. Pada lahan yang terletak di
kemiringan, kecepatan aliran air tanah akan cukup tinggi sehingga dimungkinkan terjadi
cemaran terhadap sumur penduduk yang trerletak pada elevasi yang lebih rendah.
Pencemaran air juga dapat terjadi akibat efluen pengolahan yang belum memenuhi syarat
untuk dibuang ke badan air penerima. Karakteristik pencemar lumpur yang sangat besar akan
sangat mempengaruhi kondisi badan air penerima terutama air permukaan yang dengan
mudah mengalami kekurangan oksigen terlarut sehingga mematikan biota yang ada
(www.simpuldemokrasi.com/.../1451-sampah-dan-persoalannya.html).
2.2.4. Pencemaran Tanah
Pembuangan sampah yang tidak dilakukan dengan baik misalnya di lahan kosong atau
TPA yang dioperasikan secara sembarangan akan menyebabkan lahan setempat mengalami
pencemaran akibat tertumpuknya sampah organik dan mungkin juga mengandung Bahan
Buangan Berbahaya (B3). Bila hal ini terjadi maka akan diperlukan waktu yang sangat lama
sampai sampah terdegradasi atau larut dari lokasi tersebut. Selama waktu itu lahan setempat
berpotensi menimbulkan pengaruh buruk terhadap manusia dan lingkungan sekitarnya.
4
menimbulkan tumpahan sampah yang bila tidak segera diatasi akan menyebabkan gangguan
lingkungan. Demikian pula dengan ceceran sampah dari kendaraan pengangkut sering terjadi
bila kendaraan tidak dilengkapi dengan penutup yang memadai. Di TPA ceceran sampah
terutama berasal dari kegiatan pembongkaran yang tertiup angin atau ceceran dari kendaraan
pengangkut.
Pembongkaran sampah di dalam area pengolahan maupun ceceran sampah dari truk
pengangkut akan mengurangi estetika lingkungan sekitarnya. Sarana pengumpulan dan
pengangkutan yang tidak terawat dengan baik merupakan sumber pandangan yang tidak baik
bagi daerah yang dilalui. Lokasi TPA umumnya didominasi oleh ceceran sampah baik akibat
pengangkutan yang kurang baik, aktivitas pemulung maupun tiupan angin pada lokasi yang
sedang dioperasikan. (mbojo.wordpress.com/2007/08/10/sampah-dan-permasalahannya/)
2.2.6. Kemacetan Lalu lintas
Lokasi penempatan sarana / prasarana pengumpulan sampah yang biasanya
berdekatan dengan sumber potensial seperti pasar, pertokoan, dan lain-lain serta kegiatan
bongkar muat sampah berpotensi menimbulkan gangguan terhadap arus lalu lintas. Arus lalu
lintas angkutan sampah terutama pada lokasi tertentu seperti transfer station atau TPA
berpotensi menjadi gerakan kendaraan berat yang dapat mengganggu lalu lintas lain; terutama
bila tidak dilakukan upaya-upaya khusus untuk mengantisipasinya. Arus kendaraan
pengangkut sampah masuk dan keluar dari lokasi pengolahan akan berpotensi menimbulkan
gangguan terhadap lalu lintas di sekitarnya terutama berupa kemacetan pada jam-jam
kedatangan. Pada TPA besar dengan frekuensi kedatangan truck yang tinggi sering
menimbulkan kemacetan pada jam puncak terutama bila TPA terletak berdekatan dengan
jalan umum.
2.2.7. Gangguan Kebisingan
Kebisingan akibat lalu lintas kendaraan berat / truck timbul dari mesin-mesin, bunyi
rem, gerakan bongkar muat hidrolik, dan lain-lain yang dapat mengganggu daerah-daerah
sensitif di sekitarnya. Di instalasi pengolahan kebisingan timbul akibat lalu lintas kendaraan
truk sampah disamping akibat bunyi mesin pengolahan (tertutama bila digunakan mesin
pencacah sampah atau shredder). Kebisingan di sekitar lokasi TPA timbul akibat lalu lintas
kendaraan pengangkut sampah menuju dan meninggalkan TPA; disamping operasi alat berat
yang ada.
2.2.8. Dampak Sosial
Hampir tidak ada orang yang akan merasa senang dengan adanya pembangunan
tempat pembuangan sampah di dekat permukimannya. Karenanya tidak jarang menimbulkan
sikap menentang dari masyarakat dan munculnya keresahan. Sikap menentang ini secara
rasional akan terus meningkat seiring dengan peningkatan pendidikan dan taraf hidup mereka,
sehingga sangat penting untuk mempertimbangkan dampak ini dan mengambil langkah-
langkah aktif untuk menghindarinya
5
Terdapat beberapa konsep tentang pengelolaan sampah yang berbeda dalam
penggunaannya, antara negara-negara atau daerah. Beberapa yang paling umum, antara lain:
1) Hirarki Sampah, hirarki limbah merujuk kepada "3M" mengurangi sampah,
menggunakan kembali sampah dan daur ulang, yang mengklasifikasikan strategi
pengelolaan sampah sesuai dengan keinginan dari segi minimalisasi sampah. Hirarki
limbah yang tetap menjadi dasar dari sebagian besar strategi minimalisasi sampah.
Tujuan limbah hirarki adalah untuk mengambil keuntungan maksimum dari produk-
produk praktis dan untuk menghasilkan jumlah minimum limbah.
2) Perpanjangan tanggungjawab penghasil sampah / Extended Producer Responsibility
(EPR). (EPR) adalah suatu strategi yang dirancang untuk mempromosikan integrasi
semua biaya yang berkaitan dengan produk-produk mereka di seluruh siklus hidup ke
dalam pasar harga produk. Tanggung jawab produser diperpanjang dimaksudkan
untuk menentukan akuntabilitas atas seluruh Lifecycle produk dan kemasan
diperkenalkan ke pasar. Ini berarti perusahaan yang manufaktur, impor dan / atau
menjual produk diminta untuk bertanggung jawab atas produk mereka setelah
kehidupan serta selama manufaktur.
3) prinsip pengotor membayar. Prinsip pengotor membayar adalah prinsip di mana pihak
pencemar membayar dampak akibatnya ke lingkungan.
Ada beberapa metode yang digunakan dalam pengelolaan sampah, antara lain
sebagai berikut:
2.3.1 Metode Pembuangan (Penimbunan Darat)
Pembuangan sampah pada penimbunan darat termasuk menguburnya untuk
membuang sampah, metode ini adalah metode paling populer di dunia. Penimbunan ini
biasanya dilakukan di tanah yg ditinggalkan , lubang bekas pertambangan , atau lubang
lubang dalam. Sebuah situs penimbunan darat yg di desain dan di kelola dengan baik akan
menjadi tempat penimbunan sampah yang hiegenis dan murah. Sedangkan penimbunan darat
yg tidak dirancang dan tidak dikelola dengan baik akan menyebabkan berbagai masalah
lingkungan, diantaranya angin berbau sampah , menarik berkumpulnya hama, dan adanya
genangan air sampah. Efek samping lain dari sampah adalah gas methan dan karbon dioksida
yang juga sangat berbahaya. Karakter desain dari penimbunan darat yang modern diantaranya
adalah metode pengumpulan air sampah menggunakan bahan tanah liat atau pelapis plastik.
Sampah biasanya dipadatkan untuk menambah kepadatan dan kestabilannya, dan ditutup
untuk tidak menarik hama (biasanya tikus). Banyak penimbunan sampah mempunyai sistem
pengekstrasi gas yang terpasang untuk mengambil gas yang terjadi. Gas yang terkumpul akan
dialirkan keluar dari tempat penimbunan dan dibakar di menara pemabakar atau dibakar di
mesin berbahan bakar gas untuk membangkitkan listrik
6
2) Pengolahan Biologis
Material sampah organik, seperti zat tanaman, sisa makanan atau kertas, bisa diolah
dengan menggunakan proses biologis untuk kompos, atau dikenal dengan istilah
pengkomposan. Hasilnya adalah kompos yang bisa digunakan sebagi pupuk dan gas methana
yang bisa digunakan untuk membangkitkan listrik. Contoh dari pengelolaan sampah
menggunakan teknik pengkomposan adalah Green Bin Program (program tong hijau) di
Toronto, Kanada, dimana sampah organik rumah tangga, seperti sampah dapur dan potongan
tanaman dikumpulkan di kantong khusus untuk di komposkan.
3) Pemulihan Energi
Kandungan energi yang terkandung dalam sampah bisa diambil langsung dengan cara
menjadikannya bahan bakar, atau secara tidak langsung dengan cara mengolahnya menjadi
bahan bakar tipe lain.
7
BAB III
KESIMPULAN
Sampah adalah barang buangan. Sampah adalah materi sisa yang tidak diinginkan
setelah berakhirnya suatu proses yang merupakan konsep buatan manusia. Seiring dengan
semakin tingginya populasi manusia, maka produksi sampah juga akan semakin tinggi.
Secara umum pembuangan sampah yang tidak memenuhi syarat kesehatan lingkungan akan
dapat mengakibatkan tempat berkembang dan sarang dari serangga dan tikus, menjadi sumber
polusi dan pencemaran tanah, air dan udara, menjadi sumber dan tempat hidup kuman-kuman
yang membahayakan kesehatan, menyebabkan banjir, longsor tumpukan sampah, gangguan
estetika, dan kemacetan lalulintas. Ada beberapa metode yang digunakan dalam pengelolaan
sampah, antara lain metode pembuangan (penimbunan darat), metode daur ulang yang
meliputi pengolahan kembali secara fisik, pengolahan biologis, dan pemulihan energi, dan
metode produk bersih serta penerapan prinsip 4R. Prinsip 4R terdiri atas Reduce
(Mengurangi), Reuse (Memakai kembali), Recycle (Mendaur ulang), dan Replace
(Mengganti). Dari pengelolaan sampah yang dilakukan dengan baik dapat diperoleh beberapa
manfaat, antara lain: menghemat sumber daya alam, menghemat energi, mengurangi uang
belanja, menghemat lahan TPA, dan lingkungan asri (bersih,sehat,nyaman).
8
DAFTAR PUSTAKA