Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PEMBAHASAN
2.1 . VEKTOR
2.1.1 Definisi
Di dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar kata-kata seperti suhu, gaya,
panjang, percepatan, pergeseran dan sebagainya. Apabila diperhatikan besaran yang menyatakan
besarnya kuantitas dari kata-kata tersebut ada perbedaanya yaitu ada yang hanya menunjukkan
nilai saja, tetapi ada yang menunjukkan nilai dan arahnya. Besaran itu sering disebut skalar
dan vektor. Setiap besaran skalar seperti panjang, suhu dan sebagainya selalu dikaitkan
dengan suatu bilangan yang merupakan nilai dari besaran itu. Sedangkan untuk besaran vektor
seperti gaya, percepatan, pergeseran dan sebagainya, disamping mempunyai nilai juga
mempunyai arah. Jadi vektor adalah suatu besaran yang mempunyai nillai (besar) dan arah.
Dalam matematika vektor digambarkan sebagai ruas garis berarah. Arahnya dari titik
pangkal menuju titik ujung, sedangkan jarak dari titik pangkal ke titik ujung disebut panjang
vektor. Untuk menyatakan sebuah vektor biasanya digunakan notasi huruf kecil tebal atau
bergaris atas atau bawah, misalnya : u atau 𝑢̅ atau 𝑢 . Vektor dapat dipandang secara geometri
dan secara aljabar.
Secara geometri sebuah vektor diwakili oleh sebuah ruas garis berarah dengan panjang
ruas garis itu menunjukkan besar, sedangkan arahnya menunjukkan arah vektor itu. Jika ruas garis
AB seperti pada gambar dibawah adalah sebuah vektor v dengan titik A disebut titik pangkal
(initial point) dan titik B disebut titik ujung (terminal point) maka kita dapat menuliskan v = ⃗⃗⃗⃗⃗
𝐴𝐵
Di dalam bidang datar (R2) suatu vektor yang titik pangkalnya di A (x1, y1) dan titik
ujungnya di B (x2, y2) dapat dituliskan dalam bentuk komponen :
x 2 x1
AB
y 2 y1
Dilukiskan sebagai :
Y B (x2, y2)
A (x1, y1)
x
Diperoleh: a = b
2. Vektor Negatif
Diperoleh: a = b .
3. Vektor Nol
Vektor nol adalah vektor yang besar / panjangnya nol dan arahnya tak tentu. Pada sistem
koordinat kartesius vektor nol digambarkan berupa titik. Di ruang dimensi dua vektor nol
0
dilambangkan dengan O = .
0
4. Vektor Posisi
Vektor posisi adalah vektor yang titik pangkalnya terletak pada pusat koordinat O(0,0) dan
titik ujungnya berada pada koordinat lain. Vektor posisi pada R2 dari titik A(x,y) dinyatakan
sebagai kombinasi linear vektor satuan sebagai berikut :
x
a xi y j
y
Penulisan vektor i dan j menyatakan vektor satuan pada sistem koordinat. Vektor satuan
i adalah vektor yang searah dengan sumbu X positif dan besarnya 1 satuan. Vektor satuan
j adalah vektor yang searah dengan sumbu Y positif dan besarnya 1 satuan.
a
Misalnya a = 1 a1 i a 2 j , panjang vektor a dinotasikan a dengan a = a1 a2
2 2
a2
.
Jika diketahui titik A (x1, y1) dan B (x2, y2). Secara analitis, diperoleh komponen vektor AB
x x1
2 .
y 2 y1
AB = ( x 2 x1 ) 2 ( y 2 y1 ) 2 .
Contoh:
Diketahui titik A(3, -5) dan B(-2, 7), tentukan vector AB tersebut !
a. Komponen vektor AB
b. Modulus/besar vektor AB
Jawab:
2 3 5
a. Komponen vektor AB =
7 (5) 12
b. Modulus/besar vektor AB = AB = (5) 2 12 2 25 144 169 13
6. Vektor Satuan
Vektor satuan adalah vektor yang mempunyai panjang (besar) 1 satuan. Vektor satuan dapat
ditentukan dengan cara membagi vektor tersebut dengan besar (panjang) vektor semula.
a
Vektor satuan dari vektor a dirumuskan: e .
a
Penjumlahan dua vektor dapat dikerjakan dalam dua cara yaitu cara grafis dan analitis.
a. Cara Grafis
1) Dengan cara penjumlahan segitiga atau segitiga vektor
b a +b
b
a a
Cara: pangkal vektor b digeser ke ujung vektor a maka vektor hasil a + b adalah
vektor yang menghubungkan pangkal vektor a dengan ujung vektor b .
2) Dengan cara penjumlahan jajar genjang atau jajar genjang vektor
b b
a +b
a a
Cara: pangkal vektor b digeser ke pangkal vektor a , dilukis jajar genjang, maka
diagonal dari ujung persekutuan adalah a + b
b. Cara Analitis
1) Apabila kedua vektor diketahui mengapit sudut tertentu , maka dapat digunakan
perhitungan dengan memakai rumus aturan cosinus seperti pada trigonometri.
b a +b ( a + b )2 = a 2 + b 2 + 2 a b Cos
a b 2abCos
2 2
(a +b ) =
2) Jika vektor disajikan dalam bentuk komponen (dalam bidang kartesius) maka
penjumlahan dapat dilakukan dengan menjumlahkan komponennya.
x x x xB
Misalnya: a = A dan b = B maka a + b = A
yA yB y A yB
Contoh:
2 4 2 (4) 2
a) Apabila a dan b maka a + b =
3 3 33 0
b) Diketahui panjang vektor a = 2 dan panjang vektor b = 4, sudut antara vektor
a dan b adalah 60, maka :
a b 2abCos
2 2
a +b =
= 2 2 4 2 2.2.4.Cos60
= 4 16 16. 12
= 28 2 7
2. Pengurangan Vektor
a a
b a b
-b
Apabila vektor disajikan dalam bentuk komponen (dalam bidang kartesius) maka
pengurangan dapat dilakukan dengan mengurangkan komponen-komponennya.
Jika a suatu vektor dan m adalah skalar (bilangan nyata), maka m a atau a m adalah suatu
vektor dengan kemungkinan :
a. Jika m > 0 maka m a adalah vektor yang besarnya m kali a dan searah dengan a .
b. Jika m < 0 maka m a adalah vektor yang besarnya m kali a dan arahnya berlawanan
dengan a .
c. Jika m = 0 maka m a adalah nektor nol.
Contoh perkalian vektor dan scalar
1
a 2a 2 a -3 a
4 4 2
Jika b = maka 1
2 b = 1
2
=
2 2 1
2 2 4
Jika c maka 2c 2
5 5 10
Apabila titik-titik dalam vektor dapat dinyatakan sebagai perkalian vektor yang lain,
titik-titik itu disebut kolinier (segaris).
a . b = a . b . Cos
Contoh:
6 3
Tentukan hasil kali kedua vektor a = dan b = serta sudut antara kedua vektor
1 6
adalah 60!
Jawab:
Diketahui dua buah vektor sebagai berikut :
6
a = a1 = 6 dan a2 = 1
1
a = a1 a2 = 6 2 12 36 1 37
2 2
3
b = b1 = 3 dan b2 = 6
6
b = b1 b2 = 32 6 2 9 36 45
2 2
a . b = a . b . Cos
= 37 . 45 .Cos 60
1
= 37 . 45 . 2
3
= 2 185
3
Jadi, hasil kali kedua vektor adalah 2 185 .
Contoh:
5 3
Diberikan vektor a = dan b = . Tentukan hasil kali vektor a dan b !
7 2
Jawab:
5
Diketahui a = a1 = 5 dan a2 = 7 , serta
7
3
b = b1 = 3 dan b2 = -2
2
a . b = a1b1 + a2b2
= 5.3 + 7(-2)
= 15 + (-14)
=1
Sementara itu, dari dua buah vektor pada sistem koordinat kartesius dapat kita cari
besar sudut yang dibentuk oleh kedua vektor yang dirumuskan sebagai berikut :
a 1 b1 a 2 b 2
Cos =
ab
2.1.5. Vektor di R 3
Untuk menentukan kedudukan atau letak titik di dalam ruang (R3) dapat digunakan
sistem sumbu koordinat siku-siku X, Y dan Z dengan masing-masing sumbu saling tegak lurus
dan berpotongan di sebuah titik O yang disebut pusat sumbu koordinat.
Xp
b. OP = Y p merupakan bentuk kmponen vektor.
Z
p
2.1.6. Ruang Lingkup Vektor di R3
1. Vektor Posisi
Vektor posisi titik P adalah vektor OP yaitu vektor yang berpangkal di O(0,0,0) dan
berujung di titik P(x,y,z). Secara aljabar vektor OP dapat ditulis sebagai berikut :
x
OP = y atau OP = (x,y,z)
z
Vektor OP = (x,y,z) pada dimensi tiga dapat dinyatakan sebagaikombinasi linear dari
vektor satuan i , j , k sebagai berikut :
x
OP = y = x i + y j + z k
z
Sebuah vektor AB dengan koordinat titik pangkal A (x1, y1, z1) dan koordinat titik ujung
B (x2, y2, z2) memiliki vektor posisi sebagai berikut :
x2 x1 x2 x1
AB = OB OA y 2 y1 y 2 y1
z z z z
2 1 2 1
2. Vektor Satuan
Vektor satuan adalah vektor yang mempunyai panjang 1 satuan. Vektor satuan dari vektor
a didefinisikan vektor a dibagi dengan besar vektor a sendiri, yang dirumuskan dengan :
a
e
a
3. Modulus Vektor
a1
Misalnya a = a 2 = a1 i + a2 j + a3 k , panjang vektor a dinotasikan a dengan
a
3
a = a1 a 2 a3 .
2 2 2
Jika diketahui vektor AB dengan koordinat titik A (x1, y1, z1) dan B (x2, y2, z2) maka
modulus/besar/panjang vektor AB dapat dinyatakan sebagai jarak antara titik A dan B yaitu
:
AB = ( x 2 x1 ) 2 ( y 2 y1 ) 2 ( z 2 z1 ) 2
Contoh:
Tentukan modulus/besar vektor berikut :
b. a = 2 i + j + 3 k
Jawab:
1 3 3 1 3 1 2
a. Diketahui A = 4 dan B = 7 , maka AB = 7 - 4 = 7 4 3
6 9 9 6 9 6 3
AB = (3 1) 2 (7 4) 2 (9 6) 2 2 2 3 2 3 2 22
b. a = 22 12 32 14 .
4. Kesamaan Vektor
Diperoleh: a = b
Misal :
a1 b1
a = a 2 atau a = a1 i + a2 j + a3 k , dan b = b2 atau b = b1 i + b2 j + b3 k
a b
3 3
5. Vektor Negatif
Diperoleh: a = b .
Misal :
a1 b1
a = a 2 atau a = a1 i + a2 j + a3 k , dan b = b2 atau b = b1 i + b2 j + b3 k
a b
3 3
6. Vektor Nol
Vektor nol adalah vektor yang besar / panjangnya nol satuan dan arahnya tak tentu (berupa
titi).
0
Vektor nol pada dimensi 3 dilambangkan dengan O = (0,0,0) atau O = 0 .
0
2.1.7. Operasi Aljabar Vektor di R3
a1 b1
a. Jika dua vektor a = a 2 dan vektor b = b2 adalah vektor-vektor tidak nol di R3
a b
3 3
maka operasi penjumlahannya didefinisikan sebagai berikut :
a1 b1 a1 b1
a + b = a 2 + b2 = a 2 b2
a b a b
3 3 3 3
Contoh:
Hitunglah jumlah dari dua buah vektor berikut !
2 1
a. a = 3 dan b = 4
5 2
b. a = 2 i + j - 4 k dan b = 3 i + 5 j + k
Jawab:
2 1 2 (1) 1
a. a + b = 3 + 4 = 3 4 1
5 2 5 (2) 3
b. a + b = (2 + 3) i + (1 + 5) j + (-4 + 1) k = 5 i + 6 j - 3 k
2. Selisih Dua Vektor pada R3
a1 b1
a. Jika dua vektor a = a 2 dan vektor b = b2 maka operasi pengurangan kedua vektor
a b
3 3
didefinisikan sebagai berikut :
a1 b1 a1 b1
a b = a 2 b2 = a 2 b2
a b a b
3 3 3 3
Contoh:
Hitunglah a b jika :
8 3
a. a = 6 dan b = 1
7 4
b. a = 8 i + 6 j + 9 k dan b = 3 i + 5 j + 2 k
Jawab:
8 3 8 3) 5
a. a b = 6 - 1 = 6 1 5
7 4 7 4) 3
b. a b = (8 - 3) i + (6 - 5) j + (9 - 2) k = 5 i + j + 7 k
c.a1
c. a = c.a 2
c.a
3
Contoh:
a . b = a . b . Cos
Contoh:
Jawab:
1 2
2. Jika a = 3 dan b = 1 , hitunglah a . b !
5 6
Jawab:
a .b = 1 . 2 + 3 . 1 + 5 . 6
= 2 + 3 + 30 = 35
Jawab:
Contoh:
Jawab:
4 4
= 0,190
9.49 21
i j k
a x b = a1 a2 a3
b1 b2 b3
Persamaan di atas dapat diselesaikan dengan aturan Sarrus atau Cramer
Contoh:
Tentukan a x b !
Jawab:
i j k
a xb = 2 3 2
3 2 3
3 2 2 2 2 3
=i -j +k
2 3 3 3 3 2
Entri 𝑎𝑖𝑗 disebut elemen matriks pada baris ke-i dan kolom ke-j. Jika m = n, maka matriks
tersebut dinamakan juga matriks bujursangkar (square matrix). Menuliskan matriks dalam
bentuk persegi panjang di atas adalah boros tempat, oleh karena itu kita lazim menuliskan
matriks dengan notasi ringkas 𝐴 = [𝑎𝑖𝑗 ].
Contoh :
Di bawah ini adalah sebuah matriks yang berukuran 3 × 4:
2506
𝐴 = [8754]
3118
Matriks di atas disusun oleh 3 baris elemen, yaitu : ( 2, 5, 0, 6 ), ( 8, 7, 5, 4 ), ( 3, 1, 1, 8 ), atau
susunan dalam bentuk kolom-kolom:
2 5 0 6
[8] , [7] , [5] , 𝑑𝑎𝑛 [4]
3 1 1 8
Di bawah ini adalah contoh-contoh matriks segitiga. Yang pertama matriks segitiga atas dan yang
kedua matriks segitiga bawah.
1 0 0 0 2 66 −4
[ 5 7 0 0 ], [0 37 3 ]
6 0 3 0 0 00 2
2 4 −2 6 0 00 8
Matriks Transpose
Matriks transpose adalah matriks yang diperoleh dengan mempertukarkan baris-baris dan
kolom-kolom. Misalkan 𝐴 = [𝑎𝑖𝑗 ] berukuran m × n, maka transpose dari matriks A, ditulis AT,
adalah matriks n × m yang dalam hal ini jika 𝐴𝑇 = [𝑏𝑖𝑗 ], maka 𝑏𝑖𝑗 = 𝑎𝑗𝑖 , untuk i = 1, 2, …, m.
Contoh :
Di bawah ini adalah sebuah matriks A dan transpose-nya , AT.
1 4
1 2 3
𝐴= [ ] , 𝐴𝑇 = [2 5]
4 5 6
3 6
Matriks Setangkup (Symmetry)
A adalah matriks setangkup atau simetri jika AT = A, yaitu jika 𝑎𝑖𝑗 = 𝑎𝑗𝑖 untuk setiap I dan j.
Dengan kata lain, pada matriks setangkup elemen di bawah diagonal adalah hasil pencerminan
dari elemen di atas diagonal terhadap sumbu diagonal matriks.
Contoh :
Di bawah ini adalah contoh-contoh matriks setangkup.
1 56 2 2 66 −4
[ 5 70 4 ], [6 37 3 ]
6 0 3 −2 6 70 2
2 4−2 6 −4 32 8
Matriks 0/1 (Zero-One)
Matriks 0/1 adalah matriks yang setiap elemennya hanya bernilai 0 atau 1. Matriks ini banyak
digunakan untuk merepresentasikan relasi keterhubungan
Contoh :
Di bawah ini adalah contoh matriks 0/1 :
0 11 0
[0 11 1]
0 00 0
1 00 1
Matriks Skalar
Matriks A dikatakan matriks skalar jika matriks A merupakan matriks diagonal yang elemen
diagonalnya sama dan tidak sama dengan satu
Contoh :
Matriks A berordo 5 merupakan matriks scalar karena matriks A berupa matriks diagonal dan entri
diagonalnya semuanya 5, yang berbentuk sebagai berikut
50⋯0
⋯
𝐴 = [ 05 0 ]
⋮ ⋮ ⋱⋱
00⋯5
Kesamaan dua matriks
Definisi: Dua matriks A dan B disebut sama, jika :
(i). A dan B sejenis ( mempunyai ukuran yang sama)
(ii). Setiap unsur yang seletak sama. Jadi jika 𝐴(𝑚×𝑛) = 𝐵(𝑝×𝑞) maka :
a) m = p dan n = q
b) 𝑎𝑖𝑗 = 𝑏𝑖𝑗 untuk setiap i dan j.
Contoh :
7 3 3 7 3 3
𝐴 = [1 1 0] 𝐵 = [1 1 0]
1 0 1 1 0 1
Dari kedua matrik tersebut maka matriks A dan matriks B merupakan matriks yang sama
karena ukurannya sama dan unsur yang seletak sama.
Contoh :
1 3 −5 −2 1 0
𝐴 − 𝐵 = [2 5 2 ]−[ 2 5 −8]
4 8 0 1 3 4
3 2 −5
𝐴 − 𝐵 = [0 0 10 ]
3 5 −4
Operasi perkalian pada matriks
Definisi : Jika 𝐴 = [𝑎𝑖𝑗 ] adalah matriks m × n dan 𝐵 = [𝑏𝑖𝑗 ] adalah matriks n × p. Maka,
perkalian A dan B dilambangkan dengan AB, menghasilkan matriks 𝐶 = [𝑐𝑖𝑗 ] yang berukuran m
× p, yang dalam hal ini:
𝑛
Contoh :
Perkalian dua matriks :
1 3 2 0 −4
[ ][ ]=⋯
2 −1 3 −2 6
(1)(2) + (3)(3) (1)(0) + (3)(−2) (1)(−4) + (1)(6)
= [ ]
(2)(2) + (−1)(3) (2)(0) + (−2)(−2) (2)(−4) + (−1)(6)
11 −6 14
=[ ]
1 2 −14
Dimana himpunan A kita sebut sebagai domain atau daerah asal dan himpunan B kita sebut sebagai kodomain atau
daerah kawan. Sedangkan C⊂B yang memuat y disebut range atau daerah hasil. Dalam hal ini, y = f(x) disebut
bayangan atau peta x oleh fungsi f. Variabel x dapat diganti dengan sembarang anggota himpunan A serta disebut
sebagai variabel bebas. Dan varibae y anggota himpunan B yang merupakan bayangan x oleh fungsi f ditentukan
(bergantung pada) aturan yang didefinisikan, serta disebut variabel bergantung. Misalnya bentuk fungsi f(x)=ax+b,
sehingga untuk menentukan nilai fungsi x tertentu, dengan cara mengganti (menyubstitusi) nilai x pada bentuk
fungsi f(x)=ax+b.
Contoh 1
Contoh 2
Suatu fungsi ditentukan dengan rumus f(x) = ax + b. Jika f(3) = 1 dan f(-2) = -9, carilah nilai a
dan b!
Penyelesaian
f(x) = ax + b
f(3) = a.3 + b = 1 => 3a + b = 1
f(-2) = a.(-2) + b = -9 => -2a + b = -9 –
5a = 10
a =2
Subs. a = 2 ke persamaan 3a + b = 1
3.2 + b = 1
6+b=1
b = -5
Dalam menyatakan suatu fungsi kita dapat menggunakan tiga metode yaitu diagram panah, diagram cartesius
dan juga himpunan pasangan berurutan, sama seperti kita menyatakan suatu relasi karena fungsi merupakan
bentuk khusus dari relasi .
Dalam menentukan banyaknya pemetaan yang mungkin dari dua himpunan, dimana banyaknya anggota
himpunan A kita sebut sebagai n(A) = a sedangkan banyaknya anggota himpunan B kita sebut sebagai
n(B) = b maka :
2.4. Determinan
2.4.1. Pengertian Determinan
Definisi: ialah suatu bilangan real yang diperoleh dari suatu proses dengan aturan tertentu
terhadap matriks bujur sangkar. Determinan dinyatakan sebagai jumlah semua hasil kali dasar
bertanda dari matriks bujur sangkar A. Determinan dari sebuah matriks bujur sangkar A’
dinotasikan dengan det (A), atau |𝐴|.
Misalnya, kita akan menghitung determinan matriks 𝐴3×3. Gambaran perhitungannya adalah
sebagai berikut :
𝑎11 𝑎12 𝑎13 𝑎11 𝑎12
𝑑𝑒𝑡𝐴 = [𝑎21 𝑎22 𝑎23 ] 𝑎21 𝑎22
𝑎31 𝑎32 𝑎33 𝑎31 𝑎32
= 𝑎11 𝑎22 𝑎33 + 𝑎12 𝑎23 𝑎31 + 𝑎13 𝑎21 𝑎32 − 𝑎13 𝑎22 𝑎31 − 𝑎11 𝑎23 𝑎32 − 𝑎12 𝑎21 𝑎33
Metode Minor-Kofaktor
Misalkan matriks A dituliskan dengan [𝑎𝑖𝑗 ]. Minor elemen 𝑎𝑖𝑗 yang dinotasikan dengan 𝑚𝑖𝑗
adalah determinan setelah elemen-elemen baris ke-i dan kolom ke-j dihilangkan. Misalnya, dari
matriks 𝐴3×3 kita hilangkan baris ke-2 kolom ke-1 sehingga :
𝑎11 𝑎12 𝑎13
𝐴 = [𝑎21 𝑎22 𝑎23 ]
𝑎31 𝑎32 𝑎33
𝑎12 𝑎13
Akan diperoleh 𝑀21 = [𝑎 ].𝑀21 adalah minor dari elemen matriks A baris ke-2 kolom
32 𝑎33
ke-1 atau 𝑀21 = 𝑚𝑖𝑛𝑜𝑟𝑎21. Sejalan dengan itu, kita dapat memperoleh minor yang lain, misalnya
𝑎21 𝑎12
:𝑀13 = [𝑎 ]
31 𝑎32
Kofaktor elemen 𝑎𝑖𝑗 , dinotasikan 𝑘𝑖𝑗 adalah hasil kali (−1)𝑖+𝑗 dengan minor elemen tersebut.
Dengan demikian, kofaktor suatu matriks dirumuskan dengan :𝑘𝑖𝑗 = (−1)𝑖+𝑗 𝑀𝑖𝑗
Dari matriks A diatas, kita peroleh misalnya kofaktor𝑎21 dan 𝑎13 berturut-turut adalah :
𝑎21 𝑎12
𝑘21 = (−1)2+1 𝑀21 = −𝑀21 = [𝑎 𝑎32 ]
31
𝑎21 𝑎22
𝑘13 = (−1)1+3 𝑀13 = 𝑀13 = [𝑎 𝑎32 ]
31
− 3⁄5 2⁄
5 ]
=[
4⁄ 1
− ⁄5
5
Karena 𝑑𝑒𝑡(𝐴) ≠ 0. Jadi matriks A memiliki invers yaitu
− 3⁄5 2⁄
5 ]
−1
𝐴 =[
4⁄ 1
− ⁄5
5
1
Jika A dapat dibalik, maka 𝑑𝑒𝑡𝐴−1 = 𝑑𝑒𝑡𝐴
Contoh :
− 3⁄5 2⁄
5 ]
−1
𝐴 =[
4⁄ 1
− ⁄5
5
= 3⁄25 − 8⁄25
= − 5⁄25
1. Kesimpulan
a. Vektor adalah besaran yang mempunyai nilai dan arah. Untuk menyatakan suatu vektor dapat
dilakukan pada bidang datar atau bidang koordinat Cartesius XOY dengan menggambar ruas garis
dengan anak panah di salah satu ujungnya. Panjang ruas garis mewakili besar (panjang) vektor dan
anak panah mewakili arah vektor. Vektor disimbolkan dengan huruf tebal atau dengan huruf yang
digaris bawahi.
b. Matriks adalah susunan kumpulan bilangan yang di atur dalam baris dan kolom berbentuk
persegi panjang. Matrik di cirikan dengan elemen-elemen penyusun yang diapit oleh tanda kurung
siku [ ] atau tanda kurung biasa ( ).
Pada penjumlahan dan pengurangan belaku sifat- sifat :
1. Komutatif, A+B = B+A
2. Asosiatif, ( A+B)+C = A+(B+C)
3. Sifat lawan, A+(-A) = 0
4. Identitas penjumlahan, A+0 = A
c. Suatu fungsi f dari himpunan A ke himpunan B adalah suatu relasi yang memasangkan setiap
elemen dari A secara tunggal, dengan elemen pada B. Ditulis f : A → B dibaca “fungsi f pemetaan
A ke dalam / into B”. Apabila f memetakan suatu elemen x ∈ A ke suatu y ∈ B dikatakan bahwa y
adalah peta dari x oleh f dan peta ini dinyatakan dengan notasi f(x), dan biasa ditulis dengan f:x →
f(x), sedangkan x biasa disebut prapeta dari f(x). Himpunan A dinamakan daerah asal (domain)
dari fungsi f , sedangkan himpunan B disebut daerah kawan (kodomain) sedangkan himpunan dari
semua peta di B dinamakan daerah hasil (range) dari fungsi f tersebut.
d. Determinan ialah suatu bilangan real yang diperoleh dari suatu proses dengan aturan tertentu
terhadap matriks bujur sangkar. Determinan dinyatakan sebagai jumlah semua hasil kali dasar
bertanda dari matriks bujur sangkar A. Determinan dari sebuah matriks bujur sangkar A’
dinotasikan dengan det (A), atau |𝐴|.
2. Saran
Pembahasan tentang vector, matriks, determinan dan pemetaan atau fungsi ini bukan
pembahasan singkat yang akan selesai dalam sekali duduk. Masih ada banyak lagi yang belum
dibicarakan disini. Untuk itu, diharapkan kepada kita mau mencari sumber-sumber lain diluar sana
untuk menambah pengetahuan kita tentang semua permasalahan ini dalam segala aspeknya yang
belum terjelaskan dalam karya ilmiah ini.
DAFTAR PUSTAKA