Anda di halaman 1dari 97

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang-undang Dasar 1945 mengamanatkan upaya untuk

mencerdaskan kehidupan bangsa serta agar pemerintah mengusahakan

dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional yang diatur

dengan undang-undang. Pembangunan nasional di bidang pendidikan

adalah upaya demi mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan

kualitas manusia Indonesia dalam mewujudkan masyarakat yang adil dan

makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 yang

memungkinkan warganya mengembangkan diri sebagai manusia

Indonesia seutuhnya (Depdikbud,1997).

Peningkatan mutu pendidikan merupakan sasaran pembangunan

di bidang pendidikan nasional dan merupakan bagian integral dari upaya

peningkatan kualitas manusia Indonesia secara menyeluruh. Pemerintah,

dalam hal ini Menteri Pendidikan dan Kebudayaan telah mencanangkan

“Gerakan Peningkatan Mutu Pendidikan” pada tanggal 2 Mei 2002; dan

lebih terfokus lagi, setelah diamanatkan dalam Undang Undang Republik

Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional,

bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam

rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

1
2

beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,

sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang

demokratis serta bertanggung jawab.

Pengertian pendidikan menurut Undang Undang Republik

Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,

serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

Negara.

Pendidikan mempunyai peranan yang sangat strategis dalam

menghasilkan sumber daya yang berkualitas. Pendidikan dengan

berbagai programnya mempunyai peranan penting dalam proses

memperoleh dan meningkatkan kualitas kemampuan professional

individu. Melalui pendidikan seseorang dipersiapkan untuk memiliki bekal

agar siap tahu, mengenal dan mengembangkan metode berfikir secara

sistematik supaya dapat memecahkan suatu masalah. Upaya mencapai

tujuan pendidikan di sekolah peranan sumber daya manusia sangatlah

diperlukan, maka hadirnya guru yang memiliki kinerja tinggi sangat

dibutuhkan, agar proses pengajaran dapat mencapai sesuai dengan

tujuan yang diharapkan.


3

Sejalan dengan pelaksanaan program pembangunan di bidang

pendidikan, sejak itu pula pemerintah mulai merintis program perluasan

kesempatan pendidikan bagi seluruh anggota masyarakat, pada semua

jenis dan jenjang pendidikan. Di samping untuk tujuan perluasan

kesempatan belajar, program pembangunan pendidikan juga ditujukan

untuk meningkatkan mutu, efisiensi dan relevansi bagi semua jenis serta

jenjang pendidikan. Berkaitan dengan upaya pemerintah dalam rangka

peningkatan kualitas pendidikan, salah satu hal yang menjadi perhatian

adalah mengenai pelaksanaan proses dan perluasan pendidikan di

tingkat sekolah, karena sekolah merupakan lini terdepan di bidang

pendidikan.

Sekolah sebagai pendidikan formal bertujuan membentuk manusia

yang berkepribadian, dalam mengembangkan intelektual peserrta didik

dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Kepala sekolah sebagai

pemimpin pendidikan perannya sangat penting untuk

menumbhkembangkan kinerja guru agar bisa meningkatkan hasil belajar

siswa. Di dalam kepemimpinannya kepala sekolah harus dapat

memahami, mengatasi dan memperbaiki kekurangan-kekurangan yang

terjadi di lingkungan sekolah.

Untuk meningkatkan kualitas pendidikan seorang kepala sekolah

harus mampu meningkatkan kinerja para guru. Banyak faktor yang dapat

mempengaruhi kinerja guru, sebagai pemimpin kepala sekolah harus

mampu memberikan pengaruh-pengaruh yang dapat menyebabkan guru


4

tergerak untuk melaksanakan tugasnya secara efektif sehingga kinerja

mereka akan lebih baik. Sebagai pemimpin yang mempunyai pengaruh,

ia berusaha agar nasehat, saran dan jika perlu perintahnya diikuti oleh

guru-guru. Dengan demikian ia dapat mengadakan perubahan-perubahan

dalam cara berfikir, bersikap dan tingkah laku yang dipimpinnya. Dengan

kelebihan yang dimilikinya yaitu kelebihan pengetahuan dan pengalaman,

ia membantu guru-guru berkembang menjadi guru yang profesional.

Dalam melaksanakan fungsi kepemimpinannya kepala sekolah

harus melakukan pengelolaan dan pembinaan sekolah melalui kegiatan

administrasi, manajemen dan kepemimpinan yang sangat tergantung

pada kemampuannya. Sehubungan dengan itu, kepala sekolah sebagai

supervisor berfungsi untuk mengawasi, membangun, mengoreksi dan

mencari inisiatif terhadap jalannya seluruh kegiatan pendidikan yang

dilaksanakan di lingkungan sekolah. Disamping itu kepala sekolah

sebagai pemimpin pendidikan berfungsi mewujudkan hubungan

manusiawi yang harmonis dalam rangka membina dan mengembangkan

kerjasama antar personal, agar secara serempak bergerak kearah

pencapaian tujuan melalui kesediaan melaksanakan tugas masing-

masing secara efisien dan efektif. Oleh karena itu, segala

penyelenggaraan pendidikan akan mengarah kepada usaha

meningkatkan mutu pendidikan yang sangat dipengaruhi oleh guru dalam

melaksanakan tugasnya secara operasional.


5

Dengan demikian, keberhasilan pendidikan di sekolah sangat

ditentukan oleh keberhasilan kepala sekolah dalam mengelola tenaga

pendidikan dan kependidikan yang tersedia di sekolah. Kepala sekolah

merupakan salah satu komponen pendidikan yang berpengaruh dalam

meningkatkan kinerja guru. Kepala sekolah bertanggungjawab atas

penyelenggaraan kegiatan pendidikan, adminsitrasi sekolah, pembinaan

tenaga kependidikan lainnya, dan pendayagunaan serta pemeliharaan

sarana dan prasarana (Mulyasa,2004:25). Hal tersebut menjadi lebih

penting sejalan dengan semakin kompleksnya tuntutan tugas kepala

sekolah, yang menghendaki dukungan kinerja yang semakin efektif dan

efisien.

Kepala sekolah sebagai pimpinan tertinggi harus dapat

mengupayakan peningkatan kinerja guru melalui program pembinaan

kemampuan tenaga kependidikan. Oleh karena itu kepala sekolah harus

mempunyai kepribadian atau sifat-sifat dan kemampuan serta

keterampilan-keterampilan untuk memimpina sebuah lembaga

pendidikan. Dalam fungsinya sebagai seorang pemimpin, kepala sekolah

harus dapat memperhatikan kebutuhan dan perasaan orang-orang yang

bekerja sehingga kinerja guru selalu terjaga.

Tugas kepala sekolah dalam kaitannya dengan manajemen

tenaga kependidikan di sekolah bukanlah pekerjaan yang mudah, karena

tidak hanya mengusahakan tercapainya tujuan sekolah, tetapi juga tujuan

pendidikan. Oleh karena itu, kepala sekolah dituntut untuk memiliki


6

instrumen pengelolaan tenaga kependidikan seperti daftar absensi, daftar

urut kepangkatan, daftar riwayat hidup, daftar riwayat pekerjaan dan

kondite tenaga kependidikan untuk membantu kelancaran pendidikan di

sekolah yang dipimpinnya. Sesuai dengan ini Mulyasa (2007:158)

berpendapat dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, kepala sekolah

memiliki gaya kepemimpinan yang sangat mempengaruhi kinerja guru di

lingkungan sekolah. Kegagalan dan keberhasilan sekolah banyak

ditentukan oleh kepala sekolah, karena kepala sekolah merupakan

pengendali dan penentu arah yang hendak ditempuh oleh sekolah dan

tujuannya. Kepemimpinan kepala sekolah merupakan faktor yang sangat

penting dalam menciptakan Iklim Kerja Sekolah yang akan berpengaruh

pada kinerja guru dan komunikasi interpersonal.

Agar bisa menjalankan fungsi-fungsi kepemimpinan kepala

sekolah yang melekat pada jabatannya, seorang kepala sekolah harus

memiliki kemampuan komunikasi interpersonal. Komunikasi interpersonal

berfungsi sebagai penghubung dan penggerak ketika kepala sekolah

menyampaikan visi dan misi serta program-program kerja tahunan yang

telah dirumuskan kepada para guru, orang tua murid dan kepada seluruh

siswa.

Komunikasi interpersonal memerlukan suatu keahlian dan

pendekatan yang baik dari seseorang yang memerlukannya. Komunikasi

interpersonal adalah suatu proses pertukaran pesan verbal maupun

nonverbal antara si pengirim pesan dengan si penerima pesan untuk


7

mengubah tingkah laku. (Muhammad,2001:5). Komunikasi intern

merupakan komunikasi antar personel yang ada dalam organisasi yang

harus senantiasa dikembangkan, baik oleh kepala sekolah maupun oleh

para guru dan personel lainnya. Komunikasi intern yang terbina baik

akan memberikan kemudahan dan keringanan dalam melaksanakan

pekerjaan sekolah yang diperlukan guna untuk mengkoordinasikan dan

mengarahkan kegiatan pegawai ketujuan dan sasaran organisasi. Selain

itu komunikasi juga sebagai sarana untuk menyatukan arah dan

pandangan serta pikiran antara pimpinan dan bawahan dalam hal ini

kepala sekolah dan guru serta pegawai. Dengan adanya komunikasi,

bawahan dapat memperoleh informasi dan petunjuk yang jelas sehingga

tidak menimbulkan keragu-raguan dan kesalhpahaman yang akhirnya

akan mempengaruhi efektivitas kerja bawahannya. (Suprihatin,2004:99).

Peranan komunikasi interpersonal tidak saja sebagai sarana atau

alat bagi kepala sekolah menyampaikan informasi, misalnya tentang

suatu kebjikan, tetapi juga sebagai sarana memadukan aktifitas-aktifitas

secara terorganisasi dalam mewujudkan kerjasama. Bahwa suatu

organisasi tidak dapat melaksanakan fungsinya tanpa adanya komunikasi

dan bahkan lebih dari itu organisasi tidak dapat berdiri tanpa komunikasi.

Dengan demikian, seorang kepala sekolah harus menguasai

tehnik-tehnik dan model-model komunikasi interpersonal yang baik agar

mampu mempengaruhi, mengerakkan, mengawasi dan membimbing para

guru dan para siswa.


8

Dengan demikian menjadi jelas bahwa, kepemimpinan kepala

sekolah dan komunikasi interpersonal sangat berpengaruh terhadap

kinerja guru. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja guru sangat dipengaruhi

oleh faktor internal dan factor eksternal. Factor internal yaitu kecerdasan

intelektual, kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual,motivasi,

penguasaan atas materi pelajaran, penguasaan guru atas metode

pengajaran, dan kualitas pendidikan. Sedangkan faktor eksternal meliputi

sarana prasarana pendidikan, siswa, kurikulum, manajemen sekolah,

kepemimpinan kepala sekolah, komunikasi interpersonal, iklim kerja

sekolah, kompensasi rekruitmen guru, status guru di masyarakat,

dukungan masyarakat, dukungan pemerintah dan dukungan keluarga.

Semakin baik dan berkualitas kepemimpinan kepala sekolah serta

komunikasi interpersonalnya maka kinerja guru dalam melaksanakan

tugasnya akan semakin baik dan meningkat.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis merasa

tertarik untuk melakukan penelitian tentang: “PENGARUH

KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, dan KOMUNIKASI

INTERPERSONAL, TERHADAP KINERJA GURU SEKOLAH DASAR

NEGERI DI KECAMATAN LONG PAHANGAI KABUPATEN MAHAKAM

ULU”

B. Identifikasi Masalah
9

Berdasarkan latar belakang penelitian yang dipaparkan diatas,

maka yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah masalah Kinerja

Guru SD Negeridi kecamatan Long Pahangai Kabupaten Mahakam Ulu.

Kinerja Guru dipengaruhi oleh faktor: 1) Kepemimpinan Kepala Sekolah;

dan 2) Komunikasi Interpersonal. Maka identifikasi permasalahan dalam

penelitian ini adalah

a. Adanya indikasi Kinerja Guru di sekolah Dasar Negeri di kecamatan

Long Pahangai kabupaten Mahakam Ulu menunjukkan kurang optimal

dalam melaksanakan tugasnya.

b. Adanya indikasi Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam kegiatan

mempengaruhi guru yang diarahkan untuk mendorong kinerja guru

terhadap pencapaian tujuan sekolah belum berfungsi secara optimal.

Dengan demikian pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap

kinerja guru di sekolah negeri di kecamatan Long Pahangai diduga

belum berpengaruh sesuai harapan.

c. Adanya indikasi Komunikasi Interpersonal antara kepala sekolah

dengan para tenaga pendidik dan kependidikan di sekolah Negeri di

Pendidikan kecamatan Long Pahangai belum berjalan dengan baik

dan optimal.

h. Adanya indikasi Kepemimpinan Kepala Sekolah, dan Komunikasi

Interpersonal, di SD Negeri Kecamatan Long Pahangai belum optimal.

Sehingga pengaruh kepemimpinan kepala sekolah, dan komunikasi

interpersonal, terhadap kinerja guru sekolah Dasar Negeri di


10

Kecamatan Long Pahangai diduga belum berpengaruh secara

signifikan.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di

atas, maka dalam penelitian ini hanya akan membahas masalah Kinerja

Guru yang dipengaruhi oleh persepsi terhadap kepemimpinan kepala

sekolah, dan Komunikasi interpersonal. Peneitian ini tidak

mengungkapkan faktor-faktor lain yang mungkin ikut mempengaruhi

kinerja guru sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Long Pahangai

Kabupaten Mahakam Ulu.

Faktor-faktor yang dipilih sebagai variable bebas dalam penelitian

ini yaitu kepemimpinan kepala sekolah, dan komunikasi interpersonal,

karena kedua hal tersebut memiliki hubungan yang sangat besar

terhadap kinerja guru. Dengan adanya kepemimpinan kepala sekolah,

dan komunikasi interpersonal berpengaruh positif terhadap kinerja guru

karena dorongan internal dalam diri guru itu sendiri senantiasa berupaya

untuk melakukan yang terbaik dalam melaksanakan tugas dan

tanggungjawab.

D. Perumusan Masalah
11

Berdasarkan dari latar belakang dan fokus penelitian di atas, maka

dapat dirumuskan permasalah yang dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Apakah Kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh terhadap kinerja

guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Long Pahangai Kabupaten

Mahakam Ulu?

b. Apakah Komunikasi Interpersonal berpengaruh terhadap kinerja guru

Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Long Pahangai Kabupaten

Mahakam Ulu?

c. Apakah kepemimpinan kepala sekolah, dan komunkasi interpersonal

secara simultan berpengaruh terhadap kinerja guru Sekolah Dasar

Negeri di Kecamatan Long Pahangai Kabupaten Mahakam Ulu?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang ada, maka tujuan penelitian ini

adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui pengaruh langsung kepemimpinan kepala sekolah

terhadap kinerja guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Long

Pahangai?

b. Untuk mengetahui pengaruh langsung komunikasi interpersonal

terhadap kinerja guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Long

Pahangai?
12

c. Untuk mengetahui pengaruh langsung kepemimpinan kepala sekolah,

dan komunikasi interpersonal secara simultan berpengaruh terhadap

kinerja guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Long Pahangai.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah terdiri dari secara praktis

dan teoritis sebagai berikut:

1) Manfaat Teoritis:

(a) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan teori,

minimal menguji teori-teori manajemen pendidikan yang berkaitan

dengan kepemimpinan kepala sekolah, dan komunikasi

interpersonal terhadap kinerja guru di sekolah Negeri di kecamatan

Long Pahangai kabupaten Mahakam Ulu.

(b) Sebagai bahan acuan untuk penelitian lebih lanjut tentang hal yang

relevan dengan penelitian ini.

2) Secara praktis:

(a) Sebagai bahan masukan bagi kepala sekolah dalam mengevaluasi

kinerja para guru dan organisasinya.

(b) Sebagai bahan masukan bagi guru dalam melaksanakan tugasnya.

(c) Sebagai bahan masukan bagi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan

Kabupaten Mahakan Ulu dalam mengawasi kinerja guru di sekolah


13

Dasar Negeri di Kecamatan Long Pahangai Kabupaten Mahakam

Ulu.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teoritik

1. Kinerja Guru

a) Pengertian Kinerja

Simamora (1997:327) mendefinisikan kinerja sebagai tingkat

pencapaian standar pekerjaan. Sementara Bernardin dan Russel

(1993:378) mendefinisikan Kinerja (performance) sebagai ”Performance

is defined as the record of out comes on a specification job function or

activity during a specified time period” ( Prestasi adalah catatan tentang

hasil-hasil yang tertentu selama kurun waktu tertentu).

Suyadi Prawirosentono dalam bukunya kebijakan kinerja karyawan

(1999:2) ”Performance adalah yang dicapai seorang atau sekelompok

orang dalam organisasi sesuai dengan tanggung jawab dan masing-

masing dalam rangka mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara

royal tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan etika”.

Kinerja suatu organisasi sangat dipengaruhi oleh kinerja karyawan,

sedangkan untuk meningkatkan kinerja karyawan sangat erat kaitannya

dengan motivasi dari karyawan itu sendiri untuk itu menurut Richard S.

Sloma (1980:10) dalama bukunya berjudul ”How To Measure Managerial

Performance”. MacMillan Publishing Co, Inc, New York, sebagai berikut:

14
15

a. ”Set Goals and performance criteria” artinya tujuan-tujuan organisasi

secara jelas dan ditentukan pula kriteria kinerja.

b. ”Provides incentives, so that subordinate want to reacht goats and

meet performance criteria” artinya piminan perusahaan selalu

menyediakan insentif (pendorong kerja) yang menarik, baik berupa

penghargaan dalam bentuk uang maupun penghargaan agar para

karyawan (khususnya bawahan), bersedia mencapai tujua organisasi

melalui upaya mencapai kinerja sesuai dengan kriteria yang

ditetapkan.

c. ”Give regular objective feed back so that people know where they

stand in the work” artinya pimpinan perusahaan secara teratur

menjelaskan umpan balik tujuan perusahaan, sehingga setiap

karyawan mengetahui posisi peranannya dalam perusahaan.

d. ”Uses techniques of participative managemen where by employees

participate when work” artinya gunakanlah cara manajemen partisipatif

dimana para karyawan diikut sertakan dalam pengambilan dengan

lebih baik.

e. ”Holds regulary, two way communicative meeting wiht subordinates”

artinya pertemuan dengan karyawan bawahan dilakukan berdasarkan

komunikasi dua arah, kedua pihak harus menjadi pendengar yang

baik didasari niat yang baik.

f. ”Personaly orient important to the new employees and see that

appropriate subordinates teach him or her the job be donathe way


16

company wants it done” artinya secara khusus memberikan orientasi

pengenalan ruang lingkungan kerja kepada karyawan baru tentang

pekerjaan atau tugas diinginkan oleh perusahaan.

Menurut Mangkunegoro (2000:66), pengertian kinerja berawal dari

kata job performance atau actual performance. Ia menekankan bahwa

kinerja adalah kerja secara kualitas dan kuantitas; yang dicapai oleh

seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan

tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Lebih lanjut, Dessler

(1992:513) menyatakan pengertian kinerja hampir sama dengan prestasi

kerja, ialah perbandingan antara hasil kerja yang secara nyata dengan

standar kerja yang telah ditetapkan. Dalam hal ini kinerja, lebih

memfokuskan ada hasil kerjanya.

Dari pemahaman di atas dapat dijelaskan bahwa kinerja adalah

suatu konsep yang bersifat universal yang merupakan efektivitas

operasional suatu organisasi berdasarkan standard dan kriteria yang

telah ditetapkan sebelumnya. Karena organisasi dijalankan oleh manusia

maka kinerja dapat dikatakan sebagai perilaku manusia dalam

memainkan peran yang mereka lakukan dalam organisasi untuk

memenuhi standar perilaku yang telah ditetapkan agar membuahkan

tindakan dan hasil yang diinginkan (Winardi, 1992:44). Jadi kinerja

merupakan suatu bentuk kegiatan yang yang dijalankan oleh setiap


17

individu dalam kaitannya untuk mencapai tujuan yang sudah

direncanakan.

b) Pengertian Kinerja Guru

Marwanti (2001:43) mendefinisikan kinerja guru sebagai prestasi

yang dicapai oleh seorang guru dalam melaksanakan tugasnya selama

periode waktu tertentu yang diukur berdasarkan indikator yang meliputi:

(a) membuat rencana pelajaran; (b) melaksanakan rencana pelajaran, (c)

mengembangkan hubungan antar pribadi, dan (d) melaksanakan

evaluasi,

Dalam kaitannya dengan kinerja guru, ada tiga komponen yang

berpengaruh dalam proses belajar mengajar di sekolah, yaitu guru, siswa

yang belajar dan materi pelajaran yang diberikan oleh pengajar.

Bersamaan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka

pelaksanaan proses belajar mengajar menjadi lebih kompleks, karena

ketiga komponen guru, siswa dan materi pelajaran masih dipengaruhi

variabel lain. Peran pengajar dipengaruhi oleh penguasaan ilmu

pengetahuan yang dimilikinya, cara memberikan materi pelajaran.

Frekwensi memberikan pengajaran dan sebagainya.

Apabila dipandang dari sisi siswa, hak-hak yang dimiliki siswa yang

berkaitan dengan proses belajar mengajar adalah: (1) Menggunakan

kebebasan belajar secara bertanggung jawab untuk menuntut dan

mengkaji ilmu sesuai dengan norma dan susila yang berlaku dalam
18

lingkungan sekolah; (2) Memperoleh pengajaran sebaik-baiknya sesuai

minat, bakat, kegemaran dan kemamuan; (3) Memanfaatkan fasilitas

sekolah dalam rangka kelancaran proses belajar, dan (4) Mendapat

bimbingan dari guru yang bertanggung jawab atas pendidikan yang

diikutinya dalam penyelesaian studinya (PP No.66/Pasal 109,1999).

Karena seorang guru sangat berpengaruh dalam proses belajar

mengajar, maka guru harus: (1) mampu membawa siswa kepada tujuan

yang ingin dicapai; (2) Mampu mempengaruhi siswa; (3) Berpandangan

luas; (4) Berwibawa; (5) Berpengetahuan; dan (6) Berpengalaman

(Wijaya dkk, 1998:188).

Oleh karena itu, seorang guru harus mampu menampilkan sosok

guru yang efektif seperti dikemukakan oleh Slameto (2010:35-39), perlu

mempertimbangkan beberapa hal, yaitu: (1) Perhatian; (2) Aktivitas; (3)

Apersepsi; (4) Peragaan; (5) Repetisi; (6) Korelasi; (7) Konsentrasi, (8)

Sosialisasi, (9) Individualisasi, dan (10) Evaluasi.

Perhatian, dalam mengajar guru harus dapat membangkitkan

perhatian siswa kepada pelajaran yang diberikan oleh guru. Aktivitas,

dalam proses mengajar belajar, guru perlu membangkitkan aktivitas siswa

dalam berpikir maupun berbuat. Apersepsi, setiap guru dalam mengajar

perlu menghubungkan pelajaran yang akan diberikan dengan

pengetahuan yang telah dimiliki siswa, ataupun pengalamannya.

Peragaan, bila guru menjelaskan sesuatu unit pelajaran, itu perlu diulang-
19

ulang. Korelasi, guru dalam mengajar wajib memperhatikan dan

memikirkan hubungan antar setiap mata pelajaran. Konsentrasi,

hubungan antar mata pelajaran bisa luas, mungkin dapat dipusatkan

kepada salah satu pusat minat, sehingga siswa memperoleh

pengetahuan secara luas tetapi mendalam. Sosialisasi, dalam

perkembangan siswa perlu bergaul dengan teman lainnya. Individualisasi,

siswa merupakan makhluk individu yang unik, dimana masing-masing

mempunyai perbedaan khas, seperti perbedaan intelegensi, minat bakat,

hobi, tingkah laku, watak maupun sikapnya. Evaluasi, semua kegiatan

mengajar belajar perlu dievaluasi. Evaluasi dapat memberi motivasi bagi

guru maupun siswa. Guru harus mengenal fungsi evaluasi, macam-

macam bentuk dan teknik evaluasi serta prosedur penilaian.

Untuk mencapai suatu kondisi yang diharapkan dalam kinerja

maka diperlukan penilaian kinerja. Penilaian kinerja ini berfungsi sebagai

umpan balik kepada karyawan dengan tujuan untuk memotivasi karyawan

tersebut untuk berkinerja lebih tinggi lagi (Dessler, 1997:2). Pada

dasarnya, penilaian yang dilakukan terhadap kinerja seseorang adalah

usaha perbaikan atau evaluasi untuk menuju hasil kerja yang sesuai

dengan tujuan.

Oleh sebab itu, peranan guru sangat dominan dalam kaitan

dengan hasil prestasi belajar siswa. Tugas-tugas itu sangat berkaitan erat

dengan tujuan yang ingin dicapai, yaitu tujuan pendidikan guna


20

menghasilkan anak-anak negeri dan generasi penerus yang berkualitas

menuju peningkatan sumber daya manusia Indonesia di masa depan.

Tugas ini akan berhasil apabila ditunjang dengan kepemimpinan kepala

sekolah yang baik terhadap sekolah dan dunia pendidikan. Dampak dari

kerjasama ini cepat atau lambat pasti akan menghasilkan peningkatan

prestasi belajar siswa seperti yang diharapkan.

Guru adalah profesi yang diposisikan sebagai garda terdepan dan

posisi sentral di dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Berangkat dari

pemikiran itu maka boleh dikatakan bahwa eksistensi guru merupakan

faktor yang sangat penting dalam kaitannya dengan usaha meningkatkan

kualitas pendidikan. Hal ini agaknya tidak terlalu berlebihan mengingat

gurulah yang terlibat langsung dalam proses belajar mengajar sehingga

boleh dikatakan bahwa guru merupakan ujung tombak/pelaksana

terdepan dalam seluruh aktivitas di sekolah. Ekses dari strategisnya

fungsi guru ini, maka korps guru seringkali menjadi kambing hitam ketika

terjadi kemerosotan kualitas pendidikan. Berkaitan dengan itu, maka guru

akan menjadi bahan pembicaraan banyak orang dan tentunya tidak lain

berkaitan dengan kinerja dan totalitas dedikasi dan loyalitas

pengabdiannya. Sorotan tersebut lebih bermuara kepada

ketidakmampuan guru di dalam melaksanakan proses pembelajaran,

sehingga mengakibatkan penurunan mutu pendidikan.


21

Untuk itu guru dituntut memiliki tingkat kinerja tinggi, berkualitas,

berwawasan serta mampu membentuk SDM mandiri, cerdas,

bertanggung jawab dan berkepribadian. Harapan ke depan, terbentuk

sinergi baru dalam lingkungan persekolahan, dan yang perlu menjadi

perhatian kita adalah terciptanya kinerja yang efektif dan efisien disetiap

struktur yang ada di sekolah. Kinerja terbentuk apabila masing-masing

struktur memiliki tanggungjawab dan memahami akan tugas dan

kewajiban masing-masing. Era reformasi dan desentralisasi pendidikan

menyebabkan orang bebas melakukan kritik, titik lemah pendidikan akan

menjadi bahan dan sasaran empuk bagi para kritikus, adakalanya kritik

yang diberikan berdampak positif dalam memperbaiki kinerja guru. Akan

tetapi tidak tertutup kemungkinan pula akan berdampak negatif. Namun

demikian, apapun kritik yang diberikan, apakah bernilai positif atau negatif

kiranya akan menjadi masukan yang sangat berarti bagi peningkatan

kinerja guru. Guru yang matang tentu tidak putus asa apabila menerima

kritikan, tetapi justru menjadikan kritikan sebagai pemicu baginya di

dalam melakukan perbaikan dan pembenahan diri di masa yang akan

datang. Kritik terhadap kinerja guru perlu dilakukan, tanpa itu bagaimana

guru mengetahui kinerja yang sudah dilakukan selama ini, dengan

demikian akan menjadi bahan renungan bagi guru untuk perbaikan lebih

lanjut.

Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat ditentukan oleh

tingkat sumber daya manusianya, dan indikator sumber daya manusia


22

ditentukan oleh tingkat pendidikan masyarakatnya. Semakin tinggi

sumber daya manusianya, maka semakin baik tingkat pendidikannya, dan

demikian pula sebaliknya. Oleh sebab itu indikator tersebut sangat

ditentukan oleh kinerja guru. Bila kita amati di lapangan, mungkin

sebagian guru sudah menunjukkan kinerja maksimal di dalam

menjalankan tugas dan fungsinya sebagai pendidik, pengajar dan pelatih.

Akan tetapi barangkali masih ada sebagian guru yang belum

menunjukkan kinerja baik. Hal ini harus diambil langkah-langkah

antisipasi sebab sekecil apapun jumlah guru yang memiliki kinerja buruk

tentunya akan berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa secara

makro.

Ukuran kinerja guru dapat dilihat dari rasa tanggungjawabnya

menjalankan amanah, profesi yang diembannya dan rasa tanggungjawab

moral dipundaknya. Semua itu akan terlihat dari kepatuhan dan

loyalitasnya dalam menjalankan tugas keguruannya di dalam kelas dan

tugas kependidikannya di luar kelas. Sikap ini akan dibarengi pula dengan

rasa tanggungjawab mempersiapkan segala perlengkapan pengajaran

sebelum melakukan proses pembelajaran. Selain itu, guru juga sudah

mempertimbangkan metodologi yang akan digunakan, termasuk alat atau

media pembelajaran yang akan dipakai, serta alat penilaian apa yang

digunakan di dalam pelaksanaan evaluasi.


23

Kinerja guru dari waktu ke waktu harus terus ditingkatkan. Guru

yang baik harus mempunyai komitmen untuk terus dan terus belajar,

tanpa itu maka guru akan kerdil dalam ilmu pengetahuan dan tertinggal

akan akselerasi zaman yang semakin tidak menentu. Apalagi pada

kondisi kini kita dihadapkan pada era global, semua serba cepat, serba

dinamis, dan serba kompetitif. Kinerja guru akan menjadi optimal,

bilamana diintegrasikan dengan komponen sekolah yang lain. Apakah itu

kepala sekolah, guru, karyawan maupun anak didik. Kinerja guru akan

bermakna bila dibarengi dengan jiwa yang bersih dan ikhlas, serta selalu

menyadari akan kekurangan tersebut sebagai upaya untuk perbaikan

kearah yang lebih baik. Kinerja yang dilakukan hari ini harus lebih baik

dari kinerja hari kemarin, dan tentunya kinerja hari esok harus lebih baik

dari kinerja hari ini. Tugas ini akan berhasil apabila ditunjang dengan

tingginya tingkat partisipasi masyarakat terhadap sekolah dan dunia

pendidikan. Dampak dari kerjasama ini cepat atau lambat pasti akan

menghasilkan suatu kondisi meningkatkannya prestasi belajar siswa

seperti yang diharapkan.

Dari berbagai teori dan konsep tentang kinerja guru yang telah

diuraikan di atas maka untuk menjabarkan variabel kinerja yang

dikemukakan oleh Usman (1989), seperti yang cukup dikutip oleh

Marwanti (2001:42) yang mengemukakan 10 kompetensi kinerja yang

baik dari seorang guru, yaitu: (1) Mengembangkan kepribadian; (2)

Menguasai landasan pendidikan; (3) Menguasai bahan ajar; (4)


24

Menyusun program pengajaran; (5) Melaksanakan program pengajaran;

(6) Menilai hasil dan proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan; (7)

Menyelenggarakan program bimbingan; (8) Menyelenggarakan

administrasi sekolah; (9) Berinteraksi dengan sejawat dan masyarakat,

dan (10) Melakukan penelitian sederhana untuk keperluan pengajaran.

Sedangkan menurut Boediono (1994:4) guru memiliki tugas membimbing

dan mengarahkan cara belajar siswa agar mencapai hasil belajar yang

maksimal. Dan besar kecilnya peranan guru akan bergantung pada

tingkat penguasaan materi, metodologi, dan pendekatannya. Popham

(2001:13) mengemukakan 3 pedoman tugas seorang guru, yaitu:

membuat program rencana pembelajaran, melaksanakan pembelajaran,

dan melakukan evaluasi pembelajaran.

Kemudian untuk mendukung kinerja guru sebagai mana tersebut di

atas diperlukan manajemen kinerja guru. Istilah manajemen kinerja

adalah peng-Indonesia-an dari performance untuk istilah manajemen.

Kadang-kadang ada perusahaan yang menggunakan istilah managing

sebenarnya adalah manajemen prestasi kerja karyawan. Masalahnya,

kata manajemen barangkali agak janggal terdengarnya, sehingga kita

menggunakan kata manajemen saja.

Sebuah program manajemen kinerja dapat didefinisikan berikut:

a. Ditinjau dari bunyi kalimatnya, manajemen kinerja ini berkaitan dengan

usaha, kegiatan atau program yang diprakarsai dan dilaksanakan oleh


25

pimpinan organisasi (perusahaan) untuk, merencanakan,

mengarahkan dan mengendalikan prestasi karyawan.

b. Karena program ini mencantumkan kata manajemen, seluruh kegiatan

yang dilakukan dalam sebuah proses manajemen harus terjadi dimulai

dengan menetapkan tujuan dan sarana yang ingin dicapai, kemudian

tahap pembuatan rencana, penmgorganisasian,

penggerakan/pengarahan dan akhirnya evaluasi atas hasilnya.

c. Secara teknis program ini memang harus dimulai dengan menetapkan

tujuan dan sasaran yaitu kinerja dalam bentuk apa dan bagaimana

yang ingin dicapai. Karena yang menjadi objek adalah kinerja

manusia, maka bentuk yang paling umum tentunya adalah kinerja

dalam bentuk produktivitas sumber daya manusia.

Jadi manajemen kinerja adalah seluruh kegiatan yang dilakukan

dalam sebuah proses manajemen dengan menetapkan tujuan dan

sasaran yang ingin dicapai, kemudian dilanjutkan ke tahap pembuatan

rencana, pengorganisasian, penggerakan/penghargaan, dan evaluasi

hasil.

Menurut Marwanti (2001:43) kinerja guru dalam proses

pembelajaran meliputi : (a) membuat rencana pelajaran; (b)

melaksanakan rencana pelajaran, (c) mengembangkan hubungan antar

pribadi, dan (d) melaksanakan evaluasi, yang penjelasannya sebagai

berikut:
26

a) Membuat Rencana Pelajaran

Boediono (1994:4) menyatakan bahwa menyusun program

rencana pengajaran, meliputi: penguasaan materi, analisis materi

pelajaran, program tahunan dan program semester, program satuan

pelajaran, rencana pengajaran, analisis hasil ulangan harian,

pelaksanaan pengajaran, dan evaluasi pengajaran.

Dengan merujuk pendapat tersebut di atas, dalam penelitian ini

yang dimaksud membuat rencana pelajaran meliputi:

1. Merencanakan pengorganisasin bahan pengajaran

2. Merencanakan pengelolaan kegiatan belajar mengajar

3. Merencanakan pengelolaan kelas

4. Merencanakan penggunaan media dan sumber belajar.

b) Melaksanakan Rencana Pelajaran

Pelaksanaan pengajaran merupakan tindak lanjut tugas guru

dimana secara riil guru memainkan peran-peran tugasnya. Apa yang

hendak dikomunikasikan, diajarkan atau bahan pengajaran yang harus

diserap dan dikembangkan siswa akan ditentukan oleh bagaimana guru

mengkomunikasikannya. Pelaksanaan pengajaran, ditinjau dari tugas

guru, dapat dikatakan merupakan inti tugasnya. Apa yang direncanakan

dengan baik kalau tidak diaplikasikan dengan baik akan sia-sia dan tidak

akan mencapai tujuan yang telah direncanakan.


27

Jadi pelaksanaan pengajaran dapat dikatakan sebagai inti dari

tugasnya, dengan pelaksanaan pengajaran guru dapat memainkan

perannya. Pelaksanaan pengajaran meliputi:

1. Penggunaan metode, media dan bahan pengajaran.

2. Berkomunikasi dengan siswa.

3. Mendemonstrasikan khasanah metode mengajar.

4. Mendorong dan menggalakkan ketertiban siswa.

5. Mendemonstrasikan penguasaan mata pelajaran.

6. Mengorganisir waktu, ruang dan bahan pengajaran.

c) Mengembangkan Hubungan Antar Pribadi

Perencanaan pengajaran yang kemudian diwujudkan dalam

pelaksanaan pengajaran memerlukan dukungan suasana belajar

mengajar yang baik. Untuk itu, guru harus menciptakan suasana yang

mendukung sehingga sesuatu yang akan dikomunikasikan dapat

dimengerti dan dipahami siswa. (Rasdi, 2003:73).

Hubungan antar pribadi dalam proses belajar mengajar merupakan

hal yang penting. Sebab dengan adanya komunikasi yang lancar,

suasana yang baik, dan keadaan yang kondusif turut memperlancar

siswa dalam menangkap dan menyerap materi pelajaran. Oleh karena itu,

dalam proses belajar mengajar perlu adanya peningkatan hubungan antar

pribadi. Hubungan antar pribadi ditunjukkan oleh:

1. Mengembangkan sikap positif.

2. Bersikap terbuka pada siswa.


28

3. Menampilkan kegairahan dalam proses belajar mengajar.

4. Mengelola interaksi perilaku dalam kelas.

d) Melaksanakan Evaluasi

Evaluasi atau penilaian merupakan aspek pembelajaran yang

paling kompleks, karena melibatkan banyak latar belakang dan

hubungan, serta variabel lain yang mempunyai arti apabila berhubungan

dengan konteks yang hampir tidak mungkin dapat dipisahkan dengan

setiap segi penilaian. Tidak ada pembelajaran tanpa penilaian, karena

penilaian merupakan proses penetapan kualitas hasil belajar, atau proses

untuk menentukan tingkat pencapaian tujuan pembelajaran oleh peserta

didik (Mulyasa, 2005:61).

Kemampuan evaluasi merupakan kegiatan penutup yang harus

dipunyai guru dalam melihat hasil kerjanya. Artinya, hasil evaluasi

merupakan salah satu indikator keberhasilan tugas guru pada diri siswa.

Kemampuan evaluasi mengacu kepada bagaimana guru melakukan

kegiatan evaluasi dan menafsirkannya untuk keperluan pengajaran, untuk

pedoman bagi kegiatan proses belajar mengajar berikutnya agar lebih

baik; di samping tentu saja untuk keperluan pengambilan keputusan.

Evaluasi dilaksanakan terhadap seluruh tahapan proses belajar mengajar

secara menyeluruh. Melaksanakan evaluasi ini ditunjukkan dengan

proses:

a) Memberikan penilaian prestasi siswa untuk keperluan pengajaran.


29

b) Melaksanakan evaluasi.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan dalam penelitian ini yang

dimaksud dengan Kinerja Guru adalah prestasi yang dicapai oleh seorang

guru dalam melaksanakan tugasnya selama periode waktu tertentu,

(Marwanti,2001:43). Dengan indikator sebagai berikut: (a) membuat

rencana pelajaran; (b), melaksanakan rencana pembelajaran, (c)

mengembangkan hubungan antar pribadi, dan (d) melaksanakan

evaluasi.

2. Kepemimpinan Kepala Sekolah

a. Pengertian Kepemimpinan

Kartini Kartono (1994:48) mengartikan kepemimpinan sebagai

karakter yang khas, spesifik, dibutuhkan pada satu situasi tertentu. Sebab

di dalam sebuah kelompok yang melakukan kegiatan-kegiatan tertentu

dan memiliki sebuah tujuan serta berbagai macam peralatan yang

khusus. Pemimpin sebuah kelompok dengan cirri-ciri yang karakteristik

adalah fungsi dari situasi tertentu.

Menurut Newman (dalam Thoha, 2003:262) kepemimpinan adalah

kegiatan untuk mempengaruhi perilaku orang lain atau seni

mempengaruhi perilaku manusia baik perorangan maupun kelompok.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan merupakan

perilaku yang digunakan oleh seseorang untuk mempengaruhi orang lain

guna membangkitkan kerjasama kea rah tercapainya tujuan.


30

b. Pengertian Kepemimpinan Kepala Sekolah

Kepala sekolah sebagai motor penggerak, penentu arah kebijakan

sekolah, serta menentukan bagaimana tujuan-tujuan sekolah dan

pendidikan yang ada di sekolah yang dipimpinnya untuk direalisasikan

maka dituntut untuk senantiasa meningkatkan kinerja. Peningkatan

kinerja dapat dilihat dengan mewujudkan tujuan pendidikan secara efektif

dan efisien. Sehubungan dengan itu maka diperlukan kepemimpinan

kepala sekolah

Seorang kepala sekolah dituntut untuk memiliki keterampilan

khusus dalam kepemimpinannya, sehingga apa yang diisyaratkan pada

enam ciri di atas dapat terpenuhi. Menurut Made Pidarta yang dikutip oleh

Mulyasa (2002:126) ada tiga macam keterampilan yang harus dimiliki

oleh kepala sekolah untuk mensukseskan kepemimpinannya. Ketiga

keterampilan tersebut adalah (1) keterampilan konseptual, yaitu

keterampilan untuk memahami dan mengoperasikan organisasi; (2)

keterampilan manusiawi, yaitu keterampilan untuk bekerja sama,

memotivasi dan memimpin; (3) keterampilan teknik, yaitu keterampilan

dalam menggunakan pengetahuan, metode, teknik serta perlengkapan

untuk menyelesaikan tugas tertentu. Lebih lanjut dikemukakan bahwa

untuk memiliki kemampuan, terutama keterampilan konsep, para kepala

sekolah diharapkan melakukan kegiatan-kegiatan berikut: (1) senantiasa

belajar dari pekerjaan sehari-hari terutama cara kerja para guru dan

pegawai sekolah lainnya; (2) melakukan observasi kegiatan manajemen


31

secara terencana; (3) membaca berbagai hal yang berkaitan dengan

kegiatan-kegiatan yang sedang dilaksanakan; (4) memanfaatkan hasil

penelitian orang lain; (5) berpikir untuk masa yang akan datang; (6)

merumuskan ide-ide yang dapat diujicobakan.

Menurut H.G Hicks dan C.R Guilet dikutip oleh Masduki Yusak

(2002:33) ada 8 rangkaian kepemimpinan yang harus dimiliki oleh

seorang kepala sekolah yaitu: (1) arif dan bijaksana, adil tidak

membedakan antara bawahan yang satu dengan yang lain, dalam

langkah-langkahnya menimbulkan rasa kebersamaan antara guru dan

karyawan lain sehingga tidak mengesankan “like and dislike” (arbitrating);

(2) seorang kepala sekolah mampu untuk memberi saran sesuai dengan

apa yang dibutuhkan, memberi semangat pada bawahan dalam

melaksanakan tugas (suggesting); (3)seorang kepala sekolah mampu

memberikan bantuan berupa dana, sarana dan prasarana yang

dibutuhkan para guru, karyawan serta siswa demi kelancaran tugas-

tugasnya (supplying): (4) kepala sekolah harus mampu sebagai perekat,

jembatan komunikasi, menyatukan persepsi bawahannya dalam rangka

mencapai tujuan yang telah ditetapkan (catalyzing); (5) mampu

memberikan rasa aman bawahannya dalam menjalankan tugas,

menimbulkan kenyamanan dalam menyatakan ekspresi demi kemajuan

sekolah (providing security); (6) seorang kepala sekolah harus mampu

mencerminkan apa yang menjadi keputusan, langkah-langkahnya

mewakili langkah yang dilakukan oleh semua komponen yang ada di


32

sekolah, artinya dalam mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan

langkah kepala sekolah merupakan keputusan bersama (representing);

(7) kepala sekolah harus mampu sebagai sumber semangat bagi para

guru, karyawan serta siswa, sehingga mereka menerima dan memahami

tujuan sekolah dengan baik dan bertanggung jawab (proising); (8) mampu

menghargai apapun yang dihasilkan oleh para guru, staf, baik berupa

kenaikan pangkat, fasilitas, kesempatan mengikuti pendidikan (objective).

Menurut Sri Rejekiningsih (2001:25), seorang kepala sekolah

mempunyai tujuh fungsi sebagai berikut: (1) kepala sekolah sebagai

pendidik (education), seorang kepala sekolah harus bisa mendidik,

memberi contoh mengembangkan para guru, karyawan dan siswa; (2)

kepala sekolah sebagai manajer, seorang kepala sekolah harus mampu

memimpin bawahannya dalam menyusun program sekolah serta

menggerakkan bawahan untuk mewujudkan tujuan; (3) kepala sekolah

sebagai administrator, seorang kepala sekolah harus mampu mengolah

administrasi yang ada di sekolah baik perkantoran, kesiswaan, ketenaga

kerjaan, keuangan, sarana prasarana; (4) kepala sekolah sebagai

supervisor, seorang kepala sekolah mampu mensupervisi para guru serta

menindak lanjuti hasilnya demi pencapaian tujuan yang telah ditetapkan

bersama; (5) kepala sekolah sebagai pemimpin, seorang kepala sekolah

harus mampu memimpin bawahannya dengan mengoptimalkan

kemampuan yang ada, memanfaatkan sisi lebih bawahannya masing-

masing, mampu melakukan keputusan dengan cepat dan tepat demi


33

kemajuan sekolah yang dipimpinnya; (6) kepala sekolah sebagai inovator,

seorang kepala sekolah harus mampu sebagai agen perubahan bagi

kemajuan sekolah yang dipimpinnya serta mampu mencari peluang dari

perubahan yang ada; (7) kepala sekolah sebagai motivator, seorang

kepala sekolah pendorong para bawahannya sehingga muncul

kegairahan dalam bekerja.

c. Prinsip-prinsip Kepemimpinan

Sebagaimana pemimpin tentunya prinsip-prinsip kepemimpinannya

harus dipahami dalam rangka mengembangkan sekolahnya. Prinsip-

prinsip kepemimpinan secara umum antara lain:

1) Konstruktif

Kepala sekolah harus memberikan dorongan dan pembinaan kepada

setiap guru dan stafnya untuk mengembangkan kemampuannya

secara emosional.

2) Kreatif

Kepala sekolah jangan terjebak kepada pola-pola kerja lama yang

dikerjakan oleh kepala sekolah sebelumnya, namun dia harus selalu

kreatif mencari gagasan-gagasan baru dalam menjalankan tugasnya.

3) Partisipatif

Kepala sekolah harus mau memberikan kepercayaan kepada semua

pihak untuk selalu terlibat dalam setiap aktivitas sekolah.


34

4) Kooperatif

Kepala sekolah harus senantiasa bekerja sama dengan semua

komponen yang terkait dalam melaksanakan setiap kegiatan.

5) Delegatif

Kepala sekolah berupaya memberikan kepercayaan kepada staf untuk

melaksanakan tugas sesuai dengan kemampuan dan deskripsi

tugas/jabatannya.

6) Integrative

Untuk menghasilkan suatu sinergi yang besar, kepala sekolah harus

mengintegrasi semua kegiatannya agar tujuan sekolah dapat tercapai.

7) Rasional dan Objektif

Kepala sekolah berupaya untuk menjadikan pemimpin yang bijak

dalam melaksanakan tugasnya dan bertindak berdasarkan

pertimbangan rasio dan obyektif, bukan dengan emosional.

8) Pragmatis

Kepala sekolah dalam menetapkan kebijakan dan target harus

mendasarkan pada kondisi dan kemampuan riil yang dimiliki oleh

sekolah. Tidak memaksakan diri untuk melakukan kegiatan di luar

kemampuan dan target.


35

9) Keteladanan

Kepala sekolah sebagai seorang figur yang patut memberikan

keteladanan kepada seluruh staf, guru dan para siswa. Oleh karena

itu kepala sekolah harus senantiasa menunjukkan perilaku-perilaku

yang baik dan mampu menunjukkan perilakunya sebagai pemimpin.

10) Adaptable dan Fleksibel

Kepala sekolah harus mampu beradaptasi dan fleksibel dalam

menghadapi situasi baru dan juga menciptakan kondisi kerja yang

mendukung staf untuk cepat beradaptasi.

Pemimpin yang berhasil adalah mereka yang dapat membaca

lingkungannya dengan tepat, mampu memanfaatkan hal-hal yang

menguntungkan dan mengeliminasi pengaruh yang merugikan. Pada

garis besarnya menurut Achmad Rustandi (1992: 97-98) pengaruh

lingkungan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

1) Lingkungan Sendiri (internal)

Yang dimaksud dengan lingkungan sendiri (internal) adalah hal-hal

yang berasal dari dalam organisasi yang dapat mempengaruhi efektivitas

kepemimpinan. Pemimpin harus menemukan gaya kepemimpinan yang

paling tepat sesuai dengan lingkungan sendiri.

Hal-hal yang termasuk lingkungan sendiri yang harus mendapat

perhatian dari pemimpin antara lain adalah:

(a) Tujuan Organisasi


36

Pemimpin harus memahami betul tujuan organisasi, sebab apabila

tujuan tidak dipegang teguh, pada gilirannya menimbulkan kesia-siaan.

Berbagai ukuran dapat digunakan untuk membedakan tujuan yang ingin

dicapainya misalnya:

(1) Organisasi yang mempunyai tujuan memperoleh laba sebanyak-

banyaknya, misalnya organisasi perusahaan.

(2) Organisasi yang mempunyai tujuan kemasyarakatan (nirlaba)

misalnya rumah sakit, universitas atau partai politik. Apabila pemimpin

perusahaan tidak taat azas terhadap tujuan, dan memimpin.

Perusahaan dengan gaya sinterklas, maka perusahaannya akan

segera bangkrut.

(b) Tingkat Jabatan

Organisasi umumnya disusun secara hierarkis dalam jabatan.

Setiap jabatan dipimpin oleh seorang pemimpin. Oleh karena itu ada

pemimpin tingkat rendah, pemimpin tingkat menengah dan pemimpin

tingkat puncak. Tingkat pemimpin ini merupakan salah satu faktor yang

harus dipertimbangkan, sebab selain membutuhkan pertimbangan

keahlian yang berbeda, juga menunjukkan gaya kepemimpinan yang

berbeda pula.

(c) Sifat Organisasi

Terry (1972:299-317), membedakan tiga macam organisasi

berdasarkan sifatnya, yaitu (Achmad Rustandi 1992:97-98):

(1) Organisasi Formal


37

Yaitu organisasi yang dibentuk dengan sanksi resmi untuk

mencapai tujuan tertentu. Kadang-kadang dimaksudkan sebagai susunan

jabatan dan tugas yang bersifat hierarkis. Organisasi formal ditandai

dengan adanya pembagian tugas, penunjukkan orang yang

melaksanakan tugas dilaksanakan dan ketentuan hubungan kerja

masing-masing.

(2) Organisasi non formal

Yaitu organisasi yang terbentuk dalam organisasi formal, yang

diperbolehkan bahkan sering kali ditingkatkan karena diperlukan untuk

menembus kemacetan yang disebabkan tidak berfungsinya organisasi

formal. Organisasi formal yang menggariskan tugas-tugas yang harus

dilakukan oleh setiap anggota organisasi. Untuk menghidupkannya

diperlukan organisasi non formal yang melengkapi tatanan tugas itu

dengan kesan, kepercayaan, ambisi, pandangan dan perasaan setiap

anggota organisasi terhadap pekerjaannya, teman sekerja, atasan dan

bawahannya secara timbal balik

(3) Organisasi informal

Yaitu organisasi yang terbentuk di dalam organisasi formal, karena

adanya persamaan jenis pekerjaan atau persamaan tempat kerja.

seorang pemimpin yang berhasil, tidak saja harus memahami organisasi

formal, tetapi juga organisasi non formal dan informal yang terbentuk di

dalamnya. Dengan pemahaman tentang organisasi non formal dan


38

informal, ia dapat memanfaatkannya untuk melancarkan pencapaian

tujuan organisasi formal yang dipimpinnya.

(d) Tatanan Organisasi

Dengan tatanan organisasi dimaksudkan ketat atau longgarnya

ketentuan yang mengatur atat hubungan dan kegiatan organisasi itu. Ada

organisasi yang mengatur pembagian tugas, penunjukkan orang dan tata

kerja dengan ketat dan terperinci, sehingga nampak kaku, sehingga lebih

mudah menyesuaikan dengan keadaan yang terus berkembang.

2) Lingkungan Luar (eksternal)

Pengaruh lingkungan dari luar organisasi sangat penting artinya

bagi pimpinan organisasi. Sebagai pimpinan tentunya erat hubungannya

dengan pihak di luar lingkungan organisasi yang dipimpinnya, untuk itu

pimpinan perlu menyerap informasi yang berkaitan dengan lingkungan

diluar organisasi yang mungkin akan mempengaruhi kegiatan organisasi

itu sendiri. Semakin banyak informasi yang dapat dikumpulkan semakin

baik bagi pimpinan organisasi itu. Sebab informasi ini dapat diolah untuk

digunakan sebagai bahan dalam pengambilan keputusan yang tentunya

berorientasi kemasa depan.

Perkembangan lingkungan luar, yang harus terus menerus diikuti

oleh setiap pemimpin antara lain adalah (Achmad Rustandi: 1992:97-98):

(a) Ilmu dan Teknologi

Ilmu dan teknologi di tempatkan pada urutan pertama dari

lingkungan luar ini, karena dalam akhir abad 20 ini telah berkembang
39

sedemikian pesatnya penemuan baru di bidang ilmu dan teknologi bukan

lagi diperoleh secara kebetulan seperti dijaman Archimedes atau Newton,

tetapi sengaja diciptakan melalui percobaan dan penelitian yang terus

menerus serta memakan biaya yang sangat besar.

(b) Politik

Perkembangan politik harus diikuti bukan saja oleh pemimpin-

pemimpin dibidang politik, tetapi juga oleh pemimpin-pemimpin yang

bergerak dibidang lain.

(c) Ekonomi

Situasi ekonomi internasional akan mempengaruhi efektivitas

kepemimpinan. Kelesuan ekonomi di Negara-negara maju akan langsung

mempengaruhi ekonomi di Negara-negara sedang berkembang, sebab

sebagian besar Negara-negara yang sedang berkembang, masih

menggantungkan ekonominya pada pinjaman luar negeri. Demikian juga

produktivitasnya, laju inflasi, revaluasi atau devaluasi yang terjadi

dinegara maju akan langsung mempengaruhi situasi ekonomi Negara-

negara berkembang.

(d) Sosial Budaya

Lingkungan sosial budaya antara lain meliputi sikap, harapan,

tingkat kepandaian, adat istiadat, dan agama. Harapan akan

menggairahkan dan mengobarkan semangat sesuatu kelompok untuk

mencapai tujuan tertentu. Adat istiadat yang berlaku dalam suatu

masyarakat harus mendapat perhatian yang sungguh-sungguh dari para


40

pemimpin, sebab hal ini sangat erat kaitannya sebagai bahan informasi

dalam pengambilan keputusan.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Kepemimpinan

kepala sekolah adalah kemampuan Kepala Sekolah untuk mempengaruhi

para guru sehingga perilaku mereka tersebut menggambarkan interaksi

antara kepala sekolah dengan bawahannya untuk mencapai tujuan

bersama (T.Hani Handoko,1995:294, Soetopo dan Soemanto, 1984:1)

Dengan indikatornya yaitu: (1) Cara Kepala Sekolah membagi tugas; (2)

Cara Kepala Sekolah menetapkan keputusan; dan (3) Cara Kepala

Sekolah mendelegasikan wewenang, dan (4) cara kepala sekolah

menumbuhkan kembangkan inisiatif guru-guru.

3. Komunikasi Interpersonal

a. Pengertian Komunikasi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994), yang dimaksud

dengan komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau

berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat

dipahami. Dalam proses komunikasi, dapat terjadi komunikasi dua arah.

Komunikasi dua arah adalah suatu proses komunikasi antara komunikan

dan komunikatornya yang bergantian memberikan informasi. Komunikan

itu sendiri adalah pihak penerima pesan dalam komunikasi. Sedangkan

komunikator adalah orang atau kelompok orang yang menyampaikan

pesan pada komunikasi.


41

Menurut Muhammad (2007: 2) komunikasi adalah sebagai

pertukaran pesan verbal maupun non verbal antara si pengirim dengan si

penerima pesan untuk mengubah tingkat laku. Menurut Mondy and

Premeaux dalam Kamars (2005: 118) “communication is the transfer of

information, ideas, understanding of feeling among people” (komunikai

adalah pertukaran informasi, ide-ide, pengertian atau perasaan antara

orang-orang).

Selanjutnya dikemukakan oleh Wahab (2008: 142-143) komunikasi

dalam organisasi merupakan pertunjukkan dan penafsiran pesan di atara

unit-unit komunikasi (atasan dan bawahan) yang merupakan bagian dari

suatu organisasi tertentu. Komunikasi juga merupakan keterampilan

hubungan manusia dalam bekerjasama, memahami aspirasi dan

memotivasi anggota organisasi guna memperoleh partisipasi yang

optimal guna mencapai tujuan.

Komunikasi adalah merupakan usaha mendorong orang lain

menginterprestasikan pendapat seperti apa yang dikehendaki oleh orang

yang mempunyai pendapatan tersebut. Komunikasi merupakan cara

menyampaikan gagasan, fakta pikiran, perasaan dan nilai kepada orang

lain. Pelaksanaannya selalu melibatkan dua pihak, pengirim

(komunikator) dan pihak penerima (komunikan).

Menurut Effendy (2006: 9), kalau dua orang terlibat dalam

komunikasi, misalnya dalam bentuk percakapan, maka komunikasi akan

terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa


42

yang dipercakapkan. Kesamaan bahasa yang dipergunakan dalam

percakapan itu belum tentu menimbulkan kesamaan makna. Dengan lain

perkataan, mengerti bahasanya saja belum tentu mengerti makna yang

dibawakan oleh bahasa itu.

Menurut Handoko (2003: 272) komunikasi adalah proses

pemindahan pengertian dalam bentuk gagasan atau informasi dari

seseorang ke orang lain. Perpindahan pengertian tersebut melibatkan

lebih dari sekedar kata-kata yang digunakan dalam percakapan, tetapi

juga ekspresi wajah, intonasi, titik putus vokal dan sebagainya. Dan

perpindahan yang efektif memerlukan tidak hanya transmisi data, tetapi

bahwa seseorang mengirimkan berita dan menerimanya sangat

tergantung pada ketrampilan-ketrampilan tertentu (membaca, menulis,

mendengar, berbicara dan lain-lain) untuk membuat proses pertukaran

informasi.

Menurut Widjaja (2000: 30) terdapat lima unsur-unsur di dalam

komunikasi, yaitu terdiri dari: (1) Sumber, sebagai dasar yang digunakan

dalam penyampaian pesan dalam rangka memperkuat pesan itu sendiri;

(2) Komunikator, adalah setiap orang maupun kelompok dapat

menyampaikan pesan-pesan komunikasi sebagai suatu proses di mana

komunikator dapat menjadi komunikan dan sebaliknya komunikan dapat

menjadi komunikator; (3) Pesan, adalah keseluruhan dari apa yang

disampaikan oleh komunikator; (4) Channel atau saluran, adalah saluran

penyampaian pesan atau disebut juga media; dan (5) Effek atau hasil,
43

adalah hasil akhir dari komunikasi, yakni sikap dan tingkah laku orang,

sesuai atau tidak sesuai, maka itu komunikasi berhasil.

Menurut Moekidjat (1993: 38) komunikasi formal terjadi di antara

pegawai-pegawai melalui garis-garis kekuasaan yang dibuat manajer.

Garis-garis ini merupkan sistem syaraf organisasi yang memberikan

saluran melalui prosedur dan praktek-prektek jabatan. Terdapat tiga

bentuk utama aliran pesan komunikasi formal, yaitu: komunikasi ke

bawah, ke atas dan mendatar. Saluran komunikasi ke atas dan ke bawah

biasanya disebut pesan vertikal, sementara saluran komunikasi mendatar

disebut pesan horizontal.

b. Pengertian Komunikasi Interpersonal

Gibson, Ivancevich dan Donnelly (1996:111) mengemukakan bahwa :

“Komunikasi Interpersonal adalah komunikasi antarpribadi mengalir di antara

para individu secara langsung dan dalam situasi kelompok, dan merupakan

pengaruh penting atas perilaku antar pribadi.”

Sedangkan menurut Miftah Thoha (2005:190) menyebutkan

komunikasi interpersonal adalah : “Sebagai proses penyampaian berita yang

dilakukan oleh seseorang dan diterimanya berita tersebut oleh orang lain

atau kelompok kecil orang-orang, dengan suatu akibat umpan balik dengan

segera.”Lain halnya dengan definisi yang dikemukakan oleh Wiryanto

(2000:13) menyebutkan bahwa : “Komunikasi Interpersonal adalah

komunikasi yang berlangsung dalam situasi tatap muka antara dua orang

atau lebih, baik secara terorganisasi maupun pada kerumunan orang.”


44

Pengertian lain tentang Komunikasi Interpersonal dikemukakan oleh

Mulyana (2000:73) yaitu sebagai: “komunikasi antara orang-orang secara

tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang

lain secara langsung, baik secara verbal ataupun non verbal. Ia menjelaskan

bentuk khusus komunikasi antarpribadi adalah komunikasi diadik yang

melibatkan hanya dua orang seperti seorang guru dengan murid. Komunikasi

demikian menunjukkan: pihak-pihak mereka saling mengirim dan menerima

pesan baik verbal ataupun non verbal secara simultan dan spontan.

De Vito (dalam Liliweri,1991:13) menggolongkan karakteristik-

karakterisitik efektivitas Komunikasi Interpersonal menjadi dua perspektif,

yaitu:

a. Perspektif Humanistik

Perspektif Humanistik meliputi sifat-sifat yaitu:

1) Keterbukaan (Openness)

Kita harus terbuka pada orang-orang yang berinteraksi. Disini orang

lain akan mengetahui pendapat, pikiran dan gagasan kita, sehingga

komunikasi akan mudah dilakukan. Keterbkaan menunjukkan pada kemauan

diri untuk memberikan tanggapan terhadap orang lain dengan jujur dan terus

terang tentang segala sesuatu yang dikatakannya. Demikian pula sebaliknya,

orang lain memberikan tanggapan secara jujur dan terbuka tentang segala

sesuatu yang dikatakan. Disini keterbukaan diperlukan dengan cara member

tanggapan secara spontan dan tanpa dalih terhadap komunikasi dan umpan

balik orang lain.


45

2) Empati (Empathy)

Empati adalah kemampuan seseorang untuk menempatkan dirinya

pada peranan atau posisi orang lain. Dalam arti bahwa seseorang secara

emosional maupun intelektual mampu memahami apa yang dirasakan dan

dialami orang lain. Dengan empati seseorang berusaha melihat dan

merasakan seperti yang dilihat dan dirasakan orang lain.

3) Sikap Mendukung (Supportive)

Komunikasi interpersonal akan efektiv bila dalam diri seseorang ada

perilaku suportif. Artinya, seseorang dalam menghadapi suatu masalah tidak

bersikap bertahan. Keterbukaan dan empati tidak dapat berlangsung dalam

suasana yang tidak suportif, yakni: deskriptif, spontanitas dan

provisionalisme. Sebaliknya dalam perilaku defensive ditandai dengan sifat-

sifat: evaluasi, strategi, dan kepastian.

(a) Deskriptif

Suasana yang deskriptif akan menimbulkan sikap suportif

dibandingkan dengan evaluative. Artinya, orang yang memiliki sifat ini lebih

banyak meminta informasi atau deskripsi tentang suatu hal. Dalam suasana

seperti ini, biasanya orang tidak merasa dihina atau ditantang, tetapi merasa

dihargai.

(b) Spontanitas

Orang yang spontan dalam komunikasi adalah orang terbuka dan

terus terang tentang apa yang dipikirkannya. Biasanya orang seperti itu akan

ditanggapi dengan cara yang sama, terbuka dan tersu terang.

(c) Provisionalisme
46

Seseorang yang memiliki sifat ini adalah memiliki sikap berpikir,

terbuka, ada kemauan untuk mendengar pandangan yang berbeda dan

bersedia menerima pendapat orang lain, bila memang pendapatnya keliru.

4) Sikap Positif (Positiveness)

Komunikasi interpersonal akan efektif bila memiliki perilaku positif.

Sikap positif dalam komunikasi interpersonal menunjuk paling tidak pada dua

aspek, yaitu;

(a) Komunikasi interpersonal akan berkembang bila ada pandangan positif

terhadap diri sendiri.

(b) Mempunyai perasaan positif terhadap orang lain dan berbagai situasi

komunikasi.

5) Kesetaraan (Equality)

Kesamaan dalam komunikasi interpersonal ini mencakup dua hal

yaitu:

(a) Kesamaan bidang pengalaman di antara para pelaku komunikasi.

Artinya, komunikasi interpersonal umumnya akan lebih efektif bila para

pelakunya mempunyai nilai, sikap, perilaku dan pengalaman yang sama.

Hal ini tidak berarti bahwa ketidaksamaan tidaklah komunikatif.

(b) Kesamaan dalam percakapan di antara para pelaku komunikasi,

memberi pengertian bahwa dalam komunikasi interpersonal harus ada

kesamaan dalam hal mengirim dan menerima pesan.

b. Perspektif Pragmatis

Perspektif pragmatis meliputi sifat-sifat berikut:


47

1) Bersikap yakin

Komunikasi Interpersonal akan lebih efektif bila seseorang

mempunyai keyakinan diri. Dalam arti bahwa seorang tidak merasa malu,

gugup atau gelisah menghadapi orang lain. Dalam berbagai situasi

komunikasi, orang yang mempunyai sifat semacam ini akan bersikap luwes

dan tenang, baik secara verbal maupun non verbal.

2) Kebersamaan

Seseorang bisa meningkatkan efektivitas komunikasi interpersonal

dengan orang lain bila ia bisa membawa rasa kebersamaan. Orang yang

memiliki sifat ini, bila berkomunikasi dengan orang lain akan

memperhatikannya dan merasakan kepentingan orang lain.

3) Manajemen interaksi

Seseorang yang menginginkan komunikasi yang efektif akan

mengontrol dan menjaga interaksi agar dapat memuaskan kedua belah

pihak, sehingga tidak seorang pun merasa diabaikan. Hal ini ditunjukkan

dengan mengatur isi, kelancaran dan arah pembicaraan secara konsisten.

Dan biasanya, dalam berkomunikasi orang yang memiliki sifat semacam ini

akan menggunakan pesan-pesan verbal dan non verbal secara konsisten

pula.

4) Perilaku ekspresif

Perilaku ekspresif memperlihatkan keterlibatan seseorang secara

sungguh-sungguh dalam berinteraksi dengan orang lain. Perilaku ekspresif

ini hamper sama dengan keterbukaan, mengekspresikan tanggungjawab


48

terhadap perasaan dan pikiran seseorang, terbuka pada orang lain dan

memberikan umpan balik yang relevan.

Orang yang berperilaku ekspresif akan menggunakan berbagai

variasi pesan baik secara verbal maupun non verbal, untuk menyampaikan

keterlibatan dan perhatiannya pada apa yang sedang dibicarakan.

5) Orientasi pada orang lain

Untuk mencapai efektivitas komunikasi, seseorang harus memiliki

sifat yang berorientasi pada aorang lain. Artinya adalah kemampuan

seseorang untuk beradaptasi dengan orang lain selama berkomunikasi

interpersonal. Tentunya, dalam hal ini seseorang harus mampu melihat

perhatian dan kepentingan orang lain. Selain itu, orang yang memiliki sifat ini

harus mampu merasakan situasi dan interaksi dari sudut pandang orang lain

serta menghargai perbedaan orang lain dalam menjelaskan suatu hal.

c. Faktor-faktor yang menyebabkan Komunikasi Interpersonal

Rakhmat (1998:80129) mengemukakan factor-faktor yang dapat

menyebabkan komunikasi interpersonal, yaitu:

1) Persepsi Interpersonal

Berupa pengalaman tentang peristiwa atau hubungan yang diperoleh

dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan untuk membedakan

bahwa manusia bukan benda tapi sebagai objek persepsi.

2) Konsep Diri

Menurut Brooks (dalam Rakhmat 1998:80-129) konsep diri adalah

suatu pandangan dan perasaan individu tentang dirinya. Jika individu dapat

diterima orang lain, dihormati, dan disenangi karena keadaan dirinya,


49

individu cenderung akan bersikap menghormati dan menerima diri.

Sebaliknya, bila orang lain selalu meremehkan, menyalahkan dan menolak

dirinya, individu cenderung akan bersikap tidak akan menyenangi dirinya.

3) Atraksi Interpersonal

Menurut Barlund (dalam Rakhmat: 1998:80-129) atraksi interpersonal

diperoleh dengan mengetahui siapa yang tertarik kepada siapa atau siapa

menghindari siapa, maka individu dapat meramalkan arus komunikasi

interpersonal yang akan terjadi. Misalnya makin tertarik individu kepada

seseorang, makin besar kecenderungan individu berkomunikasi. Kesuakaan

pada orang lain, sikap positif dan daya tarik seseorang disebut sebagai

atraksi interpersonal.

4) Hubungan Interpersonal

Menurut Goldstein (dalam rahmat, 2000:19) hubungan interpersonal

ada tiga, yaitu:

a. Semakin baik hubungan interpersonal seseorang maka semakin terbuka

individu mengungkapkan perasaannya.

b. Semakin baik hubungan interpersonal seseorang maka semakin

cenderung individu meneliti perasaannya secara mendalam beserta

penolongnya (psikolog).

c. Semakin baik hubungan interpersonal seseorang maka makin cenderung

individu mendengarkan dengan penuh perhatian dan bertindak atas

nasehat penolongnya

Dari berbagai definisi tentang Komunikasi Interpersonal di atas,

maka dapat penulis simpulkan bahwa yang dimaksud dengan Komunikasi


50

Interpersonal dalam penelitian ini adalah: “Komunikasi Interpersonal adalah

komunikasi yang berlangsung dalam situasi tatap muka antara dua orang

atau lebih, baik secara terorganisasi maupun pada kerumunan orang

sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami”, dengan indikator-

indikator sebagai berikut yaitu: 1) keterbukaan (Openness) mengirim dan

menerima pesan, 2) Kepercayaan terhadap pesan, 3) saling mendukung

(Supportiveness), (4) Empaty, dan (4) sikap positif (Positiveness).

B. Hasil Penelitian Yang Relevan

Tabel 2.1 Penelitian yang membahas tentang Kepemimpinan Kepala


Sekolah, Komunikasi Interpersonal, dan Kinerja Guru
Peneliti/Judul Variabel Hasil Relevansi

Sukarno X1=Gaya 1. gaya


Andhy Yahya Kepemimpinan kepemimpinan
(2013) Kepala Sekolah kepala sekolah dan
Pengaruh X2=Motivasi Kerjamotivasi kerja guru
Gaya Guru berpengaruh
Kepemimpinan Y=Kinerja Guru secara langsung
Kepala terhadap kinerja
Sekolah dan guru sebesar
Motivasi Kerja 51,2%
Guru terhadap 2. Gaya
Kinerja Kinerja kepemimpinan
Guru di kepala sekolah
Yayasan Budi berpengaruh besar
Kuhur terhadap kinerja
Semarang guru sebesar
53,3%
3. Motivasi kerja
guru berpengaruh
terhadap kinerja
guru sebesar
65,5%
Ishak (2003) X1=Kepemimpinan 1. Kepemimpinan
dalam Kepala Sekolah Kepala Sekolah,
penelitiannya X2=Lingkungan Lingkungan
yang berjudul Kerja,Diklat dan Kerja, Diklat dan
51

“Pengaruh Motivasi Motivasi secara


Kepemimpinan Y=Kinerja Guru bersama-sama
Kepala mempengaruhi
Sekolah, Kinerja Guru
Lingkungan SLTP Negeri 4
Kerja, Diklat Balikpapan
dan Motivasi Tahun 2003.
terhadap Dengan
Kinerja Guru memberikan
SLTP Negeri 4 kontribusi
Balikpapan”, sebesar 38%,
2. sedangkan 62%
dipengaruhi oleh
factor lain.

Dwi Windu X1 = Gaya 1. gaya


Satya Adriana Kepemimpinan kepemimpinan
(2013) X2 = Komunikasi kepala sekolah
Pengaruh Interpersonal dan komunikasi
Gaya Y = Kinerja Guru interpersonal
Kepemimpinan secara bersama-
dan sama
Komunikasi mempengaruhi
Interpersonal kinerja guru
terhadap sebesar 95,1%
Kinerja Guru. 2. 4,9%
dipengaruhi oleh
factor lain yang
tidak masuk
dalam penelitian
ini.

C. Kerangka Berpikir

Kepemimpinan kepala sekolah, komunkasi interpersonal, dan iklim

kerja sekolah berpengaruh terhadap kinerja guru. Hal ini disebabkan oleh

kinerja guru bisa berkembang tergantung dari bagaimana seorang kepala

sekolah memperlakukan guru selaku bawahannya. Bagaimana upaya


52

seorang kepala sekolah agar mendorong timbulnya kemauan yang kuat

dan semangat serta percaya diri dari para guru, memberikan bimbingan

dan mengarahkan para guru, memberikan kepercayaan dan keyakinan

kepada para guru bahwa yang dilakukannya itu adalah benar.

Memberikan kesempatan dan peluang untuk maju demi kemajuan

sekolahnya, serta memberikan sugesti dan menciptakan rasa aman bagi

para guru selaku bawahannya. Kesadaran untuk melakukan kinerja yang

baik dari para guru bisa terwujud bukan karena dipaksa atau terpaksa

oleh keadaan namun karena kesadaran dari dalam diri pribadi masing-

masing guru.

Komunikasi Interpersonal dan iklim kerja akan meningkatkan

kinerja guru, hal ini disebabkan karena untuk memenuhi keinginannya

untuk terus bekerja, dituntut untuk melaksanakan tugas-tugas dan

tanggung jawabnya dengan penuh disiplin. Dengan kinerja yang baik

maka diharapkan eksistensi guru untuk terus bekerja di tempatnya

bekerja saat ini akan terus terjaga. Kepemimpinan kepala sekolah dan

interpersonal komunikasi serta iklim kerja guru berpengaruh positif

terhadap kinerja guru. Semakin baik kepemimpinan kepala sekolah

menurut pandangan dari para guru dan adanya iklim kerja dari guru

maka akan semakin baik kinerja guru. Secara bersama-sama ketiga

faktor tersebut yaitu kepemimpinan kepala sekolah, interpersonal

komunikasi dan iklim kerja guru akan mempengaruhi kinerja guru di

dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pendidik.


53

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara dari suatu permasalahan

yang harusan dengan masalah ini Arikunto (1983:62) menyatakan bahwa

hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara

terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang

terkumpul.

Berdasarkan deskripsi dan kerangka berpikir yang telah diuraikan

sebelumnya, maka dapat dirumuskan suatu hipotesis sebagai berikut :

1. Kepemimpinan kepala sekolah mempunyai pengaruh terhadap kinerja

guru SD Negeri di Kecamatan Long Pahangai Kabupaten Mahakam

Ulu.

2. Komunikasi interpersonal mempunyai pengaruh terhadap kinerja guru

SD Negeri di Kecamatan Long Pahangai Kabupaten Mahakam Ulu.

3. Terdapat penggaruh secara bersama-sama antara kepemimpinan

kepala sekolah dan komunikasi interpersonal terhadap kinerja guru.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini memakai jenis penelitian kuantitatif, dengan teknik

korelasional karena penelitian ini berusaha menyelidiki hubungan antara

beberapa variabel penelitian yaitu tentang kepemimpinan kepala sekolah

(X1) dan komunikasi interpersonal (X2) sebagai variabel bebas

(Independen) dengan kinerja guru (Y) sebagai variabel terikat

(dependen). Melalui analisis yang dilakukan akan dapat mengungkapkan

keterikatan antara variabel independen terhadap variabel dependen yang

dapat digambarkan ke dalam bentuk bagan skema sebagai berikut:

Skema 3.1. desain penelitian

Kepemimpinan
Kepala Sekolah
H1
X1 Kinerja Guru
H3
Y

Komunikasi H2
Interpersonal

X2

Keterangan:
X1 : Kepemimpinan Kepala Sekolah
X2 : Komunikasi Interpersonal
Y : Kinerja Guru

54
55

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di sekolah dasar negeri yang ada di

kecamatan Long Pahangai Kabupaten Mahakam Ulu, yang terdiri dari:

SDN 001, SDN 002, SDN 003, SDN 004, SDN 005 dan SDN 006.

Penelitian dijadwalkan berlangsung selama 2 bulan, yaitu bulan April dan

Mei 2016.

Adapun waktu penelitian sebagai salah satu proses di dalam

pengamatan awal, pengumpulan, analisis data yang di dalam penelitian

ini dapat dibagi ke dalam empat tahap, sebagai berikut:

a. Tahap pra lapangan

Pada tahap pralapangan dimaksudkan sebagai tahap pengamatan

awal untuk menetapkan permasalahan penelitian dan penentuan subjek

penelitian, kemudian dilanjutkan dengan pengurusan perijinan. Sebelum

memasuki kegiatan lapangan, maka seyogyanya semua perlengkapan

telah dipersiapkan. Dalam penelitian ini alat perekamnya adalah

kuesioner yang dirancang khusus dengan siatuasi yang ada.

b. Tahap kegiatan lapangan.

Pada tahapan ini merupakan tahap inti penelitian, di mana peneliti

akan mengambil dan memilih data yang terdiri dari seluruh populasi

dengan cara membagikan daftar pertanyaan atau kuesioner dan kegiatan

observasi atau pengamatan, serta wawancara yang diperlukan.

c. Tahap analisis data intensif.


56

Pada tahan analisis data secara intensif adalah merupakan

kegiatan penelitian untuk pengecekan keabsahan data atau tidaknya, baik

melalui dokumen maupun narasumber-narasumber utama (key infroman)

dan mengadakan pemeriksaan dan pemeriksaan ulang terhadap data,

guna memperkuat hasil dari penelitian. Pada tahap ini dilakukan dengan

cara mendiskusikan kembali mengenai kesimpulan akhir dari hasil

penelitian secara bersama-sama dengan pimpinan sekolah, sedangkan

tahap akhir adalah tahap penulisan laporan.

d. Tahap penulisan laporan

Dalam tahap penulisan laporan di dalam penelitian ini diperlukan

waktu selama kurang lebih 2 bulan setelah usulan penelitian ini

dilanjutkan dengan penelitian.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

Menurut Sugiyono (2014:117) Populasi adalah wilayah

generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas

dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

dan kemudian ditarik kesimpulannya. Suharsimi ( 2006:108)

mendefinisikan populasi adalah keseluruhan obyek penelitian.

Atas dasar pendapat tersebut di atas yang menjadi populasi dalam

penelitian ini adalah guru-guru SDN 001, SDN 002, SDN 003, SDN 004,

SDN 005, dan SDN 006 di kecamatan Long Pahangai yang berjumlah 68

responden. Sedangkan karakteristik/sifat yang akan diteliti yaitu


57

Kepemimpinan Kepala Sekolah, Komunikasi Interpersonal dan Iklim Kerja

Sekolah serta Kinerja Guru.

Tabel 3.2. Daftar Populasi Penelitian

No Gugus Nama Sekolah Banyak Guru

1 Gugus I SDN 001 15

2 Gugus II SDN 002 12

3 Gugus III SDN 003 11

SDN 004 10

4 Gugus IV SDN 005 10

5 Gugus V SDN 006 10

Menurut Suharsimi (2006:104) sampel adalah bagian atau wakil

dari populasi yang diteliti. Sampel merupakan bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Artinya sampel harus

mencerminkan populasi dan berfungsi sebagai duplikat yang cermat

terhadap populasi (Sugiyono, 2006:118). Sampel adalah bagian dari

jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut yang diambil

sebagai sasaran penelitian dan dalam hal ini adalah seluruh populasi

yang dijadikan sampel, mengingat populasi tergolong tidak banyak dan

terjangkau untuk diteliti. Hal ini sejalan pula dengan pendapat Arikunto

(1998: 107) yang menyatakan bahwa apabila subyek kurang dari 100

maka diambil semua sekaligus sehingga penelitiannya penelitian


58

populasi. Jika subyek besar maka diambil 10-15% atau 20-25% atau

lebih. Berdasarkan uraian tersebut maka dalam penelitian ini diambil

sebanyak 68 populasi untuk diteliti.

D. Teknik Pengumpulan Data

Sugiono mengemukakan terdapat dua hal utama yang

mempengaruhi kualitas data hasil penelitian yaitu, kualitas instrument

penelitian dan kualitas data hasil penelitian yaitu, kualitas instrument

penelitian dan kualitas pengumpulan data. Kualitas instrument penelitian

berkenaan dengan validitas reabilitas instrument dan kualitas

pengumpulan data berkenaan dengan cara-cara yang digunakan untuk

mengumpulkan data. Oleh karena itu instrument yang digunakan telah

teruji validitas dan reabilitasnya, belum tentu menghasilkan data yang

valid dan reabel, apabila instrument tersebut digunakan secara tepat

dalam pengumpulan data (Suguino, 2014:223).

Untuk memperoleh data dalam penelitian, penulis menggunakan

teknik kuesioner (angket). Angket digunakan untuk memperoleh data

Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1), Komunikasi Interpersonal (X2), dan

Kinerja Guru (Y) dengan membuat pernyataan yang berhubungan dengan

variabel terikat dan variabel bebas.

Alasan digunakannya angket kuesioner sebagai alat pengumpul

data dalam penelitian ini adalah: 1) Memberikan kemudahan bagi

responden untuk memilih jawaban karena alternative jawaban telah


59

tersedia; 2) Tidak memerlukan kehadiran penelitian; 3) Praktis, mudah

dilaksanakan dan relativ obyektif; 4) Hasilnya, mudah ditabulasikan dan

dianalisa; dan 5) Lebih efisien dari segi tenaga, waktu dan biaya.

Teknik skala yang digunakan pada angket adalah skala likert.

Skala likert digunakan untuk mengukur sikap pendapat, dan persepsi

seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena social. Dengan

skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indicator

variabel. Kemudian indicator variabel. Kemudian indicator tersebut

dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrument yang

dapat berupa pernyataan atau pertanyaan (Sugiono, 2010:134)

Sebagaimana pendapat Sugiono (2005:40), skala Likert

merupakan skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan

persepsi seseorang atau kelompok.

Pengukuran skor:

(X1 + X2 + X3……………X.n)
Jumlah skor = -----------------------------------------------
Jumlah n
Pengukuran skala criteria:
Skor Tertinggi – Skor Terendak
Skor skala criteria = -----------------------------------------------
Jumlah Jenjang
5–1
= ----------------------------- =5
0,8
60

Dimana = Nilai tertinggi 5 berasal dari =5x1


Nilai terendah 1 berasal dari =1x1
Jumlah kelas = 5
Dari informasi tersebut diatas, maka setiap jawaban akan

mempunyai skor tertentu hasil kumulatif dari setiap jawaban diperoleh

dengan skala penilaian tiap criteria antara lain:

4,21 – 5,00 = Selalu


3,41 – 4,20 = Sering
2,61 – 3,40 = Kadang-kadang
1,81 – 2,60 = Jarang
1,00 – 1,80 = Tidak pernah
Sedangkan untuk pertanyaan yang diajukan kepada responden

yaitu: a, b, c, d dan e setiap alternative jawaban diberi skor sebagai

berikut:

1) Apabila jawaban selalu diberi skor 5 atau huruf a

2) Apabila jawaban sering skor 4 atau huruf b

3) Apabila jawaban kadang-kadang diberi skor 3 atau huruf c

4) Apabila jawaban jarang diberi skor 2 atau huruf d

5) Apabila jawaban tidak pernah diberi skor 1 atau huruf e

E. Instrumen Penelitian

1. Kepemimpinan Kepala Sekolah


61

a) Definisi Konseptual

Kepemimpinan Kepala Sekolah adalah kemampuan Kepala

Sekolah untuk mempengaruhi para guru sehingga perilaku mereka

tersebut menggambarkan interaksi antara kepala sekolah dengan

bawahannya untuk mencapai tujuan bersama (T.Hani

Handoko,1995:294, Soetopo dan Soemanto, 1984:13)

b) Definisi Operasional

Definisi operasional dari variabel kepemimpinan kepala

sekolah adalah skor yang diperoleh dari responden setelah mengisi

angket yang akan menggambarkan kepemimpinan kepala sekolah.

Artinya persepsi guru terhadap aktivitas dilakukan kepala sekolah dengan

segenap kemampuannya untuk mempengaruhi guru, agar tercapai tujuan

yang telah ditetapkan dari program visi dan misi sekolah, yang mengukur

indikator berikut: (1) cara kepala sekolah membagi tugas, (2) cara kepala

sekolah menetapkan keputusan, (3) cara kepala sekolah mendelegasikan

wewenang, dan (4) cara kepala sekolah menumbuhkembangkan inisiatif

guru-guru.

c) Kisi-kisi instrumen

Dari apa yang yang telah dirumuskan pada definisi konseptual dan

definisi operasional yang telah diuraikan, maka indikator dari variabel


62

kepemimpinan kepala sekolah tersebut akan dikembangkan dalam butir-

butir berikut:

Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1)

N Indikator Nomor Butir Jumlah

o Positif Negatif

1 Cara kepala sekolah 2,3,4,5,6,7 1 7


membagi tugas
2 Cara kepala sekolah
menetapkan
keputusan 9,10,11,12,14,15,16 8,13,17 10

3 Cara kepala sekolah


mendelegasikan
wewenang 19,20,21,22,23,24 18 7

4 Cara kepala sekolah


menumbuhkembangka
n inisiatif guru-guru 25,26,27,28,29,,31,3 30,31 10

3,34

Jumlah 34

2. Komunikasi Interpersonal

a) Definisi Konseptual

Komunikasi Interpersonal adalah komunikasi yang berlangsung

dalam situasi tatap muka antara dua orang atau lebih, baik secara

terorganisasi maupun pada kerumunan orang sehingga pesan yang

dimaksud dapat dipahami”,( De Vito dalam Liliweri, 1991:13)


63

b) Definisi Operasional

Definisi operasional dari variabel Komunikasi Interpersonal adalah

skor yang diperoleh dari responden setelah mengisi angket yang akan

menggambarkan komunikasi interpersonal. Artinya persepsi guru

terhadap komunikasi interpersonal yang dilakukan kepala sekolah dengan

segenap kemampuannya untuk mempengaruhi guru, agar tercapai tujuan

yang telah ditetapkan dari program visi dan misi sekolah, yang mengukur

indikator berikut: (1) Keterbukaan, (2) empati, (3) sikap mendukung, (4)

sikap positif, dan (5) kesetaraan.

c) Kisi-kisi Instrumen

N0 Indikator Nomor Butir Jumlah

Positif Negatif

1 Keterbukaan 1,2,4,5,7,8,9,10, 3,6 10

2 Empati 12,13,14,15,16,17,18,19 11 9

3 Sikap mendukung 21,22,23,24,25,26,27,28 20 9

4 Sikap Positif 29,31,32,33,34,35 30 8

5 Kesetaraan 36,37,38,39,40,41,42 43 8

Jumlah 44

3. KInerja Guru

a) Definisi Konseptual
64

Kinerja Guru adalah prestasi yang dicapai oleh seorang guru

dalam melaksanakan tugasnya selama periode waktu tertentu. (Marwanti,

2001:43).

b) Definisi Operasional

Definisi operasional dari variabel Kinerja Guru adalah skor yang

diperoleh dari responden setelah mengisi angket yang akan

menggambarkan kinerja guru. Artinya persepsi guru tentang kinerja yang

dilakukan oleh guru dengan segenap kemampuannya agar tercapai

tujuan proses belajar mengajar dengan indikator sebagai berikut: (1)

membuat rencana pelajaran, (b) melaksanakan rencana pelajaran, (3)

mengembangkan hubungan antar pribadi, dan (4) melaksanakan

evaluasi.

c) Kisi-kisi Instrumen

N0 Indikator Nomor Butir Jumlah

Positif Negatif

1 Membuat rencana 1,2,3,4,5,6,7,8,10,11,13,14,15 9,12 15


Pelajaran
2 Melaksanakan 16,17,18,19,21,22,23,24,25, 20,27 12
rencana pelajaran
26

3 Merngembangkan 28,29,31,32,33,34,35 30,36, 10


hubungan antar
pribadi 37

4 Melaksanakan 38,39,40,41,43,44,47,48,49, 42,45, 15


evaluasi
65

50,51,52 46

Jumlah 52

4. Kalibrasi Uji Coba

a) Uji Validitas

Sebelum dilakukan penelitian yang sesungguhnya, instrument ini

perlu diuji terlebih dahulu untuk mengetahui validitas dan reliabilitas

instrumen. Untuk validitas angket dapat digunakan rumus korelasi product

moment sebagai berikut :


n∑XY - (∑X) (∑Y)
rxy = √{ n ∑ X2 - (∑X)2 } { n ∑ Y2 - ( ∑Y )2 }
Di mana :
Rxy = koefisien korelasi antar variabel X dan Y
x = skor perolehan responden
y = jumlah skor seluruh responden
n = jumlah responden penelitian
Berdasarkan uji coba instrument dengan menggunakan responden

yang mewakili masing-masing populasi, maka untuk mengetahui tingkat

validitas itemnya digunakan rumus korelasi product moment dengan nilai

kritik pada taraf signifikan 0,05. Bila r hitung lebih besar dari r table maka butir

instrument valid atau sebaliknya tidak valid

Hasil perhitungan validitas instrument penelitian dengan program

SPSS 20,00 diperoleh data sebagai berikut:


66

Table 3.4. Validitas Instrumen Variabel Penelitian

Variabel Nilai alpha Keterangan

Kinerja Guru (X1) 2,6,9,14,15 dan 21 Tidak valid

Kepemimpinan Kepala Sekolah (X2) 3,8,14,25,27 dan 33 Tidak valid

Komunikasi Interpersonal (Y) 6,15,21,23,26,30 dan Tidak valid

34

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas instrument dimaksudkan untuk mengetahui seberapa

besar kemampuan instrument yang digunakan dalam penelitian dapat

dipercaya dan diandalkan. Uji reliabilitas instrument menggunakan

formulasi Alpha Cronbach, yaitu:

k ∑ 𝛼 b2
KR 21 = ( ----------------- ) ( ------------------- )
( k-1 ) ∑ α 12
Dimana:
KR21 : reliabilitas instrumen
k : banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
∑ αb 2 : jumlah variabel butir
∑ α1 2 : varian total

Adapun penerimaan dan penolakan terhadap reliabilitas dilihat dari

besarnya reliabilitasnya. Apabila koefisien reliabiltas lebih besar dari 0,60


67

maka instrument dianggap reliable dan apabila kurang maka dianggap

kurang reliable. Berdasarkan hasil analisis reliabilitas dengan SPSS 20.00

diperoleh data sebagai berikut:

Table. 3.5. Nilai Reliabilitas Instrumen Variabel Penelitian

Variabel Nilai alpha Keterangan

Kinerja Guru (X1) 0,945 Reliabel

Kepemimpinan Kepala Sekolah (X2) 0,798 Reliabel

Komunikasi Interpersonal (Y) 0,643 Reliabel

E. Teknik Analisis Data

Data pada penelitian ini merupakan jenis data kuantitatif yang

disajikan dengan statistic deskriptif, sedangkan untuk menarik kesimpulan

dari data sampel terhadap populasi digunakan statistik inferensial.

Proses komputerisasi dilakukan dengan memanfaatkan program SPSS

(Statistical Package for Social Science) versi 20,00 yang merupakan

sebuah program aplikasi analisa statistik.

1. Statistik Deskriptif

Statistik Deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk

menganalisa data dengan cara mendiskripsikan atau menggambarkan

data yg telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa maksud membuat

kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Penelitian yang


68

dilakukan pada populasi (tanpa diambil sampelnya) jelas akan

menggunakan statistik deskriptif dalam analisisnya. (Sugiono, 2010:207).

Selain ini juga digunakan untuk mendiskripsikan data ke dalam

nilai rata-rata, standar deviasi, nilai terendah dan nilai tertinggi agar lebih

bermakna dan lebih mudah dipahami oleh orang lain sehingga dapat

mengungkapkan distribusi skor dari masing-masing variable, baik

variable independen maupun variable dependen. Penyajian distribusis

skor dan pengkategorian dari dengan interpretasi skor yang dirumuskan

oleh Azwar sebagai berikut (Azwar, 2004:116):

X ≤ µ - 1,5(σ) kategori sangat rendah


µ- 1,5 (σ,<x≤µ-0,5 (σ) kategori rendah
µ- 0,5 (σ,<x≤µ+ 0,5 (σ) kategori sedang
µ + 0,5 (σ, < x ≤ µ + 1,5 (σ) kategori tinggi
µ + 1,5 (σ) < x kategori sangat tinggi.
Dimana, µ = 3 x banyak item
Skor tertinggi – Skor terendah
σ = ---------------------------------------------
6

Berdasarkan rumus di atas, distribusi skor dan pengkategorian dari

variable dalam penelitian ini, tampak pada table berikut ini:

Table 3.6. Kriteria Variabel Kinerja Guru (Y)

No Kriteria Interval

1 Sangat Tinggi 128 – 150

2 Tinggi 118 – 127

3 Cukup tinggi 108 – 117


69

4 Rendah 98 – 107

5 Sangat Rendah 0 – 97

Tabel 3.7. Kriteria Variabel Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1)

No Kriteria Interval

1 Sangat Tinggi 136 – 165

2 Tinggi 123 – 135

3 Cukup tinggi 110 – 122

4 Rendah 97 – 109

5 Sangat Rendah 0 -96

Tabel 3.8. Kriteria Variabel Komunikasi Interpersonal (X2)

No Kriteria Interval

1 Sangat Tinggi 129 – 150

2 Tinggi 117 – 128

3 Cukup tinggi 104 – 116

4 Rendah 92 – 103

5 Sangat Rendah 0 – 91
70

2. Statistik Inferensial

Data pada penelitian ini akan dianalisis menggunakan model

analisis jalur ( path analisys). Syarat-syarat dalam menggunakan model

regresi tersebut adalah:

a. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik

Disamping uji hipotesis, diperlukan pula pengujian atas asumsi

klasik model regresi berganda yang meliputi uji Normalitas, uji Linieritas

dan uji Heteroskedastisitas.

1) Uji Normalitas

Pengujian normalitas adalah pengujian tentang keabnormalan dari

distribusi data. Uji ini merupakan pengujian yang paling banyak

dilakukan untuk analisis statistik parametrik. Penggunaan uji normalitas

karena pada analisis statistik parametrik, asumsi yang harus dimiliki oleh

data adalah bahwa data tersebut terdistribusi secara normal. Maksud

data terdistribusi secara normal adalah bahwa data akan mengikuti

bentuk distribusi normal. Distribusi normal data dengan bentuk distribusi

normal dimana data memusat pada nilai rata-rata dan median. Menurut

Priyatno (2008: 77) metode uji terhadap normalitas data yang sering

digunakan adalah uji Lliefors dan uji One Sample Kolmogorov Smirnov,

di mana data dinyatakan berdistribusi normal harus memenuhi syarat

nilai 0,05 < x ≤ 2,00. Apabila distribusi data sudah memenuhi nilai

tersebut, maka data dikatakan sebagai data yang berdistribusi normal


71

2) Uji Multikolinearitas

Penguji multikolinearitas digunakan untuk menmgetahui ada atau

tidaknya peyimpangan asumsi klasik multikolinearitas, yaitu adanya

hubungan linier antar variabliknyael independent dalam model regresi

(Priyatno, 2008:39). Prasyarat yang harus terpenuhi dalam model regresi

adalah tidak adanya multikolinearitas. Selanjutnya dikatakan bahwa ada

beberapa metode penguji yang bisa digunakan, di antaranya dengan

melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF) pada model regresi dan jika

nila VIF lebih besar dari pada 5, maka variabel tersebut mempunyai

persoalan multikolinearitas dengan variabel bebas lainnya dan seb

3) Gejala Heteroskedastisitas

Menurut Priyatno (2008:41) uji heteroskedastisitas digunakan

untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik

heteroskedastisitas, yaitu adanya ketidaksamaan varian dari residual

untuk semua pengamatan pada model regresi. Asumsi

heteroskedastisitas adalah asumsi dalam regresi dimana varians dari

residual tidak sama untuk satu pengamatan ke pengamatan yang lain.

Dalam regresi, salah satau asumsi yang harus dipenuhi adalah bahwa

varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain

tidak memiliki pola tertentu. Pola yang tidak sama ini ditunjukkan dengan

nilai yang tidak sama antar satu varians dari residual. Gejala varians

yang tidak sama ini disebut dengan gejala heteroskedastisitas. Salah


72

satu uji untuk menguji heteroskedastisitas ini adalah dengan melihat

penyebaran dari varians residual. Dasar analisis:

- Jika ada pola tertentu (bergelombang, melebar kemudian menyempit)

maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.

- Jika tidak ada pola tertentu, serta titik-titik (yang menggambarkan

data penelitian) menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y,

maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

b. Analisis Regresi Linier Berganda

Seperti yang telah dikemukakan pada bab terdahulu, model yang

digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan model

regresi linier berganda (Multiple Linier Regression). Pratisto (2004:112)

mengemukakan bahwa analisis regresi bertujuan untuk mengetahui

pengaruh varaibel bebas (Xi,……Xn) terhadap variabel terikat atau tidak

bebas (Y). Persamaan yang diperoleh dari perhitungan regresi harus diuji

secara statistic nilai koefisien regresinya. Pengaruh fungsional antara

variabel bebas dan terikat dapat diformulasikan melalui persamaan

regresi yang dimaksudkan untuk memprediksi nilai variabel bebas.

Sehingga data penelitian ini digunakan metode analisis yang berbentuk

fungsi sebagai berikut:

Y = a + b1X1 + b2X2 + ei
Dimana:
Y adalah kinerja guru
73

X1 adalah kepemimpinan kepala sekolah


X2 adalah komunikasi interpersonal
a, b1,dan b2 adalah koefisien regresi
e adalah error term
selanjutnya menurut Sugiyono (2002:216) dikemukakan pedoman

yang digunakan untuk mengetahui tingkat hubungan antara variabel

independen dengan variabel dependen yang dapat diuraikan di dalam

tabel 3.6. sebagai berikut:

Tabel 3.9. pedoman Interpretasi Interval Koefisien Korelasi

Interval Koefiesn Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 Sangat rendah

0,20 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,599 Cukup tinggi

0,60 – 0,799 Tinggi

0,80 – 1,00 Sangat tinggi

Berdasarkan dari data interval tersebut maka dapat dilakukan

pengelompokkan atas seluruh hasil kuesioner yang telah dianalisis di

dalam program SPSS

Untuk memudahkan penganalisaan data yang diperoleh dalam

menguji factor-faktor regresi berganda (multiple regression) dengan teknis

yang diuraikan dalam langkah-langkah sebagai berikut:


74

a) Menghitung koefisien regresi menggunakan rumus regresi

berganda.

b) Menghitung dan menganalisa koefisien korelasi (R) dan koefisien

determinasi (R²) .

c) Melakukan pengujian hipotesis menggunakan Uji-F. biola hasil F

pada tingkat signifikan 5% diperoleh nilai Fhitung > Ftabel, berarti

bahwa variabel bebas secara bersama-sama memberikan

pengaruh yang bermakna pada variabel tidak bebas.

d) Sedangkan untuk menguji hipotesis apakah suatu variabel bebas

mempunyai pengaruh yang dominan terhadap variabel tidak

bebas dilakukan dengan analisis SPSS kemudian dilihat dari

tabel Coefficients. Oleh sebab itu, yang memiliki Standardized

Coefficients Beta yang paling besar adalah variabel yang dominan

e) Uji-t. Bila hasil t pada tingkat signifikan 5% diperoleh nilai thitung >

ttabel , berarti bahwa variabel bebas memberikan pengaruh

yang bermakna pada variabel tidak bebas dan sebaliknya.

c. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis diperlukan untuk mengetahui pengaruh dan

signifikansi variabel bebas terhadap variabel tidak bebas baik secara

simultan maupun parsial. Untuk itu perlu dilakukan beberapa tahapan uji

yaitu: Uji F dan Uji t.


75

1) Pengujian Hipotesis Pengaruh Simultan dengan Uji-F

Uji F digunakan pada regresi berganda tujuannya untuk

menunjukkan apakah variabel independen secara bersama-sama dapat

mempengaruhi secara signifikan terhadap variabel dependen. Uji-F

dilakukan dengan prosedur sebagai berikut:

(a) Merumuskan hipotesis statistik

H0 : β1; β2; β3 = 0

Diartikan sebagai variabel bebas kepemimpinan kepala sekolah (X1)

dan komunikasi interpersonal (X2) yang secara simultan berpengaruh

signifikan terhadap variabel terikat kinerja guru (Y).

H1 : β1; β2; β3 ≠ 0

Diartikan sebagai variabel bebas kepemimpinan kepala sekolah (X1)

dan komunikasi interpersonal (X2) yang secara simultan berpengaruh

signifikan terhadap variabel terikat kinerja guru (Y)

(b) Level of significant (α) = 0,05 dengan df = (n-k-1), dimana menentukan

nilai F-tabel digunakan signifikansi 5% dengan derajat kebebasan

(degree of freedom) df = (n-k) dan (k-1). Dimana n adalah jumlah

variabel termasuk intersep dan k adalah variabel terikat.

(c) Dengan program bantu SPSS hitung nilai statistic “Fhitung”. Menurut

Wahid (2004:14), nilai statistic Fhitung sebagai berikut:


76

∑(Y* - Ŷ)² / (k-1)


F hitung = --------------------------------- = Rata-rata kuadrat regresi
∑(Y – Y)² / (n-k)
Dimana : k = jumlah variabel bebas
N = banyaknya sampel
(d) Kriteria penolakan dan penerimaan Ho dan Ha adalah diformulasikan

sebagai berikut::

Jika Fhitung ˂ Ftabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak

Jika Fhitung ˂ Ftabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima.

2) Pengujian Hipotesis Secara Parsial dengan Uji-t

Uji t dilakukan untuk menguji signifikansi pengaruh parsial variabel

bebas terhadap variabel tidak bebas digunakan Uji-t. prosedur Uji-t

adalah sebagai berikut:

(a) Merumuskan hipotesis statistik yang digunakan:

H0 : β1 = 0, artinya variabel bebas (X) mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap variabel terikat (Y).

H1 : β1 ≠ 0, artinya variabel bebas (X) tidak mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap variabel terikat (Y)

(b) Level og significant (α) = 0,05 dengan df = (n-k-1), untuk menentukan

nilai t tabel dapat menggunakan tingkat signifikansi 5% dengan derajat


77

kebebasan (degree of freedom) df = (n-k-1), dimana k adalah jumlah

varaibel bebas.

(c) Dengan program bantuan SPSS hitung nilai statistic “t hitung” nilai

statistic t hitung sebagai berikut:

bi
t hitung = -----------------------
sbi
Dimana: bi = parameter estimasi
Sbi = standar error dari X1
78

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan


Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
--------------------- 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Prakterk”. Jakarta: Rineka Cipta.

Kamars, Dachnel. 2002. Administrasi Pendidikan Teori dan Praktek,


Tidak dipublikasikan.

Damayanti,S. (2008).Profesionalisme Kepemimpinan Kepala Sekolaaaah.


http://www.njouba.com/seach.do? (21 Februari 2015)

Danim, Sudarwam. 2004. Motivasi Kepemimpinan dan Efektivitas


Kelompok. Jakarta: Rineka Cipta.

Depdikbud. 1997. Paanduan Manajemen Sekolah. Direktorat Jendral


Pendidikan Dasar dan Menegah.

Dessler, Gary. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia, Alih Bahasa


Alih Tanya. Jakarta: Indeks Gramedia.

Djatmiko, Y.H. 2005. Perilaku Organisasi. Bandung : Alfabeta.

Dessler, G. 2005. Human Resource Management (Seventh Edition).


London: Prince Hall International Inc.

Effendy, Onong Uchjana. 1993. IlmuTeori dan Filsafat Komunikasi.


Bandung: PT. Citra Aditya Bhakti.

Effendy, Onong Uchjana. 2006. Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek.


Editor: Tjun Surjaman, Cetakan ke-20, Bandung: PT. Remaja
Rosda Karya.

Fancy,Howard. (1999). Principal Performance Management.


http://www.minedu.gout.nz/web/down
londable/d/3852/vl/principalperfingt.pdf. (21 Februari 2015)

Florida Departmen of Education. (2004). Middle Grade Issue 6and


Performance: http://www.F/middlegradesre form.com/pdf/meeting
02/leadperform.pdf. (22 Februari 2015)

Fry, Betty,et.al. (2007). Schools Need Leaders Now: State Progress in


Creating a Learning-Centered School Leadership System. Atlanta,
79

GA: Southern Regional Education Board. www. Sreb.org. (22


Februari 2015)

Handoko, T. 2003. Manajemen, Edisi 2 Cetakan Kedelapanbelas,


Yogyakarta: BPFE. Yogyakarta

Hasibuan, Malayu S.P. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi


Revisi. Jakarta: Bumi Aksara.

Hendrawan, John,JOI Ihalauw, Sugiharto, Anton WW, Darmadi Durianto.


2006. Manajemen Kinerja Untuk Menciptakan Keunggulan
Bersaing. Yogyakarta : Graha ilmu.
Harjana, Agus M. 2003. Komunikasi Intrapersonal & Interpersonal.
Yogyakarta: Perbit Kanisius.

Hersey,P dan Blanchard,K. 199. Manajemen Perilaku Organisasi.


Jakarrta: Erlangga.

Isjoni. (2004). Kinerja Guru.


http://www.gunadarma.ac.id/library/artcel/graduate/psikologi/2009.
(22 Februari 2015)

Kamars, D. 2005. Adminstrasi Pendidikan. Suryani Indah, Padang.


Kartono,Kartini.1994. Psikologi Sosial untuk Manajemen, Perusahaan dan
Industri. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Liliweri, Alo. 1991. Komunikasi Antar Pribadi. Bandung: PT. Citra Aditya
Bhakti.
Mangkunegara, A.A. Anwar Prabu 2002. Manajemen Sumber Daya
Manusia Perusahaan. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Meisiska. (2010). Budaya Kerja Guru.


http://www.facebook.com/extern/login-Status.php?api (22 Februari
2015)
Muhammad. 2007. Komunikasi Organisasi. Bumi Aksara. Jakarta.

Mulyasa. 2003. Menjadi Kepala Sekolah Profesional dalam Konteks


Mensukseskan MBS dan KBK. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya.

Moekidjat. 1993. Teori Komunikasi. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Nawawi, H.Hadari, 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia, Untuk


Bisnis Yang Kompetitif. Yogyakarta: Gadjah Mada Univerity Press.
80

Notoatmodjo, Soekidjo. 2009. Pengembangan Sumber Daya Manusia.


Jakarta : Rineka Cipta.

Phillips,V.L. (2003). Leadership in Education: flavor of the mont or Serious


Business. Pennsylvania: National College for School Leadership:
http://www.ncsl.org.uk. (23 Februari 2015)

Prawirosentono, Suyadi. 1999. Kebijakan Kinerja Karyawan, Yogyakarta:


BPFE

Priyatno, Dwi. 2008. Buku Saku SPSS (Analisis Statisik Data, Lebih
Cepat, Efisien, dan Akurat). Yogyakarta: MediaKom.
Rakhmat, Jalaludin. 1998. Psikologi Komunikasi. Bandung: CV. Remaja
Rosdakarya.
Rivai, V. 2007. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta:
RajaGrafindo Persada.

Rustanti, Achmad,R. 1998. Gaya Kepemimpinan ( Pendekatan Bakat


Situasional). Armico.

Salusu, 1996. Pengambilan Stratejik. Jakarta: Gramedia Widisarana.

Sedarmayanti, 2002, Good Governance (Kepemerintahan Yang Baik),


Bagian Kedua, Bandung : CV. Mandar Maju.

Siagian. 1998. Sondang P. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta:


PT Raja Grafindo Persada.

Stoner, James, AF dan R E. Freman. 2005. Manajemen (Terjemahan


Wilhelmus E Bakowatun), Jakarta :Intermedia.

Sudrajat,A. (2008). Kepemimpinan Pendidikan. http://www.info/search/.


(23 Februari 2015)
Sugiyono, 2014. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Sulaiman, Wahid. 2004. Analisis Regresi Menggunakan SPSS, Contoh


Kasus & Pemecahannya. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Suprihatin, MH.dkk. 2004. Manajemen Sekolah. Semarang: UPT MKK


Universitas Negeri Semarang.
81

Stoner, James, AF dan R E. Freman. 2005. Manajemen (Terjemahan


Wilhelmus E Bakowatun), Jakarta :Intermedia.

Sutrisno. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Kencana


Prenada Media Group.

Syidik,M. (2007) pengaruh Peran Kepala Sekolah sebagai Supervisor


terhadap Kinerja Guru pada SD Negeri di Kecamatan Coblong
Kota Bandung. http://digibil.upi.edu/pasca/apilable/etd.0830107-
105233/. (23 Februari 2015)

Thoha, Miftah. 2003.Kepemimpinan dalam Manajemen. Jakarta: PT. Raja


Persada
-----------2005. Manajemen Kepegawaian Sipil di Indonesia,
Jakarta: Prenada Media.
Timpe, A. Dale. 1993. Kinerja (Performance). Jakarta: PT.Elex Media
Komputindo.
Umar, Husein. 2008. Riset Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi.
Cetakan kedelapan. Jakarta :GramediaPustaka Utama.

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang


Sistem Pendidikan Nasional.
Uzer Usman, Muhammad, Menjadi Guru Profesional, (Bandung : Remaja
Rosda Karya, 2002 ), h.15.
Wahab, A.A. 2008. Anatomi Organisasi dan Kepemimpinan Pendidikan,
Telaah terhadap Organisasi dan Pengelolaan Organisasi
Pendidikan, Bandung: Alfabeta.
Wahjosumidjo. 2007. Kepemimpinan Kepala Sekolah. Tinjauan Teoritik
dan Permasalahannya. Jakarta: Penerbit PT RajaGrafindo Persada.

Wexley, Kenneth N dan Gary A. Yukl, 2002. Perilaku Organisasi Dan


Psikologis Personalia, Penterjemah: Muh. Shobaruddin. Jakarta :
P.T. Rineka Cipta.

Wibowo. 2008. Manajemen Kinerja. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Widjaja, H.A.W. (2000). Ilmu Kounikasi. Jakarta : Rineka Cipta.

Wirawan, 2009. Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia. Jakarta:


Salemba Empat.
82

Wulandari,A. (2010). Pengaruh Komitmen Anggota dan Budaya Kerja


Terhadap Kinerja Tim Koordinasi, monitoring, dan evaluasi
(KORMONEV) Nasional.
http://kormonev.menpan.go.id/data/documend center/ayu
wulandari_20106310258.pdf. (22 Februari 2015).

Yulk, G. 1994. Kepemimpinan Dalam Organisasi, Aliih Bahasa: Yusuf


Udaya. Jakarta: Prenhallindo.
83

KUESIONER PENELITIAN

Responden Yth.

Saya Filipus Suparlin, mahasiswa Program Pascasarjana Magister


Pendidikkan Universitas Mulawarman Samarinda, sedang melakukan
penelitian tentang Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah, dan
Komunikasi Interpersonal, Terhadap Kinerja Guru di Sekolah Dasar
Negeri Kecamatan Long Pahangai Kabupaten Mahakam Ulu dalam rangka
penyelesaian tesis guna mencapai derajat magister pendidikan. Demi
tercapainya hasil penelitian yang diinginkan, mohon kesediaan
bapak/ibu/sdr(i) untuk berpartisipasi dalam mengisi kuesioner ini secara
lengkap dan benar. Semua informasi yang diterima sebagai hasil dari
kuesioner ini bersifat rahasia dan dipergunakan hanya untuk
kepentingan akademis. Tidak ada jawaban yang salah dalam pengisian
kuesioner ini. Atas kerjasamanya saya ucapkan terima kasih.

PETUNJUK : Isilah dan berilah tanda silang (X) pada salah satu jawaban yang tepat dan

cocok menurut anda.

IDENTITAS RESPONDEN :

1. Jenis Kelamin : .......................................................................


2. Usia : .......................................................................
3. Pendidikan Terakhir : .......................................................................
4. Lama bekerja : .......................................................................

Sangat
Kadang-
No Keterangan Selalu Sering Jarang tidak
kadang
setuju

A. Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1)

Indikator: Cara Kepala Sekolah membagi tugas

1. Kepala Sekolah bekerja sendiri, tidak


Membagi tugas kepada saya.

2. Dalam melaksanakan tugas kepemim-


Pinannya, kepala sekolah berpedoman
Pada aturan yang dibuat

3. Kepala Sekolah memberi tugas kepada


Saya sesuai dengan keahlian dan
Bidang saya.
84

4. Pusat kegiatan ada ditangan kepala


Sekolah, saya patuh dengan ketentuan
Yang digariskan.

5. Dalam melaksanakan tugas, saya


Berpedoman kepada perintah kepala
Sekolah.

6. Pemberian tugas baru oleh kepala


Sekolah kepada saya, disertai petunjuk
Yang jelas.

7. Kepala sekolah memberi pujian pada


Saya bila menyelesaikan tugas
Sebelum waktunya.

Kadang- Tidak
No Keterangan Selalu Sering Jarang
kadang pernah

Indikator: Cara Kepala Sekolah menetapkan keputusan

8. Setiap keputusan ditetapkan kepala


Sekolah tanpa musyawarah

9. Kepala sekolah memberi kesempatan


Kepada saya untuk membuat
Keputusan sendiri.

10. Pendapat saya diperlukan oleh


Kepala sekolah dalam menetapkan
Keputusan.

11. Kepala sekolah melibatkan saya


Dalam pengambilan keputusan
Bersama.

12. Kepala sekolah menghormati setiap


Keputusan yang ditetapkan bersama

13. Kepala sekolah tidak konsisten dengan


Setiap keputusan yang telah ditetapkan

14. Dalam membuat keputusan, kepala


Sekolah meminta pendapat saya.
85

15. Kepala sekolah menyediakan waktu


Tertentu untuk bertukar pikiran tentang
Tugas atau kebijakan yang akan
Diambil.

16. Kepala sekolah mengadakan rapat


Periodik guna membahas jalannya
Pembelajaran dan masalah-masalah
Yang belum selesai.

17. Kepala sekolah kurang memonitor


Apakah keputusan yang diambil
Dilaksanakan oleh guru atau tidak.

Kadang- Tidak
No Keterangan Selalu Sering Jarang
kadang pernah

Indikator: Cara Kepala Sekolah mendelegasikan wewenang

18. Selama ini kepala sekolah tidak


Mendelegasikan wewenangnya
Kepada saya

19. Sebagai pemimpin, kepala sekolah


Menganggap segala wewenang
Terpusat ditangannya

20. Guru yang memiliki hubungan yang


Dekat dengan kepala sekolah saja
Yang biasanya diberikan wewenang
Oleh kepala sekolah

21. Kepala sekolah mendelegasikan


Wewenangnya kepada orang yang
Dianggapnya cakap untuk mewakili-
Nya.

22. Kepala sekolah mendelegasikan


Wewenang kepada guru-guru sesuai
Dengan SK pembagian tugas pada
Awal tahun pelajaran

23. Kepala sekolah mendelegasikan


Wewenang kepada guru senior jika
86

Kepala sekolah melakukan tugas


Luar

24. Kepala sekolah mendelegasikan


Wewenang kepada guru jika ada
Pertemuan dan pelatihan

Kadang- Tidak
No Keterangan Selalu Sering Jarang
kadang pernah

Indikator: Cara kepala sekolah menumbuhkembangkan inisiatif guru-guru

25. Kepala sekolah menganjurkan guru-


Guru melanjutkan pendidikan.

26. Kepala sekolah menghargai ide-ide


Guru yang kreatif.

27. Kreativitas yang saya kerjakan


Selama ini banyak mendapat
Dukungan dari kepala sekolah.

28. Kepala sekolah membantu guru-guru


Untuk merealisasikan ide-ide baru.

29. Kepala sekolah menyenangi bila saya


Mempunyai ide yang banyak dalam
Meningkatkan PBM.

30 Kepala sekolah menganggap

Kemampuan menciptakan ide tidak

Penting, yang penting disiplin dalam


Melaksanakan tugas.

31. Kebebasan mengembangkan pendapat


Kurang disambut baik oleh kepala
Sekolah.

32. Kepala sekolah membangkitkan


87

Semangat kerja guru-guru dalam


Menjalankan tugas sebaik-baiknya.

.
33. Petunjuk yang diberikan kepala
Sekolah bermanfaat bagi kelancaran
Tugas guru.

34. Kepala sekolah membuat tata tertib


Untuk guru-guru.
88

KUESIONER PENELITIAN

Responden Yth.

Saya Filipus Suparlin, mahasiswa Program Pascasarjana Magister


Pendidikkan Universitas Mulawarman Samarinda, sedang melakukan
penelitian tentang Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah, dan
KomunikasiInterpersonal, Terhadap Kinerja Guru di Sekolah Dasar
Negeri Kecamatan Long Pahangai Kabupaten Mahakam Ulu dalam
rangka penyelesaian tesis guna mencapai derajat magister pendidikan. Demi
tercapainya hasil penelitian yang diinginkan, mohon kesediaan
bapak/ibu/sdr(i) untuk berpartisipasi dalam mengisi kuesioner ini secara
lengkap dan benar. Semua informasi yang diterima sebagai hasil dari
kuesioner ini bersifat rahasia dan dipergunakan hanya untuk
kepentingan akademis. Tidak ada jawaban yang salah dalam pengisian
kuesioner ini. Atas kerjasamanya saya ucapkan terima kasih.

PETUNJUK : Isilah dan berilah tanda silang (X) pada salah satu jawaban yang tepat dan

cocok menurut anda.

IDENTITAS RESPONDEN :

1. Jenis Kelamin : .......................................................................


2. Usia : .......................................................................
3. Pendidikan Terakhir : .......................................................................
4. Lama bekerja : .......................................................................

Kadang- Tidak
No Keterangan Selalu Sering Jarang
kadang pernah

B. Komunikasi Interpersonal (X2)

Indikator: Keterbukaan

1. Masalah yang saya hadapi dalam


Melaksanakan pekerjaan, saya
Sampaikan kepada kepala sekolah.

2. Apabila ada teman yang melakukan


Kesalahan dalam melaksanakan tugas,
Saya sampaikan pada yang bersang-
kutan apa kesalahannya tersebut.

3. Jika ada informasi yang saya peroleh


89

Untuk pengembangan karir, saya tidak


Menyampaikannya pada teman lain.

4. Saya meminta siswa menyampaikan


Saran-saran mereka untuk menyempur-
nakan proses pembelajaran yang saya
lakukan.

5. Saya dengan senang hati menerima


Pesan yang jelas dan luas.

6. Saya merasa tersinggung kalau ada


teman yang mengkritik cara mengajar
saya.

7. Jika memberi kritikan saya sampaikan


Secara langsung agar jelas.

8. Jika saya menemui permasalahan


dalam tugas yang tak bisa dipecahkan
Sendiri, saya minta pendapat teman
untuk mengatasinya.

9. Jika ada permasalahan pribadi, saya


Konsultasikan dengan kepala sekolah
untuk mencari jalan keluar.

10. Saya meminta pendapat teman terhadap


Informasi yang saya terima.

Kadang- Tidak
No Keterangan Selalu Sering Jarang
kadang pernah

Indikator: Empati

11. Kepala sekolah tidak dapat merasakan


kesulitan guru dalam menangani siswa
yang bermasalah.

12. Ketika menyampaikan bahwa anak saya


sakit keras, kepala sekolah turut prihatin
dan mengizinkan saya tidak masuk

13. Kepala sekolah turut merasakan


kesulitan saya memahami materi ajar.

14. Apabila ada teman yang memberitahu


90

bahwa ia sakit, kami membesuknya ke


rumah sakit/ke rumah.

15. Apabila ada teman di sekolah yang


menyampaikan musibah yang dialaminya,
kami berusaha mendengarkannya dengan
baik dengan rasa ikut prihatin.

16. Saya turut prihatin kalau ada siswa yang


menyampaikan masalah keluarganya
kepada saya.

17. Saya ikut berduka dengan teman yang


Mendapat musibah dengan memberikan
bantuan.

18. Apabila ada teman yang mendapat


Penghargaan saya turut bergembira
Dengan kesuksesan tersebut.

19. Saya ikut gembira ketika teman mendapat


keberuntungan.

Kadang- Tidak
No Keterangan Selalu Sering Jarang
kadang pernah

Indikator: Sikap Mendukung.

20. Kepala sekolah tidak memenuhi


Permintaan guru untuk menambah
Fasilitas sekolah

21. Rencana yang saya sampaikan kepada


Kepala sekolah untuk melanjutkan
Pendidikan mendapat dukungan.

22. Saya memberikan dukungan kepada


Teman yang sedang dipromosikan

23. Kami mendukung gagasan teman sejawat


Untuk pelaksanaan tugas

24. Saya mendapat dukungan sesama guru


Untuk melaksanakan tambahan jam
Pelajaran bagi siswa yang membutuhkan.

25. Kepala sekolah memberikan dukungan


91

Pada guru yang mau melaksanakan tugas


Dengan baik.

26. Apabila saya menemukan kesulitan dalam


Melaksanakan tugas, teman-teman
Berusaha membantu dengan sepenuh hati

27. Apabila ada teman yang menemui kesulitan


Dalam melaksanakan tugas, teman di
Sekolah akan membantu.

28. Saya selalu mendukung ketika ada guru


Yang dipilih untuk mengikuti pelatihan.

Kadang- Tidak
No Keterangan Selalu Sering Jarang
kadang pernah

Indikator: Sikap Positif

29. Jika ada kebijakan baru yang disampaikan


Kepala sekolah, saya menerimanya
tanpa perasaan curiga.

30. Saya curiga terhadap ide-ide yang disam-


paikan teman-teman untuk perbaikan
pelaksanaan tugas.

31. Kepala sekolah bersikap positif apabila


ada guru yang menyampaikan kritikan
atas kepemimpinannya.

32. Kepala sekolah menerima semua


kritikan yang membangun maupun tidak

33. Saya menerima usulan dari teman dengan


senang hati.

34. Apabila ada teman yang menyampaikan


keluhannya tentang kepala sekolah,saya
menanggapi dengan positif.

35. Kritikan yang disampaikan kepala kepala


Sekolah, saya tanggapi dengan positif

36. Saya tetap mendukung dan melaksanakan


Hasil rapat dewan guru meskipun hasilnya
Tidak sesuai dengan harapan saya.
92

Kadang- Tidak
No Keterangan Selalu Sering Jarang
kadang pernah

Indikator: Kesetaraan

37. Di ruang guru, saya bergaul dan berkomuni-


Kasi tanpa pilih kasih.

38. Saya bergaul dengan murid-murid


Pada saat jam istirahat

39. Saya menerima orang tua murid ketika


Mereka datang ke sekolah untuk urusan
Anak-anak mereka tanpa pilih kasih

40. Saya membantu guru-guru yang


Sedang mengalami kesulitan secara
Adil.

41. Apabila ada teman guru menemui


Kesulitan dalam melaksanakan tugas,
Saya berusaha membantu dengan
sepenuh hati.

42. Saya memperlakukan tenaga kependidi-


Kan sama dengan tenaga pendidik

43. Saya bergaul dengan guru-guru dari


Sekolah lain .

44. Bila ada informasi tentang peningkatan


kemampuan guru, saya informasikan
cepat kepada teman.
93

KUESIONER PENELITIAN

Responden Yth.

Saya Filipus Suparlin, mahasiswa Program Pascasarjana Magister


Pendidikkan Universitas Mulawarman Samarinda, sedang melakukan
penelitian tentang Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah, dan
KomunikasI interpersonal ,terhadap Kinerja Guru di Sekolah Dasar
Negeri Kecamatan Long Pahangai Kabupaten Mahakam Ulu dalam
rangka penyelesaian tesis guna mencapai derajat magister pendidikan. Demi
tercapainya hasil penelitian yang diinginkan, mohon kesediaan
bapak/ibu/sdr(i) untuk berpartisipasi dalam mengisi kuesioner ini secara
lengkap dan benar. Semua informasi yang diterima sebagai hasil dari
kuesioner ini bersifat rahasia dan dipergunakan hanya untuk
kepentingan akademis. Tidak ada jawaban yang salah dalam pengisian
kuesioner ini. Atas kerjasamanya saya ucapkan terima kasih.

PETUNJUK : Isilah dan berilah tanda silang (X) pada salah satu jawaban yang tepat dan

cocok menurut anda.

IDENTITAS RESPONDEN :

1. Jenis Kelamin : .......................................................................


2. Usia : .......................................................................
3. Pendidikan Terakhir : .......................................................................
4. Lama bekerja : .......................................................................

Kadang- Tidak
No Keterangan Selalu Sering Jarang
kadang pernah

C. Kinerja Guru (X3)

Indikator: Penyusunan Rencana Pembelajaran

1. Saya menyusun program tahunan


diawal tahun pembelajaran.

2. Saya menyusun program semesteran


Diawal tahun pembelajaran.
3. Saya menyusun Sillabus diawal tahun
Pembelajaran.
4. saya menyusun KKM diawal tahun
pembelajaran.
94

5. Saya menyusun RPP diawal tahun


Pembelajaran.

6. Saya menyusun Indikator yang akan


Diajarkan di dalam RPP.
7. Saya menyusun materi yang diajarkan
Di dalam RPP.

8. Saya menyusun tujuan Pembelajaran


Yang akan dicapai.

9. Saya tidak menyusun media pembelajaran


Yang akan digunakan dalam pembela-
Jaran.

10. Saya menyusun langkah-langkah


Pelaksanaan pembelajaran sesuai
Dengan bahan pelajaran yang diajarkan.

11. Saya menyusun kisi-kisi soal sesuai


dengan materi yang diajarkan.

12. Saya tidak pernah menyusun bentuk-bentuk


Penilaian sebagai acuan dalam
Mengevaluasi prestasi belajar siswa.

13. Saya menyusun jenis teks sesuai dengan


Materi yang diajarkan.

14. Saya menyusun target test sesuai dengan


Materi yang diajarkan.

15. Saya merencanakan bentuk remedial


Yang akan saya berikan terhadap siswa
Yang nilainya rendah.

Kadang- Tidak
No Keterangan Selalu Sering Jarang
kadang pernah

Indikator: Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran.

16. Saya mengajar mengacu pada


Syllabus yang telah dibuat

17. Saya melaksanakan pembelajaran


sesuai dengan program semesteran
yang telah dibuat diawal tahun
pelajaran
95

18. Saya melaksanakan langkah-langkah


Kegiatan pembelajaran yang ada dalam
RPP.

19. Saya mengajar sesuai dengan


Indicator yang ada dalam RPP.
20. Saya tidak pernah menyampaikan
cakupan materi ajar dalam uraian kegiatan
pembelajaran
21. Saya menggunakan metode pembelajaran
yang relevan dengan tujuan yang akan
dicapai.
22. Saya memberikan konfirmasi terhadap
Hasil eksplorasi dan elaborasi peserta
Didik melalui berbagai sumber
23. Saya memfasilitasi peserta didik
Melakukan refleksi untuk memperoleh
Pengalaman belajar yang telah dilakukan

24. Saya menggunakan media pembelajaran


Untuk mendukung materi yang disampai
Kan kepada peserta didik.

25. Saya memanfaatkan perpustakaan


Untuk membantu peserta didik menger
Jakan tugas-tugas mereka.

26. Saya membuat persiapan materi pelajaran


Yang akan saya ajarkan kepada siswa

27. Saya tidak memeriksa tugas-tugas yang


Saya berikan kepada siswa, tugas itu hanya
Untuk member kesibukan siswa agar siswa
Belajar.

Kadang- Tidak
No Keterangan Selalu Sering Jarang
kadang pernah

Indikator: Mengembangkan hubungan antar pribadi

28. Saya tidak pernah bertukar pikiran


Dengan rekan guru.

29. Saya mengikuti pertemuan kelompok guru


Mata pelajaran.

30. Saya bertanya kepada kepala sekolah


Jika mengalami kesulitan dalam mengajar
96

31. Saya meminta masukan dari peserta didik


Mengenai materi yang saya ajarkan

32. Saya minta pendapat dari rekan guru


Mengenai model pembelajaran

33. Saya minta pendapat dari rekan guru


Mengenai metode pembelajaran

34. Untuk mengembangkan diri maka saya


Berusaha terlibat dalam kegiatan
Ekstrakulikuler.

35. Saya berkonsultasi dengan kepala sekolah


Mengenai urusan-urusan dinas saya

36. Saya mengajak siswa berkomunikasi


Untuk mengetahui keadaan orang tua
Mereka.

37. Saya tidak pernah memberitahu orang


Tua siswa mengenai perkembangan
Anak-anak mereka di sekolah

Kadang- Tidak
No Keterangan Selalu Sering Jarang
kadang pernah

Indikator: Penilaian Peserta Didik


38. Saya melakukan penilaian untuk
Pengumpulan informasi tentang tingkat
Kemampuan siswa

39. Saya memanfaatkan hasil penilaian


Untuk memberikan umpan balik bagi
Peserta didik tentang kemajuan
Belajarnya.

40. Saya menginformasikan prosedur dan


Criteria penilaian kepada siswa.

41. Saya membuat penilaian berdasarkan


KKM.

42. Saya melakukan penilaian sesuai


Dengan Indikator-indikator yang ada
Dalam RPP.
97

43. Saya memberikan penilaian kepada


Siswa sesuai dengan materi yang
Telah diajarkan.

44. Saya melakukan penilaian sesuai


Dengan kisi-kisi yang telah ditentukan.

45. Saya melakukan penilaian mengguna-


kan berbagai teknik penilaian yang
sesuai.

46. Saya member i nilai siswa secara


Objektif tanpa ada rasa pilih kasih.

47. Saya memberikan tugas-tugas


latihan secara khusus.

48. Saya melaksanakan pengayaan kepada


Siswa yang mempunyai kelebihan dalam
Belajar.

49. Saya memberikan penguatan kepada


Siswa agar terus aktif dalam belajar

50. Saya memberikan pengayaan kepada


Siswa terhadap kompetensi dasar yang
Ada.

51. Saya meminta siswa untuk mengemuka-


kan hal-hal yang disuka dalam belajar

52. Saya memberikan bimbingan


Berkelanjutan bagi siswa yang sukses
Dalam belajar.

Anda mungkin juga menyukai