Anda di halaman 1dari 12

PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7

Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, 30 – 31 Oktober 2014

M4P-03

HUBUNGAN STRATIGRAFI ANTARA SATUAN BATUAN


VULKANIK DENGAN SATUAN BATUAN KARBONAT DI DAERAH
BANGUNJIWO DAN SEKITARNYA, KECAMATAN KASIHAN,
KABUPATEN BANTUL, PROVINSI DAERAH ISTIMEWA
YOGYAKARTA

Sri Mulyani1, Didit Hadi Barianto2*, Wartono Rahardjo2


1
Mahasiswa Teknik Geologi UGM, Jln. Grafika 2 Yogyakarta, Indonesia
2
Dosen Teknik Geologi UGM, Jln. Grafika 2 Yogyakarta, Indonesia, *Email: barianto_didit@yahoo.com

Abstrak
Latar belakang penelitian adalah terdapatnya batuan vulkanik berupa breksi andesit pada lokasi
penelitian yang sebelumnya dipetakan sebagai batuan karbonat dari Formasi Sentolo dan endapan
vulkanik kuarter Gunung Merapi dalam Peta Geologi Yogyakarta (1997). Tujuan penelitian adalah
untuk menentukan hubungan stratigrafi antara satuan batuan vulkanik dengan satuan batuan
karbonat. Daerah penelitian secara administratif berada di Desa Bangunjiwo dan sekitarnya,
Yogyakarta, Indonesia. Metode yang digunakan meliputi pemetaan geologi, pengambilan sampel
paleontologi dan petrografi, serta pengamatan sampel fosil dan sayatan. Berdasarkan hasil analisa
yang dilakukan didapatkan bahwa daerah penelitian dibagi menjadi enam satuan batuan yaitu:
satuan packestone-wackestone, packestone-grainstone, packestone-rudstone, konglomerat andesit-
tuf kristal, konglomerat andesit-breksi andesit, dan pasir kerakalan. Batuan karbonat terbentuk pada
Miosen tengah sampai Pliosen akhir (N10-N21) di lingkungan batial bawah sampai neritik luar
dengan proses pengendapan yang menerus. Batuan vulkanik terbentuk pada Kala Pleistosen sampai
Holosen di lingkungan darat dan fluvial oleh mekanisme pengendapan berupa pyroclatic flow,
traction flow, dan mass flow dengan proses pengendapan yang tidak menerus. Hubungan stratigrafi
antara satuan batuan vulkanik dengan satuan batuan karbonat adalah tidak selaras, dengan jenis
ketidakselarasan menyudut pada beberapa lokasi, dan kontak berupa bidang ketidakselarasan
erosional.

Kata kunci: Daerah Bangunjiwo, hubungan stratigrafi, batuan karbonat, batuan vulkanik

Pendahuluan
Daerah Bangunjiwo merupakan salah satu desa di Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, D.I
Yogyakarta. Berdasarkan Peta Geologi Lembar Yogyakarta, skala 1:100.000 yang disusun oleh
Rahardjo dkk, (1995) daerah ini termasuk dalam Formasi Sentolo dan Endapan Gunung Merapi
Muda yang secara umum terdiri dari batugamping dan endapan aluvial vulkanik Gunung Merapi,
dengan hubungan stratigrafi yang tidak selaras. Hasil penelitian awal pada lokasi tersebut
didapatkan batuan vulkanik yang tidak dapat dikelompokkan secara pasti dalam kedua formasi
tersebut dan memiliki pelamparan yang cukup luas untuk dipetakan dengan skala 1:25.000.
Area penelitian berada di Desa Bangunjiwo dan sekitarnya, Kasihan, Bantul, Daerah Istimewa
Yogyakarta, Indonesia. Berdasarkan koordinat UTM 49 S lokasi penelitian berada di antara
9131655-9136595 N & 422057-427484 E, dengan luas wilayah 4,9 x 5,4 km2 (gambar 1). Lokasi
tersebut dapat ditempuh menggunakan kendaraan bermotor dengan waktu 45 menit dari Kampus
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, UGM.

798
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, 30 – 31 Oktober 2014

Maksud penelitian ini adalah mengetahui karakteristik litologi, persebaran lateral maupun
vertikal, serta genesa batuan vulkanik dan batuan karbonat di sekitarnya. Tujuan penelitian ini
adalah menentukan hubungan stratigrafi antara satuan batuan vulkanik dengan satuan batuan
karbonat di lokasi penelitian. Metode yang digunakan untuk pengambilan data meliputi pemetaan
geologi, pengambilan sampel batuan untuk analisa paleontologi dan petrografi, serta pengamatan
sampel fosil dan sayatan tipis di laboratorium.

Geologi Regional
Berdasarkan klasifikasi fisiografi di Jawa Tengah oleh Van Bemmelen (1949), lokasi penelitian
berada pada Dataran Bantul di bagian Timur Pegunungan Kulon Progo. Pegunungan ini dapat
dideskripsikan sebagai suatu kubah yang besar dengan bentukan datar di bagian atasnya, bagian
pinggir yang curam, serta bagian Utara yang sudah mengalami proses denudasional dan terkubur
oleh endapan aluvial menjadi dataran. Kondisi morfologi daerah penelitian berupa perbukitan
batugamping dengan kelerengan sedang sampai landai serta dataran endapan aluvial. Menurut
Rahardjo dkk, (1995) daerah penelitian ini termasuk dalam Formasi Sentolo (Tmps) dan Endapan
Gunung Merapi Muda (Qmi) dengan hubungan stratigrafi kedua formasi tersebut adalah tidak
selaras (gambar 4). Formasi Sentolo tersusun atas batugamping dan batupasir napalan. Pada bagian
bawah, litologi penyusun formasi ini berupa batugamping, batupasir napalan, napal pasiran, dan
napal tufan. Pada bagian atas, litologi penyusun formasi ini berkembang menjadi batugamping
berlapis dengan kandungan foraminifera dan fragmen koral yang melimpah. Umur Formasi Sentolo
adalah Miosen Awal sampai Pliosen. Formasi Endapan Gunung Merapi Muda berada di atas
Formasi Sentolo dan berumur Kuarter. Formasi ini tersusun atas tuf, abu, breksi, agglomerat, dan
leleran lava tidak terpisahkan. Secara umum persebaran formasi ini terdapat pada bagian Selatan
Gunung Merapi.

Hasil Penelitian
Litologi penyusun lokasi penelitian dapat dikelompokkan menjadi beberapa satuan batuan
berdasarkan korelasi data stratigrafi yang dilakukan dengan memperhatikan lokasi pengambilan
data terhadap kemiringan lapisan batuan secara umum, kesamaan karakteristik litologi dan umur
geologi batuan. Hasil korelasi data pengukuran stratigrafi dapat dilihat pada lampiran 1. Dari hasil
analisa tersebut didapatkan enam satuan batuan dengan karakteristik litologi dan genesa batuan
masing-masing.

Satuan packestone-wackestone
Satuan packestone-wackestone terdiri dari perlapisan fossiliferous packestone-fossiliferous
wackestone dengan sisipan napal di bagian bawah dan fossiliferous wackestone dengan sisipan
fossiliferous packestone di bagian atas.
Karakteristik litologi fossiliferous packestone di bagian bawah berwarna putih, grain supported,
ukuran butir material non-allochem <0,1mm dan ukuran butir material allochem 0,2-0,5 mm.
Komposisi berupa fosil foraminifera planktonik maupun bentonik dan intraclast serta micrite,
sparite dan mud. Struktur sedimen yang teramati pada batuan ini adalah berlapis paralel dengan
sisipan napal di bagian bawah dan berlapis silang siur planar sebagai sisipan pada fossiliferous
wackestone di bagian atas.
Fossiliferous wackestone berwarna putih sampai putih kecoklatan, mud supported, ukuran butir
material non-allochem <0,1mm dan material allochem 0,2-0,5 mm. Material allochem penyusun
bauan ini berupa fosil foraminifera planktonik maupun bentonik yang sangat melimpah dan
intraclast, komposisi material non-allochem berupa mud dan micrite . Struktur sedimen yang
teramati pada batuan ini adalah berlapis paralel (gambar 5), dengan sisipan fossiliferous packestone
di bagian atas.

799
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, 30 – 31 Oktober 2014

Satuan packestone-grainstone
Satuan packestone-grainstone terdiri dari perlapisan fossiliferous packestone dengan sisipan
fossiliferous grainstone di bagian bawah dan perlapisan fossiliferous grainstone dengan sisipan
fossiliferous packestone dan fossiliferous rudstone di bagian atas.
Karakteristik fossiliferous packestone pada satuan ini relatif sama dengan satuan sebelumnya.
Fossiliferous grainstone berwarna putih kecoklatan sampai coklat gelap, grain supported, ukuran
butir material non allochem <0,1 mm dan material allochem 0,2-2mm. Komposisi material
allochem berupa fosil foramnifera planktonik dan bentonik, komposisi material non allochem
berupa micrite dan sparite tanpa kandungan mud. Struktur sedimen yang teramati pada batuan ini
adalah berlapis paralel (gambar 6), dengan sisipan fossiliferous packestone dan fossiliferous
rudstone di bagian atas dan sebagai sisipan fossiliferous packestone di bagian bawah.

Satuan packestone-rudstone
Satuan packestone-rudstone terdiri dari fossiliferous packestone berlapis silang-siur planar sampai
paralel dan bergradasi normal dengan sisipan fossiliferous grainstone di bawah dan fossiliferous
rudstone berlapis paralel dengan sisipan fossiliferous grainstone di bagian atas.
Karakteristik litologi fossiliferous packestone berwarna putih, grain supported, ukuran butir
material non-allochem <0,1mm dan ukuran butir material allochem 0,2-0,5 mm. Komposisi
material allochem berupa fosil foraminifera planktonik dan intraclast, komposisi material non-
allochem adalah micrite, sparite dan mud. Struktur sedimen yang teramati pada batuan ini adalah
berlapis silang siur planar (gambar 7), sampai berlapis paralel dengan sisipan fossiliferous
grainstone di bagian bawah dan bergradasi normal pada bagian tengah.

Satuan konglomerat andesit-tuf kristal


Satuan konglomerat andesit-tuf kristal terdiri dari konglomerat andesit orthopiroksen bergradasi
normal sampai gradasi terbalik di bagian bawah, tuf litik bergradasi terbalik di bagian tengah, dan
tuf kristal bergradasi normal di bagian atas. Karakteristik litologi untuk konglomerat andesit
orthopiroksen adalah berwarna abu-abu sampai coklat muda, kondisi ideal dengan sedikit lapuk
pada bagian luar, matrik supported, sortasi buruk, ukuran butir matriks 1/32mm-16mm, ukuran
butir fragmen 5-25cm, dengan bentuk fragmen subrouded-rounded. Komposisi matriks berupa
feldspathic wacke yang tersusun atas litik batuan beku, kristal plagioklas, klinopiroksen, K-
feldspar, kuarsa, hornblenda, dan material sedimen. Fragmen berupa andesit orthopiroksen dengan
stuktur masif dan vesikuler. Struktur sedimen yang teramati pada konglomerat andesit orthopirosen
ini adalah bergradasi normal dan bergradasi terbalik di bagian bawah serta berlapis paralel di
bagian atas.
Tuf kristal berwarna abu-abu sampai putih kecoklatan, hipokristalin, faneroporfiritik, ukuran
massa dasar <0,1–1mm, ukuran fenokris 0,5-2mm untuk kristal mineral dan 2-3 cm untuk litik
batuan.
Komposisi massa dasar berupa gelas vulkanik, komposisi fenokris berupa plagioklas
(bytownite), mika, klinopiroksen, orthopiroksen, biotit, olivin, dan hornblenda berbentuk euhedral–
subhedral, seta litik andesit berbentuk subangular. Struktur sedimen pada batuan ini adalah gradasi
normal dan struktur erosional berupa flute mark di bagian atas (gambar 8). Pada bagian tengah
satuan ini terdapat tuf litik dengan struktur gradasi terbalik.

Satuan konglomerat andesit-breksi andesit


Satuan konglomerat andesit-breksi andesit terdiri dari konglomerat andesit klinopiroksen
bergradasi normal dengan sisipan tuf kristal yang menipis di bagian bawah dan breksi andesit
hornblenda masif di bagian atas.
Karakteristik litologi konglomerat andesit klinopiroksen antara lain berwarna abu-abu sampai
coklat muda, matrix supported, sortasi buruk, ukuran butir matriks 0,5-4 mm berbentuk angular-
subrounded, dan ukuran butir fragmen 1-5cm. Komposisi matriks berupa fossiliferous sandy
micrite yang tersusun atas litik vulkanik, litik beku, mud, micrite, fosil reworked berupa

800
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, 30 – 31 Oktober 2014

foraminifera planktonik dan bentonik. Batuan ini memiliki tekstur grain supported dengan tipe
porositas interpartikel. Komposisi fragmen berupa andesit klinopiroksen dengan struktur masif
yang tersusun atas mineral plagioklas, klinopiroksen, hornblenda, K-feldspar, dan nepheline serta
gelas vulkanik. Struktur sedimen yang terdapat pada konglomerat andesit klinopiroksen ini adalah
gradasi normal sampai masif dan struktur sedimen erosional berupa scouring yang membentuk
gerusan pada bagian bawah satuan (gambar 9).
Pada konglomerat andesit ini terdapat sisipan berupa tuf berwarna abu-abu sampai putih, ukuran
butir 0,5-2mm, grain supported, komposisi berupa gelas vulkanik berukuran kasar-sedang dan
kristal mineral. Struktur sedimen tuf ini adalah laminasi paralel dan menipis secara lateral.
Pada bagian atas satuan batuan ini terdapat breksi andesit hornblenda yang masif. Batuan ini
berwarna abu-abu sampai coklat gelap dengan kondisi matriks yang sudah lapuk, matrix supported,
sortasi buruk, ukuran butir matriks 1/32mm-16mm, dan ukuran butir fragmen sangat besar yakni
10-200cm yang berbentuk angular-subangular (gambar 10). Matriks berupa mudstones yang terdiri
dari litik beku, klinopiroksen, kuarsa, K-feldspar, dan material sedimen berukuran halus. Kristal
mineral penyusun matriks ini berukuran <0,1-0,2mm dengan bentuk anhedral-subhedral.
Komposisi fragmen berupa andesit hornblenda dengan struktur masif, yang tersusun atas mineral
berupa labradorit, hornblenda, klinopiroksen, kuarsa, K-feldspar, dan gelas vulkanik. Struktur
sedimen breksi andesit hornblenda ini adalah masif.

Satuan pasir kerakalan


Satuan pasir kerakalan ini terdiri dari satu jenis litologi yakni endapan pasir kerakalan yang masif
dan banyak tersingkap di lokasi penelitian.
Karakteristik litologi ini antara lain berwarna putih, abu-abu sampai coklat, kondisi belum
mengalami litifikasi sehingga bersifat lepas, matrix supported, ukuran butir 1/2-2mm dan ukuran
fragmen 4-16mm berbentuk sub-rounded (gambar 11).
Komposisi matriks berupa material sedimen, komposisi fragmen adalah litik beku berupa
andesit yang melimpah dan diorit yang kurang melimpah. Struktur sedimen satuan pasir kerakalan
ini adalah masif.
Gambaran persebaran lateral maupun vertikal satuan batuan disajikan dalam bentuk peta geologi
dan sayatan geologi pada lampiran 2. Persebaran lateral satuan batuan ditentukan dari
pelamparannya pada peta geologi. Total pelamparan satuan batuan karbonat 48% sedangkan batuan
vulkanik 52% dari seluruh area penelitian. Persebaran vertikal satuan ditentukan dari perhitungan
ketebalan pada sayatan geologi. Total ketebalan batuan karbonat adalah 440m sedangkan batuan
vulkanik 90m.

Pembahasan
Secara umum keenam satuan batuan tersebut dapat dibagi menjadi satuan batuan karbonat dan
satuan batuan vulkanik. Genesa batuan karbonat didapatkan dari hasil analisa paleontologi. Umur
satuan packestone-wackestone yang merupakan satuan paling tua dari satuan batuan karbonat
adalah Miosen tengah (N10). Beberapa spesies foraminifera planktonik penciri umur tersebut antara
lain G. praemenardii (N10-N12), G. peripheroronda (N6-N10) yang ditunjukkan oleh gambar 12,
dan G. praebuloides (N1-N10).
Umur satuan packestone-grainstone yang berada di antara satuan packestone-wackestone dan
satuan packestone-rudstone diketahui berdasarkan asosiasi satuan batuan di bagian atas dan
bawahnya. Hasil analisa paleontologi fosil foraminifera planktonik pada batas kontak satuan di atas
yaitu fossiliferous wackestone yang berumur N10 dan di batas bawahnya yakni fossiliferous
packestone yang berumur N19, sehingga didapatkan umur untuk satuan ini adalah Miosen tengah-
Pliosen awal (N10-N19).
Dari hasil analisa paleontologi foraminifera planktonik diketahui umur satuan packestone-
rudstone adalah Pliosen awal-Pliosen akhir (N19-N21). Spesies foraminifera planktonik penciri
umur bagian bawah satuan ini antara lain G. plesiotumida (N17-N19), G. miocenica (N19-N21),
dan G. altispira (N6-N19) yang menunjukkan umur N19. Fosil foraminifera planktonik yang

801
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, 30 – 31 Oktober 2014

menjadi penciri untuk bagian atas adalah H. aequilateralis (N21-N23) dan G. miocenica (N19-
N21) dengan umur N21.
Lingkungan pengendapan satuan packestone-wackestone adalah batial tengah sampai batial
bawah. Fosil foraminifera bentonik penciri lingkungan ini adalah P. Gracillima (gambar 13), P.
gracillis dan N. hispida. Lingkungan tersebut juga ditunjukkan oleh kelimpahan fosil planktonik
dan struktur perlapisan silang siur planar yang mengindikasikan mekanisme sedimentasi regime
tinggi pada laut dalam dan menyebabkan masuknya fosil reworked dalam batuan. Perubahan
lingkungan menjadi lebih dalam yakni dari batial tengah ke batial bawah, dibuktikan oleh suksesi
vertikal satuan batuan yang membentuk pola menghalus ke atas.
Lingkungan pengendapan satuan packestone-grainstone diketahui berdasarkan asosiasi satuan
batuan di bagian atas dan bawahnya. Hasil analisa paleontologi fosil foraminifera bentonik pada
batas kontak satuan di atas yaitu fossiliferous wackestone menunjukkan lingkungan batial bawah,
dan pada batas kontak satuan di bawah yakni fossiliferous packestone menunjukkan lingkungan
batial tengah. Dengan demikian, dapat diasumsikan bahwa lingkungan pengendapan satuan ini
mengalami perubahan ke arah dangkal yakni dari batial bawah menjadi batial tengah. Adanya
perubahan lingkungan pengendapan ini juga dibuktikan oleh suksesi vertikal satuan batuan yang
membentuk pola mengkasar ke atas.
Lingkungan pengendapan satuan packestone-rudstone adalah batial tengah sampai neritik luar.
Fosil foraminifera bentonik penciri lingkungan batial tengah antara lain B. quadrilatera, C.
wuellestorfii dan U. Proboscidea. Lingkungan ini juga ditunjukkan oleh kelimpahan fosil
foraminifera planktonik yang jauh lebih banyak dibandingkan dengan fosil foraminifera bentonik.
Fosil foraminifera bentonik yang mencirikan lingkungan neritik luar adalah G. subglobusa, H.
cylindrica, P. gracilis, T. Tricarinata serta adanya pecahan cangkang pelecypoda dan coelenterata.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa satuan batuan karbonat diendapkan pada umur Miosen
tengah-Pliosen akhir (N10-N21) pada lingkungan pengendapan marine yakni batial bawah-neritik
luar.
Genesa satuan batuan vulkanik diketahui dari karakteristik litologi batuan penyusunnya.
Mekanisme pengendapan satuan konglomerat andesit-tuf kristal adalah arus traksi (traction flow)
dan piroklastik aliran (pyroclastic flow). Konglomerat andesit orthopiroksen diinterpretasi sebagai
produk arus traksi berdasarkan ukuran fragmen andesit yakni 5-25cm dengan bentuk rounded-
subrounded. Tuf kristal dan tuf litik pada satuan ini diinterpretasikan sebagai produk piroklastik
aliran. Hal tersebut diinterpretasi dari komposisi kristal mineral dan litik batuan yang lebih
dominan daripada gelas vulkanik. Suksesi vertikal dari satuan ini juga menunjukkan model kolom
litologi untuk produk piroklastik aliran (gambar 14) menurut McPhie dkk, (1993).
Mekanisme pengendapan satuan konglomerat andesit-breksi andesit adalah arus traksi (traction
flow) dan aliran massa (mass flow). Konglomerat andesit klinopiroksen diinterpretasi sebagai
produk arus traksi berdasarkan keberadaan fosil reworked pada matrik konglomerat yang berasal
dari proses erosi terhadap batuan karbonat di bawahnya dan ukuran fragmen yang mencapai 5-
15cm berbentuk rounded-subrounded. Breksi andesit diinterpretasikan sebagai produk mass flow
berupa debris flow berdasrkan tekstur batuan yakni sortasi buruk dengan ukuran fragmen mencapai
200cm, matrix supported, serta struktur yang masif.
Mekanisme pengendapan satuan pasir kerakalan yang berada di bagian paling atas dari satuan
batuan vulkanik adalah arus traksi (traction flow). Interpretasi mekanisme pengendapan ini
didasarkan pada tekstur batuan antara lain ukuran fragmen yang mencapai 4-16mm dengan bentuk
subrounded, matrix supported, dan sortasi yang buruk.
Lingkungan pengendapan seluruh satuan batuan vulkanik ini diinterpretasikan berada di darat
sampai fluvial. Hal tersebut didasarkan pada karakteristik litologi batuan penyusun satuan ini antara
lain tekstur konglomerat andesit yakni matrix supported dengan sortasi yang buruk, struktur
erosional berupa flute mark pada bagian atas tuf kristal, serta komposisi material penyusun batuan
yang tidak mengandung fosil laut. Pada satuan konglomerat andesit-breksi andesit, tekstur batuan
matrix supported dengan sortasi buruk, dan struktur erosional berupa scouring dengan bentuk
gerusan yang merupakan salah satu penciri endapan fluvial. Dengan melihat asosiasi antara satuan
ini dengan satuan konglomerat andesit-tuf kristal didapatkan suksesi vertikal yang sesuai dengan
model kolom litologi untuk produk piroklastik aliran di lingkungan darat menurut McPhie dkk,
(1993). Untuk membandingkan dengan model yang sudah ada (gambar 15), tuf kristal, konglomerat

802
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, 30 – 31 Oktober 2014

andesit, dan breksi andesit diinterpretasikan sebagai batuan piroklastik produk pyroclastic flow (p-
fl), batuan vulkaniklastik produk dari proses traction flow (rs-t), dan mass flow(rs-m).
Lingkungan pengendapan satuan pasir kerakalan dengan bentuk fragmen subrounded, matrix
supported, dan sortasi buruk juga diinterpretasikan sebagai lingkungan darat sampai fluvial.
Satuan batuan vulkanik secara umum diinterpretasikan terbentuk pada Pleistosen-Holosen.
Penentuan umur geologi tersebut didasarkan pada posisi vertikal satuan yang berada di bagian atas
dari seluruh satuan batuan karbonat dengan umur paling muda Pliosen akhir (N21) dan struktur
sedimen erosional yang berada di antara satuan batuan vulkanik dan satuan batuan karbonat
tersebut. Kondisi fisik litologi yang bersifat lepas dan belum terlitifikasi pada satuan pasir
kerakalan menunjukkan waktu pengendapannya yang belum cukup lama sehingga dapat
diasumsikan sebagai satuan batuan vulkanik yang paling muda. Berdasarkan umur geologi dan
lokasi persebarannya, litologi penyusun satuan pasir kerakalan ini berasal dari produk Gunung
Merapi. Hasil analisa petrografi dari fragmen konglomerat, fragmen breksi, dan litik pada tuf yang
berupa andesit menunjukkan bahwa satuan ini memiliki hubungan cukup dekat terhadap batuan
vulkanik yang lebih muda dari Formasi Sentolo yakni endapan Gunung Merapi Muda dengan
karakteristik magma berupa intermediat (andesitik), dibandingkan batuan vulkanik yang lebih tua
dari Formasi Sentolo yakni Formasi Andesit Tua dengan karakteristik magma secara umum basalt-
andesit. Andesit yang diperoleh dari fragmen konglomerat, fragmen breksi, dan litik dari tuf
tersebut didominasi oleh mineral plagioklas (labradorit), klinopiroksen, orthopiroksen, dan
hornblenda (gambar 16) yang menunjukkan karakteristik magma intermediat (andesitik).
Hasil perbandingan data petrografi batuan vulkanik di lokasi penelitian dengan batuan vulkanik
di sekitar Formasi Sentolo tersebut, menunjukkan bahwa satuan batuan vulkanik di lokasi
penelitian ini berumur lebih muda daripada satuan batuan karbonat di sekitarnya, yakni pada Kala
Pleistosen-Holosen.
Hubungan stratigrafi antara satuan batuan karbonat dan vulkanik adalah tidak selaras. Hubungan
stratigrafi ini diinterpretasi berdasarkan hasil analisa data, yakni:
 Karakteristik litologi yang jauh berbeda antara kedua satuan batuan mengindikasikan proses
dan kondisi pengendapan yang berbeda.
 Umur geologi yang jauh berbeda antara satuan batuan karbonat (Tersier) dengan satuan
batuan vulkanik (Kuarter) menunjukkan proses pengendapan yang tidak menerus.
 Lingkungan pengendapan yang kontras antara satuan batuan karbonat (laut) dan satuan
batuan vulkanik (darat), dengan perubahan lingkungan yang relatif semakin dangkal
sehingga memungkinkan terjadinya erosi batuan setelah tersingkap di permukaan dan
membentuk bidang ketidakselarasan.
 Kontak litologi satuan batuan karbonat dengan vulkanik yang berupa struktur erosional
yakni scouring menunjukkan bidang kontak antara kedua satuan batuan tersebut berupa
bidang ketidakselarasan erosional.
Kenampakan hubungan stratigrafi antara satuan batuan karbonat dan satuan batuan vulkanik
ditunjukkan oleh kolom stratigrafi daerah penelitian (gambar 17).
Satuan batuan karbonat memiliki kemiringan yang relatif besar yakni sekitar 5o–20o sedangkan
pada salah satu satuan batuan vulkanik yakni konglomerat andesit-tuf kristal memiliki kemiringan
yang relatif datar yakni sekitar 0o–2o. Perbedaan kemiringan ini menghasilkan kenampakan
menyudut dari satuan batuan karbonat terhadap satuan batuan vulkanik. Oleh karena itu dapat
disimpulkan bahwa jenis hubungan stratigrafi antara kedua satuan ini pada lokasi tertentu adalah
ketidakselarasan menyudut (angular unconformity). Jenis ketidakselarasan ini mengindikasikan
adanya proses tektonik tertentu yang terjadi pada jeda waktu pembentukan satuan batuan tua
dengan satuan batuan yang lebih muda di atasnya. Proses tektonik tersebut menghasilkan
perubahan kemiringan pada satuan batuan karbonat. Selain itu, proses tektonik ini juga
mempengaruhi perubahan lingkungan satuan batuan dari batial bawah sampai neritik luar.

Kesimpulan
Sesuai dengan tujuan dan hasil analisa data yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa hubungan
stratigrafi antara satuan batuan vulkanik dan satuan batuan karbonat adalah tidak selaras, dengan

803
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, 30 – 31 Oktober 2014

jenis ketidakselarasan menyudut pada beberapa lokasi, dan kontak berupa bidang ketidakselarasan
erosional.

Daftar Pustaka
Anonim, ____. Sandi Stratigrafi Indonesia. Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI), Jakarta, 36h.
Anonim, 1996. Peta Rupa Bumi Digital Indonesia Skala 1: 25.000 Lembar 1408-223 Yogyakarta.
Bakosurtanal, Bogor.
Boggs, S. Jr., 2006. Principle of Sedimentology and Stratigraphy 4th ed., Pearson Education Inc.,
London, 566h.
McPhie, J., Doyle, M., & Allen, R., 1993. Volcaniclastic Textures, A Guide To Interpretation of
textures in volcanic rocks. Centre of Ore Deposit and Exploration Studies University of
Tasmania, Tasmania, 196h.
Nichols, G., 2009. Sedimentology and Stratigraphy. Blackwell Science Ltd, Oxford, 355h.
Rahardjo, W., Sukandarrumidi, & Rosid, H.M.D., 1995. Peta Geologi Lembar Yogyakarta, Jawa,
Direktorat Geologi, Bandung.
Van Bemmelen, R. W., 1949. The Geology of Indonesia, Vol IA, General Geology of Indonesia and
Adjacent Archipelagoes. Government Printing Office, The Hague, 732h.

804
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, 30 – 31 Oktober 2014

Gambar 1. Lokasi penelitian di daerah Bangunjiwo, Yogyakarta (dimodifikasi dari Anonim, 2001)

Gambar 4. Peta Geologi Yogyakarta dan lokasi penelitian yang termasuk pada Tmps dan Qmi
(dimodifikasi dari Rahardjo dkk, 1995)

805
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, 30 – 31 Oktober 2014

Gambar 5. Singkapan Wackestone berlapis parallel yang bersifat rapuh dan mudah hancur di
antara batuan yang masih ideal

Gambar 6. Singkapan grainstone berlapis dengan lubang hasil pelarutan yang banyak terdapat di
permukaan batuan

U
Gambar 7. Singkapan Packestone berlapis silang siur planar dengan kenampakan bidang
perlapisan dari suatu set yang tampak menipis secara lateral, Fossiliferous rudstone berwarna
putih sampai putih kecoklatan, grain supported, ukuran butir material non-allochem <0,1mm,
dan material allochem 2-5 cm. Komposisi material non-allochem berupa micrite dan sparite,
serta material allochem berupa pecahan cangkang pelecypoda, fragmen coelenterata, intraklas,
fosil foraminifera planktonik dan bentonik. Struktur sedimen batuan ini adalah berlapis paralel
dengan sisipan fossiliferous grainstone pada bagian atas satuan.

Gambar 8. Kenampakan struktur erosional berupa flute mark pada bagian atas tuf kristal

Gambar 9. Singkapan konglomerat andesit klinopiroksen dengan struktur scouring

806
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, 30 – 31 Oktober 2014

U 125 cm

Gambar 10. Bongkah andesit berukuran 1,25 meter berbentuk subangular di area persawahan
dengan tanah berwarna coklat di sekitarnya

10 cm

Gambar 11. Singkapan endapan pasir lempungan yang masih lepas dan belum mengalami
litifikasi

Gambar 12. Globorotalia peripheroronda yang merupakan salah satu fosil penciri umur
N10

Gambar 13. Procerolagena gracillima yang merupakan fosil penciri lingkungan batial
bawah

Gambar 14. Perbandingan kolom litologi satuan konglomerat andesit-tuf kristal dengan model
endapan piroklastik aliran non-welded (dimodifikasi dari McPhie dkk, 1993)

807
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, 30 – 31 Oktober 2014

Gambar 15. Perbandingan kolom litologi satuan batuan vulkanik dengan model asosiasi fasies di
darat (dimodifikasi dari McPhie dkk, 1993)

Lb

Hb

Lb Lb
1 mm
Gambar 16. Kenampakan nikol sejajar fragmen breksi dengan mineral dominan berupa labradorit
(Lb) dan hornblenda (Hb) yang menunjukkan karakteristik magma andesitik

Gambar 17. Kolom stratigrafi daerah penelitian yang menunjukkan genesa dan hubungan
stratigrafi antar satuan batuan

808
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, 30 – 31 Oktober 2014

Lampiran 1. Hasil korelasi seluruh data pengukuran stratigrafi yang terdiri dari batuan
vulkanik(kanan) dan batuan karbonat (kiri) sebagai dasar dalam pembagian satuan batuan

Lampiran 2. Peta geologi dan Sayatan Geologi Daerah Bangunjiwo yang menunjukkan persebaran
lateral dan vertikal satuan batuan penyusun daerah penelitian

809

Anda mungkin juga menyukai