Anda di halaman 1dari 15

Makalah Pola

Pelaksanaan P4

Di Susun Oleh :
1. Azizah
2. Defi Puji Lestari
3. Dewi
4. Estri Linda
5. Laily
6. Lusy
Prgram Studi : PSIK

Kelas : A

Stikes Ngudi Waluyo


Ungaran
2014
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Warga negara yang baik adalah warga negara yang seharusnya mempelajari dan menghayati
pandangan hidup bangsa yang sekaligus sebagai dasar filsafat negara dan selanjutnya untuk
diamalkan dan dipertahankan. Pancasila selalu menjadi pegangan bersama bagi bangsa
Indonesia, baik ketika negara dalam kondisi yang aman maupun dalam kondisi negara yang
terancam. Hal itu tebukti dalam sejarah dimana pancasila selalu menjadi pegangan ketika
terjadi krisis nasional dan ancaman terhadap eksistensi bangsa indonesia.

Pancasila merupakan cerminan dari karakter bangsa dan negara indonesia yang
beranekaragam. Semua itu terlihat dari fungsi dan kedudukan pancasila, sebagai jiwa bangsa
indonesia, kepribadian bangsa, pandangan hidup bangsa, sarana tujuan hidup bangsa
indonesia, dan pedoman hidup bangsa indonesia.

Oleh karena itu, penerapan pancasila dalam setiap aspek kehidupan berbangsa dan bernegara
sangatlah penting dan mendasar bagi setiap warga negara, dalam segala aspek kenegaraan
dan hukum di Indonesia. Pengamalan pancasila yang baik akan mempermudah terwujudnya
tujuan dan cita-cita bangsa Indonesia.

B. Rumusan masalah

1. Bagaimana Pola Pelaksanaan P 4 bagi warga negara ?

2. Apa yang melatar belakangi perlu di adakannya P 4 ?

3.Bagaimana Proses terjadinya P 4 ?

4. Bagaimana pengamalan pancasila secara subjektif dan Objektif ?

5. Apa saja bentuk realisasi Pengamalan Pancasila dalam Bidang Ekonomi, Budaya,
pendidikan dan Iptek ?
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pola Pelaksanaan Pedoman Pelaksanaan Pengamalan Pancasila

Langkah pertama untuk pelaksanaan P4 yaitu dengan memberikan penataran kepada pegawai
RI (abdi negara dan masyarakat).

Langkah selanjutnya melalui :

1) Jalur-Jalur yang digunakan :

a,Jalur pendidikan (formal / informal)

1.Keluarga

2.Sekolah

3.Lingkungan

b.Jalur media massa

c.Jalur ormad dan pranata sosial

2) Penciptaan suasana yang menunjang diantaranya :

a.Pemerintah dan perUndang-Undangan

b.Aparatur negara

c.Kepemimpinan dan pemimpin masyarakat

3) Pendekatan secara khalayak

Pola pelaksanaan pedoman pelaksanaan pengamalan pancasila dilakukan agar Pancasila


dapat dengan sungguh-sungguh dihayati dan diamalkan oleh segenap warga negara, baik
dalam kehidupan individu maupun dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh sebab itu,
diharapkan usaha-usaha pembinaan manusia Indonesia lebih terarah, agar menjadi insan
Pancasila dan pembangun bangsa untuk mewujudkan masyarakat berdasarkan Pancasila.

1. Jalur-jalur yang digunakan

1) Jalur pendidikan

Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam pengamalan Pancasila, baik
pendidikan formal (sekolah-sekolah) maupun pendidikan nonformal (di keluarga dan
lingkungan masyarakat), keduanya sangat erat kaitanya dengan kehidupan manusia.

Dalam pendidikan formal semua tindakan haruslah mencerminkan nilai-nilai luhur Pancasila.
Dalam pendidikan keluarga pengamalan Pancasila harus ditanamkan dan dikembangkan
sejak dini,dengan suasana keluarga yang mendukung sehingga proses pendarah-dagingan
nilai-nilai Pancasila dapat terjadi dengan baik. Selain itu lingkungan masyarakat juga turut
menentukan hal tersebut sehingga harus dibina dengan sungguh-sungguh agar menjadi wadah
yang berguna bagi pelaksanaan pengamalan Pancasila.

Melalui pendidikan inilah anak-anak didik menyerap nilai-nilai moral Pancasila. Penyerapan
nilai-nilai moral Pacasila diarahkan melalui pemahaman dari pemikiran dan pengamalan
secara pribadi. Sasaran pelaksanaan pedomaan pengamalan Pancasila adalah perorangan,
keluarga, masyarakat, baik dilingkungan tempat tinggal masing-masing, maupun di
lingkungan tempat bekerja.

2) Jalur media massa

Peranan media massa sangat menjanjikan karena pengaruh media massa dari dulu sampai
sekarang sangatlah kuat, baik dalam pembentukan karakter yang positif maupun karakter
yang negatif, sasaran media massa sangat luas mulai dari anak-anak hingga orang tua.
Sosialisasi melalui media massa begitu cepat dan menarik, sehingga semua kalangan bisa
menikmati baik melalui pers, radio, televisi maupun internet. Hal itu membuka peluang besar
bagi golongan tertentu untuk menerima sosialisasi yang seharusnya belum saatnya mereka
terima, dan juga masuknya sosialisasi yang bersifat tidak membangun. Media massa adalah
jalur pendidikan yang luas dan peranannya begitu penting sehingga perlu mendapat
penonjolan tersendiri sebagai pola pedoman pengamalan Pancasila. Oleh karena itu,
penggunaan media massa tersebut harus dijaga agar tidak merusak mental bangsa dan harus
digunakan seoptimal mungkin untuk sosialisasi pembentukan kepribadian bangsa yang
berdasarkan pancasila. Jadi, untuk sosialisasi-sosialisasi yang mengancam penanaman
pengamalan Pancasila harus disensor.

3) Jalur organisasi sosial politik

Peranan media massa sangat menjanjikan karena pengaruh media massa dari dahulu sampai
sekarang sangat kuat, baik dalam pembentukan karakter yang positif maupun karakter yang
negatif, sasaran media massa sangat luas mulai dari anak-anak hingga orang tua. Sosialisasi
melalui media massa begitu cepat dan menarik sehingga semua kalangan bisa menikmati baik
melalui pers, radio, televisi dan internet. Hal itu membuka peluang besar golongan tertentu
menerima sosialisasi yang seharusnya belum saatnya mereka terima dan juga masuknya
sosialisasi yang tidak bersifat membangun. Media massa adalah jalur pendidikan dalam arti
luas dan peranannya begitu penting sehingga perlu mendapat penonjolan tersendiri sebagai
pola pedoman pengamalan Pancasila. Sehingga dalam menggunakan media massa tersebut
harus dijaga agar tidak merusak mental bangsa dan harus seoptimal mungkin penggunaannya
untuk sosialisasi pembentukan kepribadian bangsa yang pancasilais. Jadi, untuk sosialisasi-
sosialisasi yang mengancam penanaman pengamalan Pancasila harus disensor.

3) Jalur organisasi sosial politik

Pengamalan Pacansila harus diterapkan dalam setiap elemen bangsa dan negara Indonesia.
Organisasi sosial politik adalah wadah bagi pemimpin bangsa dalam bidangnya sesuai
dengan keahlian masing-masing, dan peran serta tanggung jawabnya. Sehingga segala unsur-
unsur dalam organisasi sosial politik, seperti para pegawai Republik Indonesia harus
mengikuti pedoman pengamalan Pancasila agar berkepribadian Pancasila karena mereka
selain warga negara Indonesia juga sebagai abdi masyarakat, dengan begitu maka segala
kendala akan mudah dihadapi dan tujuan serta cita-cita hidup bangsa Indonesia akan
terwujud.

2. Penciptaan suasana yang menunjang

1) Kebijaksanaan pemerintah dan peraturan perundang-undangan

Penjabaran kebijaksanaan pemerintah dan perundang-undangan merupakan salah satu jalur


yang dapat memperlancar pelaksanaan pedoman pengamalan pancasila dimana aspek sanksi
atau penegakan hukm mendapat penekanan secara khusus.
2) Aparatur negara

Rakyat hendaklah berpartisipasi secara aktif dalam menciptakan suasana dan keadaan yang
mendorong pelaksanaan pedoman pengamalan Pancasila. Aparatur pemerintah sebagai
pelaksana dan pengabdi kepentingan rakyat harus memahami dan mengatasi permasalahan-
permasalahan yang ada di dalam masyarakat. Sarana dan prasarana dalam pelaksanaan
pengamalan Pacasila perlu disediakan, selain itu memfungsikan lembaga-lembaga
kenegaraan, khususnya lembaga penegak hukum dalam menjamin hak-hak warga negaranya
dan melindungi dari perbutan-perbuatan tercela.

3) Kepemimpinan dan pemimpin masyarakat

Peranan kepemimpinan dan pemimpin masyarakat, baik pemimpin formal maupun informal
sangat penting dalam pelaksanaan pedoman pengamalan. Mereka dapat menyampaikan
bagaimana pola dengan pelaksanaan pedoman pengamalan Pancasila dan menyuruh bawahan
atau umatnya untuk mengikuti pola pedoman pelaksanaan Pancasila. Dengan begitu
Pengamalan pancasila akan tetap lestari.

2. Latar belakang perlunya P4

a. Pengalaman pancasila

Sejak proklamasi kemerdekaan 17 agustus 1945, tercatat berbagai peristiwa dan pergolakan
politik sampai dengan pemberontkan-pemberontakan bersenjata. Semua itu apabila dikaji
secara mendalam lagi, memiliki suatu tujuan yang sama yaitu untuk menggolakkan pancasila
sebagai dasar negara dan mengganti dengan dasar negara yang lain. Kekuatannya terletak
pada keyakinan akan kebenaran pancasila sebagai dasar negara. Sedangkan kelemahannya
terletak karena belum adanya penghayatan dan pengamalan pancasila pada masing-masing
individu.

b. Mengemban tugas ke masa depan

- Penanaman nilai kepribadian dalam pembangunan

- Pergantian generasi
- Pengamalan pancasila yang objektif

- Pengamalan pancasila yang subjektif

3. Proses Terjadinya P4

Kelahiran dan tumbuh kembang P-4 didorong oleh situasi kehidupan negara yang terjadi pada
pertengahan tahun 1965. Orde Baru menilai bahwa terjadinya tragedi nasional, G-30-S/PKI pada
tahun 1965, adalah karena bangsa Indonesia tidak melaksanakan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945 secara murni dan konsekuen. Setelah bangsa Indonesia mampu mengatasi akibat dari
gejolak yang ditimbulkan oleh gerakan G-30-S/PKI, serta telah mampu untuk menetapkan program
pembangunnya, dirasa perlu untuk membenahi karakter bangsa dengan mengembangkan sikap dan
perilaku warganegara sesuai dengan amanat yang tertuang dalam Undang-Undang Dasarnya. Maka
Majelis Permusyawaratan Rakyat, dalam Sidang Umumnya, pada tanggal 22 Maret 1978
menetapkan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila. Dengan demikian pelaksanaan P-4
merupakan kehendak rakyat yang ditetapkan oleh MPR RI sebagai penjelmaan rakyat, yang
wajib dipatuhi.

Proses Perumusan P4

Tahun 1945 Jepang mengalami kekalahan di Asia Timur Raya salah satunya adalah janji
Jepang untuk memberi kemerdekaan bagi bangsa Indonesia. Sebagai kelajutan dari janji
tersebut, maka pada tanggal 29 April 1945, Jepang membentuk BPUPKI Sidang yang
pertama mulai tanggal 29 Mei – 1 Juni 1945 untuk membahas rancangan dasar Negara.Tiga
tokoh nasionalis yang menyampaikan ide pokok rancangan dasar Negara, yaitu : Mr. Moh.
Yamin, (29 Mei 1945), ide pokok yang disampaikan usul secara lisan :

1. Peri Kebangsaan

2. Peri Kemanusiaan

3. Peri Ketuhanan

4. Peri Kerakyatan

5. Kesejahteraan
secara tertulis:

1. Ketuhanan Yang Maha Esa

2. Kebangsaan Persatuan Indonesia

3. Rasa Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab

4. Kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijak -sanaan Dalam

Permusyawaratan /Perwakilan.

5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Mr. Soepomo, (31 Mei 1945), ide pokok yang disamapaikan :

1. Paham Negara Persatuan

2. Perhubungan Negara Dengan Agama

3. Sistem Badan Permusyawaratan

4. Sosialisasi Negara

5. Hubungan Antar Bangsa

3. Ir. Soekarno, (1 Juni 1945 ), ide pokok yang disampaikan :

1. Kebangsaan Indonesia

2. Internasionalisme atau Perikemanusiaan

3. Mufakat atau Demokrasi

4. Kesejahteraan sosial

5. Ketuhanan Yang Berkebudayaan

Pada akhir pidatonya, Soekarno mengusulkan nama Pancasila atas saran dari teman dekatnya
yaitu MR. Moh. Yamin. Sejak itulah disebut sebagai lahirnya istilah Pancasila, sehingga
Bung Karno selalu dikaitkan sebagai pencetus lahirnya istilah pancasila.
4. Pengamalan pancasila secara subjektif dan Objektif

1. Pengamalan secara objektif

Pengamalan pancasila yang obyektif adalah pelaksanaan dalam bentuk realisasi dalam setiap
penyelengaraan negara, baik di bidang legislatif,eksekutif, maupun yudikatif. Dan semua
bidang kenegaraan terealisasi dalam bentuk peraturan perudang-undangan negara Indonesia
antara lain sebagai berikut :

1) Tafsiran UUD 1945, harus dapat dilihat dari sudut dasar filsafat negara pancasila
sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD 1945 alenia IV

2) Pelaksanaan UUD 1945 dalam undang-undang harus mengingat dasar-dasar pokok pikiran
tercantum dalam dasar filsafat negara Indonesia

3) Tanpa mengurangi sifat undang-undang yang tidak dapat diganggu gugat, iterprestasi
pelaksanaannya harus mengingat unsur-unsur yang terkandung dalam dassaar filsafat negara.

4) Interprestasi pelaksanaan undang-undang harus lengkap dan menyeluruh, meliputi seluruh


perundang-undangan dibawah undang-undang dan keputusan-keputusan administratif dari
tingkat penguasa penguasa negara, mulai dari pemerintah pusat sampai dengan dengan alat-
alat perlengkapan negara di daerah, keputusan-keputusan pengadilan serta alat
perlengkapnya,begitu juga meliputi usaha kenegaraan dan ermasuk rakyat.

5) Dengan demikian seluruh hidup kenegaraan dan tertip hukum Indonesia didasarkan atas
dan diliputi oleh asas filsafat, politik dan tujuan negara didasarkan atas asas kerohanian
Pancasila.

Hal ini termasuk pokok kaidah negara serta pokok pikiran yang terkandung dalam
pembukaan UUD 1945. Dalam realisasi pelaksanaan kongkritnya yaitu dalam setiap
penentuan kebijakan dibidang kenegaraan antara lain :

1) Garis besar haluan negara

2) Hukum, perundang-undangan, dan peradilan

3) Pemerinta

4) Politik dalam dan luar negeri

5) Keselamatan, keamanan,dan pertahanan

6) Kesejahteraan
7) Kebudayaan

8) pendidikan

2. Pemgamalan secara subjektif

pengamalan pancasila yang subyektif adalah pelaksanaan dalam pribadi seseorang,warga


negara, individu, penduduk, penguasa, dan orang Indonesia. Pengamalan pancasila yang
subyektif ini justru lebih penting dari pengamalan yang karena pengamalan yang subyektif
merupakan syarat pengamalan pancasila yang obyektif (Notonegoro,1974;44). Dengan
demikian pelaksanaan pancasila yang subyektif ini berkaitan dengan kesadaran, ketaatan,
serta kesiapan individu untuk mengamalkan pancasila. Pengertian ini akan terwujud jika
suatu keseimbangan kerohanian yang mewujudkan suatu bentuk kehidupan dimana kesadaran
wajib hukum telah berpadu menjadi kesadaran wajib moral. Sehingga dengan demikian suatu
perbuatan yang tidak memenuhi hal tersebut wajib melaksanakan pancasila.

Dalam pengamalan pancasila yang subyektif ini, bilamana nilai-nilai pancasila telah
dipahami,diresapi, dan dihayati oleh seseorang, maka orang itu telah memiliki moral
pancasila, dan jika berlangsung terus menerus sehingga melekat dalam hati maka disebut
dengan kepribadian pancasila. Pengertian kepribadian bangsa Indonseia dapat dikembalikan
kepada hakikat manusia.Telah diketahui bahwa segala sesuatu itu memiliki tiga macam
hakikat yaitu :

a) Hakikat abstrak, yaitu terdiri atas unsur-unsur yang bersama-sama menjadikan hal itu
ada, dan menyebabkan sesuatu yang sama jenis menjadi berbeda dengan jenis lain
sehingga hakikat ini disebut dengan hakikat universal. Contoh; jenis manusia, hewan,
tumbuhan.

b) Hakikat pribadi yaitu ciri khusus yang melekat sehingga membedakan dengan sesuatu
yang lain. Bagi bangsa Indonesia hakikat pribadi ini disebut dengan kepribadian.Dan
hakikat pribadi ini merupakan penjelmaan dari hakikat abstrak.

c) Hakikat kongkrit yaitu hakikat segala sesuatu dalam menyatakan kongkrit, dan
hakikat ini merupakan penjelmaan dari hakikat abstrak dan hakikat kongkrit.

Oleh karena itu bagi bangsa Indonsesia, pengertian kepribadian Indonsesia ini memiliki
tingkatan yaitu
1) Kepribadian yang berupa sifat-sifat hakikat kemanusiaan ”monupluralis”jadi sifat-sifat
kemanusiaan yang abstrak umum universal. Dalam pengertian ini disebut kepribadian
kemanusiaan, karena termasuk jenis manusia, dan memiliki sifat kemanusiaan.

2) Kepribadian yang mengandung sifat kemanusiaan, yang telah terjelma dalam sifat khas
kepribadian bangsa Indonseia (pancasila) dan ditambah dengan sifat-sifat tetap yang terdapat
pada bangsa Indonesia, ciri khas, karakter, kebudayaan dan lain sebagainnya.

3) Kepribadian kemanusiaan, kepribadian Indonesia dalam realisasi kongkritnya, setiap


orang, suku bangsa, memiliki sifat yang tidak tetap, dinamis tergantung pada keadaan
manusia(Indonesia) perorangan secara kongkrit.(Notonegoro,1971;169).

Berdasarkan uraian diatas maka pengamalan pancasila subyektif dari pancasila meliputi
pelaksanaan, pandangan hidup, telah dirumuskan dalam P4(Pedoman Penghayatan
Pengamalan Pancasila).

5. Realisasi Pengamalan Pancasila dalam Bidang Ekonomi, Budaya, Pendidikan


dan Iptek

1. Bidang ekonomi

Ekonomi yang berdasarkan Pancasila tidak dapat dilepaskan dari sifat dasar individu dan
sosial. Manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain untuk memenuhi semua
kebutuhanya tetapi manusia juga mempunyai kebutuhan dimana orang lain tidak diharapkan
ada atau turut campur. Ekonomi menurut pancasila adalah berdasarkan asas kebersamaan,
kekeluargaan artinya walaupun terjadi persaingan namun tetap dalam kerangka tujuan
bersama sehingga tidak terjadi persaingan bebas yang mematikan (Kaelan, 1996: 193).
Dengan demikian pelaku ekonomi di Indonesia dalam menjalankan usahanya tidak
melakukan persaingan bebas, meskipun sebagian dari mereka akan mendapat keuntungan
yang lebih besar dan menjanjikan. Hal ini dilakukan karena pengamalan dalam bidang
ekonomi harus berdasarkan kekeluargaan. Jadi interaksi antar pelaku ekonomi sama-sama
menguntungkan dan tidak saling menjatuhkan sehingga usaha-usaha kecil dapat berkembang
dan mendukung perekonomian Indonesia menjadi kuat.
2. Bidang budaya

Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, moral, hukum,


adat-istiadat dan lain kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia
sebagai anggota masyarakat (Soerjono Soekanto, 2005: 172). Begitu luas cakupan
kebudayaan tetapi dalam pengamalan Pancasila kebudayaan bangsa Indonesia adalah budaya
ketimuran, yang sangat menjunjung tinggi sopan santun, ramah tamah, kesusilaan dan lain-
lain. Budaya Indonesia memang mengalami perkembangan misalnya dalam hal Iptek dan
pola hidup, perubahan dan perkembangan ini didapat dari kebudayaan asing yang berhasil
masuk dan diterima oleh bangsa Indonesia. Semua kebudayaan asing yang diterima adalah
kebudayaan yang masih sejalan dengan Pancasila. Walaupun begitu tidak jarang kebudayaan
yang jelas-jelas bertentangan dengan budaya Indonesia dapat berkembang di Indonesia. Ini
menunjukan bahwa filter Pancasila tidak berperan optimal, itu terjadi karena pengamalan
Pancasila tidak sepenuhnya dilakukan oleh bangsa Indonesia. Oleh karena itu harus ada
tindakan lanjut agar budaya bangsa Indonesia sesuai dengan Pancasila. Pembudayaan
Pancasila tidak hanya pada kulit luar budaya misalnya hanya pada tingkat propaganda,
pengenalan serta pemasyarakatan akan tetapi sampai pada tingkat kemampuan mental
kejiwaan manusia yaitu sampai pada tingkat akal, rasa dan kehendak manusia (Kaelan, 1996:
193).

3. Bidang pendidikan

Pendidikan adalah salah satu piranti untuk membentuk kepribadian. Maka dari itu pendidikan
yang dilaksanakan harus sesuai diperhatikan. Pendidikan nasional harus dipersatukan atas
dasar Pancasila. Menurut Notonegoro (1973), perlu disusun sistem ilmiah berdasarkan
Pancasila tentang ajaran, teori, filsafat, praktek, pendidikan nasiona, yang menjadi dasar
tunggal bagi penyelesaian masalah-masalah pendidikan nasional. Dengan begitu diharapkan
tujuan pendidikan nasional dapat terwujud dengan mudah. Tujuan pendidikan nasional adalah
menciptakan manusia yang beriman, bertaqwa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab.

4. Ilmu pengetahuan dan teknologi

Iptek harus memenuhi etika ilmiah, yang paling berbahaya adalah yang menyangkut hidup
mati, orang banyak, masa depan, hak-hak manusia dan lingkungan hidup. Di samping itu
Ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia harus sesuai dengan nilai-nilai Pancasila karena
Iptek pada dasarnya adalah untuk kesejahteraan umat manusia. Nilai-nilai Pancasila bilamana
dirinci dalam etika yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, adalah sebagai
berikut (T. Jacob, 1996: 195):

1) Hormat terhadap hayat, karena semua makhlu hidup yang ad di alam semesta ini adalah
makhluk Tuhan Yang Maha Esa (sila satu).

2) Persetujuan suka rela untuk eksperimen dengan penerangan yang cukup dan benar tentang
guna akibatnya, karena ilmu pengetahuan dan teknologi adalah demi kemanusiaan (sila
II,IV).

3) Tanggung jawab sosial ilmu pengetahuan dan teknologi harus lebih penting dari pada
mengejar pemecahan persoalan ilmiah namun mengorbankan kemanusiaan (sila II, V).

4) Sumber ilmiah sebagai sumber nasional bagi warga negara seluruhnya (sila III).
Pemanfaatan ilmu pengetahuan dan tenologi harus mendahulukan kepentingan bangsa dan
negara.

5) Alokasi pemerataan sumber dan hasilnya (sila III, V).

6) Pentingnya individualitas dan kemanusiaan dalam catur darma ilmu pengetahuan, yaitu
penelitian, pengajaran, penerapan, dsan pengamalannya (sila II, III, V).

7) Pelestarian lingkungan dengan memperhitungkan generasi mendatang (sila I, II, V).

8) Hak untuk berbeda dan kewajiban untuk bersatu (semua sila).

9) Pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak mengakibatkan terpisahnya jasmani


dan rokhani bagi hayat (semua sila).
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bangsa Indonesia memiliki pancasila sebagai dasar kehidupan berbangsa dan bernegara
Indonesia, nilai dan norma yang terkandung di dalamnya merupakan keinginan dari bangsa
Indonesia yang harus di amalkan. Pengamalan Pancasila secara subjektif akan memperkuat
pengamalan Pancasila secara objektif. Pengamalan Pancasila ini harus di lakukan dalam
berbagai bidang kehidupan di negara Indonesia agar Pancasila benar-benar berperan
sebagaimana Fungsi dan kedudukannya serta supaya tujuan dan cita-cita bangsa Indonesia
dapat dengan mudah terwujud.

B. Saran

Dewasa ini pengamalan Pancasila semakin memudar terlebih lagi di era globalisasi, sehingga
mengancam mental dan kepribadian bangsa Indonesia. Hal ini harus segera ditangani dengan
cara meningkatkan penanaman pengamalan Pancasila melalui pendidikan yang seutuhnya,
jadi tidak sebatas teori tetapi juga diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itu, perlu
adanya kesadaran dari setiap warga negara akan pentingya pengamalan pancasila dan
bagaimana cara mempertahankannya.
DAFTAR PUSTAKA

Andriani Purwastuti, dkk. 2002. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: UNY Press.

Kaelan. 1996. Filsafat Pancasila. Yogyakarta: Paradigma.

Ms Bakry, Noor. 1994. Pancasila Yuridis Kenegaraan. Yogyakarta: Liberty.

Soerjono Soekanto. 2005. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai