Anda di halaman 1dari 4

Karbon dioksida

Berbeda dengan CO, CO2 (karbon dioksida) tidak beracun. Akan tetapi, jika kadarnya
terlalu besar (10-20%), gas ini dapat membuat orang pingsan dan merusak sistem
pernafasan. Walaupun tidak berbau dan tidak berwarna, gas ini mudah dikenali karena
mengeruhkan air kapur.

CO2 terdapat di udara dengan kadar sekitar 0,035%. Juga terdapat dalam air, terutama
air laut. CO2 terbentuk pada pembakaran bahan bakar yang mengandung karbon
seperti batu bara, minyak bumi, gas alam, dan kayu. Gas ini juga dihasilkan pada
pernafasan makhluk hidup. CO2 merupakan komponen utama siklus karbon di alam.
CO2 komersial diperoleh dari pembakaran residu penyulingan minyak bumi. Dalam
jumlah besar juga diperoleh sebagai hasil samping produksi urea dan pembuatan
alkohol dari proses peragian.

C6H12O6 [glukosa] --------> 2C2H5OH [alkohol] + 2CO2

SIKLUS KARBON

Siklus karbon adalah siklus biogeokimia saat karbon dipertukarkan antara biosfer,
geosfer, hidrosfer, dan atmosfer Bumi (objek astronomis lainnya bisa jadi memiliki siklus
karbon yang hampir sama meskipun hingga kini belum diketahui pasti).

Dalam siklus ini terdapat empat reservoir karbon utama yang dihubungkan oleh jalur
pertukaran. Reservoir-reservoir tersebut adalah atmosfer, biosfer teresterial (biasanya
termasuk pula freshwater system dan material non-hayati organik seperti karbon tanah
[soil carbon]), lautan (termasuk karbon anorganik terlarut dan biota laut hayati dan non-
hayati), dan sedimen (termasuk bahan bakar fosil). Pergerakan tahunan karbon,
pertukaran karbon antar reservoir, terjadi karena proses-proses kimia, fisika, geologi,
dan biologi. Lautan mengandung kolam aktif karbon terbesar dekat permukaan Bumi,
namun demikian laut dalam bagian dari kolam ini mengalami pertukaran yang lambat
dengan atmosfer.

KARBON DI ATMOSFER

Bagian terbesar dari karbon yang berada di atmosfer Bumi adalah gas karbon dioksida
(CO2). Meskipun jumlah gas ini merupakan bagian yang sangat kecil dari seluruh gas
yang ada di atmosfer (hanya sekitar 0,04% dalam basis molar, meskipun sedang
mengalami kenaikan), gas ini berperan penting dalam menyokong kehidupan. Gas-gas
lain yang mengandung karbon di atmosfer adalah metan dan kloroflorokarbon atau CFC
(CFC merupakan gas artifisial atau buatan). Gas-gas tersebut adalah gas rumah kaca
yang konsentrasinya di atmosfer telah bertambah dalam beberapa tahun ini, dan
berperan dalam pemanasan global.

Karbon diambil dari atmosfer dengan berbagai cara:


1. Ketika matahari bersinar, tumbuhan melakukan fotosintesa untuk mengubah karbon
dioksida menjadi karbohidrat, dan melepaskan oksigen ke atmosfer. Proses ini akan
lebih banyak menyerap karbon pada hutan dengan tumbuhan yang baru saja tumbuh
atau hutan yang sedang mengalami pertumbuhan yang cepat.

2. Pada permukaan laut ke arah kutub, air laut menjadi lebih dingin dan CO2 akan lebih
mudah larut. Selanjutnya CO2 yang larut tersebut akan terbawa oleh sirkulasi
termohalin yang membawa massa air di permukaan yang lebih berat ke kedalaman laut
atau interior laut.

3. Di laut bagian atas (upper ocean), pada daerah dengan produktivitas yang tinggi,
organisme membentuk jaringan yang mengandung karbon. Beberapa organisme juga
membentuk cangkang karbonat dan bagian-bagian tubuh lainnya yang keras. Proses ini
akan menyebabkan aliran karbon ke bawah.

4. Pelapukan batuan silikat. Tidak seperti dua proses sebelumnya, proses ini tidak
memindahkan karbon ke dalam reservoir yang siap untuk kembali ke atmosfer.
Pelapukan batuan karbonat tidak memiliki efek netto terhadap CO2 atmosferik karena
ion bikarbonat yang terbentuk terbawa ke laut dan selanjutnya dipakai untuk membuat
karbonat laut dengan reaksi yang sebaliknya (reverse reaction).

Karbon dapat kembali ke atmosfer dengan berbagai cara pula, yaitu:

1. Melalui pernafasan (respirasi) oleh manusia, tumbuhan dan binatang. Hal ini
merupakan reaksi eksotermik dan termasuk juga di dalamnya penguraian glukosa (atau
molekul organik lainnya) menjadi karbon dioksida dan air.

2. Melalui pembusukan binatang dan tumbuhan. Fungi atau jamur dan bakteri mengurai
senyawa karbon pada binatang dan tumbuhan yang mati dan mengubah karbon
menjadi karbon dioksida jika tersedia oksigen, atau menjadi metana jika tidak tersedia
oksigen.

3. Melalui pembakaran material organik yang mengoksidasi karbon yang terkandung


menghasilkan karbon dioksida (juga yang lainnya seperti asap). Pembakaran bahan
bakar fosil seperti batu bara, produk dari industri perminyakan (petroleum), dan gas
alam akan melepaskan karbon yang sudah tersimpan selama jutaan tahun di dalam
geosfer. Hal inilah yang merupakan penyebab utama naiknya jumlah karbon dioksida di
atmosfer.

4. Produksi semen. Salah satu komponennya, yaitu kapur atau gamping atau kalsium
oksida, dihasilkan dengan cara memanaskan batu kapur atau batu gamping yang akan
menghasilkan juga karbon dioksida dalam jumlah yang banyak.

5. Di permukaan laut di daerah yang menjadikan air lebih hangat, karbon dioksida
terlarut dilepas kembali ke atmosfer.
6. Erupsi vulkanik atau ledakan gunung berapi akan melepaskan gas ke atmosfer. Gas-
gas tersebut termasuk uap air, karbon dioksida, dan belerang. Jumlah karbon dioksida
yang dilepas ke atmosfer secara kasar hampir sama dengan jumlah karbon dioksida
yang hilang dari atmosfer akibat pelapukan silikat; Kedua proses kimia yang saling
berkebalikan ini akan memberikan hasil penjumlahan yang sama dengan nol dan tidak
berpengaruh terhadap jumlah karbon dioksida di atmosfer dalam skala waktu yang
kurang dari 100.000 tahun.

Penggunaan alamiah CO2


1. Untuk fotosintesis tumbuhan hijau. Fotosintesis membebaskan oksigen.
6CO2 + 6H2O -------> C6H12O6 + 6O2

2. Menentukan suhu global dan iklim. CO2 (dan uap air) bersifat seperti kaca, yaitu
dapat melewatkan sinar tampak (cahaya), tetapi menahan sinar inframerah (panas). Hal
ini dikenal sebagai efek rumah kaca (green house effect). Jadi, gas rumah kaca di udara
menahan radiasi panas dari Matahari maupun radiasi panas yang dipancarkan Bumi,
kemudian meradiasikannya kembali sebagian ke Bumi. Sistem inilah yang mengatur
suhu di permukaan Bumi yang menjadi faktor yang memungkinkan adanya kehidupan.
Namun, semakin banyak kandungan CO2, Bumi akan semakin panas.

Penggunaan CO2 dalam air


1. Untuk fotosintesis tumbuhan air.
2. Digunakan oleh siput dan sejenisnya untuk membangun cangkang. Proses ini
merupakan salah satu komponen dalam siklus CO2. Bangkai rumah siput akan
tertanam di dasar laut atau pantai, kemudian berubah menjadi batuan silikat dan
membebaskan CO2 ke udara.

Penggunaan CO2 komersial


1. CO2 mudah dipadatkan. CO2 padat ini menyublim di bawah tekanan atmosfer (CO2
cair hanya terdapat pada tekanan lebih besar dari 5,3 atm). CO2 padat yang disebut es
kering (dry ice) digunakan sebagai pendingin.
2. Untuk memadamkan kebakaran. Karena CO2 lebih berat dari udara, CO2 mengusir
udara dari sekitar daerah yang disemprot sehingga api mati. Tabung pemadam
kebakaran berisi CO2 cair dengan tekanan sekitar 60 atm. Ketika katup alat tersebut
dibuka, CO2 cair akan segera menguap dan mengembang. Kedua proses itu
menyebabkan penurunan suhu sehingga sebagian CO2 akan membeku membentuk
sejenis kabut atau salju yang menutupi daerah yang disemprot.
3. Untuk membuat minuman ringan (soft drink). Minuman seperti soda, limun, dan
semacamnya mengandung CO2 yang memberi rasa menyegarkan.

Karbon Dioksida, Zat Kambing Hitam

Mendengar nama CO2 atau karbon dioksida, biasanya kita langsung teringat zat
beracun yang bisa membunuh makhluk hidup. Namun, apakah benar CO2 yang
bertanggung jawab atas segala kerusakan lingkungan di Bumi ini?

Semua orang mengenal senyawa karbon dioksida atau CO2 sebagai gas, tak berbau,
tak berwarna, tak beracun, dan berasal dari setiap mekanisme pembakaran maupun
metabolisme.

Gas karbon dioksida pertama kali diamati keberadaannya oleh Van Helmont pada 1577.
Secara statistik alamiah, gas ini tidak melimpah di muka Bumi dan konstan
persentasenya. Sejak lama orang tidak terlalu memerhatikan sifatsifat gas tersebut.
Yang paling awam diketahui mungkin adalah gas CO2 bisa diucah menjadi padat dan
disebut dry ice.

Namun, selain kurang diperhatikan, gas ini juga dijadikan ‘kambing hitam’ atas
kerusakan lingkungan hidup, terutama soal perusakan ozon. Apakah memang CO2
biang keladinya? Tentu saja bukan, karena manusialah yang sebenarnya telah
menambah kadar CO2 yang tadinya normal-normal saja. Sejak dimulainya Revolusi
Industri di Inggris hingga revolusi telekomunikasi seperti sekarang, telah terjadi
peningkatan persentase CO2 di muka Bumi akibat aktivitas produksi dan konsumsi.
Mulailah dikenal istilah green house effect, yaitu meningkatnya kadar CO2 di atmosfer
hingga membuat Bumi tambah panas.

CO2 bersifat menyerap energi panas dari radiasi inframerah yang dipancarkan
Matahari, sehingga energi panas tersebut terkumpul di muka Bumi. Ditambah lagi Bumi
semakin terbuka terhadap pancaran energi tinggi ultraviolet yang mematikan.
Pepohonan serta hutan semakin jarang, padahal tumbuhan adalah salah satu bagian
yang bisa memproses CO2 menjadi O2. Jika kadar CO2 makin meningkat, energi
Matahari yang dipantulkan oleh permukaan Bumi tidak akan kembali lagi ke luar Bumi
karena tertahan oleh CO2.

Anda mungkin juga menyukai