Anda di halaman 1dari 8

PILLAR OF PHYSICS, Vol. 6.

Oktober 2015, 49-56

IDENTIFIKASI JENIS BATUAN MENGGUNAKAN INVERSI


MARQUARDT DATA GEOLISTRIK TAHANAN JENIS
KONFIGURASI DIPOLE-DIPOLE BUKIT LANTIAK
KECAMATAN PADANG SELATAN

Jemmy Rohmana1), Akmam2), Mahrizal2)


1)
Mahasiswa Fisika, FMIPA Universitas Negeri Padang
2)
Staf Pengajar Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Negeri Padang
Jimmyrohmana12@gmail.com

ABSTRACT
The purpose of this research was to describe the type and the depth of rocks in Bukit Lantiak Padang
Selatan. The type and the depth of rocks was needed to minimize the hazard caused landslide in the research
area. This research use geophysical exploration method. Equipment that use was Automatic Resistivity (ARES)
with Dipole-dipole configuration. The interpretation of the data in this research uses Marquardt inversion
method to process the measurement data. Data was interpreted to get resistivity value and depth of rock in 2D
model cross section below the earth surface. Result of this research indicates the type of rocks in Bukit Lantiak
Padang Selatan is Andesite, Sandstone, Limestone, and Clay. These results indicate that the slopes of Bukit
Lantiak composed by a mixture of hard rock layers that Andesite with soft rock layers that Clay and Sandstone.
It show that Bukit Lantiak area have rock layers that are susceptible to landslides.

Keywords : Rocks, Resistivity, Dipole-dipole, Marquardt Inversion

PENDAHULUAN adanya material timbunan pada tebing [2]. Kondisi


lingkungan setempat merupakan suatu komponen
Sumatera Barat merupakan provinsi yang
yang saling terkait. Bentuk dan kemiringan lereng,
menjadi bagian dari lempeng Eurasia dan letaknya
kekuatan material, kedudukan muka air tanah dan
dekat dengan pertemuan lempeng Eurasia dan
kondisi drainase setempat mempengaruhi kestabilan
lempeng Indo-Australia. Daerah di sekitar batas
lereng [3]. Faktor yang mempengaruhi kestabilan
lempeng merupakan daerah yang mempunyai jumlah
lereng adalah kondisi batuan penyusunnya. Oleh
aktivitas tektonik tinggi, seperti tumbukan lempeng,
karena itu, upaya yang dapat dilakukan untuk
letusan gunung api, dan retakan. Aktivitas tektonik
mengantisipasi dan meminimalisir kerugian yang
ini menimbulkan gempa bumi yang mengakibatkan
ditimbulkan oleh bencana longsor adalah mengetahui
terganggunya struktur batuan di bawah permukaan
kondisi batuan penyusun lereng. Informasi ini
bumi dan pelapukan batuan. Hasil pelapukan batuan
memberikan gambaran mengenai kondisi dan
ini disebut tanah yang biasanya kaya dengan zat hara
kestabilan lereng serta dibutuhkan sebagai bahan
dan dapat menyuburkan tumbuh-tumbuhan. Tanah
pertimbangan untuk menentukan langkah selanjutnya
hasil pelapukan yang berada di atas batuan kedap air
dalam mitigasi bencana longsor di daerah tersebut.
pada perbukitan atau pegunungan dengan kemiringan
Informasi mengenai kondisi batuan penyusun lereng
sedang hingga curam berpotensi mengakibatkan
didapatkan dengan mengetahui jenis batuan
longsor.
penyusun serta kedalamannya.
Kecamatan Padang Selatan merupakan salah satu
Batuan merupakan material yang mengandung
daerah rawan longsor di Kota Padang Provinsi
satu atau beberapa mineral dan berbentuk padatan.
Sumatera Barat. Daerah rawan longsor di Kecamatan
Batuan merupakan gabungan dari beberapa zat yang
Padang Selatan adalah Bukit Lantiak. Longsor yang
terjadi secara alami, dapat terdiri dari mineral,
terjadi menelan banyak korban, seperti tahun 2005
potongan batu lainnya serta bahan-bahan fosil,
longsor mengakibatkan 67 orang meninggal dunia
seperti kerang atau tanaman [4]. Seluruh batuan yang
dan puluhan rumah hancur [1]. Oleh karena itu, perlu
ada di permukaan bumi berasal dari magma yang
dilakukan sebuah upaya mitigasi untuk
meleleh ke arah permukaan. Suhu permukaan bumi
meminimalisir kerugian yang ditimbulkan oleh
yang jauh lebih rendah dari suhu di bawah
bencana ini.
permukaan mengakibatkan terjadinya pembekuan
Longsor terjadi akibat adanya pergerakan tanah
magma yang membentuk batuan. Secara umum
pada kondisi daerah lereng yang curam, tingkat
batuan dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu,
kelembaban tinggi, tumbuhan jarang (lahan terbuka),
batuan beku, batuan sedimen, dan batuan metamorf.
dan material kurang kompak. Faktor lain yang
Kedalaman dan jenis batuan di bawah
menyebabkan longsor adalah hujan, lereng terjal,
permukaan bumi dapat diestimasi menggunakan
tanah yang kurang padat, batuan yang kurang kuat,
metode Geolistrik. Metode ini diterapkan dengan
jenis tata lahan, getaran, beban tambahan, erosi, dan

49
mengalirkan arus listrik ke tanah dan beda potensial tahanan jenis batuan dapat dihitung dari hasil
yang dihasilkan diukur di permukaan [5]. Perilaku pengukuran arus listrik dan beda potensial. Tujuan
aliran arus listrik di bawah permukaan bumi pengukuran dengan metode Geolistrik adalah untuk
ditentukan oleh sifat kelistrikan batuan, dimana sifat mengetahui nilai tahanan jenis batuan perlapisan.
kelistrikan batuan bergantung pada nilai tahanan Hasil pengukuran beda potensial dan arus pada setiap
jenis. spasi elektroda yang berbeda dapat menunjukkan
Tahanan jenis merupakan sifat fisika yang variasi nilai tahanan jenis lapisan dibawah titik ukur.
menunjukkan kemampuan suatu material dalam Tahanan jenis dilambangkan dengan (ρ) dengan
menghambat arus listrik. Aliran arus pada setiap satuan ohmmeter (Ωm).
lapisan batuan sangat bergantung kepada cairan Metode Geolistrik mengasumsikan bumi sebagai
elektrolitik yang terdapat dalam pori–pori batuan medium homogen isotropis. Arus yang di alirkan ke
tersebut. Tahanan jenis dari batuan sangat bawah permukaan bumi akan mengalir kesegala arah,
dipengaruhi oleh kehadiran air tanah yang bertindak karena udara memiliki tahanan jenis yang sangat
sebagai elektrolit, terutama pada sedimen berpori dan besar menyebabkan arus tidak dapat mengalir ke
batuan sedimen[6]. Batuan-batuan yang jenuh air udara. Hal ini menyebabkan sebaran aliran arus
mempunyai tahanan jenis lebih rendah dibandingkan hanya ke bawah permukaan bumi dengan berbentuk
dengan batuan kering. Tahanan jenis setiap batuan setengah bola seperti pada Gambar 1
berbeda-beda. Tabel 1 menunjukkan nilai tahanan
jenis batuan beku dan batuan metamorf, sedangkan
Tabel 2 menunjukkan nilai tahanan jenis batuan
sedimen.
Tabel 1. Tahanan Jenis Batuan Beku dan Batuan
Metamorf [7]

Gambar 1. Titik Sumber Arus pada Permukaan dari


Medium Homogen [7]
Nilai tahanan jenis yang didapatkan dari hasil
pengukuran langsung di lapangan dinamakan dengan
tahanan jenis semu atau apparent resistivity ρa.
Tahanan jenis semu tidak secara langsung
menunjukkan nilai tahanan jenis dari suatu medium,
namun mencerminkan distribusi nilai tahanan jenis
medium tersebut. Hal ini disebabkan karena pada
kenyataannya bumi merupakan medium tidak
homogen yang terdiri dari banyak lapisan dengan
tahanan jenis yang berbeda-beda, sehingga
mempengaruhi potensial listrik yang terukur. Nilai
tahanan jenis semu didapatkan dengan Persamaan (1)
berikut.

dimana

Tabel 2. Tahanan Jenis Batuan Sedimen [7] {( ) ( )}

ΔV menyatakan beda potensial, I menyatakan


kuat arus listrik, r menyatakan spasi elektroda, dan K
menyatakan faktor geometri. Faktor geometri
bergantung pada konfigurasi yang digunakan saat
pengukuran.
Penelitian ini menggunakan konfigurasi Dipole-
dipole. Konfigurasi Dipole-dipole merupakan
konfigurasi pada metode Geolistrik yang
menggunakan empat buah elektroda, yaitu dua
Tahanan jenis batuan di bawah permukaan bumi elektroda potensial dan dua elektroda arus. Jarak
dipelajari dengan menginjeksikan arus listrik ke antara elektroda arus dan jarak antara elektroda
dalam bumi melalui dua buah elektroda arus [8]. Nilai potensial pada konfigurasi Dipole-dipole adalah

50
sama. Susunan elektroda pada konfigurasi Dipole- ∑
dipole dapat dilihat pada Gambar 2.
fk merupakan harga koefisien filter linear yang
diturunkan oleh Ghosh [11]. Persamaan (8)
memperlihatkan hubungan antara tahanan jenis semu
ρa dengan parameter model tahanan jenis dan
ketebalan lapisan (ρk, hk) adalah sangat tidak linear,
sehingga untuk mengestimasi tahanan jenis semu
menjadi tahanan jenis sesungguhnya dibutuhkan
solusi inversi non-linear.
Gambar 2. Konfigurasi Dipole-dipole Data hasil pengukuran pada penelitian ini
Berdasarkan Gambar 2 diketahui bahwa jarak r1, dianalisis menggunakan metode inversi Marquardt.
r2, r3, dan r4 sebagai berikut. Persamaan inversi Marquardt dinyatakan oleh
Persamaan (9).

(3)
dimana I adalah matriks identitas dan µ adalah
Harga K untuk konfigurasi Dipole-dipole didapatkan Marquardt factor atau damping factor. Persamaan ini
dengan cara mensubstitusikan Persamaan (3) ke biasa dikenal sebagai inversi Marquardt. Data
Persamaan (2), sebagai berikut. terukur dalam konteks pemodelan Geolistrik
[ ] menggunakan inversi Marquardt dinyatakan sebagai
d = [ ] yaitu tahanan jenis semu dengan i = 1,2, ...,
Persamaan (4) disubstitusikan ke Persamaan (1) N dan N adalah jumlah data. Model tahanan jenis dan
sehingga diperoleh nilai tahanan jenis semu untuk ketebalan batuan bawah permukaan adalah Δmk =
konfigurasi Dipole-dipole seperti Persamaan (5). [ρk, hk], k = 1,2, ..., n dan n adalah jumlah lapisan.
Metode inversi Marquardt mengaplikasikan metode
iterasi metode Gauss-Newton, dengan penambahan
perkalian skalar damping factor µ dengan matriks
Konfigurasi Dipole-dipole memiliki kemampuan
identitas I [12].
penetrasi 1/5 dari panjang lintasan. Selain itu,
Istilah damping atau redaman untuk estimasi
konfigurasi Dipole-dipole merupakan konfigurasi
parameter model sebagaimana dinyatakan pada
yang paling teliti, terutama untuk mendeteksi struktur
Persamaan (10) berhubungan dengan proses
vertikal dan memiliki resolusi tertinggi yang
meredam ketidakstabilan yang mungkin timbul
memungkinkan untuk membedakan struktur yang
akibat keterbatasan data pada inversi yang termasuk
terletak lebih dalam [9].
underdetermined [11]. Persamaan damping factor
Data Geolistrik hasil pengukuran dilapangan
dinyatatakan oleh Persamaan (10).
diinterpretasi menggunakan metode inversi. Inversi
dalam Geofisika merupakan suatu cara untuk [ ]
mencari sebuah model yang memberikan respon
Konsep minimisasi kesalahan pada inversi linier
yang sama dengan nilai sebenarnya [10]. Fungsi
biasa diperluas menjadi minimisasi kesalahan
pemodelan pada metode Geolistrik diformulasikan
prediksi data dan kesalahan solusi. Jika damping
sebagai persamaan integral Hankel yang menyatakan
factor yang digunakan sangat kecil atau mendekati
tahanan jenis semu ρa sebagai fungsi dari tahanan
nol maka kesalahan prediksi akan diminimumkan [11].
jenis dan ketebalan (ρk, hk) tiap lapisan, dimana
Artinya, penambahan damping factor pada proses
k=1,2,..n dan n adalah jumlah lapisan[11].
inversi dapat menstabilkan proses inversi pada proses
inversi matriks tersebut.

METODE PENELITIAN
s adalah setengah jarak elektroda arus atau a/2
Penelitian ini merupakan penelitian dasar yang
(Gambar 2), J1 adalah fungsi Bessel orde-1, dan T(λ)
bersifat deskriptif. Penelitian ini mendeskripsikan
adalah fungsi transformasi tahanan jenis yang
jenis batuan yang terdapat di Bukit Lantiak
dinyatakan oleh formulasi Pekeris.
Kecamatan Padang Selatan menggunakan metode
Geolistrik tahanan jenis konfigurasi Dipole-dipole.
Adapun variabel bebas pada penelitian ini adalah
kuat arus listrik I, beda potensial V, dan jarak
Perhitungan Persamaan (6) dapat dilakukan dengan
elektroda. Sedangkan variabel terikat adalah tahanan
metode filter linear yang secara umum dinyatakan
jenis ρ batuan.
oleh persamaan berikut.

51
Pengukuran dilakukan menggunakan 4 lintasan. Analisis dan interpretasi data dilakukan dengan cara
Desain lintasan pengukuran yang dilakukan dapat membandingkan nilai tahanan jenis yang didapatkan
dilihat pada Gambar 3 berikut. dari hasil pengolahan data dengan nilai tahanan jenis
batuan (Tabel 1 dan Tabel 2) serta kondisi Geologi
daerah penelitian, sehingga diperoleh kesimpulan
mengenai kedalaman dan jenis batuan di daerah
penelitian tersebut.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Penelitian
Lintasan 1
Lintasan 1 terletak pada koordinat 00° 58’ 16”
LS dan 100° 22’ 8” BT sampai 00° 58’ 0,54” LS dan
100° 22’ 14,5” BT. Titik sounding terletak pada
koordinat 00° 58’ 3,7” LS dan 100° 22’ 10,3” BT.
Panjang Lintasan 1 adalah 295 m dengan spasi
elektroda 5 m. Gambar 4 menunjukkan penampang
model 2D Lintasan 1.

Gambar 3. Desain Pengukuran di Daerah Bukit


Lantiak Kecamatan Padang Selatan
Keterangan Gambar:
A : Titik awal pengukuran
B : Titik akhir pengukuran
Data hasil pengukuran secara otomatis telah Gambar 4. Penampang Model 2D Lintasan 1 dengan
tersimpan pada ARES main unit yang berupa kuat Topografi
arus, beda potensial, dan tahanan jenis semu. Gambar 4 memperlihatkan penampang 2D
Tahanan jenis semu yang didapat pada saat bawah permukaan sepanjang Lintasan 1 dengan
pengukuran tidak secara langsung menunjukkan nilai ketinggian antara 72-123 mdpl dan kedalaman yang
tahanan jenis dari suatu medium, namun dicapai adalah 58,70 m. Lintasan 1 memiliki
mencerminkan distribusi nilai tahanan jenis medium rentangan nilai tahanan jenis dari 1,37 Ωm - 1432,26
tersebut. Nilai tahanan jenis semu diinterpretasi Ωm dengan persentase kesalahan 4,2 %, hal ini
menggunakan metode inversi untuk mendapatkan menunjukkan bahwa tingkat keakuratan hasil
nilai tahanan jenis sebenarnya. penelitian sekitar 95,8 %.
Interpretasi data menggunakan inversi Lintasan 1 diidentifikasi memiliki 4 jenis batuan
Marquardt dengan bantuan software Res2dinv. Hal penyusun. Nilai tahanan jenis dengan rentang 1,37-
ini bertujuan untuk mempermudah dalam proses 20,75 Ωm diidentifikasi sebagai Clay. Nilai tahanan
pengolahan data dan mendapatkan hasil yang lebih jenis dari 20,75-137,00 Ωm diidentifikasi sebagai
bagus. Interpretasi data menggunakan software Sandstone. Lapisan dengan nilai tahanan jenis
Res2dinv menghasilkan nilai tahanan jenis yang 137,00-654,00 Ωm diidentifikasi sebagai Limestone.
sebenarnya dan kedalaman dalam bentuk penampang Lapisan dengan nilai tahanan jenis lebih besar
model 2D bawah permukaan bumi. diidentifikasi sebagai Andesite dengan nilai tahanan
Metode inversi Marquardt (Persamaan 9) jenis 654,00 - 1432,26 Ωm.
memiliki damping factor µ yang digunakan untuk Identifikasi jenis batuan, kedalaman, dan
meredam ketidakstabilan pada proses inversi, ketebalan lapisan batuan sepanjang Lintasan 1
sehingga dapat mengurangi nilai error pada diambil pada 3 titik. Titik-titik yang diambil
pengolahan data. Nilai error dapat diminimalkan merupakan titik yang dianggap dapat mewakili jenis
menggunakan damping factor yang tepat. Damping batuan pada Lintasan 1.
factor dapat ditentukan menggunakan solusi inversi Berdasarkan Gambar 4 diketahui bahwa terdapat
linear teredam. Damping factor yang digunakan pada 3 titik untuk mengidentifikasi jenis batuan pada
pengolahan data ini adalah 0.001 untuk semua Lintasan 1. Titik 1 berada pada jarak 65 m, titik ini
lintasan pengukuran. diidentifikasi memiliki 4 jenis lapisan batuan yaitu
Data yang telah diolah menggunakan software Clay, Limestone, Sandstone, dan Andesite. Lapisan
Res2dinv kemudian dianalisis dan diinterpretasi Andesite terdapat pada kedalaman 3,93 m sampai
untuk mendapatkan jenis batuan di daerah penelitian. 9,20 m dengan ketebalan 5,27 m. Lapisan Limestone

52
terdapat pada permukaan hingga kedalaman 3,93 m 20,40 Ωm diidentifikasi sebagai Clay. Nilai tahanan
dengan ketebalan 3,93 m dan pada kedalaman 9,20 m jenis dari 20,40-118,00 Ωm diidentifikasi sebagai
sampai 11,90 m dengan ketebalan 2,70 m. Lapisan Sandstone. Lapisan dengan rentangan nilai tahanan
Sandstone terdapat pada kedalaman 11,90 m sampai jenis 118-505 Ωm diidentifikasi sebagai Limestone.
14,60 m dengan ketebalan 2,70 m. Lapisan Clay Lapisan dengan nilai tahanan jenis lebih besar
terdapat pada kedalaman 14,60 m sampai 22,90 m diidentifikasi sebagai Andesite dengan nilai tahanan
dengan ketebalan 8,30 m. jenis 505-2162,42 Ωm.
Titik 2 berada pada jarak 155 m tepatnya pada Identifikasi jenis batuan, kedalaman, dan
titik sounding. Titik ini diidentifikasi memiliki 3 ketebalan lapisan batuan sepanjang Lintasan 2
jenis lapisan batuan yaitu Clay, Sandstone, dan diambil pada 4 titik. Titik-titik yang diambil
Limestone. Lapisan Limestone terdapat pada merupakan titik yang dianggap dapat mewakili jenis
permukaan dengan ketebalan 9,20 m dan pada batuan pada Lintasan 2.
kedalaman 22,90 m sampai 58,70 m dengan Berdasarkan Gambar 5 diketahui bahwa terdapat
ketebalan 35,80 m. Lapisan Clay terdapat pada 4 titik untuk mengidentifikasi jenis batuan pada
kedalaman 9,20 m sampai 18,70 m dengan ketebalan Lintasan 2. Titik 1 berada pada jarak 90 m, titik ini
9,50 m. Lapisan Sandstone terdapat pada kedalaman diidentifikasi memiliki 3 jenis lapisan batuan yaitu
18,70 m sampai 22,90 m dengan ketebalan 4,20 m. Clay, Limestone, dan Sandstone. Lapisan Limestone
Titik 3 yang berada pada jarak 230 m terdapat pada permukaan hingga kedalaman 3,93 m
diidentifikasi memiliki 3 jenis batuan yaitu Clay, dengan ketebalan 3,93 m. Lapisan Clay terdapat pada
Sandstone, dan Limestone. Lapisan Sandstone kedalaman 3,93 m sampai 17,30 m dengan ketebalan
terdapat pada permukaan dengan ketebalan 1,30 m 13,37 m. Lapisan Sandstone 17,30 m sampai 37,36 m
dan pada kedalaman 17,30 m sampai 21,50 m dengan ketebalan 20,06 m.
dengan ketebalan 4,20 m. Lapisan Limestone terdapat Titik 2 berada pada jarak 155 m tepatnya pada
pada kedalaman 1,30 m samapai 6,56 m dengan titik sounding. Titik ini diidentifikasi memiliki 2
ketebalan 5,26 m. Lapisan Clay terdapat pada jenis lapisan batuan yaitu Sandstone dan Limestone.
kedalaman 6,56 m sampai 17,30 m dengan ketebalan Lapisan Limestone terdapat pada permukaan dengan
10,74 m. ketebalan 11,90 m dan pada kedalaman 55,63 m
sampai 61,90 m dengan ketebalan 6,27 m. Lapisan
Lintasan 2
Sandstone terdapat pada kedalaman 11,90 m sampai
Lintasan 2 terletak pada koordinat 00° 58’ 08,7”
55,63 m dengan ketebalan 43,73 m.
LS dan 100° 22’ 10,3” BT sampai 00° 57’ 58,9” LS
Titik 3 yang berada pada jarak 165 m
dan 100° 22’ 10,2” BT. Titik sounding terletak pada
diidentifikasi memiliki 3 jenis batuan yaitu Andesite,
koordinat 00° 58’ 3,7” LS dan 100° 22’ 10,3” BT.
Sandstone, dan Limestone. Lapisan Limestone
Lintasan 2 merupakan lintasan yang mengikat
terdapat pada permukaan dengan ketebalan 3,93 m
Lintasan 1, Lintasan 3, dan Lintasan 4. Panjang
dan pada kedalaman 11,90 m sampai 14,60 m
Lintasan 2 adalah 305 m dengan spasi elektroda 5 m.
dengan ketebalan 2,70 m. Lapisan Sandstone terdapat
Gambar 5 menunjukkan penampang model 2D
pada kedalaman 9,20 m samapai 11,90 m dengan
Lintasan 2.
ketebalan 5,26 m dan pada kedalaman 14,60 m
sampai 55,63 m dengan ketebalan 41,03 m. Lapisan
Andesite terdapat pada kedalaman 3,93 m sampai
9,20 m dengan ketebalan 5,27 m.
Titik 4 yang berada pada jarak 205 m
diidentifikasi memiliki 3 jenis batuan yaitu Clay,
Sandstone, dan Limestone. Lapisan Limestone
terdapat pada permukaan dengan ketebalan 14,60 m
Gambar 5. Penampang Model 2D Lintasan 2 dengan dan pada kedalaman 34,40 m sampai 40,32 m
Topografi dengan ketebalan 5,92 m. Lapisan Sandstone terdapat
Gambar 5 memperlihatkan penampang 2D pada kedalaman 31,50 m sampai 34,40 m dengan
ketebalan 2,90 m. Lapisan Clay terdapat pada
bawah permukaan sepanjang Lintasan 2 dengan
kedalaman 14,60 m sampai 31,50 m dengan
ketinggian antara 63-107 mdpl dan kedalaman yang
ketebalan 16,90 m.
dicapai adalah 61,9 m. Lintasan 2 memiliki rentangan
nilai tahanan jenis dari 3,21 Ωm-2162,42 Ωm dengan Lintasan 3
persentase kesalahan 2,7 %, hal ini menunjukkan Lintasan 3 terletak pada koordinat 00° 58’ 08,3”
bahwa tingkat keakuratan hasil penelitian sekitar 97,3 LS dan 100° 22’ 07,0” BT sampai 00° 58’ 09,1” LS
%. Lintasan 2 merupakan lintasan pengikat, pada dan 100° 22’ 13,6” BT. Titik sounding terletak pada
Gambar 10 terlihat posisi sounding ketiga lintasan koordinat 00° 58’ 08,2” LS dan 100° 22’ 10,0” BT.
lainnya. Panjang Lintasan 3 adalah 235 m dengan spasi
Lintasan 2 diidentifikasi memiliki 4 jenis batuan elektroda 5 m. Gambar 6 menunjukkan penampang
penyusun. Nilai tahanan jenis dengan rentang 3,21- model 2D Lintasan 3.

53
terdapat pada permukaan dengan ketebalan 6,56 m.
Lapisan Sandstone terdapat pada kedalaman 6,56 m
sampai 11,90 m dengan ketebalan 5,34 m. Lapisan
Clay terdapat pada kedalaman 11,90 m sampai 22,90
m dengan ketebalan 11,00 m.
Lintasan 4
Lintasan 4 terletak pada koordinat 00° 58’ 00,4”
LS dan 100° 22’ 06,5” BT sampai 00° 57’ 55,9” LS
dan 100° 22’ 12,1” BT. Titik sounding terletak pada
Gambar 6. Penampang Model 2D Lintasan 3 dengan
koordinat 00° 57’ 58,6” LS dan 100° 22’ 09,3” BT.
Topografi
Panjang Lintasan 4 adalah 244 m dengan spasi
Gambar 11 memperlihatkan penampang 2D elektroda 4 m. Gambar 7 menunjukkan penampang
bawah permukaan sepanjang Lintasan 3 dengan model 2D Lintasan 4.
ketinggian antara 92-137 mdpl dan kedalaman yang
dicapai adalah 49,4 m. Lintasan 3 memiliki rentangan
nilai tahanan jenis dari 6,60 Ωm-1595,37 Ωm dengan
persentase kesalahan 1,4 %, hal ini menunjukkan
bahwa tingkat keakuratan hasil penelitian sekitar 98,6
%.
Lintasan 3 diidentifikasi memiliki 4 jenis batuan
penyusun. Nilai tahanan jenis dengan rentang 6,60-
33,85 Ωm diidentifikasi sebagai Clay. Nilai tahanan
jenis dari 33,85 - 145,00 Ωm diidentifikasi sebagai
Sandstone. Lapisan dengan rentangan nilai tahanan
jenis 145,00-481,00 Ωm diidentifikasi sebagai Gambar 7. Penampang Model 2D Lintasan 4 dengan
Limestone. Lapisan dengan nilai tahanan jenis lebih Topografi
besar diidentifikasi sebagai Andesite dengan nilai
Gambar 7 memperlihatkan penampang 2D
tahanan jenis 481,00 - 1595,37 Ωm.
bawah permukaan sepanjang Lintasan 4 dengan
Identifikasi jenis batuan, kedalaman, dan
ketinggian antara 23-117 mdpl dan kedalaman yang
ketebalan lapisan batuan sepanjang Lintasan 3
dicapai adalah 49,50 m. Lintasan 4 memiliki
diambil pada 3 titik. Titik-titik yang diambil
rentangan nilai tahanan jenis dari 3,57 Ωm-1992,21
merupakan titik yang dianggap dapat mewakili jenis
Ωm dengan persentase kesalahan 3,10 %, hal ini
batuan pada Lintasan 3.
menunjukkan bahwa tingkat keakuratan hasil
Berdasarkan Gambar 6 diketahui bahwa terdapat
penelitian sekitar 96,90 %.
3 titik untuk mengidentifikasi jenis batuan pada
Lintasan 4 diidentifikasi memiliki 4 jenis batuan
Lintasan 3. Titik 1 berada pada jarak 50 m, titik ini
penyusun. Nilai tahanan jenis dengan rentang 3,57-
diidentifikasi memiliki 2 jenis lapisan batuan yaitu
21,70 Ωm diidentifikasi sebagai Clay. Nilai tahanan
Limestone dan Sandstone. Lapisan Limestone
jenis dari 21,70-119,00 Ωm diidentifikasi sebagai
terdapat pada permukaan hingga kedalaman 3,93 m
Sandstone. Lapisan dengan rentangan nilai tahanan
dengan ketebalan 3,93 m dan pada kedalaman 14,60
jenis 119,00-488,00 Ωm diidentifikasi sebagai
m sampai 24,10 m dengan ketebalan 5,50 m. Lapisan
Limestone. Lapisan dengan nilai tahanan jenis lebih
Sandstone terdapat pada kedalaman 3,93 m sampai
besar diidentifikasi sebagai Andesite dengan nilai
14,60 m dengan ketebalan 10,67 m.
tahanan jenis 488,00-1992,21 Ωm.
Titik 2 berada pada jarak 125 m tepatnya pada
Identifikasi jenis batuan, kedalaman, dan
titik sounding. Titik ini diidentifikasi memiliki 4
ketebalan lapisan batuan sepanjang Lintasan 4
jenis lapisan batuan yaitu Clay, Sandstone, Limestone
diambil pada 3 titik. Titik-titik yang diambil
dan Andesite. Lapisan Limestone terdapat pada
merupakan titik yang dianggap dapat mewakili jenis
permukaan hingga kedalaman 3,93 m dengan
batuan pada Lintasan 4. Titik 1 mewakili lapisan
ketebalan 3,93 m. Lapisan Sandstone terdapat pada
batuan pada awal pengukuran, titik 2 mewakili
kedalaman 3,93 m sampai 9,20 m dengan ketebalan
lapisan batuan di titik sounding, dan titik 3 mewakili
5,27 m dan pada kedalaman 31,50 m sampai 46,30 m
lapisan batuan diakhir pengukuran.
dengan ketebalan 14,80 m. Lapisan Clay terdapat
Berdasarkan Gambar 7 diketahui bahwa terdapat
pada kedalaman 9,20 m sampai 31,50 m dengan
3 titik untuk mengidentifikasi jenis batuan pada
ketebalan 22,30 m. Lapisan Andesite terdapat pada
Lintasan 4. Titik 1 berada pada jarak 76 m, titik ini
kedalaman 46,30 m sampai 49,40 dengan ketebalan
diidentifikasi memiliki 3 jenis lapisan batuan yaitu
3,10 m.
Limestone, Sandstone, dan Andesite. Lapisan
Titik 3 yang berada pada jarak 185 m
Sandstone terdapat pada permukaan hingga
diidentifikasi memiliki 3 jenis batuan yaitu Clay,
kedalaman 13,90 m dengan ketebalan 13,90 m.
Sandstone, dan Limestone. Lapisan Limestone

54
Lapisan Limestone terdapat pada kedalaman 13,90 m interpretasi data yang telah dilakukan, daerah Bukit
sampai 25,20 m dengan ketebalan 11,30 m. Lapisan Lantiak Kecamatan Padang Selatang Kota Padang
Andesite terdapat pada kedalaman 25,20 m sampai terdiri atas 4 jenis lapisan batuan yaitu, Clay,
29,86 m dengan ketebalan 4,86 m. Sandstone, Limestone, dan Andesite. Jenis batuan
Titik 2 berada pada jarak 124 m tepatnya pada yang didapat pada penelitian ini sama dengan jenis
titik sounding. Titik ini diidentifikasi memiliki 3 batuan yang didapatkan menggunakan metode inversi
jenis lapisan batuan yaitu Clay, Sandstone, dan Smoothness-Constrained Least-Squared data
Limestone. Lapisan Limestone terdapat pada Geolistrik konfigurasi Schlumberger [12] yaitu Clay,
permukaan hingga kedalaman 3,14 m dengan Sandstone, Limestone, dan Andesite. Andesite
ketebalan 3,14 m dan pada kedalaman 37,06 m merupakan jenis batuan beku, sedangkan Clay,
sampai 49,50 m dengan ketebalan 12,44 m. Lapisan sandstone, dan Limestone merupakan batuan
Sandstone terdapat pada kedalaman 11,72 m sampai sedimen. Menurut peta Geologi Kota Padang Bukit
37,06 m dengan ketebalan 25,34 m. Lapisan Clay Lantiak terdiri atas Andesite berselingan Tufa.
terdapat pada kedalaman 3,14 m sampai 11,72 m Lapisan batuan sedimen yang terdapat di daerah
dengan ketebalan 8,58 m. penelitian diduga terjadi karena adanya proses
Titik 3 yang berada pada jarak 196 m pelapukan dan pengendapan batuan yang dikenal
diidentifikasi memiliki 3 jenis batuan yaitu Clay, dengan siklus batuan.
Sandstone, dan Limestone. Lapisan Limestone Lintasan 1 memiliki rentangan nilai tahanan
terdapat pada permukaan dengan ketebalan 3,14 m. jenis dari 1,37 Ωm – 1432,26 Ωm dengan persentase
Lapisan Sandstone terdapat pada kedalaman 3,14 m kesalahan 4,2 %. Hasil interpretasi data menunjukkan
sampai 13,90 m dengan ketebalan 10,76 m. Lapisan pada lapisan dekat permukaan bumi terdapat lapisan
Clay terdapat pada kedalaman 13,90 m sampai 20,60 Andesite berselingan Tufa, Limestone, dan
m dengan ketebalan 6,70 m. Sandstone. Lapisan berikutnya di dominasi oleh
lapisan Clay dan Sandstone. Lapisan Limestone
2. Pembahasan
kembali terdapat di lapisan berikutnya hingga
Interpretasi data dilakukan menggunakan metode
kedalaman 58,70 m. Hasil interpretasi penelitian
inversi Marquardt data Geolistrik konfigurasi
sebelumnya [13], menunjukkan bahwa lapisan batuan
Dipole-dipole dengan nilai damping factor 0,001.
dekat permukaan bumi sama dengan hasil interpretasi
Berdasarkan interpretasi data yang telah dilakukan
penelitian ini. Namun, terdapat perbedaan pada
nilai error yang didapatkan pada penelitian ini lebih
lapisan terakhir, dimana terdapat lapisan Sandstone.
kecil dibandingkan nilai error yang didapatkan
Lintasan 2 memiliki rentangan nilai tahanan
menggunakan metode inversi Smoothness-
jenis dari 3,21 Ωm - 2162,42 Ωm dengan persentase
Constrained Least-Squared data Geolistrik
kesalahan 2,7 %. Hasil interpretasi data menunjukkan
konfigurasi Schlumberger [13]. Perbandingan nilai
pada lapisan dekat permukaan bumi terdapat lapisan
error yang didapatkan pada pengolahan data
Andesite berselingan Tufa, Limestone, dan
ditunjukkan oleh Tabel 3.
Sandstone. Lapisan berikutnya didominasi oleh Clay,
Tabel 3. Perbandingan Nilai Error Hasil Interpretasi Sandstone, dan Limestone. Hasil interpretasi data
Daya antara Metode Inversi Marquardt Data penelitian sebelumnya [13], menunjukkan dekat
Geolistrik Konfigurasi Dipole-Dipole permukaan bumi terdapat lapisan Sandstone dan
dengan Metode Inversi Smoothness- Limestone, sedangkan lapisan berikutnya sama
Constrained Least-Squared Inversion Tiap dengan lapisan batuan yang didapat pada penelitian
Lintasan. ini.
Lintasan 3 memiliki rentangan nilai tahanan
jenis dari 6,60 Ωm -1595,37 Ωm dengan persentase
kesalahan 1,4 %. Hasil interpretasi data menunjukkan
pada lapisan dekat permukaan terdapat lapisan
Sandstone dan Limestone. Lapisan berikutnya di
dominasi oleh lapisan Clay, Sandstone, dan
Limestone. Lapisan Andesite berselingan Tufa
terdapat di lapisan paling bawah pada Titik sounding
dengan ketebalan 3,1 m. Hal ini menunjukkan secara
umum hasil interpretasi pada penelitian ini sama
Interpretasi data dilakukan menggunakan dengan penelitian sebelumnya [13].
software Res2dinv menghasilkan penampang model Lintasan 4 atau lintasan terakhir memiliki
2D bawah permukaan berupa warna-warna yang rentangan nilai tahanan jenis dari 3,57 Ωm – 1992,21
memiliki rentangan nilai tahanan jenis tertentu. Ωm dengan persentase kesalahan 3,10 %. Hasil
Perbedaan warna ini menujukkan variasi nilai interpretasi data menunjukkan pada lapisan dekat
tahanan jenis batuan di bawah permukaan bumi dan permukaan terdapat lapisan Andesite berselingan
menunjukkan jenis materialnya. Berdasarkan Tufa, Limestone, dan Sandstone. Lapisan berikutnya

55
di dominasi oleh Sandstone dan Clay. Lapisan DAFTAR PUSTAKA
dibawahnya didominasi oleh lapisan Limestone
[1]. Nuzuwir. 2012. Potensi dan Mitigasi Bencana
hingga kedalaman 49,5 m. Hasil interpretasi pada
Alam Geologi di Sumatera Barat. Dinas Energi
penelitian sebelumnya [13], hanya mendapatkan tiga
Dan Sumber Daya Mineral Pemerintah Provinsi
jenis lapisan batuan yaitu Clay, Sandstone, dan
Sumatera Barat.
Andesite.
[2]. Nandi, 2007. Longsor. Jurusan Pendidikan
Lapisan batuan sedimen yang terdapat di Bukit
Geografi. FPIPS.UPI : Bandung.
Lantiak adalah Clay, Sandstone, dan Limestone.
[3]. Zulfiandi Zakaria. 2011. Analisis Kestabilan
Lapisan batuan sedimen ini bersifat rentan terhadap
Lereng Tanah. Fakultas Teknik Geologi:
longsor. Clay merupakan lapisan yang mudah
Universitas Padjadjaran.
menyerap air namun tidak bersifat meloloskan air,
[4]. Price, Monica & Kevin Walsh. 2005. Pocket
sehingga lapisan ini akan mudah bergeser apabila
Nature Rocks and Minerals. London: Dorling
berada di lereng. Sandstone dan Clay sangat mudah
Kindersley.
menjadi tanah apabila mengalami proses pelapukan,
[5]. Kearey, Philip. Michael Brooks & Ian Hill.
sehingga mudah menyebabkan longsor bila terdapat
2002. An Introduction to Geophysical
pada lereng yang terjal. Penelitian Bhatarai di Jepang
Exploration, Third Edition. London: Blackwell
menyimpulkan mayoritas tanah longsor di Jepang
Science.
terjadi pada batuan sedimen lembut, terutama batu
[6]. Lowrie, William. 2007. Fundamental of
Lempung [14]. Selain itu lapisan batuan yang
Geophysics, Second Edition. Newyork:
berselingan antara batuan lunak dan keras merupakan
Cambridge University Press.
salah satu faktor penyebab longsor [15]. Berdasarkan
interpretasi data yang dilakukan, pada keempat [7]. Telford, W.M. et al. 1990. Applied Geophysics
lintasan pengukuran terdapat lapisan batuan lunak Second Edition. USA: Cambridge University
seperti Clay dan Sandstone yang berselingan dengan Press.
lapisan batuan keras yaitu Andesite. Hal ini [8]. Akmam & Nofi Yendri Sudiar. 2013. Analisis
menunjukkan bahwa daerah Bukit Lantiak memiliki Struktur Batuan dengan Metoda Inversi
lapisan batuan yang rentan terhadap longsor. Smoothness-Constrained Least-Squared Data
Geolistrik Konfigurasi Schlumberger di
KESIMPULAN Universitas Negeri Padang Kampus Air Tawar.
Berdasarkan hasil yang didapatkan dari Prosiding Semirata FMIPA Universitas
penelitian ini, maka dapat ditarik beberapa Lampung, 2013. Hlm 01-06.
kesimpulan, yaitu Jenis batuan penyusun lapisan [9]. GF Instruments. 2007. Short Guide for
bawah permukaan bumi daerah Bukit Lantiak Resistivity Imaging. Jecna: Geophysical
Kecamatan Padang Selatan Kota Padang bila di Equipment and Services.
analisa menggunakan metode inversi Marquardt data [10]. Loke, M.H. 2004. Tutorial : 2-D and 3-D
Geolistrik konfigurasi Dipole-dipole adalah Andesite Electrical Imaging Surveys. Diunduh dari:
berselingan Tufa, Sandstone, Limestone, dan Clay. www.geometrics.com
Nilai error yang dihasilkan pada pengolahan data [11]. Hendra Grandis. 2009. Pengantar Pemodelan
menggunakan metode inversi Marquardt data Inversi Geofisika. Bandung: Himpunan Ahli
Geolistrik konfigurasi Dipole-dipole lebih kecil Geofisika Indonesia.
dibandingkan dengan pengolahan data menggunakan [12]. Sanjoyo. 2006. Non Linear Estimation. Depok:
metode inversi Smoothness-Constrained Least- Universitas Indonesia.
Squared data Geolistrik konfigurasi Schlumberger, [13]. Rahmi Kurnia Putri. Akmam dan Harman
yaitu pada Lintasan 1 sekitar 4,2 %, Lintasan 2 Amir. 2014. Estimasi Struktur Batuan
sekitar 2,7 %, Lintasan 3 sekitar 1,38 % dan Lintasan Menggunakan Smoothness-Constrained Least-
4 sekitar 3,10 %. Squared Inversion Data Geolistrik Konfigurasi
Schlumberger di Bukit Lantiak Padang Selatan.
UCAPAN TERIMA KASIH Phylar of Physics, Vol. 2. November 2014, hlm
Penulis mengucapkan terimakasih kepada kedua 73-80
orang tua dan keluarga yang telah memberikan doa [14]. Bhattarai, Pankaj. Et al. 2006. Influence of
dan dukungan. Ucapan terimakasih untuk DP2M Weathering on Physical and Mechanical
DIKTI yang telah mendanai penelitian ini melalui Properties of Mudstone. Tokyo: Universal
Pekan Kreativitas Mahasiswa (PKM) tahun 2014 Academy Press
dengan judul Identifikasi Bidang Gelincir Colangelo, Gerardo. Et al. 2008. 2D elctrical
Menggunakan Metode Geolistrik Tajirs di Bulan Resistivity Tomograpies for Investigating Recent
Padang Selatan. Activation Landslides in Baslicata Region. Annals of
Geophysics, Vol. 51.

56

Anda mungkin juga menyukai