Anda di halaman 1dari 52

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa remaja merupakan sebuah masa yang sangat penting, karena pada fase ini

ditandai dengan matangnya organ-organ fisik (seksual) sehingga mampu menjalankan tugas

reproduksi (Wandha, 2012). Pada masa remaja akan mengalami perkembangan pada organ

reproduksinya, organ reproduksi pada remaja putri lebih sensitive dari pada laki-laki karena

saluran reproduksinya lebih pendek, sehingga diperlukan perhatian terutama yang belum

mempunyai perilaku sehat untuk mencegah terjadinya penyakit pada organ reproduksinya

(Kusmiran, 2012).

Menurut WHO, sebagian besar komposisi penduduk dunia adalah remaja . Sekitar 1

miliar penduduk dunia adalah remaja. Sebanyak 85 % diantaranya hidup di negara

berkembang. Di Amerika Serikat menunjukkan jumlah remaja berumur 10-19 tahun sekitar

15% populasi . Di Asia Pasifik dimana penduduknya merupakan 60% dari penduduk dunia,

seperlima nya adalah remaja yang berumur 10-19 tahun. Di Indonesia jumlah remaja dan

kaum muda berkembang sangat cepat. Kelompok umur 15-24 tahun jumlahnya meningkat,

dari 21 juta menjadi 45 juta jiwa atau sekitar 18% menjadi 21% dari total jumlah populasi

penduduk Indonesia. Tingginya populasi remaja tersebut berdampak terhadap kesehatan

reproduksi pada remaja (Kusmiran, 2011).

Kesehatan reproduksi merupakan masalah yang serius sepanjang hidup manusia.

Kesehatan reproduksi diartikan sebagai suatu kondisi sehat secara menyeluruh baik

kesejateraan fisik, mental dan sosial yang utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan

fungsi, peran dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja (Nugroho, 2012). Kesehatan

reproduksi merupakan komponen penting kesehatan bagi pria maupun wanita, tetapi lebih

dititikberatkan pada wanita khususnya remaja. Keadaan penyakit pada wanita lebih banyak

1
dihubungkan dengan fungsi dan kemampuan bereproduksi serta tekanan sosial pada wanita.

Selain itu, wanita mempunyai sistem reproduksi yang sangat sensitif terhadap kerusakan yang

dapat terjadi disfungsi atau penyakit (Kusmiran, 2011). Kesehatan reproduksi remaja menjadi

hal penting dalam Internasional Conference on Population and Development (ICPD) di

Kairo tahun 1994. Delegasi dari 176 negara, termasuk Indonesia menghasilkan kesepakatan

untuk membentuk komisi kesehatan reproduksi. Hampir seluruh negara menjadikan

kesehatan reproduksi remaja sebagai salah satu program utama (BKKBN, 2010).

Remaja merupakan salah satu komponen terbesar di Indonesia. Pada masa ini,

seorang remaja dorongan seksual akan meningkat dan akan selalu mencari informasi lebih

banyak tentang seks. Remaja zaman sekarang lebih terbuka dan bebas sehingga mereka

menerima tentang kehidupan seks bebas diluar pernikahan sementara pengetahuan tentang

kesehatan reproduksi dan informasi berkaitan tentang kesehatan reproduksi yang mereka

miliki sangatlah sedikit, baik disekolah maupun dilingkungan keluarganya. Sebagian besar

masyarakat Indonesia yang masih memegang tradisi menganggap tabu tentang hal-hal yang

berhubungan dengan kesehatan reproduksi (Maulinda, 2010). Oleh karena itu pengetahuan

tentang kesehatan reproduksi sangat diperlukan khususnya bagi remaja. Di Indonesia,

pendidikan kesehatan reproduksi belum banyak dilakukan. Minimnya pengetahuan dan

informasi kesehatan reproduksi sering menjadi persoalan pada remaja (BKKBN, 2010).

Remaja putri mempunyai permasalahan yang sangat kompleks, salah satu diantaranya

yaitu masalah reproduksi. Masalah ini perlu mendapat penanganan serius, karena masih

kurang tersedianya akses pada remaja untuk mendapatkan informasi mengenai kesehatan

reproduksi (Pudiastuti, 2011). Salah satu masalah kesehatan reproduksi remaja khususnya

wanita yang sering dikeluhkan adalah keputihan (Wongkar, 2013).

Keputihan merupakan gejala normal yang dialami hampir semua wanita yang sudah

mempunyai kematangan alat-alat reproduksi (Wandha, 2012). Keputihan terjadi menjelang

2
saat menstruasi. Keputihan masih dalam batas normal selama berwarna bening atau jernih,

selama tidak berbau, tidak terasa gatal dan dalam jumlah yang tidak berlebihan . Bila cairan

berubah menjadi kekuningan, berbau dan disertai gatal maka telah menjadi keputihan yang

patologis (Kuntoro, 2016).

Data penelitian tentang kesehatan reproduksi remaja menunjukkan 75% wanita di

dunia pasti menderita keputihan paling tidak sekali seumur hidup dan 45% diantaranya

mengalami keputihan sebanyak 2 kali atau lebih dan sekitar 15% terkena infeksi karena

candida (Pribakti, 2012). Angka ini berbeda tajam dengan eropa yang hanya 25% saja. Hal

ini disebabkan kondisi cuaca Indonesia yang beriklim tropis, sehingga jamur mudah

berkembang yang mengakibatkan banyaknya kasus keputihan (BKKBN, 2011). Penyebab

utama keputihan patologis adalah infeksi (jamur, kuman, parasit, dan virus). Selain penyebab

utama, keputihan patologis dapat juga disebabkan karena kurangnya perawatan remaja

terhadap kebersihan alat genitalia (Aulia, 2012).

Kebersihan alat genitalia harus diperhatikan, salah satu faktor yang mempengaruhi
kebersihan alat genetalia adalah pengetahuan. Pada remaja yang kurangnya pengetahuan dan
informasi tentang kebersihan alat genitalia akan berdampak pula pada perilaku remaja dalam
menjaga kebersihan alat genitalianya (Notoadmojo, 2010). Berdasarkan survey di beberapa
negara diketahui bahwa para remaja kurang mendapatkan pengetahuan yang cukup tentang
pelayanan kesehatan apa saja yang tersedia dan bagaimana memperolehnya. Remaja
mempunyai akses yang rendah atau bahkan tidak punya akses mendapatkan konseling dan
kepedulian yang benar (Enny, 2012). Oleh sebab itu, untuk meningkatkan pengetahuan dan
motivasi dilakukan berbagai upaya pendidikan kesehatan, salah satunya adalah memberikan
pendidikan kesehatan. Bila keputihan terjadi tetapi tidak disertai dengan informasi yang
benar, secara psikologis dapat menimbulkan kecemasan bagi remaja itu sendiri. Informasi
yang benar diharapkan dapat menurunkan angka kejadian keputihan (Wandha, 2012).
Kuatnya pengaruh kelompok sebaya (peer group) dikarenakan remaja lebih banyak diluar
rumah bersama teman-teman sebaya sebagai kelompok, maka dapatlah dimengerti pengaruh
teman-teman sebaya pada sikap, pembicaraan, minat, penampilan, perilaku lebih besar dari
pada pengaruh keluarga (Hurlock, 2007). Oleh sebab itu, metode pemberian pendidikan

3
kesehatan tentang kebersihan genetalia dilakukan dengan metode diskusi kecil bersama peer-
group (teman sebaya). Dengan metode peer group ini diharapkan remaja lebih terbuka dan
dapat menerima informasi yang lebih mendalam mengenai kebersihan genetalia.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di SMP Negeri 22 Pekanbaru,

Sidodadi No.32, Kelurahan Tangkerang Utara, Kecamatan Bukit Raya, Kota Pekanbaru, Riau

didapatkan bahwa terdapat 20 remaja putri yang pernah mengalami keputihan patologis.

Mereka mengeluhkan ada cairan yang berbau dan sangat gatal yang keluar dari vagina

mereka. Mereka tidak tahu bagaimana bisa mengalami hal seperti itu dan juga cara

penanggulangannnya. Banyaknya remaja putri yang menganggap keputihan sebagai hal yang

biasa mengakibatkan terjadinya keputihan yang patologis. Oleh karena itu pentingnya

pemberian pendidikan kesehatan kepada remaja putri mengenai hygiene genetalia. Selama ini

di SMP Negeri 22 Pekanbaru tersebut belum pernah diadakan pendidikan kesehatan

reproduksi terutama tentang hygiene kewanitaan untuk mengatasi keputihan bagi remaja putri

(Wandha, 2012).

Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk meneliti

“Efektifitas Pendidikan Kesehatan terhadap Pengetahuan dan Motivasi Remaja Putri

tentang Hygiene Genetalia Eksterna di SMP Negeri 22 Pekanbaru”.

4
B. Rumusan Masalah

Remaja merupakan calon generasi penerus bangsa yang memiliki pengaruh besar

terhadap segala tindakan yang mereka lakukan. Pada masa remaja juga mengalami perubahan

fisik yang cepat termasuk didalamnya pertumbuhan organ-organ reproduksi. Pematangan

organ-organ reproduksi yang tidak disertai perawatan terhadap kebersihan genetalia sering

menimbulkan masalah kesehatan reproduksi. Masalah kesehatan reproduksi yang sering

dikeluhkan oleh remaja putri adalah keputihan. Banyaknya remaja putri yang menganggap

keputihan sebagai hal yang biasa mengakibatkan terjadinya keputihan yang patologis. Oleh

karena itu pentingnya pemberian pendidikan kesehatan kepada remaja putri mengenai

hygiene genetalia. Berdasarkan uraian diatas maka dirumuskan masalah penelitian yaitu,

“Bagaimana Efektifitas Pendidikan Kesehatan terhadap Pengetahuan dan Motivasi Remaja

Putri tentang Hygiene Genetalia Eksterna di SMP Negeri 22 Pekanbaru?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas pemberian

pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan dan motivasi remaja putri tentang hygiene

genetalia di SMP Negeri 22 Pekanbaru.

2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus penelitian ini yaitu :

1. Untuk mengetahui pengetahuan remaja putri di SMP Negeri 22 Pekanbaru tentang

kebersihan genetalia.

2. Untuk mengetahui motivasi remaja putri di SMP Negeri 22 Pekanbaru tentang

kebersihan genetalia.

5
3. Untuk mengetahui efektifitas pemberian pendidikan kesehatan kepada remaja putri

di SMP Negeri 22 Pekanbaru tentang kebersihan genetalia.

D. Manfaat Penelitiaan

1. Pelayanan keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi perawat dalam
memberikan intervensi keperawatan, terutama dalam memberikan pendidikan kesehatan
untuk menambah pengetahuan, meningkatkan sikap dan perawatan diri remaja tentang
kebersihan genetalia.
2. SMP Negeri 22 Pekanbaru
Penelitian ini diharapkan sebagai masukan dalam memberikan materi-materi dan
informasi yang bermanfaat terutama tentang kesehatan reproduksi remaja khususnya.
3. Pendidikan Keperawatan
Penelitian ini diharapkan menjadi informasi tambahan dan pengetahuan peserta
didik keperawatan tentang perawatan diri remaja tentang kebersihan genetalia.
4. Peneliti selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya bisa menjadikan penelitian ini sebagai bahan dasar bila

ingin mengembangkan penelitian untuk mencari keterkaitan adanya efektfitas pemberian

pendidikan kesehatan dengan pengetahuan dan motivasi remaja terhadapkebersihan genetalia.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Remaja

Remaja atau “aldolescence”, berasal dari bahasa latin yang berarti tumbuh kearah

kematangan. kematangan yang dimaksud adalah bukan hanya kematangan fisik saja,tetapi

juga kematangan sosial dan psikologis (Widyastuti, 2009). Definisi remaja menurut buku-

buku pediatri adalah bila seorang anak perempuan berusia 10-18 tahun dan anak laki-laki

berusia 12-20 tahun. Sedangkan menurut WHO, Remaja adalah bila anak (baik perempuan

maupun laki-laki) telah mencapai umur 10-18 tahun (Santrock, 2008).

\
Batasan usia remaja menurut WHO adalah 12 sampai 24 tahun menurut Depkes RI

adalah anatara 10 sampai 19 tahun dan belum kawin. Menurut BKKBN adalah 10 sampai 19

tahun dan belum kawin menurut BKKBN adalah 10 sampai 19 tahun (Widyastuti, 2009).

Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik,emosi

dan psikis. Masa remaja yakni antara usia 10-19 tahun,adalah suatu periode masa

pematangan organ reproduksi manusia dan sering disebut masa pubertas. Masa remaja adalah

periode peralihan dan masa anak ke masa dewasa (Widyastuti, 2009).

Pada masa remaja tersebut terjadilah suatu perubahan organ-organ fisik

(organobiologik) secara cepat,dan perubahan tersebut tidak seimbang dengan perubahan

kejiwaan (mental emosional). Terjadi perubahan mental besar ini umumnya membingungkan

remaja yang mengalaminya. Dalam hal inilah bagi para ahli dalam bidang ini, memandang

perlu akan adanya pengertian, bimbingan dan dukungan dari lingkungan di sekitarnya, agar

dalam system perubahan tersebut terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang sehat

7
sedemikian rupa sehingga kelak remaja tersebut menjadi manusia dewasa yang sehat secara

jasmani, rohani dan sosial (Widyastuti, 2009).

Terjadinya kematangan seksual atau alat-alat reproduksi yang berkaitan dengan

sistem reproduksi, merupakan suatu bagian penting dalam kehidupan remaja sehingga

diperlukan perhatian khusus, karena bila timbul dorongan-dorongan seksual yang tidak sehat

akan menimbulkan perilaku seksual yang tidak bertanggung jawab. Inilah sebabnya maka

para ahli dalam bidang ini berpendapat bahwa kesetaraan perlakuan terhadap remaja pria dan

wanita diperlukan dalam mengatasi masalah kesehatan reproduksi remaja agar dapat

tertangani secara tuntas (Widyastuti, 2009).

1. Perkembangan Remaja dan Ciri-cirinya.

Berkaitan dengan kesehatan reproduksi remaja kita sangat perlu mengenal

perkembangan remaja serta ciri-cirinya. Bedasarkan sifat atau ciri perkembangannya,masa

(rentang waktu) remaja ada tiga tahap,yaitu: (Widyastuti, 2009).

1) Masa remaja awal (10-12 tahun)

a. Tampak dan memang merasa lebih dekat dengan teman sebaya.

b. Tampak dan merasa ingin bebas.

c. Tampak dan memang lebih banyak memperhatikan keadaan

tubuhnya dan mulai berpikir khayal (abstrak).

2) Masa remaja tengah (13-15 tahun)

a. Tampak merasa ingin mencari identitas diri.

b. Ada keinginan untuk berkencan atau ketertarikan pada lawan jenis.

c. Timbul perasaan cinta yang mendalam.

d. Kemampuan berpikir abstrak (berkhayal) makain berkembang.

e. Berkhayal mengenai hal-hal yang berkaitan dengan seksual.

8
3) Masa remaja akhir (16-19 tahun)

a. Menampakan pengungkapan kebebasan diri.

b. Dalam mencari teman sebaya lebih selektif.

c. Memilki citra(gambaran,keadaan,peranan)terhadap dirinya.

d. Dapat mewujudkan perasaan cinta.

e. Memilki kemampuan berpikir khayal atau abstrak.

B. Kesehatan Reproduksi

Kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara

utuh, yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan,dalam semua hal yang

berkaitan dengan sistem reproduksi,serta fungsi dan prosesnya. Tujuan dari program

kesehatan reproduksi remaja adalah untuk membantu remaja agar memahami dan menyadari

ilmu tersebut,sehingga memiliki sikap dan perilaku sehat dan tentu saja bertanggung jawab

kaitannya dengan masalah kehidupan reproduksi (Widyastuti, 2009).

C. Perubahan Fisik pada Wanita

Pada masa remaja itu, terjadilah suatu pertumbuhan fisik yang cepat disertai

banyak perubahan, termasuk di dalamnya pertumbuhan organ-organ reproduksi (organ

seksual) sehingga tercapai kematangan yang ditunjukan dengan kemampuan melaksanakan

fungsi reproduksi perubahan yang terjadi pada pertumbuhan tersebut diikuti munculnya

tanda-tanda sebagai berikut: (Widyastuti, 2009).

1) Rambut.

Rambut kemaluan pada wanita juga tumbuh seperti halnya remaja laki-

laki. Tumbuhnya rambut kemaluan ini terjadi setelah pinggul dan payudara mulai

berkembang. Bulu ketiak dan bulu pada kulit wajah mulai tampak setelah haid. Semua

9
rambut kecuali rambut wajah mula-mula lurus dan terang warnanya, kemudian menjadi lebih

subur, kasar, lebih gelap dan agak keriting.

2) Pinggul

Pinggul menjadi berkembang, membesar dan membulat hal ini sebagi akibat

membesarnya tulang pinggul dan berkembangnya lemak dibawah kulit.

3) Payudara

Seiring pinggul membesar, maka payudara juga membesar dan puting susu

menonjol. Hal ini terjadi harmonis sesuai pula dengan berkembang dan makin besarnya

kelenjar susu sehingga payudara menjadi lebih besar dan lebih bulat.

4) Kulit

Kulit seperti halnya laki-laki juga menjadi kasar, lebih tebal, pori-pori

membesar. Akan tetapi berbeda dengan laki-laki kulit pada wanita lebih lembut.

5) Kelenjar lemak dan kelenjar keringat

Kelenjar lemak dan kelenjar keringat menjadi lebih aktif. sumbatan kelenjar

lemak dapat menyebabkan jerawat. kelenjar keringat dan baunya menusuk sebelum dan

selama masa haid.

6) Otot

Menjelang akhir masa puber, otot semakin membesar dan kuat, akibatnya akan

membentuk bahu, lengan dan tungkai kaki.

7) Suara

Suara berubah semakin merdu.suara serak jarang terjadi pada wanita.

10
1. Organ Reproduksi Wanita

Organ reproduksi wanita terbagi atas organ genitalia eksterna dan oran genitalia

interna. Organ genitalia eksterna dan vagina adalah untuk senggama,sedangkan organ

genitalia interna adalah bagian untuk ovulasi, tempat pembuahan sel telur, transportasi

blastokis, implantasi dan tumbuh kembang janin (Wiknjosastro, 2007).

1) Organ genitalia eksterna (Trijatmo, 2009)

a. Vulva

Vulva atua pudenda, meliputi seluruh struktur eksternal yang dapat dilihat mulai dari

pubis sampai perineum, yaitu mons veneris, labia mayora,labia minora, klitoris, selaput

dara(hymen), vestibulum, muara uretra, berbagai kelenjar dan struktur vascular .

b. Mons veneris

Mons veneris atau mons pubis adalah bagian yang menonjol diatas simfisis dan pada

perempuan setelah pubertas ditutup oleh rambut kemaluan. Pada perempuan umumnya batas

atas rambut melintang sampai pinggir atas simfisis sedangkan kebawah sampai ke sekitar

anus dan paha.

c. Labia mayora

Labia mayora (bibir besar) terdiri atas bagian kanan dan kiri, lonjong mengecil

kebawah, terisis oleh jaringan lemak yang serupa dengan yang ada di mons veneris ke bawah

dan kebelakang kedua labia mayora bertemu dan membentuk komisura posterior, labiya

mayora analog dengan skrotum pada pria. Ligamentum rotundum berakhir diatas labiya

mayora. Setelah perempuan melahirkan beberapa kali, labiya mayora menjadi kurang

menonjol pada usia lanjut mulai mengeriput. Dibawah kulit terdapat massa lemak dan

mendapat pasokan pleksus vena yang pada cedera dapat pecah dan menimbulkan hematoma.

11
a. Labia minora

Labia minora (bibir kecil) adalah suatu lipatan tipis dari kulit sebelah bibir dalam

besar. ke depan kedua bibir kecil bertemu yang diatas klitoris membentuk preputium

klitoridis dan yang dibawah klitoris membentuk frenulum klitoridis.ke belakang kedua bibir

kecil juga bersatu dan membentuk fossa navikularis. fossa navikulare ini pada perempuan

yang belum pernah bersalin tampak utuh, cekung seperti perahu pada perempuan yang pernah

melahirkan kelihatan tebal dan tidak rata.kulit yang meliputi bibir kecil mengandung banyak

glandula sebasea (kelenjar-kelenjar lemak) dan ujung-ujung saraf yang menyebabkan bibir

kecil sangat sensitive.jaringan ikatnya mengandung banyak pembuluh darah dan beberapa

otot polos yang menyebabkan bibir kecil ini dapat mengembang.

b. Klitoris

Klitoris kira-kira sebesar kacang ijo, tertutup oleh preputium klitoridis dan terdiri atas

galns klitoridis, korpus klitoridis dan dua krura yang menggantungkan klitoris ke os

pubis.Glans klitoridis terdiri atas jaringan yang dapat mengembang, penuh dengan urat saraf

sehingga sangat sensitif.

c. Vestibulum

Berbentuk lonjong dengan ukuran panjang dari depan kebelakang dan dibatasi

didepan oleh klitoris, kanan kiri oleh bibir kecil dan dibelakang oleh perineum. Embriologi

sesuai dengan sinus urogenitalis.kurang lebih 1-1,5 cm dibawah klitoris ditemukan orifisium

uretra eksternum (lubang kemih) berbentuk membujur 4-5 mm dan tidak jarang sukar

ditemukan oleh karena tertutup oleh lipatan-lipatan selaput vagina. Tidak jauh dari lubang

kemih, di kiri dan di kanan bawahnya, dapat dilihat dua ostia skene. Saluran skene (duktus

parauretral) analog dengan kelenjar prostat pada laki-laki. Dikiri dan dikanan bawah dekat

fossa navikulare, terdapat kelenjar bartolini. Kelenjar ini berukuran diameter lebih kurang 1

12
cm, terletak di bawah otot konstriktor kunni dan mempunyai saluran kecil panjang 1,5-2 cm

yang bermuara di vestibulum, tidak jauh dari fossa navikulare. Pada koitus kelenjar bartolini

mengeluarkan getah.

d. Bulbus vestibuli.

Bulbus vestibule sinistra dan dekstra merupakan pengumpulan vena terletak di bawah

selaput lender vestibulum,dekat ramus ossis pubis. panjangnya 3-4 cm, lebarnya 1-2cm dan

tebalnya 0,5-1 cm. Bulbus vestibule mengandung banyak pembuluh darah, sebagian tertutup

oleh muskulus iskio kavernossuss dan muskulus konstriktor vagina. Embriologik sesuai

dengan korpus kavernosum penis. Pada waktu persalinan biasanya kedua bulbus tertarik

kearah atas ke bawah arkus pubis, akan tetapi bagian bawahnya yang melingkari vagina

sering mengalami cedera dan sekali-sekali timbul hematoma vulva atau perdarahan.

e. Introitus vagina

Introitus vagina yang mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda-beda. Pada

seorang virgo selalu dilindungi oleh labia minora yang baru dapat dilihat jika bibir kecil ini

dibuka.introitus vagina ditutupi oleh selaput dara (hymen). himen ini mempunyai bentuk

berbeda-beda dari yang semilunar sampai yang berlubang-lubang atau yang bersekat

(septum). Konsistensinya pun berbeda-beda, dari yang kaku sampai yang lunak sekali. hiatus

himenalis berukuran dari yang seujung jari sampai yang mudah dilalui dua jari. Umumnya

hymen robek pada koitus dan robekan ini terjadi pada tempat jam 5 atau jam 7 dan robekan

sampai mencapai dasar selaput dara tersebut. Pada beberapa kasus hymen tidak mengalami

laserasi walaupun senggama berulang telah dilakukan. Sesudah persalinan hymen robek di

beberapa tempat dan yang dapat dilihat adalah sisa-sisanya.

13
f. Perineum

Perineum terletak antara vulva dan anus, panjangnya rata-rata 4 cm. Jaringan yang

mendukung perineum terutama ialah diafragma urogenitalis. Diafragma pelvis terdiri atas

otot levator ani dan otot koksigis posterior serta fasia yang menutupi kedua otot ini.

Diafragma urogenitalis terletak eksternal dari diafragma pelvis, yaitu di daerah segitiga

antara tuber isiadika dan simfisis pubis. diafragama urogenitalis meliputi muskulus tranversus

perinea propunda, otot konstriktor uretra dan fasia internal maupun eksternal yang

menutupinya.perineum mendapat pasokan darah terutama dari arteri pudenda interna dan

cabang-cabangnya. oleh sebab itu,dalam menjahit robekan perineum dapat dilakukan anastesi

blok pudendus. Otot levator ani kiri dan kanan bertemu di tengah-tengah di antar anus dan

vagina yang diperkuat oleh tendon sentral perineum. ditempat ini bertemu otot-otot

bulbokavernosus, muskulus transverses perinea superfisialis, dan sfingter ani eksternal.

struktur ini membentuk perinal body yang memberikan dukungan bagi perineum. Dalam

persalinan sering mengalami laserasi kecuali dilakukan episiotomy yang adekuat.

2. Organ Genitalia Interna (Wiknjosastro, 2009)

a) Vagina
Vagina menghubungkan genitalia eksterna dengan genitalia interna. Setelah melewati

introitus vaginae, terdapat liang kemaluan (vagina) dan uterus. Arahnya sejajar dengan arah

dari pinggir atas simfisis ke promontorium. Arah ini penting diketahui pada waktu

memasukan jari ke dalam vagina saat melakukan pemeriksaan ginekologik. Dinding depan

dan belakng vagina berdekatan satu sama lain, masing-masing panjangnya berkisar antara 6-8

cm dan 7-10 cm. Bentuk vagina sebelah dalam yang berlipat-lipat disebut rugae. Ditengah-

tengahnya ada bagian yang lebih keras disebut kolumna rugarum. Lipatan-lipatan ini

memungkinkan vagina dalam persalinan melebar sesuai dengan fungsinya sebagai bagian

lunak jalan lahir.

14
Di vagina tidak didapatkan kelenjar-kelenjar bersekresi. Pada perempuan yang pernah

melahirkan,kepingan epitel vagina kadang-kadang tertanam dalam jaringan ikat vagina pada

saat penjahitan robekan vagina dan membentuk kista, disebut kista inklusi vagina yang

sebenarnya bukan kelenjar. Epitel vagina terdiri atas epitel gepeng tidak bertanduk,

dibawahnya terdapat jaringan ikat yang mengandung banyak pembuluh darah. Pada

kehamilan terdapat hipervaskularisasi lapisan jaringan tersebut sehingga dinding vagina

kelihatan kebiru-biruan, yang disebut livide. Dibawah jaringan ikat terdapat otot-otot dengan

susunan yang sesuai dengan susunan otot-otot usus bagian dalamnya terdiri atas muskulus

sirkularis dan bagian luarnya muskulus longitudinalis. Disebelah luar otot-otot ini terdapat

fasia yang akan berkurang elastisitasnya pada perempuan yang lanjut usia. Bagian atas vagina

bersal dari duktus mulleri, sedangkan bagian bawahnya dibentuk oleh sinus urogenitalis.

Di sebelah depan, dinding vagina berhubungan dengan uretra dan kandung kemih

yang dipisahkan oleh jaringan ikat biasa disebut septum vesikovaginalis. Disebelah belakang,

diantara dinding vagina bagian bawah dan rectum terdapat jaringan ikat disebut septum

rektovaginalis. Seperempat bagian atas dinding vagina belakang terpisah dari rectum oleh

kantong rektouterina yang biasa disebut kavum douglasi.dinding kanan dan kiri vagina

berhubungan dengan muskulus levator ani. Dipuncak vagina dipisahkan oleh

serviks,terbentuk forniks anterior,posterior dan lateralis kiri dan kanan.oleh karena puncak

vagina belakang terlatak lebih tinggi dari pada bagian depan,maka forniks posterior lebih

dalam dari pada anterior. Forniks mempunyai arti klinik karena organ internal pelvis dapat

dipalpasi melalui dinding forniks yang tipis. Selain itu,forniks posterior dapat digunakan

sebagai akses bedah untuk masuk ke dalam rongga peritoneum. Kurang lebih 1,5 cm diatas

forniks

15
b) Uterus

Uterus pada seorang dewasa berbentuk seperti buah advokat atau buah peer yang

sedeikit gepeng. Ukuran panjang uterus adalah 7-7,5 cm,lebar di tempat yang paling lebar

5,25 cm,dan tebal 2,5 cm. Uterus terdiri atas korpus uteri (2/3 bagian atas) dan serviks uteri

(1/3 bagian bawah).

Di dalam korpus uteri terdapat rongga (kavum uteri), yang membuka ke luar melalui

saluran (kanalis servikalis) yang terletak di serviks. Bagian bawah serviks yang terletak di

vagina dinamakan porsio uteri (pars vaginalis servisis uteri) sedangkan yang berada di atas

vagina disebut pars supravaginalis servisis uteri. Antara korpus dan serviks masih ada bagian

yang disebut dengan istmus uteri.

Bagian atas uteri disveur dengan fundus uteri, disitu tuba falopi kanan dan kiri masuk

ke uterus. dinding uterus terdiri terutama atas miometrium, yang merupakan otot polos

berlapis tiga tang sebelah luar longitudinal,yang sebelah dalam sirkular, yang antar kedua

lapisan ini beranyaman. Miometrium dalam keseluruhannya dapat berkontraksi dan

berelaksasi.

Kavum uteri dilapisi oleh selaput lendir yang kaya dengan kelenjar, disebut

endometrium. Endometrium terdiri atas epitel kubik, kelenjar-kelenjar, dan stroma dengan

banyak pembuluh-pembuluh darah yang berkeluk-keluk. Dikorpus uteri endometrium licin,

akan tetapi diserviks berkelok-kelok kelenjar-kelenjar itu bermuara di kanalis servikalis.

Pertumbuhan dan fungsi endometrium dipengaruhi sekali oleh hormon steroid ovarium.

Uterus pada wanita dewasa umumnya terletak disumbu tulang panggul dalam

anterofersiofleksio (serviks ke depan atas) dan membentuk sudut dengan vagina, sedang

korpus uteri berarah ke depan dan membentuk sudut 120º-130 º dengan serviks uteri. Di

Indonesia uterus sering ditemukan dalam retrofleksio (korpus uteri berarah ke belakang) yang

16
pada umumnya tidak memerlukan pengobatan. Perbandingan antara panjang korpus uteri dan

serviks berbeda-beda dalam pertumbuhan.pada bayi perbandingan itu adalah 1:2, Sedangkan

pada wanita dewasa. Di luar, uterus dilapisi oleh serosa (peritoneum viserale). Jadi,dari luar

ke dalam ditemukan pada dinding korpus uteri serosa atau perimetrium, miometrium, dan

endometrium. Uterus mendapat darah dari arteri uterine, ranting dari arteri iliaka interna dan

dari arteri uterine, ranting dari arteri iliaka interna dan dari arteri ovarika.

c) Tuba

Tuba fallopi ialah saluran telur berasal seperti juga uterus dari duktus muleri. Rata-

rata panjangnya tuba 11-14 cm. Bagian yang berada di dinding uterus dinamakan pars

intertisialis, lateral dari itu (3-6cm) terdapat pars istmika yang masih sempit (diameter 2-3

mm) dan lebih kea rah lateral lagi pars ampularis yang lebih lebar (diameter 4-10mm) dan

mempunyai ujung terbuka menyerupai anemone yang disebut infundibulum.bagian luar tuba

latum. Otot dinding tuba terdiri atas (dari luar ke dalam) otot longitudinal dan otot sirkular.

Lebih kedalam lagi terdapat mukosa yang berlipat-lipat ke tuba terdiri atas epitel kubuk

sampai selindris, yang mempunyai bagian-bagian dengan serabut-serabut dan yang bersekresi

mengeluarkan getah, sedangkan yang berserabut dengan getarannya menimbulkan suatu arus

kearah kavum uteri.

d) Ovarium

Indung telur pada seorang dewasa sebesar ibu jari tangan.terletak dikiri dan dikanan,

dekat pada dinding pelvis di fossa ovarika. Ovarium berhubungan dengan uterus dengan

ligamentum ovarii propium.pembuluh darah ke ovarium melalui ligamentum suspensorium

ovarii.

Ovarium terletak pada lapisan belakang ligamentum latum. Sebagian besar ovarium

berada intarperitoneal dan tidak dilapisi oleh peritoneum bagian ovarium kecil berada di

17
dalam ligamentum latum (hilus ovarii).Di situ masuk pembuluh-pembuluh darah dan saraf ke

ovarium.lipatan yang menghubungkan lapisan belakang ligamentum latum dengan ovarium

dinamakan mesovarium.

Bagian ovarium yang berada di dalam kavum peritonei dilapisi oleh epitel kubik

selindris, yang disebut epitelium germinativum. Di bawah epitel ini terdapat tunika albuginea

dan dibawahnya lagi baru di temukan lapisan tempat folikel folikel primordial. Pada wanita

diperkirakan terdapat banyak folikel. Tiap bulan satu folikel, kadang-kadang dua folikel,

berkembang menjadi folkel degraff. Folikel-folikel ini merupakan ini merupakan bagian

ovarium yang terpenting dan dapat ditemukan di korteks ovarii dalam letak yang beraneka

ragam,dan pula dalam tingkat-tingkat perkembangan dari satu sel telur yang dikelilingi oleh

satu lapisan sel-sel saja sampai folikel de graff yang matang. Folikel yang matang ini terisi

dengan likuor folikuli yang mengandung estrogen dan siap untuk berovulasi.

Pada waktu dilahirkan bayi mempunyai sekurang-sekurangnya 750.000 oogonium.

Jumlah ini berkurang akibat pertumbuhan dan degenerasi folikel-folikel.pada umur 5-15

tahun ditemukan 439.000, pada 16-25 tahun 159.000 antara umur 26-35 tahun menurun

sampai 59.000 dan antar 34-35 hanya 34.000 pada masa menopause semua folikel sudah

menghilang.

3. Flora Mikroba Normal Tubuh Manusia

Istilah ” Flora mikroba normal” menunjukan populasi mikroorganisme yang hidup

dikulit dan membran mukosa orang normal yang sehat. Keberadaan flora virus normal pada

manusia masih diragukan (Jawetz, 2007).

Kulit dan membran mukosa selalu mengandung berbagi mikroorganisme yang dapat

tersusun menjadi dua kelompok: (1) Flora residen terdiri dari jenis mikroorganisme yang

relatif tetap dan secara tertur ditemukan di daerah tertentu pada usia tertentu jika terganggu,

18
flora tersebut secara cepat akan hidup kembali dengan sendirinya. (2) Flora transien terdiri

dari mikroorganisme yang nonpatogen atau secara potensial bersifat pathogen yang

menempati kulit atau membran mukosa selama berapa jam, hari, atau minggu berasal dari

lingkungan tidak menyebakan penyakit, dan tidak dapat menghidupkan dirinya sendiri secara

permanen di permukaan. Anggota flora transien secara umum memiliki makna yang kecil

selama flora residen normal tetap utuh. Namun, apabila flora residen terganggu,

mikroorganisme transien dapat berkolonisasi, berfloriserasi dan menyebabkan penyakit

(Wiknjosastro, 2007).

1) Peran Flora Residen


Mikroorganisme yang secara konstan ada di permukaan tubuh bersifat komensal.

Pertumbuhannya di permukaan tubuh bersifat komensal. Pertumbuhannya di daerah tertentu

bergantung pada faktor-faktor fisiologi yaitu temperatur, kelembaban, dan adanya zat gizi

serta zat inhibitor tertentu. Keberadaan flora tersebut tidak penting bagi kehidupan, karena

hewan “bebas-mikroorganisme” dapat hidup pada keaadaan tidak adanya flora mikroba

normal. Namun, flora residen di daerah tertentu memainkan peran yang nyata dalam

mempertahankan kesehatan dan fungsi normal (Jawetz, 2007).

Hal yang penting adalah bahwa mikroba yang tergolong flora residen normal tidak

membahayakan dan dapat menguntungkan di lokasi normalnya pada pejamu serta pada

keadaan tanpa kelainan yang menyertai. Organisme tersebut dapat menyebabkan penyakit

jika dimasukan ke dalam lokasi lain dalam jumlah besar dan jika terdapat faktor predisposisi

(Jawetz, 2007).

2) Flora Normal Vagina

Segera setelah lahir, laktobasilus aerob tampak dalam vagina dan menetap sepanjang

pH tetap asam (beberapa minggu). bila pH menjadi netral (menetap sampai pubertas) terdapat

19
flora campuran, kokus dan basilus saat pubertas, laktobasilus aerob dan anaerob tampak

kembali dalam jumlah banyak dan mempertahankan pH asam dengan menghasilkan asam

dari karbohidrat terutama glikogen. Keadaan ini tampaknya merupakan mekanisme penting

dalam mencegah timbulnya organisme yang lain, yang mungkin membahayakan di dalam

vagina .Jika laktobasilus ditekan akibat pemberian obat-obat antimikroba, ragi atau berbagai

bakteri meningkat jumlahnya dan menyebabkan iritasi serta peradangan. Setelah menopause,

laktobasilus kembali berkurang jumlahnya dan flora campuran kembali timbul. Flora vagina

normal termasuk streptococcus grup B terdapat sebanyak 25% perempuan usia subur. Selama

proses kelahiran,bayi dapat terpajan streptococcus grup B, yang kemudian dapat menyebakan

sepsis neonatal dan meningitis. Flora vagina normal juga sering mencakup streptococcus alfa

hemolitik, streptococcus anaerob (peptostreptococus), spesies prevotella, klostridia,

gradnerella vaginalis, ureaplasma urealytikum dan kadang-kadang listeria atau spesies

mobilunkus. Mukus servikal mempunyai aktifitas antibakteri dan mengandung lisozim. Pada

beberapa perempuan, introitus vagina mengandung flora yang banyak menyerupai flora di

perineum dan area perianal. Keadaan tersebut dapat menjadi factor predisposisi infeksi

saluran kemih rekuren. Organisme divagina yang terdapat saat persalinan dapat mengionfeksi

neonates (misalnya,streptococcus grup B) (Jawetz, 2007).

4. Kebersihan Alat Kelamin Wanita

Menjaga kesehatan vagina dimulai dari memeperhatikan kebersihan diri. Di Indonesia

merupakan daerah yang beriklim tropis. Udara panas dan cenderung lembab sering membuat

banyak berkeringat. Dibagian tubuh yang tertutup dan lipatan-lipatan kulit, seperti didaerah

alat kelamin. kondisi ini menyebabkan mikroorganisme jahat terutama jamur mudah

berkembang biak, yang akhirnya bisa menimbulkan infeksi (Purnamaningsih., Salika.,

Depkes).

20
Secara umum menjaga kesehatan berawal dari menjaga kebersihan. Hal ini berlaku

bagi kesehatan organ-organ seksual, termasuk vagina. Berikut adalah cara membersihkan alat

kelamin wanita: (Purnamaningsih., Salika., Depkes)

1. Secara teratur bersihkan bekas keringat yang ada disekitar alat kelamin dengan air

bersih, lebih baik air hangat, dan sabun lembut terutama setelah Buang Air Besar

(BAB) dan buang air kecil. Cara membasuh alat kelamin wanita yang benar adalah

dari arah depan (vagina) ke belakang (anus). Jangan terbalik karena bakteri yang ada

disekitar anus bisa terbawa ke dalam vagina. Setelah dibersihkan gunakan handuk

bersih atau tisu kering untuk mengeringkannya

2. Hati-hati ketika menggunakan kamar mandi umum, apabila akan menggunkan kloset

duduk maka siramlah terlebih dahulu untuk mencegah terjadinya penularan penyakit

menular seksual. Bakteri,kuman,dan jamur bisa menempel di kloset yang

sebelumnya digunakan oleh penderita penyakit menular seksual.

3. Tidak perlu sering menggunakan sabun khusus pembersih vagina. Vagina sendiri

sudah mempunyai mekanisme alami untuk mempertahankan keasamannya.

Keseringan menggunakan sabun khusus ini justru akan mematikan bakteri baik dan

memicu berkembangbiaknya bakteri jahat yang dapat menyebabkan infeksi.

4. Jangan sering-sering menggunakan pantyliner. Gunakan pantyliner sesuai dengan

kebutuhan artinya ketika mengalami keputihan yang banyak sekali. Dan gunakan

pantyliner yang tidak berparfum untuk mencegah iritasi. Sering-sering mengganti

pantyliner saat keputihan.

5. Kebersihan daerah kewanitaan juga bisa dijaga dengan sering mengganti pakaian

dalam. Minimal mengganti pakaian dalam dua kali sehari, untuk menjaga vagina dari

kelembaban yang berlebihan.

21
6. Bahan celana dalam yang baik harus menyerap keringat, misalnya katun. Hindari

memakai celana dalam atau celana jeans yang ketat kulit jadi susah bernafas dan

akhirnya menyebakan daerah kewanitaan menjadi lembab, berkeringat dan mudah

menjadi tempat berkembang biak jamur yang dapat menimbulkan iritasi. Infeksi

sering kali terjadi akibat celana dalam yang tidak bersih.

7. Haid merupakan mekanisme tubuh untuk membuang darah kotor. Waktu haid, sering

ganti pembalut karena pembalut juga menyimpan bakteri kalau lama tidak diganti.

Bila dipermukaan pembalut sudah ada segumpal darah haid meskipun sedikit,

sebaiknya segera mengganti pembalut. Gumpalan darah haid yang ada di permukaan

pembalut menjadi tempat sangat baik untuk perkembangan bakteri dan jamur. Oleh

karena itu gantilah pembalut setiap kali terasa basah atau sekitar tiga jam sekali.

8. Rambut yang tumbuh disekitar daerah kewanitaanpun perlu diperhatikan

kebersihannya. Jangan mencabut-cabut rambut tersebut. Lubang ini bisa menjadi jalan

masuk bakteri, kuman dan jamur, yang dikhawatirkan dapat menimbulkan iritasi dan

penyakit. Perawatan rambut didaerah kewanitaan cukup dipendekan dengan gunting

atau alat cukur dan busa sabun yang lembut. Rambut di daerah kewanitaan berguna

untuk merangsang pertumbuhan bakteri baik serta menghalangi masuknya benda kecil

ke dalam vagina.

C. Konsep Dasar Pendidikan Kesehatan

1. Pengertian Pendidikan Kesehatan

Pendidikan kesehatan adalah proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat

dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan. Sedang dalam keperawatan, pendidikan

kesehatan merupakan satu bentuk intervensi keperawatan yang mandiri untuk membantu

klien baik individu, kelompok, maupun masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatannya

22
melalui kegiatan pembelajaran, yang didalamnya perawat berperan sebagai perawat pendidik

(Notoatmodjo, 2007)

Nayswander (2007) mengemukakan bahwa Pendidikan Kesehatan adalah Proses

perubahan pada diri manusia yang ada hubungan dengan tercapainya tujuan kesehatan

perorangan dan masyarakat. Pendidikan kesehatan bukanlah suatu yang dapat diberikan oleh

seseorang kepada orang lain dan bukan pula sesuatu rangkaian tata laksana yang akan

dilaksanakan ataupun hasil yang akan dicapai,melainkan suatu proses perkembangan yang

selalu berubah secara dinamis dimana seseorang dapat menerima atau menolak keterangan

baru,sikap baru dan perilaku baru yang ada hubungannya dengan tujuan hidup.

2. Tujuan Pendidikan Kesehatan

Tujuan utama pendidikan kesehatan adalah agar orang mampu menerapkan masalah

dan kebutuhan mereka sendiri, mampu memahami apa yg dapat mereka lakukan terhadap

masalahnya, dengan sumber daya yg ada pada mereka ditambah dengan dukungan dari luar,

dan mampu memutuskan kegiatan yg tepat guna untuk meningkatkan taraf hidup sehat dan

kesejahteraan masyarakat (Mubarak, 2009).

Menurut Undang-undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 dan WHO, tujuan pendidikan

kesehatan adalah meningkatkan kemampuan masyarakat untuk memelihara dan

meningkatkan derajat kesehatan: baik secara fisik, mental dan sosialnya, sehingga produktif

secara ekonomi maupun social, pendidikan kesehatan disemua program kesehatan: baik

pemberantasan penyakit menular, sanitasi lingkungan, gizi masyarakat, pelayanan kesehatan,

maupun program kesehatan lainnya (Mubarak, 2009).

Menurut Benyamin Bloom (1908) tujuan pendidikan adalah mengembangkan atau

meningkatkan 3 domain perilaku yaitu kognitif (cognitive domain), afektif (affective

domain), dan psikomotor (psychomotor domain) (Notoatmodjo, 2007).

23
3. Sasaran Pendidikan Kesehatan

Notoatmodjo (2012) menyatakan bahwa sasaran pendidikan kesehatan adalah

masyarakat yang sangat heterogen, baik dilihat dari kelompok umur, etnis dan sosio-budaya,

ekonomi, pendidikan, dan sebagainya. Dalam pelaksanaan pendidikan kesehatan sasaran

dibagi dalam 3 (tiga) kelompok sasaran yakni sasaran primer, sekunder dan tersier.

a. Sasaran Primer

Dalam praktik pendidikan kesehatan, sasaran primer ini dikelompokkan menjadi

kelompok kepala keluarga, ibu hamil, ibu menyusui, anak balita, anak sekolah, remaja,

pekerja di tempat kerja, masyrakat di tempat-tempat umum, dan sebagainya.

b. Sasaran Sekunder

Sasaran sekunder dalam dalam pendidikan kesehatan adalah tokoh masyarakat setempat

(formal, maupun informal). Disebut sasaran sekunder, karena dengan memberikan

pendidikan kesehatan kepada kelompok ini diharapkan untuk selanjutnya kelompok ini

akan memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat di sekitarnya.

c. Sasaran Tertier

Para pembuat keputusan atau penentu kebijakan baik di tingkat pusat maupun daerah

adalah sasaran tertier pendidikan kesehatan. Dengan kebijakan-kebijakan atau keputusan

yang dikeluarkan oleh kelompok ini akan mempunyai dampak terhadap perilaku para

tokoh masyarakat (sasaran sekunder), dan juga kepada masyarakat umum (sasaran

primer).

4. Metode Pendidikan Kesehatan

Notoatmodjo (2012) menyatakan bahwa pendidikan kesehatan merupakan suatu

kegiatan yang mempunyai masukan (input), proses dan keluaran (output) agar mencapai

24
suatu hasil yang optimal, maka bantu peraga atau media yang dipakai harus bekerja sama

serta harmonis.

Berikut ini diuraikan beberapa metode pendidikan kesehatan

a. Metode Individual (Perorangan)

Dalam pendidikan kesehatan, metode yang bersifat individual digunakan untuk membina

perilaku baru atau membina seseorang yang mulai tertarik kepada suatu perubahan

perilaku atau inovasi. Dasar digunakannya pendekatan individual ini karena setiap orang

mempunyai masalah atau alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan penerimaan atau

perilaku baru tersebut. Bentuk pendekatannya anatara lain:

1) Bimbingan dan penyuluhan (Guidance and Counceling)

Dengan cara ini kontak antara klien dengan petugas lebih intensif. Setiap masalah

yang dihadapi klien dapat dieliti dan dibantu penyelesaiannya.

2) Wawancara (Interview)

Cara ini merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan. Wawancara antara

petugas kesehatan dengan klien bertujuan untuk mendapatkan informasi mengapa ia

tertarik atau belum menerima perubahan, juga untuk mengetahui apakah ia tertarik

atau belum menerima perubahan juga untuk mengetahui apakah perilaku yang sudah

ata yang akan diterapkan tersebut mempunyai dasar pengertian dan kesadaran yang

kuat. Apabila belum, maka perlu penyuluhan yang lebih mendalam lagi.

b. Metode Kelompok

Dalam memilih pendidikan kelompok, harus diingat besarnya kelompok sasaran serta

tingkat pendidikan formal dan sasaran. Metode kelompok terbagi atas.

1) Kelompok Besar

Kelompok besar adalah apabila peserta penyuluhan lebih dari 15 orang.

25
Metode untuk kelompok besar ini anatara lain ceramah dan seminar.

a) Ceramah

Metode ini sesuai untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah.

b) Seminar

Seminar adalah suatu penyajian (presentasi) dari suatu ahli dan tentang suatu topik

yang dianggap penting ini biasanyadiaggap hangat di masyarakat. Metode ini

sesuai untuk sasaran kelompok besar dengan pendidikan menegah ke atas.

2) Kelompok Kecil

Kelompok kecil adalah apabila peserta penyuluhan kurang dari 15 orang.

Metode-metode untuk kelompok kecil antara lain, diskusi kelompok, curah pendapat

(brain stroming), bola salju (snow balling), kelompok-kelompok kecil (buzz group),

serta peran (role play), dan peranan simulasi (simulation game)

a) Peer-Group

Siti Rahayu Haditomo (2007) mengartikan peer group adalah teman setingkat

dalam perkembangan, tetapi tidak perlu sama usianya, yaitu sekumpulan orang yang

memiliki keadaan atau tingkat perkembangan yang setingkat, dengan usia tidak harus

sama. Sedangkan Sonya Tampubolon (2008) menyatakan bahwa peer group aalah

kumpulan orang yang memiliki berbagai kesamaan, eperti kesamaan usia, status sosial

atau kecenderungan yang sama terhadap sesuatu hal. Karena banyaknya kesamaan ini

mereka memutuskan untuk membuat kelompok.

Dari beberapa pengertian tentang peer-group, dapat diambil kesimpulan

bahwa peer group adalah sekelompok orang yang merasa memiliki beberapa

persamaan, baik dari segi usia, pola fikir, minat, tau hal yang lain, sehingga dari

kesamaan itulah mereka memutuskan untuk membuat sebuah komunitas dan

kelompok.

26
Metode diskusi kelompok sangat cocok untuk pemberian pendidikan kesehatan

tentang kesehatan genitalia secara peer group. Diskusi kelompok agar semua anggota

kelompok dapat bebas berpartisipasi dalam diskusi maka formasi duduk para peserta diatur

sedemikian rupa sehingga mereka dapat berhadap-hadapan atau saling memandang satu sama

lain, misalnya dalam bentuk lingkaran atau segi empat.

Untuk memulai diskusi, pemimpin diskusi harus memberikan pancingan-pancingan

berupa pertanyaan-pertanyaan atas kasus sehubungan dengan topik yang dibahas. Agar

terjadi diskusi yang hidup, pemimpin kelompok harus mengarahkan dan mengatur

sedemikian rupa sehingga semua orang dapat kesempatan berbicara sehingga tidak

menimbulkan dominasi dari salah seorang peserta.

c. Metode Massa

Metode (pendekatan) massa cocok untuk mengkomunikasikan pesan-pesan kesehatan

yang ditujukan kepda masyarakat. Pendekatan ini biasannya digunakan untuk

menggugah kesadaran mesyarakat terhadap suatu inovasi. Pada umumnya bentuk

pendekatan (cara) masa ini tidak langsung biasanya dengan menggunakan media massa

5. Media Pendidikan Kesehatan

Kata media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jarak dari kata medium

yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Secara bahasa berarti pengantar pesan

dari pengirim kepda penerima pesan (Sukima, 2012). Menurut Notoatmojo (2012)

menyatakan bahwa media pendidikan kesehatan pada hakekatnya adalah alat bantu yang

digunakan untuk menyampaikan informasi kesehatan dan untuk mempermudah penerimaan

pesan-pesan kesahatan bagi masyarakat atau klien. Berdasarkan fungsinya sebagai penyalur

pesan-pesan kesahatan-kesehatan media ini dibagi menjadi tiga, yakni media cetak, media

elektronic dan media papan.

27
a. Media Cetak

Media cetak merupakan alat bantu untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan. Media

cetak terbagi atas booklet, leflet, flyer, flip, chart (lembar balik), rubrik, serta poster, dan

foto yang mengungkapkan informasi kesehatan.

b. Media Elektronik

Media elektronik sebagai sasaran untuk menyampaikan pesan-pesan atau informasi

kesehatan. Media elektronik terbagi atas televisi, radio, video,serta slide dan film strip.

c. Media papan (Billboard)

Papan (billboard) yang dipasang di tempat-tempat umum dapat diisi dengan pesan-pesan

atau informasi-informasi kesehatan.

D. Konsep Dasar Pengetahuan

1. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi jika seseorang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera

manusia yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan atau

kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang

(Notoatmodjo, 2010).

Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui atau kepandaian yang dimiliki

seseorang yang diperoleh dari pengalaman, latihan, atau melalui proses belajar. Dalam proses

belajar sesorang hanya ditentukan memiliki kemampuan membaca, menulis, dan berhitung.

Seseorang dituntut memiliki kemampuan memecahkan masalah, mengambil keputusan,

kemampuan beradaptasi, kreatif dan inovatif, dari kemampuan-kemampuan tersebut sangat

diperlukan untuk mencapai hasil belajar yang lebih baik. Pengetahuan merupakan kognitif

yang paling rendah namun sangat penting karena dapat membentuk prilaku seseorang (Bloom

1956 dalam Notoatmodjo, 2010).

28
2. Jenis Pengetahuan

Riyanto dan Budiman (2013) menyatakan bahwa jenis pengetahuan diantaranya sebagai

berikut:

a. Pengetahuan Implisit

Pengetahuan implisit adalah pengetahuan yang masih tertanam dalam bentuk

pengalaman seseorang dan berisi faktor-faktor yang tidak bersifat nyata seperti

keyakinan pribadi, perspektif, dan prinsip. Pengetahuan seseorang biasanya sulit

untuk ditransfer ke orang lain baik secara tertulis ataupun lisan. Pengetahuan implisit

sering kali berisi kebiasaan dan budaya bahkan bisa tidak disadari.

b. Pengetahuan Eksplisit

Pengetahun eksplisit adalah pengetahuan yang telah didokumentasikan atau disimpan

dalam wujud nyata, bisa dalam wujud perilaku kesehatan. Pengetahuan nyata dideskripsikan

dalam tindakan-tindakan yang berhubungan dengan kesehatan.

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Riyanto dan Budiman (2013) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi

pengetahuan adalah sebagai berikut:

a. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan

di dalam dan di luar sekolah (baik formal maupun nonformal), berlangsung seumur hidup.

Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok

dan juga usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Pendidikan

memengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang, makin mudah untuk

menerima informasi.

29
b. Informasi atau media massa.

Informasi adalah “that of which one is apprised or told: intelligence, news” (Oxford

English Dictionary). Kamus lain menyatakan bahwa informasi adalah sesuatu yang dapat

diketahui, namun ada pula yang menekankan informasi sebagai transfer pengetahuan.

Informasi adalah suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan,

memanipulasi, mengumumkan, menganalisis, dan menyebarkan informasi dengan tujuan

tertentu (Undang-Undang Teknologi Informasi).

c. Sosial, Budaya, dan Ekonomi

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah

yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian, seseorang akan bertambah

pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan

menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu sehingga

status sosial ekonomi ini akan memengaruhi pengetahuan seseorang.

d. Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu, baik lingkungan fisik,

biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke

dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya

interaksi timbal balik ataupun tidak, yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap

individu.

e. Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh

kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam

memecaahkan masalah yang dihadapi masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang

30
dikembangkan memberikan pengetahuan dan keterampilan profesional, serta pengalaman

belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang

merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari

masalah nyata dalam bidang kerjanya.

f. Usia

Usia memengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia

akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang

diperolehnya semakin membaik.

4. Tingkat Pengetahuan

Notoatmodjo (2010) mengemukakan bahwa Pengetahuan yang dicakup dalam

domain kognitif mempunyai 6 (enam) tingkatan yaitu : tahu (know), memahami

(comprehension), aplikasi (aplication), analisa (analysis), sintesis (syntesis) dan evaluasi

(evaluation).

a. Tahu (know), diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall), terhadap

suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah

diterima.

b. Memahami (comprehension), diartikan sebagai suatu untuk menjelaskan secara benar

tentang obyek yang diketahui dan dapat mengintrepetasikan materi tersebut secara

benar.

c. Aplikasi (appilcation), diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi sebenarnya.

31
d. Analisa (analysis), adalah suatu kemampuan untuk menjelaskan materi atau obyek ke

dalam komponen-komponen tetapi di dalam suatu struktur organisasi tersebut dan

masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (synthetis), menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu keseluruhan yang baru.

f. Evaluasi (evaluation), adalah kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian

terhadap suatu materi atau obyek

5. Pengukuran Pengetahuan

Riyanto dan Budiman (2013) pengkuran dapat dilakukan dengan wawancara atau

angket yang menanyakan tentang isi materi yang diukur dari subjek penelitian atau

responden. Dalam mengukur pengetahuan harus diperhatikan rumusan kalimat pertanyaan

menurut tahapan pengetahuan.

Arikunto (2006 dalam Riyanto dan Budiman, 2013) membuat kategori tingkat

pengetahuan seseorang menjadi tiga tingkatan yang didasarkan pada nilai persentase yaitu

sebagai berikut.

a. Tingkat pengetahuan kategori baik jika nilainya ≥ 75%

b. Tingkat pengetahuan kategori cukup jika nilainya 56-74%

c. Tingkat pengetahuan kategori kurang jika nilainya < 55%

Dalam membuat kategori tingkat pengetahuan bisa juga dikelompokkan menjadi dua

kelompok jika yang diteliti masyarakat umum, yaitu sebagai berikut.

a. Tingkat pengetahuan kategori baik jika nilainya > 50%

b. Tingkat Pengetahuan kategori kurang baik jika nilainya ≤ 50%

32
E. Konsep Dasar Motivasi

1. Definisi Motivasi

Motif atau motivasi berasal dari kata moreve yang berarti dorongan dalam diri

manusia untuk bertindak atau berperilaku. Oleh sebab itu, motivasi adalah suatu alasan

(reasoning) seseorang untuk bertindak dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya

(Notoadmodjo, 2010). Lestari (2015) menyatakan bahwa motivasi merupakan kekuatan,

dorongan, kebutuhan, tekanan, dan mekanisme psikologis yang merupakan akumulasi faktor-

faktor internal dan eksternal. Faktor internal bersumber dari dalam diri individu itu sendiri,

sedangkan faktor eksternal berasal dari luar individu. Faktor internal dapat pula disebut

sebagai akumulasi aspek-aspek internal individu, seperti kepribadian, intelegensi, ciri-ciri

fisik, kebiasaan, kesadaran, minat, bakat, kemauan, spirit, antusiasme, dan sebagainya. Faktor

eksternal bersumber dari lingkungan fisik, sosial, tekanan dan regulasi ke organisasian.

Motivasi adalah karakteristik psikologis manusia yang memberikan kontribusi pada tingkat

komitmen seseorang. Hal ini termasuk faktor-faktor yang menyebabkan dan mempertahankan

tingkah laku manusia dan didasarkan sebagai suatu kebutuhan.

2. Tujuan Motivasi

Secara umum tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan atau menggugah

seseorang agar timbul keinginan dan kemauannya untuk melakukan sesuatu sehingga dapat

memperoleh hasil atau tujuan tertentu (Lestari,2015).

3. Sumber-sumber Motivasi

Lestari (2015) menyatakan bahwa sumber-sumber motivasi dibagi menjadi 2 yaitu :

a. Motivasi Intrinsik

Motivasi Intrinsik adalah motivasi yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri.

33
b. Motivasi Ekstrinsik

Motivasi Ekstrinsik adalah motivasi yang berasal dari luar individu, misalnya

dukungan verbal dan non verbal yang diberikan oleh teman dekat atau keakraban

sosial.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Motivasi

Lestari (2015) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi antara lain :

a. Faktor fisik

Motivasi yang ada di dalam diri individu yang mendorong untuk bertindak dalam

rangka memenuhi kebutuhan fisik seperti kebutuhan jasmani, raga, materi, benda atau

berkaitan dengan alam. Faktor fisik merupakan faktor yang berhubungan dengan

kondisi lingkungan dan kondisi seseorang, meliputi : kondisi fisik lingkungan,

keadaan atau kesehatan, umum dan sebagainya.

b. Faktor herediter

Motivasi yang didukung oleh lingkungan berdasarkan kematangan atau usia

seseorang.

c. Faktor Instrinsik Seseorang

Motivasi yang berasal dari dalam dirinya sendiri, biasanya timbul dari perilaku yang

dapat memenuhi kebutuhan sehingga puas dengan apa yang sudah dilakukan.

d. Fasilitas (Sarana dan Prasarana)

Motivasi yang timbul karena adanya kenyamanan dan tersedianya sarana dan

prasarana yang dibutuhkan untuk hal yang diinginkan.

e. Situasi dan Kondisi

Motivasi yang timbul berdasarkan keadaan yang terjadi sehingga mendorong dan

memaksa seseorang untuk melakukan sesuatu.

f. Program dan Aktivitas

34
Motivasi yang timbul atas dorongan dalam diri seseorang atau pihak lain yang

didasari dengan adanya kegiatan (program) rutin dengan tujuan tertentu.

g. Audio Visual (Media)

Motivasi yang timbul dengan adanya informasi yang didapat dari perantara sehingga

mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.

5. Cara Meningkatkan Motivasi

Lestari (2015) menyatakan bahwa cara meningkatkan motivasi adalah sebagai berikut :

g. Memotivasi dengan kekerasan (motivating by force), yaitu dengan memotivasi dengan

ancaman, hukuman atau kekerasan sehingga dapat melakukan apa yang harus

dilakukan.

h. Memotivasi dengan bujukan (motivating by enticement), yaitu cara memotivasi

dengan bujukan atau memberi hadiah agar dapat melakukan sesuatu.

i. Memotivasi dengan identifikasi (motivating by adentification on egoinvoirement),

yaitu cara memotivasi dengan menanamkan kesadaran.

6. Teori Motivasi

Lestari (2015) menyatakan bahwa teori motivasi adalah sebagai berikut :

a. Hirarki Kebutuhan Dasar

Teori tentang motivasi dikenal dengan teori hirarki kebutuhan dasar manusia. Teori

hirarki kebutuhan dasar ini dikembangkan oleh Maslow dan banyak dipakai untuk

membuat konseptualisasi motivasi manusia. Teori ini diklasifikasikan pada lima

hirarki kebutuhan, yaitu kebutuhan fisiologi, kebutuhan rasa aman, kebutuhan rasa

memiliki, kebutuhan penghargaan dan kebutuhan aktualisasi diri.

35
b. Teori Hygiene-Motivasi

Teori motivasi yang dikemukakan oleh Herzberg yang mempertajam pengertian

mengenai efektifitas dalam situasi kerja. Teori tersebut dikenal dengan teori Hygiene-

motivasi atau teori dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal

meliputi: prestasi, pekerjaan, penghargaan, perkembangan, kemajuan dan tanggung

jawab. Faktor eksternal meliputi: status, rekan kerja, supervise, gaji, kondisi kerja,

kebijakan perusahaan dan keamanan kerja.

c. Teori Harapan

Teori Harapan oleh Victor H Vrom menyatakan bahwa motivasi merupakan akibat

dari suatu hasil yang ingin dicapai oleh seseorang dan perkiraan yang bersangkutan

bahwa tindakannya akan mengarahkan kepada hasil yang diinginkannya.

d. Teori Tiga Kebutuhan

Teori motivasi ini dikemukakan oleh Mc. Clocand menyatakan bahwa pemahaman

tentang motivasi akan semakin mendalam apabila disadari bahwa setiap orang

mempunyai 3 jenis kebutuhan, yaitu kebutuhan akan berprestasi atau usaha,

kebutuhan akan kekuatan atau kekuasaan, dan kebutuhan akan berafiliasi atau

berhubungan.

F. KERANGKA KONSEP

Kerangka konsep (conseptual framework) adalah model pendahuluan dari sebuah

masalah penelitian, dan merupakan refleksi dari hubungan variabel-variabel yang diteliti

(Swarjana, 2012). Kerangka konsep dibuat berdasarkan literatur dan teori yang sudah ada.

Tujuan dari kerangka konsep adalah mensintesa atau mengarahkan penelitian, serta panduan

untuk analisis dan intervensi (Sujarweni, 2014). Kerangka konsep penelitian adalah suatu

36
hubungan atau kaitan antar konsep satu terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang

ingin diteliti (Setiadi, 2013).

Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara konsep-

konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan

(Notoadmodjo, 2010). Kerangka konsep pada penelitian ini menjelaskan tentang Pengaruh

Pemberian Pendidikan Kesehatan terhadap Pengetahuan dan Motivasi Remaja Putri tentang

kebersihan genetalia. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada skema 2.9.

Skema 1

Kerangka Konsep Penelitian

 Gambaran  Pengetahuan
Pendidikan : Baik
Pengetahuan
Cukup
 Gambaran Kesehatan Kurang
 Motivasi :
Motivasi
Tinggi
Rendah

37
G. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu penelitian, patokan, duga, atau dalil

sementara, yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian tersebut. Setelah melalui

pembuktian dari hasil penelitian, maka hipotesis ini dapat benar atau salah, dapat di terima

atau di tolak (Setiadi, 2013).

1. Hipotesis Alternatif (Ha)

Hipotesis alternatif adalah pernyataan prediksi hasil penelitian berupa hubungan

antar variabel yang diteliti.

Ha : Ada Pengaruh Pemberian Pendidikan Kesehatan pada Remaja Putri terhadap

Pengetahuan dan Motivasi terhadap Hygiene Genetalia.

2. Hipotesis Null (H0)

Hipotesis null adalah pernyataan hipotesis yang digunakan untuk kepentingan uji

statistik terhadap data hasil penelitian.

H0 : Tidak ada Pengaruh Pemberian Pendidikan Kesehatan pada Remaja Putri terhadap

Pengetahuan dan Motivasi terhadap Hygiene Genetalia.

38
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Desain penelitian adalah model atau metode yang digunakan peneliti untuk

melakukan suatu penelitian yang memberikan arah terhadap jalannya penelitian

(Dharma, 2015). Desain penelitian merupakan rencana penelitian yang disusun

sedemikian rupa sehingga peneliti dapat memperoleh jawaban terhadap pertanyaan

penelitian. Desain penelitian mengacu pada jenis atau macam penelitian yang dipilih

untuk mencapai tujuan tersebut. Desain penelitian membantu peneliti untuk

mendapatkan jawaban dari pertanyaan peneliti yang objektif, akurat serta hemat

(Setiadi, 2013).

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain penelitian quasi

experimen dengan rancangan penelitian one group pretest-postest tanpa kelompok

pembanding atau kontrol. Rancangan dalam penelitian ini meliputi tiga langkah, yaitu

melakukan observasi awal (pretest) sebelum dilakukan intervensi untuk mengetahui

keadaan awal, kemudian dilakukan intervensi, selanjutnya peneliti melakukan postest

untuk menilai efek atau hasil dari intervensi yang telah dilakukan sebelumnya. Bentuk

rancangan dalam penelitian adalah sebagai berikut (Notoatmodjo, 2012).

39
Skema 2

Rancangan penelitian

Pretest Perlakuan Postest

01 x 02

Keterangan:
01 : Pengukuran sebelum dilakukan intervensi
02 : Pengukuran setelah dilakukan intervensi
X : Intervensi atau perlakuan yang diberikan dengan menggunakan
Pendidikan kesehatan metode peer group
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini direncanakan di SMP Negeri 22 Pekanbaru, Jalan Sidodadi No. 32,

Kelurahan Tangkerang Utara, Kecamatan Bukit Raya, Kota Pekanbaru, Riau. Adapun alasan

pemilihan lokasi tersebut karena penelitian mengenai pengetahuan dan motivasi merawat

hygiene genetalia eksterna pada remaja putri belum pernah dilakukan di lokasi tersebut.

Kegiatan penelitian dilaksanakan bulan Mei sampai Juni 2018.

2. Waktu Penelitian

Kegiatan penelitian ini dimulai dari persiapan pra riset pada bulan Februari 2018

hingga bulan April 2018 dan pelaksanaan penelitian direncanakan mulai Mei 2018. Jadwal

penelitian dapat secara lengkap dilihat pada tabel.

40
Tabel 1
Jadwal kegiatan penelitian
Kegiatan Waktu Pelaksanaan

Februari Maret April Mei Juni Juli

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Pengajuan
judul
Penyusunan
proposal
Presentasi
proposal
Pelaksanaan
penelitian
Pengolahan
Data dan Hasil
penelitian
Persentasi hasil

Perbaikan
laporan hasil
Penyerahan
laporan

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Setiadi, 2013). Pengertian lain dari

populasi (universe) adalah keseluruhan unit analisis yang karakteristiknya akan

diduga (Sabri & Hastono, 2014). Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswi

kelas VII SMP Negeri 22 Pekanbaru yaitu sebanyak 100 orang, yang terdiri dari 4

kelas dan rata-rata setiap kelas terdiri dari 25 siswi.

41
2. Sampel

Sampel penelitian adalah bagian populasi yang dipilih dengan cara tertentu

hingga dianggap dapat mewakili populasinya (Sastroasmoro, 2010). Penentuan

jumlah sampel dilakukan dengan menggunakan rumus dari Nursalam (2008) sebagai

berikut:

𝑁
𝑛=
1 + 𝑁(𝑑2)

n = Besar sampel

N = Jumlah populasi

d = Tingkat kepercayaan/Ketepatan yang diinginkan

Dalam menentukan sampel pada penelitian ini, ditentukan tingkat kepercayaannya

(d) 90% , maka digunakan 10%. Berdasarkan perhitungan, sampel yang didapatkan

adalah sebagai berikut.

Diketahui : N = 100

` d2 = 10 % (0,10)

Ditanya :n=?

𝑁
Dijawab : 1+𝑁(𝑑2)

100
n : 1+100(0,10)2 Type equation here.

100
n : 1+1

n : 50 orang

42
Dalam penelitian ini sampel yang diambil adalah berjumlah 50 orang. pengambilan

sampel, penelitian ini menggunakan teknik Probability Sampling dengan jenis

Systemic Random Sampling dengan membagi jumlah atau anggota populasi dengan

perkiraan jumlah sampel yang diinginkan, hasilnya adalah interval sampel

(Notoatmodjo, 2012).

Kriteria inklusi :

- Terdaftar di SMP Negeri 22 Pekanbaru

- Kelas VII SMP Negeri 22 Pekanbaru

- Siswi yang bersedia menjadi subyek penelitian

- Siswi yang sudah menstruasi

D. Etika Penelitian

Etika penelitian bertujuan untuk melindungi hak-hak subjektif untuk menjamin

kerahasiaan identitas responden dan kemungkinan terjadi ancaman terhadap responden.

Sebelum pelaksanaan penelitian, peneliti memperkenalkan diri terlebih dahulu dan

menjelaskan maksud dan tujuan serta prosedur pelaksanaan penelitian yang akan dilakukan.

Peneliti mengakui hak-hak responden dalam menyatakan kesediaan atau ketidaksediaan

menjadi subjek penelitian dan memiliki hak untuk membuat keputusan sendiri (Otonomy).

Jika calon responden bersedia, maka responden diminta untuk menandatangani lembar

persetujuan (Informed consent) penelitian dan memberikan kuesioner untuk diisi. Jika dalam

pengisian kuesioner responden kurang mengerti, maka peneliti akan memberikan penjelasan.

Setelah seluruh kuesioner telah selesai dijawab oleh responden, kemudian dikembalikan

kepada peneliti. Jika calon responden tidak bersedia, maka calon responden berhak untuk

menolak dan mengundurkan diri selama proses pengumpulan data berlangsung.

43
Peneliti melindungi subjek dari semua kerugian (Nonmaleficence )baik material, nama

baik dan bebas dari tekanan fisik dan psikologis yang timbul akibat penelitian ini. Untuk

menjaga kerahasiaan (Confidentiality) identitas responden, peneliti tidak mencantumkan

nama responden pada lembar pengumpulan data, tetapi dengan memberi kode pada masing-

masing lembar tersebut. Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti dan hanya

digunakan dalam penelitian ini. Penelitian ini akan memberikan manfaat (Beneficence)

kepada calon responden, dengan mengisi kuesioner yang diberikan oleh peneliti maka calon

responden akan mengetahui bagaimana cara merawat hygiene genetalia eksterna agar tidak

terdapat masalah kesehatan mengenai sistem reproduksi. Dalam melakukan penelitian ini,

peneliti juga akan bersikap adil (Justice) kepada setiap calon responden dan tidak membeda-

bedakan calon responden.

E. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional dan

berdasarkan karakteristik yang diamati, memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi

atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena, Didalam definisi

operasional terdapat beberapa point penting yang perlu dicantumkan untuk memudahkan

pembaca dalam mencena penelitian yang akan dilakukan, point penting antara lain nama

variable, definisi variabel berdasarkan konsep/maksud penelitian, hasil ukur/kategori dan

skala pengukuran (Setiadi, 2013).

44
Tabel 3
Definisi Operasional
N Variabel Definisi Alat Ukur Skala Hasil Ukur
o Penelitia Operasional Ukur
n
1 Pengetah Segala sesuatu yang Kuesioner Ordinal Hasil pengukuran
uan diketahui oleh remaja kualitas hidup
putri tentang hygiene dengan kategori
genatalia eksterna, yaitu:
sebelum dan sesudah
 Baik : Hasil
diberikan promosi
persentase 76-
kesehatan
100 %
 Cukup : Hasil
persentase 56-75
%
 Kurang : Hasil
persentase  55%
(Arikunto, 2006).

2 Motivasi Dorongan atau Kuesioner Ordinal Hasil pengukuran


keinginan dari dalam kualitas hidup
diri remaja putri dengan kategori
dalam memelihara yaitu:
genatalia eksterna
1. Rendah <
sebelum dan sesudah
mean / median
diberikan promosi
2. Tinggi  mean /
kesehatan
median

45
F. Alat Pengumpulan Data

1. Kuesioner Penelitian

Kuesioner peneliti terdiri dari 3 bagian yaitu kuesioner data demografi, kuesioner

pengetahuan remaja putri tentang hygiene genetalia, kuesioner motivasi remaja putri tentang

hygiene genetalia eksterna.

a. Kuesioner data demografi

Kuesioner data demografi responden terdiri dari 4 pertanyaan dengan cara

pengisian pernyataan yang ada, berkaitan dengan nama, umur, kelas dan agama.

b. Kuesioner pengetahuan remaja tentang hygiene genetalia eksterna

Kuesioner pengetahuan klien tentang hygiene genetalia eksterna terdiri dari 5

pertanyaan pilihan ganda dan cara pengisian dengan memberi tanda ceklis (√) pada salah satu

pilihan yang tersedia.

c. Kuesioner motivasi tentang hygiene genetalia eksterna

Kuesioner motivasi tentang hygiene genetalia eksterna terdiri dari 15 pertanyaan

dan cara pengisian dengan memberi tanda ceklis (√) pada salah satu pilihan yang tersedia.

Untuk pertanyaan sikap klien terhadap rematik terdiri dari 4 pilihan jawaban : a) sangat

setuju, b) setuju, c) tidak setuju, d) sangat tidak setuju.

2. Validitas

Validitas data adalah suatu ukuran yang mengacu kepada derajat kesesuaian

antara data yang dikumpulkan dan data sebenarnya dalam sumber data (Sinulingga, 2011).

Data yang valid akan diperoleh apabila instrumen pengumpulan data juga valid. Alat ukur

dikatakan sahih atau valid bila alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang hendak diukur

(Mahfoedz, 2010). Untuk mengetahui apakah kuesioner yang kita susun tersebut mampu
46
mengukur apa yang hendak kita ukur, maka perlu diuji dengan uji korelasi antara skors

(nilai) tiap item-item (pertanyaan) dengan skor total kuesioner tersebut. Apabila kuesiner

tersebut telah memiliki validitas konstruk, berarti semua item (pertanyaan) yang ada didalam

kuesioner itu mengukur konsep yang kita ukur (Notoatmojo, 2012).

3. Reabilitas

Sebelum dilakukan pengumpulan data, terlebih dahulu peneliti melakukan uji

reliabilitas pada instrumen penelitian. Reliabilitas adalah tingkat ketepatan, ketelitian atau

keakuratan sebuah instrumen (Hasan & Misbahuddin, 2013) .

G Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini yang dilakukan oleh peneliti antara

lain:

1. Tahap persiapan

Pada tahap persiapan, peneliti terlebih dahulu menentukan masalah yang akan

diteliti, melakukan studi pendahuluan dan menyusun proposal penelitian. Setelah

mendapat persetujuan dari dosen pembimbing, peneliti mengurus surat izin pra riset

dari PSIK UR. Peneliti juga mengurus surat izin pra riset melalui proses administrasi

dari kantor Badan Kesatuan Bangsa dan Politik, Dinas pendidikan dan tempat

peneilitian SMP Negeri 22 Pekanbaru.

2. Tahap pelaksanaan

Tahap pelaksanaan dimulai setelah peneliti menyelesaikan administratif. Peneliti

mengunjungi lokasi penelitian yaitu SMP Negeri 22 Pekanbaru setelah sampai

dilokasi penelitian, terlebih dahulu peneliti dan asisten peneliti berkenalan dengan

guru yang bertugas dan peneliti didampingi oleh asisten peneliti.

47
1) Sebelum dilakukan pengumpulan data peneliti menawarkan kepada siswi SMP

Negeri 22 Pekanbaru tentang kesediaan menjadi responden. Apabila telah

bersedia menjadi responden dan telah menandatangani lembar persetujuan

responden, maka dilanjutkan dengan memberikan penjelasan tentang maksud dan

tujuan penelitian.

2) Memberikan kuesioner kepada responden (pretest) sebelum melakukan

pendidikan kesehatan. Pada bagian awal kuesioner berisi data demografi

responden. Data demografi bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik

responden yang meliputi: nama, umur, kelas, agama. Kuesioner yang digunakan

untuk mengukur tingkat pengetahuan sisiwi berisi 20 pertanyaan tertulis dengan

beberapa pilihan jawaban, dan kuesioner motivasi berisi 15 pertanyaan dengan 4

pilihan jawaban yang terdiri dari SS (Sangat Setuju), S (Setuju). TS (Tidak

Setuju), dan STS (Sangat Tidak Setuju).

3) Melakukan pendidikan kesehatan tentang hygiene genetalia eksterna dan materi

yang terkait seperti: definisi kesehatan reproduksi, definisi hygiene genetalia

eksterna, tujuan perawatan alat kelamin, organ reproduksi wanita, gangguan

organ reproduksi wanita, cara pemeliharaan organ genetalia eksterna wanita, dan

perawatan hygiene saat menstruasi. Metode pelaksanaan pendidikan kesehatan

yang dilakukan adalah metode kelompok kecil. Terdiri dari 5 kelompok, masing-

masing kelompok terdiri dari 10 orang.

4) Menyebarkan kembali kuesioner kepada responden (post test) setelah promosi

kesehatan dilakukan untuk mengukur kembali tingkat pengetahuan dan motivasi

remaja putri setelah dilakukan pendidikan kesehatan.

48
3. Tahap akhir

Setelah proses pengumpulan data selesai, peneliti melakukan analisa data

dengan menggunakan uji statistic yang sesuai dengan data. Selanjutnya diakhiri

dengan laporan hasil penelitian dan penyajian hasil penelitian melalui ujian hasil.

H Pengolahan Data dan Analisa Data

1. Pengolahan data

Dalam melakukan analisa, data terlebih dahulu diolah dengan tujuan mengubah data

menjadi informasi. Menurut Notoatmodjo (2012) dalam proses pengolahan

dataterdapat langkah – langkah yang harus ditempuh yaitu:

a. Editing

Editing adalah upaya pemeriksaan kembali kebenaran data yang diperoleh atau

dikumpulkan dari responden

b. Coding

Coding adalah proses mengubah data merupakan pemberian kode pada data yang

terdiri dari beberapa kategori. Peneliti melakukan pengkodean untuk

memudahkan pengolahan data selanjutnya. Proses pengkodean terhadap data

terhadap data terdiri atas beberapa kategori. Pada variabel umur, koding “1”

untuk umr 11 tahun, koding “2” untuk umur 12 tahun, koding “3” untuk umur 13

dan koding “4” untuk umur 14 tahun. Pada variabel suku, koding “1” untuk suku

melayu, koding “2” untuk suku minang, koding “3” untuk suku jawa dan koding

“4” untuk suku yang lainnya.

c. Scoring

Scoring adalah mensortir dengan memilih atau mengelompokkan data menjadi

jenis yang dikehendaki (klasifikasi data)

49
d. Entry data

Entry data adalah memasukkan data yang telah diberi kode kedalam komputer

kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana

e. Cleaning

Cleaning adalah melakukan kembali pengecekan data untuk memastikan tidak

ada kesalahan data dan siap untuk dilakukan analisa

2. Analisa data

a. Analisa univariat

Tujuan dari analisis univariat adalah untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik masing-masing variable yang diteliti. Dalam

penelitian ini analisa univariat akan menjelaskan atau mendeskripsikan tentang

karakteristik responden (data umum) yaitu umur, suku dan agama untuk

memperoleh gambaran dari variabel yang diteliti yaitu efektifitas pemberian

pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan dan motivasi remaja putri tentang

hygiene genetalia eksterna.

b. Analisa bivariat

Untuk analisis bivariat pada penelitian ini menggunakan Paired T-Test, yakni

membandingkan dan menguji kemampuan generalisasi signifikansi hasil penelitian

yang berupa perbandingan keadaan variabel dari dua rata-rata satu

sampel/kelompok (Riyanto, 2013).

50
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2010). Penelitian dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Aulia. (2012). Serangan Penyakit-penyakit Khas Wanita Paling Sering Terjadi. Yogjakarta:
Buku Biru.

BKKBN. (2011). Kajian Profil Penduduk Remaja. Policy Brief Pusat Penelitian dan
Pengembangan Kependudukan

Departemen Kesehatan RI. (2007). Remaja Sehat Why Not?. Jakarta: Departemen Kesehatan
RI.
Departemen Kesehatan RI. (2010). Kesehatan Remaja. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

dr.Ika Sri Purnamaningsih,spOG. (2011). Tips Merawat Kebersihan dan Kesehatan Vagina.
Jakarta: Majalah Aulia.

Enny, S. (2012). Akses yang lebih baik untuk mendapatkan pelayanan : Merupakan Konsep
Pelayanan Kesehatan Ramah Remaja (PKRR). Artikel penelitian. Jakarta

Jawetz,Melnick,&Adelberg. (2007). Mikrobiologi Kedokteran. Ed.23. Jakarta: EGC.


Kusmiran, E. (2012). Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta : Salemba Medika

Maulinda. (2010). Hubungan Pengetahuan dengan Sikap terhadap Pendidikan Kesehatan


Reproduksi Remaja di SMPN 1 Margahayu. Universitas Padjajaran. Bandung

Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta

Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

NS, Salika. (2010). Serba-Serbi Kesehatan Perempuan, Apa Yang Perlu Kamu Tahu
Tentang Tubuhmu. Jakarta: Bukune.
Nugroho, T. (2012). OBSGYN : OBSTETRI DAN GINEKOLOGI Untuk Mahasiswa
Kebidanan dan Keperawatan. Yogjakarta: Nuha Medika.

Pudiastuti, R. D. (2012). Tiga Fase Penting Pada Wanita. Solo: PT Elex Media Komputindo.

Riyanto, A, dan Budiman. (2013). Kapita Selekta Kuesioner Pengetahuan dan Sikap dalam
Penelitian Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika

51
Santrock WJ. (2008). Adolescence perkembangan remaja. Jakarta: Erlangga.
Trijatmo Rachihadhi. (2009). Anatomi Alat Reproduksi. Jakarta; PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Wandha, P. D., Misrawati. (2012). Efektifitas Pendidikan Kesehatan Tentang Hygiene
Kewanitaan Terhadap Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri dalam Menangani
Keputihan. Universitas Riau

Widyastuti Y. (2009). Kesehatan reproduksi. Yogyakarta: Fitramaya.


Wiknjosastro H. (2007). Anatomi panggul dan isinya. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.

Wiknjosastro. (2010). Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawiroharjo

Wongkar, D., Hutagaol, E., Nanlessy, D. (2013). Hubungan antara Pengetahuan dan
Perilaku Remaja Puteri dalam Menjaga Kebersihan Alat Genitalia dengan kejadian
Keputihan di SMA Negeri 2 Pineleng. E jurnal Keperawatan (e-Kp) Vol.1.Nomor 1.
Agustus 2013. Universitas Sam Ratulangi. Manado.

52

Anda mungkin juga menyukai