Anda di halaman 1dari 8

JENIS-JENIS BUKTI AUDIT

Setiap prosedur audit mendapat satu atau lebih jenis-jenis bukti berikut:

1. Pemeriksaan fisik (physical examination)


Pemeriksaan fisik adalah inspeksi atau perhitungan yang dilakukan auditor atas aktiva
berwujud. Jenis bukti ini paling sering berkaitan dengan persediaan dan kas, tetapi juga
dapat diterapkan pada verifikasi sekuritas, wesel tagih, dan aktiva tetap berwujud.
Pemeriksaan fisik adalah cara langsung untuk memverifikasi apakah suatu aktiva benar-
benar ada (tujuan eksistensi) dan pada tingkat tertentu apakah aktiva yang ada itu telah
dicatat (tujuan kelengkapan).

2. Konfirmasi (confirmation)
Konfirmasi menggambarkan penerimaan respons tertulis atau lisan dari pihak ketiga yang
independen yang memverifikasi keakuratan informasi yang diajukan oleh auditor.
Permintaan ini ditujukan kepada klien, dan klien meminta pihak ketiga yang independen
untuk meresponnya secara langsung kepada auditor. Oleh karena konfirmasi berasal dari
sumber yang independen terhadap klien, jenis bukti audit ini sangat dipercaya dan
merupakan jenis bukti yang sering digunakan. Namun, konfirmasi relatif mahal dan dapat
menimbulkan ketidaknyamanan bagi pihak-pihak yang yang diminta untuk memyediakan
konfirmasi tersebut.
Keputusan auditor tentang apakah akan menggunakan konfirmasi atau tidak tergantung
pada kebutuhan akan reliabilitas situasi serta bukti alternatif yang tersedia. Secara
tradisional, konfirmasi jarang digunakan dalam audit atas aktiva tetap tambahan karena
aktiva ini dapat diverifikasi secara memadai oleh dokumentasi dan pemeriksaan fisik.
Demikian pula, konfirmasi umumnya tidak digunakan untuk memverifikasi setiap transaksi
antarorganisasi, seperti transaksi penjualan, karena auditor dapat menggunakan dokumen
untuk memenuhi tujuan itu. Jadi, ada sejumlah pengecualian.
Standar auditing mengidentifikasi dua jenis permintaan konfirmasi yang umum :
1. Konfirmasi positif, meminta si penerima untuk memberikan respons dalam semua
situasi. Apabila auditor tidak menerima respons atau konfirmasi positif, biasanya
auditor akan mengirimkan permintaan kedua atau ketiga, dan, dalam beberapa
kasus bahkan meminta klien untuk menghubungi pihak ketiga yang independen dan
memintanya untuk memberikan respons kepada auditor. Jika semua upaya itu gagal
atau dianggap terlalu mahal, auditor akan melaksanakan prosedur alternatif untuk
menguji saldo piutang apabila tidak ada respons yang diterima.
2. Konfirmasi negatif, penerima diminta untuk merespons hanya bila informasinya
tidak benar, dan tidak ada pengujian tambahan yang dilaksanakan bila respons tidak
diterima. Akibatnya, konfirmasi negatif memberikan bukti yang kurang dapat
diandalkan ketimbang konfirmasi positif.
Konfirmasi positif mungkin meminta penerimanya untuk memberikan informasi (disebut
formulir kosong = blank form), atau konfirmasi mungkin menyertakan informasi dan
meminta responden untuk menunjukkan apakah ia setuju dengan informasi tersebut.
Apabila praktis dan masuk akal, konfirmasi atas sampel piutang usaha diharuskan.
Pernyataan ini ada karena biasanya piutang usaha merupakan saldo yang signifikan pada
laporan keuangan dan konfirmasi adalah jenis bukti audit yang sangat andal.
Agar dapat dikategorikan sebagai bukti yang andal, konfirmasi harus dikendalikan oleh
auditor sejak konfirmasi tersebut disiapkan hingga dikembalikan. Jika klien yang
mengendalikan penyiapan konfirmasi, mengirimkannya, atau menerima respons, auditor
telah kehilangan kendali dan independensinya, sehingga mengurangi reliabilitas bukti itu.

INFORMASI YANG SERING DIKONFIRMASIKAN


Informasi Sumber
Aktiva
Kas di bank Bank
Piutang usaha Pelanggan
Wesel tagih Pembuat surat
Persediaan yang dimiliki atas dasar konsinyasi Consignee
Kewajiban
Utang usaha Kreditor
Wesel bayar Pemberi pinjaman
Uang muka dari pelanggan Pelanggan
Utang hipotik Pemberi hipotik (mortgagor)
Ekuitas Pemilik
Saham yang beredar Registrar dan agen transfer
Informasi Lain
Cakupan asuransi Perusahaan asuransi
Kewajiban kontijen Bank, pemberi pinjaman, dan penasihat hukum
klien
Perjanjian obligasi Pemegang obligasi
Agunan yang ditahan kreditor kreditor

3. Dokumentasi (documentation)
Dokumentasi adalah inspeksi oleh auditor atas dokumen dan catatan klien untuk
mendukung informasi yang tersaji, atau seharusnya tersaji, dalam laporan keuangan.
Dokumen yang diperiksa auditor adalah catatan yang digunakan klien untuk menyediakan
informasi bagi pelaksanaan bisnis dengan cara yang terorganisasi, yang bisa juga dalam
bentuk kertas, bentuk elektronik, atau media lain, seperti pesanan pelanggan, dokumen
pengiriman, serta salinan faktur penjualan atas setiap transaksi penjualan.
Bukti dokumen merupakan bukti yang paling penting dalam audit karena dokumentasi
telah digunakan secara luas dengan biaya yang relative rendah dan terkadang merupakan
satu-satunya jenis bukti yang layak dan tersedia. Dokumen dapat dilkasifikasikan sebagai
berikut :
a. Dokumen internal, adalah dokumen yang disiapkan dan digunakan dalam organisasi
klien dan disimpan tanpa pernah disampaikan kepada pihak luar, seperti salinan
faktur penjualan, laporan jam kerja karyawan, dan laporan penerimaan persediaan.
b. Dokumen eksternal, adalah dokumen yang ditangani oleh seseorang di luar
organisasi klien yang merupakan pihak yang melakukan transaksi, tetapi dokumen
tersebut saat ini berada di tangan klien atau dengan segera dapat diakses oleh klien,
seperti faktur dari pemasok, wesel bayar yang dibatalkan, dan polis asuransi.

Penentu utama kesediaan auditor untuk menerima dokumen sebagai bukti yang dapat
diandalkan adalah apakah dokumen tersebut merupakan dokumen internal atau eksternal
dan, apabila internal, apakah disiapkan serta diproses dalam kondisi pengendalian internal
yang baik. Dokumen asli dipandang lebih dapat diandalkan ketimbang foto kopi atau faks.
Meskipun auditor harus mempertimbangkan reliabilitas dokumentasi, mereka jarang
memeriksa otentisitas dokumentasi karena auditor tidak dapat diharapkan untuk menjadi
orang yang terlatih atau pakar dalam menilai otentikasi atau keaslian dokumen.

Dokumen eskternal dianggap sebagai bukti yang lebih dapat diandalkan ketimbang
dokumen internal karena dokumen eksternal berada di tangan klien maupun pihak lain
yang terlibat transaksi sehingga ada beberapa indikasi bahwa kedua belah pihak telah
sepakat tentang informasi serta kondisi yang dinyatakan dalam dokumen. Beberapa
dokumen eksternal yang memiliki reliabilitas yang sangat tinggi adalah sertifikat tanah,
polis asuransi, perjanjian utang, dan kontrak.

Proses auditor menggunakan dokumentasi untuk mendukung pencatatan transaksi atau


jumlah sering kali disebut sebagai vouching, misalnya memverifikasi ayat jurnal pada
jurnal akuisisi dengan memeriksa faktur pendukung dari vendor serta laporan penerimaan
sehingga memenuhi tujuan keterjadian.

Namun, jika auditor menelusuri dari laporan penerimaan ke jurnal akuisisi untuk
memenuhi tujuan kelengkapan, proses akhir ini disebut sebagai penelusuran (tracing).

4. Prosedur analitis (analytical procedures)


Prosedur analitis menggunakan perbandingan dan hubungan untuk menilai apakah saldo
akun atau data lainnya tampak wajar dibandingkan dengan harapan auditor, misalnya
auditor dapat membandingkan persentase marjin kotor tahun berjalan dengan tahun
sebelumnya. Auditing Standards Board (ASB) telah menyimpulkan bahwa prosedur
analitis begitu penting sehingga dibutuhkan selama fase perencanaan dan penyelesaian
pada semua audit. Prosedur analitis yang digunakan untuk tujuan yang berbeda pada suatu
audit adalah sebagai berikut :
a. Memahami Industri dan Bisnis Klien
Auditor harus memperoleh pengetahuan tentang industri dan bisnis klien sebagai
bagian dari perencanaan audit.
b. Menilai Kemampuan Entitas untuk Terus Going Concern
Prosedur analitis sering kali menjadi indikator yang berguna untuk menentukan
apakah perusahaan klien memiliki masalah keuangan. Prosedur analitis tertentu
dapat membantu auditor dalam menilai kemungkinan terjadinya kegagalan bisnis.
c. Menunjukkan Adanya Kemungkinan Salah Saji dalam Laporan Keuangan
Perbedaan signifikan yang tidak diharapkan antara data keuangan tahun berjalan
yang belum diaudit dan data lainnya yang digunakan dalam perbandingan biasanya
disebut fluktuasi tidak biasa (unusual fluctuation). Aspek prosedur analitis ini
sering disebut “pengarahan perhatian” karena hal itu menghasilkan prosedur yang
lebih terinci dalam area audit khusus di mana salah saji dapat ditemukan
d. Mengurangi Pengujian Audit yang Terinci
Apabila prosedur analitis tidak mengungkapkan fluktuasi tidak biasa, ini
menyiratkan bahwa salah saji yang material mungkin telah diminimalkan.

5. Wawancara dengan klien (inquiries of the client)


Tanya-jawab (inquiry) adalah upaya untuk memperoleh informasi secara lisan maupun
tertulis dari klien sebagai respons atas pertanyaan yang diajukan auditor. Bukti tanya-jawab
ini tidak dapat dianggap sebagai bukti yang meyakinkan karena bukan dari sumber yang
independen dan mungkin mendukung pihak lain. Oleh karena itu, biasanya auditor juga
memperoleh bukti pendukung melalui prosedur lainnya. Bukti pendukung adalah bukti
tambahan untuk mendukung bukti awal atau asli.

6. Rekalkulasi (recalculation)
Rekalkulasi melibatkan pengecekan ulang atas sampel kalkulasi yang dilakukan oleh klien
yang terdiri dari pengujian atas keakuratan perhitungan klien dan mencakup prosedur
seperti perkalian faktur penjualan dan persediaan, penjumlahan jurnal dan buku tambahan,
serta pengecekan kalkulasi beban penyusutan dan beban dibayar di muka.

7. Pelaksanaan-ulang (re-performance)
Pelaksanaan-ulang adalah pengujian independen yang dilakukan auditor atas prosedur atau
pengendalian akuntansi klien, yang semula dilakukan sebagai bagian dari sistem akuntansi
dan pengendalian internal klien. Jika rekalkulasi melibatkan pengecekan ulang atas suatu
perhitungan, pelaksanaan ulang melibatkan pengecekan atau prosedur lain.
8. Observasi (observation)
Observasi adalah penggunaan indera untuk menilai aktivitas klien. Selama menjalani
penugasan dengan klien, auditor mempunyai banyak kesempatan untuk menggunakan
inderanya-penglihatan, pendengaran, perasaan, dan penciuman-guna mengevaluasi
berbagai item, misalnya auditor dapat mengunjungi lokasi pabrik untuk memperoleh kesan
umum atau fasilitas klien. Observasi kurang dapat diandalkan karena risiko personil klien
akan mengubah perilakunya akibat kehadiran klien. Oleh karena itu, perlu untuk
menindaklanjuti kesan pertama yang diperoleh dengan jenis bukti pendukung lainnya.

Ketepatan Jenis Bukti

Karakteristik untuk menentukan ketetapan bukti adalah relevansi dan reliabilitas.

 Pertama, keefektifan pengendalian internal klien memiliki pengaruh yang signifikan


terhadap reliabilitas sebagian besar jenis bukti audit. Jadi, dokumentasi internal dari suatu
perusahaan yang memiliki pengendalian internal yang efektif akan lebih dapat diandalkan
karena dokumen tersebut cenderung lebih akurat.
 Kedua, baik pemeriksaan fisik maupun rekalkulasi mungkin lebih dapat diandalkan jika
pengendalian internalnya efektif, tetapi penggunaan kedua jenis bukti itu sangat berbeda.
Ini mengilustrasikan secara efektif bahwa kedua jenis bukti yang sama sekali berbeda itu
sama-sama dapat diandalkan.
 Ketiga, jenis bukti yang spesifik jarang mencukupi untuk memberikan bukti audit yang
tepat dalam memenuhi setiap tujuan audit.
Biaya Jenis-Jenis Bukti

Dua jenis bukti yang paling mahal adalah pemeriksaan fisik dan konfirmasi. Pemeriksaan fisik
memerlukan biaya yang besar karena umumnya mewajibkan kehadiran auditor ketika klien
sedang menghitung aktiva, yang sering kali dilakukan pada tanggal neraca. Konfirmasi
membutuhkan biaya yang besar karena auditor harus mengikuti prosedur dengan saksama dalam
penyiapan, pengiriman, dan penerimaan konfirmasi, serta dalam menindaklanjuti konfirmasi
yang tidak menerima respons atau pengecualian.

Dokumentasi, prosedur analitis, dan pelaksanaan-ulang pada umumnya tidak begitu mahal.
Namun, bisa saja membutuhkan biaya yang sangat tinggi, bergantung pada situasi dan kondisi
yang ada. Karena prosedur analitis jauh lebih murah ketimbang konfirmasi dan pemeriksaan
fisik, kebanyakan auditor lebih memilih pengujian atas rincian dengan prosedur analitis, apabila
memungkinkan. Jika dimungkinkan untuk mengurangi atau mengganti konfirmasi dengan
melaksanakan prosedur analitis, penghematan biaya yang besar dapat dicapai. Namun, prosedur
analitis mengharuskan auditor untuk memutuskan prosedur analitis mana yang akan digunakan,
melakukan kalkulasi, dan mengevaluasi hasilnya. Semua itu sering kali membutuhkan waktu
yang cukup lama. Biaya pengujian pelaksanaan-ulang tergantung pada sifat prosedur yang diuji.

Tiga jenis bukti audit yang paling murah adalah observasi, tanya-jawab dengan klien, dan
rekalkulasi. Observasi biasanya dilakukan bersamaan dengan prosedur audit lainnya. Auditor
dengan mudah dapat mengamati apakah karyawan klien telah mengikuti prosedur perhitungan
persediaan yang tepat pada waktu yang sama dengan ia menghitung sampel persediaan
(pemeriksaan fisik). Tanya-jawab umunya memerlukan biaya yang rendah, meskipun beberapa
diantaranya mungkin cukup mahal, seperti memperoleh pernyataan tertulis dari klien yang
mendokumentasikan diskusi selama audit berlangsung. Rekalkulasi biasanya memerlukan biaya
yang rendah karena hanya melibatkan perhitungan dan penelusuran yang sederhana, yang dapat
dilakukan sesuai dengan keperluan auditor.

Aplikasi Jenis Bukti pada Empat Keputusan Bukti

Auditor harus memutuskan :

 Prosedur audit apa yang akan digunakan untuk memenuhi setiap tujuan audit yang
berkaitan dengan saldo
 Berapa ukuran sampel yang tepat untuk setiap prosedur
 Item-item mana dari populasi yang harus dimasukkan dalam sampel
 Kapan melaksanakan setiap prosedur
Istilah-Istilah yang Diterapkan dalam Proses Audit

Prosedur audit adalah langkah-langkah yang terinci yang biasanya ditulis dalam bentuk instruksi,
untuk mengumpulkan delapan jenis bukti audit.

Beberapa istilah yang umumnya digunakan untuk menggambarkan prosedur audit, sebagai
berikut :

Anda mungkin juga menyukai