Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dakwah islam adalah suatu istilah yang dipahami sebagai aktivitas penyampaian
pesan ilahiah kepada umat manusia, karena dalam dakwah islam terjadi sebuah proses
penyampaian ajaran agama, baik yang bersipat larangan maupun bersipat perintah dan
anjuran dari sang pencipta.
Masuknya berbagai ajaran atau pemahaman yang tidak relevan dengan nilai-nilai
agama, yang cennderung membuat agama menjadi tidak berdaya dan yang lebih lagi
ketika agama tidak lagi dijadikan sebagai pedoman hidup dalam berbagai bidang. Tentu
saja keadaan seperti ini dapat berpengaruh apabila pemeluk agama gagal untuk
memberikan suatu peradaban alternatif yang benar dan dituntut oleh setiap perubahan
sosial yang terjadi.
Dakwah dalam bentuk pengembangan masyarakat dan pemberdayaan masyarakat
adalah proses dari serangkaian kegiatan yang mengarah pada peningkatan taraf hidup dan
kesejahteraan masyarakat. Dalam hal ini dakwah setidaknya ditempuh karena paling
mendasar dan mendesak, dakwah dalam bentuk aksi-aksi nyata. Oleh karena itu untuk
mendukung dakwah Islamiyah perlu adanya satu lembaga khusus yang bertugas dalam
bidang dakwah Islamiyah berdasarkan asas keimanan dan persaudaraan tanpa adanya
organisasi dan lembaga dakwah, dakwah Islamiyah tidak dapat berjalan dengan baik
bahkan kemungkinan besar akan berhenti sama sekali.
Melihat penomena di atas kita khususnya umat islam dilanda keperhatian yang dapat
merusak moral keimanan sehingga mau tidak mau kita harus mencari solusi yang terbaik
dan dikehendaki oleh islam yaitu melaksanakan dakwah secara efektif dan efisien. Karena
islam adalah agama dakwah yang selalu mendorong umatnya untuk senantiasa aktif
melakukan kegiatan dakwah. Maka maju mundurnya umat islam sangat tergantung dan
berkaitan erat dengan kegiatan dakwah, oleh sebab itu para da’i harus mempunyai
pemahaman yang mendalam bukan hanya menganggap bahwa dakwah dalam bingkai ”
Amar Ma’ruf Nahi Munkar “.

AIK III - Dakwah Bil Hal melalui pengembangan dan penerapan IPTEKS 1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dakwah bil hal ?
2. Apa hadits-hadits yang menjelaskan mengenai dakwah bil hal ?
3. Bagaimana penerapan dakwah bil hal pada masa kini ?

1.3 Tujuan Makalah


1. Menjelaskan mengenai pengertian dakwah bil hal.
2. Mengetahui hadits-hadits yang menjelaskan mengenai dakwah bil hal.
3. Menjelaskan bagaimana penerapan dakwah bil hal pada masa kini.

AIK III - Dakwah Bil Hal melalui pengembangan dan penerapan IPTEKS 2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Dakwah Bil Hal


Secara etimologi Dakwah bil Hal merupakan gabungan dari kata dua kata yaitu kata
dakwah dan al-Haal. Kata dakwah artinya menyeru, memanggil. Sedangkan kata al-Haal
berarti keadaan. Jika dua kata tadi dihubungkan maka dakwah bil hal mengandung arti
“memanggil, menyeru dengan menggunakan keadaan, atau menyeru, mengajak dengan
perbuatan nyata”.
Sedangkan secara termonologis dakwah mengandung pengertian: mendorong manusia
agar berbuat kebajikan dan menuntut pada petunjuk, menyeru mereka berbuat kebajikan
dan melarang mereka dari perbuatan munkar agar mereka mendapatkan kebahagian
dunia akhirat.
Dengan demikian dakwah bil hal adalah: memanggil, menyeru manusia kejalan Alllah
SWT untuk kebahagian dunia akhirat dengan menggunakan keadaan manusia yang
didakwahi atau memanggil ke jalan Allah untuk kebahagiaan manusia dunia dan akhirat
dengan perbuatan nyata yang sesuai dengan keadaan manusia.
Dakwah bil al-hal adalah dakwah dengan perbuatan nyata seperti yang dilakukan oleh
Rasulullah SAW, terbukti bahwa pertama kali tiba di Madinah yang dilakukan adalah
pembangunan Masjid Quba, mempersatukan kaum Anshor dan Muhajirin dalam ikatan
ukhuwah islamiyah dan seterusnya.
Menurut E. Hasim dalam kamus, istilah Islam memberikan pengertian bahwa yang
dimaksud dengan dakwah bil hal adalah dakwah yang dilakukan dengan perbuatan nyata,
karena merupakan tindakan nyata maka dakwah ini lebih mengarah pada tindakan
menggerakkan mad’u sehingga dakwah ini lebih berorentasi pada pengembangan
masyarakat.
Dakwah bi hal merupakan aktivitas dakwah Islam yang dilakukan dengan tindakan
nyata atau amal nyata terhadap kebutuhan penerima dakwah. sehingga tindakan nyata
tersebut sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh penerima dakwah. Misalnya dakwah
dengan membangun rumah sakit untuk keperluan masyarakat sekitar yang membutuhkan
keberadaan rumah sakit.

AIK III - Dakwah Bil Hal melalui pengembangan dan penerapan IPTEKS 3
Melaksanakan dakwah bukan hanya berpusat di masjid-masjid, di forum-forum
diskusi, pengajian, dan semacamnya. Dakwah harus mengalami desentralisasi kegiatan.
Ia harus berada di bawah, di pemukiman kumuh, di rumah sakit-rumah sakit, di teater-
teater, di studio-studio film, musik, di kapal laut, kapal terbang, di pusat-pusat
perdagangan, ketenagakerjaan, di pabrik-pabrik, di tempat-tempat gedung pencakar
langit, di bank-bank, di pengadilan dan sebagainya
Oleh karena itu al-Qur’an menyebutkan kegiatan dakwah dengan “Ahsanul Qaul Wal
Haal” (ucapan dan perbuatan yang baik). Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat
Fushilat ayat 33, sebagai berikut:

َ‫صا ِل ًحا َوقَا َل ِإنَّ ِني ِمنَ ْال ُم ْس ِل ِمين‬ َ ‫َو َم ْن أ َ ْح‬
َّ ‫س ُن قَ ْوال ِم َّم ْن دَ َعا ِإلَى‬
َ ‫َّللاِ َو َع ِم َل‬

“ Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah,
mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang
yang menyerah diri?”. (An-Fushilat: 33)

Usaha pengembangan masyarakat islam memiliki bidang garapan yang luas. Meliputi
pengembangan pendidikan, ekonomi dan sosial masyarakat. Pengembangan pendidikan
merupakan bagian penting dari upaya mencerdaskan kehidupan bangsa. Ini berarti bahwa
pendidikan harus diupayakan untuk menghidupkan kehidupan bangsa yang maju, efisien,
mandiri terbuka dan berorientasi masa depan.
Pengembangan pendidikan mesti pula mampu meningkatkan penguasaan dan
pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pendidikan diharapkan mampu
menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas.
Dalam bidang ekonomi, pengembangan dilakukan peningkatan minat usaha dan etos
kerja yang tinggi serta menghidupkan dan mengoptimalisasi sumber ekonomi umat.
Sementara pengembangan sosial kemasyarakatan dilakukan dalam kerangka
merespon problem sosial yang timbul karena dampak modernisasi dan globalisasi,
seperti masalah pengangguran, tenaga kerja, penegakan hukum, HAM dan
pemberdayaan perempuan.

AIK III - Dakwah Bil Hal melalui pengembangan dan penerapan IPTEKS 4
2.1 Hadis Mengenai Dakwah Bil Hal
Adapun hadis-hadis yang menjelaskan tentang anjuran dakwah bil hal yaitu sebagai
berikut:

‫اب‬
ٌ ‫ص َح‬ ْ َ ‫َان لَهُ ِم ْن أ ُ َّمتِ ِه َح َو ِاريُّ ْو َن َوأ‬
َ ‫َما ِم ْن نَبِ ٍٍّي بَعَثَهُ هللاُ فِي أ ُ َّم ٍة قَ ْبلي ِ إِالَّ ك‬
َ‫ف يَقُ ْولُ ْو َن ما َ ال‬
ٌ ‫ف ِم ْن َب ْع ِد ِه ْم ُخلُ ْو‬ ُ ‫َيأ ْ ُخذُ ْو َن ِب‬
ُ ُ‫سنَّ ِت ِه َويَ ْقتَد ُْو َن ِبأ َ ْم ِر ِه ث ُ َّم ِإنَّ َها ت َ ْخل‬
َ ‫يَ ْف َعلُ ْو َن َويَ ْف َعلُ ْو َن ما َ الَ يُ ْؤ َم ُر ْو َن فَ َم ْن َجا َه َد ُه ْم ِبيَ ِد ِه فَ ُه َو ُم ْؤ ِم ٌن َولَ ْي‬
‫س َو َرا َء‬
.)‫ل (رواه مسلم من باب اليمان‬ َ ‫ان َحبَّةُ َخ ْر َد‬ِ ‫ال ْي َم‬ ِ ‫ذ ِلكَ ِم َن‬

“Tidaklah seorang nabi yang diutus Allah dari umat sebelumku, kecuali dari
umatnya terdapat orang-orang hawariyun (para pembela dan pengikut) yang
melaksanakan sunnahnya serta melaksanakan perintah-perintahnya. Kemudian, datang
generasi setelah mereka; mereka mengatakan sesuatu yang tidak mereka kerjakan dan
mereka mengerjakan sesuatu yang tidak diperintahkan. Oleh karena itu, siapa yang
berjihad terhadap mereka dengan tangannya, maka ia adalah orang mukmin, siapa yang
berjihad melawan mereka dengan lisannya, maka ia adalah orang mukmin. Dan siapa
yang berjihad melawan mereka dengan hatinya, maka ia adalah orang mukmin.
sedangkan di bawah itu semua tidak ada keimanan meskipun hanya sebesar biji sawi (H.
R. Muslim)”.

2.3 Penerapan Dakwah Bil Hal Dalam Umat Islam


Sejak agama Islam masuk ke wilayah Indonesia pada abad ke VIII agama Islam telah
mengalami pasang surut. Perkembangan Islam di Nusantara diawali dengan munculnya
kerajaan-kerajaan Islam, seperti: kerajaan Samudera Pasai dan Perlak. Selanjutnya Islam
melebarkan sayapnya ke berbagai penjuru Nusantara.
Selanjutnya Islam mengalami kemunduran pada saat Indonesia dijajah oleh Belanda
dimana aktivitas umat Islam terpasung. Politik Belanda terhadap Islam dilandasi dengan
rasa curiga dan takut sehingga dengan cermat mereka mengawasi segala sesuatu yang
berbau Islam. Kolonialisme tersebut meninggalkan jejak negatif yang panjang dalam
perkembangan sosial, kultural, dan ekonomi masyarakat Indonesia, bahkan sampai
sekarang. Selain itu juga pemilihan model pembangunan yang dipakai serta kesalahan

AIK III - Dakwah Bil Hal melalui pengembangan dan penerapan IPTEKS 5
dalam mengurus pemerintahan di masa lalu menjadi faktor dominan yang mendorong
keterbelakangan umat.
Secara realitas menunjukkan bahwa kualitas ummat islam indonesia belum
membanggakan dari berbagai segi kehidupan, permasalahan-permasalahan ummat islam
semakin kompleks baik permasalahan pendidikan, ekonomi, sosial budaya dan
sebagainya. K.H. Badruddin Hsubki mencoba mrumuskan berbagai persoalan ummat
islam di Indonesia sebagai berikut:
1. Keterbelakangan sosial ekonomi
2. Keterbelakangan dalam bidang pendidikan
3. Lemahnya etos kerja ummat islam. Etos kerja ini menyangkut penerapan disiplin,
penghargaan terhadap waktu, penentuan orientasi kedepan dan kemampuan kerja
keras dengan penuh semangat
4. Belum terealisasinya ukhuwah islamiah

Isolasi diri ummat islam terhadap pergaulan dunia


Melihat persoalan ummat islam diatas, maka dakwah islam harus dilakukan
upaya yang serius dan butuh adanya kerja nyata yang mampu menimbulkan perubahan-
perubahan sosial kemasyarakatan dan mampu memberikan solusi bagi permasalahan
umat.
Dalam bidang ekonomi, menurut catatan resmi tahun 1993 jumlah penduduk
yang hidup dibawah garis kemiskinan berjumlah 27 juta jiwa. Dan setelahnya, tahun
2002 terjadi krisis ekonomi yang diikuti dengan berbagai krisis dibidang lain. Ironisnya
ummat islam sebagai mayoritas penduduk Indonesia merekalah yang terbanyak berada
dibawah garis kemiskinan tersebut. Kelemahan-kelemahan ummat islam di bidang
ekonomi kiranya tak lepas dari kebijakansanaan pemerintah dalam ekonomi yang lebih
berorientasi pada kalangan atas, misalnya: kredit bank bagi pengusaha kecil hanya
diberikan kepada mereka yang beraset 20 juta. Memasuki pecaturan ekonomi pada
dasawarsa 1980-an suasana berubah. Para pengusaha mulai menghadapi kesulitan karena
sistem ekonomi modern yang tidak terpisahkan dari perbankan dan manajemen modern
yang tidak mereka kuasai dengan baik. Selain kemampuan manajemen yang tidak
kompetitif, keraguan ummat islam terhadap status hukum bunga bank dan kuatnya
mental tradisional dikalangan ulama dan ummat islam turut menghambat kemampuan
mereka.

AIK III - Dakwah Bil Hal melalui pengembangan dan penerapan IPTEKS 6
Dalam bidang pendidikan setelah meraih kemerdekaan bangsa indonesia mulai
berbenah diri dengan didirikannya sekolah-sekolah umum maupun agama. Namun,
tercatat sejak tahun 1980-an yang sampai sekarang tingkat pendidikan ummat islam
masih sangat memprihatinkan. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh pendidikan islam
yang masih tertinggal dari segi mutu dibandingkan dengan pendidikan umum.
Lemahnya etos kerja ummat islam hampir melingkupi sebagian besar ummat
islam. Hal ini kemungkinan disebabkan orientasi keakhiratan yang lebih mendominasi
pemikiran ummat islam, sehingga gairah untuk kerja (urusan keduniaan berkurang)
padahal Al Qur’an telah menjelaskan bahwa antara akhirat dan dunia harus seimbang.
Permasalahan yang dihadapi umat Islam Indonesia pada dasarnya sudah
dipahami dan dimengerti sejak lama, berbagai organisasi telah mencoba menjawab
berbagai persoalan tersebut. Muhamadiyah telah mendirikan sekolah-sekolah, madrasah-
madrasah, rumah sakit, surat kabar dan majalah. Begitu juga dengan NU telah
mendirikan pesantren-pesantrennya dan berbagai organisasi Islam lainnya.
Banyak muncul organisasi-organisasi keislaman yang muncul yang mereka
bekerja untuk dakwah juga pribadi-pribadi yang secara individual melaksanakan dakwah
bil hal. Kerja dakwah yang telah dilakukan juga sudah cukup beragam, seperti
munculnya: perbankan-perbankan syari’ah, dompet dhu’afa’ dan pundi amal yang
dilakukan oleh stasiun TV dalam rangka mengumpulkan dana untuk kepentingan ummat,
munculnya majalah-majalah bernuansa islam, acara-acara islami di TV dan sebagainya.
Meskipun berbagai persoalan telah ditangani nampaknya persoalan umat yang
begitu banyak masih menuntut kerja ekstra umat Islam. Sekarang kita patut bergembira
karena telah banyak muncul organisasi-organisasi ke-Islaman yang bekerja untuk
dakwah juga pribadi-pribadi yang secara individual melaksanakan dakwah bil hal. Yang
mana dakwah ini telah banyak bekerja misalnya: munculnya perbankkan-perbankkan
Syari’ah, dompet Dhua’fah, dan pundi amal ynag dilakukan oleh stasiun TV dalam
rangka mengumpulkan dana untuk kepentingan umat, munculnya majalah-majalah
bernuansa Islam, dan lain sebagainya.
Namun demikian, kiranya perlu digalakkan kembali Ukhuwah Islamiyah dalam
bentuk kerja sama antar berbagai organisasi keagamaan atau pribadi-pribadi yang
berkecimpung dalam bidang dakwah sehingga akan ada perkembangan kerja antara
masing-masing yang dimaksudkan agar lahan dakwah tergarap secara merata.

AIK III - Dakwah Bil Hal melalui pengembangan dan penerapan IPTEKS 7
Kemajuan IPTEK pada era globalisasi ini pasti akan mewarnai pembangunan yang
membawa fenomena. Batas-batas system nasional disemua Negara hampir hilang dan
orang diseluruh dunia saling mempengaruhi meskipun tidak bertemu muka. Globalisasi
merupakan hasil dari kemajuan IPTEK sebagai kelanjutan dari revolusi industri.,
memang telah banyak memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi kehidupan
manusia. Namun disisi lain manusia semakin tidak tenteram dan tidak ada kedamaian
dalam kehidupannya akibat dari perasaan cemas dari dampak negative yang ditimbulkan
oleh globalisasi. Dimana bencana dan bahaya setiap saat dapat mengancam kehidupan
mereka.
Dari sekian gejala social yang ditimbulkan oleh globalisasi diatas, ada fenomena
umum yang dapat dirasakan atau dilihat dewasa ini apabila dikaitkan dengan dakwah,
maka hal tersebut merupakan tantangan dan juga “pekerjaan rumah” bagi para da’i (juru
dakwah). Artinya para da’i harus tampil dengan jurus-jurus jitu dalam menyampaikan
bahasa agama pada kehidupan masyarakat yang sudah terkontaminasi dengan era
globalisasi itu. Bila para da’i masih tampil dengan gaya lama, sementara kondisi
kekinian tampil dengan problema globalisasi yang serba menantang, maka mau tidak
mau, suka tidak suka pasti gaya lama akan “tergusur”. Akibatnya upaya-upaya untuk
membumikan ajaran islam ditengah-tengah masyarakat, baik masyarakat kota maupun
masyarakat pedesaan pasti mengalamai hambatan.
Bila kita amatai dikawasan industri dan masyarakat perkotaan misalnya, berdomisili
banyak ilmuan dari berbagai disiplin ilmu serta para usahawan yang sukses. Namun
mereka haus ketenangan batin atau kertenangan jiwa. IPTEK yang dimilikinya tidak
mampu memberikan kepuasan batin dan ketenangan jiwa, sehingga mereka berusaha
menemukan itu melalui pendekatan ajaran spiritual keagamaan. Mereka berusaha
memadukan antara disiplin ilmu yang ditekuninya dengan ajaran ajaran agama yang
diyakininya , sehingga agama terasa dan terbukti semakin rasional dan menyentuh. Oleh
karena itu dibutuhkanlah dakwah al bil-hal ini.

2.4 Setiap Muslim Adalah Da’i


“Kita adalah da’i sebelum menjadi apapun”. Dari kalimat tersebut dapat kita simpulkan
bahwa pada dasarnya, kita adalah seorang da’i sebelum kita menjabat suatu profesi apapun.
Perkataan Hassan Al-Banna tersebut dapat menjadi cerminan, bahwa pada hakikatnya,
seorang muslim adalah pendakwah. Ketika seseorang menuntut ilmu dan memiliki
pengetahuan, saat itu pula ia memiliki kewajiban untuk menyebarluaskan ilmu yang

AIK III - Dakwah Bil Hal melalui pengembangan dan penerapan IPTEKS 8
dimilikinya tersebut. Ketika seseorang sadar bahwa ia telah memiliki bekal untuk
mengamalkan sunnah, saat itu pula ia berkewajiban menyeru orang lain kepada Islam.
Banyak hal yang dapat kita lakukan untuk mengaktualisasikan amanah dalam kita menjadi
seorang da’i, salah satunya adalah menjadi seorang murobby.
Murobby merupakan sumber atau penyalur ilmu dari sumber untuk disampaikan dan
dipahamkan kepada mad’u atau sang murobby. Sebab itulah peranan murobby sangat
mempengaruhi keberlangsungan serta output dari kegiatan tarbiyah. Sebagai simpul dakwah
terhadap jama’ah, seorang murobby dituntut memikirkan kegiatan dakwah dengan segenap
perhatiannya. Untuk menjadi seorang murobby idaman, kita hendaknya memperhatikan
beberapa hal, seperti ruhiyah. Ruhiyah adalah dasar keberhasilan dakwah. Jika ruhiyah
terabaikan, sebagus apapun retorika dakwah kita dan pemahaman kita terhadap kondisi
mad’u semuanya akan sia-sia.
Seorang murobby harus memiliki niat yang ikhlas. Ikhlas karena Allah Ta’ala semata,
membuang jauh-jauh tendensi untuk mencari popularitas atau pujian apalagi niatnya adalah
untuk mencari pengikut yang banyak. Niat yang ikhlas karena Allah Ta’ala bermakna
seorang murobby melakukan tarbiyah untuk mendekatkan diri (taqarrub) kepada Allah
subuhanahu wa ta’ala, memperbaiki hamba-Nya dan mengeluarkan mereka dari kegelapan
kebodohan dan kemaksiatan menuju cahaya ilmu ketaatan. Niat yang ikhlas juga akan
menggiring seorang murobby melahirkan dakwahnya dari dasar kecintaan kepada Allah dan
untuk agama-Nya, serta kecintaan kepada kebaikan untuk semua manusia. Allah Ta’ala
berfirman yang artinya:
“Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami
berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di
dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh akhirat, kecuali
neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah
apa yang telah mereka kerjakan?” (QS. Hud: 15-16)

2.4 Bekerja Adalah Dakwah


Di dalam dunia pekerjaan, seorang Muslim adalah bertanggungjawab untuk berdakwah.
Tidak kiralah apa kategori pekerjaan, sama ada bekerja di dalam pejabat yang berhawa
dingin, di tapak pembinaan ladang dan sawah sekalipun, tanggungjawab sebagai Da’i itu
terletak di bahu kita. Kita perlu dakwah di tempat kerja. Ia selaras dengan firman Allah
subhanahu wa ta’ala dalam Surah Ali Imran ayat 110 yang artinya:
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang
ma'ruf, dan mencegah daripada yang munkar, dan beriman kepada Allah.”

AIK III - Dakwah Bil Hal melalui pengembangan dan penerapan IPTEKS 9
Usaha berdakwah di tempat kerja ini janganlah disalahartikan dengan pengertian yang
sempit. Dakwah bukan bermaksud untuk mengajak manusia melupakan tanggungjawab
bekerja dan melaksanakan amal ibadah yang spesifik semata-mata. Bekerja itu sendiri
merupakan satu amal ibadah apa lagi jika ianya diniatkan kerana Allah subhanahu wa ta’ala
dan dilaksanakan dengan penuh amanah, fokus dan ikhlas. Usaha dakwah juga jangan
ditafsirkan sebagai ‘hendak tunjuk alim’ atau ‘hendak tunjuk pandai’. Jika begitu, semua
orang akan takut untuk berdakwah kerana seorang Da’i yang memberikan dakwah tidak mau
dipandang sebagai penyibuk manakala yang menerima dakwah pula berasa tidak selaras dan
menganggap konteks dakwah itu sebagai sesuatu yang tidak bermanfaat.
Adapun ganjaran usaha dakwah. Firman-Nya dalam surah Ali-Imran ayat 104 :

ِ ‫َو ْلت َ ُكن ِ ِّمن ُك ْم أ ُ َّمةٌ يَ ْدعُونَ ِإلَى ْٱل َخي ِْر َويَأ ْ ُم ُرونَ ِب ْٱل َم ْع ُر‬
‫وف َويَ ْن َه ْونَ َع ِن ْٱل ُمن َك ِر‬
َٰٓ
َ‫َوأ ُ ۟ولَئِ َك هُ ُم ْٱل ُم ْف ِل ُحون‬
Artinya “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah
orang-orang yang beruntung."

Sebagai da’i di dalam konteks dunia pekerjaan, seseorang itu perlulah terlebih dahulu
memperlengkapkan dirinya supaya usaha dakwahnya akan menjadi sempurna.

AIK III - Dakwah Bil Hal melalui pengembangan dan penerapan IPTEKS 10
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pendidikan Islam di era globalisasi adalah pendidikan Islam yang mampu
menyesuaikan perkembangan zaman dan perkembangan teknologi. Maka yang harus
dilakukan adalah mengembangkan sistem pendidikan yang berwawasan global agar
menghasilkan out put (lulusan) dari lembaga pendidikan Islam yang lebih bermutu,
supaya mereka percaya diri dalam menghadapi persaingan global.
Iptek adalah sarana hidup manusia untuk mampu dengan mudah menguasai dunia.
Setiap muslim wajib mencari iptek, baik guna meraih kebahagian dunia dan akhirat.
Iptek tanpa landasan agama, tanpa landasan moral, maka akan berdampak tak sekadar
dosa, tetapi juga akan berakibat negaif bagi kehidupan manusia. Oleh sebab itu ilmuwan
muslim harus giat agar berada pada garis depan dalam penguasaan iptek. Sejarah masa
keemasan Islam di Timur Tengah membuktikan bahwa ilmuwan muslim mampu berada
di garis depan dalam penguasaan iptek; Oleh sebab itu tiada kendala bagi ilmuwan
muslim masa kini untuk mengulang kembali sukses masa lalu tersebut.
Konsep pengembangan masyarakat islam dapat diserupakan dengan pengembangan
prilaku individu dengan masalah yang dihadapi oleh masyarakat. pengembangan
masyarakat Islam merupakan model empiris dan aksi sosial dalam bentuk pemberdayaan
masyarakat. Model pengembangan masyarakat Islam ini menunjuk kepada model
pemberdayaan tiga potensi dasar manusia, yaitu potensi fisik, potensi akal dan potensi
kalbu.
Kata peranan menurut kajian sosiologis, berarti aspek dinamis dari status, dan status
adalah kedudukan seseorang atau kelompok yang diakui dalam masyarakatnya. Penting
peranan penyuluh agama dalam pengembangan masyarakat secara konseptual, maka
perlu menempatkan mereka dalam konteks atau serba kelembagaan dalam bidang
dakwah, sosial, ekonomi, budaya, politik dan pemerintahan. Mendukung penyuluh
agama sehingga dapat berperan dalam pengembangan masyarakat Islam. Adanya status
penyuluh agama yang jelas sebagai pegawai negeri maupun tenaga honorer, adanya sikap
keterbukaan, kerjasama dan toleransi, mendapat penghasilan, memiliki kompetensi yang
relatif memadai dan sesuai dengan kondisi masyarakat.

AIK III - Dakwah Bil Hal melalui pengembangan dan penerapan IPTEKS 11
Masyarakat dalam kehidupan selalu mengalami perubahan dan perubahan itu tidak
selalu lebih baik bahkan terjadi sebaliknya. Manusia akan mengalami krisis identitas
dirinya sebagai makhluk yang mulia disisi Allah, karena itu dakwah juga mengalami
perubahan sesuai dengan transformasi sosial yang berkembang seiring dengan kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dalam era teknologi saat ini sudah selayaknya masyarakat Islam menunjukkan
eksistensinya dimata dunia. Perkembangan masyarakat Islam dituntut dalam segala
bidang dan tetap berpegang teguh pada cita-cita dan perjuangan Rasulullah dalam
dakwah Islam. Untuk membuktikan perkembangan masyarakat Islam tersebut bukan saja
dengan jalan dakwah bil-lisan tetapi lebih ditunjukkan dengan dakwah bil-hal.

AIK III - Dakwah Bil Hal melalui pengembangan dan penerapan IPTEKS 12
DAFTAR PUSTAKA

http://gembullranran.blogspot.co.id/2014/05/
Di akses pada tanggal 5 Juni pukul 14.00

http://elmuqorrobin.blogspot.co.id/2014/12/dakwah-bil-hal.html
Di akses pada tanggal 5 Juni pukul 14.05

http://inafauzia95.blogspot.co.id/2015/05/dakwah-bil-hal-melalui-pengembangan-dan.html
Di akses pada tanggal 5 Juni pukul 14.10

AIK III - Dakwah Bil Hal melalui pengembangan dan penerapan IPTEKS 13

Anda mungkin juga menyukai