Anda di halaman 1dari 19

ANALISA ERGONOMI PADA PROSES HOUSING DENGAN

PENDEKATAN STANDAR OHSAS 18001 (study kasus di


PT.Kinenta)
SUPARMAN1 14121059
STT TEXMACO,Alamat email: Suparmanbarsa3@gmail.com

ABSTRAK
Berdasarkan keluhan dari operator yang sering merasakan sakit pada bagian
tubuh tertentu. Rasa sakit diakibatkan dari alat bantu kerja yang digunakan oleh oprator
dibagian housing tidak sesuai dengan ukuran antropometri operatornya, dikarenakan
alat bantu yang digunakan saat ini belum mengalami perkembangan atau perbaikan.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan rancangan terbaik dan
ergonomis dari alat bantu kerja yang ada (rak housing) dan Mengetahui proses yang ada
apakah sudah ergonomi atau belum dengan memperhatikan standar OHSAS 18001.
Dalam penelitian ini menggunakan metode ergonomi dengan pendekatan standar
OHSAS 18001. Dan hasil dari penelitian ini adalah adanya beberapa perubahan dimensi
rak housing (alat bantu kerja pada bagian housing) dengan berpatokan pada hasil
perhitungan antropometri tubuh opratornya yang di tunjukan oleh nilai percentil ke-50
(P50). Ukuran, bentuk dan dimensi rak housing tersebut disesuaikan dengan standar
OHSAS 18001 yang berkaitan dengan kesehatan kerja suatu oprator.
Kata kunci : Antropometri, Ergonomi, OHSAS 18001, dan K3

ABSTRACK
Isi abstract (dalam Bahasa Inggris) menggnakan jenis font Calibri dengan ukuran 10pt,
italic, line spacing single, dan spacing 12pt untuk paragraf selanjutnya. Panjang abstrak
maksimum adalah 200 kata.

Keywords: Gunakan jenis font Calibri, 10pt, italic.

I. Pendahuluan
1.1 Latar belakang
Ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi–
informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia merancang suatu sistem kerja,
sehingga manusia dapat hidup dan bekerja pada sistem itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan
yang diinginkan melalui pekerjaan itu dengan efektif, aman, nyaman dan sehat. Fokus dari
ergonomi adalah manusia dalam kaitannya interaksinya dengan produk, peralatan, fasilitas,
prosedur dan lingkungan pekerjaan serta kehidupan sehari-hari. dimana penekanannya adalah
pada faktor manusia yang bertindak sebagai oprator produksi.
Para operator dalam melakukan pekerjaannya, posisi kerja mereka sering tidak sesuai
dengan prinsip-prinsip ergonomi yaitu terlalu membungkuk, jangkauan tangan terlalu jauh, alat
yang terlalu kecil, alat yang terlalu tinggi dan lain-lain. Sehingga dari posisi kerja operator
tersebut dapat mengakibatkan beberapa faktor permasalahan yaitu kelelahan dan rasa sakit atau
nyeri di daerah-daerah tertentu yang diakibatkan oleh ketidak standaran posisi kerja, seperti
timbulnya rasa nyeri pada bahu,kaki,pinggang,dan lain-lain.
Untuk itu PT. Kinenta indonesia yang bergerak di bidang manufaktur atau lebih tepatnya lagi di
bagian perakitan wiring harness, mereka memiliki masalah banyaknya man power yang tidak
masuk dikarenakan sakit yang sama dengan yang di paparkan di atas, maka dari pada itu peneliti
akan melakukan penelitian dengan objek penelitian pada stasiun kerja bagian housing karena

1
dibagian tersebut kebanyakan man power yang tidak masuknya. Bagian housing adalah suatu
proses perakitan wire dengan konektor dengan menggunakan alat bantu yang berupa Rak
housing. Rak housing adalah tempat untuk menyimpan bahan baku pembuatan wiring harness
sekaligus sebagai tempat perakitan wiring harness itu sendiri. objek penelitian ini akan
dilakukan perancangan ulang ( redesign ) dengan kondisi yang dapat menunjang peningkatan
produktivitas kerja operatornya. Karena dengan kondisi tempat kerja yang sehat, enak, aman
dan nyaman. Operator diharapkan akan mencapai produktivitas kerja yang sangat tinggi serta
dapat bertahan dalam jangka waktu lama, berdasarkan uraian tersebut di atas maka penulis
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ANALISA ERGONOMI PADA PROSES
HOUSING DENGAN PENDEKATAN STANDAR OHSAS 18001 ( study kasus di pt.
Kinenta )” agar operator dapat bekerja dengan efektif, aman,sehat, nyaman, dan efisien.

1.2 Rumusan masalah


Adapun masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut:
1) Bagaimana merancang atau mendesign rak housing dengan memperhatikan aspek-
aspek ergonominya?
2) Bagaimanakah proses yang berlangsung apakah sudah ergonomi atau belum dengan
memperhatikan standar OHSAS 18001?
1.3 Manfaat peneliatian
a. Untuk mengevaluasi apakah rak housing sudah ergonomi atau belum
b. Untuk meminimalkan waktu operasi pembuatan wiring harness

c. Untuk membuat operator produksi bekerja dengan aman,nyaman dan sehat


sehingga dapat meningkatkan produktivitas produksinya.

II. LANDASAN TEORI


2.1. Analisa Metode Kerja
Teknik tata cara kerja merupakan suatu ilmu yang terdiri dari teknik – teknik dan prinsip-
prinsip untuk mendapatan rancangan (desain) terbaik dari sistem kerja, teknik dan prinsip –
prinsip ini di gaunakan untuk mengatur komponen – komponen sistem kerja yeng terdiri dari
manusia dengan sifat dan kemampuannya, bahan, perlengkapan dan peralatan kerja serta
lingkungan kerja sehingga tercapai tingkat efesien dan produktifitas tinggi yang di ukur dengan
waktu yang di habiskan.
Metode kerja adalah suatu kegiatan pencatat secara sistematis dan pemeriksaan dengan
seksama mengenai cara- cara yang berlaku atau yang di usulkan untuk melaksanakan kerja.
Sasaran pokok dari efektifitas ini adalah mencari, mengembangkan dan menerapakan metode
kerja yang lebih efektif dan efesien dengan tujuan akhir adalah waktu penyelesaian lebih singkat
dan cepat. Adapun komponen sistem kerja yang harus di pelajari guna memperoleh metode
kerja yang baik meliputi :
1. Komponen Material, yaitu bagaimana menempatkan material, jenis material yang
mudah diproses dan lain sebagainya.
2. Komponen Manusia, yaitu bagaimana sebaiknya posisi orang pada saat proses kerja
berlangsung agar mampu memberikan gerakan-gerakan kerja yang efektif dan efisien.
3. Komponen Mesin, yaitu bagaimana desain dari mesin dan atau peralatan kerja lainnya.
4. Komponen Lingkungan Kerja Fisik, yaitu bagaimana kondisi lingkungan kerja fisik tempat
operasi kerja tersebut dilaksanakan.
Dari apa yang telah diuraikan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan pokok
dari kegiatan analisa metode kerja ini adalah sebagai berikut :
1. Perbaikan proses dan tata cara pelaksanaan penyelesaikan pekerjaan
2. Perbaikan dan penghematan penggunaan material, tenaga mesin/fasilitas kerja lainnya serta
tenaga kerja manusianya.
3. Usaha manusia dan pengurangan keletihan yang tidak perlu.

2
4. Tata ruang kerja yang mampu memberikan suasana lingkunagan kerja yang nyaman dan
aman.

2.2. Tenaga Kerja dan Jam Keja


Tabel 2.2. Tenaga kerja yang terdapat di proses housing K25 .
Uraian Pria Wanita Jumlah Jumalah
(Orang) (orang) (orang)

Kepala 1 1 1

Karyawan pimpinan 1 1 1

Karyawan pelaksana 8 4 12 12

Sumber : plasma stt texmaco 2015


Waktu kerja di p l a s m a s t t t e x m a c o s u b a n g yaitu waktu kerja karyawan
produksi dari hari senen – jum’at dari jam 07.00-16.00 wib.
2.3. Definisi Ergonomi
Istilah Ergonomi berasal dari bahasa Latin yaitu ERGON (kerja) dan NOMOS (hukum
alam). Ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan
informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia untuk
merancang suatu sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem itu
dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu, dengan efektif,
aman, nyaman, sehat, efisien.( Sritomo Wingjosoebroto 2000)
Ilmu ergonomi akan memberikan manfaat yang sangat besar apabila perusahaan menerapkan
secara tepat. Manfaat penerapan ergonomi antara lain adalah :
1. Menambah waktu kecepatan kerja, ketepatan, keselamatan kerja, mengurangi energi serta
kelelahan yang berlebihan.
2. Mengurangi waktu, biaya pelatihan dan pendidikan.
3. Mengoptimalkan pendayagunaan sumer daya manusia melalui peningkatan
keterampilan yang diperlukan.
4. Mengurangi waktu yang terbuang sia-sia dan meminimalkan kerusakan peralatan yang
disebabkan kesalahan manusia.
5. Meningkatkan kenyamanan karyawan dalam bekerja.
2.4. Tujuan dan Pentingnya Ergonomi
Tujuan ergonomi adalah untuk meningkatkan produktifitas tenaga kerja pada suatu
perusahaan atau organisasi. Hal ini dapat tercapai apabila terjadi kesesuaian antara
pekerja dan pekerjaannya. Banyak yang menyimpulkan bahwa tenaga kerja harus dimotivasi.
Dengan demikian akan menurunkan jumlah tenaga kerja yang tidak masuk kerja. Namun
pendekatan ergonomi mencapai kebaikan antara pekerja dan pimpinan perusahaan. Hal
ini dapat tercapai dengan memperhatikan 4 tujuan utama ergonomi, antara lain :
1. Memaksimalkan efesiensi tenaga kerja
2. Memperbaiki kesehatan dan keselamatan kerja
3. Menganjurkan agar bekerja aman (comfort), nyaman dan bersemangat
4. Memaksimalkan performansi kerja yang meyakinkan
2.5. Bidang Kajian Ergonomi
Salah satu usaha untuk mendapatkan informasi mengenai kemampuan manusia
dengan segala keterbatasannya untuk dapat menrapkan ergonomic yaitu dengan melakukan
penyelidikan-penylidikan yang dilakukan. Ergonomi dikelompokkan atas 4 bidang
penyelidikan yaitu :
1. Penyelidikan Tentang Tampilan

3
Tampilan (display) adalah suatu perangkat antara penyaji informasi mengenai keadaan
lingkungan dan kemudian mengkomunikasikannya pada manusia dalam bentuk tanda-
tanda, angka-angka, lambing dan sebagainya. Informasi ini dapat ditampilkan dalam
bentuk statis, misalnya peta yang menggambarkan perubahan menurut waktu
sesuai dengan variabelnya, misalnya speedometer.
2. Penyelidikan Tentang Kekuatan Fisik
Dalam hal ini diselidiki aktifitas-aktifitas manusia ketika bekerja kemudian
dipelajari cara mengukur aktifitas tersebut. Penyelidikan ini juga mempelajari perancangan
objek serta peralatan yang sesuai dengan kemampuan fisik manusia pada saat
melakukan aktifitasnya.
3. Penyelidikan Tentang Ukuran Tempat Kerja
Penyelidikan ini bertujuan untuk mendapatkan rancangan tempat kerja yang sesuai
dengan dimensi tubuh manusia, agar diperoleh tempat kerja yang baik. Tempat kerja yang
baik adalah tempat kerja yang memperhatikan dan memperhitungkan kemampuan dan
keterbatasan manusia.
4. Penyelidikan Tentang Lingkungan Kerja
Penyelidikan ini meliputi kondisi fisik tempat kerja dan fasilitas seperti pengaturan
cahaya, kebisingan, getaran, bau, kelembapan dan lain-lain yang dianggap dapat
mempengaruhi tingkah laku manusia.
Pengelompokkan bidang kajian ergonomic yang secara lengkap mencakup seluruh
perilaku manusia dalam bekerja adalah sebagai berikut :
a. Antropometri
Antropometri mengkaji masalah dimensi tubuh manusi.Informasi dimensi tubuh
manusia diperlukan untuk merancang suatu system kerja yang ergonomis agar
menunjang kemudahan, kenyamanan dan keamanan dari suatu pekerjaan. Perbedaan ini
merupakan kdrat bahwa tidak ada individu yang persis sama dalam segala hal.
b. Faal Kerja
Perilaku manusia yang dibahas dalam faal kerja adalah reaksi tubuh manusia selama
bekerja khususnya mengenai energi yang dikeluarkannya. Energi diperoleh manusia dari
makanan yang dimakannya. Malalui berbagai tahap metabolisme pada system pencernaan,
zat-zat yang mengandung energi disimpan dalam bentuk lemak dan glikogen. Untuk
keperluan bekerja glikogenlah yang berperan besar, sedangkan darah membawa oksigen
untuk dikirim ke otot-otot tubuh yang memerlukannya. Beberpa perilaku manusia yang
dibahas dalam faal kerja adalah kelelahan ( fatique otot).
c. Biomekanika
Biomekanika kerja mengkaji perilaku tubuh manusia dari aspek-aspek
mekanika gerakan anggota tubuh. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa biomekanika
kerja berhubungan dengan kekuatan, daya tahan, kecepatan dan kemampuan otot dalam
berinteraksi dengan aspek-aspek mekanik yang ditimbulkan oleh kerja.
2.6. Prinsip-prinsip Ekonomi Gerakan
Dalam menganalisa dan mengevaluasi metode kerja guna memperoleh metode kerja
yang lebih efisien, maka perlu mempertimbangkan prinsip-prinsip ekonomi gerakan
(principles of motion economy). Prinsip-prinsip ekonomi pada suatu stasiun kerja dan bias
juga untuk kegiatan kerja yang berlangsung secara menyeluruh dari suatu stasiun kerja
kestasiun kerja yang lainnya.
Prinsip-prinsip ini dapat dihubungkan dengan beberapa hal, yaitu :
1. Prinsip-prinsip ekonomi gerakan yang dihubungkan dengan tubuh manusia dan gerakanya,
yang terdiri dari:
a. Kedua tangan sebaiknya memulai dan menmgakhiri gerakan pada saat yang sama.
b. Kedua tangan sebaiknya tidak menganggur pada saat yang sama kecuali pada waktu
istirahat
c. Gerakan kedua tangan akan lebih mudah jika atu terhadap lainnya saling simetris dan
berlawanan arah

4
2. Prinsip ekonomi gerakan yang dihubungkan dengan pengaturan tata letak tempat kerja yang
terdiri dari :
a. Sebaiknya diusahakan agar badan dan peralatan mempunyai tempat yang tetap.
b.Tempatkan bahan-bahan dan peralatan ditempat yang mudah dicapai.
c.Tempat penyimpanan bahan yang akan dikerjakan sebainya memanfaatkan prinsip gaya berat
sehingga bahan yang akan dipakai selalu tersedia ditempat yang dekat untuk di ambil.
d. Sebaiknya untuk menyalurkan objek yang sudah selesai dirancang mekanismenya
baik.
e. Tinggi tempat kerja dan kursi sebaiknya sedemikian rupa sehingga alternative berdiri
atau duduk dalam menghadapi pekerjaan merupakan salah satu hal yang menyenangkan.
Tata letak peralatan dan pencahayaan sebaiknya diatur sedemikian rupa sehingga
membentuk kondisi yang baik untuk penglihatan.
3. Prinsip ekonomi gerakan yang dihubungkan dengan perancangan peralatan.
a. Sebaiknya tangan dapat dibebaskan dari semua pekerjaan bila penggunaan dari perkakas
pembantu atau alat yang dapat digerakkan dengan kaki dapat ditingkatkan.
b. Peralatan dirancang sedemikian rupa sehingga memudahkan dalam pemegangan dan
penyimpanannya.
c. Sebaiknya peralatan dirancang dengan baik agar mempunyai lebih dari satu kegunaan.
d. Bila setiap jari tangan melakukan gerakan sendiri-sendiri maka beban yang
didistribusikan pada jari harus sesuai dengan kekuatan masing-masing jari.
Prinsip ekonomi gerakan diatas sangat berkaitan cukup erat satu sama lain dapat gunakan
untuk menganalisa gerakan-gerakan kerja setempat yang terjadi dalam sebuah stasiun kerja
dan bisa juga untuk kegiatan-kegiatan kerja yang berlangsung secara menyeluruh dari satu
stasiun kerja ke stasiun kerja yang lainnya.

2.7. OHSAS 18001

OHSAS (Occupational Health and Safety Assesment Series) 18001 adalah merupakan
serial dari persyaratan dan spesifikasi dalam penerapan Sistem Manajemen Kesehatan dan
Keselamatan Kerja. Adapun OHSAS 18001:2007 merupakan pembaharuan dari OHSAS
18001:1999 yang menjelaskan tentang persyaratan dan spesifikasi standar dalam penerapan
Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja. OHSAS 18001:2007 menitikberatkan
pada pencegahan cedera dan sakit serta kecelakaan. Selain itu juga menitikberatkan pada
pengontrolan resiko K3 untuk meningkatkan kinerja K3 (M.Natsir,2009).
A. Klausul 4.3.3 OHSAS 18001:2007 didefinisikan sebagai cita – cita terukur dari suatu
manajemen organisasi (perusahaan) terhadap resiko K3 yang ingin diciptakan.
Dalam klausul ini terdapat syarat- syarat dalam menyusun sasaran/target/tujuan K3
antara lain:
1. Dokumentasi diterapkan dan dirawat.
2. Terukur, dapat diterapkan dan sesuai dengan kebijakan K3 organisasi(perusahaan).
3. Mengacu pada pemenuhan peraturan perundang-undangan terkait resiko K3 (termasuk
pada pilihan teknologi, pendanaan, persyaratan bisnis dan oprasional serta pandangan
pihak ketiga yang berhubungan dengan aktivitas oprasional organisasi/perusahaan).
Untuk syarat-syarat dalam menyusun program-program K3 untuk mencapai
sasaran/tujuan/target K3 antara lain ialah:
1. Penerapan tanggung jawab terkait tingkatan struktur organisasi (perusahaan).
2. Terdapat kerangka jadwal rencana pencapaian progaram-program K3.
3. Ditinjau secara berkala yang di rencanakan menurut jangkauan waktu tertentu dan
disesuaikan seperlunya untuk menjamin tercapainya sasaran/tujuan/target K3
organisasi (perusahaan).
B. Hubungan OHSAS 18001 dengan K3 (kesehatan kerja)
Ohsas 18001 :2007 adalah suatu standar internasional untuk sistem manejemen
kesehatan dan keselamatan kerja. Diterbitkan tahun 2007 menggantikan ohsas 18001:1999, dan

5
dimaksudkan untuk mengelola aspek kesehatan dan keselamatan kerja (K3), OHSAS
18801:2007 menyediakan kerangka bagi manejemen K3 termasuk kesesuaian dengan peraturan
perundang-undangan yang diterapkan pada aktivitas – aktivitas anda dan mengenali adanya
bahaya-bahaya yang timbul.
Standar tersebut dapat diterapkan pada setiap organisasi yang berkemauan untuk
menghapuskan atau meminimalkan resiko bagi para karyawan dan pemegang kepentingan
lainya yang berhubungan langsung dengan resiko K3 menyertai aktifitas – aktifitas yang ada.
Banyak organisasi memiliki elemen-elemen yang mensyaratkan oleh OHSAS 18001:2007
tersedia ditempat penggunaam yang dapat saling melengkapi untuk membuat lebih baik sistem
manejemen terpadu sesuai dengan persyaratan standar ini. Organisasi yang
menginplementasikan ohsas 18001:2007 memiliki struktur manejemen yang terorganisir dengan
wewenang dan tanggung jawab yang tegas sasaran perbaikan yang jelas hasil pencapaian yang
dapat diukur dan pendekatan yang terstuktur untuk penilaian resiko. Demikian pula pengawsan
terhadap kegagalan manejemen pelaksanaan audit kinerja dan melakukan tinjauan ulang
kebijakan dan sasaran K3.
Ohsas 18001 :2007 merupakan hak asasi manusia (ham). Tentunya setiap manusia
membutuhkan kenyamanan,keselamatan dan kesehatan dalam hidupnya. Terutama dalam
bekerja setiap karyawan ingin berangkat kerja dalam keadaan sehat dan selamat pulang kerumah
pun sama kondisinya.
Oleh karena itu perusahaan harus memenuhi peraturan perundang-undangan yang
berlaku baik undang-undang peraturan pemerintah peratuaran menteri dan lainya. Peraturan
tersebut dibuat untuk menjamin terpenuhinya standar-standar kesehatan dan keselamatan bagi
setiap manusia.
Pemakaian biaya didalam perusahaan harus efisien. Dengan banyaknya kecelakaan dan
penyakit akibat kerja akan menyebabkan biaya oprasional perusahaan semakin meningkat
seperti biaya pengobatan, kompensasi, biaya lembur bertambah, kehilangan produksi dan lainya.
Disinilah kinerja perusahaan (produktivitas) akan terpengaruh jika ohsas 18001 : 2007
perusahaan buruk.
Perusahaan harus mempunyai citra yang baik untuk para stakeholder seperti pembeli,
masyarakat dan pemerintah. Citra yang baik akan meningkatkan nilai tambah perusahaan.
Dengan menerapkan ohsas 18001:2007 orang akan percaya bahwa perusahaan sangat peduli
dengan K3 yang merupakan kebutuhan bagi setiap manusia.
Manfaat dengan diterapkan nya ohsas 18001:2007 bagi organisasi antara lain:
 Sebagai bukti bahwa manejemen yang menaruh perhatian terhadap pengelolaan K3.
 Memberikan suatu mekanisme terhadap pengelolaan dan jaminan penyempurnaan
berkelanjutan.
 Menunjukan kepatuhan terhadap peraturan dan perundang-undangan.
 Meningkatkan citra perusahaan dimata publik nasional dan internasional.
 Meningkatkan efisiensi dan produktifitas kerja guna mencegah/ mengurangi resiko
kecelakaan dan penyakit akibat kerja melalui pendekatan sistem.
 Mengurangi biaya oprasional dengan meminimalkan kehilangan waktukerja karena
kecelakaan dan penyakit akibat kesehatan serta mengurangi biaya kompensasi hukum.
 Meningkatkan hubungan dengan pihak pihak yang berkepentingan dengan perlindungan
pada kesehatan dan properti karyawan, para pelanggan dan rakanan

III. Metodologi penelitian


3.1. Identifikasi masalah
Pada tahap awal ini dilakukan peninjauan awal kemudian dilanjutkan dengan
identifikasi terhadap masalah-masalah yang ditimbulkan oleh sistem operasi pada stasiun
kerja, sehingga dapat diperbaiki dengan mengaplikasikan ilmu ergonomi. Meskipun ini
timbul karena kurang diperhatikan faktor akan kemampuan dan keterbatasan manusia dalam
melakukan pekerjaan sehingga menimbulkan suatu kondisi yang tidak dikehendaki.

6
Kondisi yang tidak dikehendaki misalnya menyangkut tangan yang melebihi tinggi siku,
terlalu rendah nya penyimpanan barang, posisi membungkuk, jarak jangkauan yang terlalu
jauh atau terlalu dekat, kondisi seperti ini akan berpengaruh pada pekerja misalnya rasa nyeri
pada punggung, rasa nyeri pada lengan, untuk mengetahui hal tersebut dilakukan analisa
physiological performance.
3.2 Rumusan masalah
Dalam merumuskan masalah, dimana dilakukan penetapan untuk menganalisa
kondisi kerja pada stasiun kerja dibagian housing yang menyangkut tentang fasilitas yang
dipergunakan pekerja dalam melakukan aktifitasnya, yang dinilai tidak ergonomis berdasarkan
hasil analisis dengan berangkat dari faktor manusia sebagai pengguna sehingga diperoleh suatu
rancangan stasiun kerja yang ergonomis.
3.3 studi pustaka
Teori serta prinsip-prinsip berkenaan dengan ergonomi digunakan dalam penelitian
ini,khususnya bidang penyelidikan tentang ukuran tubuh manusia (antropometri). Untuk
menunjang studi ergonomi ini, dimanfaatkan pula sejumlah disiplin ilmu yang lain, termasuk
anatomi dan fisiologi, perancangan produk serta teknik tata cara kerja dan pengukuran kerja.
3.4 pengumpulan dan pengolahan data
Pengumpulan data dilakukan secara langsung pada stasiun kerja untuk mengetahui
kondisi kerja. Dalam pengamatan ini dilakukan pengambilan gambar terhadap stasiun kerja,
pengambilan/pengumpulan ukuran stasiun kerja, dimensi tubuh manusia. Selanjutnya data
antropometri akan diolah menjadi tabel antropometri yang nantinya digunakan untuk analisa
antropometri tentang perancangan fasilitas kerja pada stasiun kerja tersebut.
Data-data yang telah didapatkan, selanjutnya akan diolah sebagai berikut :
a. Data dimensi tubuh manusia selanjutnya akan analisis statistik yang diperlukan dalam
pengolahan data ini adalah uji kenormalan data, uji keseragaman, uji kecukupan data,
selanjutnya akan dihitung percentile untuk masing-masing dimensi tubuh, dimana hal ini
sangat diperlukan pada tahap perancangan.
b. Data-data subyektif yang berkaitan dengan perasaan atau kondisi tubuh operator pada
saat bekerja distasiun kerja yang bersangkutan akan diolah untuk mengetahui bagaimana
kondisi nyata yang dirasakan operator selama bekerja. Subyektifitas ini berupa keluhan-
keluhan sakit atau kaku diotot pada bagian tubuh tertentu dengan kondisi yang ada dan
langkah-langkah analisis subyektifitasnya.
c. Data waktu operasi selanjutnya akan diolah untuk mendapatkan waktu dan output standar
pada stasiun kerja tersebut. Serangkaian analisis statistik yang diperlukan dalam
pengolahan data ini adalah uji statistik dan langkah-langkah perhitungan penentuan waktu
standart dan output standart.
3.5. alat analisis
Adapun analisa yang akan di gunakan adalah sebagai berikut:
a) Analisa antropometri
Pada tahap ini pengolahan data terhadap dimensi-dimensi tubuh manusia atau
operator yang telah di buat tabel antropometri akan dimanfaatkan untuk
perancangan ulang ukuran geometris dan fasilitas kerja pada stasiun kerja.
Berdasarkan data-data tabel antropometri tersebut dapat diketahui apakah ukuran
geometris dari fasilitas kerja yang ada sekarang sudah sesuai dengan dimensi
segmen tubuh operatornya atau belum.
b) Analisa subjektif
Analisa ini di gunakan untuk mengetahui atau membandingkan perubahan dengan
keluhan –keluhan yang dirasakan oleh oprator antara fasilitas kerja sebelumnya
dengan fasilitas kerja yang setelah dirancang ulang pada stasiun kerja tersebut atau
analisa ini dilakukan untuk mengetahui keluhan-keluhan sakit yang di nilai secara
subjektif oleh operator produksinya yang berkaitan dengan kondisi kerja yang ada.

7
c) Analisa physiological performance
Analisa ini dilakukan untuk mengetahui konsumsi energi yang dibutuhkan secara
tidak langsung. Penghitungan denyut jantung yang setelah di konversikan keenergi,
kemudian dilakukan perbandingan dengan standar estimasi pengeluaran energi dari
lehman.
3.6 Variabel OHSAS 18001
Variabel OHSAS 18001 sama dengan aspek- aspek ergonomi tentang K3 karena
variabel OHSAS 18001 dalam klausul 4.3.3 membahas tentang kesehatan kerja atau sama
dengan K3.
1. Aspek tata letak dan ergonomi

 Tata letak adalah pengaturan letak atau tempat alat-alat kerja atau mesin dan benda-
benda serta perlengkapan lainnya . Menempatkan atau meletakan mesin atau alat-alat
disusun atau diatur sedemikian rupa sehingga sesuai dengan tahapan proses produksi
dan dengan demikian pemborosan bahan, waktu dan tenaga dapat dikurangi.
 Demikian pula halnya dengan penempatan bahan-bahan kimia atau bahan-bahan yang
mudah terbakar harus terjamin sehingga tidak menimbulkan bahaya.
 Memgenai ergonomi, seperti yang telah dijelaskan terdahulu adalah ilmu dan
teknologi penyerasian antara tenaga kerja dengan alat-alat atau mesin dan lingkungan
kerja, sehingga dapat mengurangi atau mencegah kejenuhan, kelelahan dan penyakit
pada tenaga kerja.

Pelayanan kesehatan ditempat kerja meliputi antara lain:

a. Usaha pencegahan penyakit.


b. Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja.
c. Pemeriksaan kesehatan berkala dan khusus.
d. Pengobatan.
e. Rehabilitasi.

2. Aspek pelayanan kesehatan

Disamping itu untuk pengembangan pemeliharaan kesehatan ditempat kerja akan meliputi :

a. Kebersihan lingkungan.
b. Penyediaan air minum
c. Penyediaan poliklinik atau rumah sakit.
d. Keluarga berencana.
e. Bimbinghan untuk hidup sehat.

3. Gizi kerja dan kesehatan jasmani

 Karena tingkat pengahasilan pekerja di Indonesia pada umumnya rendah,maka tingkat


gizi dan kesehatan pekerja rendah, sehingga diperlukan usaha langsung yang dapat
meningkatkan gizi pekerja.
 Demikian pula penyuluhan kepada para pekerja perlu diberikan, sehinga mereka dapat
memanfaatkan penghasilanya yang terbatas itu secara lebih efisien.

4. Keselamatan kerja

8
 Keselamatan Kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat
kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan, tempat kerja dan lingkungannya serta
cara-cara melakukan kerja. Merupakan sarana utama untuk pencegahan kerugian; cacat
& kematian sebagai kecelakaan kerja, kebakaran, & ledakan.
 Sasaran : Tempat kerja: darat, udara, dalam tanah, permukaan air, dalam air.
Mencakup: Proses produksi & distribusi (barang & jasa)
 Peranan keselamatan kerja meliputi :
 Aspek teknis: Upaya preventif utk mencegah timbulnya resiko kerja
 Aspek Hukum: Sebagai perlindungan bagi tenaga kerja (TK) & orang lain di
tempat kerja
 Aspek ekonomi: Untuk efisiensi
 Aspek sosial: Menjamin kelangsungan kerja & penghasilan bagi
kehidupan yang layak
 Aspek kultural: Mendorong terwujudnya sikap & perilaku yang
disiplin, tertib, cermat, kreatif, inovatif, & penuh tanggung jawab.
 Sasaran keselamatan kerja ditujukan utk melindungi TK & orang lain yg berada
di tempat kerja, terjadinya kecelakaan kerja, peledakan, penyakit akibat kerja,
kebakaran, & polusi yang memberi dampak negatif terhadap korban, keluarga
korban, perusahaan, teman sekerja korban, pemerintah, & masyarakat.

3.6. kondisi kerja yang ergonomi


kondisi ini di dapat setelah penganalisaan hasil data yang telah dikumpulkan terdahulu
dan dibandingkan dengan kondisi pekerjaan yang aktual atau kondisi sebelum dilakukan
perubahan.
3.7. Perancangan ulang
Dari hasil analisa di atas akan diketahui hal-hal apa saja yang tidak ergonomis. Untuk
memperoleh kesesuaian antara stasiun kerja dengan segmen tubuh penggunanya atau
operatornya maka dilakukan perancangan ulang terhadap dimensi stasiun kerja yang tidak
ergonomis tersebut. Perancangan akan dilakukan sesuai dengan data antropometri pekerja yang
ada.
3.8. Kesimpulan dan saran
Dari seluruh langkah-langkah yang telah dilakukan di atas maka dilakukan
pengambilan keputusan guna memperoleh rancangan fasilitas kerja yang ergonomis, yang
sesuai dengan dimensi tubuh pekerjanya sehingga memberikan rasa aman, nyaman,dan sehat
dalam bekerja.
IV. Hasil dan Pembahasan
Untuk mengetahui cara kerja dan tempat kerja yang digunakan oleh housing, maka
terlebih dahulu perlu mengetahui kondisi kerja yang ada saat ini, sehingga melakukan perbaikan
dan perancangan kerja tidak menyimpang dari hasil yang diharapkan
4.3. Indentifikasi keluhan operator
Identifikasi masalah dilakukan dengan pengisian checklist keluhan yang
dirasakan pekerja. Dalam pengisian checklist ini mereka diharapkan memberikan tanda
check ( √ ) terhadap setiap bagian tubuh yang merasa kan keluhan, dimana ada empat
pilihan keluhan yang dirasakan dan skor diberikan dari tingkat keluhan yang ringan
sampai yang berat. ,keempat pilihan tersebut adalah :
1. Tidak ada keluhan ( dengan skor 0 ), hal ini apabila pekerja tidak merasakan
keluhan yang berarti terhadap bagian tubuh.
2. Rasa kesemutan ( dengan skor 1 ), hal ini bila pekerja hanya merasakan rasa
nyeri sesekali saja ketika bekerja.
3. Rasa pegal ( dengan skor 2 ), hal ini bila pekerja sering merasakan nyeri
terhadap bagian tubuh mereka.

9
4. Rasa sakit ( dengan skor 3 ), hal ini bila pekerja mengalami rasa pegal dan nyeri
yang lama ( masih dirasakan walaupun pekerjaan sudah selesai / sudah sampai
dirumah ).

Tabel 1. Hasil observasi dengan cheklist keluhan pekerja


Jumlah Keluhan pekerja
No Bagian Tubuh
Tidak ada Kesemutan Pegal Sakit Total
1 Leher 9 19 2 30
2 Bahu 3 2 18 7 30
3 Lengan 5 3 15 7 30
4 Punggung 4 1 11 14 30
5 Pinggang 3 11 16 30
6 Pantat 10 4 12 4 30
7 Siku 21 5 3 1 30
8 Tanggan 3 2 19 6 30
9 Paha 16 2 9 3 30
10 Lutut 11 2 16 1 30
11 Kaki ( Betis ) 1 4 23 2 30
Pergelangan
12
kaki 9 8 10 3 30

Tabel 2. percentase keluhan pekerja


Jumlah keluhan x skor
Prosentase
No Bagian Tubuh Tidak Total
Kesemutan Pegal Sakit (%)
ada
1 Leher 0 0 38 6 44 7,815275311
2 Bahu 0 2 36 21 59 10,47957371
3 Lengan 0 3 30 21 54 9,591474245
4 Punggung 0 1 22 42 65 11,54529307
5 Pinggang 0 0 22 48 70 12,43339254
6 Pantat 0 4 24 12 40 7,104795737
7 Siku 0 5 6 3 14 2,486678508
8 Tanggan 0 2 38 18 58 10,30195382
9 Paha 0 2 18 9 29 5,150976909
10 Lutut 0 2 32 3 37 6,571936057
11 Kaki ( Betis ) 0 4 46 6 56 9,946714032
Pergelangan
12
kaki 0 8 20 9 37 6,571936057
Total 563 100
Catatan : - Tidak ada keluhan : sekor 0 ; Rasa Kesemutan : skor 1
- Rasa Pegal : skor 2 ; Rasa Sakit : skor 3

10
14%
12%
10%
8%
6% 12,43%
11,54%
10,48%
10,30%9,95%9,59%
4% 7,81%7,11%6,57%6,57%
2% 5,15%
2,50%
0%

Bagian Tubuh

Gambar 1. Diagram keluhan bagian tubuh pekerja


Dari tabel diatas kita dapat simpulkan bahwa keluhan yang banyak dirasakan oleh
pekerja bagian housing kebanyakan sering dirasakan pada bagian pinggang sebanyak 12,43%
dan yang paling rendah adalah bagian siku sebesar 2,49%. Semua itu dipengaruhi oleh sering
terjadinya pengambilan material yang terlalu bawah atau yang terlalu atas maka dari pada itu
penulis ingin mencoba untuk mengusulkan perancangan ulang tempat kerja atau rak housing
agar biasa mengurangi keluhan-keluhan tersebut.

Gambar 2. Posisi manpower housing sedang ngambil conektor


4.4. Data antropometri pekerja
Data antropometri yang digunakan untuk menentukan bentuk, ukuran, dan dimensi yang
tepat berkaitan dengan peralatan yang dirancang dan manusia yang akan mengoprasikan /
menggunakan peralatan tersebut. Penerapan data antropometri akan dapat digunakan jika
tersedia nilai mean ( rata-rata ) dan SD ( Standard Deviasi ) dari suatu distribusi normal.
Disamping itu akan digunakan percentil yaitu suatu nilai yang menyatakan bahwa persentase
tertentu dari sekelompok orang yang dimensinya sama dengan atau lebih rendah dari niai
tersebut. Pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja bagian housing adalah dengan posisi berdiri
sehingga dalam perancangan peralatan yang digunakan sebagai acuan adalah data antropometri
pekerja dalam posisi berdiri. Data antropometri yang digunakan berkaitan dengan perancangan
dan pembuat alat bantu proses pembuatan wiriing harness diproleh dari pengukuran dimensi
tubuh pekerja secara statis yang meliputi:

11
Gambar 3. Data Antropometri Posisi Berdiri Yang Digunakan

Tabel 1. Data hasil pengukuran antropometri dalam (cm)

Sumber: Data antropometri manpower plasma STT Texmaco Subang


Setelah data diperoleh maka perlu ditentukan percentile supaya data tersebut valid.
Pemakaian nilai – nilai percentile yang umum diaplikasikan dalam perhitungan data
antropometri adalah seperti berikut ini:
Tabel 2. Macam percentile dan cara perhitungan
Percentile Perhitungan
P1 ̅ – 2.325σ

12
P5 ̅ – 1.645σ
P50 ̅
P95 ̅ + 1.645σ
P99 ̅ + 2.325σ

Diman : ̅ = Rata – rata pengukuran

σ= simpangan baku ( Strandard Deviation )


Xi = nilai x ke-i
n = ukuran sempel
( ̅)
σ= √| |
Tabel 3. contoh perhitungan standar deviasi
i xi ̅ xi- ̅ (xi- ̅ )²
1 158 162 -4 16
2 153 162 -9 81
3 150 162 -12 144
4 160 162 -2 4
5 160 162 -2 4
6 152 162 -10 100
7 166 162 4 16
8 170 162 8 64
9 170 162 8 64
10 170 162 8 64
11 154 162 -8 64
12 160 162 -2 4
13 167 162 5 25
14 161 162 -1 1
15 144 162 -18 324
16 152 162 -10 100
17 150 162 -12 144
18 170 162 8 64
19 176 162 14 196
20 155 162 -7 49
21 156 162 -6 36
22 153 162 -9 81
23 165 162 3 9
24 166 162 4 16
25 174 162 12 144
26 175 162 13 169
27 167 162 5 25
28 165 162 3 9
29 168 162 6 36
30 177 162 15 225

∑( ̅) 2278

Dari tabel diatas diperoleh


( ̅ ) = 2278 cm

13
Oleh karena itu dapat dihitung varian
( ̅)
σ² = = = 78,55cm
σ=√
σ = 8,86 cm
perhitungan percentil P5, P50, P95 untuk tinggi badan tegak :
P5 = ̅ – 1,645σ
= 162 – 1,645 . 8,86
= 147,6 cm
P50 = ̅
= = 162 cm
P95 = ̅ + 1,645σ
= 162 + 1,645 . 8,86
= 176,7 cm

setelah dilakukan perhitungan maka didapatkan hasil perhitungan bagi masing –


masing antropometri yang disajikan pada tabel 4.
Tabel 4. Data hasil perhitungan antropometri
Pengukuran (cm)
Bagian Tubuh
SD P5 P50 P95

Tinggi badan tegak 8,86 147,6 162 176,7


tinggi mata berdiri 9,24 136,6 152 151,8
tinggi bahu berdiri 7,97 12,29 134 134,4
tinggi siku berdiri 6,43 91,95 103 113,1
tinggi pinggang berdiri 5,02 87,31 95,6 103,8
jangkauan tangan keatas 13,9 168,9 192 214,7
panjang lengan bawah 5,22 35,31 43,9 52,49
tinggi lutut berdiri 4,01 38,9 45,5 52,1
tebal dada 3,14 14,7 19,9 25,03
tebal perut 4,48 10,1 17,5 24,84
jangkauan tangan kedepan 5,65 61,84 71,1 80,43
rentangan tangan 19,3 134,9 167 198,4
Sumber : Data hasil perhitungan persentil antropometri manpower

Berdasarkan perhitungan percentil yang telah dilakukan maka data tersebut yang akan
digunakan dalam perancangan ini adalah hasil perhitungan percentil ke-50. Untuk data
selengkapnya bisa dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Data antropometri untuk perancangan peralatan kerja


Pengukuran (cm)
Bagian Tubuh
P5 P50 P95

Tinggi badan tegak 148 162,1 177


tinggi mata berdiri 137 151,8 152
tinggi bahu berdiri 12,3 134,4 134
tinggi siku berdiri 92 102,5 113

14
tinggi pinggang berdiri 87,3 95,57 104
jangkauan tangan keatas 169 191,8 215
panjang lengan bawah 35,3 43,9 52,5
tinggi lutut berdiri 38,9 45,5 52,1
tebal dada 14,7 19,87 25
tebal perut 10,1 17,47 24,8
jangkauan tangan kedepan 61,8 71,13 80,4
rentangan tangan 135 166,6 198

4.5 peralatan kerja yang digunakan


Pekerjaan yang dilakukan oleh operator housing adalah perangkaian sircuit atau
penginsettan wire ke dalam sebuah konektor, sehingga peralatan kerja utama yang berhubungan
dengan seorang housing adalah rak housingannya, dan rak housing itu lah yang akan dilakukan
penelitian berkaitan dengan keluhan yang dirasakan pekerja selama ini.
1). Tempat perkitan sircuit ( rak housing )
Tempat perakitan circuit ( rak housing ) yang digunakan pekerja saat ini mempunyai
ukuran :
a) Desain sebelum

Tempat Wire

Tempat Conector

Rak Housing Rak Housing

Gambar 4. Ukuran peralatan kerja dan jenis bahan yang di gunakan sebelum
penganalisaan pengukuran antropometri
b) Desain sesudah
Berdasarkan keluhan operator ukuran dimensi rak housing mengalami perubahan
sebagai berikut:

15
Tempat wire

Rak Housing Tempat Conector

Gambar 5. setelah di lakukan penganalisaan hasil perhitungan antropometri tubuh


a. Tinggi rak housing
Penentuan tinggi rak menyesuaikan dengan tingginya jangkauan tangan ke atas dengan
menggunakan percentil ( P50). Perhitungan tinggi rak sebagai berikut:
Tinggi rak = tinggi jangkauan tangan keatas (P50)
= 191,77 cm
b. Lebar rak
Data antropometri yang digunakan sebagai acuan dalam merancang lebar rak adalah
jangkauan tangan kedepan dengan menggunakan percentil ke 50. Perhitungan lebar rak
sebagai berikut:
Lebar rak = JTD (P50)
= 71,13 cm
c. Panjang tempat conector
Ukuran panjang rak diperoleh dari ukuran siku ke ujung jari tengah
(SKJT) menggunakan percentil (P50). Perhitungan panjang rak sebagai
berikut:
Panjang rak = 43,9 cm
d. Tinggi tempat konector
Penentuan tinggi tempat konector adalah menggunakan tinggi bahu
berdiri (P50) – panjang lengan bawah (P50). Perhitungan tinggi tempat
konector sebagai berikut :
Tinggi tempat konector = TBB (P50) – PLB (P50)
=134,40 cm - 43,90 cm
= 90,5 cm
e. Tinggi tempat wire
Penentuan tinggi tempat wire diperoleh dari ringgi bahu berdiri (TBB)
menggunakan percentil (P50). Karena sering terjadi pengambilan material,
perhitugan tinggi tempat wire sebagai berikut:
Tinggi tempat wire = 134,40 cm
4.6. Analisis hasil pembahasan

Pada tahap ini akan membahas tentang analisis dan perbaikan hasil penelitian yang telah
dikumpulkan dan telah diolah pada bab sebelumnya. Analisis dan perbaikan hasil dilakukan

16
pada alat perancangan lama, alat perancangan baru dan fisikologi kerja sebelum dan sesudah
dilakukan perancangan ulang.
5.1. Analisis perancangan alat lama
Hasil perancangan lama dari perusahaan merupakan desain alat bantu pembuatan
wiriing harness yang digunakan pekerja di PT. Kinenta Indonesia. Alat rancangan lama tersebut
mempunyai banyak kelemahan antara lain:
1. Tinggi Rak kurang standar
Ketinggian yanga kurang standar tersebut mengakibatkan banyak keluhan dari
pekerjanya sendiri karna tidak sesuai dengan postur tubuh pekerjanya yang seperti sakit
leher, pinggang, punggung dan sebagainya.
2. Tempat conector terlalu rendah
Tempat conector yang terlalu rendah ini menyebabkan pekerja sering
membungkuk untuk mengambil konector yang tempatnya terlalu bawah, dan akan
mengakibatkan sakit pada pinggang pekerjanya dikarnakan sering membungkuk.
3. Tempat wire
Tempat wire yang seharusnya berada didepan sejajar dengan dada ii malah
dibawah dada dan bercampur dengan conector yang seharusnya berada pada tempatnya
yang berada di bawah tempat wire sendiri karena jangkauan tangan pekerja yang
kejauhan untuk mengambil conector di bawah maka penempatannya menjadi tidak
beraturan sesuai dengan keinginan dan kenyamanan pekerja sendiri.

5.2 Analisis alat perancangan baru


Alat perancangan baru ini adalah merupakan perbaikan desain dari alat yang sudah ada
dengan disesuaikan dengan dimensi tubuh pekerjanya. Yang bertujuan untuk menghindari
ketidak nyamanan pekerja dan meminimalisir rasa sakit yang suka dikeluhkan oleh pekerja pada
bagian hausing.
Prinsip kerja rak baru ini sama seperti yang lama sebagai alat bantu proses dengan cara
berdiri namun rak ini telah di sesuaikan dengan rata – rata dimensi tubuh pekerja yang ada
dibagian housing, sehingga pekerja tidak mengeluh lagi dengan pekerjaan nya dan dapat menata
material sesuai dengan tempatnya masing masing sehingga tidak bercampur dengan yang lainya
dan pada proses nya pun lebih sehat karena sudah disesuaikan dengan ukuran dimensi tubuh
pekerjanya sendiri.
5.3 Analisis perbandingan dimensi alat lama dan alat baru
Perancangan alat lama dan alat baru memiliki perbedaan pada dimensinya antara lain
lebar rak, tinggi rak, tinggi tempat conector, tinggi tempat wire, dan panjang tempat conector.
Perbedaan tersebut ditunjukan pada tabel 5.1. berikut ini.
Tabel 6. perbandingan ukuran (dimensi) rancangan alat bantu (rak housing)
ukuran sebelum ukuran sesudah
NO Dimensi rancangan rak housing
(cm) (cm)
1 Tinggi rak keseluruhan 178 191,77
2 Tinggi tempat wire 107 134,4
3 Tinggi tempat conctor 70 90,5
4 Lebar rak 72 71,13
5 Panjang tempat conector 40 43,9
Jarak antara tempat wire pertama ke
6 13 13
tempat wire ke 2
Jarak antara tempat conector ke
7 35 43,9
tempat wire
Sumber : data PT. Kinenta 2016 (diolah)
4 Kesimpul
Berdasarkan hasil dari pembahasan, maka dapat disimpulkan beberapa hal :

17
1. Berdasarkan pengolahan data hasil kuesioner, terjadi keluhan subjektif (operator),
dengan kriteria hanya merasakan rasa nyeri sesekali saja, sering merasa nyeri,
mengalami rasa pegal dan nyeri yang lama, yakni terasa pada pinggang 12,43%,
rasa nyeri pada punggung 11,54%, bahu 10,48% , tangan 10,30% , kaki (betis)
9,95% , lengan 9,59% , pantat 7,11% , pergelangan kaki 6,57% , lutut 6,57% , paha
5,15% , dan rasa nyeri pada siku 2,50% . atas keluhan yang dirasakan operator
tersebut yang mengakibatkan pekerja (housing ) cepat lelah.
2. Data antropometri yang digunakan adalah hasil pengukuran terhadap pekerja yang
bekerja dibagian housing saja.
3. Penerapan ergonomi untuk perbaikan sistem kerja dilakukan dengan perancangan
ulang peralatan kerja yang memerlukan perbaikan adalah rak housing yang saat ini
kondisinya tidak nyaman digunakan karena tidak sesuai dengan dimensi tubuh
operatornya, hal tersebut bisa mengakibatkan gangguan kesehatan pada pekerja, hal
ini berdarkan keluhan yang dirasakan oleh pekerja bahwa mereka sering merasakan
sakit di bagian pinggang, punggung, bahu, dan tangan.
4. Adanya beberapa perbaikan dimensi rak housing untuk kenyamanan dan kesehatan
kerja antara lain sebagai berikut:
Tabel 8. Perbandingan ukuran setelah dan sebelum penelitian

Dimensi rancangan rak ukuran ukuran


NO
housing sebelum (cm) sesudah (cm)
1 tinggi rak keseluruhan 178 191,77
2 tinggi tempat wire 107 134,4
3 tinggi tempat conctor 70 90,5
4 lebar rak 72 71,13
5 panjang tempat conector 40 43,9
jarak antara tempat wire
6 13 13
pertama ke tempat wire ke 2
jarak antara tempat conector
7 35 43,9
ke tempat wire
Sumber : Data PT. Kinenta 2016 (diolah)
6.2. Saran
Adapun saran yang ingin disampaikan oleh penulis adalah beberapa hal sebagai berikut :
1. Dalam merancang sisitem kerja dimana terjadi interaksi antara manusia dan mesin,
hendaknya dimensi fasilitas kerja yang dibuat sesuai dengan dimensi tubuh manusia
yang menggunakannya.
2. Pengujian ergonomi peralatan kerja saat ini belum dilakukan, maka sebaiknya
harus sering dilakukan pengujian atau penelitian tentang ergonomi tempat kerja
yang ada sehingga dapat menjaga kesehatan manusianya juga.
3. Penelitian ini akan lebih baik jika ditruskan penganalisaan setelah ukuran atau
perancangan ini direalisasikan atau dijalankan.

Daftar pustaka
1. Barnes, R.M., 1937, Motion and Time Study, Design and Mesurement of
Work, Willy and Sons, New York
2. Kroemer, Grandjean E., 1997, Fitting The Task to The man, Taylor &
Francis, London
3. Nurmianto, E., 1998, Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya, PT Guna
Widya, Surabaya.
4. Pheasant, S., 1996, Body Space : Anthropometry, Ergonomics and Design,
London : Taylor and Francis
5. S. Wignjosoebroto, 2003, Ergonomi Studi Gerak dan Waktu, PT Guna Widya,

18
Surabaya
6. Sanders, M.S., 1987, Human Factors in Engineering and Design, McGraw-Hill
Book Company, New York
7. Sutalaksana, Z. Iftikar., A. Ruhana, 1997, Teknik Tata Cara Kerja, ITB,
Bandung.
8. Tarwaka, Solichul HA, Bakri, Lilik Sudiajeng, 2004, Ergonomi untuk
keselamatan, kesehatan kerja dan produktivitas, UNIBA, Surakarta,\
9. M. Natsir, 2009. Materi Training OHSAS 18001. Grenyang: PT
GunanusaUtama Fabricators.

http://goldenaway.blogspot.com, http://strategiofbussiness.blogspot.com or
http://kingofbussinessolution.wordpress.com

19

Anda mungkin juga menyukai