Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
MODALITAS ELEKTROTERAPI
Fakultas Kedokteran
BAB I
KAJIAN TEORI
Short wave diathermy adalah modalitas terapi yang menghasilkan energi elektromagnetik
dengan arus bolak balik frekuensi tinggi. Federal Communications Commision (FCC) telah
menetapkan 3 frekuensi yang digunakan pada short wave diathermy, yaitu :
Short Wave Diathermy yang digunakan dalam pengobatan mempunyai 2 arus yaitu arus
Continuos SWD dan Pulsed SWD.
Gate control
Pain Depressor and Supressor
A. Efek Fisiologis
1. Perubahan panas / temperatur
a) Reaksi lokal jaringan
• Peningkatan metabolisme sel lokal ± 13% tiap kenaikan temperatur 1º C
• Meningkatkan vasomotion sphinchter sehingga timbul homeostatik lokal
dan akhirnya terjadi vasodilatasi lokal.
b) Reaksi general
• Aktifnya sistem thermoreguler di hipotalamus yang mengakibatkan
kenaikan temperatur darahuntuk mempertahankan temperatur tubuh secara
general.
c) Consensual efek
• Timbulnya respon panas pada sisi kontralateral dari segmen yang sama
d) Penetrasi dan perubahan temperatur lebih dalam dan lebih luas
PROTAP
A. Persiapan Pasien:
1. Perkenalkan diri pada pasien
2. Jelaskan prosedur dan alasan dilakukan tindakan tersebut
3. Pasien di posisikan dalam keadaan senyaman mungkin, rileks, dan stabil
4. Instruksikan pasien untuk tidak bergerak selama terapi
5. Anggota tubuh yang akan diterapi bebas dari pakaian, logam atau pacemaker
6. Lakukan tes sensibilitas
7. Selalu perhatikan kondisi pasien ketika terapi berlangsung
B. Persiapan alat:
C. Pemberian dosis :
1. Lama pulsasi : waktu berlangsung pulsasi/ms dari EEM intermiten di dalam jaringan ,
kebanyakan alat memiliki nilai lama pulsasi 0,4 ms tetapi beberapa alat yang modern
mempunyai lama pulsasi yang bervariasi.
2. Frekuensi pengulangan pulsasi : jika frekuensi pulsasi tinggi, maka intensitas rata-rata
juga tinggi dan sering menimbulkan panas. Frekuensi pengulangan pulsasi juga dapat
menentukan efek kumulatif dari panas yang terjadi , dengan meratakan pulsasi istirahat
maka kenaikan temperatur dapat dicegah dan panas bisa diatur sampai dosis submitis.
3. Intensitas : pada pemberian EEM intermiten maka intensitas dari pulsasi bisa tinggi pada
beberapa alat intensiats maksimal yang di perbolehkan sampai mencapai 1000 watt. Pada
alata yang lebih modern intensitas maksimalnya 200 watt
4. Lama pengobatan : pada umumnya lama pengobatan 10-30 menit
5. Frekuensi pengobatan : pada dosisyang rendah pengobatan bisa diberikan setiap hari
tanpa beban terhadap sirkulasi darah terutama untuk akualitas radang yang tinggi. Pada
dosis yang tinggi pengobatan bisa diberikan 2-3 kali per minggu atau 1 kali seminggu.
D. Teknik/Aplikasi
E. Pelaksanaan pengobatan :
1. Terhadap pasien : jika pengobatan sudah selesai fisioterapis memeriksa reaksi umum
yang ditemukan dan efek terapeutik yang dikehendaki.kadang-kadang timbul reaksi
umum sesudah pengobatan. Sehingga pasien diistirahatkan terlebih dahulu, jika tujuannya
untuk mengurangi proses peradangan, pada pengobatan berikutnya harus dikontrol
terlebih dahulu apakah gejala-gejala klinisnya telah berkurang.
2. Terhadap alat : sesudah selesai, semua tombol dikembalikan ke posisi nol kondesator atau
spoel dijauhkan (disimpan) dan harus dimatikan.
G. Indikasi:
Dipengaruhi oleh:
1. Stadium patologi (akut, subakut, kronik)
2. Sifat jaringan (otot, ligament, tendon, bursa, kapsul, dll.)
3. Lokasi jaringan (superficial, profundus)
Kelainan sistem musculoskeletal, seperti strain, sprain, lesikapsul, degenerative joint
disease, stiffness, RA kronik
Inflamasi kronik atau infeksi, seperti tenosynovitis, bursitis, synovitis, dysmenorrhea,
sinusitis
Gangguan sistem peredaran darah
H. Kontraindikasi:
I. Evaluasi:
KAJIAN TEORI
c) Serabut Saraf
d) Gate Control.
F. Efek Fisiologis
1. Perubahan panas / temperatur
a. Reaksi lokal jaringan
• Oedem.
b. Reaksi general
c. Consensual efek
• Timbulnya respon panas pada sisi kontralateral dari segmen yang sama
a. Jaringan Ikat: Oedem. Tetapi terbatas pada jaringan ikat yang letak
kedalamannya + 3 cm.
G. Efek terapeutik
1. Penurunan nyeri
PROTAP
A. Persiapan Pasien:
1. Perkenalkan diri pada pasien
2. Jelaskan prosedur dan alasan dilakukan tindakan tersebut.
3. Jelaskan efek yang akan timbul pada saat dilakukannya terapi.
4. Pasien di posisikan dalam keadaan senyaman mungkin, rileks, dan stabil
5. Instruksikan pasien untuk tidak bergerak selama terapi
6. Anggota tubuh yang akan diterapi bebas dari pakaian, logam atau pacemaker
7. Lakukan tes sensibilitas
8. Selalu perhatikan kondisi pasien ketika terapi berlangsung
B. Persiapan alat:
1. Siapkan modalitas dan aksesoris yang akan digunakan untuk terapi
2. Periksa modalitas (alat), kabel, dan bagian-bagian pada modalitas tersebut
3. Coba alat tersebut terlebih dahulu untuk mengetahui apakah masih berfungsi dengan
baik atau tidak
4. Lakukan pemasangan elektro dan sesuai kebutuhan
5. Tingkatkan intensitas secara bertahap untuk menghasilkan respon yang diinginkan
6. Jika selesai sesi terapi, jangan mengangkat elektroda aktif dari kulit tanpa mengubah
intenstas ke nol.
C. Pemberian dosis :
1. Frekuensi : Frekuensi rendah (3-5 kali per minggu)
Frekuensi tinggi (1 atau beberapa kali per hari)
2. Intensitas : 50-100 watt
3. Time : 20-30 menit
4. Teknik :
Coplanar
Contra planar
Cross fire treatment
D. Teknik/Aplikasi
Coplanar
Contra planar
Cross fire treatment
E. Indikasi:
Indikasi klinis untuk microthermy adalah kurang lebih sama dengan short wave
diathermy.
- Trauma lesi dan inflamasi, yakni peningkatan suplai darah dan menurunkan nyeri
- Gangguan muskuloskeletal (sprain, strain, dll)
- Spasme, adhesi (perlengketan), dan kontraktur otot atau jaringan lunak lainnya
- Hernia diskus
- Arthritis
- Tenosyvitis
F. Kontraindikasi:
- Gangguan sirkulasi darah, sebab bisa menimbulkan perdarahan, thrombosis, dan
flebitis (peradangan pada pembuluh darah vena yang terjadi karena adanya
injury).
- Gangguan sensibilitas
- Logam dalam tubuh atau yang menempel di kulit
- Pace maker
- Keganasan. Micro Wave Diathermy tidak boleh diterapkan pada wilayah
pertumbuhan ganas atau infeksi TBC.
- Maligna
G. Evaluasi:
- Sistem (modalitas, Patologi)
- Sesaat, berkala, subjektif, objektif
BAB 1
KAJIAN TEORI
a) Metode Deep : mencelupkan kaki/tangan kedalam cairan parafin bath -> terbentuk
permukaan parafin padat dan tipis yang meliputi kulit -> tarik kembali -> ulang 8-
10x -> sampai terbentuk sarung tengan tebal (mengisolasi bagian tubuh terhadap
kehilangan panas) -> bungkus dengan handuk kering untuk mempertahankan panas -
> lama 15-20 menit -> setelah itu sarung tangan parafin dilepas
b) Metode immersion : mencelupkan tangan/kaki secara terus-menerus kedalam cairan
parafin -> terbentuk sarung tangan pada sekitar kulit -> lama 20-30 menit -> lebih
efektif meningkatkan temperatur jaringan tapi resiko luka bakar
c) Metoda breshing : dengan menggunakan kuas -> untuk area yang tidak dijangkau
(pinggang, hip, pada regio yang besar)
E. Biofisika
Peningkatan suhu pada jaringan yang terkait. Penigkatan suhu pada jaringan yang
berkaitan. Terjadi karena adanya stimulasi sensasi panas yang ditimbulkan dari
adanya penggunaan modalitas parafin bath.
Perubahan Suhu atau temperature jaringan. Selain peningkatan suhu yang terjadi
pada jaringan yang terkait pengaruh parafin pada tubuh manusia juga yaitu adanya
perubahan suhu atau temperatur jaringan akibat efek pada yang ditimbulkan dari
parafin bath.
F. Neurofisiologi
Efek Fisiologis
a) Pada sirkulasi darah
Awal pemberian panas menyebabkan beban kerja jantung meningkat.Hal itu
disebabkan timbulnya vasokontriksi pembuluh darah perifer pada jaringan superfisial
tubuh yang kemudian diikuti kenaikan tekanan darah sistemik. Bila segera timbul
vasodilatasi maka tekanan darah sistemik akan turun dengan begitu beban kerja
jantung juga menurun.
b) Padarespirasi
Pernafasan mula-mula akan berhenti sebentar kemudian menjadi cepat dan
dangkal. Terapi dengan temperatur yang cukup menyebabkan pernafasan menjadi
mudah dan dalam.
c) Pada sistem saraf
Pemberian panas dengan temperatur yang tinggi akan menyebabkan ujung-ujung
saraf sensoris mati bila diberikan dalam waktu yang lama. Jika temperatur lebih
rendah, yang terjadi adalah timbulnya efek sedatif (nyaman).
d) Pada metabolisme
Efek yang terjadi pada sisem metbolisme adalah sistem metabolisme akan
meningkat dengan panas yang cukup pada penggunaan paraffin bath.
Efek Terapeutik
a) Pada kulit
Rangsangan panas dengan meia yang mempunya temperatur lebih besar dari 40o
C pada kulit dalam waktu sigkat akan mengakibatkan kulit menjadi pucat, karena
timbul vasokontriksi pembuluh darah kulit secara tiba-tiba. Bila penggunaan panas
dengan temperatur tidak begitu tinggi warna pucat tersebut akan segera diikuti adanya
vasodilatasi sehingga timbul warna kemerah-merahan (eritema). Kelenjar keringat
dan lemak akan terangsang, sehingga kulit menjadi lemas dan lentur.
b) Pada sirkulasi darah setempat
Sirkulasi darah menjadi lancar karena adanya efek vasodilatasi.
c) Pada jaringan otot
Otot menjadi rileks dan lentur, kelelahan akan hilang, iribilitas berkurang dan
nyeri berkurang. Bila waktunya ditambah maka akan terjadi kelemahan otot.
H. Indikasi
Terapi pada bagian superfisial tubuh dengan panas sangat baik untuk mereduksi
nyeri dan kekakuan, untuk menghindari sapsme otot, meningkatkan range of motion
sendi, serta mempercepat proses penyembuhan dengan cara meningkatkan aliran darah
sehingga peredaran darah menjadi lancar dan kebutuhan nutrisi pada jaringan yang
berkaitan terpenuhi.Parafin bath indikasi terhadap:
Pasca Trauma
Pasca Fraktur
Sprain/strain
Arthritis
I. Kontraindikasi
Gangguan sensibilitas
Luka Terbuka
Parafin tidak boleh digunakan pada luka terbuka karena dapat menyebabkan
luka bakar pada jaringan yang bersangkutan.
BAB II
PENATALAKSAANAAN MODALITAS
Parafin yang digunakan adalah parafin biasa ditambah parafin oil, kemudian
dipanaskan hingga meleleh kurang lebih pada suhu 55O C. Perbandingan parafin dengan
parafin oilnya adalah enam bagian parafin dengan satu parafin oil .
Anggota tubuh setelah direndam dalam parafin cair tersebut akan menjadi kemerah-
merahan (eritema), lemas, serta berkeringat. Hal seperti ini memungkinkan untuk diberi
massage, streching dan terapi manipulasi lunak.Toleransi seseorang terhadap parafin
bath berkisar antara 47,8 oC hingga 54oC, oleh sebab itu sebelum digunakan temperatur
parafin diturunkan hingga + 47 oC.
KAJIAN TEORI
C. ELEKTRODA
Untuk mengukur potensial aksi secara baik digunakanlah elektroda. Kegunaan
dari elektroda ialah untuk memindahkan transmisi ion menuju penyalur elektron.
Untuk mendapatkan potensial offset elektroda sekecil mungkin, elektroda tidak
disambung pada amplifier tegangan searah melainkan dilapisi pasta atau jelly dan dalam
pemilihan bahan elektroda sangat penting terutama bahan elektroda dapat disterilkan
(oleh karena pemakaian terus menerus terhadap berbagai penderita) dan tidak
mengandung racun. Prinsip dari elektroda ini dibuat untuk mencegah kontak langsung
antara logam dengan kulit. Dalam pemakaian elektroda ini masih menggunakan elektrolit
pasta atau jelly.
Peletakkan elektroda pada pasien harus sesuai dengan area penyakit yang diderita
pasien. Adapun peletakan elektroda pada tubuh pasien antara lain sebagai berikut.
D. PENGARUH KEJUT LISTRIK TERHADAP ORGAN TUBUH
( BIOFISIKA )
Apabila ada arus listrik yang melewati kulit kemudian masuk kedalam jaringan
tubuh maka akan terlihat jelas perubahan-perubahan / pengaruh terhadap organ tubuh.
Pada arus 1 mA penderita hanya merasakan geli, ini merupakan nilai ambang persepsi
bagi pria dewasa (50%), untuk wanita kurang lebih 1/3 dari 1mA. Apabila arus listrik
sampai 8 mA akan terjadi reaksi kejut, dimana kontraksi otot masih baik dan nyeri-nyeri
belum terjadi. Arus listrik diperbesar sekitar 8 – 15mA dikenal dengan kejut tersiksa,
penderita saat ini sukar / tidak dapat menarik tangan kembali dan terjadi kontraksi otot
otak sadar yang menetap. Pada penderita dengan arus 18 – 22mA akan terjadi
pernapasan tertahan apabila arus berlangsung terus. Arus antara 20 – 50mA otot-
otot mengalami kontraksi sangat kuat, pernapasan akan sangat sulit. Pada peningkatan
arus mendekati 100mA bagian arus yang melewati jantung cukup untuk menyebabkan
fibrasi ventrikel (nilai ambang fibrilasi rata-rata berkisar 70- 400 mA) dan akan
mengalami kematian apabila tidak dilakukan koreksi. Apabila arus listrik cukup tinggi 1 -
6 Ampere maka akan terjadi kontraksi miocard yang menetap dan terjadi paralyse
pernapasan / kelumpuhan pernapasan dan bila arus listrik diberhentikan secara tiba-tiba
akan terjadi defibrilasi ventrikel. Arus listrik 10Ampere dengan short duration/ waktu
sekejap akan menyebabkan kebakaran pada kulit, otak dan jaringan saraf akan kehilangan
fungsi eksistansi/ eksitasi/ kejutan apabila ada arus yang melewatinya.
E. NEURO FISIOLOGI
- Tipe Serabut Saraf (Erlanger & Gusser)
PENATALAKSANAAN
1. Persiapan pasien
Perkenalkan diri anda pada pasien.
Jelaskan prosedur dan alasannya dilakukan tindakan tersebut.
Pasien diposisikan dalam keadaan senyaman mungkin, rilex dan stabil.
Instruksikan kepada pasien untuk tidak bergerak selama terapi.
Bebaskan dari pakaian pada anggota badan yang ingin diterapi.
Lakukan tes sensibilitas.
Selalu perhatikan kondisi pasien saat diterapi.
2. Persiapan alat
Siapkan modalitas dan aksesorisnya yang ingin digunakan untuk terapi.
Panaskan alat tersebut kurang lebih 5 menit.
Coba alat tersebut terlebih dahulu untuk mengetahui apakah masih berfungsi
dengan baik atau tidak.
Lakukan pemasangan elektroda sesuai kebutuhan.
3. Dosis (FITT)
Frekuensi : Umumnya 1 X sehari, 1 X 2 hari (jika otot telah mencapai nilai 2)
Intensitas : 2 – 60 mA (kontraksi optimal)
Time : Tiap satu motor point pada otot perlu 30 – 90 kali rangsangan, dengan
waktu 1 – 3 menit.
Teknik / Metode : Elektroda pasif diletakkan pada cervical 7, sedangkan
elektroda aktif pada motor poin otot wajah yang lesi
`
BAB I
KAJIAN TEORI
7. Neurofisiologi Infrared
a. Gate Control
b. Pain Supressor and Depressor
c. Tipe-tipe Saraf
d. Viscero-somatic
BAB II
PROTAP
2. Prosedur Aplikasi
a. Persiapan Alat
- Cek kabel
- Cek alat-alat. Untuk pengobatan lokal biasanya menggunakan reflector
berbentuk parabola yang di dalamnya hanya ada 1 bolam.Sedangkan untuk
general (misalnya punggung) dengan menggunakan beberapa lampu yang di
pasang pada reflector semi sekuler.
- Panaskan alat terlebih dahulu ± 5 menit
b. Persiapan penderita
- Perkenalkan diri anda kepada pasien
- Jelaskan prosedur dan alasan dilakukan tindakan tersebut
- Anamesis
- Tes sensibilitas
- Atur posisi pasien keadaan rileks
- Area yang di terapi bebas dari kain dan logam
- Bersihkan area yang akan di terapi dengan alkohol
- Pasien bebas dari kontraindikasi
c. Persiapan terapis
- Terapis berada pada posisi ergonomis
d. F.I.T.T.
- Diberikan 1 kali dalam 2 hari pada kondisi sub acut, 1 x 3 hari pada kondisi
kronik.
- Pada penggunaan lampu luminous jarak antara 45-60 cm, Sinar diusahakan
tegak lurus dengan daerah yang diobati serta waktu antara 10-30 menit.
- Pada penggunaan lampu luminous jarak lampu 35-45 cm. Sinar diusahakan
tegak lurus, waktu antara 10-30 menit disesuaikan dengan kondisi penyakitnya.
e. Pemeliharaan lampu
- Kontrol kabel bila ada yang lecer / terbuka
- Bila membersihkan alat dari debu jangan sampai menimbulkan getaran pada
ferecly, lampu pijar, karena dapat menimbulkan kerusakan.
- Setelah tidak dipakai lagi tempatkan pada tempat yang aman, jangan sampai
mengganggu dalam memberikan layanan fisioterapi
f. Indikasi, Kontraindikasi dan Bahaya-bahaya Yang Harus Diperhatikan
1) Indikasi dari Sinar Infrared
- Kondisi peradangan setelah sub-acute : kontusio, mucle strain, mascle sprain,
trauma sinovitis.
- Arthritis : Rheumatoid Arthritis, osteoarthritis, myalgia, lumbago, neuralgia,
neuritis.
- Gangguan Sirculasi Darah : Thrombo-angitis obliterans, tromboplebitis,
Reynold,s disease.
- Penyakit kulit : Folliculitis, furuncolosi, wound.
2) Kontra Indikasi
- Daerah dengan insufisiensi pada darah
- Gangguan sensibilitas kulit
- Adanya kecendrungan terjadinya perdarahan
- Gangguan komunikasi karena tidak bisa mengantarkan dingin dan panas
- Demam
- Penyinaran pada mata secara langsung tidak boleh diberikan dapat
menimbulkan katarak / konjugatif
- Infeksi akut ( TBC, Kanker / Tumor)
- Jaringan yang masih baru ( luka bakar)
3) Bahaya-bahaya
- Luka bakar (burn)
Infra merah dapat menimbulkan superficial heat burn yaitu kebakaran
karena panas yang terjadi pada daerah superficial epidermis. Warna merah
yang nyata dan bergaris-garis, kadang-kadang disertai adanya blister sewaktu
atau sesudah pengobatan.
- Electric shock
Ini hanya bisa terjadi apabila terdapat kabel penghantar yang terbuka
dan tersentuh oleh penderita.
- Meningkatkan keadaan gangren
Pada keadaan defective arterial blood supply, dengan pemberian
penyinaran infra merah justru akan membahayakan yang bersangkutan.
- Headache
Yaitu suatu perasaan pusing setelah penyinaran infra merah
- Faintness
Disini penderita menjadi pingsan atau tidak sadar secara tiba-tiba.
- Chill atau menggigil
Keadaan ini jarang dijumpai di daerah tropis.
- Kerusakan pada mata
Sinar infra merah akan merupakan predisposing terjadinya cataract pada
mata.
BAB I
KAJIAN TEORI
Interferensi
A. Pengertian
Interferensi adalah Suatu fenomena yg terjadi jika 2 atau lebih arus AC yg memiliki
frekuensi berbeda yang secara bersamaan bertemu dalam satu medium. Jadi Interferensi
dapat diartikan penggabungan 2 arus bolak-balik yg berfrekuensi menengah yg saling
berinterferensi (berpadu) hingga menimbulkan Freq. baru.. Menurut Nemec Freq. 3000-
5000 Hz dengan Frequency efektif yaitu 4000 Hz.
C. Bifor
a. Penetrasi dalam :
- Frequency medium
- Modulasi dpt mencapai 100 %
- Resistensi kulit > rendah, tdkritasi kulit
b. Mendepolarisasi saraf bermyelin tebal ( Potensial aksi saraf) tipe saraf II , IIIa, kadang
saraf A gamma dan A alfa jika frekuensi kurang dari 3000 Hz.
c. Dumping tipe saraf III.b, IVa,b,c via stimulasi saraf II dan IIIa,
d. Relaksasi otot, pasca dumping
e. Vasodilatasi vaskular, pasca dumping
D. Neurofisiologi (Nefro)
a. Pain depressor :
- Nyeri menurun
- Vasodilatasi primer
- Tonus menurun
b. Homeostatic Vasomotion
- Tek Hydrostatic Prox intra vasal 35 mmHg, distal 15 mmHg
- Tek Hydrostatic Proxextravasal 15 mmHg.Distal 25 mmHg
c. Gait controll :
- Saraf tipis membuka pintu gerbang nyeri +
- Saraf tebal mengunci pintu gerbangnyeri –
E. Efek Fisiologi Interferensi :
a. Normalisasi ortosympatic
b. Relaksasi otot
c. Vasodilatasi
F. Efek TerapeutikInterferensi :
a. Mengurangi nyeri
b. Mengurangi spasme otot
c. Meningkatkan sirkulasi darah
G. Dosis
1. Frekuensi interferensi
Frekuensi terapi tergantung pada derajat cedera.
Dosis tinggi, interval agak lama: 3-4 kali per minggu
Dosis rendah, interval singkat : tiap hari-beberapa kali perhari
2. Intensitas Interferensi
Berdasarkan jenis, sifat, keseriusan dan stadium kelainan/cedera
Pemilihan AMF atau frekuensi treatmen
AMF tinggi (75-150 Hz) lebih tepat pada kondisi akut, nyeri hebat atau keadaan
hipersensitif. Dapat juga digunakan sebagai treatmen awal.
- AMF rendah ( 50 Hz) akan menyebabkan kontraksi tetanik. Lebih tepat pada
kondisi kronik atau sub akut.
- Pemilihan frekuensi
▪ Frekuensi 2000 Hz lebih efektif untuk stimulasi otot.
▪ Frekuensi 4000 Hz lebih efektif untuk mengurangi nyeri.
3. Teknik aplikasi interferensi
• Pain-point atau trigger poin application
• Nerve aplication
• (Para) vertebral application
• Muscular application
• Transregional application
4. Time Interferensi
• 10 – 15 menit ,bahkan sampai 30 menit. Apabila ditemukan titik-titik nyeri,
dilakukan 5 menit/titik
H. Indikasi
• Nyeri otot
• Kelemahan otot
• Post traumatic
• Spondylosis
• Bursitis, tendonitis
• Keadaan hypertonus
• Penyakit-penyakit dengan gejala gangguan keseimbangan neurovegetative
I. Kontraindikasi
• Demam
• Tubercolosis
• Kehamilan
• Thrombosis
• Inflamasi lokasi
• Implant metal
• Pacemaker
• Tumor
BAB II
PROTAP
1. Persiapan Alat :
• Alat / modalitas yang digunakan Arus interferensi.
• Pengaturan dosis berupa penentuan FITT
2. Persiapan Pasien :
• Tes sensibilitas tajam tumpul / nyeri
• Posisi pasien aman dan nyaman
• Informasikan sensasi yang akan didapatkan
• Tentukan posisi untuk planar/coplanar
BAB I
KAJIAN TEORI
A. PENGERTIAN
SWT adalah singkatan dari Shock Wave Therapy yaitu Gelombang akustik
dengan dorongan energy yang sangat tinggi.
SWT berbeda dgn UST, SWT memiliki amplitudo tekanan yang sangat besar dan
berpulsasi tunggal, sedangkan UST memiliki pulsasi osilasi periodic.
Istilah SWT, berarti pula pulsasi tekanan mekanik yang berkembang menjadi sebuah
gelombang dalam tubuh manusia (The Reverse Piezo Electric).
B. FISIKA DASAR ( FIDE ) SWT
Primer dan secundary sircuits.
Converges-divergens mecanism.
Memproduksi gelombang Akustik lebih dari 20.000 Hz, dengan dorongan energi
yang sangat tinggi dari pompa udara.
Memiliki amplitudo tekanan mekanik yang sangat besar yang berpulsasi tunggal.
Piezo Electric Charge pada barium titanate (PZT) Mecanical compression-
rarefraction.
C. BIOFISIKA SWT
The reverce Piezo-electrical effect pada jaringan :
• Compression-rarefraction pada jaringan
• Mechanical/micromassage effect yang lebih besar/lebih nyata
• Piezo Electric Charges effect (GAGs +Electrical fluids) yang lebih besar dan
lebih nyata
• Efek homeostatik metabolik lebih nyata (sirkulasi darah dan cairan tubuh, suhu,
kelenturan dan regenerasi jaringan, penguraian sisa metabolik serta peningkatan
konduktivitas saraf).
• Pembentukan Neovascularisation
• Memfasilitasi pain less dan recovery jaringan tubuh lebih cepat.
D. NEUROFISIOLOGI ( NEFRO )
Tipe-tipe Saraf
Tipe Saraf Ia : tonus
Tipe saraf Ib : Golgi Tendon (Protective overload)
Tipe saraf II : Bermyelin sedang, pain dumping reaksi radang kronik
Tipe saraf IIIb : bermyelin tipis, Nosciceptor radang kronik
Tipe saraf IV : a,b,c : Bermyelin tipis, Nosciceptor reaksi radang akut & sub akut
Pain Depressor
Gate Control
Piezo Electric Charges.
E. APLIKASI
F. PROSUDER TERAPI
• Pastikan bahwa selalu tersedia gel transmisi yang cukup antara permukaan kulit dana
plikator.
• Waktu terapi umum adalah kira-kira 8 -12 menit ketika mengaplikasikan 3000 sekitar
pulsasi pada area patologi.
• Protocol terapeutik spesifik berbeda berdasarkan indikasi aktual tiap kondisi pasien.
• Posisi aplikator dan tehnik parameter dideskripsikan secara terpisah untuk tiap indikasi
patologi.
• Tehnik terapi adalah kontak langsung pada area yang ditangani.
• Direkomendasikan interval selang sehari terapi. Tergantung pada aktualisasi kondisi.
• Mulai aplikasi diluar area yang paling nyeri dan kemudian setelah beberapa puls
dipindahkan secara langsung pada area patologis
G. PATOFISIOLOGI
H. INDIKASI
Nyeri pada bagian palmaris pergelangan tangan
Nyeri pada groin area
Jumper’s knee
Heel spur
I. KONTRAINDIKASI
KAJIAN TEORI
B. FISIKA DASAR
1. Sifat-sifat dari bundel US
Bundle/berkas gelombang US dibedakan atas dua bagian (2 zone)
a. Area Konvergen, tanda-tanda area konvergen :
1) Terjadi gejala interferensi pada bundel tersebut , sehingga timbul variasi intensitas
yang besar , sehingga timbul variasi intensitas yang besar.
2) Bentuk bundelnya tidak divergensi, melainkan sedikit konvergensi
b. Area Divergen, tanda-tanda area divergen :
1) Tidak terjadi gejala interferensi , sehingga bundel gelombangnya sama dengan
intensitasnya semakin berkurang jika jarak treatment-head semakin dijauhkan dari
tubuh yang diobati.
2) Bundel atau berkas gelombangnya berdiameter lebih bear. Ukuran tergantung pada
jenis bundle US ( Divergensi atau Collimating ).
3) Penyebaran energinya lebih besar, baik oleh karena adanya divergensi ataupun karena
pembagian intensitasnya yang tegak lurus terhadap axis drai bundle US.
Panjang area konvergen tergantung pada diameter tranducer dan panjang gelombang.
Untuk penggunaan tranducer 1 MHz , dengan diameter 5 cm, panjang area konvergen kira-
kira 10 cm, dan yang diameter 1 cm, panjang area konvergen kira-kira 2 cm.
Sedangkan untuk transducer 3 MHz mempunyai area konvergen yang panjangnya 3 kali
lebih panjang dibandingkan area konvergen 1 MHz, karena panjang gelombang 3 MHz
lebih pendek dibanding 1 MHz.
Akibat dari fenomena interferensi yang terjadi di area konvergen dapat menimbulkan
terjadinya lipatan intensitas yang besarnya 5 s/d 10 kali, bahkan pada beberapa kasus dapat
terjadi 30 kali lebih tinggi dari nilai intensitas yang ditentukan.
Gejala yang tidak homogen tersebut dikenal dengan Beams Non Uniformity Ratio
(BNR) oleh karena itu nilai BNR harus selalu tertera pada setiap tranduser sebagai
konsekuensi dari hal tersebut, agar pengobatan aman, maka tranduser harus selalu
digerakkan selama pengobatan berlangsung. Dengan metode dalam air (Sub. Aqua),
pengaruh interferensi pada area konvergen dapat dihindari dengan cara mengatur jarak
antara tranduser dan jaringan tubuh yang diterapi.
2. Proses fisika US yang terjadi di dalam medium
a. Sifat- Sifat dari Gelombang Suara
Karakter gelombang US adalah longitudinal dengan kata lain arah penyebarannya
searah dengan arah getaran. Untuk dapat menyebarkan getaran longitudinal ini
membutuhkan suatu medium yang elastis. Pada prinsipnya semua medium adalah elastis
kecuali udara.
Gelombang longitudinal ini menimbulkan peregangan dan pemampatan didalam
medium, oleh karena itu timbul variasi tekanan didalam medium. Yang dimaksud dengan
medium disini adalah coupling medium dan jaringan tubuh dimana energi US tersebut
menyebar.
b. Panjang Gelombang US
Didalam jaringan lunak dan di dalam air panjang gelombang pada 1 MHz adalah kira-
kira 1,5 mm, dan di dalam jaringan tulang kira-kira 3 mm. Pengaruh kecepatan
penyebaran pada 3 MHz di dalam jaringan adalah sedikit sekali. Oleh karena itu panjang
gelombangnya lebih pendek, yaitu didalam jaringan lunak kira-kira 0,5 mm dan di dalam
jaringan tulang kira-kira 1,0 mm .
c. Kerapatan Massa Dari Sebuah Medium
Kerapatan massa dari medium (Q) adalah merupakan sebuah besaran materi yang
dinyatakan kg/m3. Bersama-sama dengan impedan akustik spesifik (specific acoustic
impedance (Zs)) menentukan tahanan dalam jaringan gelombang US. Kerapatan massa
ini juga ikut menentukan kecepatan penyebaran (c). Semakin rapat kerapatan massa,
semakin cepat kecepatan penyebaran (lihat tabel). Nilai dari kerapatan massa ini adalah
sangat penting sekali untuk menetapkan impedan akustik spesifik dan dengan demikian
untuk refleksi.
Table 1 : Kecepatan Penyebaran (C), Kerapatan Massa (Q) , Panjang Gelombang (n),
pada mesin US 1 MHz dan 3 MHz dalam medium yang berbeda-beda
(mm)
Medium c (m/s) Q (kg/m3) (mm) 1MHz
MHz
Alumunium 5100 2,7.10 5,1 1,7
Darah 1566 1,0.10 1,57 0,52
Pembuluh Darah 1530 1,1.10 1,53 0,51
Tulang 3445 1,8.10 3,44 1,14
Kulit 1519 1,51 0,5
Tulang Rawan 1662 1,75 0,58
Udara (20) 343 0,0012.10 0,34 0,11
Tendo 1750 1,75 0,58
Otot 1552 1,0.10 1,55 0,52
Lemak 1478 0,9.10 1,48 0,49
Air (20) 1492 1,0.10 1,49 0,5
Dari tabel diatas dilihat bahwa banyak energy US diserap dalam jaringan tendon
dan jaringan tulang rawan. Barangkali ini merupakan sebuah pernyataan dari hasil
terapeutik yang menguntungkan pada penanganan dari jaringan semacam ini. Penetrasi
terdalam, dimana efek terapeutik masih bisa kita harapkan. Dinyatakan dengan istilah
“penetration depth (P)”. Ini adalah merupakan suatu titik , dimana intensitas US yang
diberikan masih tersisa 10%. Intensitas US pada penetrasi terdalam ditentukan untuk
mengetahui apakah masih terdapat efek-efek terapeutik pada kedalamn tersebut. Nilai dari
P ditentukan oleh :
Tabel 6 : penetrasi terdalam pada tiap-tiap media
Medium 1 MHz 3 MHz
Tulang 7 mm
Kulit 37 mm 12 mm
Tulang Rawan 20 mm 7 mm
Udara 20 mm 2 mm
Tendo 21 mm 7 mm
Otot 30 mm 10 mm
82 mm 27 mm
Lemak 156 mm 55 mm
air 38330 mm 12770 mm
NEUROFISIOLOGI
1. Tipe-tipe Saraf dan Serabut Saraf
2. MTD (Neurogenic inflamation-Axon Reflex)
3. Pain Depressor
4. GateControl
5. Piezo Electric Charges.
APLIKASI
1. Metode aplikasi
Teknik aplikasi ultrasound ada 2 yaitu :
a. Kontak langsung
Kontak langsung atau tranduser menempel langsung pada area yang diterapi
dengan media penghantar (coupling media). Tujuan coupling media adalah untuk
memaksimalkan jumlah gelombang ultrasonic yang masuk ke tubuh.
b. Kontak tidak langsung
1) Sub – aqual ( dalam air )
2) Water pillow
Water pillow (menggunakan kantong plastik/ karet mengandung air.
2. Penentuan dosis
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan dosis antara lain:
a. Frekuensi
Frekuensi terapi tergantung pada kondisi penyakit. Pada kondisi akut dapat
diberikan setiap hari. Sedangkan pada kondisi kronis 2-3x/minggu.
b. Intensitas
Intensitas dapat dibagi menjadi 3 yaitu 1,2-3 W/cm2 (kuat), 0,3-1,2 W/cm2
(sedang), <0,3 W/cm2 (rendah).
c. Lama terapi
Lama terapi tergantung pada luas ERA dan area yang akan diterapi, misalnya
dalam terapi menggunakan ERA dengan luas 3 cm2 dan luas area terapi 15 cm2 maka
lama waktu terapi adalah 5 menit (diperoleh dari luas area terapi dibagi luas ERA).
INDIKASI
Kelainan-kelainan / penyakit pada jaringan tulang, sendi, dan otot.
Keadaan-keadaan post-traumatik seperti : contusion, distorsi, luxation.
a. Fraktur
Dalam hal ini berlaku kontraindikasi yanhg relative selama 24-36 jam setelah trauma.
Pemberian terapi terutama diarahkan untuk menghilangkan swelling, nyeri dan untuk
mempersiapkan proses pertumbuhan jaringan. Beberapa efek dari US memberikan
pengaruh yang menguntungkan terhadap proses penyembuhan fraktur, antara lain pada
resobrsi calcium .
b. Rheumatoid arthritis pada stadium tak aktif
1) Arthritis
2) M. Becherev ( hanya lokal )
3) Bursitis, Capsulitis, Tendinitis
c. Kelainan / penyakit saraf
1) Entrapment Neuropathy
2) Pantom Pain
3) HNP
d. Kelainan / penyakit sirkulasi darah
1) M. Raynola Disease
2) M. Burger
3) Sudeck Dystrofie
4) Oedem
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa, terapi lokal pada penyakit-penyakit di atas
hasilnya amat sedikit. Oleh karena itu, terlebih dahulu dipilihkan terapi segmental.
KONTRAINDIKASI
a. Absolut
Berdasarkan pertimbangan keamanan, beberapa organ tidak boleh diberikan terapi
US seperti :
1) Mata
Karena dapat memberikan kemungkinan terjadinya cavitasi di dalam kelenjar air mata ,
yang bahkan dapat sampai terjadi kerusakan
2) Jantung
Pada aplikasi secara langsung bisa mengakibatkan terjadinya perubahan aksi potensial .
3) Uterus pada wanita hamil
Meskipun intensitas yang dapat mencapai uterus sangatlah kecil, tetapi dari segi
keamanan, daerah perut pada wanita yang hamil tak boleh diberikan US
4) Epiphyseal plates
Dulu daerah ini termasuk kontraindikasi, tetapi pada pemberian secara intermetten dan
intenstas yang rendah , maka pada dewasa ini pasien dibawah 18 tahun dapat pula
diberikan terapi US pada daerah tersebut.
5) Testis
Karena pengaruh getaran US pada jaringan ini belum dapat dipastikan, maka jaringan ini
tidak boleh diberikan terapi dengan US.
b. Relatif Kontra Indikasi :
1) Post Laminectomi
2) Hilangnya sensibilitas ( Hyposensasi )
3) EndoProthese
4) Tumor ganas
5) Post Traumatic
6) Thromboplebitis dan varices
7) Sepsit-imflamations
8) Diabetes mellitus
BAB III
PENATALAKSANAAN
Sebelum diadakan terapi dilakukan penilaian awal tentang perjalanan penyakit, riwayat
kesehatan serta pemeriksaan fisik. Penderita diminta untuk menggambarkan secara detil rasa
nyeri yang dialami. Pada beberapa kasus terapi ultrasound dilakukan setelah dilakukan terapi
dengan mempergunakan modalitas lain seperti bantal pemanas, bantal pendingin atau terapi
listrik.
1. Persiapan Alat
- Mesin /alat ultrasound yang telah berfungsi dicek kesiapan alatnya,termasuk
aksesorisnya.
- Menyiapkan peralatan tes sensasi (panas-dingin)
- Lakukan penghidupan dan pengetesan alat ultrasound . tes alat dilakukan kepada
pemeriksa terlebih dahulu sebelum diberikan kepada pasien.
2. Persiapan Pasien
- Perkenalkan diri anda kepada pasien
- Posisi penderita diatur senyaman mungkin disesuaikan dengan daerah yang
diobati (duduk, terlentang, atau tengkurap).
- Membersihkan area yang akan diterapi
- Daerah yang diobati bebas dari pakaian dan perlu dilakukan test sensibilits
terhadap panas dan dingin.
- Pasien perlu mengetahui panas yang dirasakan yaitu rasa hangat,bila ternyata ada
rasa panas yang menyengat penderita segera memberitahukannya pada fisioterapis
3. Tehnik aplikasi
Beberapa teknik yang dapat dilaksanakan pada terapi dengan ultrasound antara lain meliputi :
a. Kontak langsung dengan kulit
Ahli fisioterapi kemudian membersihkan area yang akan diterapi. Area tersebut
kemudian diberi gel sehingga terbentuk konduksi yang sempurna antara alat terapi
(transducer) dan kulit.
KAJIAN TEORI
GALVANIK
A. Arus Galvanik
1.) Pengertian Arus Galvanik
Luigini Galvani (1786) meneliti stimulasi arus listrik pada saraf kodok dan
dipublikasikan 1791 sebagai arus galvanism merupakan arus statik. Fabre-Palaprat
(1833) penggunaan DC untuk iontophoresis.
4.) Neurofisiologi :
a. Tipe Saraf
b. Pain Depressor & Supressor
c. Gait Control
d. Vicerosomatic
PROTAP
A. Persiapan Pasien:
- Perkenalkan diri anda pada pasien.
- Jelaskan prosedur dan alasannya dilakukan tindakan tersebut.
- Pasien diposisikan dalam keadaan senyaman mungkin, rilex dan stabil.
- Instruksikan kepada pasien untuk tidak bergerak selama terapi.
- Bagian badan atau anggota yang akan diterapi, kulitnya dicuci dengan
sabun sampai bersih dan keringkan.
- Bebaskan dari pakaian, logan dan pace maker pada anggota badan yang
ingin diterapi.
- Lakukan tes sensibilitas.
- Informasikan kepada pasien mengenai sensasi apa yang akan dirasakan
nantinya
- Selalu perhatikan kondisi pasien saat diterapi.
B. Persiapan Alat:
- Siapkan modalitas dan aksesorisnya yang ingin digunakan untuk terapi.
- Periksa modalitas (alat), kabel, dan bagian-bagian pada modalitas tersebut.
Bagian – bagian alat:
a. Tombol ON/OFF
b. Tombol amplitudo dasar (skala 1)
c. Tombol amplitudo dinamika (skala2)
d. Tombol intensitas
e. Tombol frekuensi
f. Tombol muscular
g. Tombol timer
h. Pad kandungan NaCl
- Panaskan alat tersebut kurang lebih 5 menit.
- Coba alat tersebut terlebih dahulu untuk mengetahui apakah masih berfungsi
dengan baik atau tidak.
- Lakukan pemasangan elektroda sesuai kebutuhan.
- Tingkatkan intensitas secara bertahap untuk menghasilkan respon yang
diinginkan.
- Jika selesai sesi terapi, jangan mengangkat elektroda aktif dari kulit tanpa
mengubah intensitas ke nol.
C. Pemberian Dosis:
- Frekuensi:
Dosis tinggi, interval agak lama: 3-4 kali per minggu
Dosis rendah, interval singkat : tiap hari-beberapa kali perhari
- Intensitas:
Berdasarkan stadium, jenis, dan sifat cidera
Akut = 2 x / hari, Kronik = 1 x / hari.
2-60 mA, Durasi arus 0,1 msc.
- Time: Dilakukan selama 10-15 menit. Tiap satu otot perlu 30-90 kali rangsangan
dalam waktu 1-3 menit.
D. Teknik/Pelaksanaan
- Melakukan tes VAS (Visual Analog Scale) terhadap nyeri yang dirasakan klien.
- Melakukan tes sensasi tajam tumpul terhadap klien.
- Melakukan penghidupan dan pengetesan alat galvanic melalui pad yang tersedia.
- Ketika klien berada di atas bed set, dilakukan pemasangan pad dengan teknik
contraplanar (disesuaikan dengan luas regio yang mengalami implikasi nyeri).
- Disesuaikan intensitas, frekuensi, dan timernya.
- Selalu perhatikan kondisi pasien selama terapi berlangsung
E. Indikasi:
- Peradangan sendi : OA & RA
- “LMN Lession” baru yang masih disertai keluhan nyeri
- Post trauma atau operasi yang konduktivitasnya belum membaik
- Keluhan nyeri pada otot sebagai counter iritation atau awal dari suatu
latihan (Preliminary exercise)
- Inflamasi akut dan subakut pada sendi-sendi kecil
- Lokal oedem melewati 10 hari
F. Kontraindikasi
- Setelah operasi tendon transfer sebelum 3 minggu
- Ruptur tendon/otot sebelum terjadi penyambungan
- Kondisi peradangan akut atau pasien yang panas tinggi diatas 37,50 C
- Lokasi kulit yang anaesthesia
- Lokasi kulit yang luka/ kerusakan
- Lokasi kulit yang hipersensitif
G. Evauasi
- System (modalitas, patologi)
- Sesaat (bandingkan kondisi sebelum dan sesudah terapi)
DAFTAR PUSTAKA
Intan Arovah MPH, Noivita. Dasar-Dasar Fisioterapi pada Cedera Olahraga. Diakses dari:
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/132300162/1.%20Dasar%20%Dasar%20Fisioterapi
%20Pada%20Cedera%20Olahraga.Pdf. Diunduh Pada tanggal 14 Desember 2016.
Ona, Himono. Microwave Diathermy. Diakses pada tanggal 17 Desember 2016, pukul 09.41.
Diakses: https://id.scribd.com/doc/160924045/Microwave-Diathermy-doc. Diunduh pada
tanggal 17 Desember 2016.
Purbo,heru K, dkk. 1993. Sumber Fisis. Surakarta: Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Depkes
RI 1993.